PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Survei geomagnet satu alat sebenernya tidak boleh dipakai karena nilai
Hvarnya tidak begitu akurat. Metode survei geomagnet adalah salah satu metode
geofisika yang sering dipakai dalam eksplorasi awal daerah prospek geomagnet
adalah survei yang bisa dibilang mengambil nilai variasi medan magnet secara
rata-rata suatu titik dibawah permukaan untuk di interpretasikan. Jadi metode
geomagnet ini tidak bisa menentukan variasi medan magnet secara perlapisan
karena data yang diambil adalah data rata-rata, namun eksplorasi geomagnet
sangat baik digunakan dalam survey awal karena memiliki tingkat akurasi
khususnya dalam eksplorasi pasir besi sangatlah tinggi.
Survey geomagnetik menggunakan beberapa pola akusisi data yang
dibahas dilaporan ini adalah metode satu alat. Metode hanya memelukan satu alat
PPM (proton precision magnetometer). Pertama alat digunakan sebagai mengikat
base fungsinya untuk mengontrol data dan diletakan pada suatu tempat yang aman
tidak ada pengaruh dari noise maupun anomali. Kemudian alat akan digunakan
mengukur pada titik yang akan kita ambil informasi dari anomaly yang dicari.
Setelah melakukan akusisi dengan titik titik awal sampai akhir selanjutnya
dilakukan pengukuran pada base lagi untuk dilakukan pengikatan data dan sebagai
koreksi harian meskipun tidak begitu akurat.
Setelah kita mengolah data hasil akusisi satu alat dan kita mendapatkan
nilai variasi medan magnet yang kita inginkan kita dapat melakukan flter data.
Flter data perlu dilakukan untuk mendapatkan model akhir dari hasil pengukuran
yang kita inginkan. Ada beberapa flter dalam geomagnet salah satunya adalah
upward continuation flter ini biasanya digunakan dalam memisahkan anomaly
regional dan anomali local. Prinsip dari upward continuation membawa data
medan magnet yang telah dikoreksi menuju dari suatu bidang permukaan diangkat
ke permukaan selanjutnya dan dilakukan pengangkatan sampai keketinggian yang
kita inginkan. Intinya jika target yang kita inginkan jika sudah terlihat jelas dan
sudah tidak ditemukan adanya noise atau anomali regional.
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Metode Magnet Bumi
Metode Geomagnet adalah salah satu metode geofisika yang digunakan
untuk menyelidiki kondisi permukaan bumi dengan memanfaatkan sifat
kemagnetan batuan yang diidentifikasikan oleh kerentanan magnet batuan.
Metode ini didasarkan pada pengukuran variasi intensitas magnetik di permukaan
bumi yang disebabkan adanya variasi distribusi (anomali) benda termagnetisasi di
bawah permukaan bumi.
Dalam metode geomagnetik ini, bumi diyakini sebagai batang magnet
raksasa dimana medan magnet utama bumi dihasilkan. Kerak bumi menghasilkan
medan magnet jauh lebih kecil daripada medan utama magnet yang dihasilkan
bumi secara keseluruhan. Teramatinya medan magnet pada bagian bumi tertentu,
biasanya disebut anomali magnetik yang dipengaruhi suseptibilitas batuan
tersebut dan remanen magnetiknya. Berdasarkan pada anomali magnetik batuan
ini, pendugaan sebaran batuan yang dipetakan baik secara lateral maupun vertikal.
Eksplorasi menggunakan metode magnetik, pada dasarnya terdiri atas tiga
tahap: akuisisi data lapangan, processing, interpretasi. Setiap tahap terdiri dari
beberapa perlakuan atau kegiatan. Pada tahap akuisisi, dilakukan penentuan titik
pengamatan dan pengukuran dengan satu atau dua alat. Untuk koreksi data
pengukuran dilakukan pada tahap processing. Koreksi pada metode magnetik
terdiri atas koreksi harian (diurnal), koreksi topografi (terrain) dan koreksi
lainnya. Sedangkan untuk interpretasi dari hasil pengolahan data dengan
menggunakan software diperoleh peta anomali magnetik.
