Anda di halaman 1dari 10

AKUISISI DATA GAYA BERAT

( Gravity Data Acquisition )

Ratna Fitri (f1D317006)


Program Studi Teknik Geofisika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Jambi
Jl. Jambi-Ma. Bulian KM 15 Mendalo Darat Jambi 36361
Email : safiravirginia07@gmail.com

ABSTRAK
Praktikum ini di latarbelakangi oleh adanya anomali-anomali pada akuisisi
data gaya berat, seperti pengaruh benda-benda luar angkasa, bentuk bumi,
kemuluran alat, ketinggian, massa batuan, dan variasi topografi. Metode
yang digunakan ketika melakukan praktikum ini adalah metode geofisika
yaitu metode gravity dan menggunakan metode pengukuran relatif yaitu
pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur gaya berat
yang bernama gravimeter. Pada pengukuran ini alat gravimeter yang
digunakan adalah gravimeter La Coste Romberg. Desain akuisi data gaya
berat menggunakan teknik looping. Alat yang digunakan yaitu laptop dan
flashdisk serta bahannya berupa software. Metode gravity adalah salah
satu metode geofisika yang digunakan untuk menentukan struktur bawah
permukaan bumi dengan menggunakan variasi gaya gravitasi bumi.
Metode gravity ini biasanya digunakan pada kegiatan eksplorasi seperti
mencari jebakan minyak (oil trap), eksplorasi mineral, dan geothermal
(panas bumi). Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini adalah
untuk melakukan koreksi pada metode gravity seperti koreksi tidal teoritis
dan koreksi drift untuk mendapatkan hasil akhir yang berupa nilai g relatif
dan G observasi. Koreksi tidal teoritis (koreksi pasang surut) adalah koreksi
yang dilakukan untuk menghilangkan pengaruh dari benda-benda luar
angkasa seperti bulan dan matahari. Sedangkan koreksi drift (koreksi
apungan) adalah koreksi yang dilakukan untuk menghilangkan pengaruh
dari kemuluran pegas atau alat ketika dilakukan suatu pengukuran gaya
berat. Dari hasil praktikum diperoleh bahwa nilai ∆G (relatif) dan nilai G
observasi bernilai sama dari pengukuran yang dilakukan pada base 1 dan
base.
Kata Kunci : Metode Gravity, Koreksi Tidal, Koreksi Drif, Akuisisi data gaya
Berat, Anomali, Gravimeter, Pengukuran relatif, La Coste Romberg, looping

PENDAHULUAN
Kerak benua dan kerak samudera merupakan lapisan paling luar bumi,
dimana didalam kerak benua dan kerak samudera ini terjadi perbedaan
densitas (kerapatan) massa yang sangat berpengaruh terhadap medan
gravitasi. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya variasi nilai pada
percepatan gravitasi (anomali gravitasi). Interaksi dari percepatan gravitasi
ini dapat berupa gaya tarik-menarik sehingga kedua benda bermassa
tersebut mengalami percepatan yang arahnya saling berlawanan.
Praktikum ini dilaksanakan pada hari rabu, 27 Februari 2019 yang
bertempat di Laboratorium Fakultas Sains dan Teknologi.
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode gaya berat.
Adapun tujuan dari praktikum anomali bouguer ini yaitu untuk memahami
metode gravity, menghitung koreksi pasang surut dan koreksi apungan
serta menghitung nilai g relatif dan G observasi. Praktikum ini dilakukan
karena adanya anomali pada pengukuran gaya berat.
Metode geofisika adalah suatu metode yang memiliki peran untuk
melakukan eksplorasi sumber daya alam untuk menyelidiki atau
mendapatkan deposit hidrokarbon yang tersembunyi di permukaan bumi
seperti minyak bumi, gas, mineral, geothermal, dan sumber daya alam
lainnya. Salah satu metode geofisika yang akan dibahas pada tulisan ini
adalah metode gravity. Metode gravity dapat didefinisikan sebagai metode
geofisika yang menggunakan prinsip utama yaitu mengukur variasi
perbedaan gravitasi lateral dari satu daerah observasi di permukaan bumi.
Metode gravity ini digunakan karena kemampuannya dalam membedakan
densitas dari suatu sumber anomali lingkungan di sekitarnya.
Berdasarkan variasi densitas tersebut dapat diketahui bentuk struktur
bawah permukaan suatu daerah. Selain itu, metode gravitasi dapat
diaplikasikan dalam mencari minyak bumi, panas bumi, batu bara,
bauksit, zink dan mineral logam lainnya. Pengukuran gravitasi dapat
dipengaruhi oleh variasi lateral densitas mineral di permukaan, topografi,
posisi lintang, elevasi, dan pasang surut (A, L.P.I.,dkk, 2012).
Menurut Imam dan Supriyadi (2014), metode gravity ini termasuk
kedalam metode geofisika pasif, karena tidak memerlukan energi yang
dimasukkan ke dalam tanah untuk mendapatkan data sebagaimana pada
umumnya pengukuran. Metode gravity ini memanfaatkan variasi densitas
yang terdistribusi dalam lapisan tanah. Teori dasar dari metode gaya berat
ini adalah hukum gravitasi Newton tentang gerak yang menyatakan bahwa
gaya adalah besarnya perkalian dari massa dan percepatannya. Hal ini
dapat dirumuskan pada persamaan sebagai berikut.
𝑚1𝑚
F = G 𝑅2 2 (1)
F = m.g (2)
Keterangan :
F = Gaya gravitasi (Newton)
G = Nilai konstanta gravitasi universal (6,67 x 10-11 N m2 Kg-2)
m = Massa (Kilogram)
g = Percepatan gravitasi (9,8 m/s2)
m1 = Massa benda 1 (Kilogram)
m2 = Massa benda 2 (Kilogram)
R = Kuadrat jari-jari bumi (m)

