Anda di halaman 1dari 22

39

Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017

PERENCANAAN RUMAH PANGGUNG SUMBAWA DENGAN KONSTRUKSI KAYU

BADARUDDIN1, ADINOLLAH2
Dosen Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Samawa Sumbawa Besar 1
Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Samawa Sumbawa Besar 2

ABSTRAK
Indonesia memiliki keberagaman suku bangsa yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Tak
heran setiap daerah memilik jenis rumah adat yang berbeda pula. Seperti halnya di pulau Sumbawa
yang mayoritas penduduknya masih menggunakan material kayu sebagai bahan konstruksi rumah
panggung.
Rumah panggung kayu adalah bangunan rumah dengan menggunakan sistem struktur rangka
pemikul dari bahan kayu. Biasa disebut sebagai rumah kayu, ciri-cirinya yaitu seluruh komponen
struktur atap, balok dan kolom serta dinding yang digunakan adalah kayu.
Perencanaan konstruksi rumah panggung diperhitungkan penggunaan kayu yang sesuai
dengan kebutuhan beban yang bekerja seperti beban hidup, beban mati, dan beban angin yang terlihat
pada dimensi kuda – kuda, balok dan kolom yang merupakan hasil perhitungan beban yang bekerja
pada kontruksi atap. Dengan luasan rumah panggung 8 x 11 meter, jarak antar kuda – kuda 3 meter,
serta jenis kayu yang digunakan adalah kayu jati dengan klasifikasi kuat kayu kelas II, perhitungan
dilakukan dari konstruksi atap dengan sudut kemiringan atap 30o dan penutup atap genteng dengan
melakukan analisis rangka batang menggunakan cara analitis dengan metode keseimbangan titik
buhul dan cara grafis dengan menggunakan metode cremona.
Berdasarkan hasil analisis tersebut didapat dimensi gording dengan ukuran 8/10 cm, balok tarik
6/12 cm, kaki kuda - kuda 6/12 cm, sekur 6/12. tiang kuda – kuda 6/12 cm, balok lantai 8/12 cm, dan
kolom 16/16 cm, sehingga dengan demikian perencanaan rumah panggung dapat diminimalisir
penggunaan material kayu yang efisien.

Kata kunci: Rumah Panggung Sumbawa, Konstruksi Kayu.


Konsep empat persegi panjang ini
PENDAHULUAN bermula dari pandangan hidup masyarakat
Indonesia memiliki keberagaman suku Sumbawa pada zaman dahulu tentang
bangsa yang tersebar dari Sabang hingga bagaimana memahami alam semesta secara
Merauke. Setiap daerah memilik jenis rumah universal. Menurut cerita, pada awalnya rumah
adat yang berbeda pula. Seperti halnya di panggung tersebut dibangun karena
pulau Sumbawa yang mayoritas penduduknya masyarakat setempat umumnya hidup dan
masih menggunakan material kayu sebagai bertempat tinggal di sekitar pantai. Sehingga
bahan tempat tinggal. Rumah konstruksi kayu untuk menghindari gelombang air laut,
adalah bangunan rumah dengan menggunakan dibutuhkan rumah tempat tinggal yang lantai
sistem struktur rangka pemikul dari bahan dasarnya tidak langsung menempel ke tanah.
kayu, biasa disebut sebagai rumah kayu, ciri- Berdasarkan beberapa pendapat orang
cirinya yaitu seluruh komponen struktur atap, sumbawa tentang konstruksi rumah panggung
balok dan kolom serta dinding kayu bahwa zaman dahulu orang Sumbawa
yang digunakan adalah kayu. membangun kontruksi kayu hanya berdasarkan
Rumah Panggung Kayu merupakan salah logika tanpa memikirkan tingkat keamanan dan
satu rumah tradisional Sumbawa yang tingkat ekonomis dari penggunanaan kayu
berbentuk persegi empat memanjang ke tersebut, sehingga terlihat boros dalam
belakang. Konstruksi bangunan rumah ini penggunaan kayu, sehingga dalam penelitian
dibuat secara lepas-pasang (knock ini akan memaparkan mengenai tata cara
down) sehingga dapat dipindahkan dari satu
tempat ke tempat lain.
40
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017

