Anda di halaman 1dari 9

1.

Pokok Pikiran Tentang Arsitektur Kontekstual


Konsep kontekstualisme dalam arsitektur mempunyai arti merancang sesuai dengan
konteks yaitu merancang bangunan dengan menyediakan visualisasi yang cukup antara
bangunan yang sudah ada dengan bangunan baru untuk menciptakan suatu efek yang
menyatu. Rancangan bangunan baru harus mampu memperkuat dan mengembangkan
karakteristik dari penataan lingkungan, atau setidaknya mempertahankan pola yang sudah
ada. Suatu bangunan harus mengikuti lambang dari lingkungannya agar dapat menyesuaikan
diri dengan banguna lama dan memiliki kesatuandesain  dengan lbanguna lama  tersebut dan
memiliki karakteristik yang sama. Desain yang kontekstual merupakan alat pengembangan
yang bermanfaat karena memungkinkan bangunan yang dimaksud untuk dapat dipertahankan
dalam konteks yang baik.
Arsitektur Kontekstual dapat digolongkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu:
a. Contras (kontras/berbeda)
Kontras sangat berguna dalam menciptakan lingkungan urban yang hidup dan
menarik, namun yang perlu diingat bahwa kontras dapat dianalogikan sebagai bumbu
yang kuat dalam makanan yang harus dipakai dalam takaran secukupnya dan hati-hati.
Kontras menjadi salah satu strategi desain yang paling berpengaruh bagi seorang
perancang. Apabila diaplikasikan dengan baik dapat menjadi fokus dan citra aksen pada
suatu area kota. Sebaliknya jika diaplikasikan dengan cara yang salah atau sembarangan,
maka akan dapat merusak dan menimbulkan kekacauan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Brent C. Brolin, bahwasanya kontras bangunan modern dan kuno bisa merupakan sebuah
harmoni, namun ia mengingatkan bila terlalu banyak  yang timbul sebagai akibat kontras,
maka efektifitas yang dikehendaki akan menurun sehingga yang muncul adalah
kekacauan.
b.    Harmony (harmoni/selaras)
Ada kalanya suatu lingkungan menuntut keserasian/keselarasan, hal tersebut
dilakukan dalam rangka menjaga keselarasan dengan lingkungan yang sudah ada.
Bangunan baru lebih menghargai dan memperhatikan bangunan sudah ada , kemudian
bersama-sama dengan bangunan yang baru untuk menjaga dan melestarikan “tradisi”
yang telah berlaku sejak dulu. Sehingga kehadiran satu bangunan baru lebih menunjang
dari pada menyaingi karakter bangunan yang sudah ada walaupun terlihat dominan.
2. Argumentasi
 Brent C. Brolin dalam bukunya Architecture in Context (1980) menjelaskan,
kontekstualisme adalah kemungkinan perluasan bangunan dan keinginan mengaitkan
bangunan baru dengan lingkungan sekitarnya.Dengan kata lain, kontekstualisme
merupakan sebuah ide tentang perlunya tanggapan terhadap lingkungannya serta
bagaimana menjaga dan menghormati jiwa dan karakter suatu tempat.
Untuk mewujudkan dan menciptakan arsitektur kontekstual, sebuah desain tidak
harus selamanya kontekstual dalam aspek form dan fisik saja, akan tetapi kontekstual
dapat pula dihadirkan melalui aspek non fisik, seperti fungsi, filosofi, maupun teknologi.
Kontekstual pada aspek fisik, dapat dilakukan dengan cara mengambil motif-motif desain
setempat: bentuk massa, pola atau irama bukaan, dan ornamen desain, menggunakan
