PROPOSAL TEKNIS
Disusun Oleh :
Kelompok 3
Miftahurrahma. A F23119096
Nurhalizah F23119098
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
KATA PENGANTAR
Kelompok 3
1.3.1 Tujuan
Tujuan dari penyusunan proposal teknis dalam studio perancangan kota terkait
perancangan kawasan pariwisata berbasis resiko bencana adalah sebagai pedoman dalam
survey dan pencarian informasi mengenai perancangan kawasan pada Pantai Bambahano,
Desa Sabang, Kecamatan Dampelas, Kabupaten Donggala dalam rangka mewujudkan
pariwisata berkelanjutan berbasis mitigasi bencana
1.3.2 Sasaran
Adapun sasaran yang kan dilakukan untuk mencapai tujuan di atas, yaitu:
1. Mengidentifikasi potensi dan permasalahan dalam pengembangan Pantai Bambahano
sebagai objek wisata Pantai berkelanjutan di Desa Sabang.
2. Menyusun kajian literatur dan best practice berdasarkan riview literatur terkait konsep
perancangan di Pantai Bambahano, Desa Sabang, Kecamatan Dampelas.
3. Mengidentifikasi gambaran umum kawasan perancangan baik fisik maupun nonfisik
di Pantai Bambahano, Desa Sabang, Kecamatan Dampelas.
4. Merumuskan indikator dan konsep awal desain rancangan kawasan pariwisata di
Pantai Bambahano sebagai objek wisata pantai berkelanjutan berbasis mitigasi
bencana di Desa Sabang, Kecamatan Dampelas.
5. Merumuskan rencana pengumpulan data, daftar kebutuhan data, metode dan teknik
yang digunakan dalam proses pengumpulan, pengolahan dan penyajian data di Pantai
Bambahano, Desa Sabang, Kecamatan Dampelas.
6. Menyusun manajemen kerja dalam pelaksanaan survei di Pantai Bambahano, Desa
Sabang, Kecamatan Dampelas
3D KAWASAN
Kegiatan Survei identifikasi awal Presentasi awal Survei lapangan Presentasi Akhir
Laporan Akhir
Laporan Laporan Proposal Teknis Draft Laporan Akhir
Desain 2D & 3D
A) Strategi
Upaya mitigasi bencana harus memiliki persepsi yang sama baik dari aparat pemerintahan
maupun masyarakatnya. Adapun strategi yang dapat dilakukan agar upaya mitigasi
bencana dapat terkoordinir dengan baik adalah sebagai berikut.
1) Pemetaan
Pemetaan menjadi hal terpenting dalam mitigasi bencana, khususnya bagi wilayah
yang rawan bencana. Hal ini dikarenakan sebagai acuan dalam membentuk keputusan
antisipasi kejadian bencana.
2) Pemantauan
Pemantauan hasil pemetaaan tingkat kerawanan bencana pada setiap daerah akan
sangat membantu dalam pemantauan dari segi prediksi terjadinya bencana. Hal ini
akan memudahkan upaya penyelamatan saat bencana terjadi. Pemantauan juga dapat
dilakukan untuk pembangunan infrastruktur agar tetap memperhatikan AMDAL.
3) Penyebaran Informasi
Penyebaran informasi dilakukan antara lain dengan cara memberikan poster dan
leaflet kepada Pemerintah Kabupaten atau Kota dan Provinsi seluruh Indonesia yang
rawan bencana, tentang tata cara mengenali, mencegah dan penanganan bencana.
Tujuannya untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana geologi di kawasan
tertentu.
4) Sosialisasi Penyuluhan Pendidikan
Beberapa lapisan masyarakat mungkin ada yang tidak dapat mengakses informasi
mengenai bencana. Oleh karenanya menjadi tugas aparat pemerintahan untuk
Banjir adalah salah satu bencana alam ketika curah hujan tinggi di musim penghujan
atau disebabkan kurangnya daerah resapan air. Adanya banjir tentu menimbulkan dampak
kerugian bagi masyarakat. Oleh sebab itu, diperlukan cara pengendalian pada daerah aliran
sungai agar tidak menimbulkan luapan air. Adapun upaya yang harus dilakukan untuk
melakukan mitigasi banjir dan menurunkan risiko jatuhkan korban jiwa kerugian moril dan
materil. Yang harus dilakukan dengan melakukan mitigasi secara Struktural dan Non
struktural.
