MAKALAH PENELITIAN
Dosen Pembimbing:
Ardy Maulidy Navastara, S.T., M.T.
Ilman Harun, S.T., M.Sc.
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala nikmat-Nya kami dapat
menyelesaikan “Makalah Penelitian Pembahasan Terkait Traditional Neighborhood
Design (TND)” ini dengan maksimal, tanpa ada halangan yang berarti. Laporan ini
disusun untuk memenuhi kebutuhan tugas besar mata kuliah Teori Perancangan dan
Morfologi Kota yang diampu oleh Bapak Ardy Maulidy Navastara, ST., MT.
Penulisan laporan hasil penelitian ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya tidak
lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, yakni Bapak Ardy Maulidy
Navastara, ST., MT. selaku dosen pengampu, teman-teman, dan instansi terkait. Untuk
itu kami ucapkan terima kasih atas segala bantuannya dalam berbagai bentuk hingga
laporan hasil penelitian ini dapat terselesaikan dan sampai ke tangan pembaca.
Kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan laporan hasil
penelitian ini. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan koreksi yang membenarkan,
kritik yang membangun, dan saran yang baik demi kesempurnaan laporan ini. Demikian,
semoga laporan hasil penelitian ini dapat diterima sebagai ide/gagasan yang menambah
kekayaan intelektual pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I ................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ............................................................................................................1
BAB II ...............................................................................................................................4
PEMBAHASAN ...............................................................................................................4
ii
2.3.6 Jaringan Jalan Internal .............................................................................. 13
KESIMPULAN ..............................................................................................................26
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan permasalahan yang ingin dipecahkan dalam makalah ini, yaitu:
1. Apa definisi atau pengertian dari Traditional Neighborhood Design (TND)?
2. Bagaimana perkembangan konsep Traditional Neighborhood Design (TND)?
3. Apa saja prinsip-prinsip yang ada di dalam Traditional Neighborhood Design
(TND)?
4. Bagaimana terjadinya interaksi sosial dalam lingkungan yang di desain dengan
menggunakan Traditional Neighborhood Design (TND)?
5. Bagaimana pengaruh Traditional Neighborhood Design (TND) terhadap dunia?
6. Bagaimana contoh penerapan Traditional Neighborhood Design (TND)?
2
(TND). Selain itu, pembaca juga diharapkan menjadi lebih paham
mengenai pengaruh dan penerapan TND di dunia.
1.5 Metode
1.5.1 Data dan Metode Perolehannya
Data yang digunakan pada makalah ini merupakan data kualitatif. Data
kualitatif merupakan jenis data yang berbentuk kalimat atau frasa dan tidak
dapat dianalisis dalam bentuk angka. Data pada makalah ini juga merupakan
data sekunder. Sumber data sekunder merupakan data yang diperoleh dari
pihak kedua atau peneliti tidak melakukan survei secara langsung, melainkan
diperoleh dari dokumen peneliti sebelumnya. Data sekunder dapat diperoleh
dari berbagai sumber, seperti majalah, buku, artikel, jurnal, dan lain
sebagainya. Data pada makalah ini diperoleh dari beberapa jurnal dan artikel
yang berkaitan dengan topik pembahasan.
1.5.2 Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan pada makalah ini adalah analisis deskriptif
kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif merupakan analisis yang
memanfaatkan data kualitatif yang kemudian dijabarkan secara deskriptif.
Pada makalah ini data yang telah didapatkan dari studi literatur kemudian
dianalisis dan dijabarkan oleh penulis dalam bentuk deskriptif atau
penggambaran keadaan sesuai kondisi nyata dengan menggunakan kalimat
maupun gambar.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Sumber: UW Extension
Konsep Traditional Neighborhood Design (TND) ini bertujuan untuk memberikan
alternatif perkembangan kota yang ingin fokus dalam menyerukan lingkungan kecil
namun kompleks dan berorientasi penuh pada pejalan kaki. Selain itu, konsep ini
difokuskan untuk memperluas kawasan mixed use, yang dimana di dalam satu
bangunan bisa memiliki fungsi sebagai kawasan permukiman dan komersial atau
memiliki jarak yang dekat satu sama lain. Konsep ini juga diharapkan dapat
4
meningkatkan aktivitas sosial masyarakatnya dengan mudahnya akses terhadap
ruang terbuka dan jalur pedestrian yang memadai. Kebutuhan parkir juga
diakomodasi dengan lahan parkir yang luas dan sirkulasi yang efisien namun tidak
mendominasi lanskap.
