Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Survei geomagnet satu alat sebenernya tidak boleh dipakai karena nilai
Hvarnya tidak begitu akurat. Metode survei geomagnet adalah salah satu metode
geofisika yang sering dipakai dalam eksplorasi awal daerah prospek geomagnet
adalah survei yang bisa dibilang mengambil nilai variasi medan magnet secara
rata-rata suatu titik dibawah permukaan untuk di interpretasikan. Jadi metode
geomagnet ini tidak bisa menentukan variasi medan magnet secara perlapisan
karena data yang diambil adalah data rata-rata, namun eksplorasi geomagnet
sangat baik digunakan dalam survey awal karena memiliki tingkat akurasi
khususnya dalam eksplorasi pasir besi sangatlah tinggi.
Survey geomagnetik menggunakan beberapa pola akusisi data yang
dibahas dilaporan ini adalah metode satu alat. Metode hanya memelukan satu alat
PPM (proton precision magnetometer). Pertama alat digunakan sebagai mengikat
base fungsinya untuk mengontrol data dan diletakan pada suatu tempat yang aman
tidak ada pengaruh dari noise maupun anomali. Kemudian alat akan digunakan
mengukur pada titik yang akan kita ambil informasi dari anomaly yang dicari.
Setelah melakukan akusisi dengan titik titik awal sampai akhir selanjutnya
dilakukan pengukuran pada base lagi untuk dilakukan pengikatan data dan sebagai
koreksi harian meskipun tidak begitu akurat.
Setelah kita mengolah data hasil akusisi satu alat dan kita mendapatkan
nilai variasi medan magnet yang kita inginkan kita dapat melakukan flter data.
Flter data perlu dilakukan untuk mendapatkan model akhir dari hasil pengukuran
yang kita inginkan. Ada beberapa flter dalam geomagnet salah satunya adalah
upward continuation flter ini biasanya digunakan dalam memisahkan anomaly
regional dan anomali local. Prinsip dari upward continuation membawa data
medan magnet yang telah dikoreksi menuju dari suatu bidang permukaan diangkat
ke permukaan selanjutnya dan dilakukan pengangkatan sampai keketinggian yang
kita inginkan. Intinya jika target yang kita inginkan jika sudah terlihat jelas dan
sudah tidak ditemukan adanya noise atau anomali regional.

1.2. Maksud Tujuan


Maksud dari Pratikum Geomagnet yang dilaksanakan pada kamis 17 maret
2015 ini adalah kita dapat menghitung nilai medan magnet terkoreksi dari data
akusisi lapangan satu alat menggunakan software excel. Setelah mendapatkan
nilai delta h kita juga belajar memisahkan anomali lokal dan regional
menggunakan software oasis montaj.
Tujuan dari praktikum yang dilakukan kamis 17 maret 2015 praktikan dapat
mengetahui proses pembuatan dan menghasilkan perhitungan nilai delta h secara
baik dan benar, Grafik Hvar Vs Waktu, Grafik Hvar Vs Posisi, Peta TMI, Peta
Low Pass Flter dan Peta Residual.

BAB II
DASAR TEORI
2.1. Metode Magnet Bumi
Metode Geomagnet adalah salah satu metode geofisika yang digunakan
untuk menyelidiki kondisi permukaan bumi dengan memanfaatkan sifat
kemagnetan batuan yang diidentifikasikan oleh kerentanan magnet batuan.
Metode ini didasarkan pada pengukuran variasi intensitas magnetik di permukaan
bumi yang disebabkan adanya variasi distribusi (anomali) benda termagnetisasi di
bawah permukaan bumi.
Dalam metode geomagnetik ini, bumi diyakini sebagai batang magnet
raksasa dimana medan magnet utama bumi dihasilkan. Kerak bumi menghasilkan
medan magnet jauh lebih kecil daripada medan utama magnet yang dihasilkan
bumi secara keseluruhan. Teramatinya medan magnet pada bagian bumi tertentu,
biasanya disebut anomali magnetik yang dipengaruhi suseptibilitas batuan
tersebut dan remanen magnetiknya. Berdasarkan pada anomali magnetik batuan
ini, pendugaan sebaran batuan yang dipetakan baik secara lateral maupun vertikal.
Eksplorasi menggunakan metode magnetik, pada dasarnya terdiri atas tiga
tahap: akuisisi data lapangan, processing, interpretasi. Setiap tahap terdiri dari
beberapa perlakuan atau kegiatan. Pada tahap akuisisi, dilakukan penentuan titik
pengamatan dan pengukuran dengan satu atau dua alat. Untuk koreksi data
pengukuran dilakukan pada tahap processing. Koreksi pada metode magnetik
terdiri atas koreksi harian (diurnal), koreksi topografi (terrain) dan koreksi
lainnya. Sedangkan untuk interpretasi dari hasil pengolahan data dengan
menggunakan software diperoleh peta anomali magnetik.
Metode ini didasarkan pada perbedaan tingkat magnetisasi suatu batuan
yang diinduksi oleh medan magnet bumi. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya
perbedaan sifat kemagnetan suatu material. Kemampuan untuk termagnetisasi
tergantung

dari

suseptibilitas

magnetik

masing-masing

batuan.

