Anda di halaman 1dari 77

LAPORAN KULIAH LAPANGAN

CAGARALAM KARANGSAMBUNG, KABUPATEN KEBUMEN,


JAWA TENGAH

LAPORAN AKHIR

Diajukan sebagai syarat kelulusan mata kuliah KULIAH LAPANGAN PTF 363

Program Studi Teknik Geofisika

Oleh:

ABDULLAH A. ALI

F1D314013

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA

JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kuliah Lapangan ini. Tugas
laporan ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat penilaian pada mata
kuliah “Kuliah Lapangan”. bagi mahasiswa angkatan 2014 Program Studi Geofisika,
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Jambi. Laporan ini dibuat setelah penulis
menyelesaikan kuliah lapangan yang telah dilaksanakan pada 03 April 2017 sampai
dengan 14 April 2017 di Cagaralam Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Jawa
Tengah.
Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada Fakultas Sains dan Teknologi
serta pihak-pihak yang telah mendukung kegiatan Kuliah Lapangan ini sehingga
kegiatan ini terlaksana dengan baik.

Jambi, 17 April 2017


Penulis

“Abdullah A. Ali”

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 i


SARI

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 ii


ABSTRACT

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 iii


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................i

SARI ................................................................................................................................ ii

ABSTRACT .................................................................................................................... iii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................vi

DAFTAR TABEL .......................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2 Tujuan................................................................................................................. 2

1.3 Lokasi dan Akses Daerah Penelitian .................................................................. 2

1.4 Metode Penelitian ............................................................................................... 4

1.5 Sistematika Penulisan......................................................................................... 5

BAB II GEOLOGI REGIONAL ...................................................................................... 6

2.1 Tectonic Setting.................................................................................................. 6

2.2 Geomorfologi ..................................................................................................... 6

2.3 Petrologi dan Stratigrafi ................................................................................... 10

BAB III DASAR TEORI METODE GEOFISIKA ........................................................ 16

3.1 Metode Gravitasi .............................................................................................. 16

3.2 Metode Magnetik ............................................................................................. 22

3.3 Metode Geolistrik ............................................................................................. 26

3.4 Metode Seismik Refraksi dan Mikrotremor ..................................................... 31

BAB IV PEMETAAN GEOLOGI.................................................................................. 38

4.1 Pengambilan Data di Lapangan........................................................................ 38

4.2 Pengolahan dan Pembahasan Data ................................................................... 38

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 iv


BAB V PEMETAAN GEOFISIKA ............................................................................... 53

4.1 Pengambilan Data Lapangan............................................................................ 53

4.2 Pengolahan dan Pembahasan Data ................................................................... 56

BAB VI INTEGRASI INTERPRETASI GEOLOGI DAN GEOFISIKA ..................... 64

BAB VII KESIMPULAN ............................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 66

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 v


DAFTAR GAMBAR

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 vi


DAFTAR TABEL

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 vii


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu geofisika menyelidiki dan menjelaskan fenomena fisika yang terjadi


dibumi dan lingkungannya pada saat ini untuk mengetahui kejadian masa lalu dan
memodelkan masa yang akan datang. Fenomena fisika tersebut dinyatakan dalam
bentuk parameter fisis yang terukur. Dalam proses pembelajarannya bumi tidak bisa
dipelajari hanya secara teori saja, melainkan perlunya pembelajaran langsung
dilapangan agar mahasiswa mengetahui keadaan lapangan sebenarnya. Maka dari itu
diadakannya mata kuliah pendukung untuk memenuhi kebutuhan ini. Kuliah Lapangan
Geofisika ini mencakup praktek metode geofisika yang meliputi metode geolistrik
resistivity, gayaberat, magnetik, mikrotremor dan metode seismik yang berlangsung
selama lima hari. Pembelajaran geologi dilakukan selama 3 hari dan mapping mandiri
selama 2 hari.
Pemetaan geologi adalah suatu kegiatan pengumpulan data dan informasi
geologi yang terdapat dalam suatu daerah penelitian yang menggambarkan penyebaran
batuan, struktur, kenampakan morfologi bentang alam. Untuk tahap awal pengumpulan
data geologi dapat dilakukan pada skala 1:25.000. Skala tersebut dianggap cukup
mewakili intensitas data dan kerapatan singkapan. Namun, pada tahap prospeksi dan
penemuan yang memerlukan informasi lebih detail dapat digunakan skala peta yang
lebih besar yaitu 1:10.000 sampai 1:2.500.
Kuliah Lapangan ini dilaksanakan pada bentang alam karangsambung,
kebumen, jawa tengah. Karangsambung sendiri merupakan daerah bebatuan yang
berasal dari kelompok batuan pembentuk lempeng samudera dan lempeng benua.
Kumpulan batuan tersebut tercampur dan terhimpun selama jutaan tahun, sehingga
memiliki elemen geologi yang kompleks. Merupakan lokasi pembelajaran yang tepat
untuk mengaplikasikan ilmu geofisika dan geologi.

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 1


1.2 Tujuan

1. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi kondisi geolog daerah


penelitian sebagai penunjang dalam inerpretasi metode geofisika.
2. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi kondisi bawah permukaan
daerah penelitian dari metode geofisika yang digunakan.

1.3 Lokasi dan Akses Daerah Penelitian

Daerah Karangsambung berada di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa


Tengah, Indonesia. Batas wilayah di sebelah utara daerah ini adalah dengan wilayah
Banjarnegara, di timur berbatasan dengan wilayah Wadaslintang, di sebelah selatan
berbatasan dengan wilayah Kebumen dan di sebelah barat berbatasan dengan daerah
Gombong. Secara geografis, daerah Karangsambung mempunyai koordinat 7⁰34’00” -
7⁰36’30” LS dan 109⁰37’00” - 109⁰44’00” BT. Secara fisiografis, daerah
Karangsambung termasuk ke dalam Zona Pegunungan Serayu Selatan.

Gambar 1.1 Peta dan batas wilayah cagar alam Karangsambung

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 2


Daerah Karangsambung memiliki elevasi ± 11m dpl dengan morfologi yang
disebut sebagai amphitheatre, merupakan suatu antiklin raksasa yang memiliki sumbu
yang menunjam (inclined anticline) ke arah Timur Laut yang telah mengalami erosi.
Morfologi yang khas ini memanjang ke arah Barat mulai dari daerah Klepoh hingga
Kali Larangan. Sayap-sayap dari antiklin raksasa tersebut membentuk morfologi berupa
perbukitan di bagian utara (G. Paras) dan Selatan (G.Brujul dan Bukit Selaranda) dari
daerah pemetaan. Perbukitan ini memiliki arah memanjang Timur-Barat. Sumbu
antiklin tersebut mengalami proses erosi yang membentuk morfologi berupa lembah di
daerah Karangsambung dengan adanya perbukitan-perbukitan terisolasi yang berupa
tubuh batuan beku (intrusi) dan batu gamping (Jatibungkus) serta konglomerat
(Pesanggrahan). Pada daerah pemetaan, di sebelah Barat Laut dari lembah
Karangsambung, terdapat perbukitan kompleks (Pagerbako dan Igir Kenong) yang
tersusun atas lithologi berupa fragmen-fragmen raksasa batuan metamorf ( filit) dan
batu sedimen laut dalam (perselingan rijang dan gamping merah) yang tertanam di
dalam massa dasar lempung.

Gambar 1.2. Peta bentukan morfologi karang sambung

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 3


Perbedaan morfologi di daerah ini disebabkan oleh perbedaan karakteristik geologi
yang dicerminkan oleh lithologi yang menyusun daerah tersebut yang memiliki
kekerasan dan resistensi yang berbeda-beda terhadap erosi yang akhirnya membentuk
morfologi yang khas dari daerah ini, serta pengaruh dari struktur geologi yang berupa
perlipatan dan sesar yang berkembang di daerah Karangsambung.
Daerah Karangsambung dilewati oleh sungai besar yang disebut Sungai Luk Ulo
dan sungai-sungai kecil yang bermuara di Luk Ulo. Sungai Luk Ulo mengalir dari Utara
hingga ke Selatan daerah pemetaan (membelah perbukitan Waturanda dan Gunung
Brujul) dan merupakan sungai yang telah memasuki tahap sungai tua dicirikan oleh
bentuk Luk Ulo yang meander. Sungai Luk Ulo dan sungai-sungai kecil yang mengalir
di daerah Karangsambung juga memiliki peran penting dalam pembentukan morfologi
di daerah ini berkaitan dengan proses erosi dan sedimentasi.

1.4 Metode Penelitian

Kegiatan Kuliah lapangan di Karangsambung ini, digunakan 2 meotde, yaitu


secara geologi dan secara geofisika.
1.1.1 Geologi
Untuk Geologi, mahasiswa melakukan observasi batuan serta morfologinya
selama 5 hari dimana 3 hari pertama observasi ditemani oleh asisten serta dosen
pembimbing di lapangan dan 2 hari melakukan mapping geologii mandiri.
1.1.2 Geofisika
Pengambilan data geofisika dilapangan dilakukan selama 5 hari dengan
menggunakan 5 metode geofiska yang berbeda. Metode-metode geofisika
tersebut antara lain :
 Geolistrik Resistivitas
 Geomagnetik
 Gravitasi
 Seismik Refraksi
 Mikrotremor

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 4


1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan kuliah lapangan ini dibagi menjadi tujuh bab.
Bab I merupakan pendahuluan mengenai gambaran umum dari pokok penelitian yang
terdiri dari beberapa bagian, yakni latar belakang, tujuan, lokasi dan daerah penelitian,
metode penelitian, dan sistematika penulisan. Selanjutnya untuk mengetahui daerah
geologi daerah penelitian diuraikan dalam bab II geologi regional yaitu, Tectonic
setting, Geomorfologi, Petrologi dan Stratigrafi. Pada Bab III mencakup dasar teori
metode-metode geofisika yang digunakan pada penelitian ini. Bab IV mencakup
tentang hasil pengambilan data, pengolahan data, serta pembahasan data geologi. Bab
V menjelaskan tentang pengambilan, pengolahan, dan pembahasan data geofisika.
Selanjutnya hasil Integrasi dan Interpretasi Geofiska dijelaskan pada bab VI. Hingga
pada bagian akhir akan diperoleh kesimpulan dari penelitian yang dilakukan, yakni
pada bab VII.

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 5


BAB II
GEOLOGI REGIONAL

2.1 Tectonic Setting

Karangsambung merupakan jejak-jejak tumbukan dua lempeng bumi yang


terjadi 117 juta tahun sampai 60 juta tahun yang lalu. Ia juga merupakan pertemuan
lempeng Asia dengan lempeng Hindia. Ia merupakan saksi dari peristiwa subduksi pada
usia yang sangat tua yaitu pada zaman Pra-Tersier. Di daerah ini terjadi proses subduksi
pada sekitar zaman Paleogene (Eosen, sekitar 57,8 juta sampai 36,6 juta tahun yang
lalu). Oleh karena itu, pada tempat ini terekam jejak-jejak proses paleosubduksi yang
ditunjukan oleh singkapan-singkapan batuan dengan usia tua dan merupakan
karakteristik dari komponen lempeng samudera. Karangsambung merupakan tempat
singkapan batuan terbesar batuan-batuan dari zaman Pre-Tersier yang terkenal dengan
sebutan Luk Ulo Melange Complex , suatu melange yang berhubungan dengan
subduksi pada zaman Crateceous (145.5 ± 4.0 hingga 65.5 ± 0.3 juta tahunyang lalu)
yang diperkirakan berumur 117 juta tahun.

2.2 Geomorfologi

Geomorfologi merupakan studi mengenai bentuk-bentuk permukaan bumi


dan semua proses yang menghasilkan bentuk-bentuk tersebut.Morfologi daerah
Karangsambung merupakan perbukitan struktural, disebut sebagi kompleks melange.
Tinggian yang berada didaerah ini antara lain adalah Gunung Waturanda, bukit Sipako,
Gunung Paras, Gunung brujul, serta bukit Jatibungkus. Penyajian melange di lapangan
Karangsambung merupakan dalam bentuk blok dengan skala ukuran dari puluhan
hingga ratusan meter, selain itu juga terdapat melange yang membentukl sebuah
rangkaian pegunungan.

