Dosen:
Dr. Ir. Hadi Prabowo, MT
Di susun oleh:
Lulu Dhiyathalla (052001700079)
Tugu Pahlawan merupakan landmark kota Surabaya yang terletak dipusat kota, dimana
disekitarnya terdapat banyak aktivitas, antara lain aktivitas rekreasi yang berupa kawasan Tugu
Pahlawan, aktivitas pemertintahan, aktivitas perdagangan dan jasa, dsb. Namun lahan yang terdapat di
daerah tersebut terdominasi oleh perdagangan dan jasa, antara lain kantor Gubernur, Bank Indonesia,
pertokoan, permukiman yang mengelilingi kawasan Tugu Pahlawan. Kondisi eksisting kawasan tersebut
terlihat cukup padat dan ramai. Terdapat pula ruang-ruang yang difungsikan untuk kawasan publik,
salah satunya Tugu Pahlawan yang merupakan tempat wisata sejarah. Adapun beberapa ruang terbuka
hijau yang untuk menyeimbangi daerah lingkungan sekitar meskipun terlihat padat.
Koridor berdasarkan pengamatan langsung di kawasan tersebut dari bagian timur Tugu
pahwalahn terdapat beberapa kantor jasa, salah satunya kantor Gubernur, bagian utaranya terdapat
permukiman, fasilitas pendidikan, pertokoan, baratnya terdominasi pertokoan, kantor dan bagian
selatannya terdominasi oleh pertokoan.
Hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan wilayah adalah menetapkan fungsi lahan
di sekitarnya agar tidak menutupi citra Tugu Pahlawan misalnya beberapa bangunan sekitar meskipun
sudah memiliki peruntukannya masing-masing namun tingginya tidak diperbolehkan melebihi Landmark
Landmark tersebut, hal itu dapat dikontrol oleh pemerintah melalui kebijakan-kebijakan tentang
bagaimana mengatur dimensi bangunan dan sekitarnya.
Kalijodo terbagi menjadi dua kawasan, yaitu are a yang terletak di Jakarta Barat dan bagian yang
berada di Jakarta Utara. Dalam penataannya, kawasan Jakarta Barat diperuntukkan menjadi RPTRA,
sedangkan ruang terbuka hijau yang dibagi menjadi dua, yaitu area aktivitas dan hutan kota. Area
aktivitas dilengkapi fasilitas yang dapat menjadi activity generator, seperti skate park, amphitheatre, dan
function area sebagai fasilitas pendukung kegiatan yang berlangsung. Sementara itu, area hutan kota
dijadikan sebagai penghijauan kota, area joging dan bersepeda, serta beberapa titik peristirahatan yang
juga dilengkapi kios sebagai tempat pengunjung beristirahat.
Permukaan ruang hijau yang tidak flat dan lebih banyak dihadirkan dengan desain area
penghijauan yang menggunakan permainan geometri tiga dimensi. Konsep tanaman menggunakan
vegetasi yang tidak membutuhkan banyak perawatan. Oleh karena itu, alih-alih menggunakan tanaman
hias dan perdu, ruang hijau diisi rumput dan pohon peneduh. Bangunan di area penataan Kalijodo
didesain untuk menjadi sebuah pahatan pada wilayah itu, seperti bangunan penunjang pada area
function. Ornamen bangunan yang memadukan budaya Tionghoa dan Betawi pun memperindah
bangunan di area Kalijodo. Pada kawasan di Jalan Teluk Gong Raya juga dibuat Monumen Kalijodo yang
dirancang seniman Hanafi dengan mengambil konsep sumur kehidupan.
Di lain hal, RPTRA didesain sebagai ruang berinteraksi bagi anak-anak dan orang tua. Kawasan
RPTRA dilengkapi taman bermain anak, sarana pendidikan berupa perpustakaan dan kolam gizi,
lapangan futsal, jalur refleksi, ruang PKK, dan sebuah ruang serbaguna. Mengingat kawasan ini
merupakan sebuah ruang publik yang dikunjungi banyak orang, bangunan dalam kawasan ini
menggunakan material sederhana yang memiliki daya tahan tinggi dengan perawatan yang minim.
Beton, bata, dan konstruksi baja dipilih sebagai material untuk seluruh fasilitas publik di kawasan ini.
Setidaknya, pada 2019, terdapat 10 titik lokasi trotoar yang telah dan sedang direvitalisasi
hingga akhir. Trotoar di Jalan Dr Satrio, trotoar di Jalan Otto Iskandardinata, trotoar di Jalan Matraman
Raya, trotoar di Jalan Pangeran Diponegoro, trotoar di Jalan Kramat Raya. Selain itu, jalan Salemba Raya,
trotoar di Jalan Cikini Raya, trotoar di Jalan Latumenten, trotoar di Jalan Danau Sunter Utara, trotoar di
Jalan Yos Sudarso, dan trotoar di Jalan Kemang Raya.
Kawasan yang juga menjadi sorotan penting revitalisasi pada tahun ini adalah trotoar Cikini dan
trotoar Kemang. Di trotoar Cikini, jalur sepanjang 10 kilometer ini akan diperlebar, dari semula hanya 3
meter menjadi 4,5-6 meter. Yaitu, 1,5 meter untuk pejalan kaki; 1,5 meter untuk penyandang disabilitas;
1,5 meter untuk street furniture; 0,5 sampai 1 meter untuk amenities (perlengkapan penunjang).
Pejabat Pembuat Komitmen Infrastruktur Khusus Kegiatan Strategis Daerah Dinas Bina Marga Provinsi
DKI Jakarta, Riri Asnita, mengatakan kawasan Cikini merupakan koridor seni, kreasi, budaya, dan tempat
berkumpulnya para komunitas di Jakarta.
“Penataan trotoar Cikini turut menghadirkan kembali Jakarta sebagai Kota Seni, di mana sarana dan
prasarana publik di dalamnya menunjang untuk hal tersebut,” tutur Riri Asnita.
Sementara itu, revitalisasi trotoar Kemang, trotoar sepanjang kurang lebih 3,3 kilometer
tersebut diperlebar dari 1,5 – 2 meter menjadi 3 – 4 meter. Pemprov DKI Jakarta bekerjasama dengan
para pemilik gedung hotel maupun restoran yang terdampak. Hasil dari kolaborasi ini melahirkan
kesepakatan bahwa revitalisasi trotoar di Kemang menerapkan Teknik Pengaturan Zonasi (TPZ),
menjadikan satu lajur di kawasan Jalan Kemang Raya dipotong untuk dibangun fasilitas publik berupa
trotoar.
Dengan adanya kolaborasi ini, revitalisasi yang telah dimulai sejak Mei 2019 tersebut
ditargetkan selesai tepat waktu pada Bulan Desember 2019. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berharap
bahwa kolaborasi dapat terjadi di beberapa kawasan revitalisasi, agar penataan/pengembangan
kawasan bukan hanya untuk memperbaiki tampilan kota juga dapat dinikmati oleh warga Jakarta
sebagai ruang ketiga yang multifungsi.
Revitalisasi trotoar ini juga dimaksudkan untuk integrasi transportasi umum di DKI Jakarta.
Integrasi antara trotoar dengan moda transportasi ini juga sejalan dengan Instruksi Gubernur Nomor 66
Tahun 2019 untuk mengendalikan kualitas udara Jakarta. Warga Jakarta didorong untuk lebih
mengutamakan aktivitas berjalan dan menggunakan transportasi umum, baik dari dan menuju tempat
kerja maupun saat berwisata.