Anda di halaman 1dari 68

P E L E S T A R IA N I

NTENSI
TAS& MASSA BANGUNAN T A U T A N

G U N A LA H A N RU AN G TERBU KA P E N A N D A

E LEM EN E LEM EN R AN CAN G K O TA


LAPORAN TUGAS1
RK5100 STUDI
O RANCANG KOTA 1
2018
RK 5100 STUDIO 1 TUGAS 1
8 ELEMEN RANCANG KOTA

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI


Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat dan Anugerahnya
kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan lancer sesuai dengan target. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih Kata Pengantar ..................................................................................... ii
kepada Bapak Dr. Ir. Prasetyo E.Y., M.Arch., MAUD dan Bapak Dr. Petrus Natalivan, ST, MT sebagai dosen yang Pelestarian ........................................................................................... 1 - 10
telah membimbing dan memberi banyak masukan yang sangat bermanfaat selama proses perkuliahan ini. Tata Guna Lahan ................................................................................... 11 - 20
Bentuk dan Masa Bangunan ................................................................. 21 - 30
Tugas ini memuat laporan kumpulan hasil diskusi mengenai elemen-elemen rancang kota oleh mahasiswa Ruang Terbuka ..................................................................................... 31 - 40
Magister Rancang Kota 2018 pada mata kuliah RK5100-Studi Racang Kota I. Laporan ini berisikan elemen Tautan .................................................................................................. 41 - 50
perancangan kota diantaranya sebagai berikut: Preservasi (Pelestarian), Land Use (Tata Guna Lahan), Building Penanda ............................................................................................... 51 - 59
and Massing (Bentuk dan Masa Bangunan), Open Space (Ruang Terbuka), Linkage (Tautan), Signage (Penanda).
Buku The Urban Design Process karya Hamid Sirvani (1985) menjadi landasan teori yang kami gunakan untuk
pembahasan laporan ini dan di dukung dengan beberapa sumber buku lainnya, peraturan dan undang-udang
yang berlaku di Indonesia untuk memperkaya substansi laporan ini.

Laporan ini akan menjadi landasan teori untuk menunjang pembelajan kami selama kuliah di Jurusan Magister
Rancang Kota, oleh karena itu kami menerima kri k dan sran membangun dari semua pihak untuk
menyempurnakan laporan ini. Besar harapan kami semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca.

ii
Di
niAgumsari
256180
05
Lui
Aul
iaMa k
a r
im256
18010
Muha
mmadAbdulSol
eh2561
8017
RK 5100 STUDIO 1 TUGAS 1
8 ELEMEN RANCANG KOTA PELESTARIAN

PELESTARIAN

“Pelestarian terhadap bangunan bersejarah dapat “Pelestarian adalah upaya pengelolaan pusaka
didefinisikan sebagai suatu upaya memelihara dan melalui kegiatan penelitian, perencanaan,
melindungi suatu peninggalan bersejarah baik perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan,
berupa artefak, bangunan, kota maupun kawasan pengawasan, dan/atau pengembangan secara
bersejarah lainnya. Hal ini dilakukan dengan selektif untuk menjaga kesinambungan,
memanfaatkannya sesuai dengan fungsi lama atau keserasian, dan daya dukungnya dalam
menerapkan fungsi yang baru untuk membiayai menjawab dinamika jaman untuk membangun
kelangsungan eksistensinya” kehidupan bangsa yang lebih berkualitas”
(Akbar dan Wijaya, 2008). (Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia ,2003)

Gambar 1.1. Gedung Sate, Bandung


Sumber: Wikipedia, 1997

Definisi
Preservasi secara umum diartikan dengan pelestarian, namun dalam khasanahnya sangat banyak “Preservasi (Pelestarian), yaitu suatu usaha untuk “Pelestarian adalah upaya dinamis untuk
pengertian yang ada dan berbeda pula implikasinya. Menurut Adishakti (2007) istilah ini biasanya memelihara artefak dalam kondisi fisik yang sama mempertahankan keberadaan Cagar Budaya
digunakan para arsitek mengacu pada piagam dari International Council of Monuments and Site ketika diterima oleh agen pemelihara, tidak ada dan nilainya dengan cara melindungi,
(ICOMOS) tahun 1981, Piagam ini lebih dikenal dengan Burra Charter. penambahan atau pengurangan dari nilai mengembangkan, dan memanfaatkannya”
estetisnya” ( UU No 11 tentang Cagar Budaya Tahun 2010)
Dalam Burra Charter konsep Preservasi adalah semua kegiatan pelestarian sesuai dengan kesepakatan (Fitch ,1982)
yang dirumuskan pada Piagam tersebut. Konservasi adalah konsep proses pengolahan suatu tempat
atau ruang ataupun obyek agar makna kultural yang terkandung didalamnya terpelihara dengan baik.
(Piagam Burra 1982)

Preservasi erat kaitannya dengan bangunan tua zaman peninggalan yang disebut bangunan cagar
budaya. Dalam konteks kota, Kawasan Cagar Budaya adalah ruang kota di sekitar atau di sekeliling
bangunan cagar budaya yang diperlukan untuk pelestarian kawasan tertentu dan/atau bangunan “Upaya untuk melestarikan, melindungi, serta “Upaya mempertahankan peninggalan
tertentu yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai memanfaatkan sumber daya suatu tempat arsitektur dan lingkungan tradisional/kuno
penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. seperti gedung-gedung tua yang memiliki arti persis seperti keadaan semula”
(UU No 19 Tahun 2009) sejarah atau budaya, kawasan dengan kehidupan (Budiharjo,1994)
budaya dan tradisi yang mempunyai arti,
kawasan dengan kepadatan penduduk yang ideal,
cagar budaya, hutan lindung, dan sebagainya”
(Danisworo ,1995:5-6)

1
RK 5100 STUDIO 1 TUGAS 1
8 ELEMEN RANCANG KOTA PELESTARIAN

Sejarah Tujuan
• Melestarikan warisan budaya bangsa dan warisan umat manusia

• Meningkatkan harkat dan martabat bangsa melalui Cagar Budaya

• Memperkuat kepribadian Bangsa

• Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat

• Mempromosikan warisan budaya bangsa kepada masyarakat internasional

Gambar 1.2. Kawasan Jalan Asia-Afrika Landasan Hukum


Sumber: Perry Tak via Flickr, 2011
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010, pasal 53 tentang Cagar Budaya
• Pelestarian Cagar Budaya dilakukan berdasarkan hasil studi kelayakan yang dapat
• Pelestarian memiliki tujuan untuk memperpertahankan dan memulihkan signifikasnsi budaya dipertanggungjawabkan secara akademis, teknis, dan administratif.
suatu tempat
• Kegiatan Pelestarian Cagar Budaya harus dilaksanakan atau dikoordinasikan oleh
• Upaya konservasi harus dilakukan berdasarkan penghargaan terahadap kondisi eksisting Tenaga Ahli Pelestarian dengan memperhatikan etika pelestarian
• Upaya konservasi selayaknya dilakukan dengan melibatkan berbagai disiplin keilmuan • Tata cara Pelestarian Cagar Budaya harus mempertimbangkan kemungkinan
dilakukannya pengembalian kondisi awal seperti sebelum kegiatan pelestarian.
• Upaya konservasi memerlukan pemeliharaan visual setting yang tepat
• Pelestarian Cagar Budaya harus didukung oleh kegiatan pendokumentasian sebelum
(Piagam Burra,1982) dilakukan kegiatan yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan keasliannya.

• Konsep dari suatu Monumen bersejarah tidak hanya mencakup satu bangunan arsitektural saja, Undang-undang No.26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
melainkan juga suatu lingkungan perkotaan atau pedesaan, dimana terdapat peninggalan- Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan merupakan komponen dalam
peninggalan sebagai bukti adanya peradaban tertentu, suatu pembangunan yang mempunyai nilai penataan ruang baik yang dilakukan berdasarkan wilayah administratif, kegiatan
luar biasa atau suatu kejadian bersejarah. Ini berlakti tidak hanya untuk pekerjaan-pekerjaan yang kawasan, maupun nilai strategis kawasan. Terdiri dari kawasan suaka alam dan cagar
mempunyai nilai seni tinggi dan luar biasa saja, tetapi juga pekerjaan-pekerjaan yang lebih budaya.
sederhana yang dikarenakan oleh waktu, memperoleh makna kebudayaan tertentu.
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Bangunan Gedung
(Piagam Venesia, 1964)
Penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan yang meliputi
proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan,
pelestarian dan pembongkaran bangunan gedung.

Undang-Undang No 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung


• Bangunan gedung dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar budaya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan harus dilindungi dan dilestarikan.
• Penetapan bangunan gedung dan lingkungannya yang dilindungi dan dilestarikan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan/atau
Pemerintah dengan memperhatikan ketentuan perundang-undangan.

2
RK 5100 STUDIO 1 TUGAS 1
8 ELEMEN RANCANG KOTA PELESTARIAN

Metoda Pelestarian Penilaian Karakteristik Pelestarian


Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memelihara bangunan pusaka, cara tersebut Terdapat beberapa peniaian dalam menentukan bangunan cagar budaya, diantaranya:
antara lain melalui: (Attoe dalam Catanese & Snyder, 1992) 1. Bangunan cagar budaya Golongan A , yaitu bangunan cagar budaya yang memenuhi 4 (empat) kriteria,
dan harus dipertahankan dengan cara preservasi.
Perlindungan yang sah,
metode ini menggunakan hukum dan peraturan untuk mengendalikan apa yang 2. Bangunan cagar budaya Golongan B , yaitu bangunan cagar budaya yang memenuhi 3 (tiga)
terjadi terhadap hak miliki sejarah kriteria dan bangunan cagar budaya ini dapat dilakukan pemugaran dengan cara restorasi/rehabilitasi
atau rekonstruksi.
Hukuman,
undang-undang/peraturan juga merupakan pelengkap sebagai alat pencegahan bagi 3. Bangunan cagar budaya Golongan C , yaitu bangunan cagar budaya yang memenuhi 2 (dua)
pengabaian atau perusakan kekayaan pusaka kriteria dan bangunan cagar budaya ini dapat dilakukan pemugaran dengan cara revitalisasi/adaptasi.

Pinjaman,
tersedianya pinjaman dapat menambah peluang bagi perlindungan karena dalam Kriteria kawasan dan Bangunan Cagar Budaya menurut Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2009 Kota
banyak kasus nilai hak milik akan bertambah melalui rehabilitasi dan perbaikan. Bandung adalah :
Pertambahan nilai berarti mengimbangi biaya pinjaman.
Nilai Sejarah
Subsidi, Hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa atau sejarah politik (perjuangan), sejarah ilmu
pembiayaan pemerintah untuk tindakan pemeliharaan di Amerika Serikat lebih sering pengetahuan, sejarah budaya termasuk di dalamnya sejarah kawasan maupun bangunan
dilakukan secara tidak langsung. (yang lekat dengan hati masyarakatnya).

Adaptive Reuse, Nilai Arsitektur


bangunan-bangunan pusaka yang sudah tidak berfungsi dapat digunakan lagi dengan Berkaitan dengan wajah bangunan (komposisi elemen-elemen dalam tatanan lingkungan)
fungsi baru yang sesuai. dan gaya tertentu (wakil dari periode gaya tertentu) serta keteknikan. Seperti layout dan
bentuk bangunan, warna serta ornamen yang dimiliki oleh bangunan.

Penjualan hak-hak pembangunan,


Nilai Ilmu Pengetahuan
dalam konteks nilai lahan perkotaan yang tinggi, bangunan pusaka seringkali
Mencakup bangunan-bangunan yang memiliki peran dalam pengembangan ilmu
dibongkar untuk mengeksploitasi nilai lahan tempat bangunan pusaka berdiri.
pengetahuan, misalnya ITB, UPI, Museum Geologi.

Nilai Sosial Budaya


Berkaitan dengan hubungan antara masyarakat dengan locusnya.

Umur
Berkaitan dengan umur kawasan atau bangunan cagar budaya. Umur yang ditetapkan
adalah sekurang-kurangnya 50 tahun. Semakin tua bangunan, semakin tinggi nilai ke-
Gambar 1.3. Kawasan Kota Tua Jakarta sebeum di Revitalisasi ‘tuaannya’.
Sumber: Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Jakarta, 2016

3
RK 5100 STUDIO 1 TUGAS 1
8 ELEMEN RANCANG KOTA PELESTARIAN

Elemen Pelestarian Penilaian Karakteristik Pelestarian


Tata cara pelestarian adalah undang-undang setempat yang diberlakukan untuk melindungi bangunan Bentuk-bentuk obyek konservasi mengalami perkembangan yang cukup berarti, bila dulu hanya
dan lingkungan dari penghancuran atau rehabilitasi yang tidak peka.setiap peraturan komunitas harus bangunan-bangunan yang dianggap memiliki status budaya yang tinggi saja yang dianggap untuk
ditulis untuk memenuhi kebutuhan spesifik dari area tersebut, masing-masing harus memiliki 10 dilestarikan, maka kini pilihan pelestarian mencakup sasaran yang lebih luas.
komponen dasar ini:
Obyek pelestarian menurut Attoe dalam Kirana (1992:VIII.8), yaitu antara lain:
1. Pernyataan tujuan 1. Garis cakrawala dan koridor pandang (skylines dan view corridor), seperti pengendalian terhadap
Nyatakan dengan jelas tujuan publik peraturan tersebut. ketinggian bangunan dan pengarah pandangan terhadap view dan vista yang baik.

2. Kawasan (district), seperti kawasan yang mewakili gaya tradisi tertentu yang dilindungi terhadap
2. Definisi
kehancuran dan penambahan figur-figur baru.
Sertakan penjelasan yang mudah dipahami untuk istilah teknis untuk menghindari kebingungan atas
konsep yang mungkin tidak mudah dipahami.
3. Wajah jalan (street scapes), seperti pelestrarian fasade bangunan-bangunan dan perlengkapan-
perlengkapan jalan (street-furnitures).
3. Penciptaan komisi pelestarian
Jelaskan posisi komisi dalam pemerintahan, jumlah anggota, kualifikasi anggota, persyaratan jabatan
mereka, dan jumlah anggota yang diperlukan untuk kuorum.

4. Kekuasaan dan tugas komisi.


Tuliskan semua komisi pelestarian akan memiliki wewenang untuk melakukannya. Juga menguraikan
sifat dari keputusan komisi, apakah diperlukan atau direkomendasikan.

5. Kriteria untuk menunjuk properti bersejarah (distrik dan landmark).


Menetapkan kriteria obyektif dan relevan untuk menunjuk kabupaten dan landmark.

6. Prosedur untuk tengara bersejarah dan penetapan distrik.


Jelaskan siapa yang dapat menominasikan properti untuk penunjukan
Gambar 1.4. Skyline Kawasan Kota Tua Jakarta (Museum Wayang dan Gedung Olveh)
Sumber: Kompas, 2017
7. Prosedur dan standar untuk meninjau perubahan dan penghancuran.
sebutkan jenis perubahan apa yang perlu ditinjau oleh komisi.

8. Bagaimana dan kapan menentukan kesulitan ekonomi


Ini menetapkan proses dan kriteria yang akan digunakan dalam menentukan apakah suatu peraturan
membebankan kesulitan ekonomi pada pemilik.

9. Hukuman
Tata cara harus ditegakkan agar efektif. Hukuman dapat berkisar dari denda hingga penahanan.

10. Proses banding.


Kebanyakan tata cara menguraikan proses untuk keputusan menarik yang diberikan oleh komisi atau
badan pengatur.

Gambar 1.5. Aerial View Kawasan Menteng Jakarta (kiri) dan Kawasan Kota Tua Jakarta (kanan)
Sumber: Wikipedia, 2016 dan Media Indonesia, 2017

4
RK 5100 STUDIO 1 TUGAS 1
8 ELEMEN RANCANG KOTA PELESTARIAN

Tahapan Kegiatan Pelestarian


Dalam piagam Burra dijelaskan mengenai langkah dalam melakukan konservasi yang disebut rencana
konservasi (Conservation Plan), yang terdiri atas:
• Tahap 1: Stating Cultural Significance, merupakan usaha memahami dan menilai makna kultural
dari bangunan beserta nilai tempatnya dengan kriteria penilaian tertentu sebagai contoh nilai
keindahan, sejarah dan keilmuan, maupun nilai demonstratif, hubungan asosiasional, kualitas
formal dan estetis; dan
• Tahap 2: Conservation Policy, merupakan pencarian cara–cara terbaik dalam mempertahankan
nilai–nilai tersebut dalam penggunaannya dan pengembangan di masa yang akan datang (Kerr
1982). Diagram konsep rencana konservasi (Gambar 1).

Pengumpulan bukti-
bukti dokumenter dan
fisik

Penyusunan dan
analisis data

Penilaian terhadap
Makna Kultural

Tahap 1 Menetapkan Makna


Cultural Significance Kultural

Tahap 2
Conservation Policy Mengumpulkan informasi bagi
pengembangan kebijakan konservasi

Persyaratan untuk
Persyaratan Klien atau mempertahankan makna Kondisi Fisik
Persyaratan Eksternal
penggunaan yg layak kultural

Pengembangan suatu Kebijakan


Konservasi

Menetapkan kebijakan konservasi

Strategi bagi Implementasi


Kebijakan Konservasi

Gambar 1.6. Penambahan gedung baru pada area Gedung Sate untuk fungsi pemerintahan
Sumber: Mulki Salman, 2018

5
RK 5100 STUDIO 1 TUGAS 1
8 ELEMEN RANCANG KOTA PELESTARIAN

Prinsip Pelestarian Strategi Pelestarian


1. Pelestarian bertujuan untuk mempertahan dan memulihakan signifikansi budaya suatu tempat. 1. Konservasi: Merupakan upaya melestarikan suatu lingkungan binaan sedemikian rupa, sehingga
makna lingkungan yang terkandung di dalamnya dapat dipertahankan.
2. Suatu Konservasi harus dilakukan berdasarkan penghargaan terhadap kondisi eksisting suatu
objek. 2. Preservasi: Merupakan upaya pelestarian lingkungan binaan tetap pada kondisi aslinya yang ada dan
mencegah terjadinya proses kerusakan pada bangunan/objek tersebut
3. Upaya konservasi selayaknya dilakukan dengan melibatkan berbagai disiplin keilmuan.
3. Adaptasi Revitalisasi: merupakan upaya untuk mengubah suatu lingkungan binaan agar dapat
4. Upaya konservasi dari suatu objek harus mempertimbangkan aspek dari signifikansi budayanya, digunakan untuk penggunaan baru yang sesuai tanpa harus melakukan perubahan drastis pada
tanpa membebani lingkungan sekitarnya bentuk fisiknya

5. Kebijakan Konservasi yang akan disusun untuk suatu objek harus konprehensif 4. Gentrifikasi: Merupakan upaya untuk meningkatkan vitalitas suatu kawasan kota melalui upaya
mempertimbangkan signifikansi budaya dan kondisi objek kawasan. penigkatan kualitas lingkunganya, tanpa menimbulkan perubahan yang berarti dari struktur fisik
kawasan tersebut.
6. Kebijakan konservasi mempertimbangkan kemungkinan pemnafaatan bangunan lama yang
mewadahi fungsi-fungsi baru. 5. Renovasi: adalah tindakan merubah interior bangunan, baik itu sebagian atau seluruh, sehubungan
dengan adaptasi bangunan tersebut terhadap penggunaan baru atau konsep-konsep modern.
7. Upaya Konservasi memerlukan pemeliharaan visual setting yang tepat, seperti bentuk, warna,
tekstur, bahan.penambahan struktur dan bahan baru tidak boleh sampai merusak visual setting 6. Addisi: Pembangunan bangunan baru pada kawasan yang di lestarikan dengan mengabstraksi
lingkungan sekitarnya. bentuk-bentuk bangunan yang sudah ada. pembangunan ini bukan merupakan suatu tiruan yang
presisi tetapi hanya menunjang karakter kawasan tersebut.
8. Bangunan atau objek yang dikonservasi sebaiknya tetap berada pada lokasi asli/Semula.
7. Demolisi: Penghancuran atau perombakan suatu bangunan yang sudah rusak atau membahayakan.
9. Pemindahan dan penghilangan bagian tertentu dati bangunan/objek yang justru memiliki peran
dalam menentukan signifikansi cultural tidak diperkenankan, kecuali pemindahan merupakan (Budihardjo,1991:11-12)
satu-satunya cara untuk menyelamatkan bangunan/objek tersebut

Burra Charter (1982)

Gambar 1.7. Revitalisasi Kali Besar, Kota Tua Jakarta Gambar 1.8. Preservasi Museum Fatahillah, Jakarta Gambar 1.9. Renovasi Bangunan di kawsan Kota Tua Jakarta Gambar 1.10. Demolisi pada pabrik rempah di Kota Tua Jakarta
Sumber: Fatkjhurroz via Liputan 6, 2018 Sumber: Dodi Hidayatullah via Jaktraveller, 2015 Sumber: Wahyu Putro via Antaranews, 2016 Sumber: Richter via Indonesian News, 2018

6
RK 5100 STUDIO 1 TUGAS 1
8 ELEMEN RANCANG KOTA PELESTARIAN

Studi Kasus: Jalan Diponegoro, Bandung

View dari Timur arah Gedung Sate


2 1

View dari Depan (Utara) Gedung Sate


Gambar 1.12. View dari arah Gedung Sate
Sumber: Dokumen Pribadi

0 100 200m
Gambar 1.11. Lingkup Pengamatan di Jalan Diponegoro
Sumber: Geospasial Indonesia

19 19 19
38 28 20

Gedung Dwi Warna Museum Geologi Gedung Sate


Sejarah • 1938 bangunan terakhir oleh Belanda setelah PD II Belanda khawatir dengan tidak terdatanya sumber daya Dibangun untuk kantor pemerintahan masa Kolonial
• 1942 markas Kempeitai Jepang geologi di bumi Pasundan
• 1955 tempat terselenggaranya Konfrensi Asia-Afrika

Arsitektural • Kolonial Modern, dengan atap modern • Arsitek: Menalda van Schowenberg • Arsitek: J. Gerber
• Orientasi Utara-Selatan • Gaya Art Deco, Orientasi Utara-Selatan • Gaya Indo-Eropa, Orientasi ke Gunung Tangkuban Perahu

Ilmu Pengetahuan Sebagai edukasi sejarah untuk masa yang akan datang Sebagai sarana pembelajaran geologi Sebagai edukasi sejarah untuk masa yang akan datang

Sosial-Budaya Demonstrasi terjadi didepan gedung, menolak negara Menyiman koleksi hasil kekayaan geologi Indonesia Kantor Pemerintahan Bandung
Pasundan oleh Belanda
Umur Bangunan 78 Tahun, Selesai 1940 (Golongan A) 91 Tahun, Selesai 1929 (Golongan A) 98 Tahun, Selesai 1924 (Golongan A)

7
RK 5100 STUDIO 1 TUGAS 1
8 ELEMEN RANCANG KOTA PELESTARIAN

Masalah Utama dalam Pelestarian


Minim nya Sumber Daya : Minimnya sumberdaya mansia yang dimilik oleh
pemerintah membuat upaya pelestarian bangunan/objek cagar bday menjadi tidak
makismal, minimnya dana pengawasan, kurangnya pemahaman juga menjadi
permasalahan tersendiri.

Kurang pengawasan : Kurangnya pengawasan terhadap bangnan/objek cagar budaya


membuat banyak banguan/objek yang ditetapkan oleh pemerintah berubah fungsi
bahkan bentuk arsitektur bangunannya mengikuti bangunan disekitarnya yang lebih
modern.
Kurangnya Kesadaran masyarakat : Kurangnya pemhaman dan pengetahuan akan
pentingnya bangunan/objek cagar baudaya serta Degradasi budaya dan sosial yang
terjadi saat ini membawa andil yang cukup besar terhadap kurangnya kepedulian
msayrakat akan kondisibangunan/objek cagar budaya diwilyah mereka.

Peraturan yang diabaikan : Penegakan hukum yang terkesan tidak maksimal dalam Gambar 1.14. Aerial View Kota Tua Jakarta
Sumber: Good News from Indonesia
memutus perkara-perkara yang berkaitan dengan pelanggaran aturan terhadap upaya
pelestarian Bangunan/Objek cagar budaya.

Kurangnya Pemahaman Stakeholder : kurangnya pemahaman dan pengetahuan Kaitan Pelestarian dengan Rancang Kota
pemilik bangunan/gedung dan pihak yang berkepentingan lainya, yang bangunan • Tata Guna Lahan
/gedungnya ditetapkan sebagai bagunan/gedung cagar budaya mengenai pelestarian Dalam tata guna lahan, kawasan kota tua termasuk kedalam kawasan konservasi, yang berkembang
menjadi kawasan wisata. Daerah Kota Tua Jakarta merupakan salah satu kawasan yang kuat ikatannya
cagar budaya dan kecenderungan steakholder untuk meraih keuntungan yang sebesar-
dengan sejarah kota Batavia.
besarnya.
• Intensitas
Bangunan cagar budaya telah memiliki aturan tersendiri seperti sempadan, ketinggian bangunan dan lain-
lain.

• Massa Bangunan
Material, warna, komposisi bangunan erat hubungannya dengan tata massa banguna era kolonial.
Karakter tersebut harus dilestarikan, sehingga memiliki nilai lebih pada bangunan.

• Ruang Terbuka
Menjaga ruang terbuka dengan upaya pelestarian lingkungan binaan sedemikian rupa, sehingga makna
lingkungan yang terkandung di dalamnya dapat dipertahankan.

• Penanda
Visualisasi kawasan akan terpengaruh oleh penanda. Pelestarian wajah kawasan yang baik akan,
mendatangkan banyak keuntungan dari berbagai sektor.

• Tautan
Penghubung kegiatan dan bangunan, dengan adanya sarana sirkulasi menuju bangunan lebih terintegrasi.
Gambar 1.13. Bangunan Toko Buku yang akan direvitalisasi di Kawasan Kota Tua Jakarta
Sumber: Djuianto Susantio, 2013

8
RK 5100 STUDIO 1 TUGAS 1
8 ELEMEN RANCANG KOTA PELESTARIAN

Pengaruh Pelestarian terhadap Lingkungan


Sosial
1. Menjadi tempat pembelajaran, untuk mempelajari sejarah perjalanan bangsa dan negara di
masa lampau.
2. Menjadi suatu penanda/Ikon kawasan karena karakter bangunan yang khas
3. Meningkatkan kepercayaan diri komunitas,sehingga timbul keasadaran dan kepedulian
masyarakat untuk menjaga dan melindungi bangunan/objek pelsetarian.

