LAPORAN AKHIR
Diajukan sebagai syarat kelulusan mata kuliah KULIAH LAPANGAN PTF 363
Oleh:
ABDULLAH A. ALI
F1D314013
UNIVERSITAS JAMBI
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kuliah Lapangan ini. Tugas
laporan ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat penilaian pada mata
kuliah “Kuliah Lapangan”. bagi mahasiswa angkatan 2014 Program Studi Geofisika,
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Jambi. Laporan ini dibuat setelah penulis
menyelesaikan kuliah lapangan yang telah dilaksanakan pada 03 April 2017 sampai
dengan 14 April 2017 di Cagaralam Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Jawa
Tengah.
Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada Fakultas Sains dan Teknologi
serta pihak-pihak yang telah mendukung kegiatan Kuliah Lapangan ini sehingga
kegiatan ini terlaksana dengan baik.
“Abdullah A. Ali”
SARI ................................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iv
1.2 Tujuan................................................................................................................. 2
Sistematika penulisan laporan kuliah lapangan ini dibagi menjadi tujuh bab.
Bab I merupakan pendahuluan mengenai gambaran umum dari pokok penelitian yang
terdiri dari beberapa bagian, yakni latar belakang, tujuan, lokasi dan daerah penelitian,
metode penelitian, dan sistematika penulisan. Selanjutnya untuk mengetahui daerah
geologi daerah penelitian diuraikan dalam bab II geologi regional yaitu, Tectonic
setting, Geomorfologi, Petrologi dan Stratigrafi. Pada Bab III mencakup dasar teori
metode-metode geofisika yang digunakan pada penelitian ini. Bab IV mencakup
tentang hasil pengambilan data, pengolahan data, serta pembahasan data geologi. Bab
V menjelaskan tentang pengambilan, pengolahan, dan pembahasan data geofisika.
Selanjutnya hasil Integrasi dan Interpretasi Geofiska dijelaskan pada bab VI. Hingga
pada bagian akhir akan diperoleh kesimpulan dari penelitian yang dilakukan, yakni
pada bab VII.
2.2 Geomorfologi
2.1.1 Petrologi
1. Kali Muncar, Seboro Kec. Sadang
Lokasi ini dlsebut sebagai watu kelir oleh masyarakat sekitar, karena
kenampakannya seperti kelengkapan pagelaran wayang dengan gong dan
layarnya berwarna merah. Pada lokasi ini terdapat singkapan dua batuan yaitu
basalt di bagian atas dan perlapisan rijang dan lempung merah di bagian bawah
dengan struktur lapisan hampir tegak lurus. Batuan ini merupakan batuan
sedimen yang diendapkan pada lingkungan laut dalam dan berumur kapur akhir
(Wakita et al) serta telah mengalami proses tektonik yang sangat kuat.
Basalt yang ada di bagian atas menunjukkan struktur menyerupai bantal
(pillow). Merupakan batuan lava yang keluar dari bawah dasar samudera.
Berdasarkan analisis radio dating, basait ini berumur sekitar 81 juta tahun yang
lalu (Suparka, 1988). Pada bagian bawah terdapat singkapan selang-seling rijang
dengan lempung gamping merah yang mengandung fosil binatang renik
radiolaria.
2. Daerah Pucangan
Pada lokasi ini dijumpai singkapan batuan serpentinit berwarna gelap
kehijauan, silikatnya rendah dan suhunya rendah. Batuan ini kaya akan olivine
dan merupakan batuan metarnorfosa/ ubahan dari batuan beku ultra basa hasil
pembekuan magma dari dalam perut bumi (mantle/selubung bumi). Pada
retakan batuan serpentinit ini sering dijumpai urat-urat berwarna hijau
berserabut yang disebut asbes.
3. Tebing Sungai Luk Ulo, Kaki Bukit Sipako
Sekitar 300 m ke arah utara dari kaki bukit Sipako, terdapat singkapan
blok rijang batu gamping merah yang menunjukan kontak sesar dengan fillit di
bagian selatan dan dengan greywacke di bagian utara.