Gambar 1. Sketsa gaya tarik dua benda yang berjarak R


Dengan demikian, dapat diperoleh besarnya nilai medan gaya berat pada
persmaan sebagai berikut.
𝐹 𝑀
g = 𝑚 = G 𝑟2 (3)
Keterangan :
G = Nilai konstanta gravitasi universal (6,67 x 10-11 N m2 Kg-2)
g = Percepatan gravitasi (9,8 m/s2)
F = Gaya gravitasi (Newton)
m = Massa (Kilogram)
M = Massa bumi (Kilogram)
r = Jarak antara m1 dan m2 (m)
Menurut Supriyadi (2014), pengukuran gaya berat untuk keperluan
survei digunakan suatu alat yang bernama gravimeter. Gravimeter yang
secara umum digunakan adalah gravimeter La Coste Romberg dan
gravimeter Scintrex CG-5. Prinsip dari gravimeter ini menggunakan prinsip
kerja pada pegas. Adapun hubungan gaya berat dengan pegas dapat
dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut.
mg = kx (4)
Keterangan :
m = Massa benda (Kilogram)
g = Percepatan gravitasi (9,8 m/s2)
k = Konstanta pegas
x = Perubahan panjang pegas (m)
Anomali bouguer ini pada dasarnya merupakan perbedaan antara nilai
gaya berat hasil pengukuran (gobs) dengan nilai gaya berat teoritis (gtheory).
Dimana gtheory ini dapat dihitung dari nilai gnormal yang kemudian
dikoreksi dengan koreksi udara bebas (free air correction), koreksi bouguer
(bouguer correction), dan koreksi topografi (terrain correction). gnormal
merupakan aproksimasi nilai gaya berat teoritis berdasarkan fungsi lintang
(latitude) yang beracuan pada bidang referensi perhitungan geodesi
tertentu. Persamaan gaya berat Internasional disebut dengan Reference
Gravity Formula 1967. Kemudian menggunakan acuan geodesi 1984 yang
dikenal sebagai Normal Gravity. Sedangkan gobs merupakan nilai hasil
pembacaan gaya berat dilapangan yang telah dilakukan koreksi pasang
surut dan koreksi apungan (Handyarso, 2016).
Pengolahan data akuisisi gaya berat yang meliputi konversi nilai skala
alat ke nilai satuan gaya berat (mGal) yang kemudian dihitung beberapa
koreksi yang dikenal pada metode gaya berat seperti koreksi pasang surut
(tidal correction), koreksi apungan (drift correction), koreksi udara bebas
(free air corecction), koreksi bouguer (bouguer corecction), koreksi topografi
(terrain corecction). Pengukuran akuisisi pada metode gaya berat memiliki
tiga tahap antara lain pengukuran atau akuisisi gaya berat di lapangan,
pengolahan data, dan interpretasi hasil pengolahan data. Dimana hasil
akhir dari proses reduksi data ini adalah nilai anomali Bouguer (AB) yang
akan disajikan dalam bentuk anomali Bouguer (Panjaitan dan Subagio).
Koreksi udara bebas (free air) perlu dilakukan untuk pengukuran
didaratan dan koreksi ini adalah koreksi dari selisih antara elevasi terukur
dengan tinggi muka laut dengan asumsi bumi bulat uniform. Koreksi ini
dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut.
gfa = 0,87 – 0,0000965 h
dimana h adalah ketinggian dalam meter
koreksi pasang surut adalah koreksi yang diterapkan karena adanya efek
pergerakan matahari dan bulan
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam teknik pengambilan data pada metode gravity ini digunakan alat
dan bahan. Adapun alat yang digunakan selama praktikum berlangsung
adalah laptop, mouse, dan flashdisk. Ketiga alat tersebut untuk
memfasilitasi dan mendukung kegiatan praktikum yang berlangsung
seperti laptop digunakan untuk menjalankan software metode gaya berat
dan aplikasi lainnya. Sedangkan mouse digunakan untuk memudahkan
praktikan dalam menjalankan software yang sedang dikerjakan dan
flashdisk digunakan untuk memindahkan data numeri (Vmware) pada
windows XP kedalam data komputer. Kemudian bahan yang digunakan
dalam melakukan praktikum ini adalah software microsoft excel, numeri
(Vmware), dan surfer. Ketiga bahan tersebut memiliki fungsi dan cara kerja
yang berbeda-beda satu sama lainnya. Microsoft excel digunakan untuk
melakukan pemrosesan data yang meliputi perhitungan pengolahan data
gravity. Lalu numeri (Vmware) digunakan untuk melakukan pemrosesan
data yang meliputi advance processing. Kemudian surfer digunakan untuk
membuat kontur.
Adapun prosedur kerja yang dilakukan yaitu menggunakan perangkat
lunak (software) untuk melihat informasi seperti posisi koordinat (longitude
dan latitude), waktu, lokasi, alat yang digunakan, tanggal, cuaca, dan
bacaan alat. Kemudian mengkonversi koordinat (longitude dan latitude) ke
dalam X UTM dan Y UTM dengan menggunakan software surfer 12.
Langkah selanjutnya yaitu mengkonversi waktu dan skala dengan
menggunakan microsoft excel berdasarkan data yang tersedia. Lalu,
melakukan koreksi tidal teoritis dengan menggunakan software numeri
(Vmware). Tahap terakhir yaitu mencari nilai G terkoreksi tidal, koreksi
drift, G terkoreksi drift, g relatif, dan g observasi dengan memasukkan
rumus pada microsoft excel setiap masing-masing nilai yang ingin dicari.
Adapun diagram alir (flowchart) dari prosedur kerja diatas seperti yang
dilihat pada gambar 2.
Mulai