Metode ini didasarkan pada perbedaan tingkat magnetisasi suatu batuan
yang diinduksi oleh medan magnet bumi. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya
perbedaan sifat kemagnetan suatu material. Kemampuan untuk termagnetisasi
tergantung
dari
suseptibilitas
magnetik
masing-masing
batuan.
Harga
suseptibilitas ini sangat penting di dalam pencarian benda anomali karena sifat
yang khas untuk setiap jenis mineral atau mineral logam. Harganya akan semakin
besar bila jumlah kandungan mineral magnetik pada batuan semakin banyak.
ke bawah.
Intensitas Horizontal (H), yaitu besar dari medan magnetik total pada
bidang horizontal.
Medan magnetik total (F), yaitu besar dari vektor medan magnetik
total.
batuan yang
Fe 7 S 8
mengandung mineral bermagnet seperti magnetite (
), titanomagnetite
Fe 2Ti O4
(
HT H M H L H A
(2.1)
dengan :
HT
HM
HL
HA
terjadi dalam waktu yang relatif singkat ataupun lama. Berdasarkan faktor-faktor
penyebabnya perubahan medan magnetik bumi dapat terjadi antara lain:
1. Variasi sekuler
Variasi sekuler adalah variasi medan bumi yang berasal dari variasi
medan magnetik utama bumi, sebagai akibat dari perubahan posisi kutub
magnetik bumi. Pengaruh variasi sekuler telah diantisipasi dengan cara
memperbarui dan menetapkan nilai intensitas medan magnetik utama bumi
yang dikenal dengan IGRF setiap lima tahun sekali.
2. Variasi harian
Variasi harian adalah variasi medan magnetik bumi yang sebagian
besar bersumber dari medan magnet luar. Medan magnet luar berasal dari
perputaran arus listrik di dalam lapisan ionosfer yang bersumber dari
partikel-partikel terionisasi oleh radiasi matahari sehingga menghasilkan
fluktasi arus yang dapat menjadi sumber medan magnet. Jangkauan variasi
ini hingga mencapai 30 gamma dengan perioda 24 jam. Selain itu juga
terdapat variasi yang amplitudonya berkisar 2 gamma dengan perioda 25
jam. Variasi ini diasosiasikan dengan interaksi ionosfer bulan yang dikenal
dengan variasi harian bulan (Telford, 1976).
H Var =
Keterangan:
1. Vektor X, Y, dan H terletak pada bidang horizontal dimana komponen X
berada disepanjang sumbu geografis, komponen Y pada timur geografis dan
H pada komponen horizontal.
2. Vektor Z merupakan komponen vertikal medan magnet bumi.
3. Vektor F merupakan komponen total medan magnet yang terletak pada
bidang vertikal yang memuat komponen H dan Z.
4. Sudut D merupakan sudut deklinasi yang dibentuk oleh arah utara sebenarnya
(X) dengan komponen horizontal (H).
5. Sudut I merupakan sudut inklinasi yang besarnya ditentukan oleh vektor H
dan F.