Harga

suseptibilitas ini sangat penting di dalam pencarian benda anomali karena sifat
yang khas untuk setiap jenis mineral atau mineral logam. Harganya akan semakin
besar bila jumlah kandungan mineral magnetik pada batuan semakin banyak.

Metode magnetik memiliki kesamaan latar belakang fisika denga metode


gravitasi, kedua metode sama-sama berdasarkan kepada teori potensial, sehingga
keduanya sering disebut sebagai metode potensial. Namun demikian, ditinjau ari
segi besaran fisika yang terlibat, keduanya mempunyai perbedaan yang mendasar.
Dalam magnetik harus mempertimbangkan variasi arah dan besaran vektor
magnetisasi, sedangkan dalam gravitasi hanya ditinjau variasi besar vektor
percepatan gravitasi. Data pengamatan magnetik lebih menunjukkan sifat residual
kompleks. Dengan demikian, metode magnetik memiliki variasi terhadap waktu
lebih besar. Pengukuran intensitas medan magnetik bisa dilakukan melalui darat,
laut dan udara. Metode magnetik sering digunakan dalam eksplorasi pendahuluan
minyak bumi, panas bumi, dan batuan mineral serta bisa diterapkan pada
pencarian prospek benda-benda arkeologi.
2.2. Medan Magnet Bumi
Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut juga
elemen medan magnet bumi (Gambar II.1), yang dapat diukur yaitu meliputi arah
dan intensitas kemagnetannya. Parameter fisis tersebut meliputi:

Deklinasi (D), yaitu sudut antara utara magnetik dengan komponen

horizontal yang dihitung dari utara menuju timur


Inklinasi(I), yaitu sudut antara medan magnetik total dengan bidang
horizontal yang dihitung dari bidang horizontal menuju bidang vertikal

ke bawah.
Intensitas Horizontal (H), yaitu besar dari medan magnetik total pada

bidang horizontal.
Medan magnetik total (F), yaitu besar dari vektor medan magnetik
total.

Gambar 2.1. Tiga Elemen Medan Magnet Bumi

Medan magnet utama bumi berubah terhadap waktu. Untuk


menyeragamkan nilai-nilai medan utama magnet bumi, dibuat standar nilai
yang disebut International Geomagnetics Reference Field (IGRF) yang
diperbaharui setiap 5 tahun sekali. Nilai-nilai IGRF tersebut diperoleh dari
hasil pengukuran rata-rata pada daerah luasan sekitar 1 juta km2 yang
dilakukan dalam waktu satu tahun.
Medan magnet bumi terdiri dari 3 bagian :
1. Medan magnet utama (main field)
Medan magnet utama dapat didefinisikan sebagai medan rata-rata hasil
pengukuran dalam jangka waktu yang cukup lama mencakup daerah
dengan luas lebih dari 106 km2.
2. Medan magnet luar (external field)
Pengaruh medan magnet luar berasal dari pengaruh luar bumi yang
merupakan hasil ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar
ultraviolet dari matahari. Karena sumber medan luar ini berhubungan
dengan arus listrik yang mengalir dalam lapisan terionisasi di atmosfer,
maka perubahan medan ini terhadap waktu jauh lebih cepat.
3. Medan magnet anomali
Medan magnet anomali sering juga disebut medan magnet lokal
(crustal field). Medan magnet ini dihasilkan oleh

batuan yang

Fe 7 S 8
mengandung mineral bermagnet seperti magnetite (

), titanomagnetite

Fe 2Ti O4
(

) dan lain-lain yang berada di kerak bumi.


Dalam survei dengan metode magnetik yang menjadi target dari

pengukuran adalah variasi medan magnetik yang terukur di permukaan


(anomali magnetik). Secara garis besar anomali medan magnetik disebabkan
oleh medan magnetik remanen dan medan magnetik induksi. Medan magnet
remanen mempunyai peranan yang besar terhadap magnetisasi batuan yaitu
pada besar dan arah medan magnetiknya serta berkaitan dengan peristiwa
kemagnetan sebelumnya sehingga sangat rumit untuk diamati. Anomali yang
diperoleh dari survei merupakan hasil gabungan medan magnetik remanen dan
induksi, bila arah medan magnet remanen sama dengan arah medan magnet
induksi maka anomalinya bertambah besar. Demikian pula sebaliknya. Dalam
survei magnetik, efek medan remanen akan diabaikan apabila anomali medan
magnetik kurang dari 25 % medan magnet utama bumi (Telford, 1976),
sehingga dalam pengukuran medan magnet berlaku :

