Disusun Oleh :
ALLIN DINDA ARJUNAIDA SWANDANI
H1F012025
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PEMETAAN GEOLOGI DAERAH SEKARDOJA TIGA DAN
SEKITARNYA, KECAMATAN LARANGAN, KABUPATEN BREBES,
PROVINSI JAWA TENGAH
Disusun Oleh :
Allin Dinda Arjunaida Swandani
H1F012025
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Geologi
Siswandi, S.T.,M.T.
NIP. 19730406.200801.1.011
PRAKATA
Penyusun
DAFTAR ISI
PROPOSAL PRAKTIK KERJA LAPANGAN........................................................i
3
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
PRAKATA..............................................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
DAFTAR TABEL..................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang...............................................................................................1
1.2. Maksud dan Tujuan.......................................................................................2
1.3. Lokasi Penelitian...........................................................................................2
1.4. Batasan Masalah............................................................................................3
1.5. Manfaat Penelitian.........................................................................................3
BAB II STUDI PUSTAKA......................................................................................4
2.1. Geologi Regional...........................................................................................4
2.1.1. Fisiografi Regional.................................................................................4
2.1.2. Stratigrafi Regional.................................................................................5
2.1.3. Struktur Geologi Regional....................................................................10
2.2. Dasar Teori..................................................................................................12
2.2.1. Geomorfologi........................................................................................12
2.2.2. Stratigrafi..............................................................................................16
2.2.3. Petrografi..............................................................................................18
2.2.4. Struktur Geologi...................................................................................19
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................25
3.1. Metode Penelitian.......................................................................................25
3.2. Langkah Penelitian.....................................................................................25
3.2.1. Tahap Persiapan...................................................................................25
4
DAFTAR GAMBA
Gambar 1.1. Lokasi Daerah Penelitian...............................................................3Y
Gambar 2.1. Fisiografi Jawa Tengah-Jawa Timur (Van Bemmelen, 1949)...........4
Gambar 2.2. Kolom Stratigrafi Regional Lembar Majenang, Jawa (Kastowo ,
1996).................................................................................................
Gambar 2.3. Pola struktur geologi Pulau Jawa (Pulunggono dan Martodjojo,
1994)...............................................................................................
Gambar 2.4. Tipe pola pengaliran dasar (a) dan modifikasi (b) (Howard,
1967 dalam Van Zuidam, R.A. 1985).............................................
Gambar 2.5. Klasifikasi Batuan Sedimen (Pettijohn 1975)................................18
Gambar 2.6. Klasifikasi Sesar Rickard (1972)....................................................21
Gambar 2.7. Klasifikasi lipatan menurut Fleuty (1964)......................................23
Gambar 2.8. Model Strain Ellipse / Simple Shear (Wilcox, Harding, dan Seely,
1973) 2
DAFTAR TABE
Tabel 2.1. Hubungan kelas lereng dengan sifat - sifat proses dan kondisi lahan
disertai simbol warna yang disarankan (Van Zuidam, 1985)..........14Y
Tabel 4.1. Rencana Kegiatan Penelitian...............................................................30
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Ilmu Geologi merupakan ilmu yang mempelajari bumi meliputi komposisi,
1.2.
kerja mandiri sebagai seorang calon ahli geologi dengan meneliti kondisi geologi
di daerah penelitian.
Tujuan dari kegiatan pemetaan geologi daerah Sekardoja Tiga dan
sekitarnya, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah yaitu:
1. Meneliti karakteristik dan kondisi geomorfologi daerah penelitian
2. Meneliti karakteristik dan kondisi stratigrafi daerah penelitian
3. Meneliti karakteristik dan kondisi struktur geologi daerah penelitian
4. Merekonstruksi sejarah geologi yang terdapat di daerah penelitian
5. Mengidentifikasi potensi sumberdaya dan potensi bencana geologi di
daerah penelitian
1.3.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di daerah Sekardoja Tiga dan sekitarnya,
Daerah
1.4.