perencanaan konstruksi rumah panggung b) Setiap simpul yang dibuat hendaknya


Sumbawa yang benar dan aman. jangan lebih dari tiga gaya batang
Konsep rumah panggung memiliki yang tidak diketahui, untuk
skenario antisipasi dan pencegahan. Secara mempermudah dalam menentukan
sederhana konsep rumah panggung batang tarik dan batang tekan.
merupakan bangunan berkaki dimana dasar c) Setiap simpul dipisahkan satu sama
bangunan diangkat keatas sehingga tidak yang lainnya.
menyentuh tanah. Jarak lantai bangunan dari d) Setiap titik simpul harus dalam
tanah variatif, antara satu sampai dua meter. keadaan seimbang akibat gaya luar
Jika dahulu rumah panggung dikonsep oleh yang bekerja pada simpul dan gaya
orang – orang terdahulu agar hunian mereka dalam (gaya batang) yan timbul pada
terhindar dari binatang liar, sekarang rumah titik simpul yang di tinjau.
panggung bisa dikonsep sebagai alternatif e) Untuk menghitung gaya – gaya
untuk meminimalkan dampak akibat banjir dan dalam yang belum diketahui
gempa. digunakan dalil: H = 0 , V = 0 , atau
Kx = 0 , Ky = 0.
METODOLOGI PENELITIAN f) Dimulai dengan meninjau titik simpul
Analisis struktur yang gaya batangnya 1 atau 2 batang
Rangka atap yang belum diketahui.
Atap adalah bagian yang penutup g) Misalkan gaya yang arahnya keatas
bangunan yang berfungsi sebagai dan kekanan dianggap positif dan
pelidung bangunan dari panas dan sebaliknya gaya yang arahnya
hujan. kebawah dan kekiri dianggap
Ada beberapa syarat yang harus negative.
dipenuhi untuk pekerjaan atap adalah : h) Gaya batang yang arahnya
a) Harus serasi dengan bentuk meninggalkan titik simpul adalah
bangunannya sehingga dapat batang tarik dan yang menuju titik
menambah keindahan bangunan. simpul adalah batang tekan.
b) Dibuat dengan kemiringan Cara Grafis
sedemikian, sehingga air hujan dapat Metode cremona adalah metode
cepat meninggalkan atap bangunan penyelesaian gaya-gaya batang dengan
c) Harus dibuat dari bahan yang tahan cara grafis. Dalam metode ini yang
dan tidak mudah rusak oleh perlu kita kuasai ialah pemahaman
pengaruh cuaca, panas, hujan. konsep perhitungannya.
d) Dapat memberikan kenyamanan Prinsip pengerjaan dengan metode
bertempat tinggal bagi penghuninya. Cremona ini adalah :
Cara analitis a) Hitung terlebih dahulu reaksi-reaksi
Cara analitis atau umumnya tumpuan.
disebut sebagai metode keseimbangan b) Tentukan skala gaya dan skala
titik buhul berprinsip pada gambar untuk mempermudah
keseimbangan suatu konstruksi, perhitungan.
dimana pada sebuah konstruksi yang c) Namai tiap batang dan tiap titik
seimbang bila diambil pada sembarang buhul agar mudah dikenali dalam
bagian, maka bagian sebelah dari perhitungan nantinya.
konstruksi akan melakukan d) Susunlah semua gaya – gaya luar
keseimbangan gaya-gaya yang ada. yang dimulai dari kiri ke kanan atau
Prinsip pengerjaan dengan cara sebaliknya dari kanan kekiri,
analitis ini adalah : mengelilingi konstruksi dan berilah
a) Terlebih dahulu hitung reaksi-reaksi anak panah yang menyatakan arah
pada tumpuan. gaya dan dengan skala tertentu.
41
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017