HT H M H L H A
(2.1)
dengan :

HT

: medan magnet total bumi

HM

HL

HA

: medan magnet utama bumi


: medan magnet luar
: medan magnet anomali

2.3. Variasi Medan Magnet Bumi


Intensitas medan magnetik yang terukur di atas permukaan bumi senantiasa
mengalami perubahan terhadap waktu. Perubahan medan magnetik ini dapat

terjadi dalam waktu yang relatif singkat ataupun lama. Berdasarkan faktor-faktor
penyebabnya perubahan medan magnetik bumi dapat terjadi antara lain:
1. Variasi sekuler
Variasi sekuler adalah variasi medan bumi yang berasal dari variasi
medan magnetik utama bumi, sebagai akibat dari perubahan posisi kutub
magnetik bumi. Pengaruh variasi sekuler telah diantisipasi dengan cara
memperbarui dan menetapkan nilai intensitas medan magnetik utama bumi
yang dikenal dengan IGRF setiap lima tahun sekali.
2. Variasi harian
Variasi harian adalah variasi medan magnetik bumi yang sebagian
besar bersumber dari medan magnet luar. Medan magnet luar berasal dari
perputaran arus listrik di dalam lapisan ionosfer yang bersumber dari
partikel-partikel terionisasi oleh radiasi matahari sehingga menghasilkan
fluktasi arus yang dapat menjadi sumber medan magnet. Jangkauan variasi
ini hingga mencapai 30 gamma dengan perioda 24 jam. Selain itu juga
terdapat variasi yang amplitudonya berkisar 2 gamma dengan perioda 25
jam. Variasi ini diasosiasikan dengan interaksi ionosfer bulan yang dikenal
dengan variasi harian bulan (Telford, 1976).
H Var =

(Waktu di titik pengamatanWaktu base)


Hmodus loopingHmodus base
3. Badai Magnetik
(Waktu loopingWaktu base)
Badai magnetik adalah gangguan yang bersifat sementara dalam
medan magnetik bumi dengan magnetik sekitar 1000 gamma. Faktor
penyebabnya diasosiasikan dengan aurora. Meskipun periodanya acak tetapi
kejadian ini sering muncul dalam interval sekitar 27 hari, yaitu suatu
periode yang berhubungan dengan aktivitas sunspot (Telford, 1976). Badai
magnetik secara langsung dapat mengacaukan hasil pengamatan.

2.4. Komponen Magnet Bumi


Nilai magnet bumi merupakan besaran vektor total magnet bumi (F) dan
dapat dinyatakan dalam komponen-komponennya. Komponen medan magnet
bumi dapat diuraikan sebagai berikut:

Gambar 2.2. Komponen-Komponen Kemagnetan Bumi

Keterangan:
1. Vektor X, Y, dan H terletak pada bidang horizontal dimana komponen X
berada disepanjang sumbu geografis, komponen Y pada timur geografis dan
H pada komponen horizontal.
2. Vektor Z merupakan komponen vertikal medan magnet bumi.
3. Vektor F merupakan komponen total medan magnet yang terletak pada
bidang vertikal yang memuat komponen H dan Z.
4. Sudut D merupakan sudut deklinasi yang dibentuk oleh arah utara sebenarnya
(X) dengan komponen horizontal (H).
5. Sudut I merupakan sudut inklinasi yang besarnya ditentukan oleh vektor H
dan F.
Hubungan medan magnet antar tiap komponennya dapat dinyatakan melalui
persamaan berikut:
Z = F Sin I

(2.3)

H = F Cos I

(2.4)

X= H Cos D

(2.5)

Y= H Sin D

(2.6)

F = H+Z = X+Y+Z

(2.7)

Besarnya nilai komponen magnet X, Y, Z, D, dan H dapat diperoleh


melalui hasil pengukuran baik secara manual maupun digital. Sedangkan besarnya
komponen yang lain dapat diperoleh melalui hasil perhitungan. Hasil pengukuran
medan magnet bumi di suatu tempat dapat digunakan sebagai parameter dalam
mempelajari tentang precursor gempa bumi (tanda- tanda sebelum terjadinya
gempa).
2.5. Koreksi Data Magnetik
Untuk memperoleh nilai anomali medan magnetik yang diinginkan, maka
dilakukan koreksi terhadap data medan magnetik total hasil pengukuran pada
setiap titik lokasi atau stasiun pengukuran, yang mencakup koreksi harian, IGRF
dan topografi.
1. Koreksi Harian
Koreksi harian (diurnal correction) merupakan penyimpangan nilai
medan magnetik bumi akibat adanya perbedaan waktu dan efek radiasi
matahari dalam satu hari. Waktu yang dimaksudkan harus mengacu atau
sesuai dengan waktu pengukuran data medan magnetik di setiap titik
lokasi (stasiun pengukuran) yang akan dikoreksi. Apabila nilai variasi
harian negatif, maka koreksi harian dilakukan dengan cara menambahkan
nilai variasi harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data medan
magnetik yang akan dikoreksi. Sebaliknya apabila variasi harian bernilai
positif, maka koreksinya dilakukan dengan cara mengurangkan nilai
variasi harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data medan
magnetik yang akan dikoreksi, datap dituliskan dalam persamaan
H = Htotal Hharian