Mitigasi secara struktural adalah mitigasi yang lebih menekankan pada fisik
pembangunan. Pada saat ini pun upaya yang dilakukan mitigasi bencana masih dengan
16 |STUDIO PERANCANGAN KOTA
mengandalkan kegiatasn fisik. Seperti membangunan tanggul pada daerah yang rawan
banjir, atau bisa juga dengan mengisi karung dengan pasir dan batu, yang selanjutnya bahan
tersebut akan di gunakan sebagi pondasi pembuatan tanggul secara swadaya oleh
masyarakat sekitar. Pembangunan tanggul di pingirr sungai ini pada pada dasarnya
bertujuan uintuk mencegah meluapnya air dengan ketinggian tertentu yang dapat memasuki
daerah dataran banjir. Kemudian dapat dilakukan upaya mitigasi secara non struktur,
kegiatan nonstruktur ini memiliki tujuan untuk dapat menghidarkan dan lebih menekankan
seberapa besarnya masalah yang dapat ditimbulkan oleh banjir.
Masyarakat bisa mengatur pemberdayaan lahan di daerah DAS dan banjir. Kemudian
dengan adanya kegiatan tidak membuang sampah ke sungai, dengan melakuka kampaye
seperti itu, supaya masyarakat lebih sadar akan kebersihan sungai. Supaya sampah yang
dapat mengotori sungai dapat menyebabkan pendangkalan sungai, kemudian membuat
sungai menjadi kotor, dan menghambat aliran air sungai itu sendiri. Selain itu dengan
keadaan sungai yang demikian, di tambah lagi dengan keadaan lingkungan di daerah hulu
yang sudah mengalami pengrusakan akibat penebangan hutan secara liar tanpa melakukan
Penanaman kembali (Reboisasi), tentukan hal tersebut dapat menjadi ancaman tersendiri
khususnya bagi daerah hilir. Maka dari itu perlunya menjaga kebersihan sungai agar kita
semua terhindar dari bencana banjir yang kapan saja bisa datang.
Perencanaan pariwisata haruslah di dasarkan pada kondisi dan daya dukung dengan
maksud menciptakan interaksi jangka panjang yang saling menguntungkan diantara
pencapaian tujuan pembangunan pariwisata, peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat,
dan berkelanjutan daya dukung lingkungan di masa mendatang (Fandeli,1995). Indonesia
sebagai negara yang sedang berkembang dalam tahap pembangunannya, berusaha
Pariwisata bukan saja sebagai sumber devisa, tetapi juga merupakan faktor dalam
menentukan lokasi industri dalam perkembangan daerah-daerah yang miskin sumber-sumber
alam sehingga perkembangan pariwisata adalah salah satu cara untuk memajukan ekonomi di
daerah-daerah yang kurang berkembang tersebut sebagai akibat kurangnya sumber-sumber
alam (Yoeti, 1997). Gunn (1988), mendefinisikan pariwisata sebagai aktivitas ekonomi yang
harus dilihat dari dua sisi yakni sisi permintaan (demand side) dan sisi pasokan (supply side).
Lebih lanjut dia mengemukakan bahwa keberhasilan dalam pengembangan pariwisata di
suatu daerah sangat tergantung kepada kemampuan perencana dalam mengintegrasikan kedua
sisi tersebut secara berimbang ke dalam sebuah rencana pengembangan pariwisata.