Tersingkapnya batuan melange di daerah Karangsambung ini disebabkan oleh


adanya tektonik kompresional yang menyebabkan daerah tersebut dipotong oleh
sejumlah sesar-sesar naik disamping adanya pengangkatan dan proses erosi yang

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 6


intensif. Apabila diperhatikan bahwa posisi batuan melange ini dijumpai di sekitar inti
lipatan antiklin dan di sekitar zona sesar naik dan kenyataannya pada saat sekarang
posisi inti lipatan ini berada di bagian lembah yang didalamnya mengalir aliran sungai
Luk Ulo yang menunjukan bahwa di daerah tersebut proses erosi berlangsung lebih
intensif.
Melange Luk Ulo didefinisikan oleh Asikin (1974) sebagai percampuran
tektonik dari batuan yang mempunyai lingkungan berbeda, sebagai hasil dari proses
subduksi antara Lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah Lempeng Benua
Asia Tenggara, yang terjadi pada Kala Kapur Atas-Paleosen. Melange tektonik ini
litologinya terdiri atas batuan metamorf, batuan basa dan ultra basa, batuan sedimen
laut dalam (sedimen pelagic) yang seluruhnya mengambang di dalam masa dasar
lempung hitam yang tergerus (Scally clay). Selanjutnya penulis ini membagi kompleks
melange menjadi dua satuan berdasarkan sifat dominansi fragmenya, yaitu Satuan
Seboro dan Satuan Jatisamit. Kedua satuan tersebut mempunyai karakteristik yang
sama yaitu masa dasarnya merupakan lempung hitam yang tergerus (Scally clay).
Bongkah yang berada di dalam masa dasar berupa boudin dan pada bidang permukaan
tubuh bongkahnya juga tergerus. Beberapa macam dan sifat fisik komponen melange
tektonik ini, antara lain batuan metamorf, batuan sedimen dan batuan beku.
Morfologi perbukitan disusun oleh endapan melange, batuan beku, batuan
sedimen dan endapan volkanik Kuarter, sedangkan morfologi pedataran disusun oleh
batuan melange dan aluvium. Seluruh batuan penyusun yang berumur lebih tua dari
Kuarter telah mengalami proses pensesaran yang cukup intensif terlebih lagi pada
batuan yang berumur Kapur hingga Paleosen.
Morfologi perbukitan dapat dibedakan menjadi dua bagian yang ditentukan
berdasarkan bentuknya (kenampakannya), yaitu perbukitan memanjang dan perbukitan
prismatik. Perbukitan memanjang umumnya disusun oleh batuan sedimen Tersier dan
batuan volkanik Kuarter, sedangkan morfologi perbukitan prismatik umumnya disusun
oleh batuan yang berasal dari melange tektonik dan batuan beku lainnya (Intrusi).
Perbedaan kedua morfologi tersebut akan nampak jelas dilihat, apabila kita
mengamatinya di puncak bukit Jatisamit.

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 7


Ada beberapa fenomena geologi yang dapat dijelaskan di tempat ini, yaitu :
1. Daerah bermorfologi pedataran terletak di sekitar wilayah aliran Sungai Luk Ulo.
Sungai ini merupakan sungai utama yang mengalir dari utara ke selatan
mengerosi batuan melange tektonik,melange sedimenter, sedimen Tersier (F.
Panosogan. F. Waturanda, F. Halang ). Di sekitar daerah Karangsambung,
morfologi pedataran ini terletak pada inti antiklin sehingga tidak mengherankan
apabila di daerah ini tersingkap batuan melange yang berumur tua, terdiri atas
konglomerat, lava bantal, rijang, lempung merah, chert dan batugamping fusulina.
Bongkah batuan tersebut tertanam dalam masa dasar lempung bersisik (Scally
clay).
2. Morfologi perbukitan disusun oleh batuan melange tektonik, batuan beku, batuan
sedimen Tersier dan batuan volkanik Kuarter. Perbukitan yang disusun oleh
melange tektonik dan intrusi batuan beku umumnya membentuk morfologi
perbukitan dimana puncak perbukitannya terpotong-potong (tidak
menerus/terpisah-pisah). Hal ini disebabkan karena masing-masing tubuh bukit
tersebut (kecuali intrusi) merupakan suatu blok batuan yang satu sama lainnya
saling terpisah yang tertanam dalam masa dasar lempung bersisik (Scally clay).
Morfologi perbukitan dimana batuan penyusunnya terdiri atas batuan sedimen
Tersier dan batuan volkanik Kuarter nampak bahwa puncak perbukitannya
menerus dan relatif teratur sesuai dengan sumbu lipatannya. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan bentuk perbukitan antara batuan melange
dengan batuan sedimen Tersier/volkanik.
Satuan morfologi ini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
a. Di bagian selatan menunjukkan struktur sinklin pada puncak Gunung
Paras.

b. Di bagian timur sebelah barat memperlihatkan kenampakan lembah yang


memanjang dan melingkar menyerupai tapal kuda membentuk
amphiteatre.

c. Di bagian utara sampai selatan merupakan rangkaian pegunungan seperti


Gunung Paras, Dliwang, Perahu, dan Waturondo. Setelah dilakukan
interpretasi proses pembalikan topografi, secara detail, bentuk bentang

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 8


alam dari Gunung Paras ke selatan sampai Gunung Waturondo,
direkonstruksi awalnya merupakan antikline pada lembahnya, dengan
memposisikan kelurusan puncaknya, dan Bukit Bujil sebagai pilarnya.
Namun saat ini telah mejadi puncak Gunung paras dengan struktur sinkilin
dan antikilinnya,tersusun oleh batuan Sedimentasi Breksi Volkanik. Selain
itu juga, terdapat bukit- bukit seperti Bukit Pesanggrahan, Bukit Bujil, dan
Bukit Jati Bungkus.Satuan daerah perbukitan ini, tampak bergelombang
lemah dan terisolir pada pandang luas cekungan morfologi amphiteatre.
Batuan yang mengisi satuan ini, menunjukkan Breksi Volkanik yang
tersebar dari Gunung Paras sampai Gunung Waturondo dan sinklinnya
yang terlihat pada puncak Gunung Paras ke arah timur.
3. Satuan Perbukitan-Pegunungan Kompleks Melange(Campur Aduk Batuan)
Satuan morfologi ini memperlihatkan bukit-bukit memanjang dengan DAS
Sungai Gebong dan Sungi Cacaban yang membentuk rangkaian Gunung
Wangirsambeng, Gunung Sigedag dan Bukit Sipako. Puncak Gunung
wangirsambeng berupa bentukan panorama bukit memanjang dengan perbedaan
ketinggian antara 100-300 M di atas permukaan laut. Di daerah ini juga, nampak
bentang alam yang memperlihatkan bukit-bukit prismatic hasil proses tektonik.
4. Lajur Pegunungan Serayu Selatan
Bagian utara kawasan geologi Karangsambung merupakan bagian dari Lajur
Pegunungan Serayu Selatan. Pada umumnya daerah ini terdiri atas dataran
rendah hingga perbukitan menggelombang dan perbukitan tak teratur yang
mencapai ketinggian hingga 520 m. Musim hujan di daerah ini berlangsung dari
Oktober hingga Maret, dan musim kemarau dari April hingga September. Masa
transisi diantara kedua musim itu adalah pada Maret-April dan September-
Oktober. Tumbuhan penutup atau hutan sudah agak berkurang, karena di
beberapa tempat telah terjadi pembukaan hutan untuk berladang atau dijadikan
hutan produksi (jati dan pinus).

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 9


2.3 Petrologi dan Stratigrafi

2.1.1 Petrologi
1. Kali Muncar, Seboro Kec. Sadang
Lokasi ini dlsebut sebagai watu kelir oleh masyarakat sekitar, karena
kenampakannya seperti kelengkapan pagelaran wayang dengan gong dan
layarnya berwarna merah. Pada lokasi ini terdapat singkapan dua batuan yaitu
basalt di bagian atas dan perlapisan rijang dan lempung merah di bagian bawah
dengan struktur lapisan hampir tegak lurus. Batuan ini merupakan batuan
sedimen yang diendapkan pada lingkungan laut dalam dan berumur kapur akhir
(Wakita et al) serta telah mengalami proses tektonik yang sangat kuat.
Basalt yang ada di bagian atas menunjukkan struktur menyerupai bantal
(pillow). Merupakan batuan lava yang keluar dari bawah dasar samudera.
Berdasarkan analisis radio dating, basait ini berumur sekitar 81 juta tahun yang
lalu (Suparka, 1988). Pada bagian bawah terdapat singkapan selang-seling rijang
dengan lempung gamping merah yang mengandung fosil binatang renik
radiolaria.
2. Daerah Pucangan
Pada lokasi ini dijumpai singkapan batuan serpentinit berwarna gelap
kehijauan, silikatnya rendah dan suhunya rendah. Batuan ini kaya akan olivine
dan merupakan batuan metarnorfosa/ ubahan dari batuan beku ultra basa hasil
pembekuan magma dari dalam perut bumi (mantle/selubung bumi). Pada
retakan batuan serpentinit ini sering dijumpai urat-urat berwarna hijau
berserabut yang disebut asbes.
3. Tebing Sungai Luk Ulo, Kaki Bukit Sipako
Sekitar 300 m ke arah utara dari kaki bukit Sipako, terdapat singkapan
blok rijang batu gamping merah yang menunjukan kontak sesar dengan fillit di
bagian selatan dan dengan greywacke di bagian utara.
Pada kaki bukit Sipako terdapat singkapan fillit-grafit yang telah
mengalami perlipatan. Batuan ini diinterpretasikan sebagai produk selama
proses subduksi yang mentransfer sedimen palung ke dalam metamorfosa
derajat rendah. Singkapan ini telah mengalami deformasi lanjut yang ditunjukan
oleh sesar naik, jalur milonit dan fault Eouge.
Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 10
4. Kali Mandala
Kali mandala merupakan salahsatu anak sungai Kali Luk Ulo, dan
mengalir ke sungai Luk Ulo mengikuti zona sesar / patahan berarah timur laut-
barat daya. Kali Manclala ini merupakan batas pemisah antara batuan pro-tersier
disebelah utara dengan batuan tersier di sebelah selatan. Pada lokasi ini juga
dapat dijumpai batuan beku basalt berupa lava bantal yang sudah mengalami
breksisasi dan nampak rekahan-rekahan (joint).

5. Gunung Parang
Gunung Parang yang terletak sekitar 300 m ke utara dari UPT BIKK
Karangsambung LIPI. Terdapat singkapan batuan beku diabas. Batuan ini
diinterpretasikan merupakan batuan intrusif, dan menunjukan struktur kekar
tiang (collumnar joint) yang mana merupakan hasil gaya kontraksi pada saat
pembekuan magma Dan dibagian tertentu, batuan ini jika ditetesi dengan HCL
akan bereaksi.
Pada daerah ini telah dilakukan konservasi sebagian dan sebagian lagi
telah dilakukan penambangan. Apabila penambangan ini terus dilakukan
dikhawatirkan batuan diabas akan habis.

6. Depan Kampus LIPI Karangsambung


Pada lokasi ini dijumpai singkapan batugamping nummulites yang
banyak mengandung fosil foraminifera besar (nummulites dan dyscocyclina)
berwarna krem. Batuan ini terbentuk pada lingkungan laut dangkal dan berumur
eosen. Keterdapatan batuan di lokasi ini diperkirakan akibat proses pelongsoran
skala besar-besaran.