(2.8)

2. Koreksi IGRF
Data hasil pengukuran medan magnetik pada dasarnya adalah
konstribusi dari tiga komponen dasar, yaitu medan magnetik utama bumi,
medan magnetik luar dan medan anomali. Nilai medan magnetik utama
tidak lain adalah niali IGRF. Jika nilai medan magnetik utama dihilangkan
dengan koreksi harian, maka kontribusi medan magnetik utama
dihilangkan dengan koreksi IGRF. Koreksi IGRFdapat dilakukan dengan
cara mengurangkan nilai IGRF terhadap nilai medan magnetik total yang
telah terkoreksi harian pada setiap titik pengukuran pada posisi geografis
yang sesuai. Persamaan koreksinya (setelah dikoreksi harian) dapat
dituliskan sebagai berikut :
H = Htotal Hharian H0

(2.9)

Dimana H0 = IGRF
3. Koreksi Topografi
Koreksi topografi dilakukan jika pengaruh topografi dalam survei
megnetik sangat kuat.Koreksi topografi dalam survei geomagnetik tidak
mempunyai aturan yang jelas.Salah satu metode untuk menentukan nilai
koreksinya

adalah

dengan

membangun

suatu

model

topografi

menggunakan pemodelan beberapa prisma segiempat (Suryanto, 1988).


Ketika melakukan pemodelan, nilai suseptibilitas magnetik (k) batuan
topografi harus diketahui, sehingga model topografi yang dibuat,
menghasilkan nilai anomali medan magnetik (Htop) sesuai dengan fakta.
Selanjutnya persamaan koreksinya (setelah dilakukan koreski harian dan
IGRF) dapat dituliska sebagai
H = Htotal Hharian H0 Htop

(2.10)

Setelah semua koreksi dikenakan pada data-data medan magnetik yang


terukur dilapangan, maka diperoleh data anomali medan magnetik total di
topogafi. Untuk mengetahui pola anomali yang diperoleh, yang akan digunakan
sebagai dasar dalam pendugaan model struktur geologi bawah permukaan yang
mungkin, maka data anomali harus disajikan dalam bentuk peta kontur. Peta

kontur terdiri dari garis-garis kontur yang menghubungkan titik-titik yang


memiliki nilai anomali sama, yang diukur dar suatu bidang pembanding tertentu.

2.6. Sifat-Sifat Kemagnetan Bumi


Kutub utara bumi yang selama ini merupakan kutub utara dari magnet
bumi begitupun dengan kutub selatan. Kutub selatan merupakan kutub selatan magnet
bumi. Namun demikian, kutub magnet bumi tidak berimpit dengan kutub bumi
secara geografis.
Di antara keduanya terdapat sudut yang menyebabkag garis-garis gaya
magnet bumi tidak tepat berada di kutub utara dan selatan bumi secara geogras,
tetapi sedikit mnyimpang. Garis gaya magnet bumi ini tidak selalu sejajar dengan
permukaan bumi. Ketidaksejajaran ini membentuk sudut yang disebut sudut
inklinasi. Dengan kata lain, sudut inklinasi dapat diartikan sebagai sudut yang dibentuk
oleh medan magnet bumi dengan garis horizontal. Besarnya sudut inklinasi di setiap
permukaan bumi memiliki besar yang berbeda-beda. Dan sudut inklinasi tersebut berada di
daerah kutub utara dan kutub selatan bumi. Di dalam batuan juga memiliki sifat
kemagnetan, diantaranya :

Diamagnetik
Dalam batuan diamagnetik atom atom pembentuk batuan mempunyai

kulit elektron berpasangan dan mempunyai spin yang berlawanan dalam tiap
pasangan. Jika mendapat medan magnet dari luar orbit, elektron tersebut akan
berpresesi yang menghasilkan medan magnet lemah yang melawan medan magnet
luar tadi mempunyai Susceptibilitas k negatif dan kecil dan Susceptibilitas k tidak
tergantung dari pada medan magnet luar. Contoh : bismuth, grafit, gypsum,
marmer, kuarsa, garam.