Menurut Robert (Toety, 1990). Kelincahan dalam berusaha harus dilakukan agar
pendapatan selama musim kedatangan wisatawan bisa menjadi penyeimbang bagi musim sepi
wisatawan. Pengaruh yang ditimbulkan oleh pariwisata terhadap ekonomi ada dua ciri,
pertama produk pariwisata tidak dapat disimpan, kedua permintaanya sangat tergantung pada
musim, berarti pada bulan tertentu ada aktivitas yang tinggi, sementara pada bulan-bulan
yang lain hanya ada sedikit kegiatan. Menurut Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 9 Tahun
2021 Tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan, Pariwisata secara umum adalah
berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan oleh masyarakat, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha
1. Partisipasi
Masyarakat setempat harus mengawasi atau mengontrol pembangunan pariwisata
dengan ikut terlibat dalam menentukan visi pariwisata, mengidentifikasi sumber-
sumber daya yang akan dipelihara dan ditingkatkan, serta mengembangkan tujuan-
tujuan dan strategi-strategi untuk pengembangan dan pengelolaan daya tarik wisata.
Masyarakat juga harus berpartisipasi dalam mengimplementasikan strategi-strategi
yang telah disusun sebelumnya.
2. Keikutsertaan Para Pelaku/Stakeholder Involvement
Para pelaku yang ikut serta dalam pembangunan pariwisata meliputi kelompok dan
institusi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), kelompok sukarelawan, pemerintah
daerah, asosiasi wisata, asosiasi bisnis dan pihak-pihak lain yang berpengaruh dan
berkepentingan serta yang akan menerima dampak dari kegiatan pariwisata.
3. Kepemilikan Lokal
Pembangunan pariwisata harus menawarkan lapangan pekerjaan yang berkualitas
untuk masyarakat setempat. Fasilitas penunjang kepariwisataan seperti hotel,
restoran, dsb. seharusnya dapat dikembangkan dan dipelihara oleh masyarakat
setempat. Beberapa pengalaman menunjukkan bahwa pendidikan dan pelatihan bagi
penduduk setempat serta kemudahan akses untuk para pelaku bisnis/wirausahawan
setempat benar-benar dibutuhkan dalam mewujudkan kepemilikan lokal. Lebih
lanjut, keterkaitan (linkages) antara pelaku-pelaku bisnis dengan masyarakat lokal
harus diupayakan dalam menunjang kepemilikan lokal tersebut.
4. Penggunaan Sumber Daya yang Berkelanjutan
Pembangunan pariwisata harus dapat menggunakan sumber daya dengan
berkelanjutan yang artinya kegiatan-kegiatannya harus menghindari penggunaan
sumber daya yang tidak dapat diperbaharui (irreversible) secara berlebihan. Hal ini
juga didukung dengan keterkaitan lokal dalam tahap perencanaan, pembangunan dan
pelaksanaan sehingga pembagian keuntungan yang adil dapat diwujudkan. Dalam
BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH
Dilihat dari posisinya dipermukaan bumi letak Wilayah Kabupaten Donggala secara
umum terletak di kawasan hutan dan lembah pegunungan. Dan kawasan lainnya terletak
pada pesisir pantai yang sebagian terletak di perairan Teluk Tomini dan Teluk Tolo. Secara
geologis wilayah Kabupaten Donggala terletak pada deretan pegunungan lipatan, yakni
Pegunungan Fennema dan Tineba di bagian barat, Pegunungan Takolekaju di bagian barat
daya, Pegunungan Verbeek di bagian tenggara, Pegunungan Pompangeo dan Pegunungan
Lumut di bagian timur laut.
Sebelah Timur : Berbatasan Dengan Kabupaten Parigi Moutong, Kota Palu dan Kabupaten
Sigi.
Sebelah Selatan: Berbatasan Dengan Provinsi Sulawesi Barat, Kota Palu dan Kabupaten
Sigi.