5
untuk menciptakan hubungan tatap muka yang membuat kondisi kehidupan sosial
dan politik yang sehat di lingkungan masyarakat. Kepedulian Perry akan keselamatan
pejalan kaki, menjadikannya membuat desain jalan yang ramah bagi pejalan kaki
dengan tujuan untuk mengurangi kemacetan akibat kendaraan bermotor. Kedua
alasan inilah yang menjadi dasar atau tujuan Perry membentuk Traditional
Neighborhood Design (TND).
Gambar 2 Konsep Traditional Neighborhood Design oleh Clarence Perry
Sumber: ResearchGate
N.L Engelhardt, Jr. mengembangkan konsep Traditional Neighborhood Design
(TND) menjadi lebih komprehensif, yakni lingkungan sebagai komponen dari
segmen-segmen yang terus membesar dalam struktur kota. Satu sekolah dasar
mampu menampung 600-800 siswa dan jumlah siswa ini akan mewakili 1.700
keluarga dalam lingkungan tersebut. Dua unit neighborhood akan mampu
menampung 3.400 keluarga dan mendukung ketersediaan SLTP serta pusat rekreasi
di dekatnya. Sedangkan empat unit neighborhood mampu menampung 6.800
keluarga, dilengkapi SLTA, pusat perbelanjaan, taman yang lebih luas, dan tempat
rekreasi. Pengelompokan empat neighborhood unit ini akan menjadikan jumlah
penduduk menjadi sebanyak 20.000-24.000 jiwa dan menjadikan lingkungan
memiliki ukuran skala kota yang lebih luas.
6
Pada versi urbanisme baru atau smarth growth, dasar fisik dijelaskan oleh
Duany, Zyberk, dan Alminana pada 2003. Konsep pada versi ini kurang lebih juga
sama seperti yang dipaparkan oleh Perry, yaitu memiliki satu pusat yang jelas,
bangunan di pusat dibangun dengan batas yang jelas, jarak tempat tinggal ke pusat
hanya memakan waktu 5 menit berjalan kaki, tempat tinggal beragam, toko dan
perkantoran yang lebih luas berada di sepanjang jalan raya yang membatasi. Akan
tetapi, yang menjadi pembedanya dengan konsep Perry adalah jalan pada versi
urbanisme baru ini adalah jalan dengan bangunan mixed use dari salah satu sudut ke
pusat taman kota yang merupakan tempat lembaga masyarakat dan beberapa toko
lokal. Jaringan jalan yang terhubung, dan memiliki organisasi formal pemerintahan
sendiri. Sekolah dasar dapat ditempuh dengan berjalan kaki dari rumah dan sudah
dibagi antar lingkungan, tempat bermain berada dalam jarak ⅛ mil dan berada
dipindahkan ke tepi lingkungan karena kebutuhan ruang yang lebih besar untuk
taman bermain dan tempat parkir. Petak jalan menjadi lebih pada dan teratur.
Gambar 3 Konsep Traditional Neighborhood Design oleh Duanny Plater-Zyberk
Sumber: www.placemakers.com
Selanjutnya Traditional Neighborhood Design dikembangkan ke dalam bentuk
yang berkelanjutan oleh Douglas Farr pada tahun 2008 sebagai akibat dari adanya
isu global urbanisasi yang terjadi di negara-negara berkembang. Douglas Farr
7
memiliki misi untuk merancang lingkungan manusia yang berkelanjutan dengan
lingkungan, sosial, ekonomi, dan memiliki manfaat estetika.
