Anda di halaman 1dari 32

Laporan Akhir Praktikum Geofisika 1

Modul Mag-02
Pengolahan dan Interpretasi Data Metode Magnetik

Diky Aulia
140710150002

Departemen Geofisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Padjadjaran
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Geologi lapangan merupakan mata kuliah yang sangat fundamental


dalampengembangan dasar – dasar ilmu geologi. Senua data yang diperlukan oleh
seorang ahligeologi terdapat di lapangan yang akan diteliti. Dengan pengambilan data
yang baik danbenar, maka kita dapat mengetahui apa yang terjadi sesungguhnya di
tempat itu padabeberapa juta tahun yang lalu. Dengan begitu kita dapat
merekonstruksi apa yang sebenarnyaterjadi di masa lalu, sesuai deng an semboyan “
the present is the key to the past ”.

Seluruh pengambilan data yang dilakukan pada dasarnya ialah untuk


memetakankondisi geologi yang ada di daerah penelitian, seperti kondisi
geomorfologi, stratigrafi danstruktur yang ada di daerah tersebut. Hasil akhir dari
suatu pemetaan ini adalah denganmembuat suatu peta geologi. Peta ini merupakan
peta yang memberikan gambaran mengenaiseluruh penyebaran dan susunan dari
lapisan-lapisan batuan dengan memakai warna atausimbol, sedangkan tanda-tanda
yang terlihat di dalamnya dapat memberikan pencerminandalam tiga dimensi
mengenai susunan batuan di bawah permukaan. Nilai dari peta geologi,artinya hingga
dimana peta tersebut dapat digunakan, tergantung dari ketelitian pada
waktupengamatan di lapangan.

Pemetaan yang dilakukan ialah berada di Kecamatan Karangsambung,


KabupatenKebumen, Provinsi Jawa Tengah. Daerah Karangsambung, Luk Ulo, Jawa
Tengah dikenalsebagai salah satu tempat tersingkap batuan campuran, yaitu
Kompleks Melange Luk-Uloyang berumur Kapur Akhir sampai Paleosen. Satuan
batuan ini dianggap sebagai produk dariproses subduksi antara lempeng Indo-
Australia yang menunjam di bawah lempeng benuaAsia Tenggara ( Asikin, 1974 ).
Satuan batuan ini ditutupi oleh sedimen-sedimen Paleogen,yang terdiri dari Formasi
Karangsambung dan Formasi Totogan. Kedua satuan batuan initerdiri dari
batulempung dengan fragmen-fragmen atau bongkah-bongkah batuan asing
yangtercampur di dalamnya, yang dianggap sebagai olistostrom. Di bagian atas dari
sedimenPaleogen ini juga diendapkan sedimen Neogen yaitu Formasi Waturanda,
Formasi Penosogandan Formasi Halang.

Litologi yang beragam disertai struktur yang mengontrol menyebabkan di


daerah inimemiliki proses geologi yang cukup kompleks. Pada laporan ini akan
dibahas mengenai pengolahan software Oasis Montaj dan Gravmag menggunakan
peta karangsambung.
BAB II
PENGOLAHAN DATA

2.1 Pengolahan Koreksi Anomali Magnetik

 Memilih data yang akan dilakukan koreksi data.

 Hasil koreksi data yang telah dilakukan pada data di atas


2.2 Pengolahan pada software Oasis Montaj

 Buka software Oasis Montaj, klik Project  New. Selanjutnya tulis nama project
dan save

 Lalu akan muncul tampilan seperti dibawah ini


 Selanjutnya pilih menu Data  Import  Ascii

 Pilih file yang dengan ekstensi file *.txt

 Kemudian simpan file dalam format *.gdb


2.3 Pembuatan Peta Anomali Magnet
 Pilih menu Grid  Gridding  Minimum Curvature  Dialog Controls

Minimum curvatur merupakan metode interpolasi anomali medan potensial


dengan menerapkan ke data magnetik sintetis yang mensimulasikan survei magnetik.
 Memilih channel yang akan dibuat grid

 Hasil peta anomali magnet yang belum dilakukan filtering


2.4 Pembuatan Grid Untuk Filtering Peta Anomali Magnet

 Import MAGMAP

 Pilih menu MAGMAP  Step-By-Step Filtering  Prepare Grid


 Mengatur pengaturan seperti gambar di bawah berikut

Motede Inverse Distance bertujuan untuk memodelkan data yang telah


diketahui di lapangan.