Kabupaten Donggala memiliki luas wilayah 490034,56 ha yang terdiri dari 16 (enam
belas) kecamatan. Kecamatan terluas di Kabupaten Donggala adalah Kecamatan Rio
Pakava dengan luas wilayah 79339,58 ha atau 16,18 persen dari total luas wilayah
Kabupaten Donggala secara keseluruhan. Kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah
Kecamatan Banawa Tengah yang memiliki luas 7244,86 ha atau 1,48 persen dari total luas
wilayah Kabupaten Donggala. Kecamatan yang memiliki desa terbanyak adalah Kecamatan
Banawa Selatan, yaitu sebanyak 19 desa, sedangkan yang paling sedikit adalah Kecamatan
Curah hujan tertinggi yang tercatat pada Stasiun Mutiara Palu Tahun 2020 terjadi
pada bulan September 304,0 mm2, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan
Januari yaitu 15,0 mm2. Sementara itu kecepatan angin rata- rata berkisar antara 3 - 5
knots. Pada Tahun 2020 arah angin terbanyak setiap bulannya datang dari arah Barat Laut.
Tabel III. 4 Jumlah Curah Hujan, Jumlah Hari Hujan dan Penyinaran Matahari
Bulan Jumlah Curah Hujan (mm) Jumlah Hari Hujan (Hari) Penyinaran Matahari (%)
Januari 15 11 63
Februari 25 15 66
Maret 38 16 61
April 64 16 73
Mei 50 26 128
Juni 89 26 53
Juli 181 25 63
Agustus 59 25 73
September 305 28 54
Oktober 48 25 66
November 42 22 63
Penggunaan lahan pada Tahun 2017 terluas dengan penggunaan lahan Hutan dengan
luas 376.432,87 Ha. penggunaan lahan terendah yaitu pelabuhan dengan luas 0,49 Ha.
Tabel III. 7 Sumber Air Bersih dan Jumlah Produksi Air yang Dipakai Tahun 2016
Tahun
Kecamatan
2013 2014 2015 2016
Sungai 2.941.146 3.070.443 1.155.311 1.956.926
Mata Air 1.464.746 1.258.263 1.084.144 216.981
Jumlah 4.405.892 4.328.706 2.239.455 2.173.907
Sumber : BPS, Kabupaten Donggala dalam Angka Tahun 2018
Suplai air bersih di Kabupaten Donggala pada tahun 2016 dari PDAM meningkat
secara signifikan dari tahun sebelumnya. Pada Tahun 2016 pelanggan PDAM tercatat
sebanyak 61876 pelanggan. Berikut Tabel jumlah pelanggan PDAM di Kabupaten
Donggala tahun 2016.
3.1.6.5 Persampahan
Secara umum penanganan sampah di kawasan permukiman Kabupaten Donggala
dilakukan dengan sistem sebagai berikut :
a. Pembuangan Terbuka (Open Dumping)
Ini merupakan cara yang paling sederhana yaitu dengan hanya membuang begitu saja
sampah yang telah dikumpulkan pada suatu tempat yang telah disediakan.
b. Penimbunan Saniter (Sanitary Landfill)
Penimbunan sampah dengan cara penimbunan saniter (sanitary landfill) setidaknya
dapat meminimumkan dampak terjadinya kerusakan lingkungan dimana teknik yang
digunakan adalah dengan cara memadatkan tumpukan sampah dengan ketebalan 3,5 -
5 meter lalu ditimbun dengan tanah setebal 15-30 cm.
c. Pembakaran (Incineration)
Pembakaran juga merupakan salah satu alternatif cara untuk pemusnahan sampah-
sampah yang ada, dengan cara mengurangi volume maupun berat sampah melalui
proaises pembakaran.
d. Pembuatan Kompos (Composting)
Pembuatan kompos juga merupakan salah satu cara untuk mengatasi persampahan
akan tetapi pada hal ini lebih mengarah kepada pemanfaatan sampah itu sendiri. Yaitu
mengolah sampah-sampah organik agar dapat dimanfaatkan kembali, yakni dengan
mengelola sampah menjadi pupuk.
Jumlah
Rumah Perdagangan
No Kecamatan Penduduk Jalan Lain-lain Jumlah
Tangga dan Jasa
Tahun 2015
Berdasarkan tabel diatas jumlah sampah yang dihasilkan berupa limbah rumah
tangga, perdagangan dan jasa, industri, jalan dan lain-lain sebesar 1.153.863 liter.
