MATA KULIAH
: KAWASAN BERSEJARAH
: USMAN ALHABSYI
NIM
: 13021105010
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas tentang KONSERVASI KAWASAN,
BANGUNAN, DAN OBJEK BERSEJARAH DI KOTA MANADO. Tulisan ini merupakan
bahan kelengkapan tugas dari Mata Kuliah Kawasan Bersejarah di bawah bimbingan Dr. Cynthia
E. V. Wuisang, ST., MUHM., Ph.D. Tulisan ini akan membahas tentang 2 bangunan bersejarah
yang ada di kota manado yaitu Gereja GMIM Sentrum Manado dan Klenteng Ban Hin Kiong
Manado, serta sejauh mana Bangunan tersebut dapat di konservasi.
Penulis berharap dengan adanya tulisan ini mampu memenuhi tugas dari Mata Kuliah
Kawasan Bersejarah di bawah bimbingan Dr. Cynthia E. V. Wuisang, ST., MUHM., Ph.D. dan
dapat memberi informasi secara menyeluruh kepada para pembaca sekalian.
Apabila terdapat kekurangan maupun kekeliruan dalam tulisan ini, penulis memohon
maaf, dan kiranya isi tulisan ini bisa diterima dan dimengerti oleh para pembaca sekalian. Terima
kasih.
Manado,
Mei 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....................................................................................................................i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .........................................................................................................................1
1.2. Lingkup Pembahasan ...............................................................................................................2
1.3. Tujuan ......................................................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Definisi bangunan kuno/bersejarah ..........................................................................................3
2.2. Ciri-ciri bangunan bersejarah ...................................................................................................3
2.3. Konservasi ................................................................................................................................3
2.4. Lingkup konservasi ..................................................................................................................4
2.5. Konsep konservasi ...................................................................................................................5
2.6. Prinsip konservasi ....................................................................................................................5
2.7. Manfaat konservasi .................................................................................................................6
2.8. Kriteria konservasi ...................................................................................................................6
BAB III PEMBAHASAN
3.1. Identifikasi Lokasi Penelitian ................................................................................................10
3.1.1. Gambaran Umum Kota Manado .............................................................................10
3.1.2. Gambaran Umum Kecamatan Wenang ..................................................................10
3.1.3. Gambaran Umum Kawasan Kota Lama .................................................................11
3.2. Objek/bangunan yang diteliti .................................................................................................12
3.2.1. Gereja GMIM Sentrum Manado .............................................................................12
3.2.2. Klenteng Ban Hin Kiong Manado ..........................................................................15
3.3. Kriteria Penilaian ...................................................................................................................18
3.3.1. Parameter/kriteria konservasi Gereja GMIM Sentrum Manado .............................18
3.3.2. Parameter/kriteria konservasi Klenteng Ban Hin Kiong Manado...........................20
3.4. Penentuan Kelayakan Konservasi ..........................................................................................22
3.4.1. Penentuan Kelayakan Konservasi Gereja GMIM Sentrum ....................................22
3.4.2. Penentuan Kelayakan Konservasi Klenteng Ban Hin Kiong ..................................24
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ............................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................27
BAB I
3
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Arsitektur merupakan wakil dari citra kebudayaan dalam suatu komunitas satu bangsa
serta merupakan bagian dari sejarah dan tradisi pada periode tertentu. Menghancurkan bangunan
kuno/bersejarah sama halnya dengan menghapuskan salah satu cermin untuk mengenali sejarah
dan tradisi masa lalu. Dengan hilangnya bangunan kuno, lenyap pula bagian sejarah dari suatu
tempat yang sebenarnya telah menciptakan suatu identitas tersendiri, hingga menimbulkan erosi
identitas budaya (Sidharta & Budhiardjo,1989).
Bilamana pembongkaran bangunan kuno tidak segera dihambat dikuatirkan pada suatu
saat nanti generasi mendatang tidak akan dapat lagi melihat sejarah suatu daerah yang tercermin
dalam lingkungan binaannya. Seperti yang diketahui, kesinambungan antara masa lampau, masa
kini dan masa depan yang terdapat dalam karya-karya arsitektur setempat merupakan faktor
kunci dalam penciptaan harga diri dan jati diri.