e) Penijauan dimulai dari simpul yang balok dan kolom struktur rumah
mempunyai maksimum 2 buah gaya panggung.
batang yang belum diketahui.
f) Lukiskan garis sejajar terhadap f) Tahap VI
batang – batang yang ditinjau dan Pemilihan profil kayu untuk elemen
susunanya sesuai dengan arah utama struktur ( balok dan kolom).
susunan gaya – gaya luar. g) Tahap VII
g) Panjang garis – garis yang didapat Tahap pengambilan kesimpulan.
menyatakan besar gaya batang Pada tahap ini, dengan berdasarkan
menurut skala gaya yang diambil. hasil analisis data dan pembahasan,
h) Bila gaya yang menuju titik simpul dibuat suatu kesimpulan yang sesuai
adalah gaya tekan (-) dan bila gaya dengan tujuan penelitian.
meninggalkan titik simpul adalah
gaya tarik (+). Bagan alir penelitian
i) Terakhir buatkan dalam tabel
besarnya gaya tiap batang agar kita
bisa menarik kesimpulan dalam
perhitungan tersebut.
Metodologi perencanaan
Suatu perencanaan harus
dilakukan dengan sistematika yang jelas
dan teratur sehingga hasilnya dapat
dipertanggung jawabkan. Dalam
penelitian ini ada beberapa tahap yang
harus dilakukan sebagai berikut :
a) Tahap I
Tahap persiapan. Persiapan
dilakukan untuk mencari data,
informasi, dan literatur untuk
mendukung perencanaan struktur
rumah panggung tersebut.
b) Tahap II
Pemodelan geometri struktur yang
meliputi, denah rumah panggung,
tampak dan potongan struktur.
c) Tahap III
Perencanaan atap yang meliputi
perencanaan gording, struktur kuda-
kuda dan menghitung gaya batang
berdasarkan point ( 3.1.2 dan 3.1.3)
yang akan digunakan untuk
perhitungan dimensi batang pada
struktur atap rumah panggung.
d) Tahap IV
Perencanaan dimensi batang yang
meliputi batang tekan dan batang
tarik pada struktur atap rumah
panggung.
e) Tahap V
Menghitung pembebanan dinding
dan lantai yang bekerja terhadap
42
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017

ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR


Data umum
Adapun data awal yang digunakan
dalam perencanaan konstruksi rumah
panggung adalah sebagai berikut :
Luas rumah panggung
Rumah panggung Sumbawa
memiliki luasan yang berbeda-beda
namun seragam, dapat terlihat dari Gambar 3. Tampak samping kiri
luas, ukuran kolom atau balok struktur
dan konstruksi atap. Adapun
luasan/denah yang akan direncanakan
adalah sebagai berikut:

Gambar 4. Tampak samping kanan

Gambar 1. Denah rumah panggung

Tampak rumah panggung Gambar 5. Tampak belakang


Pada umum nya model rumah
panggung Sumbawa memiliki typical
yang seragam. Adapun gambar tampak
dari rumah panggung Sumbawa adalah
sebagai berikut :

Gambar 6. Tampak
1220

visual (3D)
Potongan melintang struktur
Potongan melintang pada
bangunan struktur adalah potongan
yang ditinjau sebagai objek analisis
sehingga mempermudah dalam
Gambar 2. Tampak depan perhitungan dari struktur tersebut.
43
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017

a. Panjang batang 1,2,3,4 ( ACD dan DEB)


= 2 = 2 = 2,31 m
cos 0.866
b. Panjang batang 5,6,7,8 ( AHG dan GFB )
=2m
c. Panjang batang 9,13 (HC & HF) = 2 x
tgn  = 2 x 0.577 = 1,15 m
d. Panjang batang 10,12 ( CG & GE)
= 2 = 2 = 2,31 m
Gambar 7. Potongan melintang cos 0.866
e. Panjang batang 11 ( GD ) = 4 x tgn 
= 4 x 0.577 = 2,31 m