3.1.6.6 Jaringan Drainase
Jaringan drainase merupakan sistem saluran pembuangan yang berasal dari hujan,
dari perumahan, perkantoran, perdagangan, dan sebagainya yang mengahsilkan limbah
cair. Fungsi dari drainase ini adalah untuk mengatur aliran air agar tidak terjadi genangan
40.000
35.000
Jumlah (Jiwa)
30.000
25.000
20.000
15.000
10.000
5.000
-
Kecamatan
Tabel III. 11 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamun Tahun 2018 Kabupaten
Donggala
20.000
18.000
16.000
Jumlah (Jiwa)
14.000
12.000
10.000
8.000
6.000
4.000
2.000 Laki-Laki
-
Banawa
Sojol
Banawa Selatan
Sindue
Sirenja
Balaesang
Dampelas
Balaesang Tanjung
Sojol Utara
Rio Pakava
Pinembani
Tanantovea
Sindue Tobata
Banawa Tengah
Labuan
Sindue Tombusabura
Perempuan
Kecamatan
B. Kepadatan Penduduk
Pada tahun 2017 merupakan kepadatan penduduk sebelum bencana tsunami
sedangkan untuk tahun 2018 merupakan kepadatan penduduk pasca tsunami.
Kepadatan penduduk di Kabupaten Donggala relatif rendah. Kepadatan Penduduk
tertinggi yaitu terdapat di Kecamatan Banawa dan kepadatan penduduk sedang terdapat
di Kecamatan Banawa Tengah.
Tabel III. 12 Kepadatan Penduduk Tahun 2017 dan Tahun 2018 Kabupaten Donggala
Grafik III. 3 Jenis Lapangan pekerjaan Utama di Kabupaten Donggala Tahun 2017
(%)
3.1.7.3 Transmigrasi
Indikator capaian kinerja urusan transmigrasi membahas tentang persentase
transmigran swakarsa. Persentase transmigran swakarsa diperoleh dari perbandingan
antara jumlah transmigran swakarsa dengan jumlah transmigrasi. Hasil analisis kinerja
OPD transmigrasi disajikan pada tabel beikut :
3.1.8.2 Kemiskinan
Kondisi sosial kemasyarakatan di Kabupaten Donggala dilihat dari jumlah
penduduk miskin dan jumlah penduduk disabilitas. Jumlah penduduk miskin di
Kabupaten Donggala sampai Tahun 2016 mengalami peningkatan terus menerus maka
hal ini perlu jadi perhatian lebih mengenai kesejahteraan masyarakat.
Penduduk Miskin
Tahun Garis Kemiskinan (Rupiah)
Jumlah (Ribu) Persentase
2013 233.991 49,6 17,8
2014 247.348 47,6 16,0
2015 251.529 54,17 18,11
2016 281.374 55,69 18,59
2017 - - -
Sumber : BPS, Kabupaten Donggala dalam Angka, Tahun 2019
Tabel III. 18 Posisi Relatif Indeks Pembangunan manusia (IPM) kabupaten Donggala
dibidang Provinsi Sulawesi Tengah dan Nasional Tahun 2013-2017
Kecamatan Dampelas dengan wilayah seluas 732,76 km2 terbagi menjadi 13 desa.
Desa Rerang merupakan desa terluas (171,71 km2 ), sedangkan desa dengan luas wilayah
terkecil adalah Desa Kambayang dengan luas sebesar 18,21 km2 Jarak ke ibukota
kecamatan adalah jarak darat dari ibukota kecamatan ke desa. Desa dengan jarak terjauh
dari ibukota kecamatan adalah Desa Lembah Mukti yang memiliki jarak 30 kilometer,
sedangkan desa terdekat adalah Desa Talaga yang berjarak 2 kilometer.
3.2.3.1 Banjir
Banjir merupakan peristiwa terbenamnya daratan karena peningkatan volume air
akibat hujan deras, luapan air sungai atau pecahnya bendungan, selain itu juga disebabkan
karena penyumbatan saluran air akibat sampah yang dibuang oleh manusia disembarang
tempat. Banjir juga dapat terjadi di daerah yang gersang dengan daya serap tanah
terhadap air yang buruk atau jumlah curah hujan melebihi kapasitas serapan air. Bahaya
banjir pada Kecamatan Dampelas terbagi menjadi 3 klasifikasi yaitu rendah, sedang dan
tinggi. Untuk rincian luasan dan peta dapat dilihat pada tabel dan gambar.
