UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
GEOFISIKA EKSPLORASI
TUGAS
OLEH :
WAHYUNI
D061171005
GOWA
2019
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
GEOFISIKA EKSPLORASI
LAPORAN
OLEH :
WAHYUNI
D061171005
GOWA
2019
GEOFISIKA EKSPLORASI
HALAMAN PENGESAHAN
Disetujui oleh,
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-
baik. Ucapan terima kasih tak lupa pula penulis haturkan kepada :
1. Dr. Ir. M. Fauzi Arifin, M.Si. Selaku kepala laboratorium paleontologi dan
dosen mata kuliah mikropaleontologi.
2. Dr.Eng. Meutia Farida, ST., MT. Selaku dosen mata kuliah dan sekretaris
Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
3. Dr. Ir. Hj. Ratna Husain, MT. Selaku dosen mata kuliah dan Sekretaris
Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
4. Asisten dosen, selaku pembimbing yang senantiasa meluangkan waktunya
dalam menyusun laporan praktikum
5. Kedua orangtua dan saudara sayayang selalu mengiringi setiap langkah
dengan dukungan dan doa.
6. Semua pihak yang telah membantu hingga laporan ini dapat terselesaikan
terutama RAPTOR’17 kalian selalu berada disaat suka maupun duka, berbagi
Penulis menyadari laporan praktikum ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................
Halaman Tujuan.............................................................................................
Halaman Pengesahan......................................................................................
Kata Pengantar...............................................................................................
Daftar Isi.........................................................................................................
BAB 1 Pendahuluan ......................................................................................
BAB II Tinjauan Pustaka ..............................................................................
BAB III Metodologi ......................................................................................
BAB IV Hasil dan Pembahasan ....................................................................
BAB V Penutup..............................................................................................
Daftar Pustaka ...............................................................................................
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktek mengenai Metode dan peralatan Geolistrik adalah suatu metoda
menggunakan sifat kelistrikan batuan. Salah satu sifat kelistrikan batuan yang
umum digunakan adalah nilai tahanan jenis (nilai resistivity) untuk menentukan
sifat lapisan batuan dan jenis kandungan cairan pada lapisan batuan tersebut.
pelaksanaan kegiatan survei pendugaan geolistrik. Data yang baik bila diambil
dari proses dan tahapan serta peralatan pendukung yang digunakan sesuai dengan
baik serta mendekati kondisi susunan lapisan tanah dan batuan yang sebenarnya di
bawah permukaan. Penentuan metode geolistrik yang akan digunakan serta jenis
lapisan batuan sangat perlu untuk menghasilkan penampang resistivity yang bisa
kandungan air pada lapisan tersebut. Data hasil pengukuran yang diolah dengan
resistivity yang bisa diinterprertasi dengan baik dan mendekati kondisi susunan
lapisan tanah dan batuan yang sebenarnya di bawah permukaan pada lokasi
mengetahui dan mengenal prinsip dasar metode geolistrik yang digunakan dalam
elektroda yang akan digunakan serta standart prosedur pengukuran data geolistrik
dan pengolahan data geolistrik yang baik dan benar. Mahasiswa dapat melakukan
pengolahan data hasil pengukuran geolistrik yang sesuai standart dan metode
dari hasil pengolahan dan analisis data geolistrik sehingga dapat menentukan
susunan lapisan tanah dan batuan maupun menunjukkan lapisan yang berpotensi
batuannya.
diatur mengikuti jadwal yang telah ditetapkan oleh dosen dari praktikum
matakuliah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Geologi Regional
2.1.1 Geomorfologi Regional
Bentuk morfologi yang menonjol di daerah lembar ini adalah kerucut
aslinya. dan menempati lebih kurang 1/3 daerah lembar. Pada potret udara terlihat
dengan jelas adanya beberapa kerucut parasit, yang kelihatannya lebih muda dan
Dua buah bentuk kerucut tererosi yang lebih sempit sebarannya terdapat di
mencapai ketinggian 1500 m. Kedua bentuk kerucut tererosi ini disusun oleh
Di bagian utara lembar tendapat 2 daerah yang tercirikan oleh topografi kras
kras ini dipisahkan oleh pegunungan yang tersusun oleh batuan gunungapi
daerah berbukit. kasar di bagian timur dan halus di bagian barat. Bagian timur
di atas muka laut dan hampir merupakan suatu datanan. Bentuk morfologi ini
retas-retas basal.
