Anda di halaman 1dari 29

PENDEKATAN

KONTEKSTUAL dalam
ARSITEKTUR
Definisi Kontekstual dalam
Arsitektur

Kontekstual dalam arsitektur umumnya digunakan


untuk mengartikan kontinuitas dan hubungan
antara suatu bangunan dengan sekitarnya.
Kata “konteks” adalah dari bahasa latin yaitu textus,
yang berarti “kain(bahan)”, textere, yang berarti
“menjahit (menyatukan)”, dan con yang berarti
“dengan”, Kata latin contextus berarti sebuah kain
yang dijahit (bahan yang disatukan) (Wolford, 2004).
Menurut kamus Illustrated dictionary of architecture, Burden (1998)
kontekstual” didefinisikan sebagai, “any doctrin
emphasizing the importance of the context in
establishing the meaning of terms, such as the
setting into which a building is placed, it sites, its
natural environment, or its neighborhood”
yaitu suatu doktrin yang menekankan pentingnya konteks
didalam membangun
makna, seperti setting di mana bangunan diletakkan, site-nya,
lingkungan alamnya, atau neighborhood-nya). Makna
neighborhood ini diartikan sebagai keunikan lokalitas yang
meliputi fisik lingkungan dan sosial budaya masyarakat,
Tinjauan Pemikiran Kontekstual dalam
Arsitektur
Kontekstual dalam arsitektur dapat dilihat
dalam dua kelompok, yaitu kontras dan
harmonis
Kontras menjadi salah satu
strategi desain yang paling
berpengaruh bagi seorang
perancang. Apabila diaplikasikan
dengan baik dapat menjadi fokus
dan citra aksen pada suatu area
kota. Sebaliknya jika
diaplikasikan dengan cara yang
salah atau sembarangan, maka
akan dapat merusak dan
menimbulkan kekacauan. bangunan PANAM Amerika yang kontras
terhadap bangunan tua didepannya, namun
karena hadir dengan dengan bentuk dan fasade
yang sederhana,bangunan tersebut menjadi
latar dan justru memperkuat bangunan lainnya
secara visual kawasan
Tinjauan Pemikiran Kontekstual dalam
Arsitektur

Harmonis atau selaras


dilakukan dalam rangka
menjaga keselarasan dengan
lingkungan yang sudah ada.
Bangunan baru lebih
menghargai dan
memperhatikan
konteks/lingkungan di mana
bangunan itu berada, kemudian
bersama-sama dengan
bangunan yang sudah ada atau Museum Louvre Addition Paris
lingkungan yang ada menjaga memberikan gambaran kontekstual
dan melestarikan “tradisi” antara bangunan lama dengan baru,
yang telah berlaku sejak dulu. bentuk piramid kaca tidak menjadi
Sehingga kehadiran satu atau penghalang kontinuitas visual antara
sekelompok bangunan baru bangunan eksistingnya.
lebih menunjang daripada Bangunan piramid tetap
menyaingi karakter mempertegas hubungan antara
bangunan yang sudah ada bangunan eksisting dengan
walaupun terlihat dominan lingkungannya.
(secara kuantitas)
Metode Analisis dan Sintesis Konteks dalam perancangan
Arsitektur
melibatkan aspek konteks dalam proses perancangan dapat dirumuskan sejumlah metode

1. Arsitek harus menyadari dan


Membutuhkan ketrampilan
“berfikir konteks: yang memadai menentukan keluasan dan kedalaman
cakupan analisisnya akan konteks,
seberapa jauh area di dalam dan di luar
tapak yang akan di pertimbangkan
sebagai masukan untuk rancangannya
Membutuhkan ketekunan &
ketrampilan grafis/visual 2. Arsitek harus mengumpulkan (informasi
fisik & non fisik) dan menyajikan data
yang dibutuhkan berdasarkan
Membutuhkan daya analisitis, keputusannya akan cakupan analisis
kejelian, dan kreativitas dalam pada langkah awal.
meramu masalah
3. Arsitek harus merumuskan dan
menentukan prioritas masalah konteks:
masalah manakah yang paling perlu di
Membutuhkan wawasaan yang
atasi dan masalah mana saja yang
luas dalam pemecahan
masalah tentang konteks
dapat di abaikan.