7. Gunung Wagirsambeng
Gunung Wagirsambeng berada di sebelah barat sungai Luk Ulo, dari
lokasi ini dapat disaksikan bentang alam amphiteater, yaitu bentang alam berupa
melingkat berbentuk seperti ladam dengan lembah memanjang di tengahnya.
Bentuk ini merupakan hasil dari proses pembalikan topografi. Pada bagian utara
dapat disaksikan bukit-bukit prismatik terisolir hasil proses tektonik yang kuat.
Pada lokasi ini juga dijumpai singkapan batuan perselingan rijang merah
tua dengan gamping merah rnuda dengan struktur lapisan harnpir tegak lurus.

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 11


Batuan ini merupakan batuan sedimen yang diendapkan pada ligklungan laut
dalam dan berumur kapur atas (Wakita et al dalam Modul Panduan Praktikum
Lapangan Geologi Karangsambung, 1991) serta telah mengalami proses
tektonik yang sangat kuat.

8. Bukit Jatibungkus
Lokasi ini berada sekitar 200 m ke arah timur dari jalan
Karangsambung-Kebumen. Bukit Jatibungkus merupakan bongkahan raksasa
batu gamping terumbu berukuran sekitar 350 m x 150 m dengan tinggi 40 m.
Batuan ini diendapkan pada lingkungan laut dangkal dan keterdapatannya pada
lokasi ini akibat proses pelengseran gaya berat. Pada bukit ini juga dijumpai
gua-gua seperti gua Langse di sebelah barat dan gua Sikepul dan gua Silodong
di sebelah timur.

9. Bukit Waturanda
Pada lokasi ini dijumpai singkapan batuan berupa perselingan batupasir
dengan breksi vulkanik pada formasi Waturanda yang nampak sagat tebal dan
miring ke arah selatan. Batuan ini merupaka hasil dari pelongsoran berulang-
ulang rnaterial vulkanik.

2.1.2 Stratigrafi
Stratigrafi yaitu suatu ilmu yang mempelajari tentang lapisan-lapisan
sabtuan serta hubungannya dengan lapisan batuan yang lainnya, yang bertujuan
untuk mendapatkan pengetahuan tentang sejarah bumi. Secara garis besar,
stratigrafidaerah Karangsambung diurutkan berdasarkan umur dari tua ke muda,
yaitu:
1. Komplek Melange Luk Ulo atau Formasi Melange berumuran Pra-tersier.
2. Formasi Karangsambung yang terdiri atas lempung hitam.
3. Formasi Totogan dengan batuan utamanya lempung bersisik’ Scaly Clay.
5. Formasi Waturanda, terdiri atas perlapisan batu pasir dan batuan breksi.
6. Formasi Penosongan, terdiri dari perselingan lempung dan pasir karbonat.

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 12


Gambar 2.1. Kolom statigrafi wilayah Karangsambung (Asikin, 1974)

 KOMPLEKS MELANGE LUK ULO / FORMASI LUK ULO

Luk Ulo merupakan formasi tertua berupa melange yang sangat


kompleks, berumur Pre-Tersier. Batuannya meliputi graywacke, lempung
hitam, lavabantal yang berasosiasi dengan rijang dan gamping merah, tirbidit
klastik, dan ofiolit yang tersisipkan diantara batuan metamorfose berfasies
sekis. Batuan-batuan tersebut merupakan hasil dari pencampuran secara
tektonik pada jalur penunjaman (zona subduksi) yang juga telah melibatkan
batuan-batuan asal kerak samudra dan kerak benua. Kompleks ini dibagi
menjadi 2 satuan berdasarkan dominasi fragmen pada masa dasrnya, yaitu
satuan Jatisamit disebelah barat dan satuan Seboro di sebelah utara.
Satuan Jatisamit merupakan batuan yang berumur paling tua. Satuan ini
terdiri bongkah asing di dalam masa dasar lempung hitam. Bongkah yang ada

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 13


adalah batuan beku basa, batupasir graywacke, serpentinit, rijang, batugamping
merah dan sekis mika. Batuan tersebut membentuk morfologi yang tinggi
seperti Gunung Sipako dan Gunung Bako.

 FORMASI KARANGSAMBUNG

Karakteristik litologi dari formasi Karangsambung yaitu terdiri dari


batulempung abu-abu yang mengandung concression besi, batugamping
numulites, konglomerat, dan batu pasir kuarsa polemik yang berlaminasi.
Batupasir graywacke sampai tanah liat hitam menunjukkan struktur yang
bersisik dengan irisan ke segala arah dan hampir merata di permukaan. Struktur
tersebut diperkirakan sebagai hasil mekanisme pengendapan yang terjadi
dibawah permukaan air dengan volume besar, estimasi ini didukung oleh gejala
merosot yang dilihat pada inset batupasir. Umur Formasi Karangsambung ini
adalah dari Eosen Tengah (45 juta tahun) sampai Eosen Akhir (36 juta tahun)
dilihat dari adanya foraminifera plankton.

 FORMASI TOTOGAN

Formasi Totogan mempunyai karakteristik yang sama dengan Formasi


Karangsambung. Ditandai dengan litologi berupa batulempung dengan warna
coklat, dan kadang-kadang ungu dengan struktur scaly (menyerpih). Juga
terdapat fragmen berupa batukarang yang terperangkap pada batulumpur,
batupasir, batukapur fossil dan batuan beku. Umur dari formasi Totogan adalah
Oligosen (36-25 juta tahun), yang didasarkan pada keberadaan Globoquadrina
praedehiscens dan Globigeriona binaensis.

 FORMASI WATURANDA

Usia formasi Waturanda ini hanya dapat ditentukan secara langsung


berdasarkan posisi statigrafi kebawah diperkirakan sebagai usia Meocene (25,2-
5,2 juta tahun) yang terdiri dari breksi vulkanik dan batupasir wacke dengan
sisipan batu lempung dibagian atas. Masa dasar batupasir berwarna abu-abu

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 14


dengan butir sedang hingga kasar, terdiri atas kepingan batuan beku dan
obsidian.

 FORMASI PENOSOGAN

Formasi Penosogan diendapkan diatas Formasi Waturanda dengan


litologi berupa perubahan secara berangsur dari satuan breksi kearah atas
menjadi perselingan batupasir tufan dan batulempung merupakan ciri batas dari
Formasi Penosogan yang terletak selaras di atasnya.
Secara umum formasi terdiri dari perlapisan tipis sampai sedang
batupasir, batulempung, sebagian gampingan, kalkanerit, napal-tufan dan tuf.
Bagian bawah umumnya dicirikan oleh pelapisan batupasir dan batulempung,
kearah atas kadar karbonatnya semakin tinggi. Bagian atas terdiri atas perlapisan
batupasir gampingan, napal dan kalkanerit. Bagian atas didomonasi oleh
batulempung tufan dan tuf.

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 15


BAB III
DASAR TEORI METODE GEOFISIKA

3.1 Metode Gravitasi

Metode gaya berat (gravitasi) adalah salah satu metode geofisika yang
didasarkan pada pengukuran medan gravitasi. Pengukuran ini dapat dilakukan di
permukaan bumi, di kapal maupun di udara. Dalam metode ini yang dipelajari adalah
variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di bawah permukaan sehingga
dalam pelaksanaannya yang diselidiki adalah perbedaan medan gravitasi dari suatu titik
observasi terhadap titik observasi lainnya. Metode gravitasi umumnya digunakan dalam
eksplorasi jebakan minyak (oil trap). Disamping itu metode ini juga banyak dipakai
dalam eksplorasi mineral dan lainnya.
Metode gaya berat dilakukan untuk menyelidiki bawah permukaan berdasarkan
perbedaan rapat massa jebakan mineral dari daerah sekeliling (ρ=gram/cm3). Metode
ini adalah metode geofisika yang sensitif terhadap perubahan vertikal, oleh karena itu
metode ini disukai untuk mempelajari kontak intrusi, batuan dasar, struktur geologi,
endapan sungai purba, lubang di dalam massa batuan, shaff terpendam, dan lain-lain.
Unit pengukuran yang digunakan dalam metode gaya berat ini adalah Gal,
berdasarkan gaya gravitasi di permukaan bumi. Gravitasi rata-rata di permukaan bumi
adalah sekitar 980000 mGal. Unit umum ini digunakan dalam survei gayaberat daerah
adalah mGal (10-3 Gal). Teknik aplikasi lingkungan memerlukan pengukuran dengan
akurasi dari beberapa μGal (10-6 Gal atau 10-3 mGal), atau sering juga disebut sebagai
survei mikro.
Sebuah survei gaya berat rinci biasanya menggunakan stasiun pengukuran
berjarak dekat dan dilakukan dengan gravimeter yang mampu membaca dengan
ketelitian yang tinggi. Detil survei digunakan untuk menilai geologi lokal ataupun
kondisi struktural.
Sebuah survei gaya berat terdiri dari melakukan pengukuran gaya berat di
stasiun di sepanjang garis profil atau grid. Pengukuran diambil secara berkala di base
station (lokasi referensi stabil noise-free) untuk melakukan koreksi apungan instrumen.

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 16


Metode gaya berat tergantung pada variasi lateral dan kedalaman pada
kepadatan material bawah permukaan. Kepadatan dari tanah atau batuan merupakan
fungsi dari densitas mineral pembentuk batuan, porositas medium dan densitas dari
cairan yang mengisi ruang pori. Kepadatan batuan bervariasi dari kurang dari 1,0 g/cm3
untuk beberapa batuan vulkanik vaskular hingga lebih dari 3,5 g/cm3 untuk beberapa
batuan beku ultrabasa.
Metode ini umumnya digunakan dalam eksplorasi minyak untuk menemukan
struktur yang merupakan jebakan minyak, dan dikenal sebagai metode awal saat akan
melakukan eksplorasi di daerah yang berpotensi hidrokarbon. Di samping itu, metode
ini juga banyak digunakan dalam eksplorasi mineral dan lain-lain. Meskipun dapat
dioperasikan dalam berbagai macam hal, tetapi pada prinsipnya metode ini dipilih
karena kemampuannya dalam hal membedakan rapat massa suatu material terhadap
lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, struktur bawah permukaan dapat diketahui.
Pengetahuan ini penting untuk perencanaan langkahlangkah eksplorasi baik minyak
maupun mineral lainnya. Eksplorasi ini dilakukan dalam bentuk lintasan melintang.
3.1.1 Pengolahan Data Metode Gaya Berat
Pemrosesan data gaya berat yang sering disebut dengan reduksi data gaya
berat, secara umum dapat dipisahkan menjadi dua macam, yakni proses dasar dan
proses lanjutan. Proses dasar mencakup seluruh proses berawal dari nilai pembacaan
alat di lapangan sampai diperoleh nilai anomali bouguer di setiap titik amat.
Tahapan proses dasar meliputi konversi pembacaan alat gravimeter ke mGal,
koreksi apungan (drift), koreksi pasang surut (tidal), koreksi lintang, koreksi udara
bebas, koreksi bouguer (sampai pada tahap ini diperoleh nilai anomali bouguer
sederhana pada topografi), dan koreksi medan.
 Konversi Pembacaan ke mGal
Konversi ini dilakukan karena besar nilai yang ditampilkan oleh gravimeter
belum mempunyai satuan dan untuk setiap gravimeter mempunyai tabel konversi yang
berlainan tergantung spesifikasi model alat. Konversi dilakukan dengan rumus: Reading
in mGal = [(reading − counter reading) × faktor interval + value in mGal ] × CCF
dimana CCF (Correction Calibration Factor) setiap alat berbeda tergantung jenis alat
gravimeter yang digunakan.