Dengan menyaksikan dan hidup di antara peninggalan kebudayaan material yang ada ini,
masyarakat akan lebih sadar tentang jati diri, lebih dapat meresapi hasil karya dan jerih payah
generasi sebelumnya dalam menciptakan lingkungan hidupnya, untuk dikembangkan menjadi
lebih baik dan lebih indah. Untuk itu perlu dilakukan pengkajian nilai arsitektur dan sejarah
terhadap bangunan-bangunan kuno dan bila ternyata bangunan tersebut mempunyai nilai-nilai
yang tinggi dipandang dari berbagai aspek maka perlu dilakukan upaya preservasi / konservasi.
Kota Manado merupakan salah satu kota yang memiliki berbagai macam bentuk
peninggalan bersejarah, hal tersebut tidak lepas dari masuknya berbagai macam kebudayaan
maupun bekas dari peninggalan kolonial Belanda. Salah satu bentuk peninggalan bersejarah
yaitu, adanya bentuk bangunan yang khas dengan gaya arsitektur yang tergabung dari beberapa
etnis yang tersebar di beberapa kawasan yang memiliki nilai dan pengaruh sejarah yang kuat.
Kawasan bersejarah tersebut merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan menjadi
objek wisata yang mengandung unsur pendidikan dan sejarah melalui bangunan-bangunan
peninggalan yang ada, salah satu diantaranya kawasan bersejarah yang ada.di kota Manado, yaitu
kawasan Pusat Kota Lama Manado. Kawasan pusat Kota Lama Manado merupakan salah satu
kawasan yang memiliki nilai historis dan mempunyai pengaruh terhadap perkembangan Kota
Manado. Bangunan-bangunan kuno bersejarah yang ada dikawasan pusat kota lama kini
4
Lingkup Pembahasan
Kecamatan Wenang
Klenteng Ban
Hin Kiong
Manado
Gereja GMIM
Sentrum
Manado
1.3.
Tujuan
Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi kelengkapan tugas Mata Kuliah Kawasan
Bersejarah di bawah bimbingan Dr. Cynthia E. V. Wuisang, ST., MUHM., Ph.D, serta
mengidentifikasi 2 bangunan bersejarah yang ada di Kota Manado yaitu Gereja Gmim Sentrum
Manado dan Klenteng Ban Hin Kiong Manado dan sejauh mana bangunan tersebut dapat di
konservasi.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.
konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas
atau di dalam tanah atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya,
baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha kegiatan sosial,
budaya, maupun kegiatan khusus.
Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya menyatakan
bahwa: Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau
benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/atau tidak berdinding,
dan beratap
2.2.
Konservasi
Dalam buku Conservation and Planning (Hutchinson, 1974) mengutarakan tentang salah
satu konsep menjaga kelestarian bangunan bersejarah yaitu konsep konservasi yang pada
awalnya ditekankan pada preservasi, pelestarian atau pengawetan bangunan tua/kuno yang
kemudian telah berkembang menjadi konservasi lingkungan dan bahkan kota bersejarah. Dalam
konteks perencanaan kota, penggunaan kata konservasi penekanannya pada konservasi
6
Lingkup Konservasi
Dalam suatu lingkungan kota, obyek dan lingkup konservasi dapat digolongkan sebagai berikut :
Satuan Areal ; yaitu satuan areal kota yang dapat berwujud sub wilayah kota(bahkan
2.5.
Konsep Konservasi
7
Prinsip Konservasi
Ada prinsip-prinsip tertentu dalam proses konservasi yang harus dipenuhi sebelum bangunan di
konservasi, yaitu :
Tidak mengurangi dari panjang bangunan secara mutlak yang dapat menghilangkan nilai.
Suasana dari bangunan harus dapat menciptakan ketepatan skala serta tidak mengurangi
dan tidak menambah skala bangunan yang ada atau keluar dari skala yang ada.
Pengurangan lebar dari bangunan tidak mengubah kestabilan dari rupa dan kekomplitan dari
Konservasi dilandasi atas penghargaan terhadap keadaan semula dari suatu tempat dan
sesedikit mungkin melakukan intervensi fisik bangunannya, supaya tidak mengubah buktibukti sejarah yang dimilikinya.
