Anda di halaman 1dari 53

TAR 391 STUDI MANDIRI

IDENTIFIKASI ELEMEN PEMBENTUK CITRA KOTA


DAN ELEMEN ARSITEKTURAL PADA TERAS
CIHAMPELAS BANDUNG

DISUSUN OLEH:
STEPHEN / 2015420178

DOSEN KELAS :
Ir. Mira Dewi Pangestu, MT.

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN


FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
Akreditasi Berdasarkan Keputusan Mendikbud No.78/D/O/1997
dan BAN Perguruan Tinggi No : 429/SK/BAN-PT/Akred/S/XI/2014

BANDUNG
Januari-Mei 2017
ABSTRAK
Identifikasi Elemen Pembentuk Citra Kota Dan Elemen
Arsitektural Pada Teras Cihampelas Bandung

Oleh
Stephen / 2015420178

Kota Bandung sebagai Kota Kreatif UNESCO dengan predikat kota desain di Indonesia. Kota Bandung
berkembang secara cukup pesat saat ini ditandai dengan sarana fisik dari kota. Salah satu bentuk
perkembangannya adalah dibangunnya Teras Cihampelas yang memiliki konsep yang sangat menarik yaitu
mengembangkan sarana pedestrian bagi masyarakat kota Bandung. Dimana objek ini dibentuk untuk dapat
menciptakan suatu citra kota.
Dari beberapa bulan Teras Cihampelas beroperasi terdapat penerimaan yang sangat baik dari masyarakat
sebagai salah satu bangunan monumental di kota Bandung dan sebagai tempat wisata. Baik itu sebagai
pengunjung dan juga sebagai pedagang yang menjual dagangannya di atas Teras Cihampelas. Selain itu seringkali
Teras Cihampelas dianggap sebagai tempat wisata yang menarik bagi turis-turis yang hadir di kota Bandung.
Dengan sosok yang baru di kota Bandung yang menarik dan dapat diterima ini, terdapat elemen-elemen yang
menunjang segala kebutuhan pengunjung. Kebutuhan-kebutuhan pengunjung meliputi keperluan kesan visual
yang menarik dan kenyamanan yang memadai agar area public ini dapat tetap diterima dan dapat terus
menciptakan citra yang baik bagi kota Bandung.
Dan dengan diidentifikasi elemen arsitektural dari Teras Cihampelas ini, dapat ditentukan adanya pembentuk
ruang luar yang meliputi unsur bangunan, unsur tanaman, dan pengolahan permukaan tanah untuk membentuk
suatu citra kota Bandung yang baik.

Kata-kata kunci: citra kota, penerimaan, elemen penunjang, visual, kenyamanan, pembentuk ruang luar

i
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena penelitian ini dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Penelitian ini dibuat untuk memenuhi tugas dari mata
kuliah Studi Mandiri di Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur, Universitas Katolik
Parahyangan. Selama proses penelitian berlangsung, tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak.
Untuk itu rasa terima kasih sedalam-dalamnya disampaikan kepada:
- Dosen kelas, Ir. Mira Dewi Pangestu, MT. atas semangatnya dan ketabahannya dalam
membimbing dan memberi motivasi, dan memberi masukan.
- Pak Hendri, sebagai pengelola yang ada di Teras Cihampelas yang sudah memberikan
masukkan dan pengalaman tentang pengelolaan di Teras Cihampelas dari sejak awal
pembangunan.
- Teman-teman sekelas studi mandiri, dibawah bimbingan Ibu Mira, Joddy Jeremy,
Nathan Dwi, dan Sebastianus Virell, atas hiburan, semangat, masukan, dan kritik.

Bandung, Juni 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ....................................................................................................... i
UCAPAN TERIMA KASIH............................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Permasalahan .......................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 3

1.5 Metode Penelitian .................................................................... 3

1.6 Kerangka Penelitian ................................................................. 3

1.7 Kerangka Teori .................................................................... 5

BAB II LANDASAN TEORI. ..................................................................... 6


2.1 Pengertian Citra Kota ............................................................... 6
2.2 Elemen – Elemen Pembentuk Citra Kota ................................ 6
2.2.1 Path (Jalan) .................................................................. 6
2.2.2 Edge (Tepian)............................................................... 7
2.2.3 District (Wilayah / Kawasan) ...................................... 8
2.2.4 Landmark (Penanda) .................................................... 9
2.3 Struktur Monumental ............................................................... 11
2.4 Tata Ruang Luar .................................................................... 11
2.4.1 Pengertian Ruang Luar ................................................ 11
2.4.2 Macam - Macam Ruang Luar ...................................... 12
2.5.3 Unsur – Unsur Pembentuk Ruang Luar ....................... 14
2.5 Detail Tapak .................................................................... 17
2.5.1 Jalanan .................................................................... 17
2.6 Hard Material .................................................................... 19
2.6.1 Enclosure Ruang .......................................................... 19

iii
2.6.2 Rambu .................................................................... 20

BAB III IDENTIFIKASI ELEMEN PEMBENTUK CITRA KOTA DAN ELEMEN


ARSITEKTURAL PADA TERAS CIHAMPELAS BANDUNG .............. 21
3.1 Teras Cihampelas .................................................................... 21
3.1.1 Tepian .................................................................... 22
3.1.2 Distrik .................................................................... 25
3.1.3 Landmark .................................................................... 26
3.2 Teras Cihampelas Sebagai Ruang Luar ................................... 27
3.2.1 Proses Perancanganya .................................................. 29
3.2.2 Skala Ruang ................................................................. 29
3.2.3 Intensitas Penggunanya ................................................ 30
3.2.4 Hard & Soft Scape ....................................................... 31
3.3 Elemen Pembentuk Teras Cihampelas..................................... 31
3.3.1 Unsur Bangunan........................................................... 31
3.3.2 Unsur Tanaman ............................................................ 31
3.4 Pengolahan Permukaan Tanah ................................................. 33
3.4.1 Jalanan .................................................................... 33
3.4.2 Perbedaan Elevasi ........................................................ 37
3.4.3 Elemen Alam ............................................................... 37
3.4.4 Perabot Ruang Luar ..................................................... 37
3.4.5 Lampu Taman .............................................................. 38
3.4.6 Tempat Sampah ........................................................... 39
3.4.7 Papan Nama ................................................................. 39
BAB IV KESIMPULAN... ................................................................... 41
4.1 Teras Cihampelas Sebagai Citra Kota ..................................... 41
4.2 Teras Cihampelas Sebagai Ruang Luar dan Pembentuknya.... 42
BAB V DAFTAR PUSTAKA... .......................................................... 45

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Area Teras Cihampelas……………………………………………………………1


Gambar 1.2 Denah Teras Cihampelas………………………………………………………….1
Gambar 2.1 Ruang Mikro dan Makro………………………………………………………....13
Gambar 2.2 Area Ruang Luar Plaza dan Taman……………………………………………...14
Gambar 2.3 Area Ruang Luar Pedestrian……………………………………………………..14
Gambar 2.4 Pengolahan Ruang Secara Alamiah……………………………………………...16
Gambar 2.5 Ramp Beton……………………………………………………………………...18
Gambar 2.6 Dimensi Manusia untuk Manusia di Ruang Luar………………………………..19
Gambar 3.1 Tampak Depan Teras Cihampelas……………………………………………….21
Gambar 3.2 Bangunan Eksisting Pada Sisi Teras Cihampelas………………………………..21
Gambar 3.3 Denah Kunci Teras Cihampelas………………………………………………….22
Gambar 3.4 Denah Teras Cihampelas………………………………………………………...22
Gambar 3.5 Tampak Samping dari Cihampelas Walk
Gambar 3.6 Denah Kunci Teras Cihampelas
Gambar 3.7 Sisi Kiri dan Kanan Teras Cihampelas yang dipenuhi bangunan eksisting.
Gambar 3.8 Denah Teras Cihampelas dengan Bangunan Eksistingnya
Gambar 3.9 Railing Pembatas Teras Cihampelas
Gambar 3.10 Denah Teras Cihampelas dengan Bangunan Eksistingnya
Gambar 3.11 Penjual pakaian dan kebutuhan sandang lainnya.
Gambar 3.12 Penjual Cinderamata
Gambar 3.13 Penjual Makanan dan Minuman
Gambar 3.14 Penanda Titik awal Teras Cihampelas
Gambar 3.15 Denah Teras Cihampelas dengan Penanda Awal
Gambar 3.16 Kolom dan Balok Teras Cihampelas
Gambar 3.17 Railing sebagai elemen vertikal pembentuk
Gambar 3.18 Bidang Bawah dengan Penutup Dek Kayu
Gambar 3.19 Denah Teras Cihampelas dengan Ruang Makro dan Mikro

v
Gambar 3.20 Contoh Ruang Mikro (Tempat Duduk)
Gambar 3.21 Contoh Ruang Mikro Area Makan
Gambar 3.22 Masyarakat Makan dan Berbicang di Teras Cihampelas
Gambar 3.23 Pengguna Duduk, Bermain Telepon Selular, dan Berdagang
Gambar 3.24 Elemen Bidang Bawah Ruang Luar Keramik
Gambar 3.25 Elemen Railing setinggi 150 cm
Gambar 3.26 Denah Teras Cihampelas dengan Letak Tanaman
Gambar 3.27 Tanaman Paku dan Pepohonan
Gambar 3.28 Tanaman Rambat
Gambar 3.29 Permukaan Batu Alam
Gambar 3.30 Permukaan Dek Kayu
Gambar 3.31 Permukaan Keramik
Gambar 3.32 Denah Teras Cihampelas Dengan Penutup Permukaan
Gambar 3.33 Area Istirahat di coakan Teras Cihampelas
Gambar 3.34 Area Istirahat di sisi Teras Cihampelas
Gambar 3.35 Denah Teras Cihampelas Dengan Letak Area Istirahat
Gambar 3.36 Ramp Beton
Gambar 3.37 Dimensi Jarak Pejalan Kaki
Gambar 3.38 Tumbuhan pada Pot
Gambar 3.39 Tempat duduk Beton
Gambar 3.40 Tempat duduk Beton
Gambar 3.41 Tempat duduk Kayu dan Baja
Gambar 3.42 Lampu Taman
Gambar 3.43 Denah Teras Cihampelas Dengan Letak Lampu Taman
Gambar 3.44 Denah Teras Cihampelas Dengan Letak Lampu Taman
Gambar 3.45 Teras Cihampelas dengan Letak Tempat Sampah
Gambar 3.46 Rambu