Pada kaki bukit Sipako terdapat singkapan fillit-grafit yang telah
mengalami perlipatan. Batuan ini diinterpretasikan sebagai produk selama
proses subduksi yang mentransfer sedimen palung ke dalam metamorfosa
derajat rendah. Singkapan ini telah mengalami deformasi lanjut yang ditunjukan
oleh sesar naik, jalur milonit dan fault Eouge.
Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 10
4. Kali Mandala
Kali mandala merupakan salahsatu anak sungai Kali Luk Ulo, dan
mengalir ke sungai Luk Ulo mengikuti zona sesar / patahan berarah timur laut-
barat daya. Kali Manclala ini merupakan batas pemisah antara batuan pro-tersier
disebelah utara dengan batuan tersier di sebelah selatan. Pada lokasi ini juga
dapat dijumpai batuan beku basalt berupa lava bantal yang sudah mengalami
breksisasi dan nampak rekahan-rekahan (joint).
5. Gunung Parang
Gunung Parang yang terletak sekitar 300 m ke utara dari UPT BIKK
Karangsambung LIPI. Terdapat singkapan batuan beku diabas. Batuan ini
diinterpretasikan merupakan batuan intrusif, dan menunjukan struktur kekar
tiang (collumnar joint) yang mana merupakan hasil gaya kontraksi pada saat
pembekuan magma Dan dibagian tertentu, batuan ini jika ditetesi dengan HCL
akan bereaksi.
Pada daerah ini telah dilakukan konservasi sebagian dan sebagian lagi
telah dilakukan penambangan. Apabila penambangan ini terus dilakukan
dikhawatirkan batuan diabas akan habis.
7. Gunung Wagirsambeng
Gunung Wagirsambeng berada di sebelah barat sungai Luk Ulo, dari
lokasi ini dapat disaksikan bentang alam amphiteater, yaitu bentang alam berupa
melingkat berbentuk seperti ladam dengan lembah memanjang di tengahnya.
Bentuk ini merupakan hasil dari proses pembalikan topografi. Pada bagian utara
dapat disaksikan bukit-bukit prismatik terisolir hasil proses tektonik yang kuat.
Pada lokasi ini juga dijumpai singkapan batuan perselingan rijang merah
tua dengan gamping merah rnuda dengan struktur lapisan harnpir tegak lurus.
8. Bukit Jatibungkus
Lokasi ini berada sekitar 200 m ke arah timur dari jalan
Karangsambung-Kebumen. Bukit Jatibungkus merupakan bongkahan raksasa
batu gamping terumbu berukuran sekitar 350 m x 150 m dengan tinggi 40 m.
Batuan ini diendapkan pada lingkungan laut dangkal dan keterdapatannya pada
lokasi ini akibat proses pelengseran gaya berat. Pada bukit ini juga dijumpai
gua-gua seperti gua Langse di sebelah barat dan gua Sikepul dan gua Silodong
di sebelah timur.
9. Bukit Waturanda
Pada lokasi ini dijumpai singkapan batuan berupa perselingan batupasir
dengan breksi vulkanik pada formasi Waturanda yang nampak sagat tebal dan
miring ke arah selatan. Batuan ini merupaka hasil dari pelongsoran berulang-
ulang rnaterial vulkanik.
2.1.2 Stratigrafi
Stratigrafi yaitu suatu ilmu yang mempelajari tentang lapisan-lapisan
sabtuan serta hubungannya dengan lapisan batuan yang lainnya, yang bertujuan
untuk mendapatkan pengetahuan tentang sejarah bumi. Secara garis besar,
stratigrafidaerah Karangsambung diurutkan berdasarkan umur dari tua ke muda,
yaitu:
1. Komplek Melange Luk Ulo atau Formasi Melange berumuran Pra-tersier.
2. Formasi Karangsambung yang terdiri atas lempung hitam.
3. Formasi Totogan dengan batuan utamanya lempung bersisik’ Scaly Clay.
5. Formasi Waturanda, terdiri atas perlapisan batu pasir dan batuan breksi.
6. Formasi Penosongan, terdiri dari perselingan lempung dan pasir karbonat.
FORMASI KARANGSAMBUNG
FORMASI TOTOGAN
FORMASI WATURANDA
FORMASI PENOSOGAN
Metode gaya berat (gravitasi) adalah salah satu metode geofisika yang
didasarkan pada pengukuran medan gravitasi. Pengukuran ini dapat dilakukan di
permukaan bumi, di kapal maupun di udara. Dalam metode ini yang dipelajari adalah
variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di bawah permukaan sehingga
dalam pelaksanaannya yang diselidiki adalah perbedaan medan gravitasi dari suatu titik
observasi terhadap titik observasi lainnya. Metode gravitasi umumnya digunakan dalam
eksplorasi jebakan minyak (oil trap). Disamping itu metode ini juga banyak dipakai
dalam eksplorasi mineral dan lainnya.
Metode gaya berat dilakukan untuk menyelidiki bawah permukaan berdasarkan
perbedaan rapat massa jebakan mineral dari daerah sekeliling (ρ=gram/cm3). Metode
ini adalah metode geofisika yang sensitif terhadap perubahan vertikal, oleh karena itu
metode ini disukai untuk mempelajari kontak intrusi, batuan dasar, struktur geologi,
endapan sungai purba, lubang di dalam massa batuan, shaff terpendam, dan lain-lain.
Unit pengukuran yang digunakan dalam metode gaya berat ini adalah Gal,
berdasarkan gaya gravitasi di permukaan bumi. Gravitasi rata-rata di permukaan bumi
adalah sekitar 980000 mGal. Unit umum ini digunakan dalam survei gayaberat daerah
adalah mGal (10-3 Gal). Teknik aplikasi lingkungan memerlukan pengukuran dengan
akurasi dari beberapa μGal (10-6 Gal atau 10-3 mGal), atau sering juga disebut sebagai
survei mikro.
Sebuah survei gaya berat rinci biasanya menggunakan stasiun pengukuran
berjarak dekat dan dilakukan dengan gravimeter yang mampu membaca dengan
ketelitian yang tinggi. Detil survei digunakan untuk menilai geologi lokal ataupun
kondisi struktural.
Sebuah survei gaya berat terdiri dari melakukan pengukuran gaya berat di
stasiun di sepanjang garis profil atau grid. Pengukuran diambil secara berkala di base
station (lokasi referensi stabil noise-free) untuk melakukan koreksi apungan instrumen.
dimana:
∅ = lintang
𝛿 = deklinasi
T = sudut waktu bulan
C = jarak rata-rata ke bulan
Koreksi Bouguer
Koreksi Bouguer memperhitungkan massa batuan yang terdapat di antara
stasiun pengukuran dengan bidang geoid. Koreksi ini dilakukan dengan menghitung
tarikan gravitasi yang disebabkan oleh batuan berupa slab dengan ketebalan H dan
densitas rata-rata ρ. Besar koreksi ini diberikan oleh persamaan: BC = 0,04185 h ρ
Koreksi Harian
Koreksi harian (diurnal correction) merupakan penyimpangan nilai
medan magnetik bumi akibat adanya perbedaan waktu dan efek radiasi matahari dalam
satu hari yang dapat dituliskan menurut rumusan:
ΔH = Htotal ± Δhharian
Koreksi IGRF
Kontribusi medan magnetik utama dihilangkan dengan menggunakan
koreksi IGRF dengan cara dikurangkan nilai IGRF terhadap nilai medan magnetik total
Koreksi Topografi
Koreksi topografi dilakukan jika pengaruh topografi dalam survei
magnetik sangat kuat. Salah satu metode untuk menentukan nilai koreksinya adalah
dengan membangun suatu model topografi dengan menggunakan pemodelan beberapa
prisma segiempat dengan mengetahui nilai suseptibilitas magnetik (k) batuan topografi,
sehingga model topografi yang dibuat menghasilkan nilai anomali magnetik (ΔHtop)
sesuai dengan fakta. Persamaan koreksinya adalah:
ΔH = Htotal ± ΔHharian − Ho – Δhtop
Koreksi Alat
Koreksi ini dilakukan karena adanya perbedaan harga bacaan antara
alat yang ada di basestation dengan alat yang ada di titik pengukuran (field). Koreksi
alat bisa dihitung dengan menggunakan persamaan:
Koreksi Alat = Bacaan PPM di𝐵𝑎𝑠𝑒 𝑆𝑡𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 − Bacaan PPM di 𝐹𝑖𝑒𝑙𝑑
3.3.1 Konfigurasi
Setiap konfigurasi memiliki metode tersendiri untuk mengetahui nilai
ketebalan dan tahanan jenis batuan di bawah permukaan. Setelah diturunkan
dari persamaan Laplace, dengan asumsi:
