Disusun oleh
AKBAR AFANDI
610017121
Disusun Oleh
AKBAR AFANDI
610017121
PAS FOTO
UKURAN 4X6 CM
Background Biru
AKBAR AFANDI
610017121
Mengetahui Menyetujui
Dekan Fakultas Ketua Program Studi
Teknik Sipil dan Perencanaan Perencanaan Wilayah dan Kota
Wilayah pesisir dan laut di Kabupaten Morowali merupakan wilayah yang khas dan
kaya dengan keanekaragaman sumber daya laut seperti ikan, moluska, echinodermata,
mangrove, bunga karang, (coral reefs), ikan hias (ornamental fish), dan rumput laut
(seaweeds). Dalam kaitannya dengan kelautan, wilayah Kabupaten Morowali dapat
dikelompokkan dalam dua golongan besar, yaitu zona yang berbatasan dengan laut dan
zona daratan yang sama sekali tidak berbatasan dengan laut. Wilayah yang berbatasan
dengan laut ini biasa disebut sebagai zona pesisir dan pulau-pulau kecil.
Dengan adanya integrasi spasial yang komprehensif dan bersifat integratif dapat
menciptakan perencanaan dan pengambilan kebijakan pembangunan agar tidak tumpang
tindih, yang berarti pembangunan dilaksanakan secara terpadu sehingga dapat mencapai
hasil pembangunan yang efektif dan efisien baik antara kawasan pesisir dan pulau-pulau
kecil lainnya, melihat beberapa zona pemanfaatan ruang wilayah pesisir Kabupaten
Morowali yang dimana pemanfaatan zona itu menjadi sangat penting, yakni berfungsi
sebagai acuan bagi pemerintah dan masyarakat dalam pemrograman
penataan/pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Morowali.
Integrasi spasial di kawasan pesisir sangat diperlukan guna menunjang perencanaan
pengelolaan dan pembangunan yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten
Morowali Sulawesi Tengah dengan tujuan mengintegrasikan zona kawasan pesisir dan
pulau-pulau kecil dan mengetahui potensi sumber daya pesisir dan masalah yang terdapat
di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang ada di Kabupaten Morowali.
Dengan mengidentifikasi melalui observasi lapangan kegiatan masyarakat,
wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif
dengan basis analisis data sekunder dan primer digunakan dalam penelitian ini. Teknik
analisis yang dipergunakan terdiri dari analisis gravitasi dan analisis skalogram dalam
mengamati kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil di kabupaten morowali yang sesuai
dengan sasaran penelitian yang dilakukan.
Kata Kunci : Integrasi Spasial, pemanfaatan zona pesisir dan pulau-pulau kecil, Analisis
Gravitasi dan Analisis Skalogram.
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
3.1 Kondisi Fisik Geografis .......................................................................... 1
3.1.1 Letak Geografis ............................................................................. 1
3.1.2 Iklim ............................................................................................... 1
3.1.3 Ketinggian Wilayah dan Jarak ke Ibu Kota ................................... 1
3.2. Kondisi Kependudukan .......................................................................... 1
3.3 Kondisi Sarana dan Prasarana ................................................................. 1
3.3.1 Sarana dan Prasarana Pendidikan .................................................. 1
3.3.2 Sarana dan Prasarana Kesehatan ................................................... 1
3.3.3 Sarana dan Prasarana Peribadatan ................................................. 1
3.3.4 Sarana dan Prasarana Transportasi ................................................ 1
3.4 Kondisi Ekonomi Kabupaten Morowali ................................................. 1
3.4.1 Pertanian ........................................................................................ 1
3.4.2 Perkebunan .................................................................................... 1
3.4.3 Kelautan dan Perikanan ................................................................. 1
3.4.4 Pertambangan ................................................................................ 1
3.4.5 Peternakan...................................................................................... 1
3.4.6 Pariwisata ....................................................................................... 1
3.5 Zonasi Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir Kabupaten Morowali........ 1
3.5.1 Zona Budidaya Laut ...................................................................... 1
3.5.2 Zona Penangkapan Ikan Tradisional ............................................. 1
3.5.3 Zona Wisata Bahari ....................................................................... 1
3.5.4 Zona Permukiman Nelayan ........................................................... 1
3.5.5 Zona Pelabuhan Terpadu ............................................................... 1
3.5.6 Zona Industri Terpadu ................................................................... 1
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................................ 1
4.1 Pendekatan Penelitian ............................................................................. 1
4.2 Tahapan dan Jangka Waktu Penelitian.................................................... 1
4.2.1 Tahapan Pra TA Lapangan ............................................................ 1
4.2.2 Tahapan Pelaksanaan Penelitian .................................................... 1
4.3 Wilayah Studi .......................................................................................... 1
4.3.1 Tempat Penelitian .......................................................................... 1
4.3.2 Waktu dan Subyek Penelitian ........................................................ 1
4.4 Kebutuhan Data dan Cara Memperoleh Data ......................................... 1
4.4.1 Data Primer .................................................................................... 1
iv
4.4.2 Data Sekunder ................................................................................ 1
4.5 Alat Analisis ............................................................................................ 1
4.5.1 Analisis Skalogram ........................................................................ 1
4.5.2 Analisis Gravitasi........................................................................... 1
4.6 Hasil Akhir yang diharapkan................................................................... 1
BAB V PENUTUP .................................................................................................... 1
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................................. 1
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 1
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pemrograman penataan/pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten
Morowali, namun hal tersebut tidaklah sesuai dengan yang terjadi dilapangan. Berdasarkan
fakta empiris di lapangan dan pengumpulan informasi melalui konsultasi publik di salah
satu daerah Kabupaten Morowali yaitu menui kepuluan diketahui beberapa permasalahan
yang terjadi di dalam kawasan. Permasalahan tersebut seperti, eksploitasi penyu dan telur
penyu di pulau-pulau kecil kecamatan Menui Kepulaun, aktifitas perikanan yang merusak
(destructive fishing), Pencemaran perairan dan limbah industri di pesisir Kabupaten
Morowali, Konflik wilayah penangkapan ikan, Konflik Kepentingan kepemilikan lahan di
Pulau-Pulau Kecil yang tak berpenghuni, Sarana dan prasarana yang masih minim,
lemahnya pengawasan dan penegakan hukum, lemahnya kelembagaan masyarakat, dan
rendahnya pemahaman terkait pentingnya Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil.
Selain itu juga, dalam Dokumen Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah
Nomor 10 Tahun 2017 Tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2017-2037. Pada Bab IV Rencana Alokasi Ruang
Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, alokasi ruang untuk kawasan pemanfaatan umum
terdiri dari zona pariwisata, zona permukiman, zona pelabuhan, zona hutan mangrove,
zona pertambangan, zona perikanan tangkap, zona perikanan budidaya, zona pergaraman,
zona bandar udara, zona fasilitas umum, zona pertahanan keamanan, dan zona
jas/perdagangan.
Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil tersebut sebagaimana disebutkan
dalam pasal 5 Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-pulau Kecil (UU-PWP3K) meliputi kegiatan perencanaan, pemanfaatan sumber
daya pesisir, dan pengendalian terhadap interaksi manusia dalam pemanfaatan sumber
daya pesisir dan pulau-pulau kecil serta proses alamiah secara berkelanjutan dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Dalam rangka mencapai keseimbangan perkembangan wilayah
kabupaten morowali, zona pesisir dan pulau-pulau kecil tersebut perlu didorong lebih cepat
sehingga dapat memperkecil kesenjangan yang ada. Maka dari itu pemerintah daerah
membuat Rencana Zonasi Rinci Kawasan Minapolitan. Pendekatan yang dinilai efektif
adalah model kawasan minapolitan yang pada hakikatnya adalah menyinergikan
pengembangan agribisnis dalam konteks pengembangan ekonomi wilayah agar total nilai
tambah (value added) pengembangan agribisnis dapat dinikmati oleh masyarakat.
2
Berdasarkan penjabaran dokumen penting diatas bahwa potensi-potensi yang ada di
setiap zona kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil belum dapat dikelola dan dimanfaatkan
secara optimal. Hal ini disebabkan masih minimnya infrastruktur dasar yang ada di
Kabupaten Sulawesi Tengah, seperti sarana transportasi penghubung antar pulau, listrik,
dermaga, pelabuhan, dan fasilitas penunjang lainnya. Selain itu, kapasitas SDM masih
membutuhkan peningkatan, baik kualitas maupun kuantitasnya, sehingga dapat mendorong
percepatan pembangunan di wilayah ini.
Permasalahan lainnya adalah masih minimnya ketersediaan data dan informasi
yang lengkap, detail, dan terkini sebagai dasar dalam pengambilan keputusan guna
pengembangan dan pembangunan wilayah. Salah satunya adalah data dan informasi
tentang kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Morowali. Informasi
keberadaan pulau-pulau kecil mungkin tidak semua diketahui secara luas oleh masyarakat
di Provinsi Sulawesi Tengah, terlebih masyarakat Indonesia bahkan dunia, padahal
puluhan pulau-pulau kecil di kabupaten morowali mempunyai keunikan, keindahan alam
pulau, posisi yang strategis, serta mempunyai keunggulan sumber daya yang potensial
dikembangkan untuk berbagai kegiatan ekonomi. Selain itu terdapat keunikan budaya
masyarakat yang tinggal di dalamnya, juga biota dan fauna endemik yang hidup di
dalamnya seperti Banggai Cardinalfish (Pterapogon kaudern) yang merupakan ikon
nasional bahkan internasional yang berasal dari Kabupaten Morowali serta ikan Sidat
(Anquilla marmorata) yang dalam bahasa daerah dikenal dengan nama Masapi atau Sogili
Atas dasar itulah, penting dan perlunya penelitian ini adalah mengintegrasikan
kawasan secara spasial atau melihat potensi-potensi dan permasalahan di kawasan tersebut
dengan mengidentifikasi pusat-pusat perkembangan ataupun pusat kegiatan, menganalisis
serta mengintegrasikan perkembangan wilayah secara spasial di kawasan pesisir dan pulau-
pulau kecil tersebut.
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya yang membahas
terkait mengintegrasikan kawasan pesisir. Peneliti mengajukan judul penelitian “Integrasi
Spasial Kawasan Pesisir di Kabupaten Morowali”.
3
2. Bagaimana mengintegrasikan zona kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil di
Kabupaten Morowali ?
4
Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Morowali
5
1.4.2 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi penelitian mencangkup berdasarkan latar belakang, tujuan
dan sasaran yang telah dipaparkan sebelumnya maka ruang lingkup materi ini, berisi
tentang materi integrasi spasial kawasan pesisir yang sesuai dengan pusat-pusat kegiatan
ataupun perkembangan di Kabupaten Morowali.
Dalam buku ekonomi regional: Teori dan Aplikasi (2008) karya Sjafrizal. Pusat
pertumbuhan ialah wilayah atau kawasan yang pertumbuhannya sangat pesat sehingga
dijadikan sebagai pusat pembangunan yang memengaruhi kawasan-kawasan lain di
sekitarnya. Dengan adanya kawasan kawasan yang dijadikan pusat pertumbuhan itu,
diharapkan kawasan-kawasan di sekitarnya turut terpengaruh dan terpicu untuk maju.
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sulawesi Tengah, di
Kabupaten Morowali tidak ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) maupun
penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN), tetapi masuk dalam Pusat Kegiatan
Wilayah (PKW). Pusat kegiatan di wilayah Kabupaten Morowali merupakan simpul
pelayanan sosial, budaya, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat di wilayah
kabupaten, seperti pusat kegiatan lokal (PKL), pusat pelayanan kawasan (PPK), pusat
pelayanan lingkungan (PPL), dan pusat pelayanan lingkungan promosi (PPLp).
Integrasi spasial merupakan jalan tengah antara pendekatan sentralisasi (pusat) dan
desentralisasi yang menekankan penyebaran investasi dan sumberdaya pembangunan pada
kota-kota kecil dan pedesaan (Rondinelli, 1983:4). Dengan melihat sumberdaya yang
ada di kawasan pesisir kabupaten morowali baik dari aspek fisik, aspek sosial ,dan
aspek ekonomi sangat kurang diperhatikan misalnya dibidang infrastruktur sarana
dan prasarana kurang meratanya fasilitas tersebut menyebabkan ketimpangan di
kawasan-kawasan tertentu, melihat hal tersebut penelitian ini mencakup beberapa
variabel sesuai dengan latar belakang meliputi konsentrasi sarana dan prasarana,
aglomerasi penduduk, kekuatan interaksi dengan pusat pertumbuhan eksisting di kawasan
pesisir kabupaten morowali agar pusat-pusat kegiatan ataupun pusat pertumbuhan dapat
diketahui guna menata struktur ruang kota/kabupaten tersebut.
6
dalam menjelaskan alur kegiatan penelitian ini yaitu untuk mengintegrasikan kawasan
pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Morowali.
Untuk lebih jelasnya mengenai alur pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada
gambar 1.
PERUMUSAN MASALAH :
1. Bagaimana potensi kawasan pesisir dan pulau-pulau
kecil di Kabupaten Morowali ?