Maksud dari konservasi adalah untuk menangkap kembali makna kultural dari suatu tempat
Manfaat Konservasi
b. Ditengah perubahan dan pertumbuhan yang pesat seperti sekarang ini, lingkungan lama akan
menawarkan suasana permanen yang menyegarkan.
c. Teknologi pembangunan yang berorientasi pada nilai-nilai ekonomis di atas lahan berskala
besar dengan bentuk arsitektur ternyata berakhir dengan keseragaman membosankan. Upayaupaya untuk mempertahankan bagian kota yang dibangun dengan skala akrab jika
dibandingkan dengan pembangunan baru akan membantu hadirnya sence of place, identitas
diri dan suasana kontras.
d. Kota dan lingkungan lama adalah aset terbesar dalam industri wisata internasional, sehingga
perlu dilestarikan.
e. Merupakan salah satu upaya generasi masa kini untuk dapat melindungi dan menyampaikan
warisan kepada generasi mendatang dan merasakan bukti fisik suatu tempat di dalam
tradisinya
f. Membuka kemungkinan bagi setiap manusia untuk memperoleh kenyamanan psikologis.
g. Membantu terpeliharanya warisan arsitektur yang dapat menjadi catatan sejarah masa lampau
yang melambangkan keabadian, dan kesinambungan dalam keterbatasan masa kehidupan
manusia.
2.8.
Kriteria Konservasi
Berdasarkan Catanese & Snyder (1979) dalam Tungka (2016), disebutkan bahwa sebuah
bangunan kuno atau suatu lingkungan bersejarah yang layak dikonservasi terdapat tolak ukur
antara lain;
a. Estetika
Bangunan-bangunan atau dari bagian kota yang dilestarikan karena mewakili prestasi
khusus dalam suatu gaya sejarah tertentu.Tolak ukur estetika ini dikaitkan dengan nilai estetis
dari arsitektonis : bentuk, tata ruang dan ornamennya.
b. Kejamakan
Bangunan-bangunan atau bagian dari kota yang dilestarikan karena mewakili satu kelas
atau jenis khusus bangunan yang cukup berperan. Penekanan pada karya arsitektur yang
mewakili ragam atau jenis yang spesifik.
c. Kelangkaan
9
Bangunan yang hanya satu dari jenisnya, atau merupakan contoh terakhir yang masih
ada. Karya langka atau satu-satunya di dunia atau tidak dimiliki oleh daerah lain.
d. Peranan Sejarah
Bangunan-bangunan dari lingkungan perkotaan yang merupakan lokasi-lokasi bagi
peristiwa-peristiwa bersejarah yang penting untuk dilestarikan sebagai ikatan simbolis antara
peristiwa terdahulu dan sekarang.
e. Memperkuat Citra Kawasan
Bangunan-bangunan dan di bagian kota yang karena investasi di dalamnya, akan
mempengaruhi kawsan-kawasan di dekatnya, atau kehadiratnya bermakna untuk meningkatkan
kualitas dan citra lingkungan sekitarnya.
f. Keistimewaan
Bangunan-bangunan ruang yang dilindungi karena memiliki keistimewaan, misalnya
yang tertinggi, tertua, terbesar pertama dan sebagainya.
Tabel 2.1 Teknik Pemberian Nilai Bobot Kriteria (K)
Kriteria
Estetika
Kejamakan
Kelangkaan
Peranan Sejarah
Memperkuat
Citra Kawasan
Keistimewaan
Bobot Nilai
Keterangan
1
2
3
0
1
2
0
1
2
3
0
Memiliki nilai estetika yang sangat baik, memiliki detail-detail yang layak dilestarikan
Tidak memiliki kejamakan
Memiliki kejamakan namun tidak jelas, hanya dapat dilihat dari sebagian kecil bangunan
Memiliki kejamakan dan sangat jelas, dapat dilihat dari keseluruhan bangunan
Tidak langka, sangat rendah dan dapat ditemukan di tempat lain atau lokasi lain
Kurang langka, mudah ditemukan di tempat lain
Langka, sulit ditemukan di tempat lain
Sangat langka, satu-satunya yang ada di Indonesia, bahkan di Dunia
Tidak mempunyai nilai sejarah
1
2
3
0
1
2
3
0
1
2
Tertinggi
Keterangan
(max)
Estetika diberi nilai (max 5) karena estetika merupakan hal yang terpenting dari kriteriaEstetika
kriteria tersebut. Pada umumnya yang pertama dapat dinikmati oleh manusia secara visual
adalah estetika bangunan tersebut.