Pesisir barat merupakan daratan rendah yang sebagian besar terdiri dari
daerah rawa dan daerah pasang-surut. Beberapa sungai besar membentuk daerah
banjir di dataran ini. Bagian timurnya terdapat buki-bukit terisolir yang tersusun
oleh batuan klastika gunungapi berumur Miosen dan Pliosen. Pesisir baratdaya
ditempati oleh morfologi berbukit memanjang rendah dengan arah umum kirar-
mudah dibedakan dari pantai di daerah lain pada lembar ini. Daerah ini disusun
Walanae di utara, dan Pulau Salayar di selatan. Di bagian utara, daerah berbukit
rendah dari Lembah Walanae menjadi lebih sempit dibanding yang di (Lembar
timur Lembar Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai ini. Pegunungan sebelah timur
dan Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat berakhir di bagian utara
sebagian besar oleh daerah berbukit kerucut dan sedikit topografi kras. Bentuk
pantai dapat diamati di daerah ini sejumlah antara 3 dan 5 buah. Bentuk morfologi
Pangkajene dan Watampone Bagian Barat. Bagian timur rata-rata berdongak lebih
tinggi dengan puncak tertinggi 608 m, dan bagian barat lebih rendah. Pantai timur
rata-rata terjal dan pantai barat landai secara garis besar membentuk morfologi
flysch Kapur Atas yang dipetakan sebagai Formasi Marada (Km) Batuan malihan
(s) belum diketahui umurnya, apakah lebih tua atau lebih muda dari pada Formasi
Marada; yang jelas diterobos oleh granodiorit yang diduga berumur Miosen (19 ±
2 juta tahun). Hubungan Formasi Marada dengan satuan batuan yang lebih muda,
yaitu Formasi Salo Kalupang dan Batuan Gunungapi Terpropilitkan tidak begitu
Oligosen Akhir berfasies sedimen laut, dan diperkirakan setara dalam umur
dengan bagian bawah Formasi Tonasa (Temt). Formasi Salo Kalupang terjadi di
sebelah timur Lembah Walanae dan Formasi Tonasa terjadi di sebelah baratnya.
Satuan batuan berumun Eosen Akhir sampai Miosen Tengah menindih takselaras
batuan karbonat yang dipetakan sebagai Formasi Tonasa (Temt) tenjadi pada
daerah yang luas di lembah ini. Formasi Tonasa ini diendapkan sejak Eosen Akhir
tebalnya tidak kurang dan 1750 m. Pada kala Miosen Awal rupanya terjadi
Kalamiseng (Tmkv).
Camba (Tmc) yang tebalnya mencapai 4.250 m dan menindih tak selaras batuan-
batuan yang lebih tua. Formasi ini disusun oleh batuan sedimen laut berselingan
timur, dan menyusun Formasi Walanae (Tmpw) dan Anggota Salayar (Tmps).
Batuan gunungapi berumur Pliosen terjadi secara setempat, dan menyusun Batuan
Plistosen. Sedimen termuda lainnya adalah endapan aluvium dan pantai (Qac).