2. Bagaimana mengintegrasikan zona kawasan pesisir dan
pulau-pulau kecil di Kabupaten Morowali ?
TINJAUAN TEORI :
1. Mengetahui pusat-pusat perkembangan atau kegiatan
yang ada di kawasan pesisir kabupaten morowali
2. Pengaruh kondisi sarana dan prasana dalam
mengintegrasikan kawasan pesisir.
METODE
Analisis Gravitasi dan Skalogram
7
1.6 Sistematika Penulisan Pra TA
Sistematika penulisan ini untuk memudahkan dalam penyelesaian
penyusunan Pra Tugas Akhir, dan untuk sistematika penulisan Pra Tugas Akhir
adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bagian pendahuluan memuat penjelasan mengenai latar belakang
penulisan atau pemilihan topik tugas akhir, rumusan permasalahan,tujuan
dan sasaran studi,ruang lingkup, kerangka pemikiran, dan sistematika pra
TA.
BAB II TINJAUN PUSTAKA
Tinjauan pustaka berisi teori/konsep/rumus yang terdapat dalam literatur
tertentu, yang relevan dengan topik terpilih. Tinjauan pustaka juga
menjelaskan penelitian atau tulisan lain yang pernah dilakukan, yang
relevan dengan judul. Jumlah sumber disesuaikan dengan kebutuhan dan
kecukupan materi.Tinjauan pustaka diberi judul yang relevan dengan topik
TA.
BAB III GAMBARAN UMUM
Merupakan pemaparan tentang kondisi obyek atau wilayah studi, yang
diuraikan menurut kerangka makro maupun yang berkaitan dengan tujuan
studi. Hal-hal yang dikemukakan merupakan data-data yang dikumpulkan
selama penelitian. Gambaran umum diberi judul sesuai dengan topik.
BAB IV METODE
Bagian ini berisi penjelasan tentang pendekatan studi yang digunakan,
tahapan studi, jangka waktu pelaksanaan, wilayah studi, kebutuhan data,
cara memperoleh data, alat analisis dan hasil akhir yang diharapkan. Bagian
ini juga menjelaskan keterkaitan antara analisis yang satu dengan analisis
yang lain jika meliputi lebih dari satu analisis.
BAB V PENUTUP
Berisi pernyataan bahwa studi yang akan dilakukan merupakan studi yang
orisinil dan bukan merupakan plagiasi
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
• Jumlah pusat-pusat dan permukiman yang skalanya Iebih kecil tidak
memadai sehingga tidak terbentuk hirarki permukiman. Keadaan ini
disebabkan oleh dua kondisi, yakni :
a. jumlah penduduk terlalu sedikit sehingga penyediaan prasarana
menjadi tidak efisien;
b. secara spasial letak (lokasi) permukiman-permukiman tersebut
berjauhan sehingga tidak dapat membentuk suatu sistem pelayanan.
• Distribusi fasilitas dan pelayanan diantara permukiman-permukiman tidak
memadai, bahkan untuk fasilitas pelayanan dan infrastruktur “dasar” seperti
kesehatan dan pendidikan.
• tidak terdapat keterkaitan (interaksi) antar pusat permukiman maupun antar
permukiman dengan wilayah pelayanannya.
10
merupakan arahan pemanfaatan sumber daya di wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota. Jangka waktu
berlakunya RZWP3K selama 20 (dua pulu) tahun san dapat ditinjau kembali
setiap 5 (lima) tahun.
RZWP3K Provinsi berfungsi sebagai arahan perencanaan dalam
pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil untuk tingkat provinsi
yang meliputi:
1) kawasan pemanfaatan umum, dimanfaatkan untuk zona pariwisata,
pemukiman, pelabuhan, pertanian, hutan, pertambangan, perikanan,
budidaya, perikanan tangkap, industri, fasilitas umum, pemanfaatan air
lain selain energi, atau pemanfaatan lainnya sesuai dengan karakteristik
biogeofisik lingkungannya.
2) kawasan konservasi, dimanfaatkan untuk zona konservasi pesisir dan
pulau-pulau kecil (KKP3K), kawasan konservasi maritim (KKM),
kawasan konservasi perairan (KKP), dan sempadan pantai.
3) Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT), dimanfaatkan untuk zona
pengelolaan batas-batas maritim kedaulatan negara, pertahanan
keamanan negara, pengelolaan situs warusan dunia, kesehteraan
masyarakat, atau pelestarian lingkungan. RZWP3K kawasan strategis
nasional tertentu memuat informasi tentang biogeofisik yang lebih detai
(geomorfologi, geologi, oseanografi fisika, kimia dan biologi),
ekosistem pesisir, pengunaan lahan (land use), penggunaan perairan (sea
use), dan kesesuian lahan (land suistability).
4) alur laut, dimanfaatrkan untuk alur pelayaran, alur pipa/kabel bawah
laut, dan alur migrasi biota laut.
3. Rencana Pengelolaan
Rencana pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (RPWP3K)
adalah rencana yang memuat susunan kerangka, kebijakan, prosedur, dan
tanggung jawab dalam rangka pengordinasian pengambilan keputusan di antara
berbagai lembaga/instansi pemerintah mengenai kesepakatan penggunaan sumber
daya atau kegiatan pembangunan di zona yang ditetapkan. Salah satu muatannya
adalah skala prioritas pemanfaatan sumber daya sesuai dengan karakteristik
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. RPWP3K berlaku selama 5 (lima) tahun dan
dapat ditinjau kembali sekurang-kurangnya 1 (satu) kali.
11
RPWP3K sebagaimana dimaksud pada ayat berfungsi untuk:
1) Mengatasi konflik dalam pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil
2) Arahan skala prioritas agar mampu mendorong pertumbuhan ekonomi
daerah
3) Kerangka prosedur dan tanggung jawab bagi pengambilan keputusan
4) Keterpaduan pengelolaan antar pemangku kepentingan
5) Melindungi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dari pencemaran dan
kerusakan lingkungan.
12
• Kawasan perkotaan yang berada di pesisir yang berfungsi atau berpotensi
mendukung ekonomi kelautan nasional
3. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) ditetapkan dengan kriteria :
• Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri
dan jasa yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan
• Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi
yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan
• Kawasan perkotaan yang berada di pesisir yang berfungsi atau berpotensi
mendukung ekonomi kelautan lokal.
Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Morowali harus menggambarkan
arahan struktur ruang wilayah nasional dan wilayah provinsi yang ada di wilayah
Kabupaten Morowali. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Sulawesi Tengah, di Kabupaten Morowali tidak ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan
Nasional (PKN) maupun penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN), tetapi masuk
dalam Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).