Batasan Masalah
Penelitian geologi daerah Sekardoja Tiga dan sekitarnya, Kecamatan
Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah ini memiliki batasan masalah
meliputi komponen dasar penelitian berupa penelitian satuan batuan, penelitian
satuan geomorfologi, penentuan struktur geologi, stratigrafi, sejarah geologi, dan
potensi sumberdaya geologi dan bencana geologi. Dengan demikian, penelitian ini
diberi judul :Pemetaan Geologi Daerah Sekardoja Tiga dan sekitarnya,
Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah.
1.5.
Manfaat Penelitian
Pemetaan geologi dalam rangka praktek kerja lapangan ini diharapkan
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1. Geologi Regional
2.1.1. Fisiografi Regional
Van Bemmelen (1949) membagi Pulau Jawa menjadi beberapa zona
fisiografi. Zona fisiografi daerah Jawa Tengah dibagi menjadi enam bagian
(Gambar 2.1.), dari selatan ke utara masing masing :
a.
Daerah Penelitian
Gambar 2.1. Fisiografi Jawa Tengah-Jawa Timur (Van Bemmelen, 1949)
Stratigrafi
Daerah
Penelitian
Gambar 2.2. Kolom Stratigrafi Regional Lembar Majenang,Jawa(Kastowo,1996)
atas napal-globigerina berwarna biru keabu-abuan dan hijau keabuabuan.Kadang terdapat sisipan batugamping pasiran berwarna abu-abu
kebiruan, batupasir tufaan dan lensa-lensa batupasir kasar.Perlapisan
umumnya kurang baik.Tebal formasi ini mencapai 900 meter.
c. Formasi Rambatan
Formasi Rambatan bagian bawah tersusun atas batupasir gampingan dan
konglomerat berselang-seling dengan lapisan tipis napal dan serpih.
Sedangkan bagian atas tersusun atas batupasir gampingan berwarna abu-abu
muda sampai biru keabu-abuan. (menurut Kastowo dan Suwarna,
1996).Mengenai umur dari formasi ini masih terdapat perbedaan antara para
peneliti terdahulu. Kandungan Foraminifera besar menunjukan umur Miosen
Tengah, sedangkan foraminifera plankton menunjukkan umur Miosen AkhirPliosen Awal. Tebal dari Formasi Rambatan ini berbeda disetiap tempat dari
400-900 m.
d. Formasi Lawak
Lokasi tipe dari formasi ini berada di Kali Lawak, dekat Bumiayu.
Formasi Lawak tersusun atas napal kehijauan dengan beberapa sisipan
batugamping foraminifera dan batupasir gampingan. Bagian atas dari formasi
ini tersusun atas napal globigerina dengan beberapa sisipan batupasir.
Kandungan foraminifera menunjukkan bahwa umur dari formasi ini Miosen
Tengah. Tebal diperkirakan mencapai 150 m.
e. Formasi Halang
Formasi ini terdiri atas batuan sedimen jenis turbidit, sehingga memiliki
struktur sedimen yang jelas antara lain perlapisan bersusun, convolute
lamination, flute cast, dll. Terdapat pula lensa-lensa berupa breksi gunungapi
(br).Ketebalan seluruhnya formasi ini lebih dari 2.400 meter.Bagian atas
dikuasai oleh lapisan batulempung dan napal, bagian tengah runtunan
mengandung sisipan atau berselingan dengan batupasir wacke gampingan
yang mengandung hornblende, feldspar, kuarsa dan kalsit. Sedangkan bagian
bawah formasi, bersisipan dengan lapisan batugamping dan lensa
batugamping berukuran bongkah yang mengandung fosil foraminifera besar
serta moluska. Tertindih tak selaras Formasi Tapak dan menjemari dengan
Anggota Gununghurip Formasi Halang dan Formasi Kumbang, serta
7
gunungapi
Pliosen.Tetapi
menurut
Van
Bemmelen
(1949)
dan
berlapis
buruk
dengan
fragmen
yang
umumnya
menyudut.Terdapat juga aliran lava dan retas andesit, tufa, tufa pasiran dan
batupasir
tufaan
yang
berlapis,
konglomerat
dan
sisipan
tipis
batupasir
kelabu
kehijauan,
batulempung
pasiran
dan
10
Gambar 2.3. Pola struktur geologi Pulau Jawa (Pulunggono dan Martodjojo,
1994).