Tabel 1. Daftar
panjang batang
Panjang
Nama batang
batang (m)
Gambar 8. Potongan memanjang
1 2,31

Perencanaan atap 2 2,31


Dalam perencanaan konstruksi kap 3 2,31
atap digunakan konstruksi kayu dengan 4 2,31
bentuk atap plana. 5 2,00
Adapun data perencanaa atap rumah 6 2,00
panggung sebagai berikut : 7 2,00
a. Bentang kuda – kuda = 8 meter 8 2,00
b. Jarak antar kuda – kuda = 3 meter 9 1,15
c. Penutup atap (Genteng) = 50 kg/m2 = 1
0 2,31
500 N/m2 (PPURG 1987) 1
d. Kayu jati Sumbawa (Berat jenis) = 700 1 2,31
kg/m3 = 7000 N/m3 setara dengan kelas 1
Kuat kayu Kelas II 2 2,31
1
e. Tiupan angin pada atap (qw) = 40 kg/m2
3 1,15
= 400 N/m2
a 0,80
f. Sudut kemiringan atap = 30 derajat
b 0,80
g. Tritisan = 0,8 meter
Menghitung panjang batang
Perencanaan gording
Gording merupakan balok atap
yang berfungsi sebagai pengikat dan
penghubung antar kuda-kuda. Gording
juga menjadi dudukan untuk kasau.
Didalam konstruksi kuda-kuda gording
tergolong ke dalam jenis beban mati
(dead load).
Menetapkan mutu kayu
Gambar 9. Rangka kuda - kuda berdasarkan persamaan (2.2)
Ew = 16000 G 0,71
44
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017

= 16000 x 0,70 0,71 = 12421 Mpa qx = qd x sin 


Dimana : = 825,800 x sin 30
Ew = Elastisitas lentur terkoreksi (Mpa) = 825,800 x 0,5
G = Berat jenis kayu = 412,900 N/m
Berdasarkan hasil diatas bahwa mutu qy = qd x cos 
kayu jati Sumbawa dapat digolongkan = 825,800 x cos 30
ke dalam kode mutu E14 dengan nilai = 825,800 x 0,866
Ew = 13000 Mpa (SNI 03 – xxx – 2000). = 715,164 N/m
Jarak gording b. Perhitungan momen akibat beban
= AD = 4,62 = 1,54 m mati gording.
Adapun gaya momen yamg
3 3
bekerja pada gording adalah :

Gambar 10. Rencana Gambar 12. Momen lentur


Gording akibat beban mati

Adapun beban – beban yang bekerja Mx1 = 1/8 x qx x L2


pada atap : = 1/8 x 412,900 x 32
a. Beban mati gording = 464,513 Nm
Dicoba menggunakan kelas kuat My1 = 1/8 x qy x L2
kayu kelas II dengan ukuran 8/10 cm = 1/8 x 715,164 x 32
dengan berat jenis = 700 kg/m3 = = 804,560 Nm
7000 N3 (Dinas Kehutanan dimana :
Kab.Sumbawa) L = Jarak antar kuda – kuda (m)
Berat sendiri = 0,08 x 0,10 x 7000 c. Beban hidup pada gording
= 56,00 N/m Untuk beban pada kuda – kuda
Berat atap ( genteng + reng + usuk ) diperhitungka suatu beban
= 500 N/m2 (PPURG 1987) terpusan P = 100 kg = 1000 N
=500xjarak gording (PPURG 1987)
= 500 x 1,54
= 769,800 N/m
qd = 56,00 + 769,800
qd = 825,800 N/m
dimana :
qd = beban mati gording (N/m)

Gambar 13. Beban


hidup gording
Px = P x sin 
= 1000 x sin 30
= 1000 x 0,5
= 500 N/m
Gambar 11. Beban kerja gording
45
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017