Kejamakan diberi nilai (max 1) karena adanya tipolgi bangunan yang sama dalam jumlah
Kejamakan
banyak. Kita dapat mengetahui kebudayaan apa yang berpengaruh terhadap suatu
bangunan, dan kadangkala mungkin dapat diperkirakan pada waktu/zaman suatu bangunan
Kelangkaan
didirikan.
Kelangkaan diberi nilai (max 3) karena dengan kelangkaan sebuah bangunan dapat dengan
Peranan Sejarah
Memperkuat
Citra Kawasan
terhadap lingkungannya akan memberi nilai tambah bagi bangunan untuk dikonservasi,
Keistimewaan
Khusus untuk menilai kualitas, Estetika Bangunan memiliki suatu perhitungan berdasarkan
tabel berikut ini
(Nama Bangunan)
Kesatuan
Keseimbangan
1 = Kurang baik
Proporsi
Skala
Total (rata-rata)
Bobot penilaian
0 = Sangat tidak baik
2 = Baik
A=
3 = Sangat baik
Hasil akhir (0 sampai 1,5 Kurang baik)
(Nama Bangunan)
Bobot Nilai Kriteria
Bobot Nilai
(KxA)
11
(K)
Konservasi (A)
Kejamakan
Keistimewaan
Memperkuat
Kawasan
Kelangkaan
Sejarah
Estetika
Nilai Total
A = (Estetika)
K=
X=KxA
X=
K x A=
X = (Hasil Penilaian Akhir)
K
0 sampai < 1,5
1,5 sampai < 3
Kesimpulan
Maka bangunan yang dikaji kurang layak untuk dilestarikan
Maka bangunan yang dikaji layak untuk dilestarikan/dikonservasi
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.
sampai sekarang dengan nama Pasar 45. Dilihat dari sejarahnya, pada zaman dahulu kawasan ini
merupakan landmark kawasan perdagangan di Kota Manado sebelum munculnya pengembangan
kawasan CBD di kawasan Boulevard.
Pada dasarnya lokasi kawasan kota lama Manado ini sudah memiliki rencana pola tata
ruang yang lebih spesifik pada peruntukan lahannya sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah Kota Manado. Namun seiring dengan
beralihnya waktu lokasi ini telah mengalami penurunan fungsi sehingga pemanfaatan lahan
dilokasi ini sudah tidak sesuai lagi dengan peruntukan lahan yang sesungguhnya sesuai dengan
rencana tata ruang wilayah kota Manado.
3.2.
Lokasi
Gereja GMIM
Sentrum berada
di kawasan pusat kota lama Manado atau tepatnya di Jl. Sarapung
Kecamatan
Wenang
No. 1, Kel. Lawangirung, Kec. Wenang, Kota
Manado, Provinsi Sulawesi Utara.
14
Gambaran Umum
Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) Sentrum Manado merupakan Gereja yang
tertua di kota Manado. Berdiri tahun 1677. Pada saat ini, usianya telah mencapai 339 tahun dan
merupakan salah satu situs sejarah religi di kota Manado yang paling tua.
15
Awal berdirinya dimulai ketika seorang Pendeta dari Belanda bernama Domine Jacobus
Montanus yang menetap di Ambon mengunjungi kota Manado pada tahun 1675. Dialah Pendeta
pertama yang mengunjungi Manado yang pada saat itu masih termasuk wilayah Minahasa.
Dalam laporannya ia menulis bahwa di kota Manado sudah ada orang Kristen. Berdasarkan
laporannya tersebut, pemerintah Belanda pada tahun 1677 menempatkan seorang pelayannya di
Manado yang bernama Pendeta Zacharias Cacheing.
Dahulu nama Gereja ini bukanlah GMIM Sentrum, tetapi Gereja Besar (Oude Kerk)
Manado sebagaimana ditulis oleh Nicolaas Graafland. Kata Sentrum digunakan setelah
kemerdekaan. Pada saat itu, GMIM Sentrum berada di bawah binaan Indische Kerk (Gereja
Negara). Gaji Pendeta dibayar oleh negara. Kehidupan rohani yang dikuasai oleh negara
menimbulkan ketidakpuasan, sehingga mendorong lahirnya KGPM pada tahun 1933 sebagai
jawaban atas pemisahan Gereja dari Negara.