4. Arsitek memberikan
respon/rekomendasi terhadap masalah-
Parameter Kontekstual dalam perancangan Arsitektur

Pendekatan Budaya
SKALA MAKRO (Culture Respect)

Pendekatan Alam
SKALA MEZZO (Nature)
Skala Urban
(Urban konteks)

Pendekatan Fisik
SKALA MIKRO Bangunan
(Physical Respect)
Parameter Kontekstual dalam perancangan Arsitektur

ndekatan Budaya (Cultural Respect)

Parameter budaya dalam pendekatan kontekstual lebih bersifat non


fisik
untuk memposisikan tempat (place) Sebagai elemen interpretasi yang
penting dan menyediakan
Pendekatan data untuk
budaya mempunyai pemahaman
tiga indikator, dalam tahap awal
yaitu memori,
bersikap
identitas dan
fungsi terhadap pengguna.

Memori lebih menekankan terhadap elemen-elemen sejarah, di mana


bangunan mengambil elemen-elemen masa lalu dan diolah untuk
tetap menyesuaikan dengan nilai-nilai perancangan di masa datang.
Responsif terhadap kebutuhan di masa datang lebih menekankan
pada suatu temuan yang memberikan terobosan atau kontribusi
terhadap temuan elemen atau bentuk arsitektur.
Indikator identitas lebih menekankan pada langgam dan pengaruh
budaya terhadap wujud arsitektur, prosesnya dapat berupa peleburan
elemen masa lalu terhadap elemen atau wujud masa kini untuk
mengahasilkan wujud yang baru atau penyatuan untuk mencapai
nilai keselarasan dalam wujud arsitektur.
Indikator fungsi terhadap pengguna lebih menekankan nilai
perilaku, tradisi, kelokalan terhadap fungsi bangunan.
Parameter Kontekstual dalam perancangan Arsitektur

endekatan Alam (Nature)

Terdapat dua buah aspek media yang dianggap paling dasar dan dominan
untuk dipenuhi dalam pendekatan kontekstual terhadap alam, yaitu aspek
tapak (site) dan iklim (climate)
Aspek tapak (specific site) berupa orientasi bangunan terhadap
alam dan lingkungan, yaitu posisi atau perletakanbangunan pada
tapak dengan posisi pergerakan matahari. Fit dengan tapak
mengenai kesesuaian bangunan terhadap tapak, baik secara dimensi
maupun bentuk bangunan. Kemudian bangunan yang responsif
terhadap tapak, menjelaskan letak bangunan dengan kondisi
topografinya (kontur atau tidak), eksisting lansekap, dan potensi-
potensi lingkungan lainnya.
Aspek iklim di sini lebih menekankan pada respon terhadap iklim (cahaya
matahari, suhu, angin dan hujan). Bangunan dibuat untuk dapat
memanfaatkan potensi iklim baik secara pasif maupun aktif. Responsif
dapat diartikan sebagai proses untuk menghindari tingkat iklim yang
berlebihan dan menghasilkan tingkat kenyamanan yang optimal alam
bangunan. Penggunaan secara pasif, yaitu antisipasi kondisi iklim
berlebihan dengan pengolahan fasad, penggunaan material dan posisi
bangunan t terhadap potensi iklim kawasan, sedangkan secara aktif
dengan menggunakan teknik atau metoda tertentu untuk memanfaatkan
potensi iklim secara efektif dan berguna bagi sumber energi bangunan
Parameter Kontekstual dalam perancangan Arsitektur

endekatan Alam (Nature)