Paramagnetisme
Di dalam paramagnetik terdapat kulit elektron terluar yang belum jenuh

yakni ada elektron yang spinnya tidak berpasangan dan mengarah pada arah spin
yang sama. Jika terdapat medan magnetik luar, spin tersebut berpresesi
menghasilkan medan magnet yang mengarah searah dengan medan tersebut
sehingga memperkuatnya.

Akan tetapi momen magnetik yang terbentuk terorientasi acak oleh agitasi
termal, oleh karena itu bahan tersebut dapat dikatakan mempunyai sifat:
Suseptibilitas k positif dan sedikit lebih besar dari satu.Suseptibilitas k bergantung
pada temperatur.Contoh : piroksen, olivin, garnet, biotit, amfibolit dll.
Dalam benda-benda magnetik, medan yang dihasilkan oleh momenmomen magnetik atomik permanen, cenderung untuk membantu medan luar,
sedangkan untuk dielektrik-dielektrik medan dari dipole-dipole selalu cenderung
untuk melawan medan luar, apakah dielektrik mempunyai dipole-dipole yang
terinduksi atau diorientasikan.

Ferromagnetik
Terdapat banyak kulit elektron yang hanya diisi oleh suatu elektron

sehingga mudah terinduksi oleh medan luar.keadaan ini diperkuat lagi oleh
adanya kelompok-kelompok bahan berspin searah yang membentuk dipole-dipole
magnet (domain) mempunyai arah sama, apalagi jika didalam medan magnet luar.
Ferromagnetik. Mempunyai sifat susseptibilitas k positif dan jauh lebih besar dari
satu dan susseptibilitas k bergantung dari temperatur. Contoh : besi, nikel, kobalt

Antiferromagnetik
Pada bahan antiferromagnetik domain-domain tadi menghasilkan dipole

magnetik yang saling berlawanan arah sehingga momen magnetik secara


keseluruhan sangat kecil.
Bahan antiferromagnetik yang mengalami cacat kristal akan mengalami
medan magnet kecil dan suseptibilitasnya seperti pada bahan paramagnetik
suseptibilitas k seperti paramagnetik, tetapi harganya naik sampai dengan titik
curie kemudian turun lagi menurut hukum curie-weiss. Contoh : hematite
(Fe2O3).

Ferrimagnetik
Pada bahan ferrimagnetik domain-domain tadi juga saling antiparalel

tetapi jumlah dipole pada masing-masing arah tidak sama sehingga masih
mempunyai resultan magnetisasi cukup besar. Suseptibilitasnya tinggi dan
tergantung temperatur. Contoh : magnetit (Fe3O4), ilmenit (FeTiO3), pirhotit
(FeS).

2.7. Akuisisi Data Metode Geomagnetik


Dalam akuisisi dat magnetic dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu
secara looping, base rover, atau gradient vertikal. Perbedaan dalam beberapa cara
tersebut hanaya di tekankan dalam penggunaan instrument dalam pengukuran.
Pengukuran secara satu alat merupakan suatu konsep pengukuran
geomagnetik dengan memanfaatkan suatu titik base yang digunakan sebagai titik
acuan dan pengukuran awal hingga terakhir akan kembali pada titik tersebut
(looping). Konsep satu alat / looping sebenarnya pengukuran yang kurang akurat
dibandingkan pengukuran secara base-rover, dikarenakan pengukuran secara
looping hanya memperhitungkan variasi harian dari suatu daerah berdasarkan dua
titik saja. Yaitu titik base dan titik looping. Dimana selisih intensitas medan
magnet pada awal pengukuran dengan intnsitas medan magnet pengukuran
terakhir adalah sebagai koreksi variasi harian. Sedangkan pada saat pengukran
berlangsung terjadi perubahan kondisi matahari. Pengukuran looping biasa jarang
dilakukan karena tingkat akurasi datanya agak kurang baik dibandingkan
pengukuran secara base-rover yang ,menghitung variasi harian setiap beberapa
jam sekali karena perubahan kondisi yang berbeda dari matahari. Berikut ini
merupakan contoh konsep pengukuran secara looping.

Gambar 2.3 Konsep Dasar Pengukuran Secara Looping

Gambar diatas menjelaskan tentang konsep dasar dari pengukuran


geomagnetik yang dilakukan secara looping. Seperti yang dilihat pada gambar
pengukuran pertama dilakukan di titk base kemudian beru dilanjutkan ke lintasan
dan pengukuran tersebut diakhiri pada titik base tadi yang disebut sebagai titik
Looping. Pada pengukuran ini akan terdapat variasi harian yang terjadi selama