3.2.3.3 Tsunami
Pengkajian bahaya tsunami di Kecamatan Dampelas dilakukan berdasarkan
parameter bahaya tsunami yaitu ketinggian maksimum tsunami, kemiringan lereng, dan
kekasaran permukaan. Dari parameter bahaya tsunami tersebut, maka dapat ditentukan
luas terpapar bahaya per kecamatan yang terdampak bencana tsunami di Kecamatan
Dampelas. Bahaya gempa bumi pada Kecamatan Dampelas terbagi menjadi 3 klasifikasi
yaitu rendah, sedang dan tinggi. Untuk rincian luasan dan peta dapat dilihat pada tabel
dan gambar.
Jumlah penduduk Kecamatan Dampelas pada tahun 2020 sebanyak 32.032 jiwa. Pada
tahun 2020, kepadatan penduduk di kecamatan ini mencapai 53 jiwa per km². jika dilihat
menurut desa, kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Desa Karya Mukti (385 jiwa per
km²). Sebaliknya, kepadatan penduduk terendah terdapat di Desa Rerang dan Panii (
masing-masing 28 jiwa per km²). Kecamatan ini memiliki sex ratio sebesar 105. Artinya,
setiap 100 penduduk perempuan terdapat 105 penduduk laki laki.
Berdasarkan hasil dari tabel jumlah, presentase dan kepadatan penduduk kecamatan
dampelas pada tahun 2020 menunjukkan total hasil luas dari 13 desa/kelurahan adalah
16.475 dengan jumlah penduduk sebesar 32.032 jiwa dan kepadatan penduduk/desa
mencapai 100 serta hasil dari kepadatan penduduk/Km² adalah 53.
Tabel III. 31 Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Seks Rasio Per Desa/Kelurahan di
Kecamatan Dampelas, 2020
Desa/Kelurahan Laki-laki Perempuan Seks Rasio
(1) (2) (3) (4)
01 Kambayang 532 503 105
02 Budi Mukti 1.123 1,042 107
03 Talaga 1.369 1,415 96
04 Sabang 773 782 98
05 Sioyong 2.049 1,905 107
06 Karya Mukti 2.018 1,949 103
07 Panii 1.231 1,103 111
08 Ponggereng 1.453 1,377 105
09 Malonas 1.654 1,582 104
10 Rerang 1.676 1,557 107
11 Lembah Mukti 1.244 1,141 109
12 Parisan Agung 854 767 111
13 Long 499 434 115
Jumlah *2020 16.475 15.557 105
2019 15.876 15.186 105
2018 15.784 15.057 105
2017 15.630 14.929 105
2016 15.549 14.848 105
Sumber : BPS (hasil SP2020)
Berdasarkan hasil dari tabel penduduk menurut jenis kelamin dan seks rasio per
desa/kelurahan di Kecamatan Dampelas pada tahun 2016 memiliki jumlah laki-laki
15.549 dan perempuan 14.848 serta memiliki seks rasio 105 dan hal ini mengalami
penigkatan hingga tahun 2020.
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kelompok umur 0-14 laki-laki
berjumlah 4.139 dan perempuan berjumlah 3.935. Kelompok umur 15-64, laki-laki
berjumlah 11.085 dan perempuan berjumlah 10.618, dan kelompok umur 65+, laki-
laki berjumlah 1.251 dan perempuan berjumlah 1.004.