bentuk-bentuk dasar yang sama, tetapi mengaturnya kembali sehingga tampak berbeda,
melakukan pencarian bentuk-bentuk baru yang memiliki efek visual sama atau mendekati
yang lama, dan mengabstraksi bentuk-bentuk asli.
Adapun kontekstual dalam aspek non fisik dapat dilakukan melalui pendekatan
fungsi, filosofi, maupun teknologi. Bangunan baru yang didesain ’kontras’ dengan
bangunan lama, namun mampu memperkuat nilai historis bangunan lama justru dianggap
lebih kontekstual daripada bangunan baru yang dibuat ’selaras’, sehingga menghilangkan
atau mengaburkan pandangan orang akan nilai historis bangunan lama.
Sehingga, untuk menjadikan sebuah desain kontekstual, bisa dengan menjadikannya
’selaras’ ataupun ’kontras’ dengan lingkungan sekitar dengan tetap mengedepankan
tujuan dari kontekstual itu sendiri, yaitu menghadirkan ’kesesuaian’, dalam arti
memperkuat, memperbesar, menyelamatkan, memperbaiki atau meningkatkan kualitas
lingkungan yang ada. Kontekstualisme sering disalahtafsirkan sebagai pola pemikiran
yang hanya mempertimbangkan konteks sebagai unsur penting dalam pendekatan desain
baru. Sebenarnya kontekstualisme mempunyai arti lebih spesifik. Bangunan kontekstual
tidak berdiri sendiri dan berteriak, “Lihatlah aku!” tetapi bahkan cenderung menjadi suatu
bangunan yang menjadi latar belakang.
 Menurut Bill Raun, Kontekstual menekankan bahwa sebuah bangunan harus
mempunyai kaitan dengan lingkungan (bangunan yang berada di sekitarnya). Keterkaitan
tersebut dapat dibentuk melalui proses menghidupkan kembali nafas spesifik yang ada
dalam lingkungan (bangunan lama) ke dalam bangunan yang baru sesudahnya.
Maka, arsitektur kontekstual menurut pemahaman saya adalah sebuah metode
perancangan yang mengkaitkan dan menyelaraskan bangunan baru dengan karakteristik
lingkungan sekitar.
Gerakan pengusung paham arsitektur kontekstual sendiri muncul dari penolakan dan
perlawanan terhadap arsitektur modern sebagai ikon gaya internasional yang antihistoris,
monoton, bersifat industrialisasi, dan kurang memerhatikan kondisi bangunan lama di
sekitarnya. Sehingga, kontekstualisme selalu dihubungkan dengan kegiatan konservasi
dan preservasi karena berusaha mempertahankan bangunan lama khususnya yang bernilai
historis dan membuat koneksi dengan bangunan baru atau menciptakan hubungan yang
simpatik, yang akan menghasilkan sebuah kontinuitas visual.
 Stuart E. Cohen dalam pemikiran kontekstual, menganggap bahwa salah satu metode
untuk mengetahui keberadaan suatu bentuk dan bahasa arsitektur adalah berdasarkan
pengakuan secara resmi oleh masyarakat di sekitarnya. Hal ini berarti bentuk fisik yang
telah mapan adalah bentuk yang diakui dan terbiasa oleh pengamat sekitarnya.
Pemikiran secara kontekstual mempunyai prinsip bahwa bangunan yang muncul di
kemudian waktu, untuk mendapatkan pengakuan keberadaannya seharusnya merupakan
tambahan yang terkait (depent addition) dari lingkungan sekitarnya.
Pemikiran kontekstual menganjurkan para arsitek dan perancang untuk melihat dan
mempelajari bangunan tradisional, bentuk-bentuk asli, material setempat, untuk
menangkap nafas dan ciri khas dari bentuk fisik lingkungan.