 Hasil Peta Grid Filtering


 Kemudian melakukan transformasi fourier dengan memilih menu MAGMAP 
Step-By-Step Filtering  Forward FFT.

Transformasi Fourier cepat ( Fast Fourier Transform , biasa disingkat FFT)


adalah suatu algoritma untuk menghitung transformasi Fourier diskrit (DFT) dengan
cepat dan efisien. Transformasi Fourier Cepat diterapkan dalam beragam bidang,
mulai dari pengolahan sinyal digital, memecahkan persamaan diferensial parsial, dan
untuk algoritma untuk mengalikan bilangan bulat besar.

 Memilih file *.grd yang akan dilakukan FFT

Pembuatan Peta RTE + UC

 Pilih menu MAGMAP  Step-By-Step Filtering  Define Filters


 Lalu muncul tampilah MAGMAP Filter Design dan pilih “magmap.con”

 Pilih first filter “Reduce to Magnetic Equator” dan 2nd filter “Upward
Continuation”

Pada data yang praktikan miliki, filtering paling baik adalah kombinasi antara
reduce to equator (reduksi ke ekuator) dan upward continuation (kontinuasi ke atas).
Jadi filtering itu tergantung dari lokasi pengukuran dan data. RTE+UC digunakan
karena memiliki hasil anomali yang sesuai dengan keadaan peta karangsambung dan
memiliki arah polarisasi magnet yang jelas (adanya kontur closure/menutup)
dibandingkan dengan filtering lainnya.

 Masukan nilai Inklinasi dan Deklinasi di Base Station

Nilai koreksi amplitude -20 bertujuan agar hasilnya inklinasi akurat


 Mengatur seberapa jauh jarak yang digunakan untuk kontinuasi ke atas.

Jaraknya bebas, namun untuk memudahkan perngerjaan, praktikan


mengguunakan jarak 10.

 Selanjutnya pilih MAGMAP  Step-By-Step Filtering  Apply Filter

 Memilih pengaturan untuk output grid.


 Hasil peta anomali yang telah di-filter RTE + UC

2.5 Pembuatan Slicing Anomali Gravity

 Membuat slicing peta anomali residual dengan cara klik “Polyline”


 Selanjutnya digitize masing-masing ujung titik dengan cara klil menu Map 
Digitize
 Lalu pilih tempat output slice yang diinginkan dalam format *.bln dan *.dat

 Kemudian di open dalam format *.dat, data yang di ambil adalah pada kolom C
(Anomali) dan kolom D (Jarak)
 Selanjutnya di masukan ke excel seperti format dibawah ini

 Lalu dipindahkan ke dalam notepad, jangan lupa dihilangkan semua spasi


digantikan dengan tanda koma
2.6 Pembuatan Slicing Anomali Magnet

 Tahapnya sama seperti slicing anomali gravity, hasil notepadnya seperti dibawah
ini

2.7 Interpretasi Gravity

 Buka aplikasi Gravmag


 Buka data di notepad dalam formatm *.txt

 Maka tampilan yang dihasilkan seperti dibawah ini


 Membuat section dengan klik Window  Section

 Selanjutnya akan muncul tampilan dibawah ini


 Kemudian di atur jaraknya, disesuaikan dengan hasil slicing, jadi disini praktikan
menggunakan jarak 1080. Hal ini dikarenakan nilai jarak terbesar adalah 1080,
sehingga hasil yang ditampilkan semakin akurat