Lingkungan yang berkelanjutan merupakan suatu bentuk nyata lingkungan
tradisional. Lingkungan perumahan yang berkelanjutan harus memiliki fasilitas yang
lengkap dan terintegrasi satu sama lain, sehingga bisa menghemat biaya transportasi,
mengurangi polusi udara, dan efisiensi waktu. ada lima desain dasar yang
menghubungkan lingkungan yang berkelanjutan, yaitu mengidentifikasi pusat dan
tepi neighborhood, menjadikan lingkungan yang walkable dan jaringan jalan terpadu
sehingga ramah pejalan kaki, serta penggunaan lahan dan jenis perumahan campuran
serta lahan khusus untuk kebutuhan sehari-hari. Farr juga menyebutkan komponen-
komponen detail yang diperlukan dalam membentuk neighborhood yang
berkelanjutan, misalnya:
a. Car free housing atau kendaraan khusus untuk bangunan yang tidak
menyediakan lahan parkir di luar jalan
b. Terdapat retail lingkungan atau layanan untuk melayani kebutuhan sehari-
hari, seperti penjual makanan, apotek, restoran, tukang cukur, dan toko-
toko
c. Tempat ketiga atau tempat yang bisa dijadikan sebagai lokasi bertemu
orang dan mengembangkan kepercayaan serta membentuk asosiasi
d. Membuat manajemen kebutuhan transportasi atau strategi untuk membuat
penggunaan transportasi yang efisien dan terbatas
e. Menyediakan car sharing untuk mengurangi penggunaan kendaraan
bermotor.
8
Gambar 4 Konsep Traditional Neighborhood Design oleh Farr & Associates
Sumber: Pinterest
Beberapa teori mengenai konsep Traditional Neighborhood Design telah
mengalami perkembangan sejak dipopulerkan pertama kali oleh Perry. Namun, yang
perlu diingat adalah konsep Perry ada sebelum transportasi pribadi merajalela di
masyarakat. Pada konsep Perry terdapat banyak persimpangan antara jalan dan
arterinya, dimana pola jaringan jalan yang seperti itu tidak sesuai dengan kepadatan
transportasi yang ada saat ini.
9
perumahan 18 dengan kehidupan sosial yang efektif. Selain itu, jenis hunian
juga menjadi perhatian untuk menyediakan perumahan yang dapat
meningkatkan efektifitas sosial. Adapun besaran ukuran dalam konsep TND
meliputi:
a. Besaran Wilayah
Didasarkan pada ukuran jarak efektif berjalan kaki dari hunian ke pusat
lingkungan yaitu SD atau Local Shops. Jarak efektif tersebut dapat
bervariasi yakni mulai radius ¼, ½ , hingga ¾ mil dengan waktu tempuh
berkisar 5-10 menit dengan berjalan kaki. Dimana idealnya kebutuhan
sehari-hari warga lingkungan tersedia di wilayah ini. Namun jarak efektif
yang paling banyak digunakan adalah ¼ mil (400 m). Berdasarkan
"Growth Unit" sebagai pertumbuhan perkotaan masa depan oleh The
American Institute of Architects, unit pertumbuhan ini akan berkisar dalam
ukuran dari 500 sampai 3.000 unit hunian dengan cakupan radius 400 m
dari pusat lingkungan.
b. Besaran Populasi
Kriteria populasi dapat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain, hal ini
tergantung pada ukuran unit lingkungan. Menurut teori terbaru terkait
neighborhood unit, konsep populasi menjadi ukuran yang lebih kecil
dibandingkan rumusan dari Perry, yaitu dengan besaran 500 sampai 3.000
unit hunian yang dapat mencakup 1.700 dan 10.000 populasi. Populasi ini
jelas memiliki skala yang lebih kecil sehingga kemungkinan untuk
mewadahi berbagai fungsi dan pembentukan hubungan tetangga yang baik
lebih mudah tercapai.
c. Jenis/Type Hunian
Beberapa tokoh perencanaan seperti Porteous mengusulkan penerapan
konsep TND ini harus memiliki tipe hunian yang heterogen atau beragam
sebagai jalan keluar atas masalah-masalah yang diakibatkan dari
homogenitas lingkungan. Penggunaan lahan dan jenis perumahan
campuran juga termasuk dalam lima dasar sustainable neighborhood.
10
2.3.2 Batas
Menurut Perry, jalan-jalan arteri dengan lebar pada setiap sisi neighborhood
unit berfungsi sebagai jalan lalu lintas sekaligus membatasi daerah
permukiman. Ada dua macam jalan arteri, yaitu arteri utama dan arteri kecil.