Pusat kegiatan di wilayah Kabupaten Morowali merupakan simpul pelayanan
sosial, budaya, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat di wilayah kabupaten, yang
terdiri atas :
1) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Kabupaten Morowali, yaitu Bungku di Kecamatan
Bungku Tengah
2) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa, terdiri atas :
a) Padei Darat di Kecamatan Menui Kepulauan
b) Padei Laut di Kecamatan Menui Kepulauan
c) Samarenga di Kecamatan Menui Kepulauan
d) Bahodopi di Kecamatan Bahodopi
e) Bahonsuai di Kecamatan Bumi Raya
f) Lantula Jaya di Kecamatan Wita Ponda
g) Baturube di Kecamatan Bungku Utara.
3) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala antar desa, terdiri atas :
a) Bente di Kecamatan Bungku Tengah
b) Bahomohoni di Kecamatan Bungku Tengah
c) Puntari Makmur di Kecamatan Bumi Raya
13
d) Salonsa Jaya di Kecamatan Wita Ponda
e) Tokala atas di Kecamatan Bungku Utara.
4) Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) merupakan wilayah yang terdiri dari pusat-
pusat kecamatan, biasanya berfungsi sebagai penunjang PKW. Kawasan
perkotaan di wilayah ini memiliki fungsi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa
yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan; dan kawasan perkotaan
di wilayah ini sebagai simpul transportasi yang melayani skala kabupaten atau
beberapa kecamatan, yaitu Wosu di Kecamatan Bungku Barat, Kaleroang di
Kecamatan Bungku Selatan, dan Ulunambo di Kecamatan Menui Kepulauan.
14
2. Pesisir merupakan kawasan yang kaya akan sumber daya alam, baik yang terdapat
di ruang daratan maupun ruang lautan, yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan manusia.
Prioritas Kegiatan
Kategori Zona
Pemanfaatan UU No 1
Zona Zona (Kawasan) UU Berdasarkan
Tahun 2014 tentang
(Kawasan) Pengelolaan Pesisir Peraturan Menteri
Perubahan Atas UU
UU Tata dan Pulau-Pulau Kelautan dan
No. 27 Tahun 2007
Ruang No. 26 Kecil No. 1 Tahun Perikanan No.
tentang Pengelolaan
Tahun 2007 2014 PER.16/MEN/2008
Wilayah Pesisir dan
pasal 15
Pulau-Pulau Kecil
Kawasan Rencana Kawasan 1. Pariwisata 1. Konservasi
Budidaya Pemanfaatan Umum 2. Pemukiman 2. Budi daya laut
3. Pertanian 3. Pertanian Organik
4. Hutan 4. Pendidikan dan
5. Pertambangan pelatihan
6. Perikanan Budidaya 5. Pariwisata
7. Perikanan Tangkap 6. Peternakan
8. Industri 7. Penelitian dan
9. Infrastruktur umum Pengembangan
10. Pemanfaatan 8. Usaha Perikanan
Terbatas sesuai dan kelautan serta
dengan karakteristik industri perikanan
biogeofisik secara lestari
lingkungan 9. Pertahanan dan
Kawasan Rencana Kawasan 1. Konservasi Perairan keamanan negara
Lindung Konservasi 2. Konservasi Pesisir
dan Pulau-Pulau
Kecil
3. Konservasi Maritim
4. Sempadan Pantai
15
Kawasan 1. Rencana Strategis 1. Pertahanan
Khusus Wilayah Pesisir Keamanan
dan Pulau-Pulau 2. Situs Warisan Dunia
Kecil (RSWP3K) 3. Perbatasan dan
2. Rencana Zonasi PulauPulau Kecil
Wilayah Pesisir Terluar
dan Pulau-Pulau
kecil (RZWP3K)
3. Rencana
Pengelolaan
Wilayah Pesisir
dan Pulau-pulau
kecil (RPWP3K)
4. Rencana Aksi
Pengelolaan
Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau
kecil (RAPWP3K)
16
2.4 Pulau-Pulau Kecil
Pulau kecil merupakan habitat yang terisolasi dengan habitat lain sehingga
keterisolasian ini akan menambah keanekaragaman oraganisme yang hidup di pulau
tersebut serta dapat juga membentuk kehidupan yang unik di pulau tersebut. Selain itu
pulau kecil juga mempunyai lingkungan yang khusus dengan proporsi spesies endemik
yang tinggi bila dibandingkan dengan pulau kontinen. Akibat ukurannya yang kecil maka
tangkapan air (catchment) pada pulau ini yang relatif kecil sehingga air permukaan dan
sedimen lebih cepat hilang kedalam air. Jika dilihat dari segi budaya maka masyarakat
pulau kecil mempunyai budaya yang umumnya berbeda dengan masyarakat pulau kontinen
dan daratan (Dahuri, 1998).
Menurut UU No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Pesisir dan Pulau-pulau
Kecil adalah Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi kegiatan
perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian terhadap interaksi manusia
dalam memanfaatkan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta proses alamiah
secara berkelanjutan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan Masyarakat dan menjaga
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
17
2.5 Penelitian Terdahulu
Menurut Leedy (1997:71) berpendapat bahwa tinjuan pustaka adalah penjelasan
yang berisi tentang ungkapan-ungkapan penelitian sebelumnya yang memiliki kesamaan
dengan penelitian yang akan dilakukan. Hal ini berarti bahwa tinjauan pustaka adalah
penjelasan mengenai kemiripan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian terdahulu.
Berikut merupakan penelitian terdahulu yang membahas tentang kawasan pesisir dan
pulau-pulau kecil di suatu wilayah :
Tabel 2. 2 Penelitian Terdahulu
Persamaan dan
Nama Perbedaan
No Penulis, Metode penulisan
Teori Hasil Penelitian
. Jurnal dan Penelitian skripsi dengan
Tahun peneliti
sebelumnya
1. Yusliana Penentuan pusat Analisis Berdasarkan hasil Persamaan
dan pertumbuhan deskriptif analisis yang penelitian
Mutiasari potensial kuantitatif dilakukan dengan sebelumnya
Kurnia Devi dilakukan dengan dengan basis kombinasi antara dengan
(2020). melakukan analisis data analisis skalogram penelitian ini
Judul : kombinasi analisis sekunder dan dan model gravitasi adalah kawasan
Interksi skalogram, model primer dengan yang mana saja
Wilayah gravitasi, dan digunakan mempertimbangka dapat di jadikan
Pusat jumlah serta dalam n sebaran fasilitas sebagai pusat-
Pertumbuha sebaran penduduk. penelitian ini. dan kepadatan pusat
n Melalui Selain itu, Teknik penduduk maupun pertumbuhan,
Pendekatan melakukan analisis yang jarak antar lokasi seperti pusat
Skalogram identifikasi dipergunakan diketahui bahwa pertumbuhan
dan terhadap pusat- terdiri dari terdapat tiga primer,sekunder,
Gravitasi di pusat pertumbuhan analisis kecamatan yang dan tersier
Wilayah potensial di Skalogram masing-masing berdasarkan
Pesisir wilayah pesisir Guttman memiliki potensi potensi di
Daerah selatan DIY ini untuk sebagai pusat-pusat kawasan
Istimewa dilakukan dengan mengukur pertumbuhan yaitu tersebut.