Ekonomi
1. Meningkatkan nilai properti bangunan/objek pelestarian
2. Meningkatkan Pendapatan masyarakat setempat melalui kegiatan pariwisata.
3. meningkatkan pendapatan pemerintah setempat dengan Meningkatkan nilai pajak bagi
bangunan-bangunan yang berada disekitar bangunan/objek pelestarian.

Budaya
1. Membagkitkan kesadaran masyarakat akan jati diri bangsa dan negara
2. Terciptanya kesatuan dan persatuan yang disebabkan oleh besarnya nilai sejarah yang terdapat
pada bangunan/objek yang dilestarikan.

Perencanaan
1. Menjadikan bangunan bersejarah sebagai objek orientasi dalam menata masa dan intensitas
bangunan di sekitarnya
2. Mempelajari pola perekembangan kawasan sebagai dasar untuk merencanakan kawasan kota di
masa yang akan datang

Manfaat Pelestarian
1. Pelestarian memperkaya pengalaman visual, menyalurkan hasrat untuk kontinuitas, memberi
kaitan yang berarti dengan masa lalu, serta memberi pilihan untuk tinggal dan bekerja di
samping lingkungan modern.
2. Kelestarian mewariskan arsitektur, menyediakan catatan historis tentang masa lalu dan
melambangkan keterbatasan masa hidup manusia.
3. Kelestarian lingkungan lama adalah salah satu aset komersial dalam kegiatan wisata
internasional.

Budihardjo dalam Thamrin (1988: 11)

Gambar 1.15. Adaptasi Revitalisasi Kali Besar yang melintasi Kota Tua Jakarta
Sumber: Fatkjhurroz via Liputan 6, 2018

9
RK 5100 STUDIO 1 TUGAS 1
8 ELEMEN RANCANG KOTA PELESTARIAN

Daftar Pustaka
- Undang-Undang No 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung “Pelestarian Kawasan dan bangunan cagar Budaya tidak hanya sekedar romantisme
- Hamid, S. (1985). The Urban Design Process. New York: Van Nostrand Reinhold masa lalu, Bukan pula hanya sekedar mengawetkan, Pelestarian bertujuan
- Cattanese, Anthony J. & Snyder. 1992. Perencanaan Kota (Terjemahan). Jakarta: Erlangga. membangun masa depan secara berkelanjutan yang menyeimbangkan berbagai
- Attoe dalam Kirana (1992:VIII.8) peninggalan yang bernilai dengan dinamika jaman Secara terseleksi sekaligus
sebagai alat dan modal untuk pengembangan budaya dan ekonomi”
- Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2009 Kota Bandung
- Budihardjo, Eko. 1997. Lingkungan Binaan dan Tata Ruang Kota. Yogyakarta. Gajah Mada
University Press.
- Kirana, Andi. 1992. Preservasi dan Konservasi. Bandung. ITB
- Sidharta dan Eko Budihardjo. 1989. Konservasi Lingkungan dan Bangunan Kuno Bersejarah di
Surakarta. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Prepared by:
Kelompok 1 \ Urban Design Studio \ Tugas 1
- Virgiani, 2002. Penataan Kawasan Konservasi Kembang Jepun Surabaya, Skripsi Universitas
Brawijaya, Malang.
- Venice Charter, International Congress of Architects and Technicians of Historic Monuments,
https://www.icomos.org/venicecharter2004/bahasa-indonesian.pdf. Diakses 14 September 2018
- Burra Charter, International Congress of Architects and Technicians of Historic Monuments,
https://www.icomos.org/burracharter/bahasa-indonesian.pdf. Diakses 14 September 2018

- Sampul Bab Pelestarian: Dokumentasi Pribadi

10
Ni
saNa bil
ah256
18001
Ha
nsDi
anSintong2
56180
16
M.
AnwanBurhani2
56180
07
RK 5100 STUDIO 1 TUGAS 1 INTENSTAS DAN MASSA
8 ELEMEN RANCANG KOTA BANGUNAN
a. Pola Terpusat
DEFINISI INTENSITAS DAN MASSA BANGUNAN
Bangunan dengan jenis pola terpusat biasanya
INTENSITAS BANGUNAN memiliki dominasi secara visual dalam keteraturan
geometris, bentuk yang ditempatkan secara
Intensitas bangunan gedung adalah ketentuan teknis tentang kepadatan dan ketinggian bangunan terpusat, misalnya seperti bola, kerucut, atau
gedung yang dipersyaratkan pada suatu lokasi atau kawasan tertentu, yang meliputi koefisien dasar silinder. Bentuk terpusat sangat ideal sebagai
bangunan (KDB), koefisien lantai bangunan (KLB), dan jumlah lantai bangunan. struktur yang berdiri, dikelilingi oleh lingkungannya
Ketinggian bangunan gedung adalah tinggi maksimum bangunan gedung yang diizinkan pada lokasi yang sejenis,mendominasi sebuah titik di dalam
tertentu. Jarak bebas bangunan gedung adalah area di bagian depan, samping kiri dan kanan, serta ruang atau menempati pusat suatu bidang
belakang bangunan gedung dalam satu persil yang tidak boleh dibangun. (Pasal 10 Undang - Undang No tertentu.bentuk terpusat dapat menjadi simbol
28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung). tempat-tempat yang suci atau penuh
perhormataan atau juga untuk mengenang Gambar 3.1. Contoh pola bangunan terpusat. Washington DC
Pentagon.
MASSA BANGUNAN keberadaan seseorang atau peristiwa.
Sumber: http://www.time.com/4065542/pentagon-lights/

Massa sering dikaitkan dengan struktur dalam garis besar dalam bentuk tiga dimensi. (Jacoby, Sam. Born,
b. Pola Grid
George Walter, 2006).
Bangunan dengan jenis pola grid akan membentuk
Massa bangunan meliputi ketinggian, pemunduran (setback), penutupan (coverage), penampilan dan
suatu pola geometrik dan titik yang berjarak teratur
konfigurasi bangunan, warna, material, tekstur, fasade, skala dan gaya. (Shirvani, 1985).
pada pada perpotongan garis-garis dan bidang-
Tata Bangunan adalah produk dari penyelenggaraan bangunan gedung beserta lingkungannya sebagai bidang beraturan yang dibentuk oleh garis-garis
wujud pemanfaatan ruang, meliputi berbagai aspek termasuk pembentukan citra/karakter fisik grid itu sendiri. Pola gird dalam mencari keefektifan
lingkungan, besaran, dan konfigurasi dari elemen-elemen: blok, kaveling/petak lahan, bangunan, serta merupakan yang paling efektif karena terdiri dari
ketinggian dan elevasi lantai bangunan, yang dapat menciptakan dan mendefinisikan berbagai kualitas jalan jalan lurus yang menuju kesuatu titik biasanya
ruang kota yang akomodatif terhadap keragaman kegiatan yang ada, terutama yang berlangsung dalam ke pusat kota atau ke tempat pemerintahan.
ruang-ruang publik. (peraturan menteri pekerjaan umum nomor 06/prt/m/2007). Gambar 3.2. Contoh pola bangunan grid. Barcelona urban
grid.
POLA MASSA BANGUNAN Sumber: https://www.researchgate.net
c. Pola Linear
JENIS JENIS POLA MASSA BANGUNAN
Bangunan dengan jenis pola linear memiliki bentuk
Pola Massa Bangunan merupakan suatu yang mengungkapkan skema organisasi struktural mendasar yang garis lurus atau linear yang dapat diperoleh dari
mencangkup suatu penataletakan massa, baik itu bangunan maupun lingkungan, yang menciptaan suatu hubungan
perubahan secara proporsional dalam dimensi
keseimbangan dan keselarasan. (Yadnya, 2012).
suatu bentuk atau melalui pengaturan sederet
Secara teoritik, pola massa bangunan terbagi menjadi 5 jenis menurut D. K. Ching (2000) yaitu ; bentuk-bentuk sepanjang garis. Biasanya pola ini
a. Pola Terpusat mengikuti garis jalan dan seluruh bangunan
b. Pola Grid mendapatkan muka yang berhadapan dengan jalan.
c. Pola Linear
d. Pola Cluster Gambar 3.3. Contoh pola bangunan Linear. San Francisco –
e. Pola Radikal California U.S.
Berikut merupakan penjelasan dari masing – masing pola bangunan beserta contohnya : Sumber: https://www.mylohotel.com

21
RK 5100 STUDIO 1 TUGAS 1 INTENSTAS DAN MASSA
8 ELEMEN RANCANG KOTA BANGUNAN
d. Pola Cluster

Bangunan yang dengan jenis pola cluster memiliki


organisasi kelompok dibentuk berdasarkan
persyaratan fungsional seperti ukuran, wujud,
ataupun jarak letak. Di Bumi Serpong Daman
terlihat bahwa adanya pengempokan atau klaster
klaster yang dihubungkan dengan jalan utamanya.

Gambar 3.4. Contoh pola bangunan cluster. Bumi Serpong


Damai – Tanggerang Selatan.
Sumber: https://www.klcbs.net

Gambar 3.6. Persamaan dan perbedaan antara shirvani dan pedoman penyusunan RTBL
e. Pola Radial Sumber : (Shirvani, 1985; Pedoman Penyusunan RTBL, 2007)

Bangunan dengan jenis pola radial memiliki bentuk


yang terdiri atas bentuk-bentuk linear yang ARTIKULASI MASSA BANGUNAN
berkembang dari suatu unsur inti terpusat ke arah STANDAR dan PANDUAN
luar menurut jari-jarinya. Seperti Arc de Triomphe 1. Depan Toko dan Bangunan bukan hunian lainnya : artikulasi 50 kaki (max)
yang berfungsi sebagai pusatnya dan dikelilingi a. Pola penestrasi jendela dan / atau entri;
oleb bangunan yang terbentuk oleh garis jalan b. Penggunaan fitur perlindungan cuaca;
menuju ke Arc de Triomphe. c. Penggunaan tiang / kolom vertikal;
d. Perubahan garis atap per Ketentuan;
e. Perubahan dalam bahan bangunan atau gaya berpihak;
Gambar 3.5. Arc de Triomphe dengan pola radialnya f. Elemen vertikal seperti teralis dengan tanaman, dinding hijau, elemen seni;
Sumber: http://paris1900.lartnouveau.com
g. Menyediakan modulasi bangunan vertikal setidaknya 12 inci secara mendalam jika
dikaitkan dengan perubahan garis atap modulasi atau perubahan dalam membangun
INTENSITAS DAN MASSA BANGUNAN material, gaya berpihak, atau warna;
h. Teknik desain lainnya yang efektif memperkuat pola etalase kecil.
Dalam Shirvani (1985) intensitas dan massa banguanan berkaitan dengan adalah Coverage, Style,
Proporsi, Store Front Design, Texture, Scop, ketinggian, KLB, GSB, skala, material, warna, pencahayaan,
sirkulasi pejalan kaki dan fasad. Dalam pedoman penyusunan RTBL (2007) intensitas dan massa bangunan
berkaitan dengan ketinggian, KLB, GSB, skala, material, warna, pencahayaan, sirkulasi pejalan kaki dan
fasad, letak dan orientasi, konfigurasi blok, KDB, KDH, KTB, sirkulasi moda, sirkulasi udara. Dari kedua
sumber tersebut dapat dikomparasikan bahwa memiliki beberapa persamaan. Persamaannya adalah
ketinggian, KLB, GSB, skala, material, warna, pencahayaan, sirkulasi pejalan kaki dan fasad. Persamaan
dan perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan kawasan. Shirvani mengambil contoh wilayah di
san fransisco sedangkan pedoman penyusunan RTBL merupakan pedoman yang digunakan di Indonesia.
Perbedaan tersebut disebabkan karena adanya karakteristik yang berbeda, masalah dan isu
pembangunan yang berbeda pula. Berikut merupakan diagram persamaan dan perbedaan antara shirvani Gambar 3.7. Contoh artikulasi depan toko
Gambar 3.8. Contoh artikulasi depan toko yang tidak memadai
dan pedoman penyusunan RTBL. Sumber : Boise Citywide Design Standards and
Sumber : http://www.in-rel.com
Guidelines, 2013

22
RK 5100 STUDIO 1 TUGAS 1 INTENSTAS DAN MASSA
8 ELEMEN RANCANG KOTA BANGUNAN

Gambar 3.11. Contoh artikulasi gedung multifamili yang tidak memadai


Sumber : https://www.panoramastreetline.com

Gambar 3.9. Contoh artikulasi depan toko yang memadai


Sumber : http://www.koerbersfinejewelry.com

Bangunan pada gambar 3.7. disamping menjelaskan bagaimana seharusnya sebuah toko memiliki
garis atap yang termodulasi serta terdapat perbedaan pada materialnya. Pada gambar 3.8. menunjukkan
bahwa garis atap yang monoton tidak memadai sesuai panduan, sedangkan pada gambar 3.9. merupakan
bentuk massa bangunan yang memadai.

2. Bangunan multifamili : artikulasi 30 kaki (max)


a. Penggunaan jendela dan / atau entri;
Gambar 3.12. Contoh artikulasi gedung multifamily yang memadai
b. Perubahan garis atap per Ketentuan; Sumber : https://www.panoramastreetline.com
c. Perubahan dalam bahan bangunan, gaya berpihak, dan / atau pola jendela fenestrasi;
d. Menyediakan modulasi bangunan vertikal setidaknya 12 inci secara mendalam; Bangunan pada gambar 3.10. disamping menjelaskan bagaimana seharusnya sebuah bangunan
e. Elemen vertikal seperti teralis dengan tanaman, dinding hijau, elemen seni; multifamili memiliki garis atap yang termodulasi dengan contoh maksimal setiap 30 kaki. Pada gambar
f. Teknik desain lainnya yang secara efektif memecah massing tidak lebih dari 30-kaki 3.11. menunjukkan bahwa garis atap yang monoton tidak memadai sesuai panduan, sedangkan pada
interval. gambar 3.12. memiliki modulasi atap yang bervariasi.

3. Kriteria Penyampaian
a. Pertimbangkan jenis dan lebar perawatan artikulasi yang diusulkan dan seberapa efektifnya
dalam memenuhi maksud yang diberikan pada konteks bangunan saat ini dan yang diinginkan;
b. Pertimbangkan penandaan frontage blok yang berlaku. Bagian depan blok yang tidak
dirancang memerlukan lebih banyak fleksibilitas daripada blok depan yang ditunjuk sebagai
Komersial / Campuran-Pakai atau Landscaped.
c. Pertimbangkan ukuran dan lebar bangunan. Bangunan yang lebih kecil membutuhkan
fleksibilitas yang lebih besar daripada bangunan yang lebih besar.
d. Pertimbangkan kualitas material façade bersama dengan pintu, jendela, dan fitur façade
lainnya dan kemampuan mereka untuk menambahkan minat visual ke jalan dari skala pejalan
kaki dan skala yang lebih jauh yang dapat diamati.

Gambar 3.10. Contoh artikulasi gedung multifamili


Sumber : Boise Citywide Design Standards and Guidelines, 2013

23
RK 5100 STUDIO 1 TUGAS 1 INTENSTAS DAN MASSA
8 ELEMEN RANCANG KOTA BANGUNAN

Gambar 3.13. Contoh artikulasi memadai


Sumber : Boise Citywide Design Standards and Guidelines, 2013

Bangunan pada gambar 3.13. diatas memang tidak mengikuti modulasi atap yang disarankan
tetapi bentuk variasi dari jendelanya beserta lantai bawah yang menunjukkan sebagai akses masuk
menuju bangunan sudah mewakili standard an menjelaskan bentuk bangunan kepada pengguna jalan di
depannya.
Gambar 3.14. Ilustrasi daerah perhitungan KDH
INTENSITAS BANGUNAN Sumber : IAI Jakarta

KDH KDB
Koefisien Dasar Bangunan (KDB), yaitu angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai
Koefisien Daerah Hijau (KDH), yaitu angka persentase perbandingan antara luas seluruh ruang
dasar bangunan gedung yang dapat dibangun dan luas lahan/ tanah perpetakan/daerah perencanaan
terbuka di luar bangunan gedung yang diperuntukkan bagi pertamanan/ penghijauan dan luas tanah
yang dikuasai.
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai. KDH dihitung dengan ketentuan sebagai berikut :

a. perkerasan di permukaan tanah yang dipergunakan sebagai jalan kendaraan, prasarana parkir, plaza dan KDB = ((Luas Lantai Dasar Bangunan - Lantai Proyeksi) / (Lahan Perencanaan)) × 100%
pedestrian yang bukan merupakan bagian dari taman tidak diperhitungkan sebagai KDH.
b. permukaan tanah yang dimanfaatkan sebagai resapan air dan RTH di atas besmen 2 (kedua) dengan
kedalaman paling kurang 3 m (tiga meter) diperhitungkan sebagai KDH. Perhitungan KDB berdasarkan proyeksi bangunan, ditentukansebagai berikut : Proyeksi bangunan adalah ruang
terbuka di lantai dasar yang berada di bawah bangunan gedung dan/atau unsur bangunan gedung.
1. luas ruangan beratap dengan dinding lebih 1,20 meter dihitung penuh (100%).
KDH = Luas bidang tanah yang dihitung KDH / Luas lahan perencanaan (Luas ABCD) X 100% 2. luas ruangan tidak beratap dengan dinding tidak lebih tinggi dari 1,20 meter, tidak dihitung sebagai KDB.
3. luas proyeksi dengan dinding tidak lebih dari 1,20 meter dihitung 50% (lima puluh persen) apabila tidak
KDH dapat difungsikan atau dimanfaatkan sebagai fungsi resapan dan harus dapat ditumbuhi oleh rumput. melebihi 10% dari batasan KDB yang ditetapkan.
Tidak dimanfaatkan, dipergunakan, dan/atau bagian dari jalur sirkulasi internal untuk kegiatan operasional dan 4. luas proyeksi dengan dinding tidak lebih dari 1,20 meter dan >10% dari batasan KDB dihitung 100%.
servis. Dikhususkan Hanya Untuk Akses Pemadam Kebakaran, tidak di manfaatkan untuk kegiatan yang lain, 5. Ramp sirkulasi kendaraan dan tangga terbuka menuju dihitung 50% apabila tidak melebihi 10% dari
termasuk parkir kendaraan. Maksimal 50% Dari Batasan KDH Yang Ditetapkan dengan ketentuan sisa luas KDH yang batasan KDB yang ditetapkan dan selebihnya dihitung 100%.
bukan digunakan sebagai akses kebakaran, tidak kurang dari 10% luas lahan perencanaan. Memberikan tanda
antara jalur khusus pemadam kebakaran dengan area KDH lain.

24
RK 5100 STUDIO 1 TUGAS 1 INTENSTAS DAN MASSA
8 ELEMEN RANCANG KOTA BANGUNAN

KETINGGIAN BANGUNAN Dari gambar 3.15 KKOP dapat dijabarkan bahwa pada radius 6.000 meter ketinggian maksimal
Ketinggian Bangunan merupakan jumlah lantai penuh dalam suatu bangunan dihitung mulai dari adalam 46 meter dan dalam 15.000 meter ketinggian maksimum adalah 154 meter.
lantai dasar sampai dengan lantai tertinggi. Ketinggian bangunan dihitung dengan ketentuan sebagai b. Pertimbangan terhadap KLB. (Sub Bab KLB)
berikut :
a. pada bangunan non rumah tinggal ketinggian dari permukaan lantai dasar (lantai1) ke permukaan c. Pertimbangan keselamatan dan bahaya kebakaran yang didasari oleh Permen PU No.26/PRT/M/2008
lantai 2 (dua) paling tinggi 10 m (sepuluh meter), dan tidak diperhitungkan sebagai dua lantai Tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
b. ketinggian antar lantai penuh berikutnya paling tinggi 5 m (lima meter), jika lebih dari 5 m (lima Selain itu Hal ini sesuai dengan Petunjuk Perencanaan Struktur Bangunan yang dikeluarkan oleh DPU
meter) maka ruangan tersebut dianggap sebagai 2 (dua) lantai dan mempengaruhi perhitungan jarak Tahun 1987 Tentang Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung. Peraturan
bebas ini menentukan batas ketinggian maksimum bangunan dan batas maksimum luas lantai yang
c. mezanin yang luasnya kurang 50% (lima puluh persen) dari luas lantai penuh di bawahnya tidak dipergunakan.
dihitung sebagai lantai bangunan selama tinggi lantai dibawah mezanin sampai dengan tinggi lantai di d. Pertimbangan nilai optimal harga. Pertimbangan nilai harga dengan tinggi bangunan berbanding
atas mezanin tidak lebih dari 5 m (lima meter) lurus. Semakin tinggi harga maka ada boleh memiliki ketinggian yang lebih tinggi dari pada nilai harga
d. mezanin yang luasnya melebihi 50% (lima puluh persen) dari luas lantai penuh di bawahnya, dihitung lahan yang rendah. Contohnya harga lahan di kota tinggi dan terbukti banyak gedung di kota yang
sebagai lantai bangunan berbanding terbalik dengan kondisi desa dengan lahan murah memiliki ketinggian yang lebih rendah
e. terhadap bangunan gedung tempat ibadah, bangunan gedung pertemuan, bangunan gedung dari pada ketinggian di kota.
pertunjukan, bangunan gedung prasarana pendidikan, bangunan monumental yang memiliki nilai
arsitektur spesifik, bangunan gedung olahraga, bangunan gedung serba guna, bangunan gedung KLB
industri dan pergudangan serta bangunan sejenis lainnya tidak berlaku ketentuan sebagaimana Koefisien Lantai Bangunan (KLB), yaitu angka persentase perbandingan antara jumlah seluruh luas
dimaksudkan pada huruf a dan b lantai seluruh bangunan yang dapat dibangun dan luas lahan/ tanah perpetakan/daerah perencanaan
f. terhadap fungsi ruang serba guna dan ruang pertemuan yang merupakan prasarana dari kegiatan yang dikuasai (Pedoman RTBL Kemen PU, 2007). Perhitungan KLB ditentukan sebagai berikut
utama tidak berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b.
KLB = [Luas Lantai – {Parkir yang tidak dihitung KLB + Proyeksi + SP (Bangunan Pendukung)
Dalam menentukan ketinggian bangunan banyak hal yang harus diperhatikan seperti batasan ketinggian yang tidak dihitung KLB + Lantai Evakuasi}] / [Luas Lahan Perencanaan]
sehingga tidak mengganggu aktivitas lain. Hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut ;
a. overstek yang tidak memiliki akses luas bidang mendatarnya tidak diperhitungkan selama lebarnya
a. Pertimbangan KKOP
tidak lebih dari 1,5 m;
Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) adalah wilayah daratan dan/atau perairan b. overstek yang memiliki akses dan/atau balkon untuk kegiatan maka luas bidang mendatarnya
serta ruang udara di sekitar bandar udara yang digunakan untuk kegiatan operasi penerbangan dalam dihitung 100% (seratus persen);
rangka menjamin keselamatan penerbangan (Undang-Undang No. 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan). c. pemanfaatan ruang untuk prasarana penunjang bangunan dari kegiatan utama paling besar 20%
(dua puluh persen) dari luas seluruh lantai bangunan yang dihitung dalam perhitungan KLB;

Gambar 3.16. Ilustrasi KLB


Gambar 3.15. Batasan Ketinggian berdasarkan KKOP
Sumber : Metropolitan Council Facts
Sumber : http://www.angkasasena.blogspot.com

25
RK 5100 STUDIO 1 TUGAS 1 INTENSTAS DAN MASSA
8 ELEMEN RANCANG KOTA BANGUNAN

GSB
Ilustrasi KLB dapat dilihat dalam gambar 3.16. Pada gambar tersebut dapat diperhatikan bahwa Garis Sempadan Bangunan atau GSB adalah
ketika KLB yang dizinkan misalnya 400 meter persegi. Maka jika dibangun KDB 400 meter persegi, maka sebuah garis yang menjadi batas jarak bebas
hanya dapat dibangun 1 lantai. Jika KDB nya 200 meter persegi maka dapat dibangun 2 lantai. Jika KDB minimum dari sisi paling luar sebuah massa bangunan
nya 100 meter persegi dapat dingaun 4 lantai. Jadi semakin kecil KDB maka bangunan dapat dibangun terhadap batas lahan yang dikuasai (UU No. 28, 2002).
semakin tinggi. Ada pula patokan dan batasan dalam mengukur luas
Dalam pedoman penyusunan RTBL kemen PU diatur tentang insentif dan disinsentif GSB, yakni garis tengah jalan, tepi sungai, tepi pantai,
pengembangan. Sistem Insentif-Disinsentif Pengembangan, terdiri atas: rel kereta api dan jaringan tegangan tinggi.
Sementara, faktor penentu Garis Sempadan
a. Insentif Luas Bangunan, yaitu insentif yang terkait dengan KLB dan diberikan apabila bangunan Bangunan adalah letak atau tempat dari lokasi
gedung terbangun memenuhi persyaratan peruntukan lantai dasar yang dianjurkan. Luas lantai berdirinya bangunan tersebut. Untuk sebuah rumah
bangunan yang ditempati oleh fungsi tersebut dipertimbangkan untuk tidak diperhitungkan dalam yang berdiri di pinggir jalan, maka yang menentukan
KLB. GSB-nya adalah fungsi dan kelas jalan. Sementara, bila
b. Insentif Langsung, yaitu insentif yang memungkinkan penambahan luas lantai maksimum bagi bangunan terletak di lingkungan pemukiman, maka
bangunan gedung yang menyediakan fasilitas umum berupa sumbangan positif bagi lingkungan kisaran standarnya yakni sepanjang 3 – 5 meter.
permukiman terpadu; termasuk di antaranya jalur pejalan kaki, ruang terbuka umum, dan fasilitas Garis Sempadan Bangunan bertujuan untuk
umum. menciptakan keteraturan dan keamanan di area
Gambar 3.17. Ilustrasi Ketentuan KTB
Selain insentif dan disinsentif diatur juga mengenai sistem Pengalihan Nilai Koefisien Lantai Sumber : IAI Jakarta pemukiman sekitar rumah. tujuan dibuatnya Garis
Bangunan. Sistem Pengalihan Nilai Koefisien Lantai Bangunan (TDR = Transfer of Development Right), Sempadan Bangunan juga terkait dengan faktor
yaitu hak pemilik bangunan/pengembang yang dapat dialihkan kepada pihak atau lahan lain, yang keamanan bagi para pengendara kendaraan bermotor yang melintas di depan sebuah rumah.
dihitung berdasarkan pengalihan nilai KLB, yaitu selisih antara KLB aturan dan KLB terbangun. Maksimum Rumah hook cenderung lebih rawan menyebabkan kecelakaan di jalan, terlebih bila mengabaikan batas
KLB yang dapat dialihkan pada umumnya sebesar 10% dari nilai KLB yang ditetapkan. Pengalihan nilai KLB GSB. Sebab, rumah ini berpotensi membuat pengendara yang melintas tidak dapat melihat adanya
hanya dimungkinkan bila terletak dalam satu daerah perencanaan yang sama dan terpadu, serta yang pengendara lain dari arah berlawanan.
bersangkutan telah memanfaatkan minimal 60% KLB-nya dari KLB yang sudah ditetapkan pada daerah Garis Sempadan Bangunan diuraikan dalam penjelasan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.
perencanaan. Pengalihan ini terdiri atas; 441 Tahun 1998 mengenai Persyaratan Teknis Bangunan Gedung. Berdasarkan Keputusan Menteri
a. Hak Pembangunan Bawah Tanah, hak ini memungkinkan pembangunan fungsi-fungsi di bawah tanah tersebut, kita juga harus memperhatikan GSB samping dan belakang bangunan. Adapun persyaratan yang
yang tidak diperhitungkan ke dalam KLB yang dimiliki bangunan gedung di atasnya, dengan harus dilakukan untuk memenuhi GSB samping dan belakang tersebut adalah:
memenuhi kriteria sesuai Peraturan Menteri PU No. 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan a. Bidang dinding paling luar tak boleh melebihi batas pekarangan
Teknis Bangunan Gedung. b. Jarak struktur dan pondasi bangunan terluar haruslah sekurang-kurangnya 10 cm ke arah dalam
b. Hak Pembangunan Layang (Air Right Development), merupakan mekanisme yang mirip dengan Hak batas bangunan
Pembangunan Bawah Tanah, namun berlaku untuk pembangunan di atas prasarana umum c. Bila ingin melakukan perbaikan atau renovasi bangunan yang awalnya memakai bangunan dinding
(melayang), seperti jalan, yaitu berupa bangunan pedestrian layang atau bangunan komersial layang, batas bersama bangunan yang ada di sebelahnya, syaratnya adalah membuat dinding batas di
dengan ketentuan sesuai Peraturan Menteri PU No. 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan samping dinding batas yang lama.
Teknis Bangunan Gedung. d. Untuk bangunan rumah tinggal yang kondisinya rapat, maka tak ada jarak bebas samping, namun
penentuan jarak bebas belakang yakni minimal setengah dari besarnya garis sempadan muka
KTB bangunan.
Koefisien Tapak Besmen (KTB), yaitu angka persentase perbandingan antara luas tapak besmen
dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai. Dari gambar 3.17 dapat diketahui jarak
dinding terluar basemen paling kurang 3 m (tiga meter) dari GSJ, pengaman saluran dan/atau kaveling; Basemen 2
atau lapis kedua yang berada di bawah permukaan tanah diperkenankan paling besar 75%.