Jalan pada konsep TND didesain dan dibangun dengan pola cul-de-sac, tata
letak 20 melengkung sehingga dapat mendorong lingkungan yang tenang,
aman, dengan pergerakan volume lalu lintas yang rendah dan pelestarian
suasana perumahan. Sedangkan menurut Farr pada desain dasar sustainable
neighborhood unit, penentuan batas dilakukan dengan cara mengidentifikasi
pusat dan tepi neighborhood. Pusat yang baik berada dalam jarak efektif
berjalan kaki. Ditinjau dari buku perencanaan American Society of Planning,
batas-batas fisik sebagai pembentuk perbatasan lingkungan. Bentuk batas
dapat berupa jalan, sungai, topografi ekstrim, rel kereta api, dan juga dapat
berupa ruang terbuka hijau (RTH). Adanya batas selain bertujuan untuk
membatasi wilayah, namun juga dapat digunakan sebagai alat atau metode
untuk mencegah dari sesuatu yang tidak diinginkan, serta sebagai pendorong
interaksi sosial.
2.3.3 Ruang Terbuka
Menurut Perry, setiap lingkungan harus menyediakan taman kecil dan taman
bermain yang direncanakan untuk memenuhi kebutuhan individu yang
mendiami lingkungan perumahan tersebut. Ruang terbuka termasuk fasilitas
lingkungan yang dapat berupa taman, plaza, koridor hijau dan taman bermain.
Untuk setiap unit lingkungan harus tersedia sebuah taman dengan luasan yang
cukup. Namun, biasanya beberapa lingkungan menggabung taman
lingkungan ini dengan sekolah atau taman bermain. Taman bermain sendiri
melayani kebutuhan rekreasi dari populasi yang sama dilayani oleh sekolah
dasar dengan radius pelayanan 1/2 sampai 1/4 mil dan kriteria yang sama
yakni bebas hambatan untuk kemudahan akses. Di dalam taman bermain juga
terdapat area yang diperuntukan untuk anak kecil bermain. Berdasarkan
Sustainable Neighborhood Unit (Farr, 2008), Jalur hijau multifungsi dapat
tersebar di lokasi berdasarkan dan dianggap sebagai bagian dari jaringan
pejalan kaki yang menyediakan ruang rekreasi publik sekaligus menjadi lahan
11
khusus untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan membentuk suatu
lingkungan menjadi lebih lengkap.
2.3.4 Area Institusi
Perry berpendapat bahwa, sekolah dan institusi perlu disediakan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dalam lingkungan tersebut dan
ditempatkan secara berkelompok di pusat lingkungkungan. Perry juga sangat
mendukung pentingnya sekolah, agama, dan fasilitas masyarakat di wilayah
permukiman. Pada konsep TND ini, area institusi berada pada radius ¼ - ½
mil dan mudah dijangkau dengan berjalan kaki.
a. Sekolah
Sekolah pada konsep ini terdiri dari pra-sekolah (penitipan), TK, Sekolah
Dasar (SD), SMP, dan SMA. Namun, yang memiliki peranan penting
adalah sekolah dasar. Sekolah dasar harus dapat dijangkau 5-10 menit
dengan berjalan kaki dan berkisar pada radius ¼-½ mils dari unit hunian
melalui pedestrian way dan diusahakan tanpa menyeberang jalan.
Berdasarkan konsep dari Perry, letak sekolah dasar berada di pusat atau
tengah kota/lingkungan dan menjadi pusatnya. Namun seiring berjalannya
waktu, berdasarkan konsep dari Duanny plater-Zyberk, letak sekolah dasar
berada di tepi karena kebutuhan ruang yang lebih besar untuk taman
bermain dan tempat parkir serta keberadaannya dibagi antara lingkungan
dan sudah tidak perlu dikelilingi jalan/trotoar. Di sekitar area sekolah juga
tersedia fasilitas pelayanan kesehatan dan tersedia area parkir.
b. Gereja atau tempat peribadatan
Perry memperkirakan populasi 5.000 orang dapat ditampung oleh tiga
gereja atau sekitar 1.500 orang pada tiap gereja. Lokasi gereja harus
mudah diakses dan terletak di sisi jalan kolektor untuk melayani lebih dari
satu lingkungan. Pada daerah/wilayah tertentu biasanya lembaga
keagamaan menjadi titik hidup lingkungannya.
2.3.5 Toko Lokal
Menurut Perry, satu atau lebih pertokoan lokal cukup untuk memfasilitasi
populasi yang dilayani, sebaiknya diletakkan di tepi lingkungan jalan utama
dan lebih baik lagi diletakkan di sekitar persimpangan jalur lalu lintas yang
mengikat beberapa lingkungan. Jumlah penggunaan fasilitas bervariasi dari
12
tiap lingkungan. Toko dan pusat perbelanjaan menyediakan unsur-unsur
penting dalam desain lingkungan sehingga sehingga mudah diakses oleh
pejalan kaki dan lalu lintas kendaraan. Toko-toko ini akan mencakup
beberapa layanan seperti supermarket, apotek, laundry, salon kecantikan, dan
lain-lain. Dalam versi kontemporer, pembangunan komersial yang luas
terletak di sepanjang tepi jalan raya dan jalan dengan bangunan mixed-use.