Pada masa Indische Kerk, pelayanan administrasi Gereja di Minahasa dan Bitung
berpusat di Manado. Kemudian, sejak 30 September 1934, Gereja Protestan di Manado,
Minahasa dan Bitung dinyatakan berdiri sendiri dengan sebutan Gereja Masehi Injili di
Minahasa (GMIM), dan kedudukan kantornya tidak lagi di Manado, tetapi dipindahkan ke
Tomohon, sengan ketua Sinode GMIM pertama Ds. E. A. A. De Vreede (1934-1935).
Ketua Sinode GMIM pertama sampai keempat adalah orang Belanda. Ketua Sinode
GMIM kelima dan ketujuh adalah Albertus Zacharias Roentoerambi Wenas (1942-1951) dan
(1955-1968), sapaan akrabnya adalah AZR Wenas. Ia merupakan orang Minahasa pertama yang
menjabat sebagai ketua Sinode GMIM.
Pembangunan Gereja GMIM Sentrum hampir bersamaan dengan pembangunan benteng
Fort Amsterdam. Bangunan GMIM Sentrum terletak sekitar 100 meter dari eks pasar 45 atau
bendar Manado; persisnya terletak di depan Gedung Juang 45 Manado.
Pada masa pendudukan Jepang, gedung Gereja tua ini pernah menjadi pusat atau markas
Manado Syuu Kiri Sutokyop Kyookai (MSKK) yang dipimpin oleh Pdt. Hamasaki yang
berkebangsaan Jepang.
Pada Perang Dunia II, Gedung Gereja ini hancur dibom. Untuk mengenangnya dibangun
Tugu Peringatan Perang Dunia II yang berdiri di samping kiri pitung gerbang Gereja.
16
Pada tahun 1952, Gereja yang merupakan artefak budaya ini dibangun kembali dan
ditahbiskan pada 10 Oktober 1952. Bangunannya bercorak khas Gereja Protestan di Belanda.
Berbentuk persegi sebagai simbol empat penjuru mata angin.
Pada tahun 1983-1992, GMIM Sentrum Manado memiliki 47 kolom dan 4 kanisah (anak
jemaat). Keempat kanisah tersebut adalah GMIM Petra Mahakeret, GMIM Zaitun Mahakeret,
GMIM Betania Mahakeret, dan GMIM Karmel Mahakeret Barat (yang termasuk wilayah
Manado Sentrum).
Bangunan Gereja GMIM Sentrum Manado telah beberapa kali direnovasi dan mengalami
perubahan. Posisi mimbar yang sebelumnya menghadap ke utara dipindahkan dari utara
menghadap ke timur, namun keaslian dinding dan pilarnya masih tetap dipertahankan
Gereja GMIM Sentrum Manado telah menjadi salah satu objek wisata religi di kota
Manado yang banyak dikunjungi oleh wisatawan yang ingin menikmati wisata religi sekaligus
menyaksikan salah satu peninggalan sejarah Perang Dunia II baik turis domestik maupun
internasional. Salah satu turis yang pernah mengunjungi Gereja bersejarah ini yaitu Ratu Beatrix
dari Belanda bersama suaminya, Pangeran Claus Van Amsberg pada tahun 1995.
Lokasi
Kecamatan Wenang
Manado,
Provinsi
Suawesi
Utara.
17
Gambaran Umum
Klenteng Ban Hin kiong terletak pada jalan Jl DI Panjaitan, Manado, Sulut. Klenteng ini
termasuk dalam kawasan pencinan . Klenteng Ban Hin kiong merupakan tempat ibadah bagi
Agama Konghucu . Saat hari-hari raya besar banyak yang menjadikan tempat ini untuk tempat
wisata . Klenteng Ban Hin Kiong terdiri atas 3 kata. Ban yang memiliki arti banyak. Hin berarti
18
banyak
keselamatan
kebaikan
untuk
dan
mencapai
Kelurahan
kekayaan tersebut sifatnya bergilir, tak akan dimonopoli oleh keluarga maupun kelompok
masyarakat tertentu. Dengan begitu banyak pertimbangan dari seorang perbintangan dan
memilih di kelurahan calaca, wenang sampai sekarang.