mempunyai pola penyebaran seperti pola sesar, dan umumnya berarah jurus
Barat Barat laut Timur Tenggara, dengan beberapa Timur laut Barat daya,
yang di beberapa tempat saling memotong. Kekar umumnya dijumpai dan
berkembang baik pada batuan berumur Tersier dan Plistosen.
Tektonik pada daerah ini setidaknya terjadi dua (2) periode, yang
menghasilkan struktur berbeda.Yang pertama, terjadi pada Kala Miosen
Tengah dan menghasilkan pengangkatan yang diikuti oleh penerobosan
andesit dan basalt. Formasi Jampang, Pemali, Rambatan, Lawak, dan
Batugamping Kalipucang terlipat dan tersesarkan, terutama membentuk sesar
normal yang berarah Baratlaut-Tenggara dan Timurlaut-Baratdaya. Periode
kedua, yang berlangsung pada Kala Plio-Plistosen menghasilkan sesar geserjurus dan sesar naik berarah dari Baratlaut-Tenggara sampai TimurlautBaratdaya.
a. Morfografi
Morfografi adalah gambaran bentuk permukaan bumi. Aspek
morfografi dilakukan dengan cara menganalisis peta topografi.
Sedangkan perubahan pola punggungan dan pola aliran bisa
mengidentifikasikan kegiatan tektonik. Sungai dapat dibagi berdasarkan
tingkatan orde sungai tersebut salah satunya yaitu pembagian menurut
Howard, 1967 dalam Van Zuidam, R.A. 1985 (Gambar 2.4.)
12
(a)
(b)
Gambar 2.4.Tipe pola pengaliran dasar (a) dan modifikasi (b) (Howard, 1967
dalam Van Zuidam, R.A. 1985)
b.
Morfometri
Morfometri merupakan penilaian kuantitatif dari bentuk lahan
sebagai aspek pendukung dari morfografi dan morfogenetik sehinga
klasifikasi kualitatif akan semakin tegas dengan angka-angka yang
jelas. Menurut Van Zuidam (1985), variasi nilai kemiringan lereng yang
diperoleh kemudian dikelompokkan berdasarkan klasifikasi kemiringan
lereng (Tabel 2.1.). Teknik perhitungan kemiringan lerengnya dapat
dilakukan dengan menggunakan teknik grid cell berukuran 2x2 cm pada
peta topografi skala 1:25.000. Kemudian setiap kisi ditarik tegak lurus
kontur dan dihitung kemiringan lerengnya dengan menggunakan
persamaan berikut:
13
Dimana :
n
Ci
Tabel 2.1. Hubungan kelas lereng dengan sifat - sifat proses dan kondisi lahan
disertai simbol warna yang disarankan (Van Zuidam, 1985)
Kelas Lereng
00 - 20
(0 - 2 %)
20 - 40
(2 - 7 %)
Hijau tua
Hijau Muda
dalam.
40 - 80
(7 - 15 %)
curam,
bila
terjadi
longsor
Kuning Muda
14
80 - 160
(15 - 30 %)
160 - 350
(30 - 70 %)
Kuning Tua
sering
ditemukan
singkapan
Merah Tua
singkapan
permukaan,
rawan
batuan
muncul
tergadap
di
longsor
Ungu Tua
batuan.
c. Morfogenetik
Morfogenetik merupakan proses terbentuknya permukaan bumi.