pengukuran dengan kondisi matahari pada saat pengukuran dilakukan dan diakhir
adalah berbeda yang mengikatkan intensitas dari daerah pengukuran juga
bervariasi.
2.9. Upward Continuation & Downward Continuation
Upward continuation atau Kontinuitas ke Atas merupakan suatu proses
untuk mengubah data pengukuran medan potensila yang telah di koreksi dalam
sauatu permukaan ke beberapa permukaan medan potensialyang lebih tinggi dari
permukaan ketika melakukan pengukuran hingga beberapa meter. Untuk
penentuan ketinggian tergantung pada keinginan dalam melihat target yang
prospek sehingga dapat terlihat jelas tanpa terabung dengan noise yang ada atau
pengaruh dari benda benda dekat permukaan yang bersifat magnet sehingga
akan membuat data akan lebih agak sulit untik dilihat prospeknya.
2.9. Reduce to Pole
Reduction To Pole (RTP) atau Reduksi ke Kutub adalah satu dari beberapa
flter yang digunakan dalam proses interpretasi data magnetik. Pada dasarnya RTP
mencoba mentranformasikan medan magnet di suatu tempat

menjadi medan

magnet di kutub utara magnetik.


Flter RTP mengasumsikan bahwa pada seluruh lokasi pengambilan data
nilai medan magnet bumi (terutama di inklinasi dan deklinasi) memiliki jilai yang
konstan .asumsi ini dapat diterima apabila lokasi tersebut memiliki luas area yang
relatif sempit. Namun hal ini tidak dapat diterima apabila luas daerah
pengambilan data sangat luas karena melibatkan nilai lintang dan bujur yang
bervariasi, dimana harga medan magnet bumi berubah secara bertahap.
Data anomali medan magnet total kemudian direduksi ke kutub agar
anomali medan magnet maksimum terletak tepat diatas tubuh benda penyebab
anomali. Reduksi ke kutub dilakukan dengan cara membuat sudut inklinasi
menjadi 90o dan deklinasi 0o.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Diagram Alir Pengolahan Data

Mulai

Menghitung Hvar & H/HA

Software Oasis Monta


Software Ms.Excel

Peta TMI

Peta Reduce to Pole

Grafik Hvar VS Waktu & Grafik Ha VS Posisi

Peta Upward Continuation Reg

Peta Upward Continuation LokalData

Analisa & Pembahasan

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Pengolahan Data

3.2. Pembahasan Diagram Alir Pengolahan Data


Dari diagram alir diatas jika dibahas menggunakan kata-kata supaya lebih mudah
difahami dan dimengerti oleh pembaca adalah sebagai berikut:

Siapkan data hasil pengukuran dengan metode akusisi looping. Data tersebut

berupa koordinat, data pembacaan alat dan data waktu yang siap diolah.
Setelah data siap mulailah menghitung atau mencari nilai Hvar. Dalam
perhitungan Hvar menggunakan rumus yang diajarkan oleh asisten saat

praktikum.
Setelah kita mendapatkan nilai H var kita dapat menghitung delta H dengan
cara nilai Hobs dikurangi nilai IGRF (International Geomagnetic Reference

Field) yang nilainya berbeda tiap wilayah dan dikurangi nilai Hvar.
Setelah didapatkan nilai delta h dan Hvar maka untuk melihat trend dan
menarik kesimpulan diharuskan membuatl Grafik berdasarkan nilai Ha
dengan Posisi. Kemudian grafik yang kedua grafik dari nilai Hvar dengan

Waktu,
Selanjutnya kita dapat memodelkan dengan membuat peta dari variasi delta H
menggunakan software oasis montaj. Peta paling awal yang kita buat ini

dinamakan peta TMI atau peta TOTAL MAGNETIC INTENSITY.


Kemudian untuk memisahkan anomali lokal dan anomali regional diharuskan
melakukan fltering. Proses fltering ada macam-macam sesuai keinginan kita
proses itu diantaranya low pass flter dan high pass flter. Dari peta TMI
kemudian diflter menjadi peta low pass flter dan residual kemudian peta

tersebut dibandingkan dengan beberapa ketinggian supaya lebih jelas.


Lakukan proses pembahasan peta dan grafik untuk menarik kesimpulan akhir
dari penelitian yang telah kita lakukan supaya survei yang kita lakukan tidak
sia sia.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Tabel Data