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kota Bandung sebagai Kota Kreatif UNESCO dengan predikat kota desain di Indonesia.
Kota Bandung berkembang secara cukup pesat saat ini ditandai dengan sarana fisik dari kota.
Salah satu bentuk upaya mempercantik kota Bandung adalah menciptakan objek-objek wisata
yang menarik di tengah kota. Salah satunya adalah dengan dibangunnya Teras Cihampelas
pada awal tahun 2017 ini sebagai satu-satunya pedestrian dalam bentukkan jembatan yang
merupakan salah satu konsep yang baru bagi kota Bandung. Sebagai salah satu bangunan yang
dirancang agar dapat menjadi elemen monumental dengan fungsi pejalan kaki.
Dari beberapa bulan Teras Cihampelas
beroperasi terdapat penerimaan yang sangat
baik dari masyarakat. Baik itu sebagai
pengunjung dan juga sebagai pedagang
yang menjual dagangannya di atas Teras
Cihampelas. Selain itu seringkali Teras
Cihampelas dianggap sebagai tempat wisata
yang menarik bagi turis-turis yang hadir di
kota Bandung. Hal-hal tersebut dapat terjadi
Gambar 1.1 Area Teras Cihampelas
(sumber: http://maps.google.com, akses tanggal 12 Februari 2017) karena kelebihan dan keunikkan Teras
Cihampelas dalam kota Bandung. Selain
menjadi tempat berkumpul, berkomunikasi, dan bertransaksi yang baik, nyaman, dan dengan
nuansa alam yang cukup dekat dengan pengunjung, Teras Cihampelas juga menjadi suatu ikon
dengan bentuk dengan bidang yang diangkat.
Dengan sosok yang baru di kota Bandung yang menarik dan dapat diterima ini, terdapat
elemen-elemen yang menunjang segala kebutuhan pengunjung. Kebutuhan-kebutuhan
pengunjung meliputi keperluan kesan visual yang menarik dan kenyamanan yang memadai
agar area public ini dapat tetap diterima dan dapat terus menciptakan citra yang baik bagi kota
Bandung.

1
Oleh karena itu, perlu dilakukan studi tentang penataan elemen pembentuk pada Teras
Cihampelas. Penelitian ini ditujukan agar dapat menjadi masukkan bagi perencana area publik
berikutnya khususnya di kota Bandung. Selain itu agar pembelajaran mengenai area publik
sudah dapat lebih dibantu tentang informasi akan salah satu preseden area ruang luar Teras
Cihampelas ini.

Gambar 1.2 Denah Teras Cihampelas


(sumber: dokumen pribadi.)

1.2 Perumusan Masalah


Sebagai suatu fasilitas baru yang dibangun di kota Bandung, salah satu kota terbesar di
Jawa Barat, Teras Cihampelas dapat dikatakan sebagai salah satu bangunan yang dapat menjadi
citra kota Bandung. Oleh karena itu kualitas dari ruang yang dibentuk bagi pengunjung harus dapat
mencapai suatu kebutuhan dan keinginan masyarakat Jawa Barat khususnya kota Bandung. Jadi
muncul pertanyaan-pertanyaan penelitian seperti:
 Apakah Teras Cihampelas dapat dikatakan sebagai bagian citra kota bagi kota Bandung?
 Elemen arsitektural apa saja yang mendefinisikan Teras Cihampelas sebagai citra kota
Bandung?

1.3 Tujuan Penelitian


 Untuk menilai Teras Cihampelas sebagai bangunan monumental dari kota Bandung.
 Untuk mempelajari elemen arsitektural pada Teras Cihampelas yang menjadi citra kota
Bandung.
 Untuk mengetahui detail tapak yang terdapat pada Teras Cihampelas.

2
1.4 Manfaat Penelitian
 Untuk dapat menyempurnakan gagasan Teras Cihampelas sebagai salah satu objek wisata
yang monumental bagi kota Bandung
 Untuk dapat mendapatkan data identifikasi elemen arsitektural Teras Cihampelas untuk
kajian dalam penelitian selanjutnya.

1.5 Metode Penelitian


Untuk dapat memenuhi kebutuhan penelitian, maka metode penelitian yang dipakai antara lain
adalah sebagai berikut:
 Studi Literatur
Mencari data tertulis dan visual untuk mendapatkan teori-teori yang akan melandasi
penelitian ruang eksterior dan arsitektural dan mencatat berbagai standar yang akan
membantu proses analisis yang dapat dijadikan acuan untuk elemen arsitektural ruang
eksterior.
Studi literatur merupakan dasar dari penulisan landasan teori yang mengacu kepada
standar ruang eksterior beserta elemen arsitekturalnya.
 Survei Lapangan
Melakukan tinjauan langsung ke Teras Cihampelas, Bandung untuk mendapatkan
data-data fisik, terutama yang berkaitan dengan kualitas ruang eksterior, beserta elemen
arsitekturalnya dan mendokumentasikannya dengan foto, sketsa, dan berbagai pengukuran
untuk mengetahui dan merasakan kuantitas dan kualitas ruangnya.
Pada tahap ini juga dilakukan wawancara dengan pihak pengelola untuk
memperoleh keterangan lebih lengkap guna mempermudah penelitian.
 Analisis
 Metode Kuantitatif
Berupa pengukuran langsung yang mencakup pengukuran dimensi, detail arsitektural,
pembentuk ruang, dan elemen arsitektur.
 Metode Kualitatif
Berupa pengamatan langsung terhadap kualitas ruang eksterior Teras Cihampelas.
1.6 Kerangka Penelitian

3
Fenomena Teras Cihampelas sebagai ruang
luar publik sebagai citra kota dengan
konsep baru di kota Bandung

Dari hasil observasi,

Teras Cihampelas dapat diterima sebagai


sebuah bangunan unik dan khas
(monumental) oleh masyarakat kota
Bandung.

Mengapa?

Ada elemen pendukung keindahan dan


kenyamanan Teras Cihampelas

Terdapat tiga elemen pembentuk:

1. Unsur Bangunan
2. Unsur Tanaman
3. Pengolahan Permukaan Tanah

Kesimpulan

4
1.7 Kerangka Teori

Pengertian Citra Kota Tata Ruang Luard an Elemen Pembentuknya

Elemen Pembentuk Citra 1. Pengertian Ruang Luar – (Ashihara,


Kota – (Lynch, Kevin. Image of The Yoshinabu. Exterior Design In Architecture. 1974.
Terjamahan. Gunadi, Ir. Surabaya : ITS)
City. 1979. Amerika Serikat: The M.I.T.
Press) 2. Macam-Macam Ruang Luar
3. Unsur-Unsur Pembentuk Ruang Luar –
(Norman K. Booth (1975)
4. Detail Tapak – (De Chair dan Koppelman. Standar
a. Jalan
Perencanaan Tapak. 1997. Jakarta :Erlangga)
b. Tepian
5. Hard Material – (Werdiningsih, Hermin. Kajian
c. Kawasan
d. Penanda Pentaan Elemen Street Furniture Penggal Jalan Puad)

1. Elemen Monumental -
Ashihara

5
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1.Pengertian Citra Kota

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, citra berarti 1) rupa, gambar, gambaran;
2) gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi atau
produk; 3) kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan. Secara umum kota adalah
tempat bermukimnya warga kota, tempat bekerja, tempat kegiatan dalam bidang ekonomi,
pemerintah dan lain-lain. Dengan demikian citra kota dapat diartikan sebagai kesan mental
atau bayangan visual atau gambaran yang ditimbulkan oleh sebuah kota.

Dalam buku ‘The Image of The City’, Kevin Lynch telah melakukan beberapa
pengamatan tentang citra kota di tiga kota yaitu Boston, New Jersey dan Los Angeles.
Sehingga kemudian didapatkan pemahaman tentang bagaimana suatu kota yang telah
dirancang dapat dipahami secara mudah oleh masyarakat pada umumnya. Terdapat lima
elemen yang dapat dipakai untuk mengungkapkan citra kota yaitu path, edge, district, node
dan landmark.