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 17


 Koreksi Pasang Surut (Tidal)
Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan efek benda-benda yang ada di
luar bumi, seperti matahari dan bulan yang dapat mempengaruhi nilai gravitasi di
bumi. Posisi matahari dan bulan akan menghasilkan tarikan terhadap bumi sehingga
akan menyebabkan terjadinya pasang surut muka air laut yang akan mempengaruhi
pembacaan di lapangan. Koreksi ini diberikan oleh persamaan potensial berikut ini.

dimana:
∅ = lintang
𝛿 = deklinasi
T = sudut waktu bulan
C = jarak rata-rata ke bulan

 Koreksi Apungan (Drift)


Koreksi ini dilakukan akibat perbedaan pembacaan gravimeter di stasiun
yang sama pada waktu yang berbeda oleh alat gravimeter yang disebabkan karena
terjadi guncangan pegas dan perubahan temperatur pada alat selama proses perjalanan
dari satu stasiun ke stasiun berikutnya. Efek ini dapat dihilangkan dengan merancang
lintasan tertutup pada saat akuisisi data agar besar penyimpangan dapat diketahui.
Koreksi apungan diberikan oleh persamaan:

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 18


 Koreksi Lintang
Koreksi lintang dilakukan karena rotasi bumi yang akan menyebakan:
a. Bentuk bumi yang berubah pada ekuator dan kutub.
b. Akumulasi massa ekuator.
c. Terjadinya percepatan sentrifugal, yang maksimal pada ekuator dan
minimal terjadi di kutub.
Hasil rotasi bumi ini menyebabkan variasi percepatan gravitasi dari ekuator ke
kutub atau terhadap lintang. Untuk menghilangkan efek ini digunakan persamaan
Geodetic Reference System 1967 (GRS 67), yaitu: g∅ = 97803186 (1 + 0,0005278895
sin2∅ − 0,000023462 sin4∅) dengan∅ adalah sudut lintang dalam radian.

 Koreksi Udara Bebas (Free Air Correction)


Koreksi ini dilakukan karena pengaruh variasi ketinggian terhadap medan
gravitasi bumi. Perhitungan koreksi udara bebas (free air correction) dilakukan dengan
cara:

 Koreksi Bouguer
Koreksi Bouguer memperhitungkan massa batuan yang terdapat di antara
stasiun pengukuran dengan bidang geoid. Koreksi ini dilakukan dengan menghitung
tarikan gravitasi yang disebabkan oleh batuan berupa slab dengan ketebalan H dan
densitas rata-rata ρ. Besar koreksi ini diberikan oleh persamaan: BC = 0,04185 h ρ

 Koreksi Medan (Terrain Correction)

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 19


Koreksi medan diperlukan oleh karena setiap stasiun pengukuran gaya berat
memiliki bentuk permukaan yang tidak datar atau memiliki undulasi. Jika stasiun
pengukuran berada dekat dengan gunung, maka akan terdapat gaya ke atas yang
menarik pegas pada gravimeter sehingga akan mengurangi pembacaan nilai gravitasi.
Sementara jika stasiun berada dekat dengan lembah, maka akan ada gaya tarik ke
bawah yang hilang sehingga pegas pada gravimeter tertarik ke atas yang akan
mengurangi nilai pembacaan gravitasi juga.
Dengan demikian pada kedua kondisi tersebut, koreksi medan ditambahkan pada
nilai gravitasi dimana perhitungan besar nilai koreksi medan dapat dilakukan dengan
menggunakan Hammer Chart. Hammer Chart dikelompokkan berdasarkan besarnya
radius dari titik pengukuran gaya berat, yaitu:
a. Inner Zone
Memiliki radius yang tidak terlalu besar sehingga bisa didapatkan dari
pengamatan langsung di lapangan, dengan beberapa zona, yakni:
 Zona B, radius 6,56 ft dibagi menjadi 4 sektor.
 Zona C, radius 5,46 ft dibagi menjadi 6 sektor.
b. Outer Zone
 Zona D, radius 175 ft dan dibagi 6 sektor.
 Zona E, radius 558 ft dan dibagi 8 sektor.
 Zona F, radius 1280 ft dan dibagi 8 sektor.
 Zona G, radius 2396 ft dan dibagi 12 sektor.
 Zona H, radius 5018 ft dan dibagi 12 sektor.
 Zona I, radius 8575 ft dan dibagi 12 sektor.
 Zona J, radius 14612 ft dan dibagi 12 sektor.
 Zona K dan M masing-masing dibagi 16 sektor.
Koreksi medan pada setiap sektor dihitung dengan menggunakan persamaan:

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 20


 Anomali Bouguer
Setelah melakukan koreksi, maka akan diperoleh nilai yang disebut anomali
bouguer, yakni anomali yang disebabkan oleh variasi densitas secara lateral pada batuan
kerak bumi yang telah berada pada bidang referensi, yakni bidang geoid. Persamaan
untuk mendapatkan nilai anomali ini adalah:
gobs = gread − gtidal − gdrift
gAB = gobs − g∅ + gFAA − gBC + TC
dimana:
gread = nilai pembacaan gravitasi di lapangan
gtidal = koreksi pasang surut
gdrift = koreksi apungan
g∅ = koreksi lintang
gFAA = koreksi udara bebas
gBC = koreksi bouguer
TC = koreksi medan
Nilai anomali bouguer di atas sering disebut sebagai Complete Bouguer
Anomaly (CBA), sedangkan anomali bouguer yang didapatkan tanpa memasukkan
koreksi medan ke dalam perhitungan disebut Simple Bouguer Anomaly (SBA).
Sementara nilai lain yang biasa digunakan untuk survei daerah laut adalah Free Air
Anomaly (FAA).

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 21


3.2 Metode Magnetik

Metode geomagnetik merupakan salah satu contoh metode pasif yang


menjadikan bumi diyakini sebagai batang magnet raksasa sebagai tempat menghasilkan
medan magnet utama bumi. Kerak bumi menghasilkan medan magnet jauh lebih kecil
daripada medan magnet utama yang dihasilkan bumi secara keseluruhan. Teramatinya
medan magnet pada bagian bumi tertentu, biasanya disebut anomali magnetik yang
dipengaruhi suseptibilitas bahan tersebut dan remanen magnetiknya. Berdasarkan pada
anomali magnetik batuan ini, pendugaan sebaran batuan dapat dipetakan baik secara
lateral maupun vertikal.
Eksplorasi menggunakan metode magnetik, pada dasarnya terdiri atas tiga
tahap, yaitu akuisisi data lapangan, pemrosesan data, dan interpretasi. Setiap tahap
terdiri dari beberapa perlakuan atau kegiatan. Pada tahap akuisisi data, dilakukan
penentuan titik pengamatan dan pengukuran dengan satu atau dua alat. Untuk koreksi
data pengukuran dilakukan pada tahap pemrosesan data. Koreksi pada metode magnetik
terdiri atas koreksi harian (diurnal), koreksi topografi (terrain), dan beberapa koreksi
lainnya. Sedangkan untuk interpretasi dari hasil pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan software untuk memperoleh peta anomali magnetik.
Metode ini didasarkan pada perbedaan tingkat kemagnetan suatu batuan yang
diinduksi oleh medan magnet bumi. Kemampuan untuk termagnetisasi tergantung dari
suseptibilitas magnetik masing-masing batuan. Harga suseptibilitas sangat penting di
dalam pencarian nilai anomali karena sifat merupakan sifat khas untuk setiap jenis
mineral atau mineral logam. Harganya akan semakin besar bila jumlah kandungan
benda magnetik pada batuan semakin banyak.
Metode magnetik memiliki kesamaan latar belakang fisika dengan metode
gravitasi, kedua metode ini merupakan metode pasif yang didasarkan pada Hukum
Newton. Namun demikian, ditinjau dari segi besaran fisika yang terlibat, keduanya
mempunyai perbedaan yang mendasar. Dalam metode magnetik harus
mempertimbangkan variasi arah dan besaran vektor magnetisasi, sedangkan dalam
gravitasi hanya meninjau variasi besar vektor percepatan gravitasi. Data pengamatan
magnetik lebih menunjukkan sifat residual kompleks. Dengan demikian, metode
magnetik memiliki variasi terhadap waktu yang lebih besar. Pengukuran intensitas
medan magnetik bisa dilakukan melalui darat, laut, maupun udara. Metode magnetik
Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 22
sering digunakan dalam eksplorasi pendahuluan minyak bumi, panas bumi, dan batuan
mineral, serta bisa diterapkan pada pencarian prospek benda-benda arkeologi.

3.2.1 Pengolahan Data Magnetik


 Pengaksesan Data IGRF
IGRF merupakan singkatan dari The International Geomagnetic
Reference Field yang merupakan acuan geomagnetik internasional. Standar nilai IGRF
ini dibuat untuk menyeragamkan nilai-nilai medan utama magnet bumi yang diperbarui
setiap lima tahun sekali yang disebabkan oleh karena medan magnet utama bumi yang
berubah terhadap waktu. Nilai-nilai IGRF tersebut diperoleh dari hasil pengukuran rata-
rata pada daerah luasan sekitar 1.000.000 km2 yang dilakukan dalam waktu satu tahun.
Pada dasarnya nilai IGRF merupakan nilai kuat medan magnetik utama bumi (Ho).
Nilai IGRF termasuk nilai yang ikut terukur pada saat pengukuran medan magnetik di
permukaan bumi, yang merupakan komponen paling besar dalam survei geomagnetik,
sehingga perlu dilakukan koreksi untuk menghilangkannya. Koreksi nilai IGRF
terhadap data medan magnetik hasil pengukuran dilakukan karena nilai yang menjadi
target survei magnetik adalah anomali medan magnetik.
Nilai IGRF yang diperoleh dikoreksikan terhadap data kuat medan magnetik
total dari hasil pengukuran di setiap stasiun atau lokasi titik pengukuran. Meskipun nilai
IGRF tidak menjadi target survei, namun nilai ini bersama-sama dengan nilai sudut
inklinasi dan sudut deklinasi sangat diperlukan pada saat memasukkan pemodelan dan
interpretasi.

 Koreksi Harian
Koreksi harian (diurnal correction) merupakan penyimpangan nilai
medan magnetik bumi akibat adanya perbedaan waktu dan efek radiasi matahari dalam
satu hari yang dapat dituliskan menurut rumusan:
ΔH = Htotal ± Δhharian

 Koreksi IGRF
Kontribusi medan magnetik utama dihilangkan dengan menggunakan
koreksi IGRF dengan cara dikurangkan nilai IGRF terhadap nilai medan magnetik total

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 23


yang telah terkoreksi harian pada setiap titik pengukuran pada posisi geografis yang
sesuai dengan rumusan:
ΔH = Htotal ± ΔHharian − Ho
dengan Ho = nilai IGRF

 Koreksi Topografi
Koreksi topografi dilakukan jika pengaruh topografi dalam survei
magnetik sangat kuat. Salah satu metode untuk menentukan nilai koreksinya adalah
dengan membangun suatu model topografi dengan menggunakan pemodelan beberapa
prisma segiempat dengan mengetahui nilai suseptibilitas magnetik (k) batuan topografi,
sehingga model topografi yang dibuat menghasilkan nilai anomali magnetik (ΔHtop)
sesuai dengan fakta. Persamaan koreksinya adalah:
ΔH = Htotal ± ΔHharian − Ho – Δhtop

 Koreksi Apungan (Drift Correction)


Koreksi ini dilakukan karena adanya perbedaan bacaan magnetometer
pada titik yang sama jika pengukuran membentuk lintasan tertutup. Adapun perbedaan
bacaan tersebut salah satunya akibat berkurangnya fluida pada sensor alat.

 Koreksi Alat
Koreksi ini dilakukan karena adanya perbedaan harga bacaan antara
alat yang ada di basestation dengan alat yang ada di titik pengukuran (field). Koreksi
alat bisa dihitung dengan menggunakan persamaan:
Koreksi Alat = Bacaan PPM di𝐵𝑎𝑠𝑒 𝑆𝑡𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 − Bacaan PPM di 𝐹𝑖𝑒𝑙𝑑

3.2.2 Penyajian Data Harga Anomali Magnetik


1. Cara Tanda atau Titik
Dalam cara ini, intensitas atau besarnya anomali magnet di suatu tempat
digambarkan dengan titik atau tanda. Kerapatan titik sebanding dengan
besarnya anomali di tempat tersebut.
2. Cara Perspektif
Penggambaran data ini biasanya dilakukan dengan sistem komputer.