Proses yang berkembang terhadap pembentukan permukaan bumi
tersebut yaitu proses eksogen dan proses endogen. Pada pembagian
klasifikasi bentuk muka bumi terdapat beberapa kriteria yaitu secara
umum dibagi berdasarkan satuan bentang alam yang dibentuk akibat
proses-proses
endogen/struktur
geologi
(pegunungan
lipatan,
dataran yang bisa dibentuk baik oleh proses endogen maupun oleh
proses eksogen. Pembagian lembah dan bukit adalah batas atau titik
belok dari bentuk gelombang sinusoidal ideal.
Dalam geomorfologi, banyak peneliti mengacu pada Amerika
yang mengikuti prinsip-prinsip Davisian tentang siklus geomorfologi.
Prinsip ini kemudian dijabarkan oleh Lobeck (1939) dengan suatu
klasifikasi bentang alam dan bentuk muka bumi yang dikontrol oleh
tiga parameter utama, yaitu struktur (struktur geologi, proses geologi
endogen yang bersifat konstruksional/membangun), proses eksogen
(proses yang bersifat destruksional/merusak atau denudasional), dan
tahapan (yang kadangkala ditafsirkan sebagai umur tetapi sebenarnya
adalah respon batuan terhadap proses eksogen, semakin tinggi
responnya, semakin dewasa tahapannya). Selain kegiatan tektonik,
proses kegiatan magma dan gunungapi (vulkanik) sangat berperan
merubah bentuk permukaan bumi, sehingga membentuk perbukitan
intrusi dan gunungapi.
2.2.2. Stratigrafi
Stratigrafi merupakan ilmu yang mempelajari lapisan-lapisan batuan
serta hubungannya satu dengan yang lain kemudian kejadian-kejadian di alam
dalam hubungan ruang dan waktu yang meliputi umur, hubungan
lateral/vertikal, ketebalan, penyebaran dan keterjadiannya,yang memiliki
tujuan untuk mendapatkan pengetahuan sejarah bumi dan pengetahuan
lainnya dari lapisan batuan yang mempunyai arti ekonomis ataupun tidak.
Penamaan satuan litostratigrafi didasarkan pada keterdapatan litologi
yang dominan pada satuan tersebut.Penentuan satuan-satuan batuan
didasarkan pada ciri-ciri batuan yang dapat diamati di lapangan.Sandi
Stratigrafi Indonesia Pasal 15 menjelaskan mengenai batas dan penyebaran
satuan yaitu:
16
a. Batas satuan litostratigrafi ialah sentuhan antara dua satuan yang berlainan
ciri litologi, yang dijadikan dasar pembeda kedua satuan tersebut.
b. Batas satuan ditempatkan pada bidang yang nyata perubahan litologinya
atau dalam hal perubahan tersebut tidak nyata, batasnya merupakan bidang
yang diperkirakan kedudukannya.
c. Satuan-satuan yang berangsur berubah atau menjari- jemari, peralihannya
dapat dipisahkan sebagai satuan tersendiri apabila memenuhi persyaratan
Sandi.
d. Penyebaran suatu satuan litostratigrafi semata-mata ditentukan oleh
kelanjutan ciri-ciri litologi yang menjadi ciri penentunya.
e. Dari segi praktis, penyebaran suatu satuan litostratigrafi dibatasi oleh batas
cekungan pengendapan atau aspek-aspek geologi lain.
f. Batas-batas daerah hukum (geografi) tidak bolehdipergunakan sebagai
alasan berakhirnya penyebaranlateral (pelamparan) suatu satuan.Batas dan
penyebaran dari setiap satuan litologi dapat dilihat dari bidang kontak
antar perlapisannya yang dapat bersifat tegas atau berangsur. Kontak antar
perlapisan batuan atau sentuhan stratigrafiyang kita kenal ada dua macam
yaitu :
1. Selaras (conformable)
Sedimentasi berlangsung menerus tanpa adanya interupsi atau
penghentian proses sedimentasi dari satuan stratigrafi mulai dari yang
dibawah sampai ke lapisan yang diatasnya. Kontak yang selaras ini
dapat bersifat tegas, berangsur, ataupun interkalasi.
