Anda di halaman 1dari 5

DASAR ARSITEKTUR KOTA

DIMENSI FUNGSIONAL DALAM PERANCANGAN


KOTA

Dosen:
Dr. Ir. Hadi Prabowo, MT

Di susun oleh:
Lulu Dhiyathalla (052001700079)

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


JURUSAN ARSITEKTUR
UNIVERSITAS TRISAKTI
2019
A. CONTOH KASUS
1. VARIASI GUNA LAHAN & KEPADATAN (BLOK TUGU PAHLAWAN SURABAYA)

Tugu Pahlawan merupakan landmark kota Surabaya yang terletak dipusat kota, dimana
disekitarnya terdapat banyak aktivitas, antara lain aktivitas rekreasi yang berupa kawasan Tugu
Pahlawan, aktivitas pemertintahan, aktivitas perdagangan dan jasa, dsb. Namun lahan yang terdapat di
daerah tersebut terdominasi oleh perdagangan dan jasa, antara lain kantor Gubernur, Bank Indonesia,
pertokoan, permukiman yang mengelilingi kawasan Tugu Pahlawan. Kondisi eksisting kawasan tersebut
terlihat cukup padat dan ramai. Terdapat pula ruang-ruang yang difungsikan untuk kawasan publik,
salah satunya Tugu Pahlawan yang merupakan tempat wisata sejarah. Adapun beberapa ruang terbuka
hijau yang untuk menyeimbangi daerah lingkungan sekitar meskipun terlihat padat.

Koridor berdasarkan pengamatan langsung di kawasan tersebut dari bagian timur Tugu
pahwalahn terdapat beberapa kantor jasa, salah satunya kantor Gubernur, bagian utaranya terdapat
permukiman, fasilitas pendidikan, pertokoan, baratnya terdominasi pertokoan, kantor dan bagian
selatannya terdominasi oleh pertokoan.

Namun apabila dilihat dari jarak kejauhan antara Tugu Pahlawan


yang merupakan landmark di daerah tersebut menjadi lenyap disebabkan padatnya dan banyaknya
kesibukan aktivitas sekitar, sehingga citra menjadi pusat perhatian menjadi kurang terlihat, dan kurang
memiliki nilai meskipun kawasan tersebut melambangkan sejarah Indonesia. Beberapa bangunan yang
menjadi dapat dikatakan bangunan yang menutupi citra Tugu Pahlawan tersebut berupa bangunan
perdagangan dan jasa di sekitar koridor yang tingginya hampir setara dan bahkan melebihi Tugu
Pahlawan.

Hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan wilayah adalah menetapkan fungsi lahan
di sekitarnya agar tidak menutupi citra Tugu Pahlawan misalnya beberapa bangunan sekitar meskipun
sudah memiliki peruntukannya masing-masing namun tingginya tidak diperbolehkan melebihi Landmark
Landmark tersebut, hal itu dapat dikontrol oleh pemerintah melalui kebijakan-kebijakan tentang
bagaimana mengatur dimensi bangunan dan sekitarnya.

2. STRUKTUR RUANG KOTA ‘OPEN SPACE’ (KALIJODO)


Kawasan Kalijodo yang dulunya terkenal dengan hiburan malam kini bertransformasi. Pasca-
penertiban yang dilakukan pada Februari 2016, lahan Kalijodo dikembangkan menjadi ruang terbuka
hijau (RTH) dan ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA). Dengan didanai oleh CSR pengembang Sinar
Mas Land melalui Bumi Serpong Damai Tbk, proyek RTH dan RPTRA merupakan sebuah crash program
dari Pemprov DKI Jakarta. Dalam waktu yang sangat ketat, kawasan Kalijodo seluas 3,4 hektare di
wilayah Jakarta Utara dan 5.489 meter persegi di wilayah Jakarta Barat diubah menjadi sebuah ruang
publik untuk interaksi warga Ibu Kota. Oleh karena itu, dalam pengerjaan proyek ini, koordinasi dan
kerja sama yang maksimal antara perencana dan kontraktor menjadi krusial demi mencapai tujuan dari
desain yang dikehendaki.