Yogyakarta. mempertimbangka konsentrasi Pusat Pertumbuhan Sedangkan
n variabel sarana dan Primer, Pusat perbedaan
konsentrasi sarana prasarana dan Pertumbuhan penelitian yang
dan prasarana, analisis Sekunder dan Pusat dilakukan
aglomerasi gravitasi Pertumbuhan terletak pada
penduduk, serta untuk Tersier. objek yang
kekuatan interaksi mengukur dikaji. Misalkan
dengan pusat kekuatan daerah peneliti
pertumbuhan interaksi lebih luas
eksisting di KPY. antara dibandingkan
Unit analisis yang kecamatan- dengan jurnal
dipergunakan kecamatan di tersebut. Objek
adalah kecamatan- kawasan peneliti memiliki
kecamatan di pesisir selatan pulau-pulau
wilayah pesisir DIY dengan kecil yang begitu
DIY yang terdiri pusat banyak.
18
dari enam pertumbuhan
kecamatan di eksisting di
wilayah Kabupaten wilayah Kota
Gunungkidul, Yogyakarta.
empat kecamatan
di wilayah
Kabupaten
Kulonprogo, serta
tiga kecamatan di
wilayah Kabupaten
Bantul. Analisis
terhadap ketiga
aspek pusat
pertumbuhan
tersebut
menghasilkan
kecamatan-
kecamatan yang
potensial untuk
menjadi pusat
pertumbuhan
primer, sekunder,
dan tersier di
kawasan pesisir
selatan DIY.
2. Andrian Dengan Dalam studi Memperlihatkan Persamaan
Libriyono tersedianya suatu ini dilakukan suatu bentuk model penelitian :
(2009). informasi spasial pembuatan geodata sharing mengintegrasika
Judul : yang terintegrasi model untuk lebih n kawasan
Integrasi dan komprehensif sederhana mendorong adanya pesisir baik darat
Data Spasial baik darat maupun pemanfaatan komunikasi yang dan laut dalam
dan Laut laut, akan fasilitas salah lebih baik antar upaya
“Studi menunjang satu simpul institusi pemerintah perencanaan
Integrasi perencanaan IDSN untuk ataupun swasta pengelolaan
Geodata pengelolaan dan pembuatan yang dapat kawasan pesisir.
sharing via pembangunan peta dasar memfasilitasi suatu Sedangkan
online GIS yang yang akan proses perbedaaannya
services berkelanjutan. digunakan pengambilan ialah penelitian
sebagai Dalam tulisan ini sebagai acuan keputusan yang integrasi data
Penunjang akan disampaikan dasar direncanakan spasial dan laut
Pengelolaan sebuah hasil studi pengembanga secara matang lebih
Wilayah implementasi n dan dengan dukungan memberikan
Pesisir”. integrasi data pengelolaan informasi spatial wawasan kepada
spasial darat dan kawasan darat dan laut, dan pemerintah
laut sebagai suatu pesisir Nusa pemanfaatan oleh pentingnya
contoh integrasi Dua, Bali. publik salah satu peningkatan
data spasial darat Asumsi yang layanan geodata dalam masalah
dan laut, yang digunakan sharing teknis/kebijakan
dapat digunakan adalah end BAKOSURTANA geodata sharing
dalam suatu user telah L yang merupakan secara nasional
perencanaan memiliki data salah satu simpul guna dapat
pengelolaan zona spasial Infrastruktur Data mempermudah
daerah pesisir di batimetri dan Spasial (IDS). mengintegrasika
wilayah Nusa Dua, telah Selain itu juga, n data spasial
Bali. memprosesny Penelitian dan darat dan laut
19
Berdasarkan a sedemikian pengembangan khususnya di
pemikiran di atas, rupa sehingga lebih lanjut dan wilayah kawasan
perlu adanya suatu dihasilkan mendalam tentang pesisir Nusa Dua
contoh model data grid integrasi data Bali.
implementasi kedalaman spatial darat dan
pemanfaatan dan kontur laut sangat
fasilitas atau laut, tetapi diperlukan untuk
layanan geodata dibutuhkan lebih memberikan
sharing untuk data darat gambaran secara
digunakan dalam yang cukup akurat dan
suatu kajian yang komplit, up to pemanfaatannya
menunjang dalam date di daerah bagi pembangunan
perencanaan dan tersebut. End yang berkelanjutan.
pengelolaan user
pembangunan. mendapatkan
Dalam tulisan ini suatu fasilitas
diambil contoh online
kawasan Nusa geodata
Dua, Bali, dimana sharing
di daerah tersebut (berupa GIS
merupakan services) yang
daearah pesisir dapat
dengan segala digunakan
dinamika tanpa harus
lingkungan yang membeli data
ada, selain itu juga dengan tujuan
terdapat berbagai sebagai acuan.
fasilitas umum
yang menunjang
pariwisata.
Diharapkan
dengan adanya
suatu visualisasi
data spasial yang
merupakan
integrasi data
spasial darat dan
laut, akan
menambah kualitas
perencanaan dan
pengelolaan
kawasan pesisir
tersebut untuk
beberapa tahun
mendatang.