2.2. Elemen-Elemen Pembentuk Citra Kota

Citra kota pada umumnya dipengaruhi oleh aspek fisik kota tersebut. Dalam
bukunya “Image of The City”, (Lynch, 1979:47) mengungkapkan ada 5 elemen pembentuk
citra kota secara fisik, yaitu : path (jalur), edge (tepian), distric (kawasan), nodes (simpul),
dan landmark (penanda).

2.2.1 Path (Jalan)

Path adalah jalur-jalur dimana pengamat biasanya bergerak dan melaluinya. Path
dapat berupa jalan raya, trotoar, jalur transit, canal, jalur kereta api. Bagi banyak orang, ini
adalah elemen dominan dalam gambaran mereka. Orang mengamati kota sambil bergerak
melaluinya, dan sepanjang path elemen-elemen lingkungan lain diatur dan berhubungan.

6
Path (jalan) secara mudah dapat dikenali karena merupakan koridor linier yang
dapat dirasakan oleh manusia pada saat berjalan mengamati kota. Struktur ini bisa berupa
gang-gang utama, jalan transit, jalan mobil/ kendaraan, pedestrian, sungai, atau rel kereta
api. Untuk kebanyakan orang, jalan adalah elemen kota yang paling mudah dikenali, karena
semua manusia menikmati kota pada saat dia berjalan. Jadi didalam elemen ini
mengandung pengertian jalur transportasi linier yang dapat dirasakan manusia.

Path adalah elemen yang paling penting dalam citra kota. Kevin Lynch menemukan
dalam risetnya bahwa jika identitas elemen ini tidak jelas, maka kebanyakan orang
meragukan citra kota secara keseluruhan. Path merupakan rute-rute sirkulasi yang biasanya
digunakan orang untuk melakukan pergerakan secara umum. Path mempunyai identitas
yang lebih baik kalau memiliki tujuan besar (misalnya ke stasiun, tugu, alun-alun, dan lain-
lain), serta ada penampakan yang kuat (misalnya fasad, pohon, dan lain-lain), atau ada
belokan yang jelas. Orang yang mengetahui kota dengan lebih baik, biasanya telah
menguasai bagian dari struktur jalan; orang-orang ini berpikir jauh dalam kaitannya dengan
jalan-jalan tertentu dan saling berhubungan. Mereka mengetahui kota dengan paling baik
dengan mengandalkan pada landmark kecil dan kurang tergantung pada wilayah atau pith
(pusat).

Kualitas ruang mampu menguatkan citra jalan-jalan khusus, dengan cara yang
sangat sederhana yang dapat menarik perhatian, dengan pengaturan kelebaran atau
kesempitan jalan-jalan. Kualitas ruang kelebaran dan kesempitan mengambil bagian
kepentingan mereka dari kaitan umum jalan-jalan utama dengan kelebaran dan jalan-jalan
pinggir dengan kesempitan. Selain itu karakteristik fasad khusus juga penting untuk
identitas path, dengan menonjolkan sebagian karena fasad- fasad bangunan yang
membatasinya. Juga dengan pengaturan tekstur trotoar dan pengaturan tanaman dapat
menguatkan gambaran path dengan sangat efektif.

2.2.2 Edges (Tepian)

(Lynch, 1979:47) Edges adalah elemen linear yang tidak digunakan atau
dipertimbangkan sebagai path oleh pengamat. Edges adalah batas-batas antara dua

7
wilayah, selasela linier dalam kontinuitas: pantai, potongan jalur kereta api, tepian
bangunan, dinding.

Edges juga merupakan elemen linier yang dikenali manusia pada saat dia berjalan,
tapi bukan merupakan jalur/ paths. Batas bisa berupa pantai, dinding, deretan bangunan,
atau jajaran pohon/ lansekap. Batas juga bisa berupa barrier antara dua kawasan yang
berbeda, seperti pagar, tembok, atau sungai. Fungsi dari elemen ini adalah untuk
memberikan batasan terhadap suatu area kota dalam menjaga privasi dan identitas
kawasan, meskipun pemahaman elemen ini tidak semudah memahami paths. Contoh edge
yang dapat dilihat pada skala besar yang mengeskpose Metropolis untuk dilihat. Bangunan-
bangunan besar, taman, dan pantai-pantai privat kecil semua mengarah pada edge air, yang
dapat diakses dan dilihat bagi semua. Edges berada pada batas antara dua kawasan tertentu
dan berfungsi sebagai pemutus linear. Edges merupakan penghalang walaupun kadang-
kadang ada tempat untuk masuk. Juga merupakan pengakhiran dari sebuah district yang
lebih baik jika kontinuitas tampak jelas batasnya. Demikian pula fungsi batasnya harus
jelas; membagi atau menyatukan. Edges sering merupakan path juga. Jika pengamat tidak
berhenti bergerak pada path, maka image sirkulasi nampak merupakan gambaran yang
dominan. Unsur ini biasanya digambarkan sebagai path, yang dikuatkan oleh
karakteristikkarakteristik perbatasan

2.2.3 District ( Wilayah/ Kawasan )

Distrik (district) adalah kawasan kota yang bersifat dua dimensi dengan skala kota
menengah sampai luas, dimana manusia merasakan ’masuk’ dan ’keluar’ dari kawasan
yang berkarakter beda secara umum. Karakter ini dapat dirasakan dari dalam kawasan
tersebut dan dapat dirasakan juga dari luar kawasan jika dibandingkan dengan kawasan
dimana si pengamat berada.

Elemen ini adalah elemen kota yang paling mudah dikenali setelah jalur/ paths,
meskipun dalam pemahaman tiap individu bisa berbeda. Districts merupakan wilayah yang
memiliki kesamaan (homogen). Kesamaan tadi bisa berupa kesamaan karakter/ ciri
bangunan secara fisik, fungsi wilayah, latar belakang sejarah dan sebagainya.

8
Sebuah kawasan district memiliki ciri khas yang mirip (bentuk, pola, wujudnya)
dan khas pula dalam batasnya. District dalam kota dapat dilihat sebagai referensi interior
maupun eksterior. (Lynch, 1979:47) Distrik mempunyai identitas yang lebih baik jika
batasnya dibentuk dengan jelas tampilannya dan dapat dilihat homogen, serta fungsi dan
posisinya jelas (introver/ ekstrover atau berdiri sendiri atau dikaitkan dengan yang lain).

Karakteristik-karakteristik fisik yang menentukan district adalah kontinuitas


tematik yang terdiri dari berbagai komponen yang tidak ada ujungnya: yaitu tekstur, ruang,
bentuk, detail, simbol, jenis bangunan, penggunaan, aktivitas, penghuni, tingkat
pemeliharaan, topografi. Di sebuah kota yang dibangun dengan padat, homogenitas fasad
merupakan petunjuk dasar dalam mengidentifikasi district besar. Petunjuk tersebut tidak
hanya petunjuk visual: kebisingan dan ketidakteraturan bisa dijadikan sebagai petunjuk.
Nama-nama district juga membantu memberikan identitas, juga distrik-distrik etnik dari
kota tersebut.

2.2.4 Landmark (Penanda)

Landmark adalah titik-acuan dimana si pengamat tidak memasukinya, mereka


adalah di luar. Landmark biasanya merupakan benda fisik yang didefinisikan dengan
sederhana seperti: bangunan, tanda, toko, atau pegunungan. (Lynch, 1979:47) Beberapa
landmark adalah landmark-landmark jauh, dapat terlihat dari banyak sudut dan jarak, atas
puncak-puncak dari elemen yang lebih kecil, dan digunakan sebagai acuan orientasi.

Landmark-landmark lain adalah yang bersifat lokal, hanya bisa dilihat di tempat-
tempat yang terbatas dan dari jarak tertentu. ini adalah tanda-tanda yang tak terhitung,
depan-depan toko, pohon-pohon, gagang pintu, dan detail perkotaan lain, yang mengisi
citra dari sebagian besar pengamat. Mereka sering digunakan sebagai petunjuk identitas
dan bahkan struktur, dan diandalkan karena perjalanan menjadi semakin familier.

Landmark adalah elemen fisik suatu kota sebagai referensi kota dimana pengamat
tidak dapat masuk kedalamnya, tetapi penanda bersifat eksternal terhadap pengamat.
Biasanya dikenali melalui bentuk fisik dominan dalam suatu kawasan kota seperti
bangunan, monumen, toko, atau gunung. Landmark sudah dikenali dalam jarak tertentu

9
secara radial dalam kawasan kota dan dapat dilihat dari berbagai sudut kota; tetapi ada
beberapa landmark yang hanya dikenali oleh kawasan tertentu pada jarak yang relatif
dekat. Landmark bisa terletak di dalam kota atau diluar kawasan kota (bedakan antara
gunung dan monumen). Elemen fisik yang bersifat bergerak/ mobile juga dapat dijadikan
penanda, seperti .matahari dan bulan. Pada skala yang lebih kecil, penanda yang lebih
detail, seperti fasad sebuah toko, lampu jalanan, reklame juga bisa dijadikan penanda.
Secara umum, landmark merupakan suatu tanda dalam mengenali suatu kawasan.