Hubungan medan magnet antar tiap komponennya dapat dinyatakan melalui
persamaan berikut:
Z = F Sin I
(2.3)
H = F Cos I
(2.4)
X= H Cos D
(2.5)
Y= H Sin D
(2.6)
F = H+Z = X+Y+Z
(2.7)
(2.8)
2. Koreksi IGRF
Data hasil pengukuran medan magnetik pada dasarnya adalah
konstribusi dari tiga komponen dasar, yaitu medan magnetik utama bumi,
medan magnetik luar dan medan anomali. Nilai medan magnetik utama
tidak lain adalah niali IGRF. Jika nilai medan magnetik utama dihilangkan
dengan koreksi harian, maka kontribusi medan magnetik utama
dihilangkan dengan koreksi IGRF. Koreksi IGRFdapat dilakukan dengan
cara mengurangkan nilai IGRF terhadap nilai medan magnetik total yang
telah terkoreksi harian pada setiap titik pengukuran pada posisi geografis
yang sesuai. Persamaan koreksinya (setelah dikoreksi harian) dapat
dituliskan sebagai berikut :
H = Htotal Hharian H0
(2.9)
Dimana H0 = IGRF
3. Koreksi Topografi
Koreksi topografi dilakukan jika pengaruh topografi dalam survei
megnetik sangat kuat.Koreksi topografi dalam survei geomagnetik tidak
mempunyai aturan yang jelas.Salah satu metode untuk menentukan nilai
koreksinya
adalah
dengan
membangun
suatu
model
topografi
(2.10)
Diamagnetik
Dalam batuan diamagnetik atom atom pembentuk batuan mempunyai
kulit elektron berpasangan dan mempunyai spin yang berlawanan dalam tiap
pasangan. Jika mendapat medan magnet dari luar orbit, elektron tersebut akan
berpresesi yang menghasilkan medan magnet lemah yang melawan medan magnet
luar tadi mempunyai Susceptibilitas k negatif dan kecil dan Susceptibilitas k tidak
tergantung dari pada medan magnet luar. Contoh : bismuth, grafit, gypsum,
marmer, kuarsa, garam.
Paramagnetisme
Di dalam paramagnetik terdapat kulit elektron terluar yang belum jenuh
yakni ada elektron yang spinnya tidak berpasangan dan mengarah pada arah spin
yang sama. Jika terdapat medan magnetik luar, spin tersebut berpresesi
menghasilkan medan magnet yang mengarah searah dengan medan tersebut
sehingga memperkuatnya.
Akan tetapi momen magnetik yang terbentuk terorientasi acak oleh agitasi
termal, oleh karena itu bahan tersebut dapat dikatakan mempunyai sifat:
Suseptibilitas k positif dan sedikit lebih besar dari satu.Suseptibilitas k bergantung
pada temperatur.Contoh : piroksen, olivin, garnet, biotit, amfibolit dll.
Dalam benda-benda magnetik, medan yang dihasilkan oleh momenmomen magnetik atomik permanen, cenderung untuk membantu medan luar,
sedangkan untuk dielektrik-dielektrik medan dari dipole-dipole selalu cenderung
untuk melawan medan luar, apakah dielektrik mempunyai dipole-dipole yang
terinduksi atau diorientasikan.
Ferromagnetik
Terdapat banyak kulit elektron yang hanya diisi oleh suatu elektron
sehingga mudah terinduksi oleh medan luar.keadaan ini diperkuat lagi oleh
adanya kelompok-kelompok bahan berspin searah yang membentuk dipole-dipole
magnet (domain) mempunyai arah sama, apalagi jika didalam medan magnet luar.
Ferromagnetik. Mempunyai sifat susseptibilitas k positif dan jauh lebih besar dari
satu dan susseptibilitas k bergantung dari temperatur. Contoh : besi, nikel, kobalt
Antiferromagnetik
Pada bahan antiferromagnetik domain-domain tadi menghasilkan dipole
Ferrimagnetik
Pada bahan ferrimagnetik domain-domain tadi juga saling antiparalel
tetapi jumlah dipole pada masing-masing arah tidak sama sehingga masih
mempunyai resultan magnetisasi cukup besar. Suseptibilitasnya tinggi dan
tergantung temperatur. Contoh : magnetit (Fe3O4), ilmenit (FeTiO3), pirhotit
(FeS).
pengukuran dengan kondisi matahari pada saat pengukuran dilakukan dan diakhir
adalah berbeda yang mengikatkan intensitas dari daerah pengukuran juga
bervariasi.