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 24


3. Cara Kontur
Titik-titik dengan intensitas magnetik yang sama dihubungkan sehingga
membentuk kontur-kontur magnetik.

3.2.3 Interpretasi Data Geomagnetik


Data-data magnetik yang diperoleh dari hasil pengukuran dan kemudian
diolah dengan menggunakan berbagai macam koreksi hingga diperoleh anomaly
magnetiknya disajikan dalam bentuk peta kontur untuk memasuki tahap akhir dari
metode geomagnetik, yakni tahap interpretasi. Secara umum, interpretasi geomagnetik
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu interpretasi kualitatif dan interpretasi kuantitatif.
1. Interpretasi Kualitatif
Interpretasi kualitatif didasarkan pada pola kontur anomali medan magnet
magnetik yang bersumber dari distribusi benda-benda termagnetisasi atau struktur
geologi di bawah permukaan bumi. Selanjutnya pola anomali medan magnetik yang
dihasilkan ditafsirkan berdasarkan informasi geologi setempat dalam bentuk distribusi
benda magnetik atau struktur geologi yang dijadikan dasar pendugaan terhadap keadaan
geologi yang sebenarnya. Interpretasi kualitatif ini bertujuan untuk menentukan strike,
arah dan sifat polarisasi, dan perkiraan bentuk benda anomali berdasarkan peta anomali
magnetik yang telah dibuat. Hasil dari interpretasi kualitatif sangat penting dalam
menyusun model interpretasi secara numerik.
a. Arah Polarisasi Magnet Arah polarisasi magnet ditentukan dengan cara:
Memperhatikan kontur anomali magnet yang bersifat closure atau tertutup.
Mencari pasangan-pasangan closure positif dan negatif dan menentukan arah
pasangan yang dominan.
Garis hubung antara pusat closure negatif dan positif merupakan arah induksi
magnetik yang berpasangan atau dipol.
b. Menentukan Strike Benda Anomali
Strike benda anomali dapat ditentukan dari bentuk garis kontur yang
memanjang.
c. Memperkirakan Benda Anomali

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 25


Dapat dilakukan dengan cara membuat penampang dari kontur sepanjang garis
induksi magnetik dan kemudian memperkirakan benda anomali berdasarkan kurva
teoritis yang terdapat dalam literatur-literatur.
2. Interpretasi Kuantitatif
Interpretasi kuantitatif bertujuan untuk menentukan bentuk atau model dan
kedalaman benda anomali atau struktur geologi melalui pemodelan cara matematis.
Untuk melakukan interpretasi kuantitatif, ada beberapa cara dimana satu cara dengan
cara yang lainnya dimungkinkan berbeda. Hal ini tergantung dari bentuk anomali yang
diperoleh, sasaran yang dicapai dan ketelitian hasil pengukuran. Beberapa pemodelan
yang biasa digunakan, yaitu pemodelan dua setengah dimensi dan pemodelan tiga
dimensi. Dari peta anomali magnetik dibuat sayatan yang melewati bidang anomali
yang didasarkan pada hasil interpretasi kualitatif untuk pemilihan posisi sayatannya.

3.3 Metode Geolistrik

Metode geolistrik adalah metode geofisika yang dapat menggambarkan


keberadaan batuan atau mineral di bawah permukaan berdasarkan sifat kelistrikan dari
batuan atau mineralnya. Tujuan dari metode ini adalah untuk memperkirakan sifat
kelistrikan medium atau formasi batuan di bawah permukaan yang berhubungan dengan
kemampuannya untuk menghantarkan atau menghambat listrik (konduktivitas atau
resistivitas). Oleh karena itu metode geolistrik dapat digunakan pada penyelidikan
penetrasi kedalaman hidrogeologi seperti penentuan akuifer dan adanya kontaminasi,
penyelidikan mineral, dan survei arkeologi. Metode ini biasanya dipakai untuk
eksplorasi dangkal, yaitu sekitar 300-500 m. Prinsip yang digunakan adalah arus listrik
diinjeksi ke dalam bumi melalui dua elektroda potensial. Dari pengukuran tersebut bisa
didapat variasi harga resistivias listrik bawah permukaan titik ukur. Dari pengukuran
metode ini, parameter yang diukur dalam metode geolistrik adalah beda potensial, arus
dan jarak antar elektroda.
Geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika untuk mengetahui perubahan
tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus
listrik DC yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah, dengan menggunakan
elektroda (A dan B). Dengan adanya aliran arus listrik tersebut maka akan
menimbulkan tegangan listrik di dalam tanah. Tegangan listrik yang terjadi di

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 26


permukaan tanah diukur dengan multimeter yang terhubung dengan elektroda tegangan
(M dan N) yang jaraknya lebih pendek dari A dan B.

3.3.1 Konfigurasi
Setiap konfigurasi memiliki metode tersendiri untuk mengetahui nilai
ketebalan dan tahanan jenis batuan di bawah permukaan. Setelah diturunkan
dari persamaan Laplace, dengan asumsi:
1. Bumi dianggap homogen isotropis.
2. Permukaan bumi dianggap setengah lingkaran.
3. Bidang batas antar lapisan horizontal.
4. Di bawah permukaan tanah terdiri dari lapisan dengan ketebalan tertentu,
kecuali lapisan ke bawah mempunyai ketebalan tak terhingga. maka
didapatkan rumusan:

Nilai k berbeda-beda bergantung pada susunan keempat elektrodanya.


1) Konfigurasi Schlumberger

Gambar 3.1. Konfigurasi Schlumberger

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 27


Konfigurasi ini memiliki jangkauan yang paling dalam. Konfigurasi ini
menggunakan dua elektroda arus yang sering dinamakan A dan B dan elektroda
potensial yang dinamakan M dan N. Pada konfigurasi ini letak elektroda potensial (M
dan N) diantara elektroda arus (A dan B). Jarak elektroda potensial dibuat tetap, namun
jarak elektroda arus dibuat berubah-ubah agar diperoleh banyak informasi tentang
bagian dalam bawah permukaan tanah. Untuk mengetahui struktur bawah permukaan
yang lebih dalam, maka jarak masing-masing elektroda ditambah secara bertahap.

2) Konfigurasi Wenner

Gambar 3.2. Konfigurasi Wenner

Dalam konfigurasi ini, arus dan elektroda mempunyai jarak yang sama. Pada
resistivitas mapping, jarak elektroda tidak berubah untuk setiap titik yang diamati,
sedangkan pada resisitivitas sounding jarak elektroda diperbesar secara bertahap untuk
satu titik sounding.Batas pembesaran bergantung pada sensitivitas alat. Kekurangan
konfigurasi ini adalah pembacaan tegangan pada elektroda MN lebih kecil, terutama
ketika jarak AB jauh. Kelebihan konfigurasi ini adalah mampu mendeteksi adanya
nonhomogenitas lapisan batuan pada permukaan

3) Konfigurasi Dipole-Dipole

Selain konfigurasi Wenner dan Wenner-Schlumberger, konfigurasi yang dapat


digunakan adalah Pole-pole, Pole-dipole dan Dipole-dipole. Pada konfigurasi Pole-pole,
hanya digunakan satu elektrode untuk arus dan satu elektrode untuk potensial.
Sedangkan elektrode yang lain ditempatkan pada sekitar lokasi penelitian dengan jarak
Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 28
minimum 20 kali spasi terpanjang C1-P1 terhadap lintasan pengukuran. Sedangkan
untuk konfigurasi Pole-dipole digunakan satu elektrode arus dan dua elektrode
potensial. Untuk elektrode arus C2 ditempatkan pada sekitar lokasi penelitian dengan
jarak minimum 5 kali spasi terpanjang C1-P1. Sehingga untuk penelitian skala
laboratorium yang mungkin digunakan adalah konfigurasi Dipole-dipole.

Pada konfigurasi Dipole-dipole, dua elektrode arus dan dua elektrode potensial
ditempatkan terpisah dengan jarak na, sedangkan spasi masing-masing elektrode a.
Pengukuran dilakukan dengan memindahkan elektrode potensial pada suatu penampang
dengan elektrode arus tetap, kemudian pemindahan elektrode arus pada
spasi n berikutnya diikuti oleh pemindahan elektrode potensial sepanjang lintasan
seterusnya hingga pengukuran elektrode arus pada titik terakhir di lintasan itu.

Gambar 3.3. Konfigurasi Dipole-dipole

3.3.2 Pengambilan Data Geolistrik


Berdasarkan tujuannya, metode resistivitas dibagi menjadi dua, antara lain
sebagai berikut.
 Sounding, dipakai bila ingin mendapatkan distribusi hambatan jenis listrik bumi
terhadap kedalaman dibawah suatu titik di permukaan bumi. Dalam hal ini, spasi
antara elektroda dengan titik pengukuran diperbesar secara berangsur-angsur.
 Mapping, dipakai untuk mengetahui variasi hambatan jenis bumi secara lateral
mauoun horizontal. Kedalaman di bawah permukaan yang tersurvei adalah sama.
Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 29
Dalam pengukuran ini, jarak antar elektroda dipertahankan tetap dan secara
bersama-sama digeser sepanjang lintasan pengukuran.
Jadi, metode mapping merupakan metode yang bertujuan mempelajari variasi
resistivitas lapisan bawah permukaan secara horizontal, sedangkan sounding dalam arah
vertikal. Pada mapping, elektroda digeser namun dengan jarak yang tetap, sedangkan
sounding semakin menjauhi titik tengah.
Dalam metode mapping dengan konfigurasi Wenner, elektroda arus dan
elektroda potensial mempunyai jarak yang sama, yaitu C1P1= P1P2 = P2C2 sebesar a.
Jadi jarak antar elektroda arus adalah tiga kali jarak antar elektroda potensial. Perlu
diingat bahwa keempat elektroda dengan titik datum harus membentuk satu garis. Pada
sounding, batas pembesaran spasi elektroda tergantung pada kemampuan alat. Makin
sensitif dan makin besar arus yang dihasilkan alat maka makin leluasa dalam
memperbesar jarak spasi elektroda tersebut, sehingga makin dalam lapisan yang
terdeteksi atau teramati. Sedangkan, pada resistivitas mapping, jarak spasi elektroda
tidak berubah-ubah untuk setiap titik datum yang diamati (besarnya a tetap).
Langkah lanjut jika pada metode sounding adalah memplot harga tahanan jenis
semu hasil pengukuran versus spasi elektroda pada grafik log-log. Survei ini berguna
untuk menentukan letak dan posisi kedalaman benda anomali di bawah permukaan.

Gambar 3.4. Metode Sounding

Sedangkan, metoda mapping digunakan untuk menentukan distribusi tahanan


jenis semu secara vertical setiap kedalaman. Pengukurannya dilakukan dengan cara
memasang elektroda arus dan potensial pada satu garis lurus dengan spasi tetap,
kemudian semua elektroda dipindahkan atau digeser sepanjang permukaan sesuai
dengan arah yang telah ditentukan sebelumnya. Untuk setiap posisi elektroda akan

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 30


didapatkan harga tahanan jenis semu. Dengan membuat peta kontur tahanan jenis semu
akan diperoleh pola kontur yang menggambarkan adanya tahanan jenis yang sama.

Gambar 3.4. Metode Mapping

3.3.3 Sifat Resistivitas Batuan


Pada batuan, sifat kelistrikan dihasilkan oleh listrik alami yang terbawa
oleh cairan (fluida) dan nilai resisitivitasnya bergantung pada porositas dan kandungan
air. Batuan yang memiliki kandungan air, resistivitasnya lebih rendah apabila
dibandingkan batuan kering. Berikut tabel nilai resistivitas.
Tabel 3.1. Tabel Penggolongan Nilai Resistivitas
Harga resistivitas (Ωm) Golongan
10-8 < 𝜌 < 1 Konduktor baik

1 < 𝜌 < 107 Konduktor Pertengahan


𝜌 < 107 Isolator

3.4 Metode Seismik Refraksi dan Mikrotremor

3.4.1 Metode Seismik Refraksi


Metode seismik refraksi merupakan salah satu metode geofisika untuk
mengetahui penampang struktur bawah permukaan, merupakan salah satu metode untuk
memberikan tambahan informasi yang diharapkan dapat menunjang penelitian lainnya.
Metode ini mencoba menentukan kecepatan gelombang seismik yang menjalar di
bawah permukaan. Metode seismik refraksi didasarkan pada sifat penjalaran gelombang
Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 31
yang mengalami refraksi dengan sudut kritis tertentu yaitu bila dalam perambatannya,
gelombang tersebut melalui bidang batas yang memisahkan suatu lapisan dengan
lapisan yang di bawahnya yang mempunyai kecepatan gelombang lebih besar.
Parameter yang diamati adalah karakteristik waktu tiba gelombang pada masing-
masing geophone.