26
RK 5100 STUDIO 1 TUGAS 1 INTENSTAS DAN MASSA
8 ELEMEN RANCANG KOTA BANGUNAN

PENGARUH BENTUK BANGUNAN PADA LINGKUNGAN


2. Air (Saluran dan Sumber)
1. Cahaya (Matahari)

Gambar 3.21. Penurunan muka tanah karena Gambar 3.22. Banjir yang terjadi karena saluran air
pengambilan sumber air yang berlebihan. yang tidak berfungsi sebagaimana harusnya.
Sumber: : https://jakartakita.com Sumber: https://www.merdeka.com
Gambar 3.18. Gang Venus, sebuah kawasan yang Gambar 3.19. Interior sebuah ruangan nyaman degan Sumber air dan aliran air kotor/hujan akan menjadi sebuah masalah tersendiri jika tidak dikelola
tak pernah mendapat sinar matahari pencahayaan yang nyaman. dengan baik. penurunan muka tanah, dan kelangkaan air bersih akan menjadi masalah dalam
karena padatnya bangunan. Sumber: http://www.catkayu.net sumber air bersih. Sedangkan pengelolaan saluran air kotor jika tidak dikelola dengan baik maka
Sumber: https://www.merdeka.com
akan menimbulkan banjir. Pada gambar 3.21 dan 3.22 siperlihatkan bahwa vegetasi / tumbuhan
dapat menjaga air sedangkan dibawahnya ketika pembangunan berjalan masif dan pohon pohon
Bentuk bangunan yang akan ditebang maka muka air tanah akan semakin dalam bahkan dapat menyebabkan kekeringan di
mempengaruhi pencahayaan sungai.
yang terjadi pada lingkungan 3. Vegetasi (Tumbuhan/ Ruang Hijau)
sekitar. Bentuk bangunan akan
mempengaruhi bagian mana
saja yang akan mendaparkan
matahari, baik bagian interior
bangunan maupun daerah
sekitarnya. Jarak antar
bangunan yang terlampau kecil
dan bangunan yang padat
menyebabkan suatu daerah Gambar 3.20. New york city
tidak mendapatkan sinar Sumber : www.istockphoto.com

matahari seperti halnya pada


Gambar 3.23. Ruang Terbuka hijau yang baik Gambar 3.24. Ruang Terbuka hijau yang beralih fungsi
gambar 3.18 yang tidak mendapatkan. Hal demikian juga terjadi di newyork yang berlomba lomba
Sumber: http://www.duniaindra.com menjadi pemukiman.
membangun gedung yang tinggi seperti pada gambar 3.20. Setiap orang saling berlomba Sumber: http://www.pikiran-rakyat.com
meninggikan gedungnya dan berlomba mendapatkan sinar matahari sehingga pada bagian dasar
atau sisi sisi yang berdekatan dengan gedung lain tidak terkena oleh sinar matahari. Ruang terbuka hijau juga sangat diperlukan untuk membangun lingkungan yang ideal dan
sehat. Berfungsi sebagai tempat resapan air pusat berkumpul, sosialisasi antar masyarakat,
sebagai ruang gerak aktifitas publik, hingga sarana evakuasi. Namun jika kawasan terbuka hijau ini
tidak dikelola dengan baik, maka banyak pengalihan fungsi lahan menjadi daerah kawasan padat.

27
RK 5100 STUDIO 1 TUGAS 1 INTENSTAS DAN MASSA
8 ELEMEN RANCANG KOTA BANGUNAN
Jika masyarakat tidak memperhaikan hal ini maka dapat berkurangnya tempat resapan sehingga Semakin banyaknya bangunan yang dibuat, dan penggunaan peralatan elektronik maka akan
dapat menyebabkan banjir. Selain itu ruang hijau juga sebagai jalur evakuasi yang ideal, bisa semakin banyak konsumsi energi yang akan digunakan. Kebutuhan energi yang terus meningkat
dijadikan jalan untuk mobil pemadam kebakaran dan penanganan keselamatan pun lebih baik dan sedangkan ketersediaan sumber energi yang terbatas. Pengelolaan sumber daya energi yang tepat
cepat. Jadi tumbuhan dan ruang hijau berperan dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan akan sangat membantu agar tidak terjadi energi bisa digunakan seefisien mungkin.
memenuhi standar keselamatan.
6. Angin
4. Sampah

Gambar 3.27. Pengaturan bentuk bangunan agar Gambar 3.28. Kecepatan maksimum angin
tidak menghalangi jalur sirkulasi Sumber : http://www.ceruleancanvas.blogspot.com
udara/angin
Gambar 3.25. Sampah yang dihasilkan dari sebuah kawasan.
Sumber: http://edupaint.com
sumber: https://www.merdeka.com
Pada setiap kawasan pasti akan menghasilkan sampah. Karena itu sistem pengelolaan sampah Aliran sirkulasi udara/angin pada suatu kawasan akan sangat dipengaruhi oleh bentuk bangunan.
harus bisa dilakukan sebaik mungkin agar kawasan sekitar bisa terkelola dengan baik. Sampah Karena arah udara/angin akan berpengaruh pada kondisi iklim lingkungan sekitar, seperti suhu
yang tidak terkelola dengan baik akan menimbulkan bau tidak sedap, tidak enak di pandang, dan kelembapan sebuah lingkungan. Secara umum kecepatan angin terus bertambah seiring
dampak kesehatan pada lingkungan sekitar, hingga pencemaran lingkungan yang timbul dari dengan pertambahan ketinggiannya. Tingkat pertambahan kecepatan angin ini merupakan faktor
sampah. dari kekasaran tanah, yang awalnya diperlambat dari tanah hingga semakin cepat sesuai
pertambahan ketinggian. Semakin banyak halangan pada keadaan sekeliling (pohon, gedung,
5. Energi rumah dsb), ketinggian yang diperlukan angin untuk mencapai kecepatan maksimum juga semakin
besar.

7. Ruang

Gambar 3.26. Sebuah Mall yang banyak memakan banyak energi untuk menggunakan berbagai alat elektronik.
Gambar 3.29. Kawasan padat penduduk di kawasan Cisitu Lama, bangunan saling bertumpang tindih satu sama lain.
Sumber: www.retailnews.asia
Sumber: http://ayobandung.com

28
RK 5100 STUDIO 1 TUGAS 1 INTENSTAS DAN MASSA
8 ELEMEN RANCANG KOTA BANGUNAN
Tata bangunan akan mempengaruhi ruangan yang terdapat disekitarnya. Jika bangunan tidak
diatur sedemikian rupa, maka masalah seperti bangunan saling tumpang-tindih bisa terjadi. Masalah
tersebut dapat berupa masalah keselamatan, kesehatan, lingkungan, keamanan dan kenyamanan.

FUNGSI INTENSITAS DAN MASSA BANGUNAN


Intensitas dan massa bangunan digunakan untuk menciptakan keselarasan antar bangunan juga
menciptakan keharmonisan antara bangunan dan lingkungan. Hal ini menunjukkan untuk
mempertahankan atau menciptakan nilai estetika antar bangunan, mempertahankan karakter kawasan
dan menghargai ciptaan alam. Dengan adanya karakter kawasan maka dengan mudah mengidentifikasi
bahwa seseorang berada di jalan mana atau daerah mana. Berikut adalah contoh keharmonisan di san Gambar 3.31. kiri : intensitas bangunan membentuk skyline di toronto; kanan keselarasan antara bangunan dan alam di san
fransisco dan ketidak harmonisan (perbedaan material, texture, warna) di jalan braga sebagai kawasan fransisco
Sumber : www.jeannieb.com, www.theoutbound.com
konservasi.
Dengan tertatanya bangunan berdasarkan intensitas dan massa bangunan maka akan tercipta
morfologi blok, pola blok yang khas, dan mempermudah mengendalikan kepadatan bangunan. Disisi lain
juga mengelompokkan fungsi, karakter eksisting atau pun karakter yang ingin diciptakan sehingga
memudahkan untuk pengembangan potensi di blok tersebut. Hal ini dapat memberikan rasa adil kepada
masyarakat akan kesamaan hak atas sirkulasi udara dan pencahayaan. Dengan adanya pengendalian
bangunan juga membentuk koridor visual untuk jarak pandang yang nyaman.

SIAPA YANG BERTANGGUNGJAWAB?


Arsitek dan Perancang
Gambar 3.30. Kiri : Kawasan Di san fransisco; kanan :kawasan di Braga
Sebuah kawasan ada baiknya di rancang oleh pihak-pihak yang ahli di bidang
Sumber : www.mylohotel.com; dokumentasi survey, 2018
Sebagai prasarat kesehatan dan keselamatan sebagaimana sebagai keselamatan jika terjadi bencana perancangan kota. Kolaborasi antara arsitek dan perencana yang baik akan
seperti kebakaran yang telah dijelaskan pada sub bab ketinggian bangunan. Prasarat kesehatan bisa menghasilkan hasil desain yang baik pula.
terkait dengan keseimbangan dengan daya dukung lingkungan, dan perwujudan sistem ekologis yang
berkelanjutan. Dengan terciptanya kesiembangan ekologis maka akan tercipta lingkungan yang sehat. Pemilik Modal
Misalnya dengan memperhatikan kawasan resapan atau KDH yang meminimalisir banjir.
Membangun sebuah kawasan tentu akan memakan banyak biaya, selain
Peningkatan kualitas kehidupan ruang publik melalui penyediaan lingkun gan yang aman,
biaya yang berasal dari pemerintah pihak lain bisa ikut berpartisipasi
nyaman, sehat dan menarik serta berwawasan ekologis. Rasa aman nyaman terjadi karena seluruh
membangun sebuah kawasan. Pemilik modal atau investor dapat
masyarakat kota terwadahi kepentingannya dan terpenuhi kebutuhannya. Tercapainya keseimbangan
membangun sebuah kawasan dengan mengikuti aturan dan norma yang
berbagai kepentingan yang ada antar para pelaku. Keseimbangan ini terjadi karena adanya kemudahan berlaku serta ikut berpartisipasi dalam pemeliharaannya.
implementasi dan prioritas strategi penanganan dan pengembangan suatu kawasan. Sehingga tercipta
suatu kawasan yang bak, adil bagi penghuninya dan tercukupinya kebutuhan masyarakatnya. Akademisi

Pihak akademisi harus aktif dalam memberikan sumbangan ilmu berupa


masukan dan saran kepada pihak investor maupun pemerintah agar
pembangunan sebuah kawasan bisa dilakukan dengan optimal dan tidak
menimbulkan banyak kerugian dikemudian hari.

29
RK 5100 STUDIO 1 TUGAS 1 INTENSTAS DAN MASSA
8 ELEMEN RANCANG KOTA BANGUNAN

Masyarakat Klcbs.net. (2017). Kota Satelit yang menjadi Kota Asrama. Pp. Https://www.klcbs.net/2017/10/bumi-
serpong-damai-bsd-kota-satelit-yang-menjadi-kota-asrama/.
Masyarakat secara bersama-sama harus harus ikut aktif dalam pengawasan
Kurniawan, i. (2016). Visi perbaikan kota vs regulasi.
dan pemeliharaan sebuah kawasan. Dengan adanya kepedulian dari
masyarakat, maka kawasan yang baik dan ideal akan semakin mudah Merdeka.com. (2014). Ini 5 banjir besar yang pernah melumpuhkan Jakarta. Pp.
Https://www.merdeka.com/peristiwa/ini-5-banjir-besar-yang-pernah-melumpuhkan-jakarta.html.
terbentuk.
Merdeka.com. (2016). Mengintip Gang Venus di Tambora tak pernah tersentuh sinar matahari. Pp.
Pemerintah Https://www.merdeka.com/jakarta/mengintip-gang-venus-di-tambora-tak-pernah-tersentuh-
sinar-matahari.html.
Pemerintah ikut membantu teralilsasikannya undang-undang khususnya
yang berkaitan dengan perancangan. Berpartisipasi dalam pembangunan Merdeka.com. (2017). Sampah banjir menumpuk di kolong Jembatan KBB. Pp.
Https://www.merdeka.com/foto/jakarta/132351/20121228174817-sampah-banjir-menumpuk-di-
hingga evaluasi dan pemeliharaan sebuah kawasan tidak akan lepas dari
kolong-jembatan-kbk-001-debby.html.
perah pihak pemerintah. Karena itu dukungan pemerintah akan sangat
diperlukan. Metrocouncil.org. (2015). Local Planning Handbook : Calculating Floor Area Ratio. Saint Paul:
Metropolitan Council.
Mylohotel.com. (2016). San Francisco's top 5 scenic lookout points. Pp.
Https://www.mylohotel.com/blog/san-franciscos-top-5-scenic-lookout-points.
DAFTAR PUSTAKA
Paris1900.lartnouveau.com. (n.d.). La place Charles de Gaulle - Paris 8e - 16e - 17e Place de l'Étoile Le
Angkasasena.blogspot.com. (2008). Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP).pp. Quartier des Champs Elysées. P.
Http://angkasasena.blogspot.com/2008/05/kawasan-keselamatan-operasi-penerbangan.html. Http://paris1900.lartnouveau.com/paris08/la_place_charles_de_gaulle.htm.

Ayobandung.com. (2015). Penduduk Miskin di Bandung Juara Ada 664.412 Jiwa. Pp. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007. (2007). Jakarta: Kementrian Pekerjaan Umum.
Http://ayobandung.com /read/2015/10/08/3731/penduduk-miskin-di-bandung-juara-ada- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.29/PRT/M/2006, tentang Pedoman Persyaratan Teknis
664412-jiwa. Bangunan. (2006). Jakarta: Kementrian Pekerjaan Umum.
Boise Citywide Design Standards and Guidelines. (2013). Boise: Boise City of Tree. Pikiran-rakyat.com. (2015). Lahan Pertanian Terus Tergusur Proyek Perumahan. Pp. Http://www.pikiran-
Born, G. W. (2006). Preserving Paradise: The Architectural History of the Florida Key. Britania Raya: History rakyat.com/foto/2015/08/19/338959/lahan-pertanian-terus-tergusur-proyek-perumahan.
Press. Researchgate.net. (2017). The right to the sun in the urban design. Pp.
Catkayu.net. (2017). Menjaga Rumah Agar Tetap Terang dan Sehat. Pp. Https://www.researchgate.net/figure/Barcelona-aerial-view-of-urban-grid_fig11_317569210.
Http://www.catkayu.net/menjaga-rumah-agar-tetap-terang-dan-sehat. Retailnews.asia. (2014). India mall. Pp. Https://www.retailnews.asia/premium-indian-mall-rents-
Duniaindra.com. (2015). PERAN RUANG TERBUKA HIJAU BAGI WAJAH PERKOTAAN. Pp. rise/india-mall/.
Http://www.duniaindra.com/2015/02/peran-ruang-terbuka-hijau-bagi-wajah.html. Robin, M. (2009). Urban Design and People. United Stated of America: John Wiley & Sons, Inc.
Edupaint.com. (2014). Pearl River Tower Arsitektur Hemat Energi Di China. Pp. Shirvani, H. (1985). The Urban Design Process. New York: van nostrand Reinhold Company, Inc.
Http://edupaint.com/jelajah/cipta-dan-karya/6614-pearl-river-tower-arsitektur-hemat-energi-di-
china.html. Theoutbound.com. (2018). 6-Mile Run up Twin Peaks and Mt. Sutro. Pp.
Https://www.theoutbound.com/san-francisco/running/6-mile-attack-on-twin-peaks-and-sutro.
Indonesia, P. R. (2002). Undang undang Republik Indonesia No 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan
Gedung. Jakarta: Presiden Republik Indonesia. Time. (2015). Pentagon Turns Lights Out on Rank and File. Pp. Http://time.com/4065542/pentagon-
lights/.
Jacoby, S. (2016). Drawing Architecture and the Urban . New Jersey: John Wiley & Sons.
Undang undang Penerbangan No 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. (2009). Jakarta.
Jakarta, d. P. (2016). Peraturan tata bangunan visi perbaikan kota vs regulasi.
Jakartakita.com. (2015). Kondisi Penurunan Muka Air Tanah Di Jakarta Sudah Kritis. Pp.
Https://jakartakita.com/2015/05/07/penurunan-muka-air-tanah-di-jakarta-sudah-kritis/.
Jeannieb.com. (2018). Toronto Skyline. Pp. Https://jeannieb.com/products/toronto-skyline.

30
Almira Ulfa 25618004
Muhammad Alvin Gumelar 25618002
Munawar Zikri Azhari 25618014
RK5100 S
8E
LEME
TUDI
O1 T
NRANCANGK
UGAS1
OTA RUANGT
ERBUKA
PENGERTIAN RUANG TERBUKA
Gunadi (1995)dalam per
encana
anruangk ot
a Romawi Kuno(
Tahun 86SM)
(towns
c a
pes ) di
kenalislah Ruang Ter
buka
(openspa c
e),yak
nidaerahat
autempatter
buka Romame nj a
dik ekuatandomi nanse tel
ahY una ni
.Be rkai
tande ngan
di l
i
ngkunganperkotaa
n.
desainr ua ngpubl ik
,Roma wime mi njam ba nyakda riY una ni,dan
Peraturan Ment eri Nomor 5Tahun 2008,r uang me ng hasi
lkanr uangte r
bukay angdina makanf orum.F orum Roma wi
terbukaa dala
hr uang -
ruang dalam k ot
aa tau me rupa kanr uangde ngan bentukpe r
segite rbukadi keli
l
ing ioleh
wilayahy ang lebihl ua s bai
k da l
am bent uk bang unant erbuka,yangdifungsi
kanse baga
i pasarda ntempa t-tempat
area/kawa san ma upun da l
am bent uk area akv i
task ome rsi
l
/bisnis
.Rua ngditeng ahforum di desai
nbe ba sdari
mema njang/jal
urdi manada lam penggunaannya
l
ebi hbersifatter
buk ay angpadada sarnyatanpa peng halang da n di le
takkan s ej
uml ah monume n pa da t e
pi
bang unan,t er
diria ta
sr uangterbukahi j
auda n al
un- alun/forumini.Ruangt engahyangk os
ongt e r
sebutdipe runtukan
ruangt er
buk anonhi j
au. untukpe rtunjukant eaterda n per
te mpura ng ladia
tor.P erdebatan
Ga
mba r4.
3F or
um polikda ns enatRoma wijugadi a
da k
anpa daf orum Roma wiini.
Hakim,Rustam.2003.UnsurPer a
ncanganDa l
am (
Sumbe
r:www.googl
e.
comdiak
ses9/
18)
Arsi
tekt
ur L ans
ekap, Ruang t erbuka (Open
Space)mer upakanruang terbukay ang sel
alu
terl
etak diluarma s
sa banguna ny ang dapat
dimanfaatk
an dan dipergunakan oleh s ea p Abad Pert
eng
ahan (
Tahun 476-1350M)
orang serta memberika
nk esempa tan untuk
melakukanbermacam-ma c
a mk egi
atan. Sejal
ande ngank e
pe n ngana gamada npe rt
ahanan,r uangt erbuka
Jadi,da ribebera
pape ng e
ra nda ripar aahlidiat
as te
rbe ntukkar
e nak ebutuhana kanurbanv oi
d,dimanaja la
n- j
alankota
dapa tdisimpul
kanbahwaruangterbuka a dal
ahsebuah yangbe rl
ik
uda ns empi tbermua r
a,bertuj
uanuntuktempa tpe rs
iapan
ruang y a ng t
erl
etak di
luar mass
a ba ngunany ang i
ba dahdig erejaa t
a ume lakukanke g
iatanma ss
al,seka l
igust empat
me mi l
ikiunsurhij
aua ta
upunnonhi jau,y angdapat me ngepungmus uhy angma sukk ekota.Ruangter
buk apubl ikberada
diguna k
a n ole
hs e
mua or ang sebagaia r
ea untuk dipus atkota,biasanyade ka tdengande ngang er
ejaa tauk at
edral,
me lakukan berbagaima cam ke
g i
atant er
ka i
tunsur balaik ota,da ns umur publ ic,
yang digunakans e baga it empat
sosial
, e
k onomidanbudaya. penduduk .Salahs atunyaa da l
ahPiazzade lCampodiS i
e nnay ang
te
rletakdipus atk ota,t empa tsemuak eg
iat
anpubl ikbe r
langsung
Berdas a
rka nP erme n PU No. 5/2008,r uang terbuka Gambar4.
4Piazz
aDelCampo seper ak fitas perd ag
ang an, berj
a l
an-
jal
an, bertemu tem a
n,
di
ba gime njaddua ,
yaitu: (
Sumbe
r:www.googl
e.
comdia
kse 18)b
s9/ erbi
nc ang-
bincang,duduk -duduka taume ngambilai
rdia irma ncur.
Ruang Terbuka Hij au (RTH) a dalah a rea
me ma njang/jal
ur da n a tau me ngelompok ,y ang
pengg unaa nnyalebihbe r s
ifa
tterbuk a
,te mpa ttumbuh Abad Renais
sanc
e(Abad Ke-
14hing
ga Abad Ke-
17M)
ta
na ma n,ba ikya ngtumbuht anama ns e car
aa lamiah
ma upuny a ngseng aj
adi tanam. Seiri
ng pe r
banganz ama n,i l
mu pe nget
ahua n dans enipun i kut
Gamba
r4.1Ruangt
erbukaBandung
RuangTerbuka Non Hij au (RTNH)a dalahr uangterbuka berkemba ngpe satsehing g
ame nj
a dimome nt
um k emba l
i
nyaor de
(
Sumber
:Dokument
asiPr
ibadi
,8/18)
dibagianwi l
ayahpe rk
ot a a
ny ang da kte rmasukda l
am klasi
k dima na ter
dapatbe ntuk pe rs
egia taut ra
pe z
oid,sime tri
s
kategoriRT H,be rupal ahany angdi perkerasatauy ang bil
a t
eraldanmo fa rs
itekturklas
iky angme nghiasipi
nggirrua ng
berupaba dana i
r,ma upunk ondis
ipe rmuk aante r
tentu terbukasertapenggunaanpor osme nujuruangte r
bukapubli
k.Alha si
l
,
yang da kda patdi tumbuhit anama na tau berpori
. ruangt erbukapubl i
cdi hiasiol
e h detai
ly angk ayada n berba ga
i
pertunjukans eni
,s eper a i
rma ncur,patung -
patung,tugu-tugu,
tangga-ta
ng ga
, da n pe rkera
san. Be ntuk-bentuk r enai
sa nce
SEJ
ARAHRUANG TERBUKA me ncampur kanunsur-
uns urlamada nba r
u.