1. Bumi dianggap homogen isotropis.
2. Permukaan bumi dianggap setengah lingkaran.
3. Bidang batas antar lapisan horizontal.
4. Di bawah permukaan tanah terdiri dari lapisan dengan ketebalan tertentu,
kecuali lapisan ke bawah mempunyai ketebalan tak terhingga. maka
didapatkan rumusan:
2) Konfigurasi Wenner
Dalam konfigurasi ini, arus dan elektroda mempunyai jarak yang sama. Pada
resistivitas mapping, jarak elektroda tidak berubah untuk setiap titik yang diamati,
sedangkan pada resisitivitas sounding jarak elektroda diperbesar secara bertahap untuk
satu titik sounding.Batas pembesaran bergantung pada sensitivitas alat. Kekurangan
konfigurasi ini adalah pembacaan tegangan pada elektroda MN lebih kecil, terutama
ketika jarak AB jauh. Kelebihan konfigurasi ini adalah mampu mendeteksi adanya
nonhomogenitas lapisan batuan pada permukaan
3) Konfigurasi Dipole-Dipole
Pada konfigurasi Dipole-dipole, dua elektrode arus dan dua elektrode potensial
ditempatkan terpisah dengan jarak na, sedangkan spasi masing-masing elektrode a.
Pengukuran dilakukan dengan memindahkan elektrode potensial pada suatu penampang
dengan elektrode arus tetap, kemudian pemindahan elektrode arus pada
spasi n berikutnya diikuti oleh pemindahan elektrode potensial sepanjang lintasan
seterusnya hingga pengukuran elektrode arus pada titik terakhir di lintasan itu.
Prinsip Fermat
Penjalaran gelombang dari suatu titik ke titik lainnya akan melewati
lintasan dengan waktu minimum.
Prinsip Huygen
Setiap titik yang dilalui muka gelombang akan menjadi sumber
gelombang baru.
Prinsip Snellius
Gelombang yang dibiaskan atau dipantulkan akan memenuhi persamaan
sebagai berikut
Kelemahan lainnya bahwa tebal suatu lapisan harus memenuhi criteria tertentu
supaya tidak menghasilkan “Blind Zone”, yang diakibatkan oleh lapisan tipis.
Gelombang seismik refraksi yang dapat terekam oleh penerima pada permukaan
bumi hanyalah gelombang seismik refraksi yang merambat pada batas antar lapisan
.
Pada saat ini perkembangan alat pencatat gempabumi sangat pesat,
sehingga dengan seismograf tipe digital periode bebas (digital broad band
seismograph), pengukuran mikrotremor dapat dilakukan, karena selain periode
mikrotremor yang dapat dipisahkan, alat ini juga dilengkapi dengan program analisis
spektrum.
3.4.2.2 Karakteristik Tanah
Jenis III: Tanah jenis pasir, sandy clay, clay atau yang dapat digolongkan
pada jenis alluvial. Kurvanya agak kompleks, dengan range
periodenya melebar sampai 1,0 detik, bentuk puncaknya tidak
tajam tetapi melebar dibanding jenis I dan II.
Alluvial yang terdiri dari endapan tanah lunak (soft delta), top soil,
lumpur dan sejenisnya dengan kedalaman 30 m atau lebih.
Tanah urug baik berupa tanah lunak, humus atau lumpur atau yang
lainnya.
Kurvanya mempunyai bentuk yang kompleks dengan beberapa puncak
dan range periodenya melebar sampai 2 detik atau lebih.