20
BAB III
GAMBARAN UMUM
21
Sebelah timur : wilayah kecamatan bungku selatan dan perairan teluk tolo
Sebelah barat : wilayah kecamatan bungku tengah dan wilayah provinsi
sulawesi tenggara
4) Bungku timur
Sebelah utara : wilayah kecamatan bungku tengah
Sebelah selatan : wilayah kecamatan bahodopi
Sebelah timur : perairan teluk tolo
Sebelah barat : wilayah provinsi sulawesi selatan
5) Bungku pesisir
Sebelah utara : wilayah kecamatan bahodopi dan perairan teluk tolo
Sebelah selatan : wilayah kecamatan bungku selatan dan provinsi sulawesi
tenggara
Sebelah timur : selat salabangka
Sebelah barat : wilayah kabupaten konawe utara provinsi sulawesi tenggara
6) Bungku tengah
Sebelah utara : wilayah kecamatan bungku barat
Sebelah selatan : wilayah kecamatan bungku timur
Sebelah timur : peraiaran teluk tolo
Sebelah barat : wilayah provinsi sulawesi selatan
7) Bungku barat
Sebelah utara : perairan teluk tolo dan wilayah kecamatan bumi raya
Sebelah selatan : wilayah kecamatan bungku tengah dan wilayah provinsi
sulawesi selatan
Sebelah timur : peraiaran teluk tolo dan kecamatan bungku tengah
Sebelah barat : wilayah kecamatan bumi raya, wilayah kecamatan witaponda
dan wilayah provinsi sulawesi selatan
8) Bumi raya
Sebelah utara : peraiaran teluk tolo
Sebelah selatan : wilayah kecamatan bungku barat
Sebelah timur : peraiaran teluk tolo dan wilayah kecamatan bungku barat
Sebelah barat : wilayah kecamatan wita ponda
9) Wita ponda
Sebelah utara : wilayah kecamatan petasia timur dan perairan teluk tolo
Sebelah selatan : wilayah provinsi sulawesi selatan
22
Sebelah timur : wilayah kecamatan bungku barat dan wilayah provinsi
sulawesi selatan
Sebelah barat : wilayah kecamatan lembo, petasia timur dan wilayah provinsi
sulawesi selatan.
Tabel 3. 1 Luas Daerah dan Jumlah Pulau Menurut Kecamatan di Kabupaten
Morowali, 2020
3.1.2 Iklim
Rata-rata jumlah curah hujan dan hari hujan menurut bulan di Kabupaten
Morowali, tahun 2019-2020.
Tabel 3. 2 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Menurut Bulan di Kabupaten
Morowali, 2019-2020
23
10. Oktober 407,60 20
11. November 256,80 15
12. Desember 63,10 19
Sumber : BPS (Kabupaten Dalam Angka)
24
3.2 Kondisi Kependudukan
Penduduk kabupaten morowali berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2020
sebanyak 161.727 jiwa yang terdiri atas 89.174 jiwa penduduk laki-laki dan 72.553 jiwa
penduduk perempuan. Dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk tahun 2018,
penduduk Kabupaten Morowali mengalami pertumbuhan sebesar 1,68 persen. Sementara
itu, besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2020 penduduk laki-laki terhadap penduduk
perempuan sebesar 122,9.
Kepadatan penduduk di kabupaten morowali tahun 2020 mencapai 23 jiwa/km2.
Kepadatan penduduk di 9 kecamatan cukup beragam dengan kepadatan penduduk
tertinggi terletak di kecamatan menui kepulauan dengan kepadatan sebesar 61 jiwa/km2
dan terendah di kecamatan bungku pesisir sebesar 6 jiwa/km2.
Tabel 3. 4 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di
Kabupaten Morowali, 2020
Jenis Kelamin
Kecamatan Rasio Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan Jumlah
Menui Kepulauan 6.623 6.609 13.232 100,2
Bungku Selatan 7.121 6.793 13.914 104,8
Bahodopi 24.044 13.278 37.322 181,1
Bungku Pesisir 3.526 3.099 6.625 113,8
Bungku Tengah 15.661 13.641 29.302 114,8
Bungku Timur 6.322 5.739 12.061 110,2
Bungku Barat 7.532 6.529 14.061 115,4
Bumi Raya 7.576 6.948 14.524 109,0
Witaponda 10.769 9.917 20.686 108,6
Jumlah 89.174 72.553 161.727 112,9
Sumber : BPS (Kabupaten Dalam Angka)
25
Tabel 3. 5 Penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk, Distribusi Presentase,
Kepadatan Penduduk di Kabupaten Morowali, 2020
Laju Pertumbuhan
Presentase Kepadatan
Kecamatan Penduduk Penduduk per Tahun
Penduduk Penduduk per Km2
2010-2020
Menui Kepulauan 13.232 0,991 8,18 59,17
Bungku Selatan 13.914 0,021 8,60 34,45
Bahodopi 37.322 0,811 23,08 34,53
Bungku Pesisir 6.625 - 4,10 7,64
Bungku Tengah 29.302 0,995 18,12 40,38
Bungku Timur 12.061 - 7,46 31,15
Bungku Barat 14.061 0,966 8,69 18,53
Bumi Raya 14.524 0,976 8,98 28,77
Witaponda 20.686 0,980 12,79 39,80
Jumlah 161.727 0,953 100 29,56
Sumber : BPS (Kabupaten Dalam Angka)
26
3.3.2 Sarana dan Prasarana Kesehatan
Pada tahun 2020, Kabupaten Morowali memiliki 3 rumah sakit yaitu di Kecamatan
Bungku Tengah dan Bungku Selatan. Selain itu juga terdapat 11 puskesmas, 26 pustu, 25
apotek dan poliklinik sebanyak 8 yang berada di wilayah ini.
Tabel 3. 7 Jumlah Sarana dan Prasarana Kesehatan Menurut Kecamatan di
Kabupaten Morowali, 2020
Rumah
Rumah Puskesmas
Kecamatan Sakit Poliklinik Puskesmas Apotek
Sakit Pembantu
Bersalin
Menui
- - - 1 7
Kepulauan
Bungku Selatan 2 - - 1 4
Bahodopi - - 1 3 2 8
Bungku Pesisir - - - 1 3
Bungku Tengah 1 - 5 1 1 9
Bungku Timur - - - 1 1 1
Bungku Barat - - - 1 3
Bumi Raya - - - 1 2 4
Witaponda - - 2 1 3 3
Jumlah 3 8 11 26 25
Sumber : BPS (Kabupaten Dalam Angka)
27
Tabel 3. 8 Jumlah Tempat Peribadatan Menurut Kecamatan di Kabupaten
Morowali, 2020
Gereja Gereja
Kecamatan Masjid Musholla Pura Vihara
Protestan Katholik
Menui Kepulauan 25 - - - - -
Bungku Selatan 30 - - - - -
Bahodopi 21 8 3 1 3 -
Bungku Pesisir 13 1 - - 2 -
Bungku Tengah 32 15 1 - - -
Bungku Timur 9 7 1 - 1 -
Bungku Barat 25 15 - - 5 -
Bumi Raya 17 21 1 - -
Witaponda 25 26 7 2 12 2
Jumlah 197 93 13 3 24 2
Sumber : BPS (Kabupaten Dalam Angka (2021)
28
Tabel 3. 9 Panjang Jalan Menurut Kecamatan dan Jenis Permukaan Jalan di
Kabupaten Morowali (Km), 2020
3.4.1 Pertanian
Sektor pertanian dan perkebunan merupakan sektor andalan di Kabupaten
Morowali karena sebagian penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Sektor
pertanian di Kabupaten Morowali berkontribusi sebesar 8,83% dalam perekonomian di
wilayah ini yang didominasi tanaman pangan dan holtikultura seperti padi, palawija serta
buah-buahan. Pertanian menjadi salah satu lokomotif andalan di kabupaten Morowali,
pemerintah daerah memberi perhatian yang besar terhadap peningkatan produksi padi
sawah. Berbagai regulasi lunak diciptakan untuk mendorong upaya ini, pelatihan dan
pengembangan kemampuan petani serta penerapan teknologi tepat guna juga dilaksanakan.