Di buka
microsoft excel

Di lihat informasi
yang tertera pada
microsof excel

Di konversi
koordinat,
waktu, dan skala

Melakukan
koreksi tidal
teoritis

Di cari G terkoreksi
tidal, koreksi drift, G
terkoreksi drift, g
relatif, dan g observasi

selesai

Desain akuisisi pada metode gaya berat ini dilakukan dengan


menggunakan teknik looping dalam pengambilan datanya, dimana
pengambilan data dimulai dari suatu titik ikat atau base yang telah
ditentukan dan berakhir pada titik ikat atau base tersebut. Langkah
pertama yang dilakukan yaitu menentukan lokasi titik-titik pengukuran
yang mudah untuk dijangkau dan jauh dari pengaruh kendaraan yang
melintas agar lebih mudah dalam melakukan pengukuran. Lalu,
menentukan base (titik ikat) pengukuran dengan acuan Jaringan
Gayaberat Nasional (JGN). Selanjutnya melakukan pengukuran gaya berat
dilapangan dengan menggunakan teknik looping.

Gambar 3. Teknik Pengukuran Gayaberat di Lapangan

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan informasi data yang terdapat pada microsoft excel, dapat
diketahui bahwa data tersebut adalah data mentah yang diperoleh dari
pengukuran lapangn dan belum dilakukan pengolahan. Oleh karena itu,
data tersebut harus diolah agar didapatkan nilai anomali Bouguernya.
Pengukuran ini menggunakan metode pengukuran relatif yaitu melakukan
pengukuran dengan menggunakan alat gravimeter yaitu gravimeter La
Coste Romberg. Hal ini bertujuan agar praktikan mengetahui konsep
pengukuran gaya berat untuk mendapatkan data secara menual. Sehingga
ketika menggunakan alat gravimeter yang berbasis digital sudah lebih
paham dan lebih mudah menggunakannya. Karena pada alat gravimeter
digital lebih praktis dalam penggunaannya dan tidak seribet pada alat
gravimeter La Coste Romberg yang masih manual. Dibawah ini merupakan
hasil dari praktikum yang telah berlangsung.