Landmark merupakan titik referensi seperti elemen node, tetapi orang tidak masuk
didalamnya karena bisa dilihat dari luar letaknya. Landmark adalah elemen eksternal dan
merupakan bentuk visual yang menonjol dari kota. Beberapa landmark letaknya dekat,
sedangkan yang lainnya jauh sampai di luar kota. Beberapa landmark hanya mempunyai
arti di daerah kecil dan dapat dilihat hanya di daerah itu, sedangkan landmark lain
mempunyai arti untuk keseluruhan kota dan bisa dilihat dari mana-mana. Landmark adalah
elemen penting dari bentuk kota karena membantu orang untuk mengorientasikan diri di
dalam kota dan membantu orang mengenali suatu daerah. Landmark mempunyai identitas
yang lebih baik jika bentuknya jelas dan unik dalam lingkungannya, dan ada sekuens dari
beberapa landmark (merasa nyaman dalam orientasi), serta ada perbedaan skala masing-
masing. Gambar 2.7 The Piazza San Marco. Venice. Piazza San Marco di Venesia. berdiri
kontras dengan karakter umum kota yang sempit, mengelilingi ruang yang berdekatan.
Namun memiliki ikatan kuat dengan fitur utama kota, dan memiliki bentuk untuk
berorientasi yang menjelaskan arah dan dari mana seseorang memasukinya. Hal ini sangat
terstruktur dan berbeda. Ruang ini begitu khas, sehingga orang yang belum pernah ke
Venesia pun akan segera mengenalinya dari foto.

(Spreiregen, 1965:38) Landmark adalah bantuan utama untuk mengorientasikan.


Padas kala keseluruhan kota, landmark yang menonjol adalah vertical yang menjulang
seperti kelompok-kelompok pencakar langit di pusat kota, rupa alamiah seperti sungai atau
pantai, edge district, vista yang unik, route yang jelas mengarah ke dan dari sebuah tempat
yang dikenal, dan district dengan karakter visual yang kuat.

10
2.3. Struktur Monumental

(Ashihara, 1983:32) Dalam suatu komposisi eksterior, terdapat suatu struktur yang
berdiri sendiri dimana cenderung membentuk skulptur atau monumen. Bila ada dua
struktur maka diantara kedua struktur tersebut terdapat daya pengaruh yang saling timbal
balik. Apabila terdapat banyak struktur dalam satu kelompok maka perencanaan menjadi
lebih kompleks, dan ruang luar diantara struktur ini cenderung terbentuk ruang.

Jadi terdapat dua jenis monumental:

 Pertama: Monumental yang dicapai dengan memencilkan satu objek


terhadap objek lainnya.
 Kedua: Monumental yang terjadi dari suatu rencana dengan
bangunan-bangunan yang dikelompokkan membentuk cluster.

2.4. Tata Ruang Luar


2.4.1 Pengertian Ruang Luar

Yang dimaksud dengan ruang luar dalam studi ini adalah ruang-ruang (spatial)
yang terbentuk di luar konteks ruang solid (enclosing space) pada bangunan. Menurut
Yoshinobu Ashihara (1974) ruang luar arsitektural adalah ruang yang tercipta dengan cara
membatasi alam yang luas dengan elemen-elemen tertentu, misalnya fasad bangunan,
tanaman, permainan topografi (perbedaan ketinggian kontur), maupun elemen-elemen
artifisial lainnya.

Suatu kawasan fungsional seperti kawasan wisata, kompleks perumahan, kampus


perguruan tinggi, struktur tata ruang luarnya terbentuk melalui pengolahan berbagai
elmene artifisial maupun natural. Sebagaimana halnya penampilan kota, maka penampilan
suatu kawasan, disamping merupakan perwujudan ruang-ruang dalam yang terakumulasi
oleh massa bangunan, juga hendaklah dilihat sebagai perwujudan ruang-ruang luar yang
terbentuk sebagai akibat penataan massa bangunan-bangunan itu sendiri dan oleh elemen-
elemen pendukung lainnya. Samuel Zisman (1964) mengingatkan para perencana yang
hendak mengembangkan suatu kawasan, bahwa “yang harus diperhatikan bukan hanya

11
dimana harus membangun, tetapi juga seyogyanya dipertimbangkan dimana tidak boleh
membangun.”

Secara arsitektural, ruang luar berfungsi sebagai pembatas (pemberi jarak) antara
massa bangunan, penghargaan terhadap penampilan bangunan (amenities space), ruang
asessibilitas, ruang peralihan, dan sebagainya. Ruang terbuka dapat dimanfaatkan pula
untuk berbagai fungsi ekologis, seperti menyegarkan udara, menyerap air hujan,
mengendalikan banjir, memelihara ekosistem tertentu, maupun sebagai pelembut arsitektur
bangunan.

Menurut Hakim (1991) perwujudan ruang terbuka pada ruang luar, di antaranya
adalah berupa jalan, pedestrian, taman, plaza, lapangan olahraga, sarana parker, dan
sebagainya. Dengan demikian ruang luar difungsikan sebagai tempat berkumpul,
berinteraksi, jalur lewat (asessibilitas), tempat istirahat, olahraga, bermain, rekreasi, dan
sebagainya.

Perancangan ruang luar yang integrative mempertimbangkan semua aspek-aspek


tersebut, baik secara sosial-psikologis, ekologis, estetis, maupun fungsional yang digubah
secara kreatif dan imajinatif.

2.4.2 Macam-Macam Ruang Luar

Berdasarkan proses perancangannya, ruang luar yang terjadi dibedakan kepada:

 Ruang luar yang terdefinisikan, yakni suatu ruang luar yang keberadaannya memang
telah dipertimbangkan dalam konsep perancangan suatu kawasan dan bersifat
fungsional,
 Ruang luar tidak terdefinisikan, yakni ruang luar yang terbentuk sebagai “akibat”
adanya bangunan yang dibangun bertahap, biasanya adalah ruang-ruang luar sisa dan
cenderung tidak fungsional.

Berdasarkan skala ruang, ruang luar juga dapat dibedakan menjadi ruang mikro dan
ruang makro. Ruang mikro adalah ruang terkecil yang terbentuk sebagai wadah kegiatan.
Sedangkan ruang makro adalah gabungan dari beberapa ruang mikro.

12
Gambar 2.1 Ruang Mikro dan Makro
(sumber: Asilam, Tesis)

Berdasarkan intensitas penggunaanya, ruang luar juga dapat dibedakan menjadi


ruang aktif dan ruang pasif. Ruang aktif adalah ruang luar yang mengandung unsur-unsur
kegiatan di dalamnya, antara lain: bermain, olahraga, upacara, berkomunikasi, berjalan-
jalan. Ruang tersebut dapat berupa: plaza, lapangan olah raga, tempat bermain dan
sebagainya. Sedangkan ruang pasif adalah ruang luar yang tidak mengandung kegiatan
manusia, seperti penghijauan/ taman sebagai sumber pengudaraan lingkungan jalur hijau
(green belt) sepanjang jalur tol atau jalur kereta api, dan sebagainya.

Mengutip pendapat Roger Trancik (1986) ruang terbuka dapat diklasifikasikan


menjadi “hard space” dan
“soft space”.
Menurut Trancik,
hard space adalah
ruang luar yang secara prinsip dibatasi oleh dinding arsitektural dan biasanya digunakan
sebagai tempat kegiatan bersama (ruang komunal). Sedangkan soft space adalah ruang
yang lebih didominasi oleh lingkungan alam yang dapat berwujud sebagai taman, kebun,
dan halaman rumput, jalur hijau, dan sejenisnya. Bila pada hard space hamparannya
ditutupi oleh perkerasan, seperti: ubin, aspal, plesteran, paving stone, dan sejenisnya, maka

13
pada soft space hamprannya didominasi oleh hijau-hijauan, baik berupa hampara rumput,
bunga-bungaan, atau jenis tanam-tanaman lain.

Gambar 2.2 Area Ruang Luar Plaza dan Taman Gambar 2.3 Area Ruang Luar Pedestrian
(sumber Asilam, Tesis ) (sumber: Asilam, Tesis )

2.4.3 Unsur-Unsur Pembentuk Ruang Luar

Menurut Norman K. Booth (1975) elemen-elemen utama pembentuk ruang luar terdiri dari
unsur bangunan, unsur tanaman, dan pengolahan permukaan tanah. Secara arsitektural, unsur
bangunan merupakan unsur perancangan fisik utama ruang luar. Bangunan merupakan struktur
pembentuk ruang luar yang memengaruhi pemandangan, memodifikasi iklim mikro, dan
memengaruhi organisasi fungsional dari tata ruang luar (lanskap).

Ruang luar yang dibentuk oleh fasad bangunan memiliki karakteristik khas jika
dibandingkan dengan ruang luar yang dibentuk (dibatasi) oleh unsur-unsur natural seperti tanaman
dan permukaan tanah. Ruang luar yang dikelilingi oleh bangunan cenderung lebih teratur dan
menampilkan pinggiran lebih tegas dan tetap.

Kualitas ruang luar yang terbentuk oleh tatanan massa bangunan antara lain ditentukan
oleh variabel-variabel seperti: perbandingan jarak dan tinggi bangunan, penyusunan tata letak dan
karakter bangunan-bangunan itu sendiri.