2.9. Upward Continuation & Downward Continuation
Upward continuation atau Kontinuitas ke Atas merupakan suatu proses
untuk mengubah data pengukuran medan potensila yang telah di koreksi dalam
sauatu permukaan ke beberapa permukaan medan potensialyang lebih tinggi dari
permukaan ketika melakukan pengukuran hingga beberapa meter. Untuk
penentuan ketinggian tergantung pada keinginan dalam melihat target yang
prospek sehingga dapat terlihat jelas tanpa terabung dengan noise yang ada atau
pengaruh dari benda benda dekat permukaan yang bersifat magnet sehingga
akan membuat data akan lebih agak sulit untik dilihat prospeknya.
2.9. Reduce to Pole
Reduction To Pole (RTP) atau Reduksi ke Kutub adalah satu dari beberapa
flter yang digunakan dalam proses interpretasi data magnetik. Pada dasarnya RTP
mencoba mentranformasikan medan magnet di suatu tempat
menjadi medan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
Peta TMI
Kesimpulan
Selesai
Siapkan data hasil pengukuran dengan metode akusisi looping. Data tersebut
berupa koordinat, data pembacaan alat dan data waktu yang siap diolah.
Setelah data siap mulailah menghitung atau mencari nilai Hvar. Dalam
perhitungan Hvar menggunakan rumus yang diajarkan oleh asisten saat
praktikum.
Setelah kita mendapatkan nilai H var kita dapat menghitung delta H dengan
cara nilai Hobs dikurangi nilai IGRF (International Geomagnetic Reference
Field) yang nilainya berbeda tiap wilayah dan dikurangi nilai Hvar.
Setelah didapatkan nilai delta h dan Hvar maka untuk melihat trend dan
menarik kesimpulan diharuskan membuatl Grafik berdasarkan nilai Ha
dengan Posisi. Kemudian grafik yang kedua grafik dari nilai Hvar dengan
Waktu,
Selanjutnya kita dapat memodelkan dengan membuat peta dari variasi delta H
menggunakan software oasis montaj. Peta paling awal yang kita buat ini
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
TIME VS HVAR
0
10:04:48 10:33:36 11:02:24 11:31:12
-5
-10
Hvar nT
TIME VS HVAR
-15
-20
-25
-30
Waktu S
GRAFIK HA VS POSISI
160.00
140.00
120.00
100.00
Hvar nT
80.00
GRAFIK HA VS POSISI
60.00
40.00
20.00
0.00
10 12
Posisi (M)
Grafik diatas adalah grafik nilai delta h dan posisi yang menunjukan
persebaran anomali yang memiliki medan magnet tertentu terdapat pada titik x.
dari grafik diatas terjadi perbedaan anomali yang cukup besar menuju kecil karena
pada daerah ini ditemukan nilai medan gravitasi yang sangat tinggi bahkan
mencapai 106.23 nT yang kemungkinan adalah sebuah batuan logam contohnya
pasir besi.
Nilai delta H paling besar pada lintasan kelompok tiga adalah 134.04 nT
berada pada titik pengukuran ke 8 yang dilakukan pada pukul 11:00:01dan berada
pada koordinat x: 420352.7653 dan y: 9144238.77. Nilai pengukuran medan
anomali paling kecil yang berada dititik 3 dan berada pada koodinat x:
420378.6472 koordinat y: 9144335.363 serta dilakukan pada pukul 10:31:21.
Nilai medan anomali pada titik 3 ini adalah 9.06 nT. Dengan nilai sekecil ini
kemungkinan titik ini adalah batuan yang memiliki sifat diamagnetic
Peta ITM diatas adalah peta persebaran nilai medan magnetik anomali
pada daerah pengukuran yang telah dilakukan. Peta diatas adalah peta yang masih
menunjukan anomali lokal dan anomali regional jadi agar lebih sesuai keinginan
peta tersebut harus dilakukakan proses pemisahan anomali local dan regional
proses itu dinamakan fltering. Persebaran nilai medan magnet anomali paling
besar pada keseluruhan peta ini adalah 265.45 nT sedangkan nilai medan magnet
anomali paling kecil memiliki nilai -32359.38 nT yang terdapat pada line
kelompok 2 medan magnet sekecil ini dapat dipastikan batuannya diamagnetik
contohnya kuarsa atau marmer. Pada lintasan kelompok 3 Nilai delta H paling
besar adalah 134.04 nT berada pada titik pengukuran 8 sedangkan anomali paling
kecil adalah 9.06 nT.