Teknik
Indikator Variabel Data Jenis Data Sumber Metode Periode Guna Data
Analisis
Mitigasi Bencana:
Mengadakan
pembangunan Sebagai acuan
- Kantor dalam
infrastruktur melalui - Tata ruang BAPPEDA melakukan
penerapan penyadaran - Mitigasi - Data RTRW dan - Analisis
- Kantor Dinas Pengumpulan proses
dan peningkatan bencana RDTR Kab. Dokumen Terbaru dan 5 deskriptif
Tata Ruang data sekunder perencanaan
kemampuan dalam - Kawasan zona Donggala dan Peta tahun terakhir - Analisis
Kabupaten dan primer dan
menghadapi ancaman rawan bencana stakeholder
Donggala perancangan
bencana. Serta,
mengsosialisasikan kawasan
prosedur dan hal – hal wilayah studi
terkait bencana.
Aksesbilitas: - Jalan - Data jaringan Sebagai acuan
- Kantor BPS
Mengadakan - KDB jalan dalam
Kabupaten
pembangunan - KLB - Data KDB dan - Analisis melakukan
Donggala
aksesbilitas - Garis Sempadan KLB Pengumpulan deskriptif proses
Dokumen - Kantor Terbaru dan 5
sertainfrastruktur yang bangunan - Data garis data sekunder - Analisis perencanaan
dan Peta BAPPEDA tahun terakhir
melalui pembangunan - Jaringan sempadan dan primer pusat dan
- Kantor Dinas
fisik maupun telekomunikasi bangunan pelayanan perancangan
Tata Ruang
penyadaran dan - Sarana - Data jaringan kawasan
Kabupaten
peningkatan - Prasarana telekomunikasi wilayah studi
MANAJEMEN KERJA
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
Survei Awal
Bnpb. (2015). Kajian Risiko Bencana Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah 2016-2020.
Kabupaten Donggala: Deputi Bidang Pencegahan Dan Kesiapsiagaan Badan Nasional
Penanggulangan Bencana.
Erien Sri Wahyuni, R. E. (2020). Strategi Pemerintah Kota Padang Dalam Pengembangan
Pariwisata Berbasis Mitigasi Bencana. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol 30 No. 1.
Tentang Kuesioner
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data yang akurat sehingga dapat
memberikan informasi dan strategi dari Pantai Bambahano sehingga dapat menjadi salah
satu kawasan pariwisata yang maju di Sulawesi Tengah. Maka melalui kuesioner ini kami
harap kepada bapak ibu dapat Melakukan penilaian tentang bagaimana berjalannya Pantai
Bambahano di Desa Sabang Kecamatan Dampelas. Dalam upaya menjadikan Pantai
Bambahano sebagai kawasan Pariwisata Berkelanjutan, dan menjadi salah satu rekomendasi
pemerintah atau solusi bagi pemerintah.
Kesedian Bapak/Ibu dalam pengisian kuesioner ini sangat diharapkan sebagai bentuk
partisipasi dalam mewujudkan upaya Pantai Bambahano sebagai kawasan Parwisata
berkelanjutan dengan memperhatikan Mitigasi Bencana. DATA-DATA YANG
DIDAPATKAN DARI KUESIONER INI AKAN DIGUNAKAN DENGAN BIJAK
HANYA UNTUK PENELITIAN DAN DIPERTANGGUNG JAWABKAN SECARA
AKADEMIS.
Atas Waktu yang diberikan peneliti ataupun penulis mengucapkan terima kasih
Hormat Saya
Penulis
1.Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang saudara anggap paling sesuai.
3.Setelah diisi mohon saudara berikan kepada yang menyerahkan kuesioner ini pertama kali.
YA
TIDAK
Biodata diri
Nama
Usia □ 15-20 tahun □ 46-50 tahun
□ 21-25 tahun □ 51-55 tahun
□ 26-30 tahun □ 56-60 tahun
□ 31-35 tahun □ 61-65 tahun
□ 36-40 tahun □ diatas 65 tahun
□ 41-45 tahun
Jenis kelamin □ laki-laki □ perempuan
Alamat
Status pernikahan □ menikah
□ belum menikah
□ duda/janda
Posisi dalam keluarga □ kepala keluarga
□ istri
Pendidikan / sekolah □ tidak sekolah
□ SMP
□ D3/D4/S1 □ SMA
□ SD □ S2 ke atas
Pekerjaan / profesi □ nelayan □ PNS
□ petani □ tenaga pengajar ( guru/dosen )
□ peternak □ tenaga kesehatan (
□ buruh kasardokter/perawat/bidan )
□ supir □ professional (
□ pedagang / wiraswasta
konsultan/kontraktor )
□ pegawai swasta
□ pelajar/mahasiswa
□ ibu rumah tangga
□ lainnya, sebutkan :
…………………………………….