Tabel 4.1. Tabel Data

4.2. Grafik Hvar Vs Waktu

TIME VS HVAR
0
10:04:48 10:33:36 11:02:24 11:31:12
-5
-10

Hvar nT

TIME VS HVAR

-15
-20
-25
-30

Waktu S

Gambar 4.1. Grafik Hvar Vs Waktu

Grafik diatas menunjukan koreksi variasi medan magnet harian yang


nilainya fluktuatif setiap waktu. Nilai variasi harian atau disebut dengan Hvar
akan selalu berubah karena nilainya dipengaruhi oleh intensitas sinar matahari, hal
ini dikarenakan pada lapisan bumi yang dinamakan ionosfer dibagian itu terdapat
banyak sekali ion positif dan ion negatif yang jika terkena sinar matahari akan
terjadi fluktuasi arus yang mempengaruhi besar medan magnet diatas permukaan
bumi. Semakin intensitas matahari tinggi nilai Hvar akan makin besar begitu
sebaliknya maka tidak heran pada grafik diatas semakin siang nilai Hvar semakin
naik.
Pada pagi hari didapatkan nilai Hvar yang kecil mungkin akibat intensitas
matahari yang sangat rendah contohnya pada pengukuran pukul 10:18:43 nilai
Hvar -4.273908453 nT. Nilai Hvar akan selalu naik jika mendekati jam 12 siang
karena intensitas matahari pada puncak, contohnya pada pukul 11:08:45 dengan
nilai Hvar 106.23 nT. Ini adalah sesuai hokum alam yang telah dijelaskan pada
paragraph diatas.

4.3. Grafik H Vs Posisi

GRAFIK HA VS POSISI
160.00
140.00
120.00
100.00

Hvar nT

80.00

GRAFIK HA VS POSISI

60.00
40.00
20.00
0.00

10 12

Posisi (M)

Gambar 4.2. Grafik H Vs Posisi

Grafik diatas adalah grafik nilai delta h dan posisi yang menunjukan
persebaran anomali yang memiliki medan magnet tertentu terdapat pada titik x.
dari grafik diatas terjadi perbedaan anomali yang cukup besar menuju kecil karena
pada daerah ini ditemukan nilai medan gravitasi yang sangat tinggi bahkan
mencapai 106.23 nT yang kemungkinan adalah sebuah batuan logam contohnya
pasir besi.
Nilai delta H paling besar pada lintasan kelompok tiga adalah 134.04 nT
berada pada titik pengukuran ke 8 yang dilakukan pada pukul 11:00:01dan berada
pada koordinat x: 420352.7653 dan y: 9144238.77. Nilai pengukuran medan
anomali paling kecil yang berada dititik 3 dan berada pada koodinat x:
420378.6472 koordinat y: 9144335.363 serta dilakukan pada pukul 10:31:21.
Nilai medan anomali pada titik 3 ini adalah 9.06 nT. Dengan nilai sekecil ini
kemungkinan titik ini adalah batuan yang memiliki sifat diamagnetic

4.4. Peta TMI

Gambar 4.3. Peta TMI

Peta ITM diatas adalah peta persebaran nilai medan magnetik anomali
pada daerah pengukuran yang telah dilakukan. Peta diatas adalah peta yang masih
menunjukan anomali lokal dan anomali regional jadi agar lebih sesuai keinginan
peta tersebut harus dilakukakan proses pemisahan anomali local dan regional
proses itu dinamakan fltering. Persebaran nilai medan magnet anomali paling
besar pada keseluruhan peta ini adalah 265.45 nT sedangkan nilai medan magnet
anomali paling kecil memiliki nilai -32359.38 nT yang terdapat pada line
kelompok 2 medan magnet sekecil ini dapat dipastikan batuannya diamagnetik
contohnya kuarsa atau marmer. Pada lintasan kelompok 3 Nilai delta H paling
besar adalah 134.04 nT berada pada titik pengukuran 8 sedangkan anomali paling
kecil adalah 9.06 nT.

4.5. Peta Reduce to Pole

Gambar 4.4. Peta Reduce to Pole

Peta reduce to pole diatas adalah salah satu hasil flter dalam metode
magnetic karena dapat membuat data yang dihasilkan lebih valid. Pada dasarnya
proses yang dinamakan reduce to pole atau reduksi ke kutub ini adalah membuat
suatu benda yang dipengaruhi dua medan magnet menjadi satu medan magnet
saja. Pada dasarnya proses reduksi kekutub ini dilakukan dengan cara melakukan
suatu perubahan pada suatu sudut inklinasi dirubah menjadi 90 derajat supaya
kembali kekutub dan deklinasi diubah menuju ke 0 derajat untuk mereduksi
kekutub. Setelah peta dari ITM diubah menjadi Reduce to Pole kita bisa melihat
kenampakan peta yang sebelumnya terlihat lebih smooth dan membentuk kontur
kontur yang bagus setelah dilakukan proses yang disebut Reduce to Pole peta
tersebut menjadi sedikit tidak beraturan.