2.3.6 Jaringan Jalan Internal
Perry berpendapat bahwa setiap unit perlu dilengkapi sistem jalan khusus,
sehingga setiap jalan raya disesuaikan dengan beban lalu lintas dan dirancang
untuk memudahkan sirkulasi. Pada konsep TND ini, jalan internal terletak di
sepanjang jalan utama dan pada node transit dapat menghubungkan hunian
dengan pusat-pusat lingkungan, seperti tempat belanja dan sekolah. Pola
jaringan jalan pada konsep TND terdiri dari jalan kolektor, jalan lokal, cul-
de-sac, dan pedestrian way yang saling terhubung satu sama lain. Jalan-jalan
internal dari konsep update neighborhood unit oleh Duanny Plater-Zyberk &
Company (2003) juga menghubungkan penghuni dengan lingkungan lain
yang saling berdekatan. Sedangkan menurut Farr terkait sustainable
neighborhood unit, sistem jaringan jalan dibuat ramah terhadap pejalan kaki
dan pesepeda, yakni dengan memberi ketentuan untuk kendaraan bermotor
seperti “design speed” untuk lingkungan yang sangat walkable harus kurang
dari 25 m/h. Agar para pejalan kaki dapat dengan nyaman dan aman berjalan
kaki, pedestrian way harus memiliki kualitas yang tinggi dan memiliki nilai
estetika yang dapat diwujudkan dengan ketersediaan perangkat lanskap, baik
hard landscape maupun soft landscape.
13
face-to face, sehingga mampu memperbaiki kehidupan sosial dan politik di
lingkungan penghuninya secara tidak langsung.
Tujuan utama dari konsep traditional neighborhood design adalah untuk
menciptakan hubungan sosial yang baik, melalui pembentukan interaksi sosial yang
kuat. Interaksi sosial dapat terjadi jika suatu lingkungan memiliki ketersediaan
fasilitas lingkungan dan kepedulian bersama di antara warga. Keberadaan fasilitas
akan mendorong kebertetanggaan, pembentukan persahabatan, dan partisipasi dalam
urusan masyarakat. Rasa kemasyarakatan harus diusahakan sendiri oleh tiap orang
dan tidak dapat tumbuh begitu saja, namun harus melalui tahap partisipasi dalam
komunitas.
Menurut Garde, frekuensi penggunaan fasilitas tertentu seperti pusat kegiatan
masyarakat, tempat berbelanja (toko), dan tempat rekreasi/bermain dapat menjadi
tempat terjadinya interaksi sosial. Selain itu, ikatan bertetangga dapat terbentuk
melalui kebiasaan berjalan kaki masyarakat di pedestrian way lingkungan dan
kegiatan bersama dalam lingkungan. Beberapa masyarakat menganggap bahwa
jaringan jalan internal sebagai batas dan dapat menampung berbagai kegiatan,
sedangkan masyarakat lainnya menganggap jaringan jalan sebagai penghubung
bagian neighborhood. Maka dari itu, kualitas jalan yang baik menjadi penting untuk
diperhatikan karena dapat mempengaruhi interaksi sosial dari masyarakat setempat.
14
masyarakat serta menjamin keselamatan dan kesejahteraan masyarakatnya. Akan
tetapi, konsep Traditional Neighborhood Design (TND) ini juga banyak dikritik
karena dengan penerapan konsep ini dianggap menyebabkan pengelompokan pada
masyarakat dan memperlihatkan dengan jelas perbedaan kelompok masyarakat. Para
kritikus juga menganggap bahwa sekolah dasar sebagai pusat dalam lingkungan
dianggap tidak praktis dan terlalu berpusat pada anak, sedangkan fasilitas masyarakat
tidak memadai dan seringkali sulit dijangkau bagi beberapa masyarakat. Selain itu,
para kritiku juga menanggapi bahwa taman kecil dan ruang publik lainnya juga
membutuhkan biaya pemeliharaan yang dianggap cukup besar. Konsep tentang area
pertemuan bersama juga dipertanyakan kegunaannya, karena menurut para kritikus
perkotaan cenderung memiliki masyarakat yang heterogen. Terlepas dari berbagai
kritik, Traditional Neighborhood Design (TND) tetap menjadi alat yang sangat
dibutuhkan dalam organisasi kota dan proses pembangunan di seluruh dunia.