Untuk data geologi lainnya yaitu strike and dip pada kekar daerah Kali
Mandala. Pengambilan data strike and dip menggunakan kompas geologi.
Dimana hasil kekar ini akan di plot sehingga mendapatkan arah umum dan arah
sesar pada daerah tersebut.
a. Lokasi Pengamatan 1
Lokasi : Puncak Wagir Sambeng Elevasi : 144 m
Tanggal : 03 April 2017
Koordinat : UTM 0351621, 9165624
Deskripsi : Dari Puncak Wagir Sambeng terlihat morfologi gunung paras dan juga
terlihat Amphitheatre, dimana ini awalnya adalah antiklin yang
kemudian mengalami erosi sehingga menjadi lembah, proses ini
terjadi akibat gaya eksogen yang bekerja pada tempat tersebut.
b. Lokasi Pengamatan 2
Lokasi : Punggungan Wagir Sambeng Elevasi : 126 m
Tanggal : 03 April 2017
Koordinat : UTM 0351807, 91657233
c. Lokasi Pengamatan 3
Lokasi : Kali Mandala
Tanggal : 03 April 2017
Elevasi : 62 m
Deskripsi : Pada tempat ini terdapat campuran singkapan lava basalt dan rijang
merah yang berwarna abu-abu kehitaman & cokelat kemerahan, dengan struktur
pillow lava (lava bantal) yang memiliki komposisi mineral matic dengan derajat
kristalisasi holohyalin. Singkapan ini memilki struktur kekar dan sesar yang
membuat aliran sungai.
d. Lokasi Pengamatan 4
Lokasi : Kali Jebug Elevasi : 76 m
Tanggal : 03 April 2017
Koordinat : UTM 0353636, 9166053
e. Lokasi Pengamatan 5
Lokasi : Kali Muncar
Tanggal : 04 April 2017
d. Lokasi Pengamatan 6
Lokasi : Luk ulo (kaki bukit sipako)
Tanggal : 04 April 2017
e. Lokasi Pengamatan 7
Lokasi : Puncangan
Tanggal : 04 April 2017
h. Lokasi Pengamatan 10
Lokasi : Bukit Jati Bungkus Elevasi : 80
Tanggal : 05 April 2017 Dimensi : 8,8 x 3 m
Koordinat : UTM 0354736, 9163273
i. Lokasi Pengamatan 11
Lokasi : Bukit Waturanda
Tanggal : 05 April 2017 Dimensi : 6 x 32 m
Koordinat : UTM 0354044, 9161187
Gambar 4.12. Lokasi pengamatan Bukit Waturanda dan singkapan batu breksi
berseling pasir (formasi waturanda)
Deskripsi : Batuan yang terdapat pada daerah ini ada 2 yaitu pertama batu pasir
kasar –berseling dengan lempung, berwarna coklat kehitaman, memiliki komposisi
SiO2. Lalu yang kedua terdapat batuan breksi vulkanik berwarna abu-abu terang
dengan struktur perlapisan, pada komposisi fragmen yaitu beku plagioklas,
komposisi matriks yaitu pasir dan komposisi semen adalah silika. Batuan ini
terbentuk dari longsoran bawah laut dan terangkat ke formasi waturanda.
j. Lokasi Pengamatan 12
Lokasi : Kali Jaya Elevasi : 100 m
Tanggal : 05 April 2017
Koordinat : UTM 0355859, 9160443
Kegiatan mapping geologi terdiri dari tracking area mapping dan analisa
petrologi. Kegiatan mapping geologi ini dilakukan selama 2 hari didaerah
Karangsambung dan sekitarnya dengan batasan wilayah 3 x 3.5 dari kampus lippi
dengan penjelasan sebagai berikut :
Lokasi Pengamatan 1
Lokasi : Pinggir Sungai Luk-Ulo, Desa Wonotirto
Pada spot pertama terdapat batuan sedimen rijang dengan warna coklat
hitam dan merah, tekstur gamping merah dengan ukuran butir butir lempung,
pemilahan baik, dan kemas tertutup dengan komposisi karbonat karna sewaktu
diberi HCl terjadi reaksi, terdapat batuan beku gabro berwarna hitam bertekstur
fanerik dan struktur masif dengan struktur aliran, dan batuan sedimen
konglomerat dengan kontak batu pasir kasar berwarna abu abu dengan struktur
masif, bentuk butir rounded. Berdasarkan peta geologi spot pertama berada di
formasi karang sambung.