4.6. Peta Upward Regional

Gambar 4.5. Peta Upward Regional

Peta upward continuation regional ini adalah hasil pemisahan anomali


lokal dan regional namun yang kita cari dengan metode ini adalah anomali
regional. Prinsip dari metode upward continuation regional adalah nilai medan
magnetic yang telah dilakukan koreksi diangkat dari satu permukaan ke
permukaan selanjutnya secara bertahap sampai memperoleh target yang prospek
biasanya anomali regional berupa tubuh batuan yang besar contohnya intrusi
batholith. Demi mendapatkan gambaran anomali yang bersih dan bebas noise
maka anomali yang tidak diperlukan dibuat seolah olah tidak ada dengan
membawa ke ketinggian yang tinggi.
Proses upward continuation regional peta diatas menggunakan software
oasis montaj dengan menggunakan software proses upward bisa lebih praktis.
Pertama tama siapkan peta ITM yang sudah di RTP akan di flter. Pilih menu pada
MAGMAP kemudian flter pilih low kemudian tentukan ketinggian yang kita
inginkan. Ketinggian dipeta diatas menggunakan 110,120,130,140 dan yang
terakhir 150. Terlihat semakin besar ketinggian yang diberikan anomali lokal
perlahan akan tidak terlihat dan anomali regional terlihat makin jelas.

4.7. Peta Upward Lokal

Gambar 4.6. Peta Upward Lokal

Peta Upward Lokal merupakan peta yang memisahkan anomali lokal dan
anomali regional dan menghasilkan anomali lokal. Pada dasarnya kita telah
mendapatkan peta utama yaitu peta ITM yang digunakan sebagai peta awal.
Kemudian kita punya peta hasil upward continuation regional yang merupakan
implementasi dari anomali regional. Kalu kita menginginkan sebuah kenampakan
anomali lokal kita bisa mengolah persamaannya menjadi seperti persamaan
matematika. Jika kita ibaratkan peta utama ITM sebagai persamaan A, kemudian
kita menganggap peta turunan dari A yaitu hasil upward continuation regional
disebut dengan peta B. jadi untuk memdapatkan sisa atau residu dari A yang
dikurang B akan menjadi anomali lokal yang tersisa dari proses Upward Lokal.
Jika kita lihat Upward Lokal diatas menunjukan anomali yang lokal dan lebih detil,
untuk itu peta residu biasa dipakai analisa intrusi kecil seperti sill, dike maupun
bentukan yang kecil lainnya akan sangat sangat jelas.

BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Setelah melakukan pengolahan data hingga di dapatkan grafik dan
beberapa peta, kesimpulan atau benang merah yang dapat diambil adalah sebagai
berikut:

Grafik Hvar vs waktu ditarik kesimpulan Pada pagi hari didapatkan nilai
Hvar yang kecil mungkin akibat intensitas matahari yang sangat rendah
pada pengukuran pukul 10:18:43 nilai Hvar -4.273908453 nT. Nilai Hvar
akan selalu naik jika mendekati jam 12 siang karena intensitas matahari

pada puncak pada pukul 11:08:45 dengan nilai Hvar 106.23 nT.
Grafik posisi vs HA nilai delta H paling besar pada lintasan kelompok tiga
adalah 134.04 nT berada pada titik pengukuran ke 8 yang dilakukan pada
pukul 11:00:01dan berada pada koordinat x: 420352.7653 dan y:
9144238.77. Nilai pengukuran medan anomali paling kecil yang berada
dititik 3 dan berada pada koodinat x: 420378.6472 koordinat y:
9144335.363 serta dilakukan pada pukul 10:31:21. Nilai medan anomali

pada titik 3 ini adalah 9.06 nT.


Pada peta ITM persebaran nilai medan magnet anomali paling besar pada
keseluruhan peta ini adalah 265.45 nT sedangkan nilai medan magnet
anomali paling kecil memiliki nilai -32359.38 nT yang terdapat pada line
kelompok 2. Pada lintasan kelompok 3 Nilai delta H paling besar adalah
134.04 nT berada pada titik pengukuran 8 sedangkan anomali paling kecil

adalah 9.06 nT.


Setelah peta dari ITM diubah menjadi Reduce to Pole kenampakan peta
yang sebelumnya terlihat lebih smooth dan membentuk kontur kontur
yang bagus setelah dilakukan proses yang disebut Reduce to Pole peta

tersebut menjadi sedikit tidak beraturan.


Proses upward continuation regional menggunakan ketinggian dipeta
diatas menggunakan 110,120,130,140 dan yang terakhir 150. Terlihat
semakin besar ketinggian yang diberikan anomali lokal perlahan akan
tidak terlihat dan anomali regional terlihat makin jelas.

Setalah dilakukan Upward Lokal diatas menunjukan anomali yang lokal


dan lebih detil, untuk itu peta residu biasa dipakai analisa intrusi kecil
seperti sill, dike maupun bentukan yang kecil lainnya akan sangat sangat
jelas.

5.2. Saran
Jangan pernah melakukan sesuatu tanpa tujuan dianjurkan ketika
mengerjakan beberapa peta diatas menggunakan data yang benar benar sudah
valid. Setelah membuat peta jangan lupa memberi keterangan pada peta tersebut
supaya lebih menarik.

Anda mungkin juga menyukai