Kelenteng Ban Hing Kiong didirikan sekitar 1670-an atau 300 tahun yang lampau dengan
mengikuti pola yang diawali dari niat dan hakekat para pendirinya . Bentuk permanen Klenteng
Ban hin kiong dibangun pada tahun 1819,kemudian pada tahun 1839 dibangun rumah abu
(Kong tek Su ). Pada awalnya klenteng ini dibuat rumah papan diselingi bamboo sederhana .
Dan pada tahum 1854-1859 di pugar lagi,kemudian di pugar lagi kembali pada tahun 1895-1902
. Klenteng ini kemudian dikelolah secara organisasi sejak tahun 1935 melalui suatu organisasi
perkumpulan Sam Khauw Hwee yang didirikan atas usaha dan inisiatif dua orang tokoh yakni
Yo Sioe Sien dan Que Boen Tjen.
Klenteng ini terdiri dari 3 kata dan memiliki arti yang telah di bahas sebelumnya. Pada
tanggal 14 Maret 1970 Klenteng ini pernah dibakar oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung
jawab. Atas inisiatif Soi Swie Goan yang kemudian menjabat rangkap sebagai ketua
pembangunan dan ketua klenteng Ban Hin Kiong . Mulailah renovasi Klenteng pada tahun
1971-1975. Melalui upacara Pwa We, upacara peresmian klenteng Ban Hin Kiong ditetapkan
bangunan baik penambahan lantai menjadi tiga lantai maupun perluasan ruangan dan halaman.
3.3.
Kriteria Penilaian
KRITERIA
PARAMETER/KRITERIA
VARIABEL
INDIKATOR
CHECK
LIST
20
1.
KEJAMAKAN
Tidak
Penekanan
arsitektur
pada
dilestarikan
Cukup
dilestarikan
Dilestarikan
yang spesifik).
KEISTIMEWAAN
Tidak
(bangunan-bangunan
yang
dilindungi
memiliki
misalnya
dilindungi
karena
Cukup
yang
tertinggi,
terbesar,
pertama,
dsb).
MEMPERKUAT
CITRA
tertua,
3.
ruang
keistimewaan,
KAWASAN
bagian
kota
mempengaruhi
dan
yang
kawasan
Tidak
Cukup
mempengaruhi
4.
citra
Mempengaruhi
disekitarnya.
Bangunan-bangunan dan bagian kota yang karena
Tidak langka
Cukup langka
lingkungan
bermakna
sekitarnya).
KELANGKAAN
disekitarnya.
Dilindungi
dilindungi
mempengaruhi
(bangunan-bangunan
yang
Langka
21
5.
PERANAN SEJARAH
(bangunan-bangunan
Tidak berperan
dari
bersejarah
untuk
yang
dilestarikan
ikatan
simbolis
Cukup
peristiwa
terdahulu
berperan
dan sekarang).
Berperan
6.
ESTETIKA
Tidak terwakili
(bangunan-bangunan
atau
bagian
yang
dari
kota
Cukup
terwakili
Terwakili
KRITERIA
PARAMETER/KRITERIA
VARIABEL
INDIKATOR
CHECK
LIST
KEJAMAKAN
(bangunan atau bagian dari
Tidak
dilestarikan
22
Cukup
dilestarikan
Dilestarikan
Penekanan
pada
arsitektur
yang
yang spesifik).
KEISTIMEWAAN
Tidak
(bangunan-bangunan
yang
dilindungi
memiliki
dilindungi
karena
Cukup
keistimewaan,
misalnya
yang
tertinggi,
terbesar,
pertama,
dsb).
MEMPERKUAT
CITRA
tertua,
3.
ruang
KAWASAN
bagian
dan
kota
yang
mempengaruhi
kawasan
Dilindungi
Tidak
Cukup
mempengaruhi
citra
Mempengaruhi
disekitarnya.
Bangunan-bangunan dan bagian kota yang karena
potensi dan keberadaannya sangat mempengaruhi
serta sangat bermakna untuk meningkatkan kualitas
bermakna
disekitarnya.
dilindungi
mempengaruhi
(bangunan-bangunan
disekitarnya.
lingkungan
sekitarnya).
4.
KELANGKAAN
Tidak langka
Cukup langka
PERANAN SEJARAH
(bangunan-bangunan
Tidak berperan
dari
23
peristiwa
penting
bersejarah
untuk
sebagai
antara
yang
dilestarikan
ikatan
simbolis
peristiwa
terdahulu
Cukup
berperan
dan sekarang).