Py = P x cos  Angin bekerja tegak lurus bidang atap


= 1000 x cos 30 dengan koefisien tiup dan hisap sudut
= 1000 x 0,866 atap C = 0,02 () – 0.4 (persamaan
= 866,025 N/m 2.21)
= 0,02 x 30 – 0.4= 0,2
d. Perhitungan momen akibat beban qx = 0
hidup qy= C x  x L
Adapun gaya momen yamg = 0,2 x 400 x 1,54
bekerja pada gording adalah : =123,168 N/m
dimana :
L = jarak antar gording (m)

Mx3 = 1/8 x qy x L2
Mx 3 = 1/8 x 123,168
x 32
= 138,564 Nm
Gambar 14. Momen My3 = 0 Nm
beban hidup 2). Angin hisap
Angin yang bekerja keluar
Mx2 = 1/4 x Px x L2
tegak lurus bidang atap
= 1/4 x 500 x 32 dengan koefisien angin hisap
= 1125,000 Nm CH = -0,4 (PPURG 1987 )
My2 = 1/4 x Py x L2 qx = 0
= 1/4 x 866,025 x 32 qy = CH x  x L
= 1948,557 N/m = - 0,4 x 400 x 1,54
dimana : = -246,3363 N/m
L = Jarak antar kuda – kuda dimana :
Beban angin diperhitungkan L = jarak antar gording (m)
dengan menganggap adanya tekanan e. Perhitungan momen akibat beban
positif dan negatif (hisap). Tekanan angin
angin yang bekerja tegak lurus pada Mx3 = 1/8 x qy x L2
bidang atap, dengan demikian Mx 3 = 1/8 x -246,33 x 32
tekanan angin hanya bekerja pada = -217,128 Nm
sumbu Y sedangkan X = 0.
Ada dua jenis beban angin My3 = 0 Nm
yang harus ditinjau, yaitu : dimana :
1). Angin tekan L = Jarak antar kuda - kuda
Untuk tekanan angin hisap Didalam perhitungan hanya
sesuai dengan pasal 4.2 ayat 2 angin tekan saja yang
yaitu = 40 kg/m2 = 400 N/m2. diperhitungkan karena angin hisap
Tekanan angin dengan sudut hanya akan memperkecil tegangan
kemiringan  < 60 (PPURG 1987). pada batang.
f. Momen terfaktor
Momen terfaktor merupakan
momen yang bekerja pada struktur
yang menggunakan kombinasi
beban menurut SNI 03 – xxx - 2000
1). Kombinasi momen akibat
Gambar 15. Beban angin sementara (DL + LL + Wtekan)
46
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017

Mux = 1,2 Mx(D) + 1,6 Mx(L) + 0,8 = 1/12 x 803x 100


(Wtekan) = 4266666,67 mm4
Mux=1,2(464,513)+1,6(112,00)+0,8
(138,564)
= 2468,27 Nm
Muy = 1,2 My(D) + 1,6 My(L) + 0,8
(Wtekan)
Muy=1,2(804,560)+1.6(1948,56)+0,8
(0.000)
= 4083,16 Nm Gambar 17. Inersia penampang
2). Kombinasi momen akibat searah sumbu y
sementara (DL + LL + Wisap)
Mux = 1,2 Mx(D) + 1,6 Mx(L) + 0,8 5). Momen statis penampang (S)
(Wisap) Momen statis
Mux = 1,2 (464,513)+1.6(1125,00)+ 0,8 penampang momen yang
(-277.128) bekerja pada gording :
= 2135,71 Nm Sx = 1/6 x b x h2
Muy = 1,2 My(D) + 1,6 My(L) + 0,8 = 1/6 x 80 x 1002
(Wisap) = 133333,33 mm3
Muy =1.2(804,560)+1,6(1948.56)+ 0,8
(0.000)
= 4083,16 Nm
3). Menghitung tegangan pada
gording Tegangan pada
gording diperhitungkan
menggunakan tegangan
acuan sebagai berikut : Gambar 18. Momen statis
Ew = 13000(SNI03–xxx– 2000) penampang searah sumbu x
Fb = 30Mpa(SNI03–xxx– 2000)
dimana : Sy = 1/6 x b2 x h
Ew = Elastisitas lentur (Mpa) = 1/6 x 802 x 100
Fb = Kuat lentur (Mpa) = 106666,67 mm3
4). Momen inersia penampang
Merupakan momen
lembam gording yang bekerja
pada poros gording.
Ix = 1/12 x b x h3
= 1/12 x 80 x 1003
= 6666666,67 mm4
Gambar 19. Momen statis
penampang searah sumbu y