Batuan tertua yang tersingkap di daerah ini adalah sedimen flysch Formasi
endapan lereng bawah laut, ketika Kegiatan magma berkembang menjadi suatu
Gunungapi Terpropilitkan.
sebelah utaranya menerus ke Lembar Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai, melalui
Sinjai di pesisir timur Lembah ini memisahkan batuan berumur Eosen. yaitu
sedimen klastika Formasi Salo Kalupang di sebelah timur dan sedimen karbonat
menapakan suatu paparan laut dangkal, dan daerah sebelah timurnya merupaKan
Paparan laut dangkal Eosen meluas hampir ke seluruh daerah lembar peta,
yang buktinya ditunjukkan oleh sebaran Formasi Tonasa di sebelah barat Birru,
sebelah timur Maros dan di sekitar Takalar. Endapan paparan berkembang selama
Walanae rupanya berhenti pada Akhir Oligosen, dan diikuti oleh kegiatan
Akhir dari pada kegiatan gunungapi Eosen Awal diikuti oleh tektonik yang
terjadi secara luas di sebelah baratnya dan mungkin secara lokal di sebelah
timurnya. Peristiwa ini terjadi selama Miosen Tengah sampai Pliosen. Semula
Cindako.
Pliosen.
magma pada akhir Plistosen, diikuti oleh suatu tektonik yang menghasilkan sesar-
mendatar dekstral dari pada batuan alas di bawah Lembah Walanae. Sejak kala
Pliosen pesisir- barat ujung lengan Sulawesi Selatan ini merupakan dataran stabil,
yang pada kala Holosen hanya terjadi endapan aluvium dari rawa-rawa.
Dalam ilmu geofisika terdapat berbagai metode yang bisa digunakan untuk
permukaan bumi. Sumber-sumber listrik tersebut bisa yang berasal dari alam
(pasif) atau kita menginput arus listrik ke dalam tanah (aktif). Metode geolistrik
resistivitas adalah metode geolistrik aktif dimana kita menginputkan arus listrik
dalam tanah. Metode ini sangat sering digunakan dalam eksplorasi air tanah
karena sifat air yang sensitive terhadap listrik. Selain itu metode ini juga bisa
dimanfaatkan dalam eksplorasi bijih besi untuk menentukan pesebaran bijih besi
Gambar 1 (a) Sumber arus tunggal dan (b) Sepasang elektroda arus dan potensial
melalui persamaan:
dimana:
Dari persamaan di atas kita bisa melihat bahwa ada factor geometri
digunakan memiliki factor geometri (K) yang berbeda. Berikut akan dibahas
elektroda A dan lektroda C memiliki nilai yang sama dengan jarak antara
Konfigurasi ini memiliki nilai factor geometri (K) sebesar 2πa, dimana a adalah
jarak elektroda.
Cambridge University
atara elektroda A dan elektroda C tidak sama dengan jarak antara elektroda C dan
elektroda D. Jarak antara elektroda A dan elektroda C sama dengan jarak antara
elektroda D dan elektroda B yaitu sebesar (L-a)/2, dimana L adalah jarak antara
elektroda A dan elektroda B, dan a adalah jarak antara elektroda C dan elektroda
Cambridge University
antara elektroda A dan elektroda B sama dengan jarak antara elektroda C dan
sedangkan jarak antara elektroda C dan eletkroda B adalah sebesar (L-a) dimana L
adalah panjang titik tengah elektroda arus dan titik tengah elektroda potensial.
Gambar 4 Konfigurasi Dipole-dipoe (Double-dipole)
Cambridge University
arah vertical dan sangat baik dalam Vertical Electrical Sounding (VES). Setiap
para geofisikawan dalam menginterpretasi data yang telah diolah dari hasil
akuisis. Perbedaan kesensitifan dan resolusi tiap konfigurasi bisa kita lihat dari
gambar berikut
Gambar 5 Perbedaan Kesensitifan dan Resolusi Beberapa Konfigurasi
mempengaruhi data yang diperoleh. Salah satu hal yang pasti dihadapi adalah
adanya noise dalam data yang diakuisisi. Noise ini muncul akibat adanya
gangguan yang menyebabkan ada data lain yang terekam sehingga kita sulit
mengetahui data asli yang sebenarnya terekam di receiver. Salah satu cara yang
bisa dilakukan untuk meminimalisir efek noise tersebut saat akuisisi adalah
resolusi sehingga kontaminasi noise pada data dapat berkurang. Jika ingin
variasi intensitas medan magnet di permukaan bumi yang disebabkan oleh adanya
data magnetik juga terdapat beberapa koreksi dan pengolahan lebih lanjut,
dikarenakan kondisi data magnetik yang dipole terkadang sulit di interpretasi,
oleh sebab itu pada advance prosesing untuk meminimalisasi ambiguitas dalam
interpretasi.
antar titik ukur serapat mungkin untuk menghindari terlalu banyaknya interpolasi
pada peta magnetik yang dihasilkan. Peta anomali magnetik yang dihasilkan
masih dipengaruhi oleh arah inklinasi medan magnet bumi pada dearah
sudut inklinasi magnetik maka dilakukan filter reduksi ke ekuator (Blakely, 1995).