TERIMAKASIH TELAH BERPARTISIPASI
No Pernyataan YA TIDAK
1 Menurut anda apakah kebutuhan sarana dan prasarana di Pantai
Bambahano Desa Sabang Kecamatan Dampelas sudah
terpenuhi?
2 Apakah pengembangan Pantai Bambahano mengakibatkan
permasalahan dilingkungan masyarakat?
3 Menurut anda apakah Kawasan Pantai Bambahano membantu
usaha lokal setempat?
4 Menurut anda aksesibilitas menuju Kawasan Pantai Bambahano
mudah di akses?
5 Apakah kawasan Pantai Bambahano Desa Sabang termasuk
daerah rawan bencana dan evakuasi ?
6 Menurut anda apakah air bersih di Kawasan Pantai Bambahano
Desa Sabang sudah memadai ?
7 Menurut anda apakah Kawasan Pantai Bambahano Desa
Sabang ramah lingkungan ?
8 Menurut anda apakah pantai Bambahano memberikan dampak
yang besar bagi lingkungan sekitarnya ?
9 Menurut anda apakah pantai Bambahano cocok di kembangkan
dan dilakukan pembangunan yang lebih baik ?
10 Apakah aktivitas yang terdapat di Pantai Bambahano
mengganggu masyarakat?
11 Apakah anda merasakan kepuasan dalam berwisata di Pantai
Bambahano ?
1. Tempat pengamatan
:………………………………………………………………………
2. Waktu pengamatan
:………………………………………………………………………
3. Objek yang di amati
:………………………………………………………………………
4. Orang yang mengamati
:………………………………………………………………………
5. Hasil pengamatan
:………………………………………………………………………
6. Kesimpulan
:……………………………………………………………………..
Daftar pertanyaan berikut di tunjukan dalam rangka untuk melaksanakan tugas “Studio
Perancangan Kota” mengenai kondisi maupun potensi dan permasalahan serta infrastruktur
pada Desa Sabang, Kecamatan Dampelas, Kabupaten Donggala. Jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan tersebut nantinya akan dijadikan sebagai data untuk melakukan analisis terhadap
topik tugas. Adapun pertanyaan- pertanyaan yang akan disampaikan sebagai berikut:
A. Identitas informan
1) Nama :
2) Jenis kelamin :
3) Umur :
4) Pekerjaan :
B. Daftar pertanyaan
1. Apa saja potensi dan permasalahan dalam aspek ekonomi, sosial dan lingkungan
yang dimiliki oleh Pantai Bambahano Desa Sabang ?
2. Bagaimana peran pemerintah dalam pengembangan sektor wisata di Kecamatan
Dampelas?
3. Bagaimana upaya Pemerintah dalam menyediakan kondisi dan situasi yang aman
untuk para wisatawan?
4. Apakah pernah terjadi lonjakan pengujung secara drastis? Dan bagaimana solusi
yang dilakukan pemerintah Kabupaten Donggala khususnya Pemerintah
Kecamatan Dampelas dalam mengatasi masalah tersebut?
5. Apakah objek wisata yang ada di Kecamatan Dampelas dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat setempat?
6. Bagaimana usaha publikasi yang dilakukan oleh pemerintah dalam mendukung
kepariwisataan di Kecamatan Dampelas?
7. Bagaimana peran Pemerintah dalam mengatasi resiko bencana pada objek wisata di
Kecamatan Dampelas?
8. Apakah pihak Pemerintah sudah mengadakan sosialisasi mengenai resiko bencana
pada objek-objek wisata?
9. Apakah prasarana, sarana dan ultilitas sudah merata disetiap titik Desa sabang ?