Karena nilai banding


penampang d/b (100/80) = 1,250 <
2,00, maka balok tidak diperlukan
pengekang lateral (SNI 03 – xxx –
2000), CI = 1.00. nilai Ct diambil
Gambar 16. Inersia penampang
dalam kadar air kering dengan
searah sumbu x
suhu T < 38o < oC maka nilai Ct =
Iy = 1/12 x b3 x h 1.00. Untuk kayu dengan mutunya
47
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017

ditetapkan secara maksimal , Cf = g. Lendutan pada gording


1.00 (SNI 03 – xxx – 2000 butir Berdasarkan SNI 03 – xxx – 2000
5.6.2), faktor koreksi pengawetan lendutan yang diizinkan untuk
kayu, Nilai Cpt = 1.00 (SNI 03 – xxx konstruksi terlindung seperti
– 2000 butir 5.6.1). Faktor koreksi gording, kasau, kusen adalah :
layan basah, untuk  maks = 1/200 x L berdasarkan
memperhitungkan kadar air masa persamaan (2.8)
layan pada balok kayu besar 125 = 1/200 x 3000 = 15 mm
mm x 125 mm, Fb = 1.00 nilai CM = 1). Akibat beban mati gording (D)
Fb/Cf = 1.00/1.00 = 1.00 < 8 Mpa berdasarkan persamaan (2.9)
maka CM = 1.00. factor reduksi Lendutan akibat
tegangan untuk batang lentur, b beban hidup pada gording
= 0.85 dan factor waktu () pada diperhitung dengan
kombinasi pembebanan 1.2(D) + menggunakan persamaan 2.9
1.6(L) + 0.8(W) maka  = 0,8 fx = 5 x qy x L4
Fbx’ = Cm x Ct x Cpt x Fbx 384 x E x Ix
= 1 x 1 x 1 x 30 = 30 Mpa
Mx‘ = Sx x Fbx fx = 5 x 417,06 x 3000
4
x 10
-3

= 133333,33 x 30 = 4000000 384 x 13000 x 6666667


Mpa = 5,02 mm
Fby’ = Cm x Ct x Cpt x Fby
= 1 x 1 x 1 x 30 = 30 Mpa fy = 5 x qx x L4
My‘ = Sx x Fby 384 x E x Iy
= 106666,67 x 30 = 3200000 4 -3
fx = 5 x 866,025 x 3000 x 10
Mpa
384 x 13000 x 4266667
6). Kontrol tegangan (DL + LL +
= 13,60 mm
Wtekan)
Mux + Muy < 1.00
2). Akibat beban hidup gording (P)
f b Mx f b Mx Lendutan akibat beban
2468,27 + 4083,16 < 1.00 hidup pada gording
diperhitungkan dengan
0,8 x 0,85 x 4000000 0,8 x 0,85 x 3200000 menggunakan persamaan
0,0028 < 1.00 2.19
fx = 1 x Px x L4
48 x E x Iy
4
7). Kontrol tegangan (DL + LL + fx = 1 x 500 x 3000 x 10 -3
Wisap) 48 x 13000 x 6666667
= 0,00325 mm
Mux + Muy < 1.00
f b Mx f b Mx
fy = 1 x Py x L4
(Persamaan 2.7)
48 x E x Ix
4 -3
2135,71 + 4083,63 < 1,00 fx = 1 x 866,025 x 3000 x 10
48 x 13000 x 4266667
0,8 x 0,85 x 4000000 0,8 x 0,85 x 3200000
= 0,00878 mm
0,0026 < 1,00
3). Lendutan total gording
F total = (Fx) 2 + (Fy)2
= (5,03) 2 + (13,61) 2
= 14,51 mm < 15,00 mm.
48
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017