 Kemudian klik New untuk membuat segi yang menyesuaikan nilai anomali dan di
atur nilai densitasnya

Nilai densitas yang di berikan ada 3 dan warnanya dibedakan, tujuannya agar
mempermudah pengaturan nilai initial menjadi sesuai dengan nilai anomali
sesungguhnya.
 Terakhir di buat bentuk struktur anomali agar nilai initial bisa menyesuaikan nilai
anomali

Inilah output akhir dari software Gravmag, dimana praktikan menyesuaikan


nilai initial dengan nilai anomali yang dihasilkan dari slicing anomali residual. Pada
hasil ini dapat diketahui nilai RMS = 0.4838991 mGal
2.8 Interpretasi Magnet

 Tahapnya sama seperti slicing gravity, maka hasilnya seperti dibawah ini

Pada hasil ini dapat diketahui nilai RMS = 609.7329 nT. Hasil ini diakibatkan karena
pada saat mengolah slicing magnet, dibagian ujung tidak bisa dicocokkan, praktikan
menganggap adanya kesalahan pada aplikasi.
BAB III

HASIL DAN ANALISA

3.1 Hasil

Peta Anomali Residual Gravity Peta Anomali RTE + UC


 Peta Geologi Karangsambung dengan digitasi yang sama
Digitasi Gravity

Digitasi Magnet
 Hasil Penampang Slicing

Slicing Anomali Residual Gravity

Berdasarkan peta karangsambung dan hasil digitasi serta slicing, setelah di


bandingkan dengan hasil penampang Gravmag didapatkan hasil yang sesuai
dengan keadaan geologinya, Dimana dibagian kiri terdapat intrusi diabas dan
sebelah kanan terdapat batuan pasir. Diantara diabas dan batu pasir terdapat
patahan akibat intrusi yang menerobos permukaan.
Slicing Anomali Magnet RTE + UC

Berdasarkan peta karangsambung dan hasil digitasi serta slicing, setelah di


bandingkan dengan hasil penampang Gravmag didapatkan hasil yang sesuai
dengan keadaan geologinya, Dimana dibagian kiri adanya batuan metamorf yaitu
sekis, ditengah adanya intrusi diabas, dan di sebelah kanan adanya batuan pasir.
Namun dibawah batu pasir masih terdapat penjalaran intrusi diabas. Hal ini sangat
sesuai dengan keadaan geologi, dimana intrusi diabas membuat lapisan menjadi
patahan naik atau turun.
3.2 Analisa

 Data Hasil Pengukuran Field dan Base yang Sudah Disesuaikan

Pertama-tama kita akan mempunyai data base dan data field yang terpisah. Data
base merupaka setting-an alat setiap 5 menit, sedangkan data feld adalah data yang
diukur di setiap titik dengan jarak waktu yang tidak sama antar titik. Maka dari itu,
kita harus mencocokkan antara data base dengan data field. Data base dan data field
belum tentu sama waktunya, sehingga kita sesuaikan dengan waktu di data base yang
berdekatan. Data di field merupakan rata-rata dari waktu pengukuran dan rata-rata
pembacaan alat karena kita melalukan tiga kali pengamatan untuk satu titik agar lebih
akurat. Jadi penyesuaian disini adalah menyesuaikan waktu di field dan waktu di base
yang berdekatan. Karena base disetting tiap lima menit sedangkan di field waktunya
tidak menentu, maka akan ada data dari base yang tidak dipakai, yaitu data waktu
yang tidak ada di field.