Terdapat dua buah aspek media yang dianggap paling dasar dan dominan
untuk dipenuhi dalam pendekatan kontekstual terhadap alam, yaitu aspek
tapak (site) dan iklim (climate)
Aspek tapak (specific site) berupa orientasi bangunan terhadap
alam dan lingkungan, yaitu posisi atau perletakanbangunan pada
tapak dengan posisi pergerakan matahari. Fit dengan tapak
mengenai kesesuaian bangunan terhadap tapak, baik secara dimensi
maupun bentuk bangunan. Kemudian bangunan yang responsif
terhadap tapak, menjelaskan letak bangunan dengan kondisi
topografinya (kontur atau tidak), eksisting lansekap, dan potensi-
potensi lingkungan lainnya.
Aspek iklim di sini lebih menekankan pada respon terhadap iklim (cahaya
matahari, suhu, angin dan hujan). Bangunan dibuat untuk dapat
memanfaatkan potensi iklim baik secara pasif maupun aktif. Responsif
dapat diartikan sebagai proses untuk menghindari tingkat iklim yang
berlebihan dan menghasilkan tingkat kenyamanan yang optimal alam
bangunan. Penggunaan secara pasif, yaitu antisipasi kondisi iklim
berlebihan dengan pengolahan fasad, penggunaan material dan posisi
bangunan t terhadap potensi iklim kawasan, sedangkan secara aktif
dengan menggunakan teknik atau metoda tertentu untuk memanfaatkan
potensi iklim secara efektif dan berguna bagi sumber energi bangunan
Parameter Kontekstual dalam perancangan Arsitektur

endekatan Alam (Nature)

Terdapat dua buah aspek media yang dianggap paling dasar dan dominan
untuk dipenuhi dalam pendekatan kontekstual terhadap alam, yaitu aspek
tapak (site) dan iklim (climate)
Aspek tapak (specific site) berupa orientasi bangunan terhadap
alam dan lingkungan, yaitu posisi atau perletakanbangunan pada
tapak dengan posisi pergerakan matahari. Fit dengan tapak
mengenai kesesuaian bangunan terhadap tapak, baik secara dimensi
maupun bentuk bangunan. Kemudian bangunan yang responsif
terhadap tapak, menjelaskan letak bangunan dengan kondisi
topografinya (kontur atau tidak), eksisting lansekap, dan potensi-
potensi lingkungan lainnya.
Aspek iklim di sini lebih menekankan pada respon terhadap iklim (cahaya
matahari, suhu, angin dan hujan). Bangunan dibuat untuk dapat
memanfaatkan potensi iklim baik secara pasif maupun aktif. Responsif
dapat diartikan sebagai proses untuk menghindari tingkat iklim yang
berlebihan dan menghasilkan tingkat kenyamanan yang optimal alam
bangunan. Penggunaan secara pasif, yaitu antisipasi kondisi iklim
berlebihan dengan pengolahan fasad, penggunaan material dan posisi
bangunan t terhadap potensi iklim kawasan, sedangkan secara aktif
dengan menggunakan teknik atau metoda tertentu untuk memanfaatkan
potensi iklim secara efektif dan berguna bagi sumber energi bangunan
Parameter Kontekstual dalam perancangan Arsitektur

ndekatan Urban (Urban Context)


Kontekstual dengan pendekatan urban dapat dilihat kualitasnya
melalui intervensi preservasi yang melihat pada disain urban
tradisional yang geometris semi figuratif, yaitu ruang terjadi karena
komposisi bangunan yang terstruktur dalam pola geometri tertentu
sehingga tercipta pola pelataran yang teratur.
Strategi dan taktik menciptakan kontekstual diciptakan melalui,
strategi garis yakni koneksi visual dan konsepsual. Melalui
strategi ini tekstur kota akan lebih terformasi secara visual dan
konsepsual. (Tekstur kota atau matriks dasar dari material kota
adalah kombinasi pola jalan, ruang terbuka, blok bangunan
dengan variasi tatanan tipologi)

taktik koneksi yakni interpenetrasi kawasan (overlapping dari


sudut dan pola kawasan untuk membangun relasi majemuk) dan
kontinuitas tekstur (strukturalisasi ruang kota dengan disain
lansekap dengan terlebih dahulu untuk menentukan pattern of
urbanism)
Parameter Kontekstual dalam perancangan Arsitektur

dekatan Fisik Bangunan (Physical Respect)