Peta reduce to pole diatas adalah salah satu hasil flter dalam metode
magnetic karena dapat membuat data yang dihasilkan lebih valid. Pada dasarnya
proses yang dinamakan reduce to pole atau reduksi ke kutub ini adalah membuat
suatu benda yang dipengaruhi dua medan magnet menjadi satu medan magnet
saja. Pada dasarnya proses reduksi kekutub ini dilakukan dengan cara melakukan
suatu perubahan pada suatu sudut inklinasi dirubah menjadi 90 derajat supaya
kembali kekutub dan deklinasi diubah menuju ke 0 derajat untuk mereduksi
kekutub. Setelah peta dari ITM diubah menjadi Reduce to Pole kita bisa melihat
kenampakan peta yang sebelumnya terlihat lebih smooth dan membentuk kontur
kontur yang bagus setelah dilakukan proses yang disebut Reduce to Pole peta
tersebut menjadi sedikit tidak beraturan.
Peta Upward Lokal merupakan peta yang memisahkan anomali lokal dan
anomali regional dan menghasilkan anomali lokal. Pada dasarnya kita telah
mendapatkan peta utama yaitu peta ITM yang digunakan sebagai peta awal.
Kemudian kita punya peta hasil upward continuation regional yang merupakan
implementasi dari anomali regional. Kalu kita menginginkan sebuah kenampakan
anomali lokal kita bisa mengolah persamaannya menjadi seperti persamaan
matematika. Jika kita ibaratkan peta utama ITM sebagai persamaan A, kemudian
kita menganggap peta turunan dari A yaitu hasil upward continuation regional
disebut dengan peta B. jadi untuk memdapatkan sisa atau residu dari A yang
dikurang B akan menjadi anomali lokal yang tersisa dari proses Upward Lokal.
Jika kita lihat Upward Lokal diatas menunjukan anomali yang lokal dan lebih detil,
untuk itu peta residu biasa dipakai analisa intrusi kecil seperti sill, dike maupun
bentukan yang kecil lainnya akan sangat sangat jelas.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Setelah melakukan pengolahan data hingga di dapatkan grafik dan
beberapa peta, kesimpulan atau benang merah yang dapat diambil adalah sebagai
berikut:
Grafik Hvar vs waktu ditarik kesimpulan Pada pagi hari didapatkan nilai
Hvar yang kecil mungkin akibat intensitas matahari yang sangat rendah
pada pengukuran pukul 10:18:43 nilai Hvar -4.273908453 nT. Nilai Hvar
akan selalu naik jika mendekati jam 12 siang karena intensitas matahari
pada puncak pada pukul 11:08:45 dengan nilai Hvar 106.23 nT.
Grafik posisi vs HA nilai delta H paling besar pada lintasan kelompok tiga
adalah 134.04 nT berada pada titik pengukuran ke 8 yang dilakukan pada
pukul 11:00:01dan berada pada koordinat x: 420352.7653 dan y:
9144238.77. Nilai pengukuran medan anomali paling kecil yang berada
dititik 3 dan berada pada koodinat x: 420378.6472 koordinat y:
9144335.363 serta dilakukan pada pukul 10:31:21. Nilai medan anomali
5.2. Saran
Jangan pernah melakukan sesuatu tanpa tujuan dianjurkan ketika
mengerjakan beberapa peta diatas menggunakan data yang benar benar sudah
valid. Setelah membuat peta jangan lupa memberi keterangan pada peta tersebut
supaya lebih menarik.