DESAIN GEOMETRI TIGA DIMENSI

Kalijodo terbagi menjadi dua kawasan, yaitu are a yang terletak di Jakarta Barat dan bagian yang
berada di Jakarta Utara. Dalam penataannya, kawasan Jakarta Barat diperuntukkan menjadi RPTRA,
sedangkan ruang terbuka hijau yang dibagi menjadi dua, yaitu area aktivitas dan hutan kota. Area
aktivitas dilengkapi fasilitas yang dapat menjadi activity generator, seperti skate park, amphitheatre, dan
function area sebagai fasilitas pendukung kegiatan yang berlangsung. Sementara itu, area hutan kota
dijadikan sebagai penghijauan kota, area joging dan bersepeda, serta beberapa titik peristirahatan yang
juga dilengkapi kios sebagai tempat pengunjung beristirahat.

Permukaan ruang hijau yang tidak flat dan lebih banyak dihadirkan dengan desain area
penghijauan yang menggunakan permainan geometri tiga dimensi. Konsep tanaman menggunakan
vegetasi yang tidak membutuhkan banyak perawatan. Oleh karena itu, alih-alih menggunakan tanaman
hias dan perdu, ruang hijau diisi rumput dan pohon peneduh. Bangunan di area penataan Kalijodo
didesain untuk menjadi sebuah pahatan pada wilayah itu, seperti bangunan penunjang pada area
function. Ornamen bangunan yang memadukan budaya Tionghoa dan Betawi pun memperindah
bangunan di area Kalijodo. Pada kawasan di Jalan Teluk Gong Raya juga dibuat Monumen Kalijodo yang
dirancang seniman Hanafi dengan mengambil konsep sumur kehidupan.

Di lain hal, RPTRA didesain sebagai ruang berinteraksi bagi anak-anak dan orang tua. Kawasan
RPTRA dilengkapi taman bermain anak, sarana pendidikan berupa perpustakaan dan kolam gizi,
lapangan futsal, jalur refleksi, ruang PKK, dan sebuah ruang serbaguna. Mengingat kawasan ini
merupakan sebuah ruang publik yang dikunjungi banyak orang, bangunan dalam kawasan ini
menggunakan material sederhana yang memiliki daya tahan tinggi dengan perawatan yang minim.
Beton, bata, dan konstruksi baja dipilih sebagai material untuk seluruh fasilitas publik di kawasan ini.

3. STRUKTUR RUANG KOTA ‘JARINGAN JALAN’ (PEDESTRIAN DKI JAKARTA)


Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sedang mengenjot pembangunan jalur untuk pejalan kaki
(pedestrian). Nantinya, pembangunan jalur pedestrian mampu memberikan pejalan kaki rasa nyaman
dan aman. Hal itu akan dirasakan semua lapisan masyarakat. Mulai dari anak-anak, ibu hamil, lansia,
hingga para penyandang disabilitas. Bisa dibilang, pedestrian di DKI Jakarta dinilai sebagai sarana
multifungsi. Hal itu bisa dilihat dari tersedianya ramp (bidang miring), guiding block (paving kuning di
trotoar), hingga pemuatan instalasi dan aktualisasi karya seni pada ruang terbuka. Dan semua bisa
dinikmati oleh masyarakat.
Perlu diketahui, revitalisasi trotoar telah dilakukan sepanjang 134 kilometer sejak 2017 hingga
2019. Angka tersebut ditargetkan akan terus meningkat pada tahun 2020 sampai sepanjang 47
kilometer dengan anggaran optimal hingga Rp 1,1 triliun. Sebagai percontohan pada 2017 – 2018,
trotoar di Jalan Sudirman - MH. Thamrin telah direvitalisasi. Jalur pedestrian tersebut sudah didesain
ramah bagi para penyandang disabilitas, termasuk adanya pelican crossing antar trotoar di sisi barat dan
timur. Contoh jalur itu bakal diperluas ke lima wilayah kota administrasi di DKI Jakarta. Sebanyak 51
lokasi jalan di seluruh wilayah Jakarta yang mengalami revitalisasi trotoar dengan total anggaran sekitar
327 miliar rupiah. Wilayah itu meliputi, Jalan KH. Wahid Hasyim dan Sudirman-Thamrin (Jakarta Pusat),
Jalan Sisingamangaraja hingga Jalan Fatmawati (Jakarta Selatan), Kawasan Velodrome (Jakarta Timur),
Jalan Daan Mogot (Jakarta Barat), Jalan Yos Sudarso, dan Jalan Pluit Selatan Raya (Jakarta Utara). 