2. Tidak selaras (unconformable)
Siklus sedimentasi tidak menerus, karena adanya interupsi atau
penghentian proses sedimentasi dan di lapangan ditandai dengan
adanya bidang erosi. Jenis-jenis ketidakselarasan adalah:
17
ini
adalah
18
Analisis Kekar
Kekar secara umum didefinisikan sebagai retakan. Apabila retakan terjadi
karena gaya tegasan disebut sebagai retakan tekanan sedangkan retakan yang
terjadi karena gaya tarikan disebut sebagai kekar tarikan. Kegunaan analisis
kekar diantaranya untuk mengetahui pola umum struktur geologi daerah
penelitian. Secara genetik, kekar dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
1
Kekar tarik (Extensional joint), adalah rekahan yang bidangbidangnya terbentuk kadanya kecenderungan untuk saling menarik
(meregang) atau bergeser tegak lurus terhadap bidang rekahannya.
Analisis Sesar
19
fault,left slip normal fault atau left slip reverse fault. Hal tersebut juga
berlaku untuk lag fault dan reverse fault.
Analisis Lipatan
Perlipatan merupakan hasil dari deformasi atau perubahan bentuk dan
atau volume dari suatu batuan yang ditunjukan sebagai suatu lengkungan atau
himpunan lengkungan pada unsur garis atau bidang-bidang dalam
batuan.Unsur garis atau bidang yang dimaksud adalah bidang perlapisan.
Berdasarkan bentuknya, maka lipatan dibagi atas :
21
Synantiklin.
Sinklin : ialah lipatan dimana bagian cekungannya mengarah keatas.
Dimana semakin muda batuannya semakin dalam letaknya.Jika
batuannya telah mengalami pembalikan maka lipatan itu dinamakan
Antisinklin.
Untuk mengamati adanya struktur perlipatan di lapangan yaitu dengan
material
yang
terlibat.
Dalam
penamaan
lipatan,
penyusun
22
Teori Harding
Dalam merekonstruksi stuktur geologi dapat menggunakan pemodelan
stuktur.Pemodelan struktur yang dipakai oleh penulis yaitu model Harding
(Strain Stress Ellipsoid Model ) atau yang lebih dikenal dengan model Simple
Shear. Strain stress ellipsoid model atau Simple Shear adalah sebuah model
analisa struktur yang dikemukakan oleh Harding pada tahun 1973 (Gambar
2.8.). Model analisa struktur ini digunakan untuk menentukan arah gaya
kompresi pembentuk struktur, baik kekar maupun sesar. Melalui model strain
stress ellipsoid ini dapat diperkirakan pula pada arah mana dapat terjadi
normal fault dan thrust fault serta arah sumbu lipatan. Arah dari normal fault
akan sejajar dengan gaya kompresi utamanya, dan sebaliknyathrust fault akan
berarah tegak lurus degan gaya kompresi utamanya. Model ini dapat
diterapkan pada batuan yang heterogen.
Dari model strain ellipse yang lebih dikenal dengan Model Simple Shear,
Harding memberikan gambaran adanya sesar geser mendatar (wrenching
fault) yang mempunyai orientasi atau strike searah dengan sumbu XX. Sesar
geser mendatar dekstral akan menghasilkan gaya kompresi maksimum yang
23
dapat disebut dengan conjugate force (BB). Kompresi ini akan menghasilkan
retakan yang dapat berkembang menjadi sesar, yaitu CC yang membentuk
sudut 10 hingga 30 dan DD yang membentuk sudut 70 hingga 90
terhadap strike sesar. Kedua retakan tersebut , CC dan DD, mempunyai
sudut perpotongan antara 60 hingga 70. Garis AA merupakan sumbu
panjang dari elips yang juga merupakan arah dari gaya ekstesi (kompresi
minimum).