Medan magnet adalah anomali magnetik yang disebabkan oleh efek medan
magnet bumi. hal ini mengakibatkan sifat dan karakter dari medan magnet perlu
dilakukan reduksi data sesuai datum dan interpretasi anomali. Medan geomagnet
memiliki data yang lebih komplek dibandingkan dengan medan gravity. Pada titik
medan magnet yang di permukaan bumi. seperti gambar dibawah ini yaitu gambar
magnet. Sudut yang terbentuk antara utara geografis dan utara magnet yang
disebut deklinasi D dan Inklinasi I. Nilai medan magnet total di kutub bernilai
inklinasi I adalah sudut antara bidang horizontal dan vektor medan magnetik total
F, besar sudut diukur dalam derajat. Medan Magnet bumi terdiri dari tiga bagian
yaitu medan utama, medan luar, dan anomali medan magnetik. Anomali magnetik
dalam medan magnet total bumi dan dapat dituliskan sebagai berikut :
HT = HM + HA
utama bumi dan HA adalah medan anomali magnetik (Nuha dan Avisena, 2012).
dengan pengaruh dari dalam dan dari luar bumi. Pengaruh medan yang berasal
dari luar bumi dihilangkan dengan koreksi medan magnetik harian. Sedangkan
medan magnet yang berasal dari dalam bumi yang dibangkitkan dari outer core
disebut medan magnet utama dan medan magnet yang berasal dari kerak bumi
merupakan target survei geomagnetik. Pengaruh dari medan utama pada data hasil
pengukuran dihilangkan dengan koreksi medan utama magnet bumi atau koreksi
harian dan koreksi IGRF ini disebut anomali medan magnetik residual (∆T), yaitu:
yang datar (z0=konstant) dan diinginkan pada suatu permukaan yang tidak rata
z(x,y). Harga medan potensial pada satu titik (x,y,z) dari suatu permukaan
Secara empiris bahwa konvergensi Persamaan (3.1) adalah paling cepat jika
z0 ditempatan pada daerah ratarata dari z(x,y) dan ini dapat diperoleh dengan
suatu kontinuasi level to level dengan menggunakan Persamaan (3.2) dan (3.3).
medan yang diukur, dan ini dapat di temukan dengan menggunakan domain
hasil observasi dapat diperoleh dan dapat digunakan pada Persamaan (3.2) untuk
memperoleh medan pada permukaan z(x,y). Tiga suku pertama dari formulasi
Persamaan (3.2) secara umum telah cukup untuk memperoleh hasil yang baik,
demikian pula untuk kontinuasi dari suatu permukaan rata (level surface) ke
permukaan yang tidak rata (uneven surface). Untuk kontinuasi dari permukaan
tidak rata ke permukaan rata maka Persamaan (3.2) harus dilakukan modifikasi
bagian pengolahan :
(-) pada resistiviti meter. Melihat jarum indicator Batt hingga menunjukkan
besar angka yang dipilih (1-6) makin besar arus yang dihasilkan.
9. Menekan tombol HOLD dan membaca harga arus di display arus I(mA) serta
data hasil pengukuran, mencatat semua hasil pengukuran termasuk jarak spasi
prosedur pengukuran yang sama seperti diatas (1-12) untuk mendapatkan data
12. Melakukan hal yang sama hingga seluruh data diperoleh pada tiap stasiun.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Lowrie, W. (2014). Fundamental of Geophysics. Cambridge: Cambridge
University