Untuk membentuk keterkaitan dalam kontekstual dapat diperoleh melalui proses


analogi dan seleksi bentuk arsitektur setempat yang telah sesuai dan diakui oleh
masyarakat dan lingkungan.

3. Resolusi Kritis
Ada berbagai cara yang dilakukan dari pendekatan ekologi pada perancangan
arsitektur, tetapi pada umumnya mempunyai inti yang sama. Dari berbagai pendapat pada
perancangan arsitektur dengan pendekatan ekologi, pada intinya adalah, mendekati
masalah perancangan arsitektur dengan menekankan pada keselarasan bangunan dengan
perilaku alam, mulai dari tahap pendirian sampai usia bangunan habis. Bangunan sebagai
pelindung manusia yang ketiga harus nyaman bagi penghuni, selaras dengan perilaku alam,
efisien dalam memanfatkan sumber daya alam, ramah terhadap alam.
Sehingga perencanaannya perlu memprediksi kemungkinan-kemungkinan ketidak
selarasan dengan alam yang akan timbul dimasa bangunandidirikan, beroperasi sampai
tidak digunakan, terutama dari penggunaan energi, pembuangan limbah dari sistim-sistim
yang digunakan dalam bangunan.
Semua keputusan yang diambil harus melalui pertimbangan secara teknis dan ilmiah
yang holistik dan interdisipliner. Tujuan perancangan arsitektur melalui pendekatan
arsitektur adalah upaya ikut menjaga keselarasan bangunan rancangan manusia dengan
alam untuk jangka waktu yang panjang.
Keselarasan ini tercapai melalui kaitan dan kesatuan antara kondisi alam, waktu,
ruang dan kegiatanmanusia yang menuntut perkembangan teknologi yang
mempertimbangkan nilai-kilai ekologi, dan merupakan suatu upaya yang berkelanjutan.
Mendekati masalah perancangan arsitektur dengan konsep ekologi, berarti ditujukan
pada pengelolaan tanah, air dan udara untuk keberlangsungan ekosistim. Efisiensi
penggunaan sumber daya alam tak terperbarui (energi) dengan mengupayakan energi
alternatif (solar, angin, air, bio). Menggunakan sumber daya alam terperbarui dengan
konsep siklus tertutup, daur ulang dan hemat energi mulai pengambilan dari alam sampai
pada penggunaan kembali, penyesuaian terhadap lingkungan sekitar, iklim, sosialbudaya,
dan ekonomi. Keselarasan dengan perilaku alam, dapat dicapai dengan konsep
perancangan arsitektur yang kontekstual, yaitu pengolahan perancangan tapak dan
bangunan yang sesuai potensi setempat. termasuk topografi, vegetasi dan kondisi alam
lainnya.
Material yang dipilih harus dipertimbangkan hemat energi mulai dari pemanfaatan
sebagai sumber daya alam sampai pada penggunaan di bangunan dan memungkinkan daur
ulang (berkelanjutan) dan limbah yang dapat sesuai dengan siklus di alam. Konservasi
sumberdaya alam dan keberlangsungan siklus-siklus ekosistim di alam, pemilihan dan
pemanfaatan bahan bangunan dengan menekankan pada daur ulang, kesehatan penghuni
dan dampak pada alam sekitarnya, energi yang efisien, dan mempertahankan potensi
setempat.
Keselarasan rancangan arsitektur dengan alam juga harus dapat menjaga kelestarian
alam, baik vegetasi setempat maupun mahluk hidup lainnya, dengan memperluas area
hijau yang diharapkan dapat meningkatkan penyerapan CO2 yang dihasilkan kegiatan
manusia, dan melestarikan habitat mahluk hidup lain. Ukuran kenyamanan penghuni
secara fisik, sosial dan ekonomi, dicapai melalui : penggunaan sistim-sistim dalam
bangunan yang alamiah, ditekankan pada sistim-sistim pasif, pengendalian iklim dan
keselarasan dengan lingkungannya.
Bentuk dan orientasi bangunan didasarkan pada selaras dengan alam sekitarnya,
kebutuhan penghuni dan iklim, tidak mengarah pada bentuk bangunan atau style tertentu,
tetapi mencapai keselarasan dengan alam dan kenyamanan penghuni dipecahkan secara
teknis dan ilmiah.Untuk mendapatkan hasil rancangan yang mampu selaras dan sesuai
dengan perilaku alam, maka semua keputusan dari konsep perancangan harus melalui
analisis secara teknis dan ilmiah Pemikiran dan pertimbangan yang dilakukan memerlukan
pemikiran yang interdisiplin dan holistic karena sangat kompleks dan mencakup berbagai
macam keilmuan.

Integrasi sistim di alam dan sistim bangunan


4. Contoh Karya Arsitektur Kontekstual yang Membentuk Harmoni
Arsitektur Kontekstual Tidak Berarti Menyalin Bentuk Bangunan Lain. Istilah kontekstual
adalah hal yang penting dalam dunia desain arsitektur. Menjadi kontekstual secara
arsitektural menandakan bahwa desain bangunan berusaha mengambil inspirasi dari
lingkungan sekitarnya sambil mempertahankan identitasnya sendiri. Dalam situasi yang
paling puitis, karya arsitektur kontekstual dapat lebih jauh membedakan lingkungannya
dan bahkan menawarkan apresiasi terhadap bangunan eksisting pada kondisi tertentu.