 Interpolasi, Koreksi Diurnal, Koreski Alat, IGRF dan Anomali Magnet

Setelah kita menyesuaikan data di field dan data di base, selanjutnya adalah di
interpolasi. Karena meskipun kita sudah menyesuaikan, namun data di field dengan
data di base tidak persis sama, sehingga kita perlu memperkirakan data yang berada
pada rentang waktu di base. Untuk interpolasi, misalkan pada titik ST-01, waktu rata-
rata adalah 10:51:00 sedangkan data waktu yang kita punya di data base hanya
10:50:29 dan 10:55:29. Waktu 10:51 berada pada rentang tersebut, sehingga kita
mencari nilai pembacaan pada 10:51 dengan menggunakan nilai pembacaan 10:50:29
dan nilai pembacaan 10:55:29. Hasil interpolasi ini nantinya yang akan digunakan
dalam beberapa koreksi.

Untuk mencari koreksi harian untuk alat yang di base, sebelumnya kita mencari
dulu rata-rata pembacaan base, semua data di base termasuk yang tidak digunakan
dalam interpolasi. Maka koreksi harian untuk alat di base merupakan nilai interpolasi
dikurangi dengan rata-rata pembacaan alar base.
Selanjutnya adalah koreksi alat yang diletakkan di titik base. Kita lihat kolom
pembacaan field rata-rata (tabel I), kita kurangkan nilai akhir dengan nilai awal, yaitu
45101,26667 dengan 45121,63333, maka kita akan mendapatkan koreksi alat pada
base. Selanjutnya koreksi diurnal (harian) field merupakan kolom rata-rata
pembacaan field ditambah dengan kolom koreksi diurnal base.

Langkah berikutnya adalah mencari koreksi alat yang digunakan saat field.
Rumusannya adalah kolom koreksi diurnal alat field dikurangkan dengan koreksi alat
base (alat yang digunakan di base). Setelah melakukan koreksi diurnal dan koreksi
alat untuk alat base dan alat field, maka selanjutnya adalah koreksi untuk IGRF. Nilai
IGRF yang dimasukkan adalah nilai IGRF untuk tahun 2014 karena medan magnet
bumi berubah tiap tahunnya. Maka nilai anomali magnet hasil reduksi adalah nilai
koreksi alat field dikurangi nilai IGRF. Nilai anomali magnet merupakan nilai yang
sebenarnya ketika semua faktor tambahan sudah direduksi.

 Data Input untuk Oasis Montaj

Oasis Montaj merupakan software yang akan kita gunakan untuk filtering data.
Penginputan data untuk Oasis Montaj memerlukan data x dan y (koordinat UTM),
data z (nilai anomali magnetik), data nama titik, inklinasi tiap titik, data deklinasi tiap
titik, dan data elevasi tiap titik.

 Hasil Filtering

Oasis Montaj merupakan software yang digunakan untuk melakukan koreksi


reduce to pole (RTP) dan upward continuation (UC) untuk data yang kita punya.
Sebenarnya selain reduce to pole, masih ada filter reduce to equator (RTE) dan
downward continuation (DC). Kita mesti memilih salah satu RTP atau RTE, dan juga
UC ataupun DC. Pada data yang kita miliki, filtering paling baik adalah kombinasi
antara reduce to pole (reduksi ke kutub) dan upward continuation (kontinuasi ke
atas). Jadi filtering itu tergantung dari lokasi pengukuran dan data.
Filtering dilakukan agar membuang noise berfrekuensi tinggi. Alasan memilih
filtering RTP+UC sebagai filter paling bagus adalah karena memiliki arah polarisasi
magnet yang jelas (adanya kontur closure/menutup) dibandingkan dengan filtering
lainnya.

 Sayatan (Slicing)

Pada proses ini dapat digunakan dengan software Surfer untuk digitize garis
yang kita buat. Hasil sayatan pada peta anomali residual gravity menghasilkan nilai x
dan y dimana x merupakan jarak spasial dan y adalah nilai anomali gravity.