Dari perhitungan diatas qd = 2598,876 + 168,00 + 42,00


dengan melihat hasil + 1080= 3888,076 N
lendutan dan tegangan  P3 (Beban mati pada gambar 20)
lentur yang terjadi bahwa Berat penutup atap = 500 x
dimensi kayu 8/10 cm Jarak HG x cos 30
dengan kelas kuat kayu kelas = 500 x 2,0 x 0,866
II dapat digunakan sebagai = 2598,876 N
gording pada kontruksi atap Berat gording = 0,08 x 0,10 x
rumah panggung. 7000 x 3
Menghitung rangka kuda – kuda = 168,00 N
a. Beban mati Berat alat sambung = 25 % x
 P1=P5(Beban mati pada 168,00
gambar 20) = 42,00 N
Berat penutup atap = 500 x Berat plafon + rangka = 2,00 x
Jarak AH x cos 30 3,00 x 180 = 1080 N
=500x2,0 x 0,866 qd = 2598,076 + 168,00 +
= 2598,076 N 42,00 + 1080
Beratgording=0,08x0,10x7000 = 3888,076 N
x3
= 168,000 N
Berat alat sambung = 25 % x
168,000
= 42,00 N
Berat plafon + rangka = 2 x 3 x
180
= 1080 N Gambar 20. Skema
qd = 2598.876 + 192.96 + beban mati
42,000 + 1080 dengan :
= 3888,876 N P1 = 4927,307 N
Beban Tritisan P2 = 3888,076 N
Berat penutup atap = 500 x P3 = 3888,076 N
3,00 x cos 30 x Tritisan 1. Menghitung gaya batang masing –
= 500 x 3,00 x 0,866 x 0,8 masing simpul dengan cara Analitis
q tritisan= 1039,230 N Reaksi tumpuan
Beban total (qd) = qd + qt RA = RB
= 3888,876 + 1039,230 = 1/2 x P1 + P2 + P3 + P4 + P5
= 4927,307 N = 1/2 x 4927,307 + 3888,076 +
 P2 = P4 (Beban mati pada 3888,076 + 3888,076 + 4927,307
gambar 20) = 10759,42 N
Berat penutup atap = 500 x
Jarak AH x cos 30 x 3
= 500 x 2,0 x 0,866 x 3  Simpul A
= 2598,076 N
Berat gording = 0.08 x 0,10 x
7000 x 3
= 168,00 N
Berat alat sambung = 25 % x
168,00 = 42,00 N
Berat plafon + rangka = 2 x 3 x
180 = 1080 N
49
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017

V=0
RA – P1 – S1 . sin 30 = 0
10759,421 – 4927,307– S1.0.5 = 0
5832,114 – S1 0.5 = 0
S1 = 11664,229 N
H=0
S8 – S1 cos 30 = 0
S8 – 11664,229 x 0,866 = 0 H=0
S8 – 10101,518 = 0 S3 cos 60 – S2 cos 60 = 0
S8 = 10101,518 N S3 0,5 – 7766,152 x 0,5 = 0
 Simpul H S3 = 7776,152 N
V=0
S9
-P3 – S3 sin 60 – S11 – S2 sin 60 = 0
-3888,076 – 7766,152 x 0.866 – S11 –
7766,152 x 0.866 = 0
S8 S7 -3919.276 – 6734,346– 6734,346–
S11 = 0
S11 = 3888,076 N
Menghitung gaya batang masing – masing
V=0 simpul dengan cara Grafis.
S9 = 0
H=0 Tabel 2. Hasil perhitungan gaya
S7 – S8 = 0 batang beban mati
S7 = S8
S7 = 10101,518 N
 Simpul C