Lokasi Pengamatan 2
Lokasi : Pinggir Sungai Luk-Ulo, Desa Wonotirto
Pada spot kedua terdapat batuan sedimen lempung berwarna abu abu kehijauan
dengan struktur masif , breksi dengan kontak patu pasirdan pasir sangat halus.
Berdasarkan peta geologi spot kedua berada di formasi waturanda.
Lokasi Pengamatan 3
Lokasi : Perbukitan, Desa Wonotirto
Pada spot ketiga terdapat singkpan batuan sedimen rijang berlapis gamping
berwarna merah tua ketika di beri HCl ngejos dan coklat dan batuan pasir
lempung berwarna abu – abu berstruktur masif. berdasarkan peta geologi spot 3
berada di formasi karang sambung.
Pada spot keempat terdapat skiss mika berwarna abu abu mengkilap dengan
komponen mineralnya yaitu mika, merupakan metamorf foliasi. Skiss mika
merupakan batuan dasar dari jawa.berdasarkan peta geologi spot empat berada
pada kompleks luk-ulo daerah skiss dan filit.
Lokasi Pengamatan 5
Lokasi : Melange Kompleks, Desa Wonotirto
Spot keenam terdapat batuan sedimen karbonatan yaitu gamping merah dengan
ketika di beri HCl bereaksi.
Lokasi Pengamatan 7
Lokasi : Pinggir Sungai Luk-Ulo, Desa Wonotirto
Spot ketujuh dan delapan terdapat batuan greywacke berwarna abu- abu
komposisinya adalah matrix yang terbuat dari lempung, sehingga menghasilkan
sortasi yang jelek dan batuan menjadi berwarna abu-abu gelap dan batuan
lempung berwarna putih yang terdapat fosil kerang atau foraminifera batuan
lempung tersebut bukanlah singkapan hanya longsoran dari batuan greywacke.
singkapan tersebut berada di desa wonotirto, berdasarkan geologinya berada di
kompleks luk-ulo.
Spot ke sembilan dan sepuluh terdapat batuan sedimen breksi berwarna abu-abu
dan terdapat perselingan dengan batu pasir yang berwarna kehitaman.
Berdasarkan peta geologi, lokasi pengamatan ini berada pada ujung formasi
halang.
Gambar 4.22 Spot ke 11, 12, dan 13, Singkapan batuan lempung
Spot ke sebelas, dua belas, dan tiga belas mendapatkan batuan yang sama yaitu
batuan lempung yang berwarna agak coklat, lempung bersaturasi buruk dan
porositasnya buruk pula. Berdasarkan peta geologinya berapa dapa formasi
karang sambung
Spot ke empat belas sama seperti spot sebelumnya hanya mendapatkan batuan
sedimen lempung hanya saja menemukan singkapannya yang berbeda lokasi.
Batuan lempung yang berwarna agak coklat, lempung bersaturasi buruk dan
porositasnya buruk pula. Berdasarkan peta geologinya berapa dapa formasi
karang sambung.
5.1.1.1. Peralatan
5.1.1.2. Akuisisi
5.1.2.1. Peralatan
5.1.2.2. Akuisisi
5.1.3.1. Peralatan
5.1.3.2. Akuisisi
5.1.4.1. Peralatan
5.1.4.2. Akuisisi
5.2.1 Geolistrik
5.2.1.1 Flowchart Pengolahan Data
Model Akhir
Finish
(a)
(b)
Gambar 5.7. (a) Model hasil inversi (b) Model hasil inversi + data topografi
Susilawati. 2004. Seismik Refraksi (Dasar Teori dan Akuisisi Data). Sumatera Utara :
USU Digital Library