Berperan
6.
ESTETIKA
Tidak terwakili
(bangunan-bangunan
atau
bagian
yang
dari
kota
Cukup
terwakili
nilai
arsitektonis:
Terwakili
estetis
dan
bentuk,
tata
3.4.
Bobot Nilai
(KxA)
(K)
Konservasi (A)
Kejamakan
Keistimewaan
Memperkuat
1
2
4
1
2
4
1
4
16
Kawasan
Kelangkaan
Sejarah
Estetika
1
3
2
1
3
2,25
1
9
4,5
Nilai Total
K=
13
X=KxA
K x A=
X = 35,5
35,5
X = 2,73
24
K
13
Kesimpulan (Layak Untuk di Konservasi)
Maka bangunan yang dikaji kurang layak untuk dilestarikan
Maka bangunan yang dikaji layak untuk dilestarikan/dikonservasi
Kejamakan : Di berikan bobot nilai 1 karena tidak terlalu mewakili budaya belanda, hanya
Manado.
Memperkuat kawasan : Bangunan Gereja GMIM Sentrum cukup berperan dalam
memperkuat kawasan pusat kota lama Manado. Dengan adanya Gereja GMIM Sentrum ini
dapat menjadikan kawasan ini hidup dan berkembang serta memiliki daya tarik tersendiri
sehingga berpengaruh ke lingkungan sekitar dan juga meningkatkan citra lingkungan. Dan
penting yaitu pada Perang Dunia ke-II terjadi serangan pertama di tempat ini.
Estetika : Pada bangunan Gereja GMIM Sentrum memiliki estetika yang indah dari
Kesatuan
Keseimbangan
3
2
Proporsi
Skala
2
2
Total (rata-rata)
A=
Bobot penilaian
0 = Sangat tidak baik
1 = Kurang baik
2 = Baik
2,25
3 = Sangat baik
Hasil akhir (0 sampai 1,5 Kurang baik)
Alasan kesatuan : Bangunannya masih utuh,kalaupun ada yang rusak akan langsung di
perbaiki.
Alasan Kesimbangan : Kiri dan kanan Bangunannya seimbang.
25
Bobot Nilai
(KxA)
(K)
Konservasi (A)
Kejamakan
Keistimewaan
Memperkuat
2
1
3
1
1
2
2
1
6
Kawasan
Kelangkaan
Sejarah
Estetika
1
3
3
1
4
2,5
1
12
7,5
Nilai Total
K=
13
X=KxA
K x A=
X = 29,5
29,5
X = 2,26
K
13
Kesimpulan (Layak Untuk di Konservasi)
Maka bangunan yang dikaji kurang layak untuk dilestarikan
Maka bangunan yang dikaji layak untuk dilestarikan/dikonservasi
Kejamakan : Di berikan bobot nilai 2 karena Klenteng Ban Hin Kiong memiliki gaya
arsitektur eklektik yang sangat menekan pada budaya Cina dan merupakan bangunan yang
sangat berperan dalam perkembangan agama Kong Hucu di Kota Manado dan merupakan
klenteng pertama.
26
Dengan
adanya Klenteng Ban Hin Kiong ini dapat menjadikan kawasan ini hidup dan berkembang
sehingga berpengaruh ke lingkungan sekitar dan juga meningkatkan citra lingkungan. Dan
diberikan nilai 3 dalam memperkuat kawasan.
Kelangkaan : Kelangkaan, untuk sebuah klenteng menurut saya tidak karena klenteng dapat
di temukan di daerah-daerah lain. Untuk kawasan dekat dengan klenteng Ban Hin Kiong
dapat di temukan 2 klenteng lagi yaitu klenteng Kwang kong dan Klenteng Altar Agung
sebagai tempat ibadah. Sehingga untuk kriteria kelangkaan klentang dapat diberikan nilai 1.
Sejarah : Bangunan Klenteng Ban Hin Kiong merupakan bangunan pertama untuk agama
Kong Hu cu dan klenteng pertama di Kota Manado. Pada bangunan Klenteng Ban Hin Kiong
masih terdapat sejarah yang sangat jelas yaitu masih ada bagian-bagian klenteng dari awal
pembangunan dan juga terdapat dinding yang bekas terbakar dibagian dalam Klenteng. Dari
Klenteng ini agama kong hu cu di kota Manado berkembang sampai sekarang. Sehingga di
berikan nilai 3 untuk kriteria sejarah bagi klenteng Ban Hin Kiong.