Gambar 3.5. Prinsip seismik refraksi


3.4.1.1 Prinsip Gelombang

Prinsip dasar metoda seismik refraksi mengikuti prinsip fisika tentang


perambatan gelombang antara lain :

 Prinsip Fermat
Penjalaran gelombang dari suatu titik ke titik lainnya akan melewati
lintasan dengan waktu minimum.

 Prinsip Huygen
Setiap titik yang dilalui muka gelombang akan menjadi sumber
gelombang baru.
 Prinsip Snellius
Gelombang yang dibiaskan atau dipantulkan akan memenuhi persamaan
sebagai berikut

(sin i/sin v = V1/V2)

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 32


3.4.1.2 Gelombang Refraksi

Metode seismik refraksi menggunakan analisis muka gelombang ‘head wave’


untuk pendugaan sifat fisis batuan. Metoda ini memiliki keterbatasan yaitu bahwa
metode ini dapat berhasil baik bila harga cepat rapat gelombang seismik makin besar
kearah lapisan bawah, sehingga selalu terdapat gelombang yang terbiaskan ke
permukaan.

Kelemahan lainnya bahwa tebal suatu lapisan harus memenuhi criteria tertentu
supaya tidak menghasilkan “Blind Zone”, yang diakibatkan oleh lapisan tipis.

Seismik refraksi dilakukan dengan menimbulkan sumber getaran di suatu titik


dan menerima getaran tersebut menggunakan serangkaian geophone. Waktu tempuh
gelombang dari setiap geophone dibaca dan diplot dalam grafik waktu tempuh Vs jarak.
Ketebalan lapisan batuan dan harga cepat rambat gelombang didapatkan dari analisa
grafik tersebut.

Interpretasi gelombang seismik refraksi tersebut dapat dilakukan dengan


bermacam-macam cara antara lain Reciprocal metods, Hagiwara, Kakeno, dll.

Seismik refraksi dihitung berdasarkan waktu yang dibutuhkan oleh gelombang


untuk menjalar pada batuan dari posisi sumber seismik menuju penerima pada berbagai
jarak tertentu. Pada metode ini, gelombang yang terjadi setelah sinyal pertama
(firstbreak) diabaikan, karena gelombang seismik refraksi merambat paling cepat
dibandingkan dengan gelombang lainnya kecuali pada jarak (offset) yang relatif dekat
sehingga yang dibutuhkan adalah waktu pertama kali gelombang diterima oleh
setiap geophone. Kecepatan gelombang P lebih besar dibandingkan dengan kecepatan
gelombang S sehingga waktu datang gelombang P yang digunakan dalam perhitungan
metode ini. Parameter jarak dan waktu penjalaran gelombang dihubungkan dengan
cepat rambat gelombang dalam medium. Besarnya kecepatan rambat gelombang
tersebut dikontrol oleh sekelompok konstanta fisis yang ada dalam material yang
dikenal sebagai parameter elastisitas.

Gelombang seismik refraksi yang dapat terekam oleh penerima pada permukaan
bumi hanyalah gelombang seismik refraksi yang merambat pada batas antar lapisan

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 33


batuan. Hal ini hanya dapat terjadi jika sudut datang merupakan sudut kritis atau ketika
sudut bias tegak lurus dengan garis normal (r = 90° sehingga sin r = 1). Hal ini sesuai
dengan asumsi awal bahwa kecepatan lapisan dibawah interface lebih besar
dibandingkan dengan kecepatan diatas interface.
Gelombang seismik berasal dari sumber seismik merambat dengan kecepatan
V1 menuju bidang batas (A), kemudian gelombang dibiaskan dengan sudut datang
kritis sepanjang interface dengan kecepatan V2. Dengan menggunakan prinsip Huygens
pada interface, gelombang ini kembali ke permukaan sehingga dapat diterima oleh
penerima yang ada di permukaan.

3.4.2 Metode Mikrotremor

Mikrotremor merupakan getaran tanah selain gempa bumi, bisa berupa


getaran akibat aktivitas manusia maupun aktivitas alam. Jadi mikrotremor bisa terjadi
karena getaran akibat orang yang sedang berjalan, getaran mobil, getaran mesin-mesin
pabrik, getaran angin, gelombang laut atau getaran alamiah dari tanah. Mikrotremor
mempunyai frekuensi lebih tinggi dari frekuensi gempabumi, periodenya kurang dari
0,1 detik yang secara umum antara 0.05 – 2 detik dan untuk mikrotremor periode
panjang bisa 5 detik, sedang amplitudenya berkisar 0,1 – 2,0 mikron.

implementasi mikrotremor adalah dalam bidang prospecting, khususnya


dalam merancang bangunan tahan gempa, juga dapat dipakai untuk investigasi struktur
bangunan yang rusak akibat gempa. Dalam merancang bangunan tahan gempa
sebaiknya perlu diketahui periode natural dari tanah setempat untuk menghindari
adanya fenomena resonansi yang dapat memperbesar (amplifikasi) getaran jika terjadi
gempabumi. Mikrotremor juga dapat dipakai untuk mengetahui jenis tanah atau top soil
berdasarkan tingkat kekerasannya, dimana semakin kecil periode dominan tanah maka
tingkat kekerasannya semakin besar atau tanah yang mempunyai periode dominan
semakin besar semakin lunak atau lembek sifatnya.
Para ahli bangunan Cina mengklasifikasikan jenis tanah menjadi 4 macam
berdasarkan periode dominan naturalnya, adalah: bad rock atau hard rock, medium hard
rock, medium soft soil dan soft soil (clay). Keempat macam jenis tanah itu berturut-

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 34


turut mempunyai periode dominan natural: kurang dari 0,1 detik; 0,1 – 0,4 detik; 0,4 –
0,8 detik dan lebih dari 0,8 detik.
Untuk melakukan pengukuran periode dominan tanah natural sebaiknya
dilakukan pada saat getaran tremor yang lain seminimal mungkin, misalnya pada waktu
malam hari dimana aktivitas manusia tidak ada, sehingga diharapkan getaran yang
terekam benar-benar getaran asli dari tanah.

3.4.2.1 Pengukuran Mikrotremor


Pada dasarnya pengukuran mikrotremor dapat dilakukan dengan alat
pencatat gempabumi atau seismograf. Namun karena mikrotremor mempunyai
karakteristik berbeda dengan gempabumi baik periode maupun amplitudenya, maka
untuk mengukur parameter-parameter mikrotremor digunakan seismograf khusus yang
disebut mikrotremormeter.
Mikrotremometer terdiri dari dua komponen pengukur yaitu, pengukur
amplitude dan pengukur periode. Pada komponen pengukur amplitude biasanya terdiri
dari tiga pilihan, yaitu amplitude simpangan, kecepatan dan percepatan. Sedang pada
komponen pengukur periode atau frekuensi mikrotremormeter dilengkapi dengan alat
pencacah sampel frekuensi berupa tape recorder beserta alat digital analyzer.

.
Pada saat ini perkembangan alat pencatat gempabumi sangat pesat,
sehingga dengan seismograf tipe digital periode bebas (digital broad band
seismograph), pengukuran mikrotremor dapat dilakukan, karena selain periode
mikrotremor yang dapat dipisahkan, alat ini juga dilengkapi dengan program analisis
spektrum.
3.4.2.2 Karakteristik Tanah

Karakteristik tanah permukaan suatu tempat sangat penting artinya


dalam pengkajian masalah seismologi. Dari hasil pengukuran mikrotremor untuk
mengetahui karakteristik tanah di berbagai tempat di Jepang, Amerika dan negara-
negara yang pernah dilanda gempa besar ternyata ada hubungan antara karakteristik
tanah dengan penjalaran gelombang gempa yang sampai pada permukaan.

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 35


Apabila periode bangunan sama dengan periode gempa yang sampai di
permukaan, maka akan terjadi resonansi dan interferensi getaran sehingga
meningkatkan intensitas kerusakan akibat gempa. Berdasarkan hal tersebut maka dalam
pembangunan gedung-gedung atau bangunan penting harus memperhitungkan tingkat
faktor karakteristik tanah yang meliputi: jenis tanah permukaan, percepatan tanah
maksimum dan periode dominan tanah permukaan yang bersangkutan.

3.4.2.3 Klasifikasi Tanah Permukaan.


Dari pengukuran mikrotremor untuk memperoleh harga periode
dominan, para ahli di Jepang membuat klasifikasi jenis tanah permukaan menjadi
beberapa kelompok menurut pola atau bentuk kurva distribusi mikrotremor. Kurva
tersebut merupakan hubungan antara periode mikrotremor sebagai absis dan jumlah
atau frekuensi selang periode tersebut sebagai ordinat.
Kanai telah melakukan klasifikasi jenis tanah permukaan menjadi empat macam yaitu:
Jenis I:
Tanah terdiri dari batuan keras (rock) hard sandy gravel, dan tanah
yang tergolong dalam tersier atau lapisan tanah tua. Kurva
distribusinya mempunyai bentuk yang sederhana dengan satu
puncak pada periode 0,5 detik. Range periode antara 0 – 0,3 detik
mempunyai frekuensi 300 kali dalam 1 menit.
Jenis II: Jenis tanah yang digolongkan sebagai tanah pasir berbatu (keras),
pasir dengan tanah yang dapat digolongkan pada alluvial atau
alluvial berbatu dengan tebal sekitar 5 meter atau lebih. Kurvanya
berbentuk sederhana dengan satu puncak. Range periode agak
melebar sampai 0,8 detik atau lebih dengan frekuensi lebih rendah
dari jenis I.

Jenis III: Tanah jenis pasir, sandy clay, clay atau yang dapat digolongkan
pada jenis alluvial. Kurvanya agak kompleks, dengan range
periodenya melebar sampai 1,0 detik, bentuk puncaknya tidak
tajam tetapi melebar dibanding jenis I dan II.

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 36


Jenis IV: Tanah ini digolongkan kedalam tanah lembek, berupa endapan delta atau
endapan lumpur dari sungai dan dapat dibagi dalam:

 Alluvial yang terdiri dari endapan tanah lunak (soft delta), top soil,
lumpur dan sejenisnya dengan kedalaman 30 m atau lebih.
 Tanah urug baik berupa tanah lunak, humus atau lumpur atau yang
lainnya.
 Kurvanya mempunyai bentuk yang kompleks dengan beberapa puncak
dan range periodenya melebar sampai 2 detik atau lebih.

S. Omote dan N. Nakajima mengklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu:


 Jenis A : Periode dominan antara 0,1 – 0,25 detik, dimana jumlah gelombang
dengan periode 0,25 detik sedikit.
 Jenis B : Periode dominan antara 0,25 – 0,40 detik, dengan gelombang yang
periodenya 0,40 sedikit.
 Jenis C : Periode dominan 0,40 detik, dengan gelombang yang periodenya 0,8
detik cukup banyak.

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 37


BAB IV
PEMETAAN GEOLOGI

4.1 Pengambilan Data di Lapangan

Pengambilan data geologi dilakukan dengan cara observasi geologi di


daerah karangsambung.observasi geologi ini dibagi menjadi 4 kelompok. Selain
melakukan tracking, mahasiswa juga melakukan pendeskripsian batuan serta
morfologi daerah batuan tersebut.

Untuk data geologi lainnya yaitu strike and dip pada kekar daerah Kali
Mandala. Pengambilan data strike and dip menggunakan kompas geologi.
Dimana hasil kekar ini akan di plot sehingga mendapatkan arah umum dan arah
sesar pada daerah tersebut.