Ga
mbar4.
5PiazzaDe l
Campidogli
o
(
Sumber
:www.google
.comdia
ks es9/18)
Y
unani Kuno(
Abad Ke-
6SM)
Agoraeme rupa kanr uangpubl i
kpe rtamadiY una ni
.P adada sar
nya
Agoraeme mili
k ibentukda sa rkotaka taus quare.Agoraeme r
upakan
ba
ba
g
g
i
a
a
i
ne
ja
l
e
nt
me
ungk
nfis
ot
i
a
kkot
,di
aY
ma
una
nat e
niy
rja
a
di
ngdi
int
er
j
a
a
k
di
si
ka
s
nz
osi
onapus
alma s
ya
a
tk
r
a k
ot
a
ada
tte
r
ns
ha
e
da
-
p
OPEN SPACE,URBAN SPACE DAN PUBLICSPACE
l
ingkunga ns ekitar
nya .S
a l
ahs atufungsiutamada riagoraadalahsebagai
MenurutSpreireg
en (1965),j
ik
aruangters
e butpembatasny
adidominasi
olehunsural
am( nat
ura
l),
maka
pasarda nr ua ngunt ukde ba tpolik .Agor abiasanyater
letakdipusat
rua
ngy a
ngt erbentukdisebutopen s
pace.S edangk
anjikamater
ialpe
mba tas
nyadidominasi
olehuns
ur
kotatetapi j
ikafung sidanpe rane k
onomi k otaadalahsebagaiportmaka
buat
an(urbanma s
s )
,ma karuangyangterbentukdisbuturban s
e pace.Urbanspaceyangjugamemil
iki
agoradiba ngunde katdeng anpe l
abuha n.Ha l
ama ntengahy a
ngt er
buka
kar
akt
eropenspace, biasanyajug
adisebutde ngani
sl hurbanopenspace.
a
dariagoradi guna kanunt ukupa car
ak eagama ans eper untukupa ca
ra
Ga
mba r4.
2Agor
ae korbanda ns eba gaiteaterdanpa s
a r
.
(
Sumbe
r:www.googl
e.
comdia
kse
s9/
18)
3
1
RK5100 S
8E
LEME
TUDI
O1 T
NRANCANGK
UGAS1
OTA RUANGT
ERBUKA
Publicme r
upakansekumpulanor a
ng -
or a
ngta kte r
batassiapas aj
a,da nspacea t
aur uangme r
upakan
suatubentukang adimensiyangterjadiaki
bata da ny
auns ur-
unsury angme mba tas
inya(Chi
ng,1992)
. Sos
ial dan Buday
a
Da l
ama rsi
tek
tur,r
uang-
ruangy angterjadidi
ba t
a sidengana danyabida nglantai
,dindi
ng-di
ndi
ngda n
Wadahbagia
kt i
fi
tassosi
albudayamasya
ra k
atdiwilay
ahk ot
a /
kawasan
l
a ngi
t-l
angi
ta tauatapy a
ngk emudian me mbe nt ukruangi nteri
orj ikakitabe r
a dadida l
amny a
.
per
kota
an,wada h ba
g ieks
presibuda
yal okal
,ruangba gikomunika
si
Sedangkanpa daruangekste
riormi ni
ma lterbentukol ehduabi dangy angs a
li
ngbe r
temu,bias
anya
warg
ak ot
a,r uang olahr ag
a danr ekr
ea si
,ruang untuk kegi
atan
bidangda s
ardanverk a
luntukme nc i
ptakankesa na k
anada nyasuatu‘ r
ua ng
‘ s
ehinggaorangyangada
pendi
dik
an,peneli
ti
an.
di s
ekit
arnyadapatmeras
akana danyar uangt
e rs
e but(Snyder,1986).

J
adi
,berdas
arka
npengerandiata
sda patdi
si
mpulk
anbahwapublics
pace mer
upaka
ns e
buahrua
ng Ekonomi
a
tauareayangmenja
ditempatorang-
orangber
kumpuldandapatdig
una k
anole
hs i
apasaj
a,ya
ng
Memil
ik
inil
aijualdari
lahanyangter
sedi
a,mis
alnyasar
anaparkir
,sar
ana
s
engaj
adidesa
inse
demiki
anrupase hi
nggadapa
tme menuhibe
rbaga
ia kfitasya
ngbe r
si
fa
tpubli
k.
ol
ahr
aga,sa
ranaber main,danlai
nsebagai
nya.Sebagaisumberproduk
ya
ngbisadij
ua l
,sepert
itanamanbung a
,buah,daun,say
urma yur,bi
s a
menj
adiba g
ian da r
ius aha per
tani
an,perkebunan,kehutanan dan
lai
n-l
ain.

Es
tet
ika
Meningkat
ka nkenyamanan,memper i
ndahlingkungank otaba i
kda riska
la
mik
ro: ha l
ama nr umah, ling
kungan per mukimam, ma upun ma kr
o:
l
ansekap k ota secar
a k esel
uruhan, mens ti
mula s
ik r
eativi
tas da n
pr
oduk t
ivi
tas wa r
gak ot
a ,pembent uk fa
k t
or keinda hana r
sit
ek t
ural
,
mencipt
akans uasanaserasidans ei
mba nga ntar
aa reat er
bang unda n
t
idakterbangun.
Ga mba r4.6 Ope nSpace Gamba r4.7Ur banSpace Gamba r4.
8 Publ i
cSpace
RotP aiParkBa ngkok Ha nfe
nc ity TargMe gl
owyi nGda nsk Darurat
(
Sumbe
r:w w w .google.com dia
kses9/
18)(
Sumbe
r:w w w .google.com di
aks
es9/
18)(
Sumbe
r:w w w .google.com di
akses9/
18)
S
ebagaij
alureva
kuasipenyel
amatanpa dasaa
tbencanaal
am,da nsec
ara
f
ungsi
onaldapatdisedi
akansebagailokas
ipeny
elamatanberuparuang
t
erbuk
a per k
erasa
ny ang merupakant empat berk
umpulnya massa
(
assembl
ypoint
)padasaatbenca
na.
TUJ
UAN RUANG TERBUKA
Me
nur
utPE
RME
NPUNomor:
05/
PRT
/M/
2008,
Tuj
uanpe
nye
leng
gar
aanRT
Hada
lah:
MANF
AAT RUANG TERBUKA
Me
nja
gak
ete
rse
dia
anl
aha
nse
bag
aik
awa
sanr
esa
pana
ir
.
Ber
das
ark
anPer
menPUNo.
5/2008,ma
nfa
atr
uangt
erbuk
ater
bag
ida
lam2 k
ateg
ori
yai
tu:
Menci
pta
k a
na spe
kpl a
nol
ogisper
kot
aan mel
al
uike
seimbangana
nta
ral
i
ngk
ung
ana
lam da
n
l
ing
kunganbina
anyangber
gunaunt
ukkepe
n nganmas
yara
kat. ManfaatLang
sung
Membent
uk kei
nda
ha n dank enyamanan( t
eduh, s
ega
r,s
ejuk
) da
n menda
pat
kan
Meni
ngk
atk
a nkes
e r
asi
anli
ngk
unganpe
rkota
ans
eba
gais
ara
nape
nga
manl
i
ngk
ung
anpe
rkot
aan ba
han-
bahanunt
ukdij
ual(
kayu,daun,bung
a,buah)
;
ya
ngaman,nya
ma n,se
gar
,i
ndah,
danbers
ih.
Berl
angs
ungny
aa kt
ivi
tasma
sya
rak
at,member
ika
nkei
nda
han da
nkeny
ama
nan,s
ert
a
keunt
unganek
onomis.
F
UNGSI RUANG TERBUKA
ManfaatTidak Lang
sung
Ber
das
ark
anPer
menPUNo.
5/2008 f
ung
sir
uangt
erbuk
ater
bag
iat
as4 f
ung
si,y
ait
u:
Sebagai pembers
ih udaray ang sangat ef
ekt
if
, pemel
iha
raan akan k
ela
ng s
ung
an
Ekolog
is pers
ediaanai
rtanah,pel
est
ari
anfung
siling
kunganbes
ertas
egal
aisif
lor
adanfaunaya
ng
ada(kons
er v
asi
hay a
tiat
aukeanek
ara
ga manhayat
i)
.
Menjadibagi
a ndarisi
s t
em s i
rkul
asiudara(paru-
parukot
a),penga
turikl
im
mikr
oa garsistem si
rkulas
iuda radana irsecaraal
amidapatberlang
sung Mereduksipermasa
laha
n dank onf
li
ksosi
al
,meni ng
kat
kan produkti
fi
tas masy
ara
kat,
l
ancar
,s ebag
a ipeneduh,pr odusenok s
igen,penyer
apa i
rhujan,penyedia pel
esta
ria
n lingk
ungan, meni
ngkat
kan ni
lai ek
onomisli
ng k
ung a
n s eki
tar
nya, dl
l
.
habi
tatsatwa,penyer
appol utanmediauda ra,a
irdanta
nah,penahanangin.

3
2
RK 51 00 S T UD IO 1 T UG AS 1
8E LE M E N RAN C AN G KO T A RUAN G T E RB UKA
LINGKUNGAN
Ruang terbuka skala li
ngkungan i niyang pada um -
TIPOLOGI RUANG TERBUKA um nya h adir ditengah -tengah m asyarakat. T am an
li
ngkungan yang terdiridarilapangan berm ai n anak,
Kem bali m enjelaskan m engenai ruang terbuka olah raga, dan lansekap tam an i nibi sa m enjadi
secara term inologim erupakan bentukan ruang atau w adah untukberkum pulm asyarakatdipem uki m an-
w adah yang m em beri kan m anusi a kebebasan untuk nya.
bisa berinteraksidengan antar m anusi a dan atau
m akh luk h i
dup lai nnya sebagaisuatu ekosi stem . G am bar. 4.1 0 G eom etriRuang terbuka, C arr (1 992) KOTA
O leh karena i tu, sebagaiperancang ada batasan Ruang terbuka bukanlah sesuatu yang h adi r tanpa Ruang terbuka dalam skala kota pada um um nya
yang h arus dipah am iuntuk m em bentuk atau m e- tuan dan m erupakan bentuk otonom dengan pe- berskala besar dan bi sa dim anfaatkan oleh sem ua NASIONAL
ne
nentukan status sebuah ruang m enjadiruang terbu- m enuh an proses yang berkelanjutan. S ecara h arfi ah lapisan m asyarakat. G elanggang olah raga, sarana Ruang terbuka dalam skala i
nim em punyaisi fatyang
ka. S preiregen (1 965), m elakukan di fersifi kasi ruang terbuka adalah en tas publi k yang bi sa berkum pulpem uda, tam an tem a k, sam paikepada rentan terh adap perubah an. H al i
niterjadikarena
pologiruang terbuka (publi k) ke dalam dua tem a dini km a oleh sem ua lapi san m asyarakat (Yeang, plaza/alun-alun adalah beberapa jeni s dariruang pada um um nya ruang terbuka skala nasi onalm em -
besar; natural atau terbentuk secara alam idan 20 0 0 ). T etapidalam penerapannya terdapat di koto- terbuka skala kota. punyaicakupan yang sangat luas dan cenderung
form alatau ruang yang bukan h anya di peruntukkan m iantara kepem i likan pribadi(pri vat), serta ruang berada dalam posi sili
ndung. F ungsidariruang ter-
tetapijuga diform ulasim enjadisebuah ruang terbu- dengan peruntukkan berbagaielem en m asyarakat REGIONAL buka skala nasionaliniadalah sebagaitem pat peny-
ka sesuai dengan konteks dan peruntukannya. perkotaan (publi k), dan di
antaranya terdapat ruang M em punyai
pu fungsiutam a sebagaipenyangga ekolo- im panan sum ber daya dan proteksiterh adap lah an.
B elum terjadiduali sm e antara ruang terbuka publi k yang secara i den tas di milikioleh subjek peroran- giperkotaan, ruang terbuka dalam skala i nim ungkin
dan pri vat sebelum nya, di karenakan apabi la seo- gan dan di m anfaatkan oleh publi k dengan ketentu- dak sepenuh nya bi sa dim anfaatkan secara ak f. SPESIAL
rang rancang kota m endefi ni sikan sebuah ruang ter- an yang h arus di penuh i(sem ipri vat) (F ri
ck & M uly- H al i
niterjadikarena dalam skala i ni, kebutuh an Nilaih istoris dan m onum ental tercerm i n dalam
buka pada saat i tu akan selalu berm uara kepada ani , 20 0 6 ). H ali
nim enjadipen ng dalam perancan- ruang lindung lebih di
utam akan. H utan kota dan ko- ruang terbuka i ni
. Pada um um nya berada dipusat
kepen ngan publi k, terlebi h sangat suli t m em buat gan ruang terbuka dariberbagaisudut pandang ridor h i
jau m erupakan salah satu bentuk yang bi sa peradaban, pri nsi
p dariruang terbuka yang spesi al
landasan bagai m ana m asyarakat m em bentuk ruang proses, m ulaidaripra-perancangan dan kebutuh an inim enyi m pan nilailuh ur yang dim anfaatkan m as-
privatm ereka atas konsi deran otonom idan kebeba adm i ni strasilah an, sam paikepada bagai m ana pe- yarakatsam paisaati ni. Alun-alun, m onum en pah la-
san sebagaipem i lik. S enada dalam h al pologi m eli h araan yang di lakukan oleh subjek terh adap w an, serta tengaran .
secara fundam ental, di katakan oleh C arr (1 992) objek.
lebih dari ga dekade kem udi an bahw a ruang terbu-
ka h anya akan terdefi ni sidalam dua kutub utam a;
ruang terbuka yang di tem ukan, yang dalam h al i ni
alam i terbentuk bai k karena kondi si eksi s ng
m aupun ke daksengajaan, serta m enem ukan ruang
terbuka yang secara h arfi ah di m aksud adalah senga-
ja untuk di desai n dan di lakukan rancang bangun STRUKTUR RUANG
(planned). Param eter i nisangat berguna bukan TERBUKA
h anya sebagaipem beda, tetapikepada bagai m ana
perlakuan yang h arus di am bi luntukkeduanya. D alam konstelasikew ilayah an, ruang terbuka m em i
-
likih i
erarkisesuaidengan radi us pelayanannya.
S tei
ner & B utler (20 1 3) m engklasifi kasi
kannya ke
dalam enam skala :

PUBLIK SEMI PRIVAT LO KAL


Ruang terbuka yang diperuntukkan untukskala kecil
satuan antar tetangga. Ruang terbuka pri vat pada
um um nya yang m endom i nasilevel initetapi dak G am bar 4.1 1 S truktur Ruang terbuka dan Penerannya diKota M elbourne, AUS
G br. S kem a bentukruang terbuka, F ri ck& M ulyani(20 0 6 ) m enutup kem ungki nan adanya ruang terbuka
G am bar. 4.9S kem a bentukruang terbuka S tei
ner & B utler (20 1 3), ci
ty ofM elborune (di
akses 0 9/1 8-1 0 .0 0 )dan olah data pri
badi
(S um ber: F ri
ck& M ulyani(20 0 6 ) publikyang dim anfaatkan antar m asyarakat.
33
RK 5 100 S T UD IO 1 T UG AS 1
8E LE M E N RAN C AN G KO T A RUAN G T E RB UKA

D alam penjelasan teori nya, Ruth erford, et.al.(2012)


m enjelaskan bahw a terdapat beberapa elem en
ELEM ENDA NPRINSIP yang ada dalam pengaturan lansekapnya, di antaran-
RU A NG TERBU K A ya; Zona h i jau/T anam an yang di gunakan bukan
h anya sebagaikei ndah an, m elainkan sebagaitana-
Ruang terbuka bukan m erupakan ruang yang di biar- m an peneduh , pengarah serta form asilansekap.
kan begi tu saja, perlu adanya perlakuan untukm en- Kem udi an adanya tem pat duduk akan m em buat
jaga kelestari an didalam nya. O leh karena i tu, dibu- penggunanya m enjadinyam an dan relaks, h al i ni
tuh kan pri nsi p dalam pengem bangannya. Kem bali seusi a dengan pri nsi
p ruang terbuka yang salah sat-
C arr (1992), m enyusun pri nsip apa saja yang bi sa di- unya adalah m em beri kan kualitas kenyam anan tert-
aplikasi kan dalam perancangan ruang terbuka; entu bagim anusi a. Penanda m erupakan sarana
yang di buat untuk m engatur ak vi tas didalam
TIDA K BERLEVEL/BERU ND ruang (S h i rvani , 1985), yang dalam konteks i ni
Pengem bangan lansekap ruang terbuka se daknya m engatur apa bagai m ana sirkulasiruang, m engatur
m em punyaim orfologiyang landaidan dak m eng- kegi atan apa saja, m em beri kan i nform asi, sam pai
gunakan banyakundakan/tangga. kepada larangan dan sanksi . S enada dengan i tu,
C arm ona, et.al.(2003), m em beri kan gam baran yang
M U DA H DITEM U K A N serupa dan di tam bah kan dengan elem en pen ng
G am bar 4 .12E lem en didalam Ruang terbuka
Pengem bangan ruang terbuka se daknya berada lai n, yaitu sarana kom ersi al. Karena m em bentukak-
vitas m anusi a bisa m enjadisangat luas dan kebu- (S um ber: Ruth eford, et.al(2012) & C arm ona, et.al(2003), S etelah i
tu m asyarakat m ulaim em anfaatannya se-
dalam kori dor jalan dengan i ntensitas tertentu. H al
w w w .pinterest.com )
inidi m aksudkan agar m asyarakat m udah m ene- tuh an yang beragam , sarana kom eri al bisa m em bagaisarana relaksasidan olah raga, dan di gunakan
m ukannya serta faktor keam anan dan kenyam anan. bangki tkan daya tari k bagim asyarakat yang akan sebagaiak vi tas luar ruang yang um um . D aya tari k
m enggunakannya. bai k ak fm aupun pasi fm enjadikuncibahw a ruang
INK LU SIF SU K SESNYA RU A NG terbuka sudah m ature atau sudah m enjadibagi an
Ruang terbuka h arus bi sa dim anfaatkan oleh si
apa RU A NG TERBU K A HIJA U TERBU K A darim asyarakat. H ali nibisa terlih at darii
ntensi tas
saja, darigolongan apa saja, serta apapun ak vi - pem anfaatannya dan bagai m ana m asyarakat ter-
tasnya. Karena m akna pem bentukan ruang terbuka Adalah ruang yang di m anfaatkan untuk tum buh Kesuksesan ruang terbuka adalah salah satu penen- tarik untuk datang secara kon nu. Lalu m ulai lah ke-
adalah ‘ keterbukaan’, sebai knya esensitersebut di
- kem bang ekologiditengah (pada um um nya) perko- tu untuk m enunjukkan bahw a keluaran dariperan- giatan-kegiatan baru berm unculan dan pada um um -
aplikasikan ke dalam desai n ruang. taan yang terbangun. Lauri e (1979), m em bedakan cangan sebuah ruang sudah terpebuh iatau belum nya adalah kegi atan krea f, seni, dan budaya.
ruang terbuka h i jau kedalam dua jeni s; ruang h ijau, terpenuh i
. C arr (1998), m enunjukkan bahw a dalam
M U DA H DIEK SPLORA SI dan kori dor h ijau yang terbagilagiatas ga bentuk; pelaksanaan pasca perancangan ruang terbuka h al S etelah itu m asyarakat m ulaim em budayakan ber-
S e ap sudut ruang terbuka didesai
n sesuaidengan pengh i jauan sungai , pengh i jauan sungai , serta yang pali
ng terli h at adalah bagai
am ana m asyarakat sosi ali
sasidengan m em anfaatkan ruang terbuka.
sirkulasiyang ada didalam nya. S eh i
ngga m asyar- pengh i jauan perkotaan. D engen esensiutam a se- m ulaim em anfaatkannya. Kenyam anan m erupakan F ase iniyang m enentukan apakah sebuah ruang ter-
akat dapat m enulusurise ap sudut ruang yang ada. bagaipeni ngkat kuali tas h i
dup m asyarakat diperko- dasar dalam m erasakan sebuah tem pat dan h ali ni buka sukses dan bi sa dijadikan preseden konsep
taan, sebai knya perencanaan ruang terbuka h i jau pula yang m enjadiacuan keberh asi lan ruang terbu- bagiperkem bangan selanjutnya.
M U DA H DIATU R berangkat dariruang yang m em ang sudah m em pu- ka.
Lebih berm afaat kepada pem angku kepen ngan nyaiekosi stem h i jau terlebi h dah ulu untuk m em -
untuk prinsipi nim engi ngat perkem bangan zam an perm udah perkem bangannya di antaranya; m em uat
sem akin pesat, begi
tu juga dengan tren penggunaan sum ber daya alam yang luas dan berbagaim acam ,
ruang terbuka yang akan selalu berubah . aksesibel di m anfaatkan untuk sem ua lapi san m as
yarakat, serta m udah untuk di peli
h ara dan m em a-
T erdapat elem en pen ng yang di gunakan untuk kan bi aya se-efi si en m ungki n, dengan ni lailingkun-
m engi den fi kasiruang terbuka secara bai
k, dengan gan; m em pengaruh ikuali tas tanah , m em pengaruh i G am bar 4 .13 D i
agram ukur
tujuan untuk m em beri kan kesan terh adap ruang kualitas ai r kota, m enam bah kuan tas ai r tanah , RuangT erbuka, C arr (1992)
dan m enjadielem en pem bentukak fi tas didalam n- m enam bah kekayaan h aya , m engurangi efek
ya. mikrokli m at, m engurangipolusiudara.

34
RK 5100 ST U D IO 1 T U G A S 1
8E LE M E N RA N C A N G KO T A RU A N G T E RB U KA

Di
agram 4 .1 Peraturan Ruang T erbuka diIndonesi
a,
Sum ber: analisa Penulis (2018)

Di
agram 4 .2 Peraturan Ruang T erbuka diIndonesi
a,
Sum ber: analisa Penulis (2018)

ATURAN RUANG TERBUKA


DI INDONESIA H IE RA RKIPE LA YA N A N
Sam a seper struktur pada h aki katny a,untukh ierarkipelay anan m em perm udah pem angku kepen n-
Peraturan dan regulasidiIndonesi a adalah jenis peraturan y ang berh i
rarkidan m em puny aistruktur y ang gan m elakukan i den fi kasiruang. Perkotaan atau skala nasi
onal,bah kan skala keci
ladm i
nistra fperlu
jelas dise ap sektor dan fungsi ny a, term asuk untuk penataan ruang terbuka. M elaluiU ndang-U ndang adany a perlakuan y ang berbeda karena kebutuh anny a pun berbeda.
N o.6. T ah un 2 007 tentang penataan ruang,di jelaskan bahw a ruang terbuka m erupakan area terbuka y ang
m em ang di m anfaatkan untuk kepen ngan ekologi s dan pem enuh an kebutuh an sosi al. T erbagiatas dua PO LA D A N ST RU KT U R RU A N G
pe;h i jau dan non h ijau,suang terbuka m em i li
kibeberapa konsi deran y ang pen ng,di antarany a: Sudah jelas dalam peraturan m engatakan bahw a suksesny a ruang terbuka h arus m engi
ku pola dan
struktur ruang y ang di tentukan,bai
kdiskala nasi
onalsam paiskala kab/kota.
M E N YE SU A IKA N SE B A RA N PE N D U D U K
Seba
Sebaran pedudukdi perlukan untukm enentukan skala dariruang terbuka,untukkeperluan kepadatan pen- U ntuk selanjutny a dilakukan penurunan aturan m ulaidariPeraturan M enteriPekerjaan U m um
duduk y ang nggiatau y ang rendah . U ntuk kepadatan rendah guna ruang terbuka adalah untuk m em ulai PU /PRT /05/2 008m engenaiRuang T erbuka H i
jau Perkotaan serta Peraturan M enteriPekerjaan U m um
buday a penjagaan dan pem eli h araan ekosistem ,sedangkan untuk kepadatan nggi
,ruang terbuka bany ak PU /PRT /12 /2 009m engenaiPedom an Perencanaan Pem bangunan Ruang T erbuka N on-H i jau Perko-
dim anfaatkan untukkeperluan h i drologidan m ikrokli
m at. taan.

35
RK5100 S
8E
LEME
TUDI
O1 T
NRANCANGK
UGAS1
OTA RUANGT
ERBUKA
PEDOMAN PENY
EDIAAN &PERATURAN RUANG TERBUKA Hut
t
a
a
na
nk
ot
ma
n(
ada
rua
pa
tbe
nghij
a
rbe
u)
n
s
e
t
l
uk
ua
:
s9
Ber
ge
0%-
r
ombol a
t
100% da
a
r
i
ume
l
ua
numpuk
shut
ank
,
Me
ot
a.S
t
n
r
ye
ba
ukt
r,
Ber
urhut
a
be
n
nk
tukj
ot
a
l
ada
ur
,
pa
L
tt
ua
e
sa
r
di
r
r
i
eay
dar
i
a
ngdi
:
:
ta
nami

Peny
ediaan RTHBerdas
arkan LuasWilay
ah Hut
ank
otabe
rst
rat
adua
,ya
it
uha
nyame
mil
i
kik
omuni
ta
stumbuh-
tumbuha
npe
pohona
nda
nrumput
;
P
enye di
aa nRT Hbe r
dasar
kanlua swi l
ayahdi perkotaana dal
ahsebag aiberi
kut:
ruangt e rbukahij
audiperkota anterdir
idariRTHP ubl i
kdanRTHpr i
vat;
propor siRT Hpadawil
ayahpe rkota
ana da l
ahs e
be sa
r minimal30%y a
ngt e
rdiri
dari20%r uangter
buk ahi
jau
publi
kda n10%t er
dir
idarirua ngterbukahi j
auprivat;
apabil
al uasRT Hbai
kpubl i
kma upunpr i
v atdikotaya ngber
sang kutantel
a hme mil
ikit
ota l
lua
slebi
hbe s
ar
daripe ratura
na taupe runda ngany a
ngbe rl
aku,ma kapropor sit e
rsebutha r
ust etapdipertahankan
kebera da annya.
P
ropor s
i3 0%me rupak
anuk uranmi ni
ma lun t
ukme njami nkes
eimba nga nekosis
temk ota,baikkes
e i
mba ngan
s
is
tem hi dr ologida nkesei
mba nga nmi kr
ok l
ima t
,ma upuns i
steme k
ologi
sl ai
ny angda patme ni
ng ka
tkan Ga
mbar4.
14PolaTa
namHut
anKot
aStr
ata2
S
u mber:
PermenPUNo
.5/
PRT/2
008
k
etersedi
a anuda r
abe r
si
hy a
ngdi perl
uka nma syaraka
t,se rt
asek
ali
g usda patme ni
ngkatka
nni la
iest
ek ak ot
a.