Tabel 1. Konversi Koordinat


Pengkonversian koordinat longitute dan latitude dilakukan dengan
menggunakan software surfer yang mengkonversi koordinat dalam bentuk
koordinat geografis tersebut menjadi bentuk koordinat X dan Y UTM.
Karena datum koordinat pada grid yang terdapat pada peta harus diubah
menjadi koordinat UTM dan datum ellipsoid harus diubah ke dalam World
Geodetic System 1984 (WGS-84). Hal ini karena base (titik pengukuran)
beracuan dengan Jaringan Kontrol Horizontal Nasional (JKHN). Karena
sistem koordinat ini harus berkompatibel pada GPS yang beracuan pada
World Geodetic System 1984 (WGS-84). Alat yang digunakan untuk
menentukan posisi koordinat yaitu altitude GPS. Dimana pada tabel
terlihat bahwa nilai X UTM dari base 1 sampai base 2 koordinatnya bernilai
positif. Sedangkan pada nilai Y UTM dari base 1 sampai base 2
koordinatnya bernilai negatif. Hal ini karena koordinat pada X UTM terletak
pada garis bujur. Sedangkan pada koordinat pada Y UTM terletak pada
garis khatulistiwa dan garis lintang.

Tabel 2. Konversi Waktu


Untuk melakukan konversi waktu pada microsoft excel yaitu dengan
rumus = HOUR x 60 + MINUTE. Waktu harus dikalikan dengan 60 karena
sesuai dengan DMS (Degree Minute Second).

Tabel 3. Konversi Skala


Untuk melakukan skala pada microsoft excel yaitu dengan rumus =$B$
+ (bacaan alat-2300)* $Interval Faktor$. Pada rumus ini digunakan
pengunci rumus yaitu tanda dolar agar ketika di tarik kebawah hasilnya
tidak sama dengan hasil diawal dan lebih akurat. Untuk counter reading
yang digunakan yaitu 2300 karena lokasi pengukuran ini bertempat di
Karang Sambung, dimana counter reading itu sudah ditetapkan pada setiap
tempat dan berbeda-beda nilainya pada setiap tempat.
Tabel 4. Koreksi Tidal (koreksi pasang surut)

Pada praktikum ini, koreksi tidal (pasang surut) dilakukan sebelum


dilakukannya koreksi drift (koreksi apungan). Koreksi pasang surut ini
dilakukan untuk menghilangkan pengaruh dari benda-benda luar angkasa
seperti matahari dan bulan. Karena setiap benda-benda luar angkasa
selalu mempengaruhi nilai pasang surut gaya berat, dimana hal ini
disebabkan oleh hukum gravitasi Newton yang berlaku secara universal.
Akan tetapi diantara banyaknya benda-benda luar angkasa, bulan dan
matahari adalah benda luar angkasa yang memberikan pengaruh terbesar
pada nilai pasang surut gaya berat.

Gambar 4. Pengaruh bulan dan matahari terhadap koreksi tidal

Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa pada koreksi tidal teoritis


terdapat nilai koreksi yang memiliki nilai negatif dan positif. Nilai negatif
dan positif pada koreksi tidal teoritis ini dipengaruhi oleh pasang surut.
Hal ini disebabkan karena pada saat matahari, bumi, dan bulan terletak
pada satu garis lurus maka efek pasang surut menjadi bernilai maksimum
sehingga nilai koreksi pasang surutnya menjadi positif (+). Sedangkan pada
saat matahari, bumi, dan bulan membentuk sudut 90° efek pasang surut
berada pada level terendah sehingga nilai koreksi pasang surutnya bernilai
minimum atau negatif (-). Hal ini dapat diilustrasikan pada gambar 4.
Adapun nilai dari tidal teoritis tersebut terdapat yang minus dan positif
karena dipengaruhi oleh waktu pengambilan datanya. Pada jam 13.12
kebawah diperoleh nilai koreksi tidal teoritisnya -0,02 pada jam 08.30.
Sedangkan pada jam 13.12 keatas diperoleh nilai koreksi tidal teoritisnya
0,052. Untuk mencari nilai G terkoreksi tidal yaitu dengan cara
menambahkan skala dan koreksi tidal teoritisnya.