Untuk pengambilan data geologi lainnya yaitu MS atau Measure Section.


Pengukuran MS dilakukan pada Kali Jaya. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan meteran untuk mengukur panjang dari profil pada Kali Jaya,
kompas sebagai pengukur strike and dip dan juga untuk menentukan arah
lintasan sehingga lintasan lurus tidak ada sudut yang mempengaruhi. Karena
sudut hanya didapatkan pada pengukuran tebal tiap litologi.

4.2 Pengolahan dan Pembahasan Data

4.2.1 Observasi Geologi

a. Lokasi Pengamatan 1
Lokasi : Puncak Wagir Sambeng Elevasi : 144 m
Tanggal : 03 April 2017
Koordinat : UTM 0351621, 9165624

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 38


Gambar 4.1. Puncak Wagir Sambeng

Deskripsi : Dari Puncak Wagir Sambeng terlihat morfologi gunung paras dan juga
terlihat Amphitheatre, dimana ini awalnya adalah antiklin yang
kemudian mengalami erosi sehingga menjadi lembah, proses ini
terjadi akibat gaya eksogen yang bekerja pada tempat tersebut.

b. Lokasi Pengamatan 2
Lokasi : Punggungan Wagir Sambeng Elevasi : 126 m
Tanggal : 03 April 2017
Koordinat : UTM 0351807, 91657233

Gambar 4.2. Punggungan Wagir Sambeng

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 39


Deskripsi : Pada punggungan wagir sambeng, terdapat singkapan gamping
berwarna merah (karbonat) yang berseling dengan batu rijang (silika). Dimana
batuan tersebut proses sedimentasinya terjadi di daerah laut dalam.

c. Lokasi Pengamatan 3
Lokasi : Kali Mandala
Tanggal : 03 April 2017
Elevasi : 62 m

Gambar 4.3. Kali Mandala

Deskripsi : Pada tempat ini terdapat campuran singkapan lava basalt dan rijang
merah yang berwarna abu-abu kehitaman & cokelat kemerahan, dengan struktur
pillow lava (lava bantal) yang memiliki komposisi mineral matic dengan derajat
kristalisasi holohyalin. Singkapan ini memilki struktur kekar dan sesar yang
membuat aliran sungai.
d. Lokasi Pengamatan 4
Lokasi : Kali Jebug Elevasi : 76 m
Tanggal : 03 April 2017
Koordinat : UTM 0353636, 9166053

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 40


Gambar 4.4. Kali Jebug
Deskripsi : Pada daerah ini terdapat adanya 2 batuan, yaitu batu lempung bersisik
(scaly clay) dan batuan diabas yang mengintrusi.

e. Lokasi Pengamatan 5
Lokasi : Kali Muncar
Tanggal : 04 April 2017

Gambar 4.5 Kali Muncar


Deskripsi : Pada tempat ini terdapat 2 litologi batuan utama, yaitu yang pertama
persilangan gamping merah dengan rijang, dimana batuan tersebut berwarna merah
kecokelatan, untuk gamping merah memiliki komposisi CaCO3 + Mg dan untuk
rijang memiliki komposisi Mg. Yang kedua adalah Litologi batuan lava basalt
dengan struktur pillow lava yang berada diatas.

d. Lokasi Pengamatan 6
Lokasi : Luk ulo (kaki bukit sipako)
Tanggal : 04 April 2017

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 41


Gambar 4.6 Sungai Luk Ulo
Deskripsi : Di daerah ini terdapat beberapa kerikil dan singkapan batuan.
Beberapa batuan yang di deskripsi adalah batu kuarsit yang berwarna putih susu,
dengan struktur non-foliasi yang memiliki komposisi kuarsa.
Selanjutnya adalah Batu Sekis Mika yang berjenis batuan metamorf berwarna abu-
abu dengan struktur foliasi serta komposisinya adalah mika, pasir kuarsa.
Lalu Batu filit yang berjenis metamorf dengan warna abu-abu gelap, berstruktur
foliasi, dengan komposisi Lempung, Pasir kuarsa.

e. Lokasi Pengamatan 7
Lokasi : Puncangan
Tanggal : 04 April 2017

Gambar 4.7 Pucangan


Deskripsi : Daerah ini termasuk kedalam formasi mélange kompleks, diamana
pada tempat ini terdapat jenis litologi batuan serpentinit yang berwarna hitam
kehjauan, bertekstur massif dengan struktur foliasi dan kandungan mineral di
dalamnya adalah olivine.
Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 42
f. Lokasi Pengamatan 8
Lokasi : Gunung Parang
Tanggal : 04 April 2017

Gambar 4.8 Gunung Parang


Deskripsi : Pada tempat ini terdapat litologi intrusi diabas. Diabas merupakan
struktur plagioklas yang mineralnya saling mengikat (interlocking). Intrusi diabas
ini membentuk columnar joint.
f. Lokasi Pengamatan 8
Lokasi : Desa totogan
Tanggal : 04 April 2017

Gambar 4.9. Kondisi lokasi pengamatan di desa Totogan


Bentuk Kegiatan : Pengamatan geomorfologi
Deskripsi : Morfologi bukit bagian utara merupakan melange kompleks dan
disebelah selatan yaitu formasi waturanda yang diketahui berdasarkan informasi
geologinya. Kedua zona formasi tersebut terpisah yang diindikasikan adanya
kejadian patahan yang memisahkan kedua formasi ini.
Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 43
g. Lokasi Pengamatan 9
Lokasi : Depan Kampus LIPI
Tanggal : 04 April 2017

Gambar 4.10 Batu Gamping Numulites di depan kampus LIPI


Deskripsi : Terdapat singkapan batu Gamping Numulites, batuan ini adalah
batuan sedimen klastik yang berwarna cokelat muda berstruktur masif, dengan
komposisi CaCO3. Disebut Gamping Numulites dikarenakan terdapat fosil
Numulites pada batuan tersebut.

h. Lokasi Pengamatan 10
Lokasi : Bukit Jati Bungkus Elevasi : 80
Tanggal : 05 April 2017 Dimensi : 8,8 x 3 m
Koordinat : UTM 0354736, 9163273

Gambar 4.11 Bukit Jati Bungkus


Deskripsi : Pada daerah ini terdapat singkapan batuan gamping yang terisolir
yang berwarna putih abu-abu dengan tekstur, yaitu ukuran butirnya halus,

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 44


pembundarannya rounded, kemasnya tertutup, dan pemilahannya baik. Struktur
batuan ini adalah massif dengan komposisi CaCO3 dan foraminifera (fosil). Daerah
ini termasuk ke dalam formasi Karangsambung.

i. Lokasi Pengamatan 11
Lokasi : Bukit Waturanda
Tanggal : 05 April 2017 Dimensi : 6 x 32 m
Koordinat : UTM 0354044, 9161187

Gambar 4.12. Lokasi pengamatan Bukit Waturanda dan singkapan batu breksi
berseling pasir (formasi waturanda)

Deskripsi : Batuan yang terdapat pada daerah ini ada 2 yaitu pertama batu pasir
kasar –berseling dengan lempung, berwarna coklat kehitaman, memiliki komposisi
SiO2. Lalu yang kedua terdapat batuan breksi vulkanik berwarna abu-abu terang
dengan struktur perlapisan, pada komposisi fragmen yaitu beku plagioklas,
komposisi matriks yaitu pasir dan komposisi semen adalah silika. Batuan ini
terbentuk dari longsoran bawah laut dan terangkat ke formasi waturanda.

j. Lokasi Pengamatan 12
Lokasi : Kali Jaya Elevasi : 100 m
Tanggal : 05 April 2017
Koordinat : UTM 0355859, 9160443

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 45


Gambar 4.13. Kali Jaya
Deskripsi : Pada tempat ini dilakukan analisa untuk membuat profil MS pada dua
titik pengukuran dengan satu lintasan yang sama dan saling terhubung.
k. Lokasi Pengamatan 13
Lokasi : Bukit Pesanggrahan Elevasi : 69 m
Tanggal : 05 April 2017
Koordinat : UTM 0353143, 9165511

Gambar 4.14. Singkapan batuan konglomerat di Bukit Pesanggrahan


Deskripsi : Pada lokasi ini terdapat batuan Konglomerat yang berwarna abu-abu
yang dipenuhi oleh berbagai macam fragment warna-warni di tubuh batuannya.
Ukuran butirnya kasar, dengan pembundaran sub rounded (agak membundar),
kemasnya terbuka, serta pemilahannya yang buruk. Struktur batuan ini massif
dengan komposisi fragment yaitu kerikil hingga kerakal, komposisi matrix yaitu
pasir, dan komposisi semen yaitu karbonat (di uji coba menggunakan cairan Hcl).

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 46


. 4.2.2 Mapping Geologi

Kegiatan mapping geologi terdiri dari tracking area mapping dan analisa
petrologi. Kegiatan mapping geologi ini dilakukan selama 2 hari didaerah
Karangsambung dan sekitarnya dengan batasan wilayah 3 x 3.5 dari kampus lippi
dengan penjelasan sebagai berikut :

 Lokasi Pengamatan 1
Lokasi : Pinggir Sungai Luk-Ulo, Desa Wonotirto

Gambar 4.15. Spot 1, Singkapan batuan pasir kasar dan bongkahan

Pada spot pertama terdapat batuan sedimen rijang dengan warna coklat
hitam dan merah, tekstur gamping merah dengan ukuran butir butir lempung,
pemilahan baik, dan kemas tertutup dengan komposisi karbonat karna sewaktu
diberi HCl terjadi reaksi, terdapat batuan beku gabro berwarna hitam bertekstur
fanerik dan struktur masif dengan struktur aliran, dan batuan sedimen
konglomerat dengan kontak batu pasir kasar berwarna abu abu dengan struktur
masif, bentuk butir rounded. Berdasarkan peta geologi spot pertama berada di
formasi karang sambung.

 Lokasi Pengamatan 2
Lokasi : Pinggir Sungai Luk-Ulo, Desa Wonotirto

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 47


Gambar 4.16. Spot 2, Singkapan batuan lempung

Pada spot kedua terdapat batuan sedimen lempung berwarna abu abu kehijauan
dengan struktur masif , breksi dengan kontak patu pasirdan pasir sangat halus.
Berdasarkan peta geologi spot kedua berada di formasi waturanda.

 Lokasi Pengamatan 3
Lokasi : Perbukitan, Desa Wonotirto

Gambar 4.17. Spot 3, Sigkapan batuan gamping berseling rijang

Pada spot ketiga terdapat singkpan batuan sedimen rijang berlapis gamping
berwarna merah tua ketika di beri HCl ngejos dan coklat dan batuan pasir
lempung berwarna abu – abu berstruktur masif. berdasarkan peta geologi spot 3
berada di formasi karang sambung.

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 48


 Lokasi Pengamatan 4
Lokasi : Melange Kompleks, Desa Wonotirto

Gambar 4.18. Spot 4, Sebaran bongkahan batuan sekis

Pada spot keempat terdapat skiss mika berwarna abu abu mengkilap dengan
komponen mineralnya yaitu mika, merupakan metamorf foliasi. Skiss mika
merupakan batuan dasar dari jawa.berdasarkan peta geologi spot empat berada
pada kompleks luk-ulo daerah skiss dan filit.

 Lokasi Pengamatan 5
Lokasi : Melange Kompleks, Desa Wonotirto

Gambar 4.19. Spot 5, Singkapan batuan Greywacke

Spot kelima terdapat batuan sedimen greywacke berwarna abu- abu


komposisinya adalah matrix yang terbuat dari lempung, sehingga menghasilkan
sortasi yang jelek dan batuan menjadi berwarna abu-abu gelap atau kehijauan.
Berdasarkan peta geologi spot keempat berada di kompleks lok ulo daerah
graywacke

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 49


 Lokasi Pengamatan 6
Lokasi : Pinggir Sungai Luk-Ulo, Desa Wonotirto

Spot keenam terdapat batuan sedimen karbonatan yaitu gamping merah dengan
ketika di beri HCl bereaksi.