Peny
ediaan RTHBerdas
arkan J
umlah Penduduk Hutank
otabe
rst
rat
abanya
k,ya
it
ume mi
li
kik
omuni
tast
umbuh-
tumbuha
nsel
ai
nter
dir
ida
ripe
pohona
nda
n
rumput
,j
ugater
dapats
emakdanpe
nutupta
nahde
ng a
nja
rakt
anam dakbe
rat
ura
n.
Unt
ukme ne
n t
uka
nluasRTHber
dasar
kanj
uml
ahpe
nduduk
,dil
akuk
andenga
nme ngal
i
kana
nta
raj
uml
ah
pe
ndudukyangdi
l
ayanide
nga
nstanda
rlua
sRT
Hper
kapi
tas
esuai
perat
ura
nyangber
la
ku

Ga
mba
r4.
15Gambar2.
3Pol
aTa
namHuta
nKotaSt
rat
aBa
nya
k
S
u mb
e r:
Per
menPUNo.
5/PRT
/200
8

Luasrua
nghij
auyangdi
is
idenganber
baga
ije
nisve
get
asit
ahunanmi
nima
lse
lua
s90%dar
il
uastota
lhuta
nk ot
a.
Dalamkait
ankebut
uhanairpe
ndudukkot
ama kal
uashut
ank ot
ase
baga
ipr
oduse
nai
rda pa
tdihi
tungdenga
n
rumus:
t
La = Po.
K(1+R –C)–PAM -
Pa
z
denga
n:
Laadalahluashuta
nk otayangha r
usdiba
ngun
Poadalahjumlahpe nduduk
Ka dalahkonsumsiair/kapi
ta(lt
/har
i)
Radal
a hlaj
upe ni
ngkata npema kai
anair
Cadal
a hfakt
orpenge nda l
i
PAM adala
hk apas
it
a ss upl
aiairper
usahaan
T
abe
l4.
1Pe
nye
dia
anRuangT
erb
ukaHi
j
auBe
rda
sar
kanJ
uml
ahP
end
udu
k
tadal
aht a
hun
S
umb
er:Per
menPUNo.
5/P
RT/
2008 Paadalahpotensi
airta nah
zadal
ahk emampua nhut a
nk otadal
amme nyi
mpa
nai
r

3
6
RK5100 S
8E
LEME
TUDI
O1 T
NRANCANGK
UGAS1
OTA RUANGT
ERBUKA
Pedoman Peny
ediaan dan Pemanfaat
an RTNH
Lua
sr uangter
bukapadadas
arnyater
dir
idaril
uasRTHdanluasRTNH. Unt
ukme mi
sahkanluasRTHdanRTNH
dar
iluasruangter
bukate
rse
butdigunak
anK DHs e
suai
de ng
anpe rat
urandaerahyangbe r
lak
us e
tempat
.KDH
merupakanpe r
bandi
ngananta
raruangterbukahij
audengank esel
uruha
nr uangterbukadiluarbang
unan.
Sec
arama te
mas ,
rumusKDHbe r
dasar
kanPermenPUNo.12/P
RT/2009dapatdi
je
lask
ans ebaga
iberi
kut
::

KDH=RTH/RT x1
00%

K
DH: K
oefisi
enDaer
ahHij
au(%)
R
TH:RuangT
erbu
kaHij
au(m2)
R
T:RuangTer
buk
a(m2)sedang
kan
,
Ga
mbar4
.16Co
ntohT
amanRuk
unTet
ang
ga
K
DB:Koefisi
enDasa
rBang
u n
an(%)
S
umber:P
ermenPUNo.
5/PR
T/2
008
Pa
daskal
ater
tent
upeny
edi
aanRTNHdi
ar
ahkanpadabeber
apabent
ukanta
ral
ai
nPl
asa
,Pa
rki
r
,La
pang
an
Penyediaan RTHBerdasarkan Kebutuhan Fung
si Tert
entu Ol
ahr
aga
,tamanber
mai
n.Be
rik
uta
dal
ahmat
ri
kul
asi
berda
sar
kanhi
ra
rki
wil
aya
h:
RTHk ategoriinimel
ipu :jal
urhi ja
us empa da
nr elker
etaa pi
,jal
urhi
jaujari
nganl
ist
rikt
ega
ngan ng
gi,RT
H
kawasanpe rli
ndungansetempa tberupaRT Hsempa dans ungai
,RTHsempa danpant
ai,da
nRT Hpe
ngamanan
sumbera i
rba ku/mat
aair.Beri
k utbeberapacont
ohRT Hbe rdas
ark
ankebutuhanfung
sikhus
us:

Ga
mba
r4.
17Con
tohTa
taL
eta
kJal
urHi
ja
uJal
an
Sumbe
r:Per
menPUNo.5
/PRT/
2008

Ga
mba
r4.
18Co
nto
hP e
na n
ama nV
ege
tas
ipa
daRTHSe
mpa
danP
ant
ai
T
abe
l4.
2Pe
nye
dia
anR
TNHDal
amBen
tukOl
ahr
agabe
rda
sark
anh
ir
ark
iwi
l
aya
h
Sumber:Pe
rmenPUNo.5
/PR
T/2
008
Sumb
er:
Per
menPUNo.12/
PRT
/200
9

Ga
mba
r4.
.Co
nto
hPe
nan
ama
nPa
daRTHSumberMa
taAi
rdanPol
aPena
nama
npa
daR
THP
ema
kama
n
Su
mb e
r:Pe
rmenPUNo.5
/PR
T/200
8
Gamb
ar4.
19Con
tohR
TNHOl
ahr
aga
S
umber:
Per
menPUNo.
12/
PRT
/2009

3
7
RK5100 S
8E
LEME
TUDI
O1 T
NRANCANGK
UGAS1
OTA RUANGT
ERBUKA

Gamba
r4.
20Con
tohR
TNHPlas
a T
abe
l4.
5.Pe
nyedi
aanRTNHDalamBentukOl
ahr
aga Ga
mb a
r4.2
2Co n
tohR
TNHLah
anP a
rki
r
T
abe
l4.
3Pe
nye
diaa
nRTNHDal
amBen
tukPl
asab
erda
sar
kanwi
l
aya
h
S
umbe
r:Pe
rmenPUNo.1
2/P
RT/20
09 be
rda
sark
anhi
rar
kiwil
aya
h Sumber:Pe
rmenPUNo.
12/PR
T/200
9
S
umbe
r:Pe
rmenPUNo.1
2/PRT
/20
09
Su
mb er:
PermenPUNo.12/PRT
/200
9

l
uasla
ha npar
ki
rinis
anga
tbe r
gant
ung dakhanyapadaj
uml
ahpe
mil
i
kankendar
aan,mel
ai
nkanj
ugapa
da
pe
rencanaankar
akt
erdar
ikomplek
si t
usendi
ri
.Seba
gaia
cua
numum l
uaspark
iruntuka
reaper
muki
man
Be
rdasark
anPermenPUNo.12/P
RT/2009:

Luaslahan parkir (
brut
o)=3
%xluasdaerah y
angdilay
ani

Ga
mb a
r4.
21Con
tohRTNHT
empatBe
rmai
n
T
abe
l4.
4Pe
nyedi
aanRTNHDal
amBent
ukTempa
tBe
rma
in S
umber:
Per
me nP
UNo.12
/PRT/
200
9
ber
dasa
rka
nwil
aya
h
Su
mber:P
ermenPUNo.12
/PR
T/20
09

3
8
RK5100 S
8E
LEME
TUDI
O1 T
NRANCANGK
UGAS1
OTA RUANGT
ERBUKA
ALUN -ALUN BANDUNG PLASACADILLACSQUARE, HYDE PARK,CITYOF
DETROIT,
US LONDON, UK
Cadill
ac S quare a ta
uPl azaDe troi
tme rupa kans al
a h Rua ngt erbuk ai nima suks e
ba gair uangt erbuka
satukons epr ua ngt e r
buk anon- hij
auyangt erbaiks aat hi
jaut er baikdiduni av ersiNaona lGe ographic
.
i
ni.Naona lGe og raphicme na mba t
kanr ua ngt erbuk a Ti
da ks a l
ahk arena t ama n pe ningg ala
n Ke rajaan
i
nima sukk eda lams epul uhbe sarruangt erbuk adi I
ng grisinis e
lainme mil
ikis i
sihistorisjug abuda ya
dunia.Rua ng t e rbukai nidi ang g
aps a ng atdi nami s pema nfaa t
a n r ua ng t er
buk a hi j
au. T erdapat
karenas uda hme njadi buda yama sy
arakatde t
roitunt uk berba gai jeni
spohons ertar uangt erbuka irseba ga
i
me ngguna ka npla zaini seba gaitempatbe risr aha tda n bent ukpr eservasilingkunga nda nk eane karagama n
rekreasi
.Ha linit erjadik arenaha mpirse muae l
eme n haya. T i
da kha ny ada ri
sisihij
ausa ja,ruangt erbuka
yang dibut uhk an ol ehr ua ng t er
bukaa da dis ana. i
nime me il
ikiba nyakf a s
ili
tasy ang me nunjang,
Kome rsi
a lterba tasda l
am be ntukpe daga ngk ak ili
ma , di
a nta r
a nya;a da nyat ama nr ekreasida nol ahr a
ga,
danmobi lma ka na nme ng hiasisea ps udut nya .Lalu, ter
da pat be bera pa t enga ran da n k ar y
a s eni
terdapatbe r
ba ga itama nt e maks epe r ol ahragada n keraja a
n, a da ny a s arana k egiatan unt uk
tama n unt uk pi knik.P e ne duh da nf as il
it
as unt uk me ny eruk ana dvok a s
ik epadape me rintah,sa mpai
berjal
ank akiy ang r inda ng s ampa ike pa da ba ng ku kepa dae dukasipe ng enalank eaneka r
a gama nha ya
sangatt ersediadibe rbag aisisitaman.S e l
a i
nitupul a yangt er
da patdi s ana.
Gamba r4. 23Al un-
alunBa ndung. di
s edi
ak anpe r
ma inanme nga s
a hotakba g iparal ans i
a
(
Sumbe
r:w w w .m apstreetv
iew .com diak
ses9/
18) Hyde P ark a dal
ah c ontoh pe l
aks
anaa
n
dana na k-anaks e bag aisa r
a nae dukasi
.Rua ngt erbuk a
i
ni beradat epa tdi teng ahk otas ehi
nggas emuae l
eme n pe
mbe ntukanr uang t
erbuk
ay ang komper
hens
if
Pada perteng aha n ta hun 2014, ma syarakatde ng anmuda hme ng aks
esnya . da
ns a
ng a
tdi a
nujurk
anunt ukme nj
adipre
sede
n
pemer intahank ot a Ba ndung mer enov a s
i ba
g i pembe ntuk
a n ruang terbuk
a hijau di
Alun- alun. Bent uk y a ng pa da per iode pe
r k
otaan.
sebel umny a berupa t a ma n pa si
f,k alii ni
ber uba hs ecaradr assk emba l
ilag ik epa da
bent uk a wal t erbent ukny a Al un- alun
Ba ndung y akniber upa l apa ng ant erbuk a
deng a ndilapisirumputs i
ntes ,na munk a l
i
i
nidi leng kapideng anba nyakf asi
litasy ang
ada ,seper a reat ama nbung apa daba g i
a n
selatan a l
un- al
un, a r
ea per ma ina n
ana k-ana k pa da ba gian ut a r
a deng a n
didek atnyat erdapa tha ltebusk otadeng a n
kondi siyangdi per ba harui,da na reat a ma n
ba cay ang ma sihs eda ng da lam pr os es
pemba ng una n pa da ba g i
a n mur
alun-a l
un.
Deng a n bent uk Al un-a l
un Ba ndung y ang
ba ruk emba limenj adil apa ng ant er buk a,
fung sisosialbuda y apa das ebua ha lun- alun
kemba limeni ng kat.Di ma na ma sy ara kat
Ba ndung da pa tk emba l
i meng guna ka n
Alun- alun Ba ndung deng an ber ba gai
ak fit asy ang a da, da ri mul a i pi k nik
kelua rga, a na k-ana k y a ng ber ma in,
meng ada kana carapenut upa na khirt a hun,
4. 24. Al
un- alunBa ndung . ba hka nhing gaha ny as ekeda rber fot o- f
ot o. Gambar4.
25 k
iri
atasda
nba wah,Cadi
l
lacSquar
e,kanana ta
sda
n
(
Sumbe
r:w w w .m apstreetview .com di
aks
es9/
18) ba
wa h,
HydePark,www.pi
nter
est
.comdiak
ses09/18-
12.00

3
9
RK5100 S
8E
LEME
TUDI
O1 T
NRANCANGK
UGAS1
OTA RUANGT
ERBUKA

DAF
TAR PUSTAKA

Ca
rmona
,Ma hew.2003.Publ
i
cPl
aces
-Ur
banS
pac
es:TheDi
mens
ionofUr
banDes
ign.
Oxf
ord:Ar
chi
tec
tur
alPr
ess

Ca
rr,S
tephen,et
.al
.1992.Publ
i
cSpa
ce.Ca
mbr
idg
e:Ca
mbr
idg
eUni
ver
sit
ypr
ess
.

Chi
ng,F
ranc
isD.
K.1996.Ar
chi
tec
tur
e:F
orm,S
pac
eAndOr
der
.Va
nNos
tra
ndRei
nhol
dCompa
ny.NewY
ork
.

F
ric
k,Hei
nz,&Mul
yani
,Tr
iHes.2006.Ar
sit
ekt
urEk
olog
is.s
eri
eko-
ars
itek
tur2.Y
ogy
aka
rta
:Ka
nis
ius
.
Guna
di,S
ugeng
.1995.Ar RTHBa
giS
ebua
hKot
a:Ma
kal
ahpa
daBuk
u:Pema
nfa
ata
nRTHdi
Sur
aba
ya.

Ha
kim,Rus
tam.2003.Uns
urPer
anc
ang
anDa
lam Ar
sit
ekt
urL
ans
eka
p.

L
aur
ie,I
anC.1979.Natur
eInCies
:TheNa
tur
alEnv
ironmentI
nTheDes
ignAndDev
elopmentOfUr
banGr
een
Spac
e.NewYork
:Wi l
ey.

Per
menPU No.5/PRT/
2008 t
ent
angPedoma
nPeny
edi
aan& Pema
nfa
ata
nRua
ngT
erbuk
aHi
jaudiWol
aya
hKot
a
/Ka
wasanPerkot
aan.
Per
menPUNo.12/PRT/M/2009tent
angPedoma
nPeny
edi
aan&Pema
nfa
ata
nRua
ngT
erbuk
aNonHi
jaudiWi
l
aya
h
Kot
a/Ka
wa s
a nPerk
otaan.
Republ
i
kIndones
ia.2007.Unda
ng–Unda
ngPena
taa
nRua
ng.J
aka
rta
:Sek
ret
ari
atNeg
ara
.

Ret
ri
eved8 2018,f
rom Goog
leI
mag
e:www.
goog
le.
com.

Ret
ri
eved8 2018,f
rom Goog
leMa
pSt
reetVi
ew:www.
maps
treet
view.
com.
Ret
ri
eved92018,f
rom Pi
nter
est
:www.
pint
eres
t.c
om.

S
NI03-
1733-
2004,t
ent
angT
ataCa
raPer
enc
ana
anL
ing
kung
anPer
uma
handi
Per
kot
aan.
S
hir
vani
,Ha
mid.1985.TheUr
banDes
ignPr
oces
s.NewY
ork
:Va
nNos
tra
ndRei
nhol
dCompa
ny.

S
prei
regen,PaulD.
,AI
A.1965.
Urba
nDes
ign:TheAr
chi
tec
tur
eofT
ownsda
nCies
.New Y
ork
:Mc
Gra
w Hi
l
lBook
Company.

S
tei
ner
,Fr
eder
ickR.
,&KentBut
ler
.2006.Pl
anni
nga
ndUr
banDes
ignS
tanda
rd.NewJ
ers
ey:J
ohnWi
l
ey&S
ons
.
Y
eang,L.D.,Al
anB.,et
.al
.2000.Ur
banDes
ignCompendi
um (
1).L
ondon:Eng
li
shPa
rtner
shi
p& TheHous
ing
Corpor
a on.

Gamba
r1.1 Ruangt
erbuk
aBandung
(
Sumber:
Dok ument
asiPr
iba
di,
8/18)
40
RK 5100 STUDIO 1 TUGAS 1
TAUTAN
8 ELEMEN RANCANG KOTA

5. SAC (Sub Urban Activity Center) : pergerakan yang mengarah ke SAC/ pusat aktivitas pinggiran kota.
TEORI
Teori Linkage, adalah teori ruang kota yang menekankan pada hubungan dan pergerakan yang
terjadi pada kawasan kota. Linkage dapat berupa jalan, gang, jalur pedestrian, ruang terbuka yang
berbentuk linier, maupun bentuk yang secara fisik menjadi penghubung antar bagian kota atau kawasan.
Berikut merupakan definisi atau teori linkage menuru beberapa ahli.
1. Melibatkan organisasi garis yang menyatukan semua bentuk lapisan dan bentuk dari aktivitas dalam
konten kota. Pada dasarnya, linkage adalah desain sari data penelitian yang meliputi “aliran gerak,
sumbu organisasi atau tepi bangunan.
(Trancik, 1986. Pg. 106)
2. Menurut Fumihiko Maki, linkage (tautan) merupakan perekat kota. Dengan tauran kita bisa
menyatukan semua lapisan kegiatan dan menghasilkan bentuk fisik kota.
(Fumihiko Maki, Investigations in Collective Form. A special Publication, No.2., St. Louis: Washington University School
of Architecture, 1964, p.29)
Ilustrasi Pola Pergerakan Menurut Chapin
3. Linkage merupakan bentukan kota yang tidak lepas dari adanya jaring-jaring sirkulasi (network Sumber : Chapin (1965)
circulation). Network yang ada dapat berupa jalan, jalur pedestrian, ruang terbuka yang berbentuk
Adapun pandangan lain menurut Robert (1974) tipe pola pergerakan dalam area amatan terdiri dari 4 pola
linier ataupun bentuk-bentuk yang secara fisik menjadi penghubung antar bagia kota/kawasan. Dalam
pergerakan, antara lain :
perancangan teori jaringan ini berguna sebagai salah satu titik acuan dalam mengorganisasi system
1. Through movement/Eksternal-Eksternal: pergerakan yang hanya dilakukan dengan asal dan tujuan
pergerakan.
di luar kawasan amatan.
(Finding Lost Space, 1973, Roger Trancik)
4. Menurut hamid shirvani, elemen sirkulasi dalam perancangan kota menawarkan salah satu perangkat 2. Eksternal- Internal : Pergerakan yang dilakukan dengan titik awal pergerakan dari luar kawasan dan
kuat dalam penataan lingkungan kota. Sirkulasi dapat membentuk, mengarahkan, dan mengontrol titik tujuan di kawasan amatan.
pergerakan aktivitas (dan pengembangan) dalam kota, sama ketika sebuah sistem transportasi publik 3. Internal-eksternal : pergerakan yang dilakukan dengan titik asal kawasan amatan dan tujuan
berjalan, jalan pedestrian, sistem transit jalan, dan pusat pergerakan. pergerakan ke luar kawasan amatan.
(Shirvani, The Urband Design Process. Pg.26) 4. Internal: pergerakan yang dilakukan dengan titik awal dan tujuan perjalanan di dalam kawasan
amatan.
POLA PERGERAKAN
Pola pergerakan dalam dalam pendekatan transportasi sering dijelaskan dengan bentuk arus
pergerakan (Kendaraan, penumpang, dan barang). Arus pergerakan ini bergerak dari zona asal ke zona
tujuan di dalam suatu daerah tertentu dan selama periode tertentu dan selama periode waktu tertentu
(Tamin, 1997). Berdasarkan pelaku pergerakannya ada dua pola pergerakan, antara lain :
Pola Pergerakan Orang
Pola pergerakan ini dipengaruhi oleh aktivitas bekerja, bermukim, berekreasi , dan aktivitas lainnya.
Pola pergerakan ini tersebar berdasarkan tata guna lahannya seperti zona permukiman, perkantoran, dan
perdagangan dan jasa.
Pola Pergerakan Barang
Pola pergerakan ini dipengaruhi oleh aktivitas produksi dan demand dengan ditandai adanya
pergerakan distribusi dari pusat produksi ke lokasi demand. Beberapa pandangan terkait tentang klasifikasi
pola pergerakan, seperti yang dikemukakan oleh Chapin (1965) terdiri dari 5 pola pergerakan, antara lain :
Ilustrasi Pola Pergerakan Menurut Robert
1. Radial : pergerakan yang berasal dari permukiman pinggiran kota menuju CBD untuk tujuan Sumber : Robert (1974)
tertentu.
2. Circumferential : Pergerakan yang berasal dari pinggiran kota dan bertujuan di pinggiran kota.
3. Through : pergerakan yang hanya melewati kota dengan asal dan tujuan luar kota.
4. CBD (Central Business District) : pergerakan yang berasal dan bertujuan di CBD.

41
RK 5100 STUDIO 1 TUGAS 1
TAUTAN
8 ELEMEN RANCANG KOTA

MODEL BANGKITAN DAN TARIKAN


Menurut Tamin (2000) tujuan dasar tahap bangkitan pergerakan adalah menghasilkan model
hubungan yang mengaitkan parameter tata guna lahan dengan jumlah pergerakan yang menuju ke suatu
zona atau jumlah pergerakan yang meninggalkan suatu zona. Zona asal dan tujuan pergerakan biasanya
juga menggunakan istilah trip end. Model ini sangat dibutuhkan apabila efek tata guna lahan dan pemilikan
pergerakan terhadap besarnya bangkitan dan tarikan pergerakan berubah sebagai fungsi waktu. Tahapan
bangkitan pergerakan ini meramalkan jumlah pergerakan yang akan dilakukan oleh seseorang pada setiap
zona asal dengan menggunakan data rinci mengenai tingkat bangkitan pergerakan, atribut sosio-ekonomi,
serta tata guna lahan.

(a) ( b)

(C)
Gambar Model Bangkitan dan Tarikan
Contoh Gambar Jaringan Jalan : (a) Radial, Kota Tokyo; (b) Spinal, Kota Bandung; (c) Grid, Kota New York
Sumber : Tamin (2000)
Sumber : Google Maps

PENGERTIAN JALAN
JARINGAN JALAN Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan
Beberapa jenis ideal jaringan jalan (Morlok, 1978: 682) adalah jaringan jalan grid (kisi-kisi), radial, pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah,
cincin-radial, spinal (tulang belakang), heksagonal, dan delta. di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali
Jaringan jalan grid merupakan bentuk jaringan jalan pada sebagian besar kota yang mempunyai jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel (Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006).
jaringan jalan yang telah direncanakan. Jaringan ini terutama cocok untuk situasi di mana pola perjalanan (Clarkson H.Oglesby,1999).
sangat terpencar dan untuk layanan transportasi yang sama pada semua area. Untuk perencanaan jalan raya yang baik, bentuk geometriknya harus ditetapkan sedemikian rupa
Jaringan radial difokuskan pada daerah inti tertentu seperti CBD. Pola jalan seperti menunjukkan sehingga jalan yang bersangkutan dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada lalu lintas sesuai
pentingnya CBD dibandingkan dengan berbagai pusat kegiatan lainnya di wilayah kota tersebut. Jenis dengan fungsinya, sebab tujuan akhir dari perencanaan geometrik ini adalah menghasilkan infrastruktur
populer lainnya dari jaringan jalan, terutama untuk jalan-jalan arteri utama, adalah kombinasi bentuk- yang aman, efisiensi pelayanan arus lalu lintas dan memaksimalkan ratio tingkat penggunaan biaya juga
bentuk radial dan cincin Jaringan jalan ini tidak saja memberikan akses yang baik menuju pusat kota, tetapi memberikan rasa aman dan nyaman kepada pengguna jalan.
juga cocok untuk lalu lintas dari dan ke pusat-pusat kota lainnya dengan memutar pusat-pusat kemacetan.
Bentuk lain adalah jaringan jalan spinal yang biasa terdapat pada jaringan transportasi antar kota KLASIFIKASI JALAN
pada banyak koridor perkotaan yang telah berkembang pesat, seperti pada bagian timur laut Amerika a) Jalan Arteri Primer
Serikat. Ada bentuk lainnya bersifat abstrak yang memang mungkin untuk diterapkan tetapi tampaknya Jalan arteri primer menghubungkan secara berdaya guna antarpusat kegiatan nasional atau antara
tidak pernah dipakai, yaitu jaringan jalan heksagonal. Keuntungan jaringan jalan ini adalah adanya pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah. Sistem jaringan jalan primer disusun berdasarkan
persimpangan-persimpangan jalan yang berpencar dan mengumpul tetapi tanpa melintang satu sama lain rencana tata ruang dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat
secara langsung. nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan
sebagai berikut:
1. Menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan wilayah, pusat kegiatan
lokal sampai ke pusat kegiatan lingkungan; dan
2. Menghubungkan antarpusat kegiatan nasional, sebagai contoh Jalur Pantura yang menghubungkan
antara Sumatera dengan Jawa di Merak, Jakarta, Semarang, Surabaya sampai dengan Banyuwangi
merupakan arteri primer.