Pada sektor pertanian kontribusi utamanya terletak pada tanaman pangan khususnya
produksi padi di kabupaten Morowali cukup tinggi.
29
3.4.2 Perkebunan
Tanaman Perkebunan yang ada di Kabupaten Morowali didominasi oleh tiga
komoditi yaitu kelapa sawit, kakao, dan kelapa. Disamping tiga komoditi tersebut juga
ditanam jenisjenis tanaman perkebunan lainnya seperti cengkeh, pala, lada dan kopi.
Perkebunan kelapa sawit merupakan komoditi perkebunan terbesar luas area dan
produksinya di Kabupaten Morowali. Pada tahun 2020, luas tanam perkebunan kelapa
sawit seluas 10.781 ha dengan jumlah produksi sebanyak 80.148.900 ton. Tanaman
perkebunan kelapa sawit terbesar terdapat di Kecamatan Bungku Barat sebesar 10.181 ha.
Selain itu, Perkebunan Kakao di Kabupaten Morowali seluas 2.813 ha dengan jumlah
produksi sebanyak 697.170 ton. Sedangkan tanaman perkebunan kelapa di Kabupaten
Morowali sebanyak 1.578,5 ha dengan nilai produksi 1.163.225 ton.
Tabel 3. 10 Jenis Tanaman, Luas Area Tanaman Perkebunan, dan Produksi
Perkebunan di Kabupaten Morowali, 2020
30
glacilaria, serta komitmen pemerintah Kabupaten setempat dalam pengembangan
komoditas kelautan. Sedangkan untuk perikanan, pada tahun 2020 Kabupaten Morowali
produksi perikanan sebanyak 32.203,2 ton menurun dibanding tahun sebelumnya yaitu
sebesar 38.573,7 ton. Produksi tersebut semua terdiri dari perikanan laut.
Tabel 3. 11 Produksi Perikanan Tangkap Menurut Kecamatan dan Subsektor di
Kabupaten Morowali (ton), 2019 dan 2020
3.4.4 Pertambangan
Pada sektor pertambangan, kabupaten Morowali menyimpan deposit tambang yang
cukup besar. Seperti minyak bumi, nikel, besi, dan chromit. Untuk nikel Morowali
memiliki luas areal 150.000 Ha, lokasinya menyebar hampir disebagian wilayah morowali
dengan cadangan diperkirakan akan sampai 8 juta WMT. Untuk chromit yang merupakan
bahan galian yang banyak digunakan dalam industri baja dan industri bahan kimia,
cadangannya diperkirakan mencapai 1 juta ton terdapat di kecamatan Bungku Tengah dan
kecamatan Bungku Barat. Begitu juga dengan batu gamping yang cadangannya mencapai
30 juta meter kubik dengan luas area 25 ha yang berada di kecamatan Bungku Selatan.
Saat ini tercatat sekitar 21 perusahaan baik penanaman modal asing (PMA) maupun
penanaman modal dalam negeri (PMDN) telah memperoleh izin eksplorasi tambang di
kabupaten Morowali.
31
Tabel 3. 12 Potensi Pertambangan dan Energi Kabupaten Morowali, 2017
3.4.5 Peternakan
Ternak Besar dan Kecil di Kabupaten Morowali terdiri dari sapi potong, kambing,
babi, kuda, kerbau. Pada tahun 2020, populasi ternak terbesar adalah kambing sebanyak
16.608 ekor, kemudian sapi potong 7.931 ekor, dan babi 4.162 ekor. Sementara Itu,
populasi unggas terdiri dari ayam pedaging 343.836 ekor, ayam kampung 101.926 ekor,
itik 41.532 ekor, dan ayam petelur 31.918 ekor.
Sapi
Kecamatan Kerbau Kuda Kambing Domba Babi
Potong
32
Menui Kepulauan - - - 1.127 - -
Bungku Selatan 60 - - 2.024 - -
Bahodopi 1.236 145 - 1.774 - -
Bungku Pesisir 181 13 - 1.373 - -
Bungku Tengah 1.731 47 5 3.379 - -
Bungku Timur 1.061 131 3 1.823 - -
Bungku Barat 1.972 - - 2.246 - 199
Bumi Raya 712 - - 1.083 - 226
Witaponda 978 - - 1.779 - 3.737
Jumlah 7.931 336 8 16.608 - 4.162
Sumber : BPS (Kabupaten Dalam Angka) atau Dinas Pertanian dan Ketahan Pangan Kabupaten Morowali
Ayam Itik/Itik
Kecamatan Ayam Petelur Ayam Pedaging
Kampung Manila
Menui Kepulauan 19.935 - 355
Bungku Selatan 7.732 - - 1.433
Bahodopi 9.893 6.930 168.080 2.820
Bungku Pesisir 4.175 - 7.142 1.577
BungkuTengah 13.783 1.289 90.260 2.536
BungkuTimur 8.667 3.458 30.420 13.566
Bungku Barat 18.587 20.241 35.310 5.837
Bumi Raya 2.830 - 5.422 5.915
Witaponda 16.324 - 7.202 7.493
Jumlah 101.926 31.918 343.836 41.532
Sumber : BPS (Kabupaten Dalam Angka) atau Dinas Pertanian dan Ketahan Pangan Kabupaten Morowali
3.4.6 Pariwisata
Kabupaten Morowali memiliki potensi pariwisata yang beragam, mulai dari wisata
alam, wisata bahari, wisata budaya bahkan wisata kuliner yang cukup beragam. Pariwisata
di kabupaten Morowali lebih diarahkan untuk pengembangan pariwisata dalam rangka
peningkatan pertumbuhan ekonomi, sehingga dapat membuka lapangan kerja dan mampu
meningkatkan pendapatan masyarakat serta pendapatan asli daerah. Di kabupaten
Morowali terdapat beberapa jenis obyek wisata bahari seperti pantai pasir putih dan
beberapa pulau (pulau sambori dan pulau koikoila) yang terdapat di kecamatan Menui
Kepulauan. Kemudian, wisata budaya seperti peninggalan makam Raja Bungku yang
terdapat di Kecamtan Bungku Tengah. Sedangkan wisata alam seperti air terjun, hutan
33
mangrove yang juga terletak di Kecamatan Bungku Tengah. Pemerintah kabupaten
Morowali saat ini sangat gencar dalam melakukan promosi di bidang pariwisatanya, hal ini
ditandai dengan banyak dilaksanakannya acara-acara wisata seperti pada tahun 2015
diadakan acara Festival Bajo Pasakayyang yang diselenggarakan di dermaga pulau
Kaleroang di Kecamatan Bungku Selatan, ribuan kapal hias memenuhi dermaga dalam
upaya pemecahan rekor MURI untuk rangkaian karnaval perahu terpanjang di Indonesia.