14
Beberapa varian ruang luar yang terbentuk dari penataan massa bangunan adalah sebagai
berikut:

 Ruang terbuka sentral


 Ruang terbuka terarah
 Ruang linier menerus
 Ruang linier organic

Selain unsur massa bangunan, maka unsur tanaman merupakan unsur fisik penting lainnya
dalam perancangan dan pengolahan ruang luar. Bersama-sama dengan unsur bangunan dan
permukaan tanah, unsur tanaman merupakan komponen utama yang dipakai oleh arsitek lanskap
membentuk dan memecahkan masalah ruang luar. Unsur tanaman memenuhi tiga fungsi utama
dalam tata ruang luar. Pertama, sebagai elemen “structural” yang membentuk ruang (space) atau
ruang kegiatan (room) pada ruang luar, pembatas pandangan yang jelek, menstabilkan lereng-
lereng yang curam, mengarahkan pergerakan dalam tapak. Kedua, sebagai fungsi “ekologis”
(penyangga lingkungan), seperti membersihkan udara, mempertahankan kelembaban tanah,
mencegah erosi dan kehilangan tanah, memodifikasi penyinaran matahari, angin dan suhu udara,
serta menyediakan habitat untuk burung dan binatan lain (sanctuary). Ketiga, memberi “efek
visual estetis” tertentu, seperti untuk menyatukan kelompok bangunan dalam tapak, mengarahkan
pergerakan, pelembut karakter bangunan, dan sebagainya.

Selain unsur bangunan dan tanaman, aspek pengolahan permukaan tanah (topografi)
memiliki pengaruh besar terhadap tata ruang luar. Permukaan tanah disebut sebagai pembentuk
struktur dasar (morpho-structure) tatanan ruang luar, sebagai dasar untuk merumuskan semua
bentuk dan lay-out pada lingkungan tapak. Karena itu aspek permukaan tanah disebut sebagai titik
awal dari proses pemecahan perancangan ruang luar.

15
Gambar 2.4 Pengolahan Ruang Secara Alamiah
(sumber: Asilam, Tesis)

Kualitas pengolahan permukaan tanah ditentukan oleh beberapa hal berikut ini:

 Material yang digunakan pada permukaan lantai akan memengaruhi kenyamanan pejalan
kaki.
 Permukaan yang mempunyai perbedaan ketinggian biasanya kurang disukai.
 Elemen alam akan membuat ruang luar lebih nyaman dan manusiawi, karena setiap orang
memiliki kebutuhan untuk dekat dengan alam, yang dapat menimbulkan rasa tenang dan
santai pada dirinya.
 Elemen perabot merupakan factor yang memengaruhi nilai pendukung dan ekspresif visual
ruang luar, diantaranya adalah tempat duduk. Aktivitas duduk merupakan aktivitas penting
bagi kualitas suatu ruang luar, maka desain dan perletakannya pun harus direncanakan
dengan baik. Orientasi/ arah pandang adalah penting dalam pemilihan lokasi duduk,
demikian pula dengan jenis tempat duduk, umumnya kursi dari kayu dengan sandaran
adalah jenis yang disukai. Tempat duduk sebaiknya diletakkan dengan interval jarak
tertentu. Bagaimanapun menariknya suatu tempat, jika tidak memungkinkan untuk duduk,
maka orang tidak akan datang.

Di samping ketiga unsur di atas, elemen-elemen pembentuk ruang luar lainnya seperti
lanskap vertical (tanaman merambat), lanskap horizontal (pergola), lampu taman, tempat sampah,
papan nama (sign, signboards, lettering), patung, kolam, bak tanaman, dan lain sebagainya,
merupakan elemen yang menjadi focus dan berperan sebagai visual interest dalam meningkatkan

16
kualitas arsitektural dari ruang luar. Elemen-elemen tersebut juga memberikan perlindungan dari
iklim, sehingga dapat menambah kenyamanan pengguna dalam beraktivitas di ruang luar.

2.6 Detail Tapak


(De Chiara & Koppelman, 1997:251) Dalam merencanakan sebuah rencana tapak, detail
rencana perlu dipelajari dan dikembangkan untuk menunjukkan metode konstruksi tertentu.
Bagian ini menjadi elemen integral dalam desain dan memiliki dua buah tujuan penting. Pertama,
sebagai elemen estetika dan structural dari tapak; kedua, sebagai dasar dari pembiayaan proyek.

2.6.1 Jalanan

Dalam pelaksanaannya, jalan perlu dibuat untuk menerima segala diversitas orang-orang
untuk bergerak secara aman, independen, melalui lingkungan eksterior. Terdapat beberapa hal
yang perlu dipertimbangkan

 Permukaan

Permukaan pada jalan harus bersifat stabil dan kaku, lalu secara tekskter juga relatif halus
dengan kualitas yang tidak slip.

 Area Istirahat

Area seperti ini berfungsi agar jalan-jalan yang akan dilewati lebih nyaman dan aman
khususnya bagi orang-orang yang memiliki kebutuhan khusus.

 Kemiringan

Jalanan pedestrian dengan kemiringan dibawah 5 persen merupakan bagian dari jalan datar,
sedangkan yang diatas 5 persen dapat dianggap sebagai ramp.

17
 Perawatan

Perawatan yang baik dari jalan adalah hal yang penting. Apabila jalanan sudah tidak layak,
perbaikan harus dilakukan untuk mengantisipasi kondisi yang memungkinkan menyebabkan
cedera bagi pengunjung.

 Ramp Beton

Transisi dan perubahan pada ketinggian antara


jalanan raya ke trotoar dan dari trotoar ke pintu masuk
bangunan merupakan salah satu masalah utama para
difabel, maka untuk memfasilitasinya dibuat ramp
yang memiliki permukaan antislip dan tidak dapat
dihinggapi lumur atau elemen lain yang membuat
jalan menjadi licin.

Gambar 2.5 Ramp Beton


(sumber: Buku Site Planning Standards, 1975)
 Dimensi

Jalur pejalan kaki bervariasi dalam lebar tergantung dari jumlah dan tipe arus yang
menggunakannya. Seharusnya ada minimum dari empat kaki lebar dengan lima kaki enam inci
untuk minimum ukuran arus dua arah.

18
Gambar 2.6 Dimensi untuk Manusia di Ruang Luar
(sumber: Buku Site Planning Standards, 1975)

2.7 Hard Material


2.7.1 Enclosure Ruang

Pengaruh Tinggi Dinding

Tinggi suatu dinding sangat erat hubungannya dengan tinggi mata orang. Dinding setinggi
30 cm, hampir tidak memiliki daya meruang, meskipun dapat berfungsi sebagai pembatas suatu
daerah disamping dapat juga digunakan untuk duduk dan melepas lelah sebentar. Untuk keadaan
tertentu dinding semacam itu tidak menimbulkan kesan yang formal. Dinding setinggi 60 cm pada
dasarnya sama dengan dinding 30 cm, hanya ada penambahain keberlangsungan secara visual,
tetapi tetap tidak memiliki daya ruang. Orang masih dapat membungkuk dan bertekan siku pada
dinding tersebut, atau kadang-kadang bisa juga orang duduk diatasnya. Dinding 90 cm tidak
mengubah keadaan secara radikal. Bila tinggi dinding menjadi 120 cm, dinding tersebut dapat
menutupi sebagian besar badan orang dan menimbulkan kesan/ suasana aman. Meskipun dapat
berfungsi sebagai pemisah ruang tetapi secara visual masih mempunyai efek ruang yang
berkelanjutan. Bila tinggi menjadi 150 cm, dinding sudah mempunyai daya meruang bahkan dapat
menyembunyikan seluruh badan orang kecuali kepalanya.

19
2.7.2 Rambu

Rambu harus memiliki tiga fungsi utama, yaitu (1) identifikasi tempat dan indikasi akan
aksesibilitas bagi semua pengunjung, (2) mengindikasikan peringatan , dan (3) memberikan
informasi akan arah.

 Arah

Biasanya rambu arah seperti ini terdapat ilustrasi panah yang digunakan untuk
mengindikasikan perubahan arah rute atau konfirmasi kea rah yang benar.

 Informasi

Rambu informasi seperti ini digunakan untuk memberikan informasi secara keseluruhan
akan organisasi dari elemen-elemen yang ada sebagai contoh, denah kampus, rute bus, layout
bangunan, denah pusat perbelanjaan, dan sebagainya.

 Identifikasi

Rambu ini memberikan informasi akan lokasi yang spesifik untuk fungsi yang spesifik ,
mengidentifikasikan benda seperti area parker, alat pertolongan pertama, dan sebagainya.

 Regulasi

Berfungsi untuk memberikan kebutuhan operasional, larangan, atau peringatan. Biasanya


digunakan untuk mengontrol arus sirkulasi atau lainnya, contohnya adalah rambu stop, dilarang
parkir, atau jalur satu arah, dan sebagainya.

20
BAB III

IDENTIFIKASI ELEMEN PEMBENTUK CITRA KOTA DAN ELEMEN


ARSITEKTURAL PADA TERAS CIHAMPELAS BANDUNG

3.1. Teras Cihampelas

Sebagai suatu bangunan yang membentuk citra kota, Teras Cihampelas memiliki andil
untuk dapat menjadi pembentuk kota yang baik dan menjadi suatu monument bagi suatu kota.
Maka menurut teori, Teras Cihampelas mencakup dalam 4 buah elemen pembentuk yaitu jalan,
tepian, distrik, dan landmark. Selain itu objek studi ini juga dapat dikategorikan sebagai suatu
massa monumental. Bentukkan monumental yang diaplikasikan pada Teras Cihampelas adalah
monumental yang tetap terintegrasi terhadap bangunan sekitar dan eksisting yang ada yaitu
bangunan dan kios penjualan yang ada, lalu hotel, serta fasilitas rekreasi lainnya.