Estetika : Pada bangunan Klenteng Ban Hin Kiong memiliki estetika yang indah dari
oranamen-ornamen yang ada
moyang yang masih sampai saat ini. Ornamen-ornamen ukiran pada tembok, lukisan pada
pintu dan juga tulisan-tulisan cina pada pintu serta ornament-ornamen dalam ruangan.
Sehingga bobot penilaian bangunan diberikan nilai 3.
Khusus untuk menilai kualitas, Estetika Bangunan memiliki suatu perhitungan berdasarkan tabel
berikut ini :
Tabel 3.6. Perhitungan Kualitas Konservasi Khusus Kriteria Estetika (A)
Kualitas Estetika
Kesatuan
Keseimbangan
3
3
Proporsi
Skala
2
2
Total (rata-rata)
A=
Bobot penilaian
0 = Sangat tidak baik
1 = Kurang baik
2 = Baik
2,5
3 = Sangat baik
Hasil akhir (0 sampai 1,5 Kurang baik)
27
Alasan kesatuan : Bangunannya masih utuh,kalaupun ada yang rusak akan langsung di
perbaiki.
Alasan Kesimbangan : Kiri dan kanan Bangunannya seimbang.
Alasan Proporsi : semua bentuk bangunannya baik.
Alasan Skala : Karena bangunannya hampir sama besar dengan bangunan-bangunan lain.
BAB IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Konservasi adalah proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang
dikandungnya terpelihara dengan baik. Konservasi dapat meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan
dan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat dapat pula mencakup preservasi, restorasi,
rekonstruksi, adaptasi dan revitalisasi (Shidarta, 1989). Bangunan tua diartikan sebagai susunan
yang merupakan struktur yang didirikan seperti rumah, gedung dan sebagainya pada waktu
lampau (Poerwadarminta, 1989). Preservasi adalah pelestarian suatu tempat persis seperti
keadaan aslinya tanpa ada perubahan, termasuk upaya mencegah penghancuran (Danisworo,
1985). Pelestarian atau konservasi dalam bidang arsitektur dan lingkungan binaan berawal dari
konsep pelestarian yang bersifat statis, yaitu bangunan yang menjadi objek pelestarian
dipertahankan sesuai dengan kondisi aslinya. Konsep yang statis tersebut kemudian berkembang
menjadi konsep konservasi yang bersifat dinamis dengan cakupan lebih luas. Sasaran konservasi
tidak hanya pada peninggalan arkeologi saja, melainkan meliputi juga karya arsitektur
lingkungan atau kawasan bahkan kota bersejarah.
Dari hasil penilaian berdasarkan kriteria konservasi bangunan kuno, Bangunan Gereja
GMIM Sentrum dan Klenteng Ban Hin Kiong yang berada di kawasan pusat kota lama Manado
sangat layak untuk di konservasi dikarenakan kedua bangunan ini merupakan bangunan tua yang
memiliki peranan sejarah penting dalam perkembangan Kota Manado.
Sangat disayangkan apabila bangunan-bangunan bersejarah yang ada di Kota Manado ini
tidak dilindungi, karena selain memiliki peran sejarah bangunan-bangunan ini juga merupakan
warisan budaya. Dengan mempertahankan bangunan-bangunan ini maka nantinya generasi
28
penerus kita dapat mengetahui budaya-budaya masyarakat yang ada di Kota Manado dari masa
ke masa serta sejarah yang ada akan tetap terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
Tungka,Aristotulus.,2016.Materi Perkuliahan Teknik Konservasi dan Preservasi. Program Studi
Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Tonapa.Yenie.,2015.Kajian Konservasi Bangunan Kuno Dan Kawasan Bersejarah di Pusat Kota
Manado.
http://beritamanado.com/sejarah-gmim-sentrum-manado/
http://baghumaspromanado.tribunnews.com/2015/06/11/menengok-gereja-masehi-injil-diminahasa-gmim-kota-manado
https://web.facebook.com/permalink.php?
story_fbid=308156526036941&id=297398163779444&substory_index=0
https://web.facebook.com/permalink.php?
story_fbid=308157016036892&id=297398163779444&substory_index=0
29