Parameter fisik bangunan


dalam pendekatan kontekstual lebih menekankan pada bentuk
fisik bangunan terhadap kondisi fisik bangunan maupun
lingkungan sekitarnya. Fasade dan detail bangunan lebih melihat
pada pengulangan maupun irama yang tercipta antara bangunan
dan sekitarnya. Di samping itu perlu adanya penekanan atau
penggunaan suatu bagian tertentu dari bangunan (detail
bangunan), sehingga adanya konektifitas antara bangunan dan
skala, proporsi maupun,
lingkungannya dalam wujud
garis langit kawasan.
Parameter Kontekstual dalam perancangan Arsitektur
Studi Kasus Pendekatan Kontekstual dalam Arsitektur

Arsitek Renzo Piano


Studi Kasus Pendekatan Kontekstual dalam Arsitektur
Centre Georges Pompidou, Paris (1971)

Georges Pompidou Center merupakan sebuah pusat budaya dan museum


yang terletak di pusat kota Paris. Centre Georges Pompidou dibangun dari
tahun 1972-1977. Pada tahun 1971 dibuatlah kompetisi arsitektur internasional
CentreGeorges Pompidou yang diikuti oleh sekitar 700 arsitek dari 50 negara di
seluruh dunia. Kompetisi ini dimenangkan oleh arsitek Renzo Piano dan Richard
Rogers. Bangunan hasil kompetisi ini memiliki panjang 166 meter, lebar 60
meter danketinggian 42 meter. Georges Pompidou memiliki 6 (enam) tingkatan
lantai dengan total luas bangunan 7.500 m² .
Studi Kasus Pendekatan Kontekstual dalam Arsitektur
ntre Georges Pompidou, Paris (1971)
Studi Kasus Pendekatan Kontekstual dalam Arsitektur
ntre Georges Pompidou, Paris (1971)
Studi Kasus Pendekatan Kontekstual dalam Arsitektur
ntre Georges Pompidou, Paris (1971)
Studi Kasus Pendekatan Kontekstual dalam Arsitektur
ntre Georges Pompidou, Paris (1971)
Studi Kasus Pendekatan Kontekstual dalam Arsitektur
nil Collection (Texas,1982-1986)

Museum Menil terletak di sebuah lahan yang berada di


pusat kota Houston, sekelilingnya berdiri rumah-
rumah dengan arsitektur tradisional Amerika.
Rumahrumah kayu tersebut sebagai pelopor cara
membangun yang mempunyai nilainilai prinsip yang
terkandung di dalamnya Hadirnya museum
memberikan keselarasan terhadap lingkungan, tampil
tidak secara kontras namun dengan fungsinya sebagai
sebuah museum, nilai kualitas lingkungannya menjadi
lebih baik.
Studi Kasus Pendekatan Kontekstual dalam Arsitektur
nil Collection (Texas,1982-1986)
Studi Kasus Pendekatan Kontekstual dalam Arsitektur
nil Collection (Texas,1982-1986)
Studi Kasus Pendekatan Kontekstual dalam Arsitektur
nil Collection (Texas,1982-1986)
Studi Kasus Pendekatan Kontekstual dalam Arsitektur
nil Collection (Texas,1982-1986)
Studi Kasus Pendekatan Kontekstual dalam Arsitektur

nsai Air Terminal (Osaka,1988-1994)

Kansai International Airport (KIA) merupakan bandara internasional yang


dibangun di atas lahan reklamasi di Teluk Osaka, Jepang. Bandara tersebut
dilengkapi dengan terminal penumpang berlantai empat dengan panjang
bangunan 1,7 km.
Studi Kasus Pendekatan Kontekstual dalam Arsitektur
Studi Kasus Pendekatan Kontekstual dalam Arsitektur
nil Collection (Texas,1982-1986)
Studi Kasus Pendekatan Kontekstual dalam Arsitektur
Studi Kasus Pendekatan Kontekstual dalam Arsitektur

Anda mungkin juga menyukai