Gambar 3.1 Tampak Depan Teras Cihampelas Gambar 3.2 Bangunan Eksisting Pada Sisi Teras Cihampelas
(sumber: dokumen pribadi) (sumber: dokumen pribadi)

21
3.1

3.2

Gambar 3.3 Denah Kunci Teras Cihampelas


(sumber: dokumen pribadi.)
Pembentuk citra kota secara fisik terdapat empat yang masuk dalam objek Teras
Cihampelas, yaitu:

 Path (Jalan)

Teras Cihampelas merupakan jalur sirkulasi bagi pejalan kaki yang berada di area Jalan
Cihampelas, Bandung. Jalur ini menyusuri dari titik awal hingga akhirnya sepanjang jalan
Cihampelas yang linear. Rute ini merupakan jalan yang difungsikan untuk sirkulasi atau
pergerakan secara umum. Menurut Lynch, jalan memiliki identitas yang lebih baik apabila
memiliki tujuan yang jelas dan penampakan yang kuat. Namun karena proses pembangunan yang
belum selesai, belum ada tujuan yang jelas dari sirkulasi tersebut. Untuk penampakan yang
ditampilkan pada Teras Cihampelas memiliki kesan yang kuat karena memiliki bentuk elemen
yang kuat yaitu melayang di atas jalur sirkulasi utama bagi kendaraan bermotor. Lalu diperkuat
dengan adanya kolom-kolom yang melingkupi sirkulasi utama dan menopang Teras Cihampelas
tersebut.

Gambar 3.4 Denah Teras Cihampelas


(sumber: dokumen pribadi.)

22
Selain itu, terdapat railing dan ketebalan beton yang cukup terlihat dari jarak tertentu.
Sehingga memperkuat penampakan Teras Cihampelas.

Gambar 3.5 Tampak Samping dari Cihampelas Walk


(sumber: dokumen pribadi)

Gambar 3.6 Denah Kunci Teras Cihampelas


(sumber: dokumen pribadi.)

Keterangan:
: Railing Beton dan Jaring Besi Baja dengan Pot Tanaman

23
1.6.1 Tepian

Teras Cihampelas dilihat makro yaitu dilihat dari sudut pandang pengguna jalan Cihampelas atau
pengunjung toko di bagian bawah Teras Cihampelas, maka tepian yang terlihat adalah bangunan-
bangunan dan toko-toko di sisi kiri dan kanan Teras Cihampelas.

Gambar 3.7 Sisi Kiri dan Kanan Teras Cihampelas yang dipenuhi bangunan eksisting.
(sumber: dokumen pribadi)

Gambar 3.8 Denah Teras Cihampelas dengan Bangunan Eksistingnya


(sumber: dokumen pribadi.)

Keterangan:
: Bangunan Eksisting di Samping Teras Cihampelas

Pada Teras Cihampelas terdapat tepian yang sangat jelas apabila dilihat dari pengguna yang
ada di atas objek tersebut yaitu railing yang ada di kedua sisi Teras Cihampelas. Yaitu tepian yang

24
terbuat dari beton dan terdapat kisi-kisi dari besi baja. Dimana di bagian atas dari railing tersebut
dihiasi dengan pot-pot tanaman. Dapat terlihat pada gambar 3.6.

Gambar 3.9 Railing Pembatas Teras Cihampelas


(sumber: dokumen pribadi)

1.6.2 Distrik

Gambar 3.10 Denah Teras Cihampelas dengan Bangunan Eksistingnya


(sumber: dokumen pribadi.)

Keterangan
Distrik Penjual Cinderamata

Distrik Penjual Makanan dan Minuman

Distrik Penjual Baju

25
Pada objek studi Teras Cihampelas ini, terdapat distrik yang terbagi secara tipe penjual
yang berada pada objek. Yaitu terbagi dari penjual makanan, pakaian dan jenis sandang lainnya,
dan cinderamata.

Gambar 3.11 Penjual pakaian dan kebutuhan sandang lainnya.


(sumber: dokumen pribadi)

Gambar 3.12 Penjual Cinderamata Gambar 3.13 Penjual Makanan dan Minuman
(sumber: dokumen pribadi) (sumber: dokumen pribadi)

26
1.6.3 Landmark

Objek studi ini memiliki bentuk orientasi yang linear dan cukup panjang. Dengan keadaan
tersebut, dibutuhkan penanda agar dapat mengetahui orientasi dengan jelas awal dari objek
tersebut. Maka terdapat penanda pada awal objek yaitu nama “Teras Cihampelas” dengan ornamen
lengkungan bamboo di sisinya yang berwarna kuning,biru, dan hijau.

Gambar 3.14 Penanda Titik awal Teras Cihampelas


(sumber: dokumen pribadi)

Gambar 3.15 Denah Teras Cihampelas dengan Penanda Awal


(sumber: dokumen pribadi.)

Keterangan
Penanda Awal Teras Cihampelas

27
3.2. Teras Cihampelas Sebagai Ruang Luar

Area objek dari Teras Cihampelas dapat dikategorikan sebagai ruang luar, karena sesuai
dengan teori Yoshinobu Ashihara (1974) bahwa terdapat pembatasan alam luas yaitu dengan
dibuatnya beberapa elemen, yaitu pembedaan elevasi yaitu bangunan ditinggikan, lalu dibuatnya
elemen railing sebagai elemen pembentuk linear vertikal pada in situ objeknya. Lalu sebenarnya
elemen struktur dari Teras Cihampelas ini juga membentuk ruang luar tersendiri bagi jalan utama
bagi kendaraan bermotor yang terbentuk oleh pengulangan elemen vertikal secara linier sepanjang
Teras Cihampelas yang menyusuri jalan Cihampelas, Bandung ini. Perwujudan ruang luar yang
digunakan pada Teras Cihampelas merupakan jalan yang difungsikan khusus bagi pedestrian.
Dimana memiliki fungsi sebagai tempat berkumpul, berinteraksi, jalur lewat, tempat istirahat,
bermain, dan rekreasi sesuai dengan teori dari Hakim (1991).

Gambar 3.16 Kolom dan Balok Teras Cihampelas Gambar 3.17 Railing sebagai elemen vertikal pembentuk.
(sumber: dokumen pribadi) (sumber: dokumen pribadi)

Gambar 3.18 Bidang Bawah dengan Penutup Dek Kayu


(sumber: dokumen pribadi)

28
Secara ruang luar terdapat tipologi yang dapat mendefinisikan Teras Cihampelas, yakni
berdasarkan:

3.2.1. Proses Perancangannya


Teras Cihampelas berdasarkan proses perancangannya merupakan ruang luar yang
terdefinisikan yaitu ruang luar yang sudah direncanakan oleh tata kota Bandung sebagai suatu
kawasan yang memiliki sifat fungsional yaitu sebagai area jalan pedestrian.

3.2.2. Skala Ruang

Dapat ditentukan bahwa ruang yang terdapat pada Teras Cihampelas terdiri ruang makro
dan mikro, secara keseluruhan ruang makro yang terbentuk adalah ruang linear menerus untuk
sirkulasi dan penjualan. Lalu secara mikro terdapat ruang-ruang dengan berbagai variasi, baik ruang
bagi penjual dagangan, pengunjung untuk beristirahat, pengunjung untuk mengobrol, pengunjung
untuk bersantai, duduk, untuk MCK, dan lain sebagainya.

3.21
3.20

Gambar 3.19 Denah Teras Cihampelas dengan Ruang Makro dan Mikro
(sumber: dokumen pribadi.)

Keterangan
Contoh Beberapa Sampel Ruang Mikro
Ruang Makro Linear Menerus

29
Gambar 3.20 Contoh Ruang Mikro (Tempat Duduk) Gambar 3.21 Contoh Ruang Mikro Area Makan
(sumber: dokumen pribadi.) (sumber: dokumen pribadi.)

3.2.3. Intensitas Penggunanya

Ruang yang terdapat pada Teras Cihampelas ini dapat tergolong sebagai ruang aktif, yaitu
ruang memiliki unsur kegiatan di dalamnya. Kegiatan yang terkandung pada ruang di Teras
Cihampelas adalah bermain, berkomunikasi, berjalan-jalan, berbelanja, makan, minum, berdagang,
dan lainnya.

Gambar 3.22 Masyarakat Makan dan Berbicang di Teras Cihampelas Gambar 3.23 Pengguna Duduk, Bermain Telepon Selular, dan
(sumber: dokumen pribadi.) Berdagang
(sumber: dokumen pribadi.)

30
3.2.4. Hard & Soft Space
Teras Cihampelas dapat diidentifikasi
untuk memiliki hard space. Seperti menurut
Roger Trancik (1986), hard space pada Teras
Cihampelas terlihat pada skala ruang makro
yang seluruhnya dibatasi oleh dinding
arsitektural yaitu railing beton dan besi baja
untuk dapat menciptakan ruang komunal dan
ruang sirkulasi untuk publik. (Dapat dilihat
Gambar 3.24 Elemen Bidang Bawah Ruang Luar Keramik skema pada Teras Cihampelasnya pada
(sumber: dokumen pribadi)
gambar 3.6). Lalu pada perkerasannya ditutupi
dengan keramik, dek kayu, dan batu alam.