Gambar 2.8. Model Strain Ellipse / Simple Shear (Wilcox, Harding, dan Seely,
1973)
24
BAB III
METODE PENELITIAN
pengamatan
sumber
daya
geologi
dan
sumber
bencana
daerah
mekanisme
dan
lingkungan
pengendapan
dari satuan batuan yang ditemukan.
f. Analisis Struktur
Dibutuhkan untuk menganalisis deformasi yang telah terjadi pada
daerah penelitian.
Setelah melakukan analisis-analisis diatas, dilakukan tahap pembuatan
peta. Peta dibuat berdasarkan data pengamatan geologi permukaan beserta
analisisnya.Peta tersebut terdiri dari beberapa peta yang merupakan
modifikasi terhadap peta dasar. Adapun peta-peta yang dibuat yaitu Peta
Lintasan Geologi, Peta Geomorfologi, Peta Geologi, dan Peta Potensi dan
Sumberdaya Geologi.
3.2.4. Penyusunan Laporan
Penyusunan laporan dilakukan sebagai tahapan akhir dalam rangkaian
kegiatan praktek kerja lapangan. Laporan tersebut disusun dengan format
baku, mencakup keseluruhan dari kegiatan praktek kerja lapangan yang
dijalankan, mulai dari latar belakang hingga keseluruhan hasil kegiatan.
Setelah selesai tersusun laporan akan diseminarkan secara formal.Tahapan
penyusunan laporan tergambar pada diagram alir metode penelitian (Gambar
3.1.)
28
29
Bulan (2015)
No.
Kegiatan
September
Oktober
November
Desember
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1.
2.
Observasi dan
Perizinan
3.
Penentuan Basecamp
4.
Orientasi Lapangan
5.
Pemetaan dan
Pengambilan Data
Lapangan
6.
Preparasi dan
Sayatan Sample
7.
Pengolahan Data
Lapangan dan
Pengerjaan Studio
Peta
8.
Kegiatan Analisis
Laboratorium
9.
Konsultasi dan
Bimbingan
30
10.
Penyusunan Laporan
11.
Seminar
12.
31
DAFTAR PUSTAKA
Bemmelen, R. W. Van .1949. The Geology of Indonesia, vol.1.A, The Haque,
Martinus Nijhoff.
Fleuty, M.J. (1964) The Description of Folds. Proceedings of the Geologists.
Kastowo dan Suwarna, N., 1996, Peta Geologi Bersistem Indonesia, Lembar
Majenang, Skala 1:100.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bandung.
Komisi Sandi Stratigrafi Indonesia. 1996. Sandi Stratigrafi Indonesia. Ikatan Ahli
Geologi Indonesia : Indonesia.
Pettijohn, F.J. 1975. Sedimentary Rock.Third Edition. Harper & Row Publishers,
New York-Evanston-San Fransisco-London
Pulunggono A dan Martodjojo S. 1994. Perubahan Tektonik Paleogen-Neogen
Merupakan Peristiwa Tektonik Terpenting di Jawa. Proceeding Geologi
dan Geoteknik Pulau Jawa.
Rickard. 1972. Classification of Translational Fault Slip: Geological Society of
America.
Tim ITB.Diktat Kuliah Petrografi.Kelompok bidang keahlian (KBK) Petrografi,
jurusan Teknik Geologi ITB.
Wilcox, Harding and Seely.1973. Basic Wrench Tectonics. The American
Associations of Petroleum Geologist Buletin.
Zuidam, R.A. Van, 1985. Aerial Photo-Interpretation in Terrain Analysis and
Geomorphologic Mapping. ITC, Smits Publ., Enschede, The Hague.
32
33