Hal yang dapat kita ambil dari definisi ini, bahwa istilah kontekstual mengharuskan arsitek
membaca dan menafsirkan keadaan untuk memahami penambahan bangunan baru dengan
tepat, apakah penambahan itu berupa parsial atau bangunan utuh.

Beralih ke lingkungan bawaan, Arsitur telah mengumpulkan beberapa contoh relevan


tentang desain arsitektu kontekstual dalam beberapa tahun terakhir yang menunjukkan
gaya arsitektur kontekstual sangat baik bila bisa diterapkan.

a. The 7 Passage Turquetil building - ECDM Architects


The 7 Passage Turquetil building oleh ECDM Architects adalah contoh arsitektur
kontekstual modern dan tenang yang terdapat dalam suasana bangunan tradisional Paris.
Layak untuk menunjukkan bahwa sementara bangunan mengambil petunjuk geometri
dan nada langsung dari bangunan yang berdekatan, bangunan ini tidak meniru bangunan
lama atau menyaingi mereka.
7 Passage Turquetil mempertahankan identitasnya sendiri dengan menggunakan bahan
dan metode konstruksi saat ini (modern). Sebagai tanda hormat, kesederhanaan dan
pembatasan desain gedung baru memungkinkan bangunan bersejarah yang lebih sarat
makna untuk menjadi pusat perhatian pada lingkungan ini.

b. Balai Kota di Plauen, Jerman - Berger Roecker Architects

Dalam contoh lain, desain yang diusulkan untuk balai kota di Plauen, Jerman oleh
Berger Roecker Architects menggunakan dua bangunan tradisional sebagai bookend
yang menginformasikan skala, massa, dan garis datum horizontal dari bangunan baru.
Penerapan bahan-bahan modern yang sederhana meningkatkan status dan apresiasi pada
lingkungan bangunan tradisional. Yang lama dan baru masuk ke dalam kolaborasi
fungsi dan estetika.

c. Echo House di Dublin - Gumuchdijan Architects


Penambahan Echo House di Dublin oleh Arsitek Gumuchdijan didorong oleh skala dan
massa kediaman Victoria yang ada. Garis-garis yang bersih dan fasad transparan
membuat kesan penambahan bangunan baru hampir menghilang, sehingga publik tetap
akan melihat banguan eksisting yang ada. Kedua gedung membangun hubungan yin dan
yang satu sama lain, membuat satu sama lain seolah saling memerlukan.

d. First Central Station di Seattle - Team BUILD Architects


Desain konsep untuk First Central Station mengambil tiga isyarat penting dari

tetangganya yang bersejarah. Pertama, bangunan baru First Central Station ini mengakui
ketinggian bangunan Washington Hall dengan membawa garis atap melintang sebagai
bahan penting yang pecah di gedung baru.

Kedua, massa Washington Hall tercermin dalam geometri kotak putih yang menonjol
yang membingkai unit hidup bangunan baru di sepanjang Fir Street. Proporsi yang sama
dari Washington Hall dan bingkai First Central Station, sedangkan bagian-bagian yang
berdekatan pada gedung baru didorong sedikit mundur. Strategi geometris ini menjaga
skala streetscape tetap harmonis.

Ketiga, penggunaan material yang lebih gelap di ketinggian timur bangunan baru,
menjadi latar belakang dan memungkinkan fasad merah Washington Hall untuk secara
visual menonjol di sepanjang 14th Ave. Sangat penting bahwa Washington Hall
dihormati dan diakui tanpa menyalinnya atau menyaingi keindahannya.

Estetika sederhana dan terkendali dari bangunan baru menekankan pada kualitas unik
dari bangunan yang lama, seperti jendela melengkung dan pintu masuk di Washington
Hall. Keseimbangan baru plus tradisional ini membuka peluang budaya dan sosial yang
signifikan sambil menghormati sejarah tempat ini.
Ada beberapa pencapaian besar dalam desain selain menciptakan lapisan arsitektur yang
bermanfaat dan harmonis dari era yang berbeda, yang semuanya bekerja sama dengan
indah. Respon arsitektur yang bijaksana adalah tanggapan yang penting bagi masyarakat
di sekitar Washington Hall, baik dalam menjaga masa lalunya dan mempersiapkan masa
depannya.

Anda mungkin juga menyukai