15
Gambar 5 Contoh Penempatan Garasi di Halaman Belakang
16
dalam pemilihan kawasan, salah satunya dengan ketersediaan infrastruktur,
kondisi permukiman, dan persebaran area komersial.
2. Mengembangkan visi dan rencana berbasis masyarakat di masa depan
Perencanaan harus bisa berorientasi dalam jangka panjang sebagai mitigasi
proyeksi kepadatan penduduk seperti penentuan tipe hunian, pengembangan
komersial, fasilitas yang tersedia, dan yang lainnya. Selain itu, perencanaan
juga harus melibatkan berbagai stakeholder yang output-nya bisa
dimasukkan ke dalam rencana komprehensif kab/kota.
3. Memfokuskan pembangunan pada “Jalan Utama”
Pembangunan area komersial di sepanjang jalan utama dengan tetap
berorientasi pada walkability atau nyaman bagi pejalan kaki.
Gambar 6 Konsep Walkability di Jalan Utama
17
Gambar 7 Jalan Utama Kawasan TND
18
2.7 Studi Kasus
Beberapa kawasan di belahan dunia sudah berhasil menerapkan konsep Traditional
Neighborhood Design (TND) dengan baik. Adapun beberapa contoh kawasan studi
kasus tersebut, antara lain:
2.7.1 Northwest Crossing, Oregon (USA)
Northwest Crossing menggunakan prinsip desain yang berasal dari
beberapa lingkungan tua di Bend, seperti jaringan jalan sempit yang saling
terhubung, perpaduan gaya arsitektur, toko, taman, dan sekolah yang berada
tidak jauh dari rumah dan dapat dijangkau dengan berjalan kaki. Para
pengembang dan tim perencana percaya bahwa dengan mengikuti prinsip-
prinsip desain tersebut akan dapat menghasilkan jalan dan lingkungan yang
aman, menarik, dan dapat dilalui dengan deretan pepohonan sehingga dapat
menciptakan interaksi sosial yang lebih besar. Selain itu, juga dapat menjadi
alat pemasaran yang menarik, menarik berbagai calon penghuni dari
pasangan muda hingga pensiunan.
Northwest Crossing dirancang untuk menghormati dan mewujudkan
lanskap alam dan pemandangan gunung pada daerah tersebut. Pepohonan dan
rimrock topografi dengan susah payah tetap dilestarikan. Lereng yang curam
dipetakan dan dibiarkan sebagai lahan terbuka atau dikonservasikan.
Tambang batu apung tua diubah menjadi kolam dan anak sungai untuk
menciptakan fasilitas ruang terbuka sentral baru dari tanah yang telah dirusak.
Sistem jaringan jalan Northwest Crossing telah menyediakan
konektivitas yang baik, dimana lingkungan di sana sudah ramah bagi pejalan
kaki dan dapat menekan kecepatan kendaraan bermotor. Selain itu, pada tiap
gang juga sudah terdapat trafo dan kotak utilitas yang dibutuhkan. Mt.
Washington Drive yang menjadi penghubung antara Northwest Crossing
dengan sisi barat Bend dirancang dengan serangkaian bundaran dan median
jalan yang ditujukan sebagai jalan taman dengan rumah-rumah di sana.
19
Gambar 8 Jalan perumahan di Northwest Crossing
Sumber: www.terain.org
Northwest Crossing dimaksudkan untuk memenuhi banyak kebutuhan,
mulai dari kebutuhan pribadi, bisnis, dan rekreasi yang dekat sehingga tidak
perlu keluar dari lingkungan Northwest Crossing. Bangunan komersial,
sekolah, dan taman dirancang untuk melayani masyarakat setempat dan
pengguna dari wilayah regional yang lebih luas. Sekolah ditempatkan
sedemikian rupa, sehingga anak-anak hanya perlu berjalan kaki dari rumah
mereka ke sekolah.