3.3. Elemen Pembentuk Teras Cihampelas

Melihat dari pembentuk dari Teras Cihampelas ini, menurut Norman K. Booth (1975)
terdapat tiga unsur yaitu unsur bangunan, unsur tanaman, dan pengolahan permukaan tanah.

3.6 Unsur Bangunan

Ruang luar yang terbentuk oleh elemen bangunan pada Teras Cihampelas membentuk
ruang yang lebih teratur dan memiliki pinggiran yang tegas dan tetap. Selain itu juga elemen
bidang bawahnya yang terdiri dari tiga jenis material yaitu kayu, keramik, dan batu alam. Hasilnya
adalah ruang linier menerus dan ruang terbuka terarah.

31
Pada pinggiran atau tepian yang
melingkupi ruang luar ini akan memberikan
pengaruh oleh ketinggian dindingnya. Tinggi
dinding atau railingnya adalah 1,50 meter yang
menurut teori memiliki daya meruang bahkan
1.50 m
dapat menyembunyikan seluruh badan
pengunjung kecuali kepalanya. Walaupun
Gambar 3.25 Elemen Railing setinggi 150 cm
(sumber: dokumen pribadi) demikian, perencana Teras Cihampelas
menciptakan akses visual bagi pengunjung
untuk tetap dapat melihat keluar Teras
Cihampelas dengan memberikan jarring-jaring
besi baja.

3.7 Unsur Tanaman

Elemen tanaman yang ada pada Teras Cihampelas meliputi tanaman bertingkat rendah,
tanaman rambat, dan pepohonan. Tanaman bertingkat rendah yang dimaksud adalah rerumputan
dan paku-pakuan yang ketinggian tanamannya kurang lebih 0,5 meter hingga 1 meter. Lalu
terdapat tanaman rambat yang tidak tumbuh secara vertikal. Namun horizontal menyulur ke
sekeliling area yang ditempatkan pada railing Teras Cihampelas. Lalu pepohonan yang secara
alami dan sudah ada secara eksisting merupakan pohon-pohon yang tinggi dengan ketinggian
kurang lebih 20-30 meter. Elemen tanaman pada Teras Cihampelas memiliki dua fungsi utama,
yang pertama menurut Booth (1975) adalah sebagai elemen struktual yang membentuk ruang
kegiatan seperti pada area duduk dimana terdapat taman yang mengelilingi area tersebut dan ruang
sirkulasi makro yang terdapat substraksi karena adanya pohon yang menjulang. Lalu fungsi kedua
yaitu sebagai pemberi efek visual estetis yang dapat melembutkan karakter bangunan dan lebih
menyatukan kelompok bangunan dalam tapak. Serta menciptakan suasana sesuai konsep yang
telah direncanakan oleh perencana Teras Cihampelas untuk dapat menciptakan ruang luar yang
nyaman bagi pengguna secara termal agar dapat beraktifitas dengan lebih nyaman dan tanpa
gangguan yang berarti.

32
3.25

3.26

Gambar 3.26 Denah Teras Cihampelas dengan Letak Tanaman


(sumber: dokumen pribadi.)

Keterangan
Pepohonan

Tumbuhan Rambat

Tanaman Bertingkat Rendah

Gambar 3.27 Tanaman Paku dan Pepohonan Gambar 3.28 Tanaman Rambat
(sumber: dokumen pribadi) (sumber: dokumen pribadi)

3.8 Pengolahan Permukaan Tanah

Perencanaan ini dapat dikatakan sebagai titik awal dari proses perencanaan ruang luar.
Kualitas perngolahan permukaan tanah dinilai dari beberapa hal, dan hal-hal ini dapat berperan
menjadi visual interest untuk meningkatkan kualitas arsitektural pada Teras Cihampelas. Tak
hanya itu, elemen-elemen ini juga dapat memberikan perlindungan secara termal. Sehingga dapat
menciptakan suasana ruang yang nyaman untuk digunakan dalam beraktivitas. Hal-hal tersebut
dapat terdiri dari:

33
3.8.1 Jalanan
 Permukaan

Pada Teras Cihampelas digunakan material penutup lantai yang stabil dan kaku.
Tiap-tiap distrik digunakan material yang berbeda-beda. Material-material tersebut antara
lain, keramik, dek kayu, dan batu alam. Material-material ini cenderung cukup kasar.
Sehingga kemungkinan untuk slip lebih kecil dan angka kecelakaan dapat dikatakan
rendah.

Gambar 3.29 Permukaan Batu Alam Gambar 3.30 Permukaan Dek Kayu Gambar 3.31 Permukaan Keramik
(sumber: dokumen pribadi) (sumber: dokumen pribadi) (sumber: dokumen pribadi)

3.29 3.27
3.28

Gambar 3.32 Denah Teras Cihampelas Dengan Penutup Permukaan


(sumber: dokumen pribadi)
Keterangan:
Penutup Batu Alam
Penutup Keramik
Penutup Dek Kayu

34
 Area Istirahat

Saat pengunjung berjalan menyusuri Teras Cihampelas ini, terdapat area-area istirahat
yang disediakan dalam bentuk tempat-tempat duduk dengan variasi tertentu. Dan tempat duduk
tersebut disediakan antara di sisi kiri atau kanan yang menempel pada railing Teras Cihampelas.
Atau juga terdapat coakan yang disediakan tempat duduk berbentuk U. Jarak masing-masing
tempat duduk tersebut kurang lebih 2-5 meter.

Gambar 3.33 Area Istirahat di coakan Teras Gambar 3.34 Area Istirahat di sisi
Cihampelas Teras Cihampelas
(sumber: dokumen pribadi) (sumber: dokumen pribadi)

Gambar 3. 35 Denah Teras Cihampelas Dengan Letak Area Istirahat


(sumber: dokumen pribadi)
Keterangan:
Area Istirahat dengan Tempat Duduk yang Telah Disediakan

 Kemiringan

Pada Teras Cihampelas ini menurut pengelola terdapat kemiringan yang dapat
menciptakan aliran air hujan. Sehingga air tidak menggenang pada objek ini. Kemiringan pada
objek ini sendiri adalah dua derajat.

 Perawatan

Dalam proses perawatan dari objek wisata kota Bandung ini, menurut pengelola yaitu Pak
Hendri, tiap hari terdapat belasan pengelola yang mengawasi penggunaan Teras Cihampelas
dengan adanya perawatan tiap ada kerusakan yang akan langsung diurus oleh kontraktor

35
pembangunan dari PT LGM. Sejak dibuka pada Februari 2017, untuk perawatan berkalanya belum
ada keputusan khusus dari perusahan.

 Ramp Beton

Pada objek studi Teras Cihampelas ini, terdapat alat sirkulasi dari satu titik elevasi tertentu
ke titik elevasi berikutnya selain tangga terdapat ramp beton yang lebih difungsikan bagi
penyandang cacat agar dapat lebih mudah berpindah-pindah tempat.

1.2 m

Gambar 3.36 Ramp Beton


(sumber: dokumen pribadi)

 Dimensi

Salah satu hal yang paling penting


dalam merencanakan ruang publik adalah
dimensi lebar bagi pengunjungnya untuk dapat
bersirkulasi dengan nyaman. Salah satu
standard yang diberikan oleh De Chiara &
Koppelman adalah lima kaki dan enam inci
atau kurang lebih 1,6 meter untuk sirkulasi dua
arah. Dimana pada Teras Cihampelas sendiri
Gambar 3.37 Dimensi Jarak Pejalan Kaki
(sumber: dokumen pribadi) memiliki lebar kurang lebih 5 meter.

36
3.8.2 Perbedaan Elevasi

Teras Cihampelas berada pada jalan Cihampelas yang tapaknya menurun. Sehingga dari
objek Teras Cihampelas di atasnya mengikuti penurunan elevasi tapak tersebut. Sehingga terdapat
perbedaan elevasi kurang lebih satu meter tiap tingkatnya yang masing-masing memiliki
perbedaan distrik dengan perbedaan barang yang dijual.

3.8.3 Elemen Alam

Tumbuh-tumbuhan, rerumputan, dan pepohonan


juga ikut menghiasi Teras Cihampelas. Sehingga
sesuai kebutuhan manusia untuk tetap berada dekat
dengan elemen alam dan agar dapat memberikan
kesan lebih tenang pada pengunjung. Skema pada
Teras Cihampelas dapat dilihat pada gambar 3.6.

Gambar 3.38 Tumbuhan pada Pot


(sumber: dokumen pribadi)

3.8.4 Perabot Ruang Luar

Nilai pendukung dan ekspresif visual ruang luar diungkapkan oleh tempat duduk yang ada
pada Teras Cihampelas. Perletakkan perlu disiapkan dengan baik karena aktivitas duduk menurut
Norman K. Booth (1975) merupakan salah satu aktivitas penting di ruang luar. Kebanyakan tempat
duduk di Teras Cihampelas ini menggunakan material beton dengan dua variasi.