42
RK 5100 STUDIO 1 TUGAS 1
TAUTAN
8 ELEMEN RANCANG KOTA

b) Jalan Arteri Sekunder 1. Jalan Arteri 15 meter


Jalan arteri sekunder adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak 2. Jalan Kolektor Primer 10 meter
jauh kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi seefisien,dengan peranan pelayanan jasa 3. Jalan Lokal Primer 7 meter
distribusi untuk masyarakat dalam kota. Didaerah perkotaan juga disebut sebagai jalan protokol. 4. Jalan Lingkungan Primer 5 meter
c) Jalan Kolektor Primer 5. Jalan Arteri Sekunder 15 meter
Jalan kolektor primer adalah jalan yang dikembangkan untuk melayani dan menghubungkan kota- 6. Jalan Kolektor Sekunder 5 meter
kota antar pusat kegiatan wilayah dan pusat kegiatan lokal dan atau kawasan-kawasan berskala kecil dan 7. Jalan Lokal Sekunder 3 meter
atau pelabuhan pengumpan regional dan pelabuhan pengumpan lokal. 8. Jalan Lingkungan sekunder 2 meter
d) Jalan Kolektor Sekunder 9. Jembatan 100 meter
Jalan kolektor sekunder adalah jalan yang melayani angkutan pengumpulan atau pembagian dengan
ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi, dengan
peranan pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat di dalam kota.
e) Jalan Lokal Primer
Jalan lokal primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan nasional
dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan, antarpusat
kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antarpusat kegiatan
lingkungan.
f) Jalan Lokal Sekunder
Jalan lokal sekunder dalah menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, kawasan
sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.

BAGIAN – BAGIAN JALAN


a) Rumaja (Ruang Manfaat Jalan) ruang yang dimanfaatkan untuk konstruksi jalan, yang meliputi
badan jalan, bahu jalan,jalur lalu lintas, saluran tepi jalan, dan ambang pengamanan jalan (PP No. 34 tahun
2006, Bab III, pasal 34.1)
1. Badan Jalan adalah jalur lalu lintas dengan atau tanpa jalur pemisah dan bahu jalan, termasuk jalur
pejalan kaki, bahu jalanhanya diperuntukkan bagi layanan lalu lintas dan angkutan jalan serta
pengamanan konstruksi jalan.
2. Bahu jalan adalah bagian dari daerah manfaat jalan yang berdampingan dengan jalur lalu lintas yang
digunakan utnuk menampung kendaraan berhenti dalam keperluan darurat, dan diperlukan juga
untuk mendukung bagian samping konstruksi jalan.
3. Jalur Lalu lintas adalah bagian jalur jalan yang direncanakan khusus(perkerasan) untuk lintasan Ilustrasi Bagian-Bagian Jalan
kendaraan roda empat. Sumber: UU 24 Tahun 2004 & PP 34 Tahun 2006
4. Saluran Tepi jalan adalah saluran yang hanya diperuntukkan bagi penampungan dan penyaluran air
agar badan jalan bebas dari pengaruh/genangan air. TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT (TOD)
5. Ambang Pengamanan Jalan adalah berupa bidang tanah dan/atau konstruksi bangunan pengaman Pada tahun 1992, Kota San Diego merumuskan “Transit-Oriented Development Design Guidline” atau
yang berada diantara tepi badan jalan dan batas ruangmanfaat jalan yang hanya diperuntukkan bagi sering disebut dengan TOD. Panduan ini didasari oleh program mobilitas kota yang bertujuan untuk
pengamanan konstruksi. memudahkan pergerakan masyarakat sebaik pergerakan kendaraan. Secara teoritik, tidak ada definisi
universal mengenai konsep TOD yang dapat diterima karena maknanya akan berbeda menurut
b) Rumija (Ruang Milik Jalan) terdiri dari ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar lokasi/tempat yang berbeda (Cervero et al, 2004). Beberapa definisi TOD dikaitkan dengan prinsip smart
rumah manfaat jalan (PP No. 34 tahun 2006, Bab III, pPasal 39,1) Rumija minimal harus memiliki lebar :
growth dan prinsip keberlanjutan. Definisi yang lain mengaitkan dengan karakteristik desain lingkungan
1. Jalan bebas hambatan 30 meter
(urban design) yang menekankan pada lingkungan yang mendukung pejalan kaki (walkable environment),
2. Jalan raya 25 meter
penggunaan lahan bercampur, serta kepadatan tinggi di sekitar titik transit. Kemudian, pemerintah lokal
3. Jalan sedang 15 meter
Amerika mendefinisikan TOD secara spesifik melalui Koefisien Lantai Bangunan (KLB) minimum serta jarak
4. Jalan kecil 11 meter
ke stasiun kereta api yang seringkali dikaitkan dengan peraturan zonasi (Cervero et al, 2004).
c) Ruwasja (Ruang Pengawasan Jalan) adalah ruang tertentu diluar ruang milik jalan yang
penggunaannya ada dibawah pengawasan penyelenggara jalan (PP No. 34 tahun 2006, Bab III, Pasal 44.1)
Ruang Pengawaan jalan ditentukan dari tepi jalan yang paling rendah sebagai berikut :

43
RK 5100 STUDIO 1 TUGAS 1
TAUTAN
8 ELEMEN RANCANG KOTA

(termasuk masyarakat penyandang cacat dan lanjut usia), sistem dan sarana transit, sistem parkir,
perencanaan jalur pelayanan lingkungan, dan sistem jaringan penghubung.
B. Manfaat
Manfaat dari adanya penataan mengenai system surkulasi dan jalur penghubung adalah:
1. Mengoptimalkan efisiensi pemanfaatan prasarana jalan dengan jenis arus pergerakan yang terjadi.
2. Mendapatkan distribusi atau penyebaran pergerakan yang selaras dengan jenis aktivitas yang
diwadahi sehingga dicapai ketertiban.
3. Mencapai kinerja fungsi serta keseimbangan, kaitan, keterpaduan dari berbagai elemen pergerakan,
lingkungan dan sosial, antara kawasan perencanaan dan lahan di luarnya.

C. Komponen Penataan
1. Sistem jaringan jalan dan pergerakan, yaitu rancangan sistem pergerakan yang terkait, antara
jenisjenis hirarki/kelas jalan yang tersebar pada kawasan perencanaan (jalan arteri, kolektor dan
jalan lingkungan/ lokal) dan jenis pergerakan yang melaluinya, baik masuk dan keluar kawasan,
Ilustrasi Konsep TOD maupun masuk dan keluar kaveling.
Sumber : TOD Guidline IBI Group
2. Sistem sirkulasi kendaraan umum, yaitu rancangan sistem arus pergerakan kendaraan umum
Pada gambar di atas dijelaskan bahwa prinsip prinsip TOD yang dimaksud adalah (Watson et al, 2003;
formal, yang dipetakan pada hirarki/kelas jalan yang ada pada kawasan perencanaan.
Dittmar dan Ohland 2004) : 3. Sistem sirkulasi kendaraan pribadi, yaitu rancangan sistem arus pergerakan bagi kendaraan pribadi
a. Kaya akan pilihan aktivitas perkotaan (rich mix of choices) pada satu kawasan unit lingkungan atau sesuai dengan hirarki/kelas jalan pada kawasan perencanaan.
unit kawasan melalui system penggunaan lahan bercampur di sekitar titik transit. 4. Sistem sirkulasi kendaraan umum informal setempat, yaitu rancangan sistem arus pergerakan bagi
b. Menjadikan “tempat” yang atraktif (place making), titik transit tidak hanya berfungsi sebagai kendaraan umum dari sektor informal, seperti ojek, becak, andong, dan sejenisnya, yang dipetakan
tempat menaikkan maupun menurunkan penumpang. pada hirarki/kelas jalan yang ada pada kawasan perencanaan.
c. Mendorong pertumbuhan pada level regional untuk menjadi lebih kompak (compact) dan didukung 5. Sistem pergerakan transit, yaitu rancangan sistem perpindahan arus pergerakan dari dua atau lebih
oleh system transit yang memadai. moda transportasi yang berbeda, yang dipetakan pada hirarki/ kelas jalan yang ada pada kawasan
d. Mengembangkan penggunaan lahan bercampur (mix use) dalam jarak berjalan kaki dari titik transit. perencanaan.
e. Menciptakan jaringan jalan yang ramah bagi pejalan kaki (Pedestrian-oriented design) dan 6. Sistem parkir, yaitu rancangan sistem gerakan arus masuk dan keluar kaveling atau grup kaveling
berkoneksi dengan baik dengan tempat destinasi. untuk parkir kendaraan di dalam internal kaveling.
f. Melindungi habitat-habitat yang rentan, bantaran sungai, dan ruang-ruang terbuka (open space). 7. Sistem perencanaan jalur servis/pelayanan lingkungan, yaitu rancangan sistem arus pergerakan dari
g. Mendorong pembangunan kembali (infill dan redevelopment) sepanjang transit koridor kendaraan servis (seperti pengangkut sampah, pengangkut barang, dan kendaraan pemadam
kebakaran) dari suatu kaveling atau blok lingkungan tertentu, yang dipetakan pada hirarki/kelas
PERATURAN TERKAIT LINKAGE jalan yang ada pada kawasan perencanaan.
Permen PU No 30 Tahun 2007 menjelaskan tentang panduan penyusunan dan pelaksanaan Dokumen 8. Sistem sirkulasi pejalan kaki dan sepeda, yaitu rancangan sistem arus pejalan kaki (termasuk
Rencana Detail Tata Bangunan (RTBL) yang mennyeluruh dan memiliki kepastian hokum tentang penyandang cacat dan lanjut usia) dan pemakai sepeda, yang khusus disediakan pada kawasan
perencanaan tata bangunan dan lingkungan dari suatu kawasan tententu. perencanaan.
Peraturan tersebut mengintegrasikan elemen elemen desain menjadi beberapa unsur, yaitu: 9. Sistem jaringan jalur penghubung terpadu (pedestrian linkage), yaitu rancangan sistem jaringan
1. Struktur Peruntukan Lahan berbagai jalur penghubung yang memungkinkan menembus beberapa bangunan atau pun
2. Intensitas Pemanfaatan Lahan beberapa kaveling tertentu dan dimanfaatkan bagi kepentingan jalur publik. Jalur penghubung
3. Tata Bangunan terpadu ini dibutuhkan terutama pada daerah dengan intensitas kegiatan tinggi dan beragam,
4. Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung seperti pada area komersial lingkungan permukiman atau area fungsi campuran (mixed-used). Jalur
5. Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau penghubung terpadu harus dapat memberikan kemudahan aksesibilitas bagi pejalan kaki.
6. Tata Kualitas Lingkungan
D. Prinsip-prinsip Penataan
7. Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan Prinsip-prinsip penataan Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung:
Elemen yang berkaitan dengan pembahasan linkage terdapat pada point empat sistem sirkulasi dan jalur 1. Secara Fungsional, meliputi:
penghubung- dan sedikit pembahasan pada point ke enam. a. Kejelasan sistem sirkulasi Perencanaan sistem sirkulasi yang jelas dan mudah dipahami tentang
Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung sistem kaitan antara jejaring jalurjalur utama, jalur sekunder, dan jalur lokal sesuai hirarki/kelas
A. Pengertian jalan.
Sistem sirkulasi dan jalur penghubung terdiri dari jaringan jalan dan pergerakan, sirkulasi kendaraan umum, b. Mobilitas publik
sirkulasi kendaraan pribadi, sirkulasi kendaraan informal setempat dan sepeda, sirkulasi pejalan kaki 1) Peningkatan kaitan antarsistem sirkulasi pada kawasan perencanaan dengan sistem
sirkulasi kawasan sekitar;

44
RK 5100 STUDIO 1 TUGAS 1
TAUTAN
8 ELEMEN RANCANG KOTA

2) Penciptaan sistem sirkulasi yang mudah diakses sebesar-besarnya oleh publik termasuk d. Integrasi desain kawasan yang berorientasi pada aktivitas transit (TOD=Transport Oriented
penyandang cacat dan lanjut usia (difabel), sehingga memperkaya karakter dan integrasi Development)
sosial para pemakainya; 1) Alokasi dan penataan berbagai elemen rancang ruang kota dapat didasarkan pada
3) Peningkatan kaitan dan pemisahan yang jelas di antara berbagai moda sirkulasi (pejalan pendekatan desain konsep pergerakan transit, dengan mempertimbangkan kepadatan,
kaki, sepeda, angkutan umum, kendaraan pribadi, maupun kendaraan servis); lokasi dan kualitas pertumbuhan kawasan;
4) Peningkatan sistem penghubung yang lebih berorientasi pada pejalan kaki. 2) Alokasi jarak jangkauan pejalan kaki ideal ke titik transit lain/daerah tujuan merujuk pada
c. Aksesibilitas kawasan SNI 03- 1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan.
1) Perencanaan kawasan yang mengintegrasikan sirkulasi eksternal dan internal dari/ke/di
dalam kawasan/blok atau subblok; (ii) Tata Kualitas Lingkungan
2) Penciptaan kawasan yang mewadahi kebutuhan semua orang termasuk masyarakat Pengertian Penataan Kualitas Lingkungan merujuk pada upaya rekayasa elemen-elemen kawasan yang
difabel. (2) sedemikian rupa sehingga tercipta suatu kawasan atau subarea dengan sistem lingkungan yang informatif,
2. Secara Fisik, meliputi penataan: berkarakter khas, dan memiliki orientasi tertentu.
a. Dimensi sirkulasi dan standar aksesibilitas Perencanaan teknis aksesibilitas lingkungan merujuk  Komponen Penataan
pada Peraturan Menteri PU No. 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan 1. Konsep Identitas Lingkungan
Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. 2. Konsep Orientasi Lingkungan
b. Estetika, citra dan karakter kawasan, melalui: 3. Wajah Jalan, yaitu perancangan elemen fisik dan nonfisik guna membentuk lingkungan berskala
1) Perencanaan sistem sirkulasi yang mencerminkan karakter khas setempat; manusia pemakainya, pada suatu ruang publik berupa ruas jalan yang akan memperkuat karakter
2) Perencanaan sistem sirkulasi secara simultan dengan pengaturan kendaraan umum suatu blok perancangan yang lebih besar.
informal lokal seperti becak, ojek, oplet, andong, mini bus, dan angkutan kota sebagai Pengaturan ini terdiri atas:
optimalisasi pemanfaatan karakter pergerakan setempat dengan jenis moda transportasi (a) Wajah penampang jalan dan bangunan;
yang beragam. (b) Perabot jalan (street furniture)
c. Kualitas fisik (c) Jalur dan ruang bagi pejalan kaki (pedestrian)
1) Penetapan desain yang memenuhi kenyamanan pemakai dengan mempertimbangkan (d) Tata hijau pada penampang jalan
iklim/cuaca setempat;
2) Penetapan desain yang mengutamakan keselamatan pejalan kaki dengan pengolahan DIMENSION OF DESIGN
elemen pembatas dan pengaman pejalan kaki (seperti bollards) dan elemen peneduh yang
memberi kenyamanan. Pedestrian
d. Kelengkapan fasilitas penunjang lingkungan Penyediaan elemen pendukung kegiatan seperti Permen PU No 30/PRT/M/2006 Tentang Pedoman Teknis Fasilitas Dan Aksesibilitas pada Bangunan
perabot jalan berupa lampu, dan pemilihan material perkerasan, dll. Gedung dan Lingkungan
3. Secara Lingkungan, meliputi penataan: Persyaratan
a. Peningkatan nilai kawasan  Permukaan jalan harus stabil, kuat, tahan cuaca,
1) Peningkatan nilai tanah dan kemampuan lahan melalui perbaikan tingkat pencapaian ke bertekstur halus tetapi tidak licin. Hindari sambungan
dalam dan di dalam kawasan atau gundukan pada permukaan, kalaupun terpaksa
2) Peningkatan hubungan fungsional antarberbagai jenis peruntukan dalam kawasan ada, tingginya harus tidak lebih dari 1,25 cm. Apabila
3) Peningkatan modifikasi desain/pengembangan yang sesuai karakter setempat. menggunakan karpet, maka bagian tepinya harus
b. Integrasi blok kawasan dan sarana pendukung dengan konstruksi yang permanen.
1) Pengintegrasian sistem penghubung antarbeberapa lahan kecil yang terjadi dari  Perbandingan kemiringan maksimum adalah 1:8 dan
pembagian subblok eksisting yang disesuaikan dengan tuntutan ekonomi dan sosial pada setiap jarak maksimal 900cm diharuskan
2) Integrasi sarana parkir dari beberapa blok yang berdekatan terdapat bagian yang datar minimal 120 cm.
3) Peningkatan keterpaduan sistem pergerakan dan penghubung dengan sarana parkir  Area istirahat terutama digunakan untuk membantu
4) Peningkatan kemungkinan desain jalur penghubung yang menembus bangunan publik pengguna jalan penyandang cacat dengan
antarkaveling terutama pada daerah dengan intensitas kegiatan tinggi dan beragam, menyediakan tempat duduk santai di bagian tepi.
seperti pada area komersial lingkungan binaan atau area fungsi campuran.  Pencahayaan berkisar antara 50-150 lux tergantung
c. Kelestarian ekologis kawasan pada intensitas pemakaian, tingkat bahaya dan
1) Pengembangan tata hijau yang mengantisipasi polusi motorisasi kebutuhan keamanan.
2) Pengembangan jalur nonmesin  Perawatan dibutuhkan untuk mengurangi
3) Pengembangan jalur yang berorientasi pada pejalan kaki kemungkinan terjadinya kecelakaan.
4) Perhatian terhadap akomodasi kaki lima yang ramah.

45
RK 5100 STUDIO 1 TUGAS 1
TAUTAN
8 ELEMEN RANCANG KOTA

 Drainase dibuat tegak lurus dengan arah jalur dengan (a) Saluran samping besarnya ditentukan sesuai
kedalaman maksimal 1,5 cm, mudah dibersihkan dan kebutuhan
perletakan lubang dijauhkan dari tepi ram. (b) Bagian dari rumija yang lebarnya bervariasi, dapat
 Lebar minimum jalur pedestrian adalah 120 cm untuk digunakan sebagai jalur hijau, lahan cadangan bagi
jalur searah dan 160 cm untuk dua arah. Jalur pelebaran jalan, atau keperluan lainnya.
pedestrian harus bebas dari pohon, tiang rambu- (c) Trotorar, dengan lebar yang ditentukan sesuai
rambu, lubang drainase/gorong-gorong dan benda- kebutuhan. Permukaanya dimiringkan 2-4% untuk
benda lainnya yang menghalangi. menyalurkan air dari permukaan perkerasan trotoar.
Tepi pengaman/kanstin/low curb penting bagi (d) Jalur fasilitas dapat dipakai sebagai jalur hijau dan
penghentian roda kendaraan dan tongkat tuna netra ke jalur yang memisahkan arus lalu lintas dengan arus
arah-area yang berbahaya. Tepi pengaman dibuat pejalan kaki
setinggi minimum 10 cm dan lebar 15 cm sepanjang jalur (e) Kebebasan samping bagi jalur pejalan kaki minimum
pedestrian. 0.3m
Permen PU No. 03/PRT/M/2014 Tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana (f) Kebebasan jalur jalur lalu lintas minimum 0.6m
dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan
 Jarak minimum antara bangunan gedung dengan Street Furniture
jalur pejalan kaki setidaknya berjarak 0.75 cm dari Permen PU No. 03/PRT/M/2014 Tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan
jarak sisi gedung sebagai pertimbangan kenyamanan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan
pejalan kaki.  Lampu Penerangan terletak diluar ruang jalur
 Bagi orang yang memiliki keterbatasan indera bebas pejalan kaki, jarak antar lampu 10m
penglihatan dan sering berjalan di area ini, dapat dengan tinggi maksimal lampu 4m dengan
menggunakan suara dari gedung yang berdekatan menggunakan material yang memiliki
sebagai orientasi, atau bagi tuna netra pengguna durabilitas tinggi seperti medan dan beton
tongkat dapat berjalan dengan jarak antara 0,3 meter cetak
hingga 1,2 meter dari bangunan.
 Bagian depan harus bebas dari halangan dan objek
yang menonjol dan penghalang vertikal minimal
2.5m dari permukaan dan bagian depan gedung juga
harus dapat dideteksi oleh tuna netra yang
menggunakan tongkat yang panjang  Tempat duduk dibuat dengan dimensi lebar 0,4-
 Jalur pejalan kaki setidaknya berukuran 1.8m – 3.0 m 0,5 meter dan panjang 1,5 meter, serta
atau lebih. Jalur pejalan kaki untuk jalan local dan menggunakan material yang memiliki
jalan kolektor adalah 1.2m, untuk jalan arteri 1.8m, durabilitas tinggi seperti metal dan beton cetak.
ruang tambahan untuk tempat pemberhentian bus
dengan luas 1.5 m x 2.4m
 Jalur pejalan kaki memiliki perbedaan ketinggian
dengan jalur kendaraan bermotor 20cm
 Kemiringan memanjang maksimal 8% dan disediakan
bagian yang mendatar dengan panjang minimal 1.2m
 Pagar pengaman terletak di luar ruang bebas
jalur pejalan kaki pada titik tertentu yang
pada setiap jarak 9m. kemiringan melintang minimal
memerlukan perlindungan. Pagar pengaman
2% dan maksimal 4%.
dibuat dengan tinggi 0,9 meter, serta
SNI S-03-1990-1. Spesifikasai Trotoar
menggunakan material yang tahan terhadap
cuaca dan kerusakan, seperti metal dan beton.

46
RK 5100 STUDIO 1 TUGAS 1
TAUTAN
8 ELEMEN RANCANG KOTA

 Tempat sampah terletak di luar ruang bebas Trotoar, jalur dan penyeberangan harus memastikan mobilitas dari semua pengguna dengan
jalur pejalan kaki dengan jarak antartempat mengakomodasi kebutuhan orang-orang baik lansia ataupun muda.
sampah yaitu 20 meter. Tempat sampah dibuat 3. Jaringan pejalan kaki harus terhubung ke tempat-tempat orang ingin pergi.
dengan dimensi sesuai kebutuhan, serta Jaringan pejalan kaki harus menyediakan sambungan langsung rute dan koneksi yang nyaman antar
menggunakan material yang memiliki tujuan, termasuk rumah, sekolah, tempat belanja, layanan publik, peluang rekreasi dan transit.
durabilitas tinggi seperti metal dan beton cetak. 4. Lingkungan pejalan kaki harus mudah digunakan.
Trotoar, jalur dan penyeberangan harus dirancang agar orang dapat dengan mudah menemukan rute
langsung ke tujuan dan penundaan diminimalkan.
5. Lingkungan pejalan kaki harus menyediakan tempat yang baik.
Desain yang bagus, harus meningkatkan tampilan dan nuansa lingkungan pejalan kaki. Lingkungan
PRINSIP-PRINSIP DESAIN pejalan kaki termasuk ruang terbuka seperti plaza, halaman, dan open space, juga sebagai fasad
Prinsip-prinsip Lingkage menurut Shirvani p.26 bangunan yang memberi bentuk pada ruang jalan. Fasilitas seperti street furniture, spanduk, seni,
Teknik yang digunakan dalam linkage diatur dalam 3 prinsip: penanaman dan paving khusus, bersama dengan elemen sejarah dan budaya referensi, harus
1. Jalan harus menjadi “elemen positif ruang terbuka visual”. Pedoman perancangan bertujuan untuk mempromosikan rasa tempat.
mempromosikan kualitas dibawah ini: 6. Lingkungan pejalan kaki harus digunakan untuk banyak hal.
a. Penelusuran dan pengolahan lansekap dari elemen visual yang tidak diinginkan Lingkungan pejalan kaki harus menjadi tempat untuk mendorong kegiatan publik. Kegiatan komersial
b. persyaratan ketinggian dan kemunduran untuk pembangunan yang berdekatan dengan jalan seperti makan, vending dan periklanan dapat diizinkan ketika mereka tidak mengganggu keamanan
c. righ of way parkway and median plantings dan aksesibilitas.
d. Meningkatkan lingkungan alam seperti yang dilihat dari jalan 7. Pergerakan pedestrian harus didesain ekonomis.
Jalan harus dapat mempromosikan kualitas pengolahan elemen lansekap dan juga lingkungan alam Perbaikan pejalan kaki harus dirancang untuk mencapai manfaat maksimum, termasuk biaya awal dan
sekitar biaya pemeliharaan serta mengurangi ketergantungan pada lebih banyak moda transportasi yang
2. Jalan memberi orientasi kepada pengemudi dan menjadi lingkungan yang layak. Teknik yang lebih mahal. Di mana, mungkin perbaikan dalam right-of-way harus merangsang, memperkuat, dan
spesifik termasuk pada: terhubung dengan perbaikan ruang privat yang berdekatan.
a. menyediakan “palet lanskap” (penataan lansekap) untuk meningkatkan kawasan dan desa (Sumber: Vanderslice, Ellen. 1998. Portland Pedestrian Design Guide. Portland: City of Portland Office of Transportation
lingkungan di sepanjang jalan Engineering and Development Pedestrian Transportation Program)
b. Membangun beberapa funitur jalan dan pencahayaan untuk memastikan bahwa jalanan terang
Prinsip Desain Pedestrian dalam Compendium
baik malam maupun siang hari
Untuk pengaturan desain penggunaan pedestrian dapat menggunakan pendekatan “Prinsip 5 C”,
c. Termasuk dalam perencanaan jalan umum, sebuah sistem pemandangan dan referensi visual yang
yaitu:
berdekatan dengan tata guna lahan dan landmark (sesuatu yang menonjol dan dapat mudah
1. Connection (Koneksi)
dikenali)
Pedestrian harus dapat menghubungkan tempat-tempat yang ingin orang tuju.
d. Membedakan urutan terpenting dari jalan, jalan yang baik, rintangan, penggunaan lahan yang
2. Convenience (Kemudahan)
berdekatan, dan lain-lain.
3. Sektor publik dan privat harus disatukan dalam hubungan untuk mencapai tujuan. Dengan adanya Pedestrian harus memiliki rute yang langsung dan dekat dengan penyebrangan untuk memudahkan
pengguna.
pelanggaran pada pertimbangan desain perkotaan, tujuan umum dari banyak tren saat ini dalam
3. Convivial (Ramah)
perencanaan transportasi termasuk kedalam:
Area pedestrian harus terang dan aman juga memiliki variasi di sepanjang jalannya.
a. Meningkatkan mobilitas di distrik pusat bisnis
4. Comfortable (Nyaman)
b. Mencegah penggunaan kendaraan pribadi
Dilihat dari kualitas dan lebar jalannya yang memenuhi standar atau tidak dan tidak boleh ada
c. Mendorong penggunaan transportasi umum
hambatan di area pedestrian.
d. Meningkatkan akses ke pusat distrik bisnis
(Sumber: Shirvani, Hamid. 1985. The Urband Design Process. New York: Van Nostrand Reinhold Company) 5. Conspicuousness (Kemudahan)
Dilihat dari seberapa mudah pejalan kaki menemukan rute yang ingin dia tuju, hal ini dapat dilihat
Prinsip untuk Desain Pedestrian (Portland Pedestrian Design Guide,1998. Pg.3) dari kelengkapan signage yang dipasang disepanjang pedestrian.
Prinsip-prinsip desain berikut mewakili seperangkat ketentuan yang seharusnya dimasukkan pada (Sumber: Davies, Llewelyn. 2000. The Urban Design Compendium. London: English Partnerships & The Housing Coorporation)
tingkat tertentu ke dalam setiap pergerakan pejalan kaki.
1. Lingkungan pejalan kaki harus aman. STUDI KASUS
Trotoar, jalur dan penyeberangan harus dirancang dan dibangun untuk bebas dari bahaya dan untuk Jalan R.E Martadinata
meminimalkan konflik dengan faktor eksternal seperti kebisingan, lalu lintas kendaraan dan elemen Kawasan jalan Martadinata tersusun dari bangunan-bangunan komersil yang terbentuk begitu saja
arsitektur yang menonjol. tanpa adanya dorongan dan kebijakan khusus sehingga terbentuk sebuah kawasan wisata belanja. Jalan RE
2. Jaringan pejalan kaki harus dapat diakses oleh semua. Martadinata menghubungkan antara Jalan Ahmad Yani dengan jalan Dago. Berikut merupakan Peta