Festival ini bertujuan untuk memperkenalkan kebudayaan asli suku Bajo dan sekaligus
mempromosikan pariwisata dalam upaya menarik wisatawan lokal maupun mancanegara.
34
sosial). Penggunaan yang diizinkan adalah kegiatan budidaya itu sendiri, kegiatan
penyediaan sarana produksi pengolahan antara pascapanen dan gudang penampungan.
Zonasi itu ditetapkan dengan mempertimbangkan bahwa pada lokasi itu masyarakat
telah mencoba mengembangkan budidaya laut untuk komoditas rumput laut dan kerapu,
potensi pengembangan budidaya laut sangatlah besar, baik dari segi daya dukung lahan
maupun daya serap pasar, kegiatan budidaya telah memberikan kontribusi nyata terhadap
peningkatan pendapatan masyarakat.
Untuk memastikan zonasi budidaya laut berkelajutan, masyarakat dan pemerintah
harus menentukan batas-batas kegiatan pemanfaatan laut, seperti jalur pelayaran, dermaga,
daerah penangkapan ikan, dan aktivitas lainnya. Termasuk didalam upaya itu adalah
pemerintah dan masyarakat harus melarang dan memberikan sanksi terhadap kegiatan yang
dapat dan diduga merusak lingkungan, seperti penambangan karang dan penangkapan ikan
destruktif.
35
kesejahteraan masyarakat, terutama yang berdomisili di sekitar kawasan. Objek wisata
bahari dapat dipadukan dengan objek wisata daratan. Selain itu, pengembangan objek
wisata bahari selain mengutamakan ekonmi dan estetika kawasan, juga harus
memperhatikan perlindungan kawasan dari kemungkinan bencana dan gangguan
kamtibmas.
Pengunaan yang diizinkan adalah hanya jika penyediaan sarana dan prasarana
penunjang pariwisata bahari tetap memperhatikan aspek kelestarian dan keasrian
lingkungan pantai/pesisir/laut dan tatanan sosial budaya masyarakat setempat serta
meningkatkan kegiatan ekonomi kerakyatan di sekitar kawasan wisata bahari. Syarat lain
adalah memiliki konsitensi pemilihan jenis wisata bahari disesuaikan dengan kondisi dan
daya dukung estetika yang dimiliki oleh kawasan serta setiap kegiatan masyarakat yang
mengembangkan ekonomi mikro dan usaha jasa lainnya harus tetap mengedepankan nilai-
nilai agama, budaya, dan kearifan lokal (adat).
36
Zonasi pelabuhan terpadu di Kabupaten Morowali menjadi prioritas karena
senatiasa mengaami pertumbuhan yang sangat cepat seiring dengan majunya peradaban
manusia dari tahun ke tahun. Selain itu, perkembangan pelabuhan beserta seluruh fasilitas
pendukungnya selain dapat meningkatkan pendapatan daerah dan devisa negara juga
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat yang terlibat langsung maupun
tidak langung dalam pengelolaan dan pemanfaatan. Yang patut diingat, kaidah
keberlanjutan dan kelestarian harus mendapat prioritas dalam pengembangan pelabuhan
dengan meminimalkan segala aspek pencemaran dan degradasi lingkungan lainnya.
37
BAB IV
METODE PENELITIAN
38
c. Mengurus surat perizinan dari Program studi Perencanaan Wilayah dan
Kota ITNY.
d. Menyiapkan perlengkapan penelitian seperti laptop, flashdisk, alat
tulis, dan kamera
3. Analisis Data
Penyusunan
4. Laporan Penelitian
Penyelesaian
5. Laporan Penelitian
39
4.4 Kebutuhan Data dan Cara Memperoleh Data
Data merupakan sebuah keterangan yang benar nyata, untuk mendukung
penelitian ini. Data yang didapat akan diolah melalui proses analisis dan menjadi
sebuah informasi yang akan disajikan didalam laporan penelitian. Kebutuhan data
yang dibuhkan ada dua jenis data, yaitu data primer dan sekunder.
40
(shapefile)
2. Download dari google earth
2. 1. Mengidentifikasi pusat-pusat 1. Dengan melakukan survei sekunder ke
perkembangan atau kegiatan di
Dinas terkait Kabupaten Morowali
kawasan pesisir
2. Menganalisis dan 2. Badan Pusat Statistik (BPS), RTRW
mengintegrasikan perkembangan
Kabupaten Morowali, RZWP3K
wilayah secara spasial di kawasan
pesisir. Kabupaten Morowali, dan KKP3K
Sulawesi Tengah
41
besar nilai gravitasi menunjukkan bahwa semakin erat hubungan kedua wilayah
tersebut, hal ini menujukkan bahwa daya tarik suatu wilayah memiliki pengaruh
terhadap potensi yang dimilikinya (Adisasmita, 2013).
𝑀1𝑥𝑀2
𝐼12 =
𝑗 2 12
Keterangan :
I12 = Potensi daya tarik dan interaksi setiap wilayah
M1 = Massa wilayah 1
M2 = Massa wilayah 2
J12 = Jarak antar wilayah 1 dan wilayah 2
G = Konstanta jarak yang biasanya diberi nilai.
42
BAB V
PENUTUP
Keaslian penulisan dalam penelitian ini adalah benar-benar asli dan disusun
langsung oleh peneliti untuk mendapatkan gelar Sarjana Strata-1 Perencanaan Wilayah dan
Kota di lingkungan kampus Institut Teknologi Nasional Yogyakarta dan bukan merupakan
tiruan atau plagiasi terhadap penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil akhir yang
diperolah adalah hasil pengumpulan data serta analisis yang terkait dengan potensi dan
permasalahan di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil Kabupaten Morowali. Keaslian
penulisan juga dibuktikan dengan analisis gravitasi dan skalogram yang dilakukan oleh
penulis saat melakukan penelitian. Oleh karena itu sasarannya ialah mengintegrasikan
kawasan pesisir dan melihat pusat-pusat perkembangan di kawasan pesisir Kabupaten
Morowali.
Akbar Afandi
NIM. 610017121
43
DAFTAR PUSTAKA
44