Setidaknya, pada 2019, terdapat 10 titik lokasi trotoar yang telah dan sedang direvitalisasi
hingga akhir. Trotoar di Jalan Dr Satrio, trotoar di Jalan Otto Iskandardinata, trotoar di Jalan Matraman
Raya, trotoar di Jalan Pangeran Diponegoro, trotoar di Jalan Kramat Raya. Selain itu, jalan Salemba Raya,
trotoar di Jalan Cikini Raya, trotoar di Jalan Latumenten, trotoar di Jalan Danau Sunter Utara, trotoar di
Jalan Yos Sudarso, dan trotoar di Jalan Kemang Raya.

TROTOAR CIKINI DAN KEMANG

Kawasan yang juga menjadi sorotan penting revitalisasi pada tahun ini adalah trotoar Cikini dan
trotoar Kemang. Di trotoar Cikini, jalur sepanjang 10 kilometer ini akan diperlebar, dari semula hanya 3
meter menjadi 4,5-6 meter. Yaitu, 1,5 meter untuk pejalan kaki; 1,5 meter untuk penyandang disabilitas;
1,5 meter untuk street furniture; 0,5 sampai 1 meter untuk amenities (perlengkapan penunjang).
Pejabat Pembuat Komitmen Infrastruktur Khusus Kegiatan Strategis Daerah Dinas Bina Marga Provinsi
DKI Jakarta, Riri Asnita, mengatakan kawasan Cikini merupakan koridor seni, kreasi, budaya, dan tempat
berkumpulnya para komunitas di Jakarta.

“Penataan trotoar Cikini turut menghadirkan kembali Jakarta sebagai Kota Seni, di mana sarana dan
prasarana publik di dalamnya menunjang untuk hal tersebut,” tutur Riri Asnita.

Sementara itu, revitalisasi trotoar Kemang, trotoar sepanjang kurang lebih 3,3 kilometer
tersebut diperlebar dari 1,5 – 2 meter menjadi 3 – 4 meter. Pemprov DKI Jakarta bekerjasama dengan
para pemilik gedung hotel maupun restoran yang terdampak. Hasil dari kolaborasi ini melahirkan
kesepakatan bahwa revitalisasi trotoar di Kemang menerapkan Teknik Pengaturan Zonasi (TPZ),
menjadikan satu lajur di kawasan Jalan Kemang Raya dipotong untuk dibangun fasilitas publik berupa
trotoar.

Dengan adanya kolaborasi ini, revitalisasi yang telah dimulai sejak Mei 2019 tersebut
ditargetkan selesai tepat waktu pada Bulan Desember 2019. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berharap
bahwa kolaborasi dapat terjadi di beberapa kawasan revitalisasi, agar penataan/pengembangan
kawasan bukan hanya untuk memperbaiki tampilan kota juga dapat dinikmati oleh warga Jakarta
sebagai ruang ketiga yang multifungsi.

Revitalisasi trotoar ini juga dimaksudkan untuk integrasi transportasi umum di DKI Jakarta.
Integrasi antara trotoar dengan moda transportasi ini juga sejalan dengan Instruksi Gubernur Nomor 66
Tahun 2019 untuk mengendalikan kualitas udara Jakarta. Warga Jakarta didorong untuk lebih
mengutamakan aktivitas berjalan dan menggunakan transportasi umum, baik dari dan menuju tempat
kerja maupun saat berwisata.

Anda mungkin juga menyukai