 Lokasi Pengamatan 7
Lokasi : Pinggir Sungai Luk-Ulo, Desa Wonotirto

Gambar 4.20. Spot ke 7 dan 8

Spot ketujuh dan delapan terdapat batuan greywacke berwarna abu- abu
komposisinya adalah matrix yang terbuat dari lempung, sehingga menghasilkan
sortasi yang jelek dan batuan menjadi berwarna abu-abu gelap dan batuan
lempung berwarna putih yang terdapat fosil kerang atau foraminifera batuan
lempung tersebut bukanlah singkapan hanya longsoran dari batuan greywacke.
singkapan tersebut berada di desa wonotirto, berdasarkan geologinya berada di
kompleks luk-ulo.

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 50


 Lokasi Pengamatan 8
Lokasi : Pinggir Sungai Luk-Ulo, Desa Wonotirto

Gambar 4.21. Spot ke 9 dan 10

Spot ke sembilan dan sepuluh terdapat batuan sedimen breksi berwarna abu-abu
dan terdapat perselingan dengan batu pasir yang berwarna kehitaman.
Berdasarkan peta geologi, lokasi pengamatan ini berada pada ujung formasi
halang.

Gambar 4.22 Spot ke 11, 12, dan 13, Singkapan batuan lempung

Spot ke sebelas, dua belas, dan tiga belas mendapatkan batuan yang sama yaitu
batuan lempung yang berwarna agak coklat, lempung bersaturasi buruk dan
porositasnya buruk pula. Berdasarkan peta geologinya berapa dapa formasi
karang sambung

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 51


Gambar 4.23. Spot 14, Singkapan batuan lempung

Spot ke empat belas sama seperti spot sebelumnya hanya mendapatkan batuan
sedimen lempung hanya saja menemukan singkapannya yang berbeda lokasi.
Batuan lempung yang berwarna agak coklat, lempung bersaturasi buruk dan
porositasnya buruk pula. Berdasarkan peta geologinya berapa dapa formasi
karang sambung.

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 52


BAB V
PEMETAAN GEOFISIKA

5.1 Pengambilan Data Lapangan

5.1.1. Metode Resistivity


Kegiatan pengambilan data geofisika metode resistivity dilaksanakan 5 hari
pada tanggal 9 - 13 April 2017 pada pukul 08:00 - 17:00 WIB. Panjang lintasan 1 km
dengan target lokasi terletak di daerah Gunung Paras hingga ke tepian Sungai Lok-Ulo
Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Propinsi Jawa Tengah.

5.1.1.1. Peralatan

Adapun peralatan penunjang kegiatan observasi pengambilan data geofisika


metode resistivity antara lain :
1. Resistivitymeter Naniura 6. GPS
2. Aki 7. Palu
3. 2 Elektroda Arus dan Potensial 8. Tali Rafia
4. 2 Kabel Penghubung Arus dan 9. Terpal dan Ponco
Potensial
5. Meteran 100 m

5.1.1.2. Akuisisi

Adapun tahapan akuisisi data pengukuran resistivity adalah sebagai berikut :


1. Menentukan konfigurasi dan data sheet pengukuran resistivity (panjang lintasan,
spasi, perpindahan).
2. Persiapkan peralatan utama dalam pengukuran resistivity.
3. Pasang elektroda disepanjang lintasan yang telah ditentukan, sesuaikan
pemasangan elektroda berdasarkan penentuan konfigurasi dan data sheet
pengukuran yang dilakukan.
4. Hubungkan kabel penghubung ke elektroda dan resistivitymeter, pastikan
terpasang dengan baik. Setelah dihubungkan, untuk memastikan elektroda

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 53


berfungsi dengan baik dan menjaga kualitas data dilakukan uji multitester pada
kabel yang telah terhubung elektroda.
5. Hubungkan aki dengan resistivitymeter, kemudian nyalakan instrument dengan
menekan tombol ON.
6. Memulai pengukuran dengan menginject arus dengan menekan dan menahan
tombol START, Hasil injeksi arus dan beda harga potensial akan terlihat pada
layar, catat hasil pengukuran pada log book.
7. Lakukan perpindahan elektroda dan pengulangan titik pengukuran sesuai dengan
konfigurasi yang digunakan.

5.1.2. Metode Gayaberat


Kegiatan pengambilan data geofisika metode gayaberat dilaksanakan 5 hari
pada tanggal 9 - 13 April 2017 pada pukul 08:00 - 17:00 WIB. Target lokasi terletak
di daerah Karang-sambung dan sekitarnya dengan luas 3 x 3.5 km dan spasi antar titik
pengukuran 200 m.

5.1.2.1. Peralatan

Adapun peralatan penunjang kegiatan observasi pengambilan data geofisika


metode resistivity antara lain :
1. Satu set Gravitymeter Skin
2. GPS
3. Altimeter
4. Kompas
5. Alat Tulis

5.1.2.2. Akuisisi

Adapun tahapan akuisisi data pengukuran Gravity adalah sebagai berikut :


1. Menentukan Titik Base dan nilai Gbase
2. Mengambil data gravity setiap jarak 200m

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 54


5.1.3. Metode Geomagnet
Kegiatan pengambilan data geofisika metode geomagnet dilaksanakan 5 hari pada
tanggal 9 - 13 April 2017 pada pukul 08:00 - 17:00 WIB. Target lokasi terletak di
daerah Karang-sambung dan sekitarnya dengan luas 3 x 3.5 km dan spasi antar titik
pengukuran 50 m.

5.1.3.1. Peralatan

Adapun peralatan penunjang kegiatan observasi pengambilan data geofisika


metode resistivity antara lain :
 Magnetometer PPM
 Kompas
 GPS
 Satu set alat Hoover

5.1.3.2. Akuisisi

Adapun tahapan akuisisi data pengukuran Magnetik adalah sebagai berikut :


1. Menentukan titik base magtnetik
2. Melakukan Pengambilan data Magnetik dengan jarak antar titik 50 m

5.1.4. Metode Seismik


Kegiatan pengambilan data geofisika metode seismik yang meliputi metode
seismik refraksi dan mikrotremor dilaksanakan 5 hari pada tanggal 9 - 13 April 2017
pada pukul 08:00 - 17:00 WIB. Target lokasi terletak di daerah Karang-sambung dan
sekitarnya dengan luas 3 x 3.5 km.

5.1.4.1. Peralatan

Adapun peralatan penunjang kegiatan observasi pengambilan data geofisika


metode Seismik antara lain :

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 55


 Alat seismogram (MAE)  GPS
 Aki  Palu
 Geophone  Lempeng besi
 Kabel Penghubung
 Meteran

5.1.4.2. Akuisisi

Adapun tahapan akuisisi data pengukuran resistivity adalah sebagai berikut :


1. Dipasang alat-alat
2.

5.2 Pengolahan dan Pembahasan Data

5.2.1 Geolistrik
5.2.1.1 Flowchart Pengolahan Data

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 56


Start

Membuat Input file


dengan format dat

Input file dat ke


Software Res2DINV

Analisa Bad Datum Pemodelan Inversi

Error Besar Analisa Hasil Inversi Error Kecil

Input data topografi


pada hasil inversi

Model Akhir

Finish

Gambar 5.1. Diagram alir pengolahan data resistivity

5.2.1.2 Tahapan Pengolahan Data


Pengolahan data geolistrik dilakukan menggunakan software Res2DINV, data
yang perlukan adalah data topografi dari hasil pembacaan GPS dan data observasi
didapatkan dari pembacaan alat pengukuran. Kemudian data lapangan dibuat dalam
bentuk notepad dengan format .dat sebagai input data untuk pengolahan pada
Res2DINV.

Adapun langkah-langkah pengolahan data resistivity adalah sebagai berikut :

1. Input data dalam notepad dengan format dat

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 57


(a) (b)
Gambar 5.2. Format pembuatan file .dat, (a) input data observasi, (b) input data
elevasi GPS
Setelah semua data dimasukkan dalam bentuk notepad dalam ekstensi *.dat,
selanjutnya kita dapat melakukan processing data menggunakan software
Res2DINV. Res2DINV mampu melakukan inversi dengan menggunakan data rho
apparent resistivity menghasilkan true resistivity. Kemudian dari hasil inversi
tersebut kita dapat melakukan intepretasi daerah tesebut berdasarkan persebaran
nilai resistivitasnya.
2. Pengolahan denga Res2DINV
Input data yang telah dibuat untuk pengolahan dengan cara Read data file  pilih
data

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 58


Gambar 5.3. Read data
Kemudian lakukan proses inversi dengan metode Least-Square Inversion yaitu
metode yang melakukan inversi hingga mendapatkan error RMS paling kecil.
Proses ini dilakukan dengan klik menu Inversion  Least-Square.

Gambar 5.4. Model hasil inversi


Nilai error yang didapatkan masih besar yaitu 48.4%, sehingga model yang dihasilkan
belum bisa digunakan untuk acuan interpretasi. Maka dari itu, beberapa analisa harus
dilakukan seperti analisa bad datum atau menginput data topografi agar
meminimalisirkan error.

Gambar 5.5. Analisa bad datum

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 59


Gambar 5.6. Hasil analisa bad datum

(a)

(b)
Gambar 5.7. (a) Model hasil inversi (b) Model hasil inversi + data topografi

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 60


5.1.2.3 Pembahasan Data
1. Setelah dilakukan analisa remove bad datum point, error yang didapatkan
masih tinggi yaitu 24.8%, seperti yang terlihat di bawah ini :

Gambar 5.8. Final model hasil inversi


Setelah di dapatkan model tersebut, digunakan tabel referensi harga resistivitas
batuan dengan tujuan supaya lebih mudah untuk menginterpretasi model
tersebut, yaitu sebagai berikut :

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 61


Gambar 5.9. Tabel harga resistivitas batuan (Telford, dkk. 1990)
Variasi nilai resistivitas dari model yaitu berkisar dari nilai 3 – 17000 ohm.m.
Pada lintasan elektroda : 0 - 300, dan 400-700 meter dengan nilai resistivitas 3 –
50 ohm.m, ini menunjukkan berwarna biru adalah jenis litologi batuan lempung
atau juga air, dikarenakan pengukuran di lakukan di area persawahan. Nilai
resistivitas 100 – 500 ohm.m yang berwarna hijau menunjukkan bahwa ini
adalah jenis litologi batu pasir. Nilai resistivitas diatas 1000 ohm.m dengan
warna kuning menunjukkan bahwa ini adalah batu gamping. Lalu nilai
resistivitas besar dari 10000 - 17000 ohm.m dengan warna merah hingga ungu
gelap menunjukkan bahwa ini adalah jenis litologi batuan beku diabas pada
kedalaman 50-60 m. Berdasarkan data geologi yang didapat, terdapat batuan
intrusi diabas pada daerah gunung parang (tempat pengukuran data geolistrik).

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 62


.
.

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 63


BAB VI
INTEGRASI INTERPRETASI GEOLOGI DAN GEOFISIKA

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 64


BAB VII
KESIMPULAN

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 65


DAFTAR PUSTAKA

Angga. GEMPA BUMI, BMKG

Blakely, R.J. 1995. Potential Theory in Gravity and Magnetic Applications,


Cambridge University Press.

Nostrand. 1966. Interpretation of Resistivity Data. Washington: Geological Survey.

Rosid, Syamsu. Buku Pegangan Kuliah Metode Gravitasi. 2001. Depok:


Universitas Indonesia

Susilawati. 2004. Seismik Refraksi (Dasar Teori dan Akuisisi Data). Sumatera Utara :
USU Digital Library

Wahyudi, 2004, Teori dan Aplikasi Metode Magnet, Laboratorium Geofisika


FMIPA UGM Yogyakarta.

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 66


LAMPIRAN

Teknik Geofisika Universitas Jambi | Kuliah Lapangan Karangsambung 2017 67

Anda mungkin juga menyukai