Tabel 5. Koreksi drift (koreksi apungan)

Koreksi drift (koreksi apungan) yaitu seuatu koreksi gaya berat yang
dilakukan untuk menghilangkan pengaruh kemuluran pegas atau alat
ketika dilakukan pengukuran yang disebabkan adanya guncangan pegas
pada alat gravimeter. Pada praktikum ini, nilai koreksi drift dapat dicari
dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
𝑔𝑏𝑎𝑠𝑒 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟− 𝑔𝑏𝑎𝑠𝑒 𝑎𝑤𝑎𝑙
Koreksi drift = (tn-tawal)
𝑡
𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟− 𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙
Kemudian untuk mencari G terkoreksi drift yaitu dengan cara
mengurangkan G terkoreksi tidal dengan koreksi drift. Untuk nilai G
terkoreksi drift pad pengukuran di base 1 dan pengukuran di base 2 harus
sama nilainya. Karena apabila nilai G terkoreksi drift bernilai tidak sama,
maka dapat dipastikan terdapat kesalahan dalam melakukan koreksi drift
dan jika tidak terdapat perbedaan nilai pada G terkoreks drift maka koreksi
yang dilakukan adalah benar.

Tabel 6. Nilai grelatif dan nilai Gobservasi

Berdasarka tabel diatas, terlihat bahwa nilai g relatif dan nilai G


observasinya bernilai sama dari pengukuran yang dilakukan pada base 1
dan base 2. Hal ini menandakan pengukuran yang telah dilakukan sudah
benar, namun jika terdapat nilai grelatif dan Gobservasi yang berbeda antara
pengukuran pada base 1 dan base 2 maka dalam melakukan pengukuran
tersebut terdapat kesalahan. Hasil akhir dari pengukuran metode gaya
berat ini nilai grelatif dan Gobservasi yang sama dari pengukuran awal dan
akhir.
Untuk menentukan nilai grelatif yaitu dengan cara mengurangkan nilai G
terkoreksi drift dengan G terkoreksi drift yang dimutlakkan. Sedangkan
untuk mencari nilai Gobservasi yaitu dengan menambahkan G terkoreksi tidal
dengan g relatif.

KESIMPULAN
Efek pasang surut akan bernilai maksimum apabila kedudukan
matahari, bumi, dan bulan sejajar dan efek pasang surut akan bernilai
minimum apabila kedudukan matahari, bumi, dan bulan terletak pada
sudut 90°. Nilai g relatif dan G observasi pada pengukuran base 1 dan base
2 bernilai sama, dimana tidak terdapat kesalahan dalam melakukan
pengukuran dan koreksi data gaya berat.

UCAPAN TERIMA KASIH


Praktikan mengucapkan terimakasih kepada Allah Subhanawataala
yang telah memberikan kesehatan kepada praktikan sehingga dapat
menyelesaikan laporan ini. Kemudian, praktikan mengucapkan
terimakasih kepada Kepala Pusat Penelitian Meteorologi dan Geofisika,
Kepala Pusat Penelitian Geologi Kelautan dan Kepala Pusat Penelitian
Geologi dan Pertambangan yang telah membantu dan memfasilitasi
praktikan dalam menyelesaikan laporan ini. Selain itu praktikan
mengucapkan terimakasih kepada Dosen pengampu mata kuliah Gravity,
Asisten Praktikum Gravity, dan teman sejawat satu kelompok praktikum
Gravity yaitu Ratna Fitri yang telah membantu dalam praktikum, inspirasi
maupun diskusi yang menarik.

DAFTAR PUSTAKA
A, L.P.I.,M. Musta’in, Mukhtashor, dan S.Bachry. 2012. Eksplorasi
Parameter Fisik Cekungan Migas di Perairan Blok Ambalat Dengan
Metode Gravitasi. Jurnal Teknik Pomits. Vol. 1 (1) : 1-2.
Handayani, L dan Dadan, D.W. 2017. Eksplorasi Gayaberat Untuk
Airtanah Dan Topografi Batuan Dasar Di Daerah Serang, Banten.
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan. Vol. 27 (2) : 159.
Handyarso, A. 2016. Validasi Perangkat Lunak Gravity Tide Correction
Persamaan Longman (1959) Berdasarkan Gravity Tide Observed,
Instrument Based Dan Software Based Test. Jurnal Meterorologi dan
Geofisika. Vol. 17 (3) : 139-141.
Imam, S dan Supriyadi. 2014. Struktur Bawah Permukaan Sekaran dan
Sekitarnya Berdasarkan Data Gaya Berat. Unnes Physics Journal.
Vol. 3 (1) : 43.
Panjaitan, S dan Subagio. 2014. Pola Anomali Gayaberat Daerah Taliabu-
Mangole Dan Laut Sekitarnya Terkait Dengan Prospek Minyak Bumi
dan Gas. Jurnal Geologi Kelautan. Vol. 12 (2) : 67.
Supriyadi. 2009. Studi Gaya Berat Relatif di Semarang. Jurnal Pendidikan
Fisika Indonesia. Vol. 5 : 56-57.

Anda mungkin juga menyukai