47
RK 5100 STUDIO 1 TUGAS 1
TAUTAN
8 ELEMEN RANCANG KOTA

Kawasan Jalan R.E. Martadinata dan beberapa keterangan bangunan dengan fungsi non-perdagangan dan PRINSIP DESAIN YANG
FOTO & DATA LAPANGAN ANALISIS
jasa. DITERAPKAN
(Sumber: Dokumentasi Pribadi pada 08 1. Connection (Koneksi), rambu lalu lintas, lampu lalu lintas,
September 2018 ) pedestrian harus petunjuk jalan, papan iklan, dan route
Kondisi pedestrian depan Gedung dapat trayek transportasi umum yang dimana
Graha Karya Wanita dengan lebar menghubungkan hal tersebut membuat jalan menerapkan
jalan sekitar 14 m, lebar pedestrian tempat-tempat yang prnsip jalan dapat memberi orientasi
sekitar 5 m, dan adanya pembayangan ingin orang tuju kepada pengemudi dan menjadi
dari vegetasi sekitar di Jalan R.E.
2. Convenience lingkungan yang layak, jaringan pejalan
Martadinata.
(Kemudahan), kaki harus menyediakan tempat yang
pedestrian harus baik, convivial (Ramah), dan
memiliki rute yang conspicuousness (Kemudahan).
langsung dan dekat
dengan Area pedestrian Jalan R.E. Martadinata
penyebrangan untuk menghubungkan antar bangunan mulai
memudahkan dari perempatan Jalan R. E Martadinata
pengguna. dengan Jalan Ahmad Yani hingga
(Sumber: Dokumentasi Pribadi pada 08 3. Convivial (Ramah), perempatan Jalan R. E Martadinata
Keterangan: dengan Jalan Dago. Artinya, pedestrian
September 2018 ) area pedestrian harus
A. Taman Pramuka E. Kejaksaan Tinggi Jawa Barat
Kondisi pedestrian yang lebar, terang dan aman juga ini menerapkan prinsip jaringan pejalan
B. Graha Karya Wanita F. TK Taruna Bakti
C. Pengadilan Negeri Bandung G. SD-SMP-SMA Taruna bakti dilengkapi guid block, adanya memiliki variasi di kaki harus terhubung ke tempat-tempat
D. Bank Mandiri H. Sekolah Kristen Yahya vegetasi, dan street furniture seperti sepanjang jalannya. orang ingin pergi dan juga connection
(Sumber: Dokumen Pribadi 08 September 2018) bangku pedestrian dari batu beton 4. Comfortable (koneksi).
dan tempat sampah di Jalan R.E.
Tabel Komparasi antara Data Lapangan, Prinsip Desain yang Diterapkan dengan Analisis (Nyaman), dilihat dari
Martadinata. Pada sepanjang jalan R.E Martadinata ini
PRINSIP DESAIN YANG kualitas dan lebar terdapat beberapa zebra cross terutama
FOTO & DATA LAPANGAN ANALISIS jalannya yang
DITERAPKAN pada persimpangan-persimpangan
Area pedestrian telah mengalami memenuhi standar
1. Jalan memberi jalannya yang menerapkan prinsip
atau tidak dan tidak
orientasi kepada revitalisasi sehingga meningkatkan convenience (kemudahan). Lebar jalan
kualitas kawasan yang didominasi oleh boleh ada hambatan
pengemudi dan kendaraan mencapai 11 hingga 14 m
di area pedestrian.
menjadi lingkungan fungsi ekonomi dengan banyaknya orang yang dibuat menjadi 2 arah. Sirkulasi di
yang datang ke area ini pada waktu- 5. Conspicuousness
yang layak sepanjang jalan ini terbilang lancar
waktu tertentu. Masyarakat dapat (Kemudahan), dilihat
(Shirvani, 1985) kecuali di jam-jam tertentu seperti jam
mengakses jalan R.E Martadinata dengan dari seberapa mudah
(Sumber: Dokumentasi Pribadi pada 08 pulang kerja, sekolah, dan jam makan
1. Lingkungan pejalan pejalan kaki
kendaraan pribadi, angkutan kota, dan September 2018 ) siang maupun makan malam. Untuk area
(Sumber: Dokumentasi Pribadi pada 08 kaki harus aman juga dengan berjalan kaki di area menemukan rute
Kondisi jalan dan pedestrian pedestrian yang memiliki lebar 5-6 meter
September 2018) 2. Jaringan pejalan kaki pedestrian yang memiliki lebar 5-6 yang ingin dia tuju,
Kondisi pedestrian depan Taman (linkage) depan TK Taruna Bakti sendiri, membuat pejalan kaki lebih
harus dapat diakses meter. Hal tersebut membuat jaringan hal ini dapat dilihat
Pramuka yang dilengkapi oleh street yang rimbun dengan vegetasi di leluasa, ditampah lagi tidak adanya
oleh semua pejalan kaki harus dapat diakses oleh dari kelengkapan
furniture berupa signage, bola sepanjang jalan di Jalan R.E. hambatan berupa kerusakan pada area
3. Jaringan pejalan kaki semua. signage yang pedestrian ataupun papan reklame yang
pembatas jalan, tempat peminjaman Martadinata.
harus terhubung ke dipasang disepanjang
sepeda dan kursi taman di Jalan R.E. menghalangi sehingga sirkulasi di
tempat-tempat orang Di sepanjang jalan R.E. Martadinata pedestrian.
Martadinata pedestrian lancar, dan comfortable
terdapat street furniture berupa tempat (Llewelyn Davies. 2000)
ingin pergi (nyaman).
4. Lingkungan pejalan duduk, lampu taman, parkir sepeda,
kaki harus peminjaman sepeda, pembatas jalan Jalan Dipatiukur
menyediakan tempat berupa bola-bola batu yang memberikan Jalan Dipati Ukur Bandung memanjang dari Jalan Ir H Juanda memutar melewati Jalan Panatayuda,
yang baik estetika, sebagai ciri khas Kota Bandung, Jalan Hasanudin, Jalan Haur Pancuh hingga masuk lagi ke Jalan Ir H Juanda. Jalan Dipatiukur termasuk kelas
(Portland Pedestrian dan sebagai pengaman sehingga jalan lokal dengan panjang 400 meter dimana bangunan yang berjajar merupakan bangunan dengan
Design Guide,1998) lingkungan pejalan kaki terasa aman.
berbagai fungsi seperti fungsi rumah tinggal, perdagangan dan jasa, juga pendidikan. Berikut peta Jalan
Terdapat juga signage berupa rambu- Dipatiukur beserta analisis jalan.

48
RK 5100 STUDIO 1 TUGAS 1
TAUTAN
8 ELEMEN RANCANG KOTA

PRINSIP DESAIN
FOTO & DATA LAPANGAN YANG ANALISIS
DITERAPKAN
Kondisi Jalan Dipati Ukur depan Kampus digunakan, tertentu menghalangi sirkulasi
UNPAD dengan lebar jalan sekotar 8 m untuk pergerakan kendaraan lainnya yang
satu alur jalan sehingga total 16 m untuk 2 alur pedestrian menyebabkan macet.
jalan yang di batasi taman dan vegetasi harus didesain
ditengahnya. ekonomis, dan Maju ke arah Utara Jalan Dipati
Conspicuousness ukur, lebar jalan kembali menyempit
(Kemudahan), dengan lebar 8 meter dimana di
dilihat dari Pedestrian samping Timur dan Barat
seberapa dipenuhi oleh parkir liar, sehingga
mudah pejalan pejalan kaki berjalan di jalur
kaki kendaraan.
menemukan
rute yang ingin Mulai dari depan bangunan ITHB,
(Sumber: Dokumentasi Pribadi pada 08 September
dia tuju. pada bagian Barat pedestrian
2018 )
mengalami revitalisasi dengan
Kondisi bagian pedestrian jalan bagian Timur
adanya pelebaran, dan juga.
yang tidak ditata atau tidak direncanakan
Pedestrian yang telah direvitalisasi
sebagai pedestrian, dengan lebar jalan
ini diterapkan sekitar 50 meter dari
(Sumber: Dokumen Pribadi 08 September 2018) kendaraan sendiri sekitar 8 meter untuk 2
total panjang Jalan Dipati ukur yaitu
jalur.
Tabel Komparasi antara Data Lapangan, Prinsip Desain yang Diterapkan dengan Analisis 400 meter.
PRINSIP DESAIN
FOTO & DATA LAPANGAN YANG ANALISIS Hal ini dapat dikatakan bahwa,
DITERAPKAN sirkulasi jalan di Jalan Dipatiukur
Prinsip desain Area jalan kendaraan di Jalan baik jalan kendaraan ataupun jalan
yang diterapkan Dipatiukur bagian Selatan memiliki pedestriannya kurang memenuhi
terdapat pada lebar sekitar 8 -10 meter untuk 2 prinsip desain. Namun untuk
bagian jalur jalan. Sedangkan untuk (Sumber: Dokumentasi Pribadi pada 08 September standar jalannyanya sendiri telah
2018 ) mengikuti ketentuan dari UU
pedestrian yang pedestrian sendiri lebarnya sekitar
telah mengalami 1,2-1,5 meter dengan kondisi Pedestrian Jalan Bagian Barat yang sudah seperti pada penerapan lebar jalan
revitalisasi terdapat kerusakan di beberapa titik mengalami revitalisasi dan penambahan street yang masuk kriteria jalan lokal
dengan panjang pedestrian. Menuju ke dekat furniture. sekitar 8-10 meter.
(Sumber: Dokumentasi Pribadi pada 08 September sekitar 50m dari Kampus UNPAD jalan kendaraan
2018) panjang total melebar hingga 16 meter untuk 2
Pedestrian depan Kampus UNPAD dengan Jalan Dipatiukur jalur kendaraan yang dibatasi oleh
lebar 1,2 meter. Beberapa material pedestrian yaitu 400 meter. taman dengan lebar 1,5 meter dan
rusak dan pedestrian dihalangi balok beton Berikut vegetasi. Untuk pedestrian di area
besar. beberapa ini lebarnya sekitar 1,2 m dengan
penerapan ketinggian 15 cm dan beberapa
prinsip materialnya mengalami kerusakan
desainnya: dan dihalangi oleh kursi batu
berbentuk kotak. Bahkan pada area
lingkungan Jalan Dipatiukur depan UNPAD
pejalan kaki banyak kendaraan umum seperti bis
harus aman, rute Dipatiukur-Jatinangor dan juga
(Sumber: Dokumentasi Pribadi pada 08 September lingkungan angkutan kota yang berhenti
2018 ) pejalan kaki (ngetem) sehingga pada jam-jam
harus mudah

49
RK 5100 STUDIO 1 TUGAS 1
TAUTAN
8 ELEMEN RANCANG KOTA

DAFTAR PUSTAKA
Davies, Llewelyn. 2000. The Urban Design Compendium. London: English Partnerships & The Housing
Coorporation

Handayeni, Ketut Dewi Martha Erli.2014. Penerapan TOD (Transit Oriented Development) Sebagai Upaya
Mewujudkan Transportasi yang Berkelanjutan di Kota Surabaya. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.

Pusat Penelitian dan Pengembangan. 1991. Spesifikasi Trotoar. Jakarta: Kementrian Pekerjaan Umum.

Shirvani, Hamid. 1985. The Urband Design Process. New York: Van Nostrand Reinhold Company Republik
Indonesia. 2006. Undang-Undang No. 34 tentang jalan. Sekretariat Negara. Jakarta

Republik Indonesia. 2012. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 03/PRT/M/2012 tentang pedoman
penetapan fungsi jalan dan status jalan. Sekretariat Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. 2006. Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No 30 Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis
Fasilitas Dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. Sekretariat Negara. Jakarata.

Republik Indonesia. 2007. Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No 06 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Sekretariat Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. 2014. Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No 03 Tahun 2014 tentang Pedoman
Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan
Perkotaan. Sekretariat Negara. Jakarta.

Tamin, Ofyar Z. 2000. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. Bandung : Penerbit ITB.

The City of Calgary. 2004. Transit Oriented Development Policy Guidelines. Calgary: Land Use Planning and
Policy.

Trancik, R. 1990. FINDING LOST SPACE: THEORIES OF URBAN DESIGN. New York: Van Nostrand Reinhold
Company Inc.

Vanderslice, Ellen. 1998. Portland Pedestrian Design Guide. Portland: City of Portland Office of
Transportation Engineering and Development Pedestrian Transportation Program.

50
Deisra Eka 25618008
Annisa Hadny Zaiyaturrahmah 25618011
PENANDA

Penger an Tujuan Signage


PENANDA (SIGNAGE)
Ÿ Signage menurut Oxford Advance Learner Dic onary of Current English adalah sebuah kata atau kata-
kata, desain dan lain-lain pada sebuah papan atau lempengan untuk memberikan peringatan atau untuk
mengarahkan seseorang menuju sesuatu.
Ÿ Signage dapat juga diar kan sebagai segala macam bentuk komunikasi yang mengandung sebuah pesan.
Sebuah signage dak terbatas pada kata-kata namun juga termasuk gambar, gerakan, bau, rasa, tekstur,
dan suara, atau dengan kata lain segala macam cara bagaimana sebuah informasi dapat disampaikan atau
Gambar 6.4 Penanda informasi
diekspresikan oleh manusia. Sumber : h ps://walkingred
Ÿ Lawrence K Frank, ar signage adalah pesan atau informasi yang muncul secara berturut-turut atau woodcity.com
teratur dalam hubungannya dengan tanda- tanda yang pen ng dan menimbulkan respon manusia.
Ÿ Sirvani (1985) adalah petunjuk arah jalan, rambu lalu lintas, media iklan, sclupture, dan berbagai bentuk
penandaan lain. Dengan kata lain signage yang dimaksud oleh Sirvani tersebu erat kaitannya dengan
keadanan/ visualisasi .
Ÿ Rubbenstein (1996: 141) juga mendefinisikan bahwa signage merupakan sistem tanda bagian dari bidang
komunikasi visual yang berfungsi sebagai sarana informasi dan komunikasi secara arsitektural.
Ÿ Whitbread (2009: 104) dalam bukunya The Design Manual, menjelaskan bahwa signage merupakan
sistem tanda hasil kombinasi simbol dan teks pada daerah dengan mobilitas nggi, tanpa tergantung Gambar 6.5 Penanda petunjuk arah Gambar 6.6 Kota Hongkong
bahasa verbal yang terbatas. Sumber : h ps://walkingredwoodcity.com Sumber : www.theswissrock.wordpress.com

Kesimpulannya signage adalah tentang komunikasi dan penyampaian informasi sehingga dapat Menurut US Society of Environmental Graphic Designer (SEGD) tujuan dari signage adalah
memberi petunjuk dan mengarahkan orang yang melihatnya untuk mengiku petunjuk/informasi
tersebut 1 Sebagai alat untuk membantu manusia dengan cara mengarahkan, mengiden fikasi ruang atau
struktur dan memberi informasi mansia dalam melakukan kegiatan dalam suatu ruang
SEJARAH 2 Memberi petunjuk tentang kepen ngan tertentu.

S ignage pada zaman dulu digunakan untuk promosi barang pada retail- Pemberian informasi untuk kepen ngan komersil yang memberitahu kepada publik tentang barang dan
retail. Pada jaman dahulu, orang Mesir kuno, Romawi, dan Yunani jasa yang dijual.
dikenal menggunakan signage. Di Roma kuno, signage digunakan pada 3 Memperkuat kualitas lingkungan secara lingkungan
bagian depan toko serta untuk mengumumkan acara publik. Papan nama Romawi Kawasan menjadi kaya dan beragam dengan keberadaan signage/ penanda. Signage reklame, penunjuk,
biasanya terbuat dari batu atau terakota. Objek signage lalu dibuat untuk menarik pemberi informasi atau jenis lainnya dapat memperkuat dari segi pemberi informasi dan pelengkap
publik, mereka sering memiliki karakter yang rumit. Signage dibentuk besar dan elemen didalam perkotaan
berar s k (Abad 16 dan 17), menggunakan ang atau logam menonjol dari rumah- Komunikasi
rumah di atas jalan, bentuk yang rumit. Signage tersebut banyak di Inggris dan Signage berkaitan dengan pemberian informasi ataupun
Gambar 6.1 Lukisan abad-16
benua Eropa. berkomunikasi untuk mencapai tujuan atau maksud tertentu dan signage
Sumber : www.wikipedia.org
Penanda dibuat menonjol dan besar menjadi bahaya dan mengganggu di berkomunikasi memerlukan komunikasi yang efek f agar mudah
jalan sempit ke ka jalan-jalan kota menjadi lebih padat dengan lalu lintas dimenger .
kendaraan. Seiring waktu, pihak berwenang terpaksa mengatur ukuran dan Komunikasi efek f adalah pertukaran informasi, ide, perasaan yang
penempatan signage eksterior. Pada 1669, perintah kerajaan Perancis melarang menghasilkan perubahan sikap sehingga terjalin sebuah hubungan baik Gambar 6.7 Interior Signage
ukuran signage yang berlebihan. Sekitar 1762-1773 di London dan Paris, undang- antara pemberi pesan dan penerima pesan. Mengelaborasikan antara Sumber : www.iadea.com
undang diperkenalkan yang secara bertahap memaksa signage untuk dihapus atau pesan dan saluran serta memperluas konsep fidelity atau ketepatan. Untuk
menempel di dinding. Di abad pertengahan sebagian besar masyarakat buta huruf, Gambar 6.2 Lukisan abad-17 mencapai komunikasi yang efek f komunikan sebaiknya memperha kan
oleh karena itu penggunaan simbol pada signage digunakan. cara dalam menyajikan sebuah pesan, baik secara verbal ataupun
Sumber : www.wikipedia.org
nonverbal. Tipe-gambar atau diagram, animasi, video seper apakah yang
Pada abad ke 19, banyak warga berdagang pada malam hari, sehingga sebaiknya digunakan untuk mencapai efek fitas komunikasi dalam beragam
harus memiliki penerangan pada penanda hingga saat ini. Tahun 1920-an situasi. Untuk mencapai efek as dalam komunikasi dibutuhkan beragam
dikembangkan penanda neon yang diperkenalkan di Amerika Serikat. Fleksibilitas kombinasi dari cara itu. Konsep Fidelity (ketepatan) menilai suatu proses
dan visibilitasnya digunakan untuk komersial dan pada tahun 1930-an, lampu komunikasi bisa diukur efek fitasnya dilihat dari tercapai atau daknya Gambar 6.8 Signtech
Gambar 6.3 Lampu neon tujuan dari si pengirim pesan. Ketepatan ini bisa diterapkan dalam Sumber : www.signtech.je
neon adalah fitur standar bangunan modern di seluruh dunia. Kini pengunaan
Sumber : www.wikipedia.org
lampu neon berkurang di abad 20 karena menghabiskan banyak energi. keseluruhan komunikasi ataupun komponen komunikasi.

51
PENANDA

Fungsi Signage Prinsip Signage


Pada tahun 1992 Rubbenstain mengemukakan bahwa terdapat empat fungsi utama signage yang
menjadikan signage sebagai elemen yang makin pen ng dalam kota yaitu :
1V I S I B I L I T A S
Tingkat kemudahan sign tersebut dilihat oleh manusia. Hal yang terkait dari aspek tersebut antara lain;
penempatan, penggunaan warna, material, bentuk, pemasangan, dan keteraturan dalam peletakannya

ERGONOMI
Dalam merancang perletakn signage terdapat beberapa standar dan prinsip-prinsip perancangan
Mall Traffic Commercial Informa on berkaitan dengan keergonomisan signgae untuk pejalan kaki berdasarkan peraturan yang dikeluarkan
Iden ty Signs Iden ty Sign oleh Departemen Pekerjaan Umum tahun 2005,seper berikut :
Signage Menempel di Dinding
Seiring dengan perkembangan zaman, fungsi dari signage juga berkembang menjadi lebih mendetail seper - Batas bawah minimum 90 cm, batas atas maksimum 180 cm
yang dijelaskan dalam buku Signage and Wayfinding Design: A Complete Guide to Graphic Design Systems, - Ketebalan rambu maksimal 10 cm
Wiley, 2007, page 8-9 yang mengemukakan fungsi signage sebagai berikut : - Diameter rambu maksimal 15-30cm dengan jarak150 cm
terhitung dari muka lantai ke bagian atas tambu
INFORMATION PERSUATION
Signage Dipasang Menggantung
Signage menjadi media Signage yang berisi - Ke nggian 200-300cm dari muka lantai
yang menyampaikan ajakan, biasanya yang - Perbandingan nggi huruf dengan jarak pandang 1:100
informasi tentang sesuatu sering ditemukan dalam
Signage dengan Tiang
yang ingin disampaikan wujud iklan sebuah
- Lebar 30 cm atau lebih Gambar 6.15 Ilustrasi Signage Pejalan Kaki
kepada orang yang produk
- Ke nggian dari muka lantai 90-180 cm Sumber : Fitri Yanthi, 2011
melihatnya.

Gambar 6.9 Fungsi Informasi Gambar 6.10 Fungsi Persuasi / Ajakan BENTUK
Sumber : h p://kompasiana.com Sumber : h p://konsultanreklame.com Bentuk bidang signage menjadi pen ng di dalam mo f penyampaian informasi di dalamnya. Beberapa
bentuk geometri mempunyai ar masing-masing bagi orang yang menginterpretasikan info di
dalamnya.
WAYFINDING IDENTIFICATION
Signage menjadi petunjuk Signage yang Bentuk yang sering mewakili
arah dan fasilitas dari menunjukkan instruksi yang harus diiku , baik
sebuah kawasan sehingga nama/mengiden fikasi yang bersifat anjuran maupun
memudahkan orang untuk fungsi dari suatu larangan.
berak fitas. kawasan, misal : taman. Lingkaran

Gambar 6.11 Fungsi Informasi Gambar 6.12 Fungsi Informasi


Bentuk yang sering digunakan
Sumber : h p://bandung.merdeka.com Sumber : h p://infojakarta.com untuk menggambarkan informasi
umum. Bentuk signage semacam
SAFETY AND REGULATORY WARNING ini juga digunakan untuk
Bujursangkar kepen ngan komersil
Signage yang Signage berfungsi
mengarahkan tentang sebagai media yang
keamanan dan menyampaikan Bentuk ini sering menjadi tanda
keselamatan, biasanya peringatan, contohnya peringatan, digunakan untuk
merupakan traffic sign dalah peringatan untuk menyampaikan bahaya atau
berha -ha keha -ha an.
Diamon/Segi ga
Gambar 6.13 Fungsi Informasi Gambar 6.14 Fungsi Informasi
Sumber : h p://kompasiana.com Sumber : h p://infojakarta.com