Gambar 3.39 Tempat duduk Beton Gambar 3.40 Tempat duduk Beton
(sumber: dokumen pribadi) (sumber: dokumen pribadi)

37
Kedua variasi tempat duduk beton ini bersifat permanen atau tidak dapat dipindahkan.
Sedangkan ada varian tempat duduk lain yang lebih bersifat temporal yaitu tempat duduk yang
terbuat dari baja dan kayu. Letak Skema tempat duduk dapat dilihat pada gambar 3.33.

Gambar 3.41 Tempat duduk Kayu dan Baja


(sumber: dokumen pribadi)

3.8.5 Lampu Taman

Teras Cihampelas merupakan suatu


objek wisata yang jam operasionalnya masih
24 jam. Namun waktu efektif dari penjual dan
pedagang adalah pukul 06.00-22.00. Hal
tersebut membutuhkan penerangan pada
malam hari untuk mengurangi kemungkinan-
kemungkinan yang tidak diinginkan. Oleh
karena itu disediakan fasilitas lampu taman.
Gambar 3.42 Lampu Taman
(sumber: dokumen pribadi) Lampu taman dipasang di kedua sisi Teras
Cihampelas dengan jarak kurang lebih 3 meter.

38
Gambar 3.43 Denah Teras Cihampelas Dengan Letak Lampu Taman
(sumber: dokumen pribadi)

Keterangan:
Lampu Taman

3.8.6 Tempat Sampah

Untuk menjaga kebersihan, disediakan tempat-tempat untuk menaruh sampah pada Teras
Cihampelas. Dan memang terdapat banyak titik tempat sampah di Teras Cihampelas, dengan jarak
tiap 4 meter terdapat tong sampah yang baru. Dan tiap titik tempat sampah terdapat dua buah
tempat sampah yang difungsikan untuk membuang sampah organic dan anorganik.

Gambar 3.44 Tempat Sampah


(sumber: dokumen pribadi)

Gambar 3.45 Teras Cihampelas dengan Letak Tempat Sampah


(sumber: dokumen pribadi)
Keterangan:
Tempat Sampah

39
3.8.7 Papan Nama

Untuk dapat menentukan arah yang tepat dan mengetahui area yang dituju, maka dibuat
papan rambu di tiap distrik.

Gambar 3.46 Rambu


(sumber: dokumen pribadi)

Pada rambu sendiri terdapat beberapa ketentuan yang telah dipenuhi oleh rambu di Teras
Cihampelas. Hal-hal tersebut adalah:

 Arah, yaitu ilustrasi panah untuk ke area kuliner, tangga akses, pos informasi, dan toilet
difabel.
 Informasi, yaitu ilustrasi linier Teras Cihampelas dan nama tempat serta penanda
tempat pengunjung saat itu berada di area tertentu.
 Identifikasi, yaitu mengindentifikasikan dan menginformasikan area spesifik akan
tempat pengunjung berada dan area berikutnya.

40
Gambar 3.45 Teras Cihampelas dengan Letak Papan Nama
(sumber: dokumen pribadi)

Keterangan:
Papan Nama

41
BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Teras Cihampelas Sebagai Citra Kota

Teras Cihampelas merupakan objek wisata kota Bandung dengan kategori bangunan
monumental yang tetap terintegrasi terhadap bangunan sekitar dan eksisting. Untuk menjadi citra
kota Teras Cihampelas memenuhi empat elemen pembentuk citra kota yaitu:

 Jalan
Teras Cihampelas sebagai jalur sirkulasi pengunjung pada Jalan Cihampelas, Bandung
dengan kesan yang kuat yaitu dengan dibuatnya bidang yang diangkat. Sehingga terdapat
perbedaan elevasi. Selain itu juga pengulangan elemen vertikal yang membuat pelingkup
vertikal disekeliling Teras Cihampelas.
 Tepian
Terdapat tepian yang dapat diidentifikasikan apabila dilihat secara makro dan mikro pada
Teras Cihampelas. Secara makro terdapat tepian toko-toko dan bangunan eksisting yang
menciptakan batas linier Teras Cihampelas. Dan secara mikro terdapat railing dari beton dan
jaring-jaring dari besi baja yang menyusuri sebagai elemen pelingkup vertikal di kedua sisi
Teras Cihampelas.
 Distrik
Terdapat pembagian area pada Teras Cihampelas yaitu distrik yang dibagi berdasarkan
tipe penjual yang terdiri dari penjual makanan, pakaian, dan cinderamata.
 Penanda
Pada Teras Cihampelas dibuat penanda pada titik awal Teras Cihampelas yang
menunjukkan nama “Teras Cihampelas” serta ornament lengkungan bambu yang berwarna
kuning, biru, dan hijau.

4.2 Teras Cihampelas Sebagai Ruang Luar dan Pembentuknya


Teras Cihampelas adalah area ruang luar karena terdapat pembatasan alam luas dengan
elemen-elemen pembentuknya yaitu pembedaan elevasi, dan railing pada objeknya.
Berdasarkan ketentuan proses perancangannya, skala ruang, intensitas penggunanya, dan hard

42
& soft space maka Teras Cihampelas dapat dikategorikan sebagai ruang luar yang
terdefinisikan, ruang luar yang dapat dilihat secara makro dan mikro, ruang luar aktif, dan
merupakan hard space.
Untuk elemen pembentuknya menurut Norman K. Booth (1975), terdapat tiga unsur yang
menjadi pembentuk Teras Cihampelas yaitu:
 Unsur Bangunan
Dari bangunan, Teras Cihampelas dibentuk oleh tepian railingnya dari beton dan
jaring besi baja setinggi 1,5 meter dan elemen bidang bawahnya yang terdapat tiga jenis
material pembentuknya. Sehingga menciptakan ruang yang linier menerus dan terbuka
terarah.
 Unsur Tanaman
Teras Cihampelas mempunyai tanaman yang bermacam-macam. Namun dapat juga
dibagi menjadi tiga tipologi yaitu tanaman bertingkat rendah, tanaman rambat, dan
pepohonan.
 Pengolahan Permukaan Tanah
Pada bangunan Teras Cihampelas terdapat elemen pendukung dalam menjaga
kenyamanan pengunjung antara lain:
 Jalanan
o Permukaan

Digunakan berbagai elemen material penutup yaitu dek kayu, keramik, dan baru
alam. Dan semuanya memiliki permukaan yang cukup kasar.

o Area Istirahat

Disediakan area tempat duduk yaitu pada sisi-sisi yang menempel pada railing
dan coakan pada sisi-sisi tangga. Letaknya kurang lebih tiap 2-5 meter terdapat area
ini.

o Kemiringan

Terdapat kemiringan sebesar dua derajat bidang bawah Teras Cihampelas.

43
o Perawatan

Untuk perawatan rutin belum ada ketentuan dari pengelola pusat. Namun
terdapat pengawasan dan pengelolaan yang cepat apabila ada kerusakan.

o Ramp Beton

Digunakannya ramp beton di tiap perbedaan elevasi yang terletak di sebelah


tangga.

o Dimensi

Dimensi sirkulasi yang diberikan pada kelebaran Teras Cihampelas untuk dua
arah sirkulasi lebih dari standard yaitu lima meter.

 Perbedaan Elevasi

Terdapat perbedaan elevasi karena Teras Cihampelas mengikuti tapak yang


menurun menyusuri Jalan Cihampelas, Bandung.

 Elemen Alam

Elemen yang digunakan pada Teras Cihampelas meliputi tumbuhan bertingkat


rendah, tanaman merambat, dan pepohonan.

 Perabot Ruang Luar

Disediakan tempat-tempat duduk dari beton yang lebih bersifat permanan dan
tempat duduk yang lebih bersifat temporal dengan material kayu dan baja.

 Lampu Taman

Disediakan lampu taman pada sisi kiri dan kanan Teras Cihampelas dengan jarak
antar lampu taman sekitar tiga meter.

 Tempat Sampah

Terdapat titik-titik tempat sampah yang jaraknya kurang lebih empat meter dengan
disediakannya dua tempat sampah masing-masing yaitu organic dan anorganik.

44
 Papan Nama

Pada Teras Cihampelas papan rambu diletakkan pada tiap distrik atau area dengan
tiga ketentuan yang telah terkandung di dalamnya yaitu arah, informasi, dan identifikasi.

45
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Ashihara, Yoshinabu. Exterior Design In Architecture. 1974. Terjamahan. Gunadi, Ir.


Surabaya : ITS
De Chair dan Koppelman. Standar Perencanaan Tapak. 1997. Jakarta :Erlangga.
Hakim, Rustam. Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lanskap. 1984.Jakarta : Bumi
Aksara.
Lynch, Kevin. Image of The City. 1979. Amerika Serikat: The M.I.T. Press
Stevens, David, Cs. The Complite Book of Garden Design Construction and Planting.
1994. Singapore : Word Lock
Suharto. Dasar-dasar Pertamanan. 1994. Semarang : Media Wiyata.
Tancik, Roger (1986). Finding Lost Space, Van Nostrand Reinhold Company, New York
Werdiningsih, Hermin. Kajian Pentaan Elemen Street Furniture Penggal Jalan Puad
Ahmad Yani – Bundaran Kalibanteng Semarang. 2006. Semarang: Enclosure
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Asilam, Tesis, Hubungan Konfigurasi Ruang Kampus Dengan Pola Perilaku Mahasiswa,
ITB

46

Anda mungkin juga menyukai