Gambar 9 Sekolah Dasar High Lakes
Sumber: www.terrain.org
Pusat lingkungan dirancang menjadi tempat yang dapat mengundang
masyarakat untuk berbelanja, berbisnis, maupun bersosialisasi. Area bisnis
komersial yang besar terletak di sudut timur laut dan dekat dengan rute utama
menuju pusat Kota Bend. Sedangkan area kerja campuran berkembang pesat
20
di lingkungan kampus karena ditujukan untuk melayani penelitian dan
pengembangan serta bisnis manufaktur ringan yang peka terhadap
lingkungan. Ketersediaan lapangan kerja ini menjadi peluang bagi
masyarakat setempat untuk bekerja tidak jauh dari rumah.
Northwest Crossing memiliki berbagai taman umum, salah satunya
adalah taman Lewis & Clark yang merupakan taman pertama di Northwest
Crossing. Hal ini ditujukan agar masyarakat setempat tidak perlu pergi terlalu
jauh untuk rekreasi. Selain itu, masyarakat setempat juga dapat bersepeda
atau berjalan kaki ke pusat kota Bend dan menyusuri Sungai Deschutes.
Gambar 10 Taman Lewis & Clark di Northwest Crossing
Sumber: www.terrain.org
Northwest Crossing dirancang untuk mencakup berbagai kavling dan
tipe serta ukuran perumahan. Ada beberapa pilihan tempat tinggal yang
disediakan, yaitu rumah keluarga tunggal, dupleks, tempat tinggal aksesori,
rumah kota, kondominium, apartemen mulltikeluarga, cottage, dan apartemen
di atas penggunaan komersial/ritel. Keanekaragaman ini ditujukan untuk
memberikan pilihan harga tempat tinggal bagi masyarakat. Akan tetapi,
tujuan untuk memberikan pilihan harga tempat tinggal ini belum berhasil
untuk dilakukan karena harga dikombinasikan dengan pasar real estat Kota
Bend.
21
Gambar 11 Contoh pilihan tempat tinggal di Northwest Crossing
Sumber: www.terrain.org
Tipe rumah keluarga tunggal memiliki desain yang unik, yakni garasi
berada di belakang rumah dan langsung menghadap ke jalan. Hal ini
bertujuan untuk memprioritaskan keselamatan bagi pejalan kaki dan
efektifitas penggunaan lahan. Konsep Traditional Neighborhood Design
yang diterapkan di Northwest Crossing juga mendukung praktik
pembangunan berkelanjutan. Selain dikonsep dengan memiliki banyak ruang
terbuka dan mudah dilalui pejalan kaki, Northwest Crossing juga
mengharuskan tiap rumah untuk mematuhi standar Earth Advantage, sebagai
berikut:
a. Bahan bangunan yang digunakan hemat sumber daya, mulai dari
pembingkaian hingga pekerjaan akhir, termasuk penggabungan bahan
daur ulang
b. Kualitas udara dalam ruangan melalui penggunaan bahan konstruksi dan
penutup lantai yang tidak terlalu beracun dan ditambah dengan sistem
penyaring udara.
c. Praktik bangunan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dengan
kayu luar ruangan yang kurang beracun, efisiensi air, dan pembuangan
bahan bangunan yang benar
d. Efisiensi energi melalui penyegelan saluran yang lebih baik, jendela dan
sistem pemanas dengan efisiensi tinggi, pencahayaan dan peralatan yang
efisien, serta pohon peneduh.
22
2.7.2 Mashpee Commons, Mashpee, MA (USA)
Mashpee Commons terletak di Cape Cod bagian barat. Kawasan ini
merupakan salah satu contoh kawasan yang sukses dalam menerapkan
Traditional Neighborhood Design di Amerika Serikat. Rencana awal
pembangunan kawasan ini bermula pada tahun 1986 yang mulanya kawasan
tersebut merupakan kawasan industri komersial homogen menjadi kawasan
mixed use, yang terdiri dari pusat perbelanjaan campuran, baik dari
pertokoan, restoran, kantor, kantor instansi pemerintahan, dan ada sekitar 100
perumahan.