52
PENANDA

Aktor dalam Signage


Rambu-rambu yang efek f harus bekriteria:
PROVIDERS

M
emenuhi kebutuhan.
Perseorangan dan agensi yang mengurusi jasa periklanan enarik perha an dan mendapat respek pengguna jalan.
emberikan pesan yang sederhana dan mudah dimenger .
enyediakan waktu cukup kepada pengguna jalan dalam memberikan
REGULATOR
Penetapan standar dan peraturan dan penanda (signage)
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, per mbangan-per mbangan yang harus diperha kan dalam
perencanaan dan pemasangan rambu adalah:
USER Keseragaman bentuk dan ukuran rambu
Perseorangan dan agensi yang menggunakan jasa periklanan Keseragaman dalam alat kontrol lalu lintas memudahkan tugas pengemudi untuk mengenal, memahami
dan memberikan respon. Konsistensi dalam penerapan bentuk dan ukuran rambu akan menghasilkan
konsistensi persepsi dan respon pengemudi.
Regulasi Desain rambu
P Z Warna, bentuk, ukuran, dan ngkat retrorefleksi yang memenuhi standar akan menarik perha an
Kriteria penanda (signage) dijalur pejalan kaki menurut Peraturan
pengguna jalan, mudah dipahami dan memberikan waktu yang cukup bagi pengemudi dalam
Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 03/PRT/M/2014 tentang Pedoman
memberikan respon.
Perencanaan, Penyediaan, Dan Pemanfaatan Prasarana Dan Sarana
Lokasi rambu
Jaringan Pejalan Kaki Di Kawasan Perkotaan
Lokasi rambu berhubungan dengan pengemudi sehingga pengemudi yang berjalan dengan kecepatan
Akses bilitas normal dapat memiliki waktu yang cukup dalam memberikan respon
Signage mudah terlihat dan dijangkau secara visual oleh pengguna Operasi rambu
jalan serta informasi dak tertutup oleh objek apapun. Rambu yang benar pada lokasi yang tepat harus memenuhi kebutuhan lalu lintas dan diperlukan
pelayanan yang konsisten dengan memasang rambu yang sesuai kebutuhan.
Keamanan
Pemeliharaan rambu
Gambar 6.16 Jalur pedestrian Signage harus aman dari vandalisme atau pencoretan terhadap Pemeliharaan rambu diperlukan agar rambu tetap berfungsi baik.
Sumber : www.h p://wayou nthemargin fasilitas umum. Vandalisme dapat menyebabkan informasi
.blogspot.com didalamnya menjadi dak jelas.
Kenyamanan
Penempatan dan Ukuran Rambu
Signage dipasang dak menghalangi jalur sirkulasi pejalan kaki
Keindahan Jarak Penempatan Tinggi Rambu
Signage memiliki nilai keindahan yang dak melewa norma-norma Disebelah kiri Disebelah kanan
Ÿ Ke nggian penempatan rambu pada sisi jalan minimum
Ÿ Diletakkan tepi Ÿ Memper mbangkan
yang berlaku 1,75 meter dan maksimum 2,65 meter diukur dari
Interaksi paling luar bahu faktor geografis, permukaan jalan sampai dengan sisi daun rambu bagian
jalan atau jalur geometris jalan, bawah, atau papan tambahan bagian bawah apabila rambu
Diletakkan pada k interaksi sosial agar memenuhi kebutuhan
lalu lintas dan kondisi lalu lintas, dilengkapi dengan papan tambahan.
Gambar 6.17 Ukuran jalur pejalan kaki ekonomi kawasan
dak merintangi jarak pandang dan
Sumber : Peraturan PU no.03/PRT/M/2014 Ÿ Ke nggian penempatan rambu di lokasi fasilitas pejalan
lalu lintas kecepatan rencana.
kaki minimum 2,00 meter dan maksimum 2,65 meter
kendaraan Ÿ Jarak 0,30 meter dari
T Z diukur dari permukaan fasilitas pejalan kaki sampai dengan
Ÿ Jarak min 0.6m bagian paling luar sisi daun rambu bagian bawah atau papan tambahan bagian
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan no.13 tahun 2014 tentang rambu-rambu, Siganage di- terhadap jalan dari pemisah jalan bawah, apabila rambu dilengkapi dengan papan tambahan.
kelompokkan menjadi empat bagian: (median)
Rambu perintah Rambu larangan
digunakan untuk menyatakan digunakan untuk menyatakan perbuatan
perintah yang wajib dilakukan oleh yang dilarang dilakukan oleh Pengguna
Pengguna Jalan. Jalan.
Rambu petunjuk
Rambu peringatan
digunakan untuk memandu Pengguna
Memberi peringatan kemungkinan
Jalan saat melakukan perjalanan atau
ada bahaya atau tempat berbahaya
untuk memberikan informasi lain kepada
pada jalan dan menginformasikan Gambar 6.18 Perletakan dan ukuran rambu jalan
Pengguna Jalan. Sumber : Panduan penempatan fasilitas perlengkapan jalan departemen perhubungan

53
PENANDA

2 READIBILITAS
Tentang informasi yang akan disampaikan supaya lebih mudah dimenger oleh orang lain ke ka
diterjemahkan dlam bentuk kata atau kalimat. Hal itu terkait dengan susunan kata yang tercipta dari Merah Hijau Cokelat
signage itu sendiri Merah dengan pu h untuk tanda Hijau dengan huruf pu h untuk Cokelat dengan pu h untuk
berhen dan ndakan terlarang, tanda informasi, seper arah, tanda tempat bersejarah,daerah
SUSUNAN KATA DAN HURUF seper dilarang parkir, dilarang jarak dan tempat-tempat; ski dan tempat berkemah
Berdasarkan pada kecepatan membaca manusia 250 kata
masuk, dilarang berhen , dll
per menit, tanda sebagai pengantar atau penyampai
pesan yang hanya dapat dilihat sepersekian de k saja,
sebaiknya dak memuat lebih dari enam sampai delapan
item singkat.
Agar signage (kata-kata) dapat dibaca, di dalam Panduan
Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan, maka signage
perlu menggunakan huruf dengan nggi 15-20cm dengan Gambar 6.24 Rambu Warna Cokelat
Gambar 6.22 Rambu Warna Merah Gambar 6.23 Rambu Warna Hijau Sumber :
ketentuan lain sebagai berikut : Sumber : Departemen Perhubungan Sumber : Departemen Perhubungan h p://yogyakarta.panduanwisata.id
- Perbandingan lebar dan nggi huruf adlah antara 55%-
110%
- Ketebalan garis pembentuk huruf adalah 10%-15% dari
ke nggian huruf
- Jarak antar huruf Biru Hitam Kuning
Gambar 6.19 Readibilitas Rambu Jalan
Sumber : Departemen Perhubungan
Biru dengan pu h tempat Pu h dengan hitam (atau merah) Kuning dengan huruf atau simbol
layanan seper rumah sakit, rest untuk tanda peraturan seper hitam untuk tanda peringatan
area, bensin, penginapan, dll; batas kecepatan, dll; tanjakan, percabangan jalan
3 LEGIBILITAS
Hal yang paling pen ng dalam sebuah signage yaitu bagaimana sebuah signage itu menarik perha an
kaitannya dengan pemilihan kata yang mencolok, format penyampaian informasi, karakter huruf, dan
sebagainya yang dapat memperkuat keberadaan signage itu sendiri.
PEMILIHAN HURUF
Pemilihan huruf atau typefaces dalam penyampaian informasi di Gambar 6.25 Rambu Warna Biru Gambar 6.26 Rambu Warna Kuning
signage akan menimbulkan interpretasi dari yang membacanya. Sumber : Departemen Perhubungan Sumber : Departemen Perhubungan
Pemilihan karakter huruf aan sangan menentuan kesan yang ingn
disampaikan sampai. Seper gambar di samping, gambar sisi kanan
menggunakan font yang lebih sesuai dengan isi yang hendak Berikut adalah contoh
disampaikan penerapan prinsip-
Gambar 6.20 Contoh Pemilihan Huruf prinsip dalam signage.
Sumber : Digital Typography Sourcebook
Perletakan signage
rambu lalu lintas harus
Jenis karakter huruf yang sering kita temui adalah huruf Serif dan menerapkan 3 prinsip
Sans Serif. Dalam penulisan signage, lebih di sarankan untuk
tersebut karena
menggunakan huruf sans serif yaitu hurus tanpa tangkai, karena
keberadaannya yang
lebih jelas dibanding huruf serif yang memiliki tangkai dan terkesan
menyangkut
menyambung dengan huruf yang lain Gambar 6.21 Karakter Huruf
Sumber : Digital Typography Sourcebook keselamatan berkendara

PEMILIHAN WARNA VISIBILITAS


Dalam membuat desain signage, pemilihan warna menjadi hal yang pen ng. Warna memiliki bahasa READIBILITAS
psikologis tersendiri terhadap orang yang melihatnya. Pemilihan warna pada signage sangat pen ng Gambar 6.27 Contoh Penerapan Prinsip Signage di Jaan Tol
Sumber : proper data.com
pada signage yang berhubungan dengan rambu jalan. LEGIBILITAS
Pemilihan warna yang digunakan pada rambu lalu lintas hampir di seluruh belahan dunia mengadopsi
sistem warna rambu jalan di Amerika Serikat.

54
PENANDA

A Z Jarak dan ukuran harus memadahi dan diatur sedemikian rupa agar menjamin jarak penglihatan dan
menghindari kepadatan
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung no 217 Tahun 2018, reklame (signage) terbagi menjadi
beberapa macam yaitu: Reklame/ signage menjadi masalah ke ka dipasang terlalu berdekatan. pemasangan papan iklan yang
dak fungsional akan menyusahkan publik untuk menerima informasi didalamnya karena terlalu banyak
informasi yang diterima.
Papan/ Billboard Megatron, Videotron, LED
Terbuat dari papan kayu , Menggunakan layar monitor Penggunaan harus harmonis dengan bangunan arsitektur di sekitar lokasi
callibrite, vynil atau bahan dan difungsikan dengan tenaga
listrik. menggunakan Hal ini pen ng untuk mencegah kesalahan dalam memasang papan iklan sehingga menutupi bangunan
lain sejenis Diletakkan pada
konstruksi tetap sekitar atau terlalu kecil terhadap lingkungan sehingga informasi susah untuk disampaikan.
bangunan, halaman, bahu
jalan, median, JPO
Gambar 6.28 Billboard Gambar 6.29 Videotron
Signage mempunyai pengaruh pen ng pada desain tata kota sehingga pengaturan bentuk dan
Sumber : www.scpr.org Sumber : www.riaupos.co perletakan papan-papan petunjuk sebaiknya dak menimbulkan pengaruh visual nega f dan dak
Layar Melekat (s ker) mengganggu rambu-rambu lalu lintas.
Menggunakan bahan kain, Berbentuk lembaran lepas
kertas, plas c, karet atau bahan Ditempelkan, dipasang,
sejenis. contoh seper bandir, digantung pada suatu benda
Standar Pelaksanaan
Standar pelaksaan reklame berdasarkan Peraturan Daerah Kota
umbul-umbul spanduk Bandung no 217 Tahun 2018
Kawasan Khusus
Gambar 6.30 Spanduk Gambar 6.31 Iklan s ker
Peletakan reklame pada bangunan gedung dengan ketentuan:
Sumber : www.creohouse.co.id Sumber : www.merdeka.com Ÿ Menggantung pada bangunan, dengan ukuran selubung
paling banyak 0.5m x 4m
Kendaraan Udara Ÿ Menempel pada bangunan, dengan ukuran selubung paling
Iklan yang ditempelkan pada Diselenggarakan di udara dan banyak 2m x 5m
kendaraan menggunakan balon gas / alat Peletakan reklame pada halaman dengan ukuran selubung
sejenis sebagai media iklan penanda nama bangunan maksimal 2mx5m
Gambar 6.36 Kawasan khusus di Indonesia
Kawasan Umum Sumber : www.regional.kontan.co.id
Gambar 6.32 Iklan di kendaraan Gambar 6.33 Iklan balon udara Peletakan reklame pada bangunan gedung :
Sumber : www.inovasi.com Sumber : www.royalbalonpro.com Ÿ Menggantung pada bangunan Gedung, dengan ukuran
selubung paling banyak 1m x 8m
Teks Berjalan Mural / Grafi Ÿ Menempel pada bangunan Gedung, pada dinding masif
Iklan yang menayangkan Berupa gambar/ tulisan yang bangunan gedung, terutama untuk menutupi dinding masif
naskah dan Diatur secara dibuat pada dinding disamping bangunan gedung yang kurang terawa dengan
elektronik persentase 50% dari bidang masif
Dipancang diatas bangunan gedung (atap)
Ÿ Disesuaikan dengan selubung bangunan dan dak boleh
melebihi selubung bangunan yang ditetapkan oleh aturan Gambar 6.37 Jalan raya di Kota Bandung
Gambar 6.34 Iklan teks berjalan Gambar 6.35 Iklan graffi Sumber : www.mediatataruang.com
bangunan setempat dengan paling nggi 5m
Sumber : www.jadipintar.com Sumber : www.ahok.org Ÿ Menempel pada parapet bangunan gedung dengan
peletakan horizontal asalkan dak melewa nggi parapet
Ÿ Dilengkapi dengan analisis perhitungan kontruksi
Pedoman Teknis Signage bangunan reklame oleh tenaga ahli bersi fikat
Peraturan Daerah Kota Bandung no 217 Tahun 2018 Peletakan rekalme pada halaman, diatur sebagai berikut:
Penggunaan papan iklan harus merefleksikan karakter kawasan Ÿ Penempatan reklame diperbolehkan pada satu k berupa
iden tas maupun reklame produk
Isi pesan yang terkandung didalam signage harus mendukung kawasan sekitar seper dak memasang
Ÿ Panggung reklame dengan ukuran selubung 5m x 10m
iklan rokok dikawasan pendidikan. Gambar 6.38 Permukiman di Kota Bandung
Ÿ Tidak boleh melewa batas persil atau pagar.
Sumber : www.kajapro.com

55
PENANDA

Di dalam teori Responsive Environment peran Signage mempengaruhi 5 dari 7 faktor yang dibahas yaitu
sebagai berikut :

Permeability Variety Legibility Robustness

Gambar 6.39 Kawasan tema k Jl. Braga Gambar 6.40 Kawasan tema k Jl. RE. Martadinata Visual Personali
Sumber : www.travel.de k.com Richness
Sumber : www.nasional.tempo.co Appropriates sa on
Kawasan Tema k
Peletakan reklame pada bangunan Gedung:
Menggantung pada bangunan Gedung dengan ukuran selubung maksimal 1mx 4m
Menempel pada bangunan Gedung: Shirvani (1985) menambahkan bahwa dari fenomena tersebut terdapat eberapa hal yang harus diperha kan
Ÿ Paling banyak satu jenis perletakan di awning atau menempel pada dinding masif dalam menerapkan signage di dalam perancangan kota seper , harus merefleksikan karakter suatu tempat,
Ÿ Pada kanopi dengan ukuran selubung maksimal 1mx 4m
memperha kan arsitektr bangunan di sekitarnya, mempunyai jarak yang memadai antara satu dengan yang
lainnya sehingga dapat menghindari kekacaubalauan.
Ÿ Dinding massif bangunan gedung dengan persentase maksimal 50%
Peletakan reklame pada halaman, dengan ketentuan:
Ÿ Penempatan reklame paling banyak satu k Berikut adalah bentuk signage di dalam elemen perkotaan :
Ÿ Reklame produk yang diperbolehkan adalah yang berhubungan dengan kegiatan bangunan
STREET FURNITURE
Ÿ Boleh berupa panggung reklame
Ÿ Ukuran selubung reklame paling banyak 5m x 10m
Ÿ Tidak boleh melewa batas persil atau pagar
Ÿ Desain kontruksi dan media reklame harus ditutup dengan elemen arsitektural sesuai dengan tema
kawasan.

Signage dalam Rancang Kota Gambar 6.42 Contoh Signage di Sebagai Street Furiture
Sumber : google.com
STREET SCAPE
Di dalam perancangan kota, signage
memang dak memiliki banyak peran
kaitannya dengan lahan dan bangunan,
tetapi signage adalah sebuah elemen
pen ng karena signage adalah salah satu
penenru wajah kota dan sebagai wujud kota
berbicara kepada penghuninya. Gambar 6.43 Contoh Signage di Sebagai Streetscape
Seper yang diungkapkan oleh Rubbenstein Sumber : google.com
(1982) bahwa signage adalah salah satu
LANDSCAPE
bentuk iden tas atau ja diri dari sebuah
kawasan. Karena keberadaannya sebagai
sebuah iden tas atau bisa disebut ‘public
image’ maka signage sendiri yang memang
memiliki fungsi komersial menjadi sebuah
media untuk street advers sing dari Gambar 6.41 Digital Signage New York
berbagai jenis produk maupun perusahaan. Sumber : nycas ng.com Gambar 6.44 Contoh Signage di Sebagai Streetscape
Sumber : google.com

56
PENANDA

Studi Kasus
1 KASUS MANCANEGARA (OSAKA, JEPANG) 2 BANDUNG (JALAN IR. H JUANDA)
1

2
1
Gambar 6.46 Reklame Pasar Simpang
Sumber : Dokumentasi pribadi,
9 Sept ‘18
Gambar 6.49 Reklame Pasar
Sumber : Dokumentasi pribadi,
9 Sept ‘18
4
3

5
Gambar 6.50 Reklame dan pembatas jalan
Gambar 6.47 Rambu-rambu Gambar 6.48 Jl. Ir.H. Djuanda (1) Sumber : Dokumentasi pribadi,
Sumber : Dokumentasi pribadi, Sumber : www.maps.google.com 9 Sept ‘18
9 Sept ‘18

Gambar 6.45 Signage di Osaka Jepang


Sumber : google.com

FUNGSI SIGNAGE YANG BANYAK DITEMUKAN : SIGNAGE KOMERSIL (IKLAN) DAN MALL IDENTITY 6
JENIS SIGNAGE : DIGITAL SIGNAGE
Di kawasan Osaka Jepang ini merupakan kawasan dengan nilai sektor perekonomian yang nggi karena
7
kawasan ini juga merupakan salah satu des nasi wisata andalan. Banyaknya pertokoan yang berlomba- 9
lomba mengiklankan tokonya lewat papan-papan reklame dak menimbulkan adanya suasana yang carut
marut, karena sistem penataan yang begitu terstruktur. Kemajuan teknologi juga sangat terasa jika melihat
bentuk-bentuk signage iden ty di kawasan ini karena semuanya sudah menggunakan digital signage. Gambar 6.51 Penanda informasi
Hal yang membuat menarik adalah model pemasangan dan penyusunan signage iden ty dari kawasan Sumber : Dokumentasi pribadi, Gambar 6.54 Flyover Jl. Ir. H. Djuanda
pertokoan tersebut lebih banyak menggunakan pe signage yang menempel ver kal pada dinding dan tdak 9 Sept ‘18 Sumber : Dokumentasi pribadi,
9 Sept ‘18
horizontal melintang di jalan.
Sehingga di kawasan ini hampir semua fasad bangunan terselubungi oleh signage iden ty dari bangunan
pertokoan itu sendiri. Dengan jenis signage yang termasuk dalam digital signage membuat streetscape dari
kawasan ini begitu indah dan hidup ke ka malam hari. Meskipun digital signage memang dak hanya
ditemukan di kawasan ini, tetapi keberadaannya menciptakan citra tersendiri. Model penataan ver kal Gambar 6.53 Jl. Ir.H. Djuanda (2)
yang menempel pada bangunan juga menjadi salah satu solusi supaya signage iden ty dan iklan dak Sumber : www.maps.google.com
terkesan carut marut di dalam kawasan perkotaan 8

ANALISIS ANALISIS
Aspek Visual Aspek Sosial Aspek Teknis Iden fikasi dilakukan di Jalan Ir. H. Juanda
Gambar 6.52 Taman Dago
Menciptakan citra visual yang Signage dak mengganggu citra Signage diletakkan dengan Sumber : Dokumentasi pribadi, karena kawasan ini merupakan kawasan
baik dari kawasan, signage yang sosial kawasan, justru menarik sistem ver kal, dan hampir 9 Sept ‘18 tema k dan memiliki banyak fungsi diantaranya
menempel pada fasad orang-orang untuk datang ke keseluruhan merupakan digital komersial (restauran, factory outlet, bank),
membuatnya dak terkesan lokasi signage menciptakan kesn pendidikan (sekolah dan universitas),
berantakan modern perkantoran swasta maupun bank.

57
PENANDA

ANALISIS
Jenis Signage Perletakan Penjelasan
3 KABUPATEN SLEMAN, DIY (JALAN KALIURANG)
Advertising
Reklame Ÿ Dinding Ÿ Perletakan reklame menempel didinding bangunan
bangunan pada wilayah yang memiliki GSB 0 seperti di Pasar
Ÿ Halaman depan Simpang (zona no.1) jenis signage yang digunakan
bersifat komersil.
Ÿ Reklame diletakkan pada bangunan komersial yang
ada GSB seperti di (zona 3-9) menggunakan kontruksi
dan tiang untuk memberikan informasi nama tempat.
Masalah: terdapat penanda yang tertutup daun pohon
sehingga identitas suatu tempat tidak jelas
Ÿ (gambar 6. 50)

Spanduk, Baliho, Ÿ Persimpangan Persimpangan jalan adalah tempat yang strategis untuk
videotron jalan menyampaikan informasi secara cepat dan efektif. hal ini
Ÿ Persimpangan karena ditempat ini banyak dilalui publik (gambar 6. 49)
flyover Videotron diletakkan pada persimpangan flyover yang
menarik banyak perhatian dan terdapat ruang terbuka
(gambar 6.54 )

Traffic
Rambu peringatan, Ÿ Sebelum Ÿ Rambu petunjuk diletakkan sebelum persimpangan
petunjuk, perintah, persimpangan untuk memberitahu lokasi tertentu (gambar 6. 47)
larangan Ÿ Perputaran jalan Ÿ Rambu larangan (gambar 6.49) diletakkan pada daerah
Ÿ Daerah arus kepadatan tinggi seperti dilarang berbelok untuk
perbaikan jalan mencegah sirkulasi yang kacau
Ÿ Rambu peringatan (gambar 6.47) diletakkan pada
daerah perbaikan jalan agar publik waspada dan
berhati-hati.
Ÿ Terdapat rambu yang digunakan sebagai pembatas
jalan (median) agar pengendara tidak berbelok.
Jalur Pedestrian
Papan informasi Ÿ Jalur pedestrian Ÿ Terdapat papan informasi rute angkot (gambar 6.51)
Ÿ Dipangkal jalan untuk memudah kan masyarakat memilih angkot
karena jalan ini dilalui jenis angkot tertentu.
Ÿ Penanda nama jalan berada diawal jalan Ir.H. Djuanda,
Ganesha untuk memudahkan masyarakat Gambar 6.55 - 6.58 Kondisi di
mengidentifikasi nama jalan. Gambar 6.69 Peta Jalan Kaliurang
Jalan Kaliurang Sumber : openstreet.org
Penanda informasi Ruang terbuka Ÿ Penanda (signage) bertuliskan DAGO (gambar 6.52) Sumber : Dokumentasi pribadi,
1 Sept ‘18
publik memberikan informasi tentang nama taman tersebut.
dibuat artistik dan menyatu dengan elemen lanskap Jalan ini merupakan jalan yang terletak lurus menuju jalur utama ke G.Merapi
seperti air dan vegetasi menambah daya tarik dan
menambah keberagaman dari sebuah signage di
Dulunya merupakan lahan permukiman, namun sekarang beralih ke pendidikan, perdagangan dan jasa
tempat tertentu.
(Bappeda Yogyakarta). Kawasan ini sekarang dipenuhi oleh pertokoan dan sektor ekonomi yang
Penanda (signage) suatu kawasan tergantung dari zonasi dan peruntukan kawasan wilayah tersebut. menunjang ak vitas-ak vitas disekitarnya\
seper di kawasan komersil banyak digunakan penanda yang bersifat menjual ke-publik,
dipersimpangan jalan terdapat signage yang menunjukkan kegiatan suatu acara hingga di wilayah FUNGSI SIGNAGE YANG DITEMUKAN : IKLAN, KOMERSIL, DAN SIGNAGE IDENTITY
traffic dan pedestrian yang menggunakan rambu serta pemberi informasi untuk memudahkan publik Tipe Signage : Baliho, Reklame, Spanduk
untuk mengiden fikasi dan berlalu lintas dengan baik.

58
PENANDA

Studi Kasus DAFTAR PUSTAKA


ANALISIS
Aspek Visual Aspek Sosial Aspek Hukum Aspek Teknis Suryan ni, Rini. Sign and Signage System, Arsitektur FTUI 2001

Murtomo, B.Adji, 2007, Penataan Papan Reklame Pada Penggal Hayam Wuruk Semarang, Enclosure
Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman Volume 6 No.1

Sudarwani, Maria, 2010, Pengaruh Signage Pada Bangunan-Bangunan Komersil Terhadap Este ka Visual
koridor, Thesis Universitas Diponegoro.
Penyusunan reklame Adanya signage reklame Banyak reklame yang Pemasangan reklame di
yang dak beraturan rokok yang sangat besar melintang di jalan bahu jalan dan Calori, C., Signage and Wayfinding Design: A Complete Guide to Graphic Design Systems, Wiley, 2007, pp
merusak vista dari jalan di kawasan ini padahal (melanggar Pasal 6 mempunyai jarak yang 8- 9
kaliuran ini yang kawasan ini menuju ke Perbup No.53 th 2015) dak beraturan
sebenarnya dapat kawasan pendidikan sehingga Taylor, C.R. The Role of Signage in Marke ng: Outdoor Adver sing, Out-of-Home Media, and On-Premise
langsung melihat ke G. membahayakan Signs, [Part 4 in Adver sing and Integrated Communica on], Wiley, 2010, DOI:
Merapi pengguna jalan 10.1002/9781444316568.wiem04011

David K. Berlo, The Process Of Communica on, Harcourt School 1960


Hasil Analisis :
- Perlu ada ndakan yang jelas terhadap ke dakteraturan pemasangan signage reklame di kawasan ini. Ron Ludlow & fergus Panton, The Essence Of Effec ve Communica on, Pren ce Hall trade 1993
- Perlu ada konsep penataan reklame yang lebih detail supaya dapat tercipta citra kawasan dan streetscape
yang baik Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 03/PRT/M/2014
tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan, Dan Pemanfaatan Prasarana Dan Sarana Jaringan Pejalan
Kaki Di Kawasan
Kesimpulan Perkotaan

• Signage merupakan ‘penanda’ atau petunjuk dapat berupa apa saja (yang dibahas disini adalah Peraturan Walikota Bandung Nomor 217 Tahun 2018 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan
yang berhubungan dengan aspek visual) Reklame
• Di dalam penerapannya, signage memiliki beberapa fungsi, namun secara garis besar biasanya
dibedakan menjadi traffic sign, wayfinding, dan komersial (iklan maupun personalisasi sebuah toko) Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 13 Tahun 2014 Tentang Rambu Lalu
• Signage besar pengaruhnya dalam pembentukan wajah kota Lintas
• Beberapa masalah signage (yang kaitanya dengan komersil) sering terjadi di beberapa perkotaan
terkait pemasangan dan keterikatannya dengan peraturan Panduan penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan. Departemen Perhubungan. Direktorat Jenderal
Perhubungan Darat.
• Traffic sign juga beberapa mengalami permasalahan dalam perletakannya
Beard, F.K., "The Ancient History of Adver sing: Insights and Implica ons for Prac oners: What Today's
PEMERINTAH PERLU MEMBUAT REGULASI YANG JELAS SERTA TINDAKAN YANG TEGAS TERKAIT SIGNAGE Adver sers and Marketers Can Learn from Their Predecessors," Journal of Adver sing Research, vol. 57
INI, KARENA KEBERADAANNYA YANG PENTING SEAGAI ELEMEN WAJAH PERKOTAAN no. 3, pp 239-244 DOI: 10.2501/JAR-2017-033

Mar n, J., Stanley Chew's Pub Signs: A Celebra on of the Art and Heritage of Bri sh Pub Signs, Images
Booksllers, 1993

Starr, T. and Hayman, E., Signs and Wonders: The Spectacular Marke ng of America,Doubleday, 1998

Benty, I. et al. (1985). Responsive Environment, A Manual for Designer, London: Architectural Press

Shirvani, H. (1985). The Urban Design Process, New York. Van Nostrand Reinhold Company.

59

Anda mungkin juga menyukai