 Pemodelan dengan software GravMag

Hasil slicing pada peta anomaly residual selanjutnya kita interpretasikan dengan
menduga struktur geologi dibawah permukaan garis slicing. Hasil dugaan tersebut
berbentuk 2 dimensi karena hanya bergantung pada spasial dan nilai anomali
magnetiknya. Pemodelan magnetik sama seperti pemodelan graviti hanya saja pada
pemodelan magnetik dibutuhkan nilai latitude dan profil azimuth. Nilai latitude
adalah rata-rata koordinat dalam latitude, sedangkan profil azimuth merupakan rata-
rata deklinasi tiap titik. Pada software ini, kita membuat model dugaan dengan error
yang sekecil mungkin.
BAB IV

KESIMPULAN

Setelah melakukan semua praktikum metode magnetik dimulai dari pengenalan


alat, akuisisi data, pengolahan data, hingga filtering dan interpretasi data, maka
praktikan dapat memahami bagaimana metode magnetik ini disebut sebagai metode
pasif karena memang hanya memanfaatkan sumber alami dari bumi. Praktikan juga
memahami bagaimana metode ini memanfaatkan medan magnet suatu titik di bumi
terhadap medan magnet utama bumi.

Pemakaian magnetometer PPM memerlukan alat bantu yaitu receiver yang


berbentuk tongkat panjang, yang berfungsi untuk menyesuaikan arah utara titik
pengukuran dengan arah utara magnetik, karena jika belum sesuai, maka
magnetometer PPM tidak akan bekerja dan menimbulkan “bunyi” yang bising.
Penyesuaian arah utara ini juga dibantu dengan kompas geologi. Dalam setiap titik
dilakukan tiga kali pengukuran, dan setiap akan digunakan, alat mesti dimatikan
minimal 30 detik untuk menghindari kerusakan alat. Kelebihan dari magnetometer
adalah data magnetik yang terukur dapat direkam di alat.

Data medan magnetik yang kita dapatkan masih mengandung berbagai noise,
sehingga perlu dikoreksi agar kita hanya memperoleh nilai anomali magnetik yang
sejatinya. Karena pada pengukuran kali ini menggunakan dua jenis alat, yaitu alat
yang diletakkan di base serta alat yang dibawa kemana-mana untuk pengukuran
(field) maka koreksi yang dilakukan adalah koreksi terhadap kedua alat. Namun,
secara garis besar, koreksi yang dilakukan pada metode magnetik hanya koreksi
harian (diurnal), koreksi alat, dan koreksi nilai IGRF.

Setelah mendapatkan anomali magnetik, selanjutna diplotkan dalam kontur.


Namun, peta kontur anomali magnetik ini ternyata masih memerlukan filtering.
Filtering yang dilakukan dapat berupa reduce to pole, reduce to equator, upward
continuation, downward continuation, dan lain-lain. Hasil filtering ini nantinya akan
menghasilkan peta kontur yang mempunyai arah polarisasi magnetik.

Untuk mencari penampang geologi di bawah permukaan bumi, selanjutnya


dilakukan slicing atau sayatan pada peta kontur hasil filtering. Hasil sayatan ini
kemudian dimasukkan ke dalam program GravMag untuk memodelkan struktur
geologi dibawah sayatan. Pemodelan ini bersifat try and error, dan kita memasukkan
nilai gravity atau suseptibilitas magnetik sesuka kita, hingga memiliki kemiripan
(error sekecil mungkin) antara calculated magnetic dan observed magnetic. Jika
masih belum mirip, maka dapat diulang dengan mengganti bentuk atau mengganti
nilai gravity atau nilai suseptibilitas magnetiknya.

Daftar Pustaka

 Telford, Geldhart, Sheriff & Keys: Applied Geophysics,1990. Cambridge.


 https://www.academia.edu/28691541/Analisa_Fast_Fourier_Transform_Pada_Me
tode_Magnetik
 https://wikivisually.com/lang-id/wiki/Suseptibilitas_magnetik

Anda mungkin juga menyukai