Gambar 12 Reformasi Kawasan Mashpee Commons
23
Rencana pembangunan Mashpee Commons pada tahun 1986 ini berjalan
dengan sukses, baik dari pemanfaatan kawasan komersial maupun kawasan
permukiman, akhirnya 5 kawasan lain yang ada di sekitar kawasan Mashpee
Commons ini juga dibangun dengan konsep TND. Pembangunan yang
dilakukan antara lain kawasan mixed use, yaitu untuk kawasan permukiman
dan kawasan komersial berupa apartemen, rumah keluarga kecil, dan grid
jalan yang besar. Adapun dominasi penggunaan lahannya adalah untuk ruang
terbuka atau taman, yaitu sebesar 65 persen dari luas kawasan. Pembangunan
yang dilakukan di kawasan Mashpee Commons ini tentunya berorientasi pada
kepadatan penduduk yang rendah dibandingkan dengan kawasan pusat.
Gambar 14 Peta Pola Ruang Kawasan Mashpee Commons
Sumber: Wikipedia
24
Trotoar serta taman lingkungan tersebar di sepanjang jalan. Jalan-jalan ini
dibangun dengan tujuan untuk mengatur keadaan lalu lintas menjadi lebih
tenang sehingga membantu mengatur sirkulasi dan membuat keadaan lebih
nyaman terhadap pejalan kaki dan pengguna sepeda.
Gambar 16 Trotoar di Kawasan Mashpee Commons
25
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian mendetail terkait salah satu konsep perencanaan
Traditional Neighborhood Design (TND) ini, dapat disimpulkan bahwa konsep
perencanaan ini dapat diterapkan oleh kawasan-kawasan yang memiliki banyak
permasalahan dalam pengembangan kawasannya. Hal ini didasari oleh beberapa
alasan, yaitu berorientasi pada pembangunan permukiman di lingkungan kecil
namun kompleks dari fungsi kawasannya, berorientasi penuh pada kenyamanan
pejalan kaki sehingga dapat mengatasi segala permasalahan pada aspek transportasi,
dapat meningkatkan interaksi sosial antar masyarakat karena jarak antara bangunan
cenderung dekat dan keberadaan fasilitas umum yang bisa dijangkau oleh seluruh
masyarakat, serta mengurangi pencemaran lingkungan.
Konsep Traditional Neighborhood Design (TND) ini terinspirasi dari konsep
garden city yang kemudian difinalisasi oleh Clarence Perry dan Douglas Farr.
Konsep ini sudah banyak diterapkan dari awal abad ke-20 di beberapa kawasan di
dunia, Ada beberapa kawasan yang dinyatakan berhasil dalam menerapkan konsep
ini, yaitu Northwest Crossing, Oregon dan Mashpee Commons. Keduanya sama-
sama berada di USA. Keberhasilan dua kawasan tersebut diharapkan dapat terjadi
juga oleh Indonesia, yang dimana diharapkan penerapan konsep TND ini dapat
menjadi salah satu arahan rekomendasi dalam mengatasi permasalahan yang sering
terjadi di suatu kota.
26
2. Konsep Traditional Neighborhood Design (TND) ini terinspirasi dari konsep
garden city yang kemudian difinalisasi oleh Clarence Perry dan Douglas Farr dan
sudah banyak diterapkan dari awal abad ke-20.
3. Terdapat enam prinsip utama yang menjadi landasan utama bagi suatu kawasan
yang ingin menerapkan konsep TND ini, yaitu ukuran, batas, ruang terbuka, area
institusi, toko lokal, dan jaringan jalan internal.
4. Tujuan utama dari konsep traditional neighborhood design adalah untuk
menciptakan hubungan sosial yang baik, melalui pembentukan interaksi sosial
yang kuat dari keberadaan dan frekuensi fasilitas, serta kebiasaan berjalan kaki.
5. Terlepas dari banyaknya kelemahan dari konsep ini, Traditional Neighborhood
Design (TND) akan tetap menjadi alat yang sangat dibutuhkan dalam organisasi
kota dan proses pembangunan di seluruh dunia.
6. Penerapan konsep TND harus memperhatikan beberapa kriteria pembangunan,
peran instansi pemerintahan, serta beberapa kiat sukses yang bisa membuat suatu
kawasan berhasil dalam penerapan konsep ini.
7. Ada beberapa kawasan yang dinyatakan berhasil dalam menerapkan konsep ini,
yaitu Northwest Crossing, Crossing, Oregon dan Mashpee Commons di USA.
Keberhasilan ini dapat menjadi dobrakan baru bagi Indonesia untuk segera
menerapkannya juga guna mengatasi permasalahan kota yang sering terjadi.
27
DAFTAR PUSTAKA
28