V=0
S10 sin 60 – P2 sin 60 = 0 Beban hidup ( P ) = 100 kg = 1000 N (
S10 0,866 – 3888,076 x 0,866 = 0 PPURG 1987 )
S10 0,866 – 3367,173= 0 P1 = P5 (beban hidup yang bekerja
S10 = 3888,076 N pada atap dapat dilihat pada
gambar 4.23)
H=0 Beban tritisan pada atap ditinjau =
S1 – S10cos 60 – P2 cos60–S2 = 0 200 kg = 2000 N (PPURG 1987)
11664,23 – 3888,076 x 0.5 – P total = 1000 + 2000
3888,076 x 0.5 – S2 = 0 = 3000 N
S2 = 7776,152 N P2 = P3 = 1000 N ((beban hidup yang
 Simpul D bekerja pada atap dapat dilihat
pada gambar 4.23)
Beban yang diakibatkan oleh pekerja
dan oleh pemadam kebakaran
50
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017

beserta peralatannya (La) = 100 kg S9


= 1000 N (PPURG 1987)

S8 S7

Gambar 21. Skema beban hidup V=0


dengan : S9 = 0
P1 = 3000 N H=0
P2 = 1000 N S7 – S8 = 0
P3 = 1000 N S7 = S8
1. Menghitung gaya batang masing – S7 = 2598,076 N
masing simpul dengan cara analiti
dengan menggunakan metode  Simpul C
kestimbangan titik buhul.
Reaksi tumpuan
RA = RB
= 1/2 x P1 + P2 + P3 + P4 + P5
= 1/2 x 3000+ 1000 + 1000 + 1000 +
3000
= 4500 N
 Simpul A

V=0
S10 sin 60 – P2 sin 60 = 0
S10 0,866 – 1000 x 0,866 = 0
S10 0,866 – 866,025 = 0
S10 = 1000 N
H=0
S1 – S10 cos 60 – P2 cos 60 – S2
=0
V=0 3000 – 1000 x 0,5 – 1000 x 0,5 –
RA – P1 – S1 . sin 30 = 0 S2 = 0
4500 – 3000 – S1 . 0,5 = 0 S2 = 2000 N
1500 – S1 0,5 = 0  Simpul D
S1 = 3000 N
H=0
S8 – S1 cos 30 = 0
S8 – 3000 x 0,866 = 0
S8 – 2598,076 = 0
S8 = 2598,076 N

 Simpul H
H=0
S3 cos 60 – S2 cos 60 = 0
S3 0,5 – 2000 x 0,5 = 0
S3 = 2000 N
51
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017

V=0 W tritisan = 0.2 x 0,80 x 3 x 400


-P3 – S3 sin 60 – S11 – S2 sin 60 = cos 30
0 = 0.2 x 0,8 x 3 x 400 0.866
-1000 – 2000 x 0,866 – S11 – Wt = 221,703 N
2000 x 0,866 = 0 W total = qw + W tritisan
-1000 – 1732,051 – 1732,051 – = 426,667 + 221,703
S11 = 0 = 648,369 N
S11 = 1000 N W2 = 0.2 x 1,54 x 3 x 400
cos 30
Menghitung gaya batang masing – masing = 0.2 x 1,54 x 3 x 400
simpul dengan cara Grafis. 0.866
= 426,667 N
Tabel 3. Hasil perhitungan W3 = 0,2 x 1.54 x 3 x 400
gaya batang beban hidup cos 30
= 0.2 x 1.54 x 3 x 400
0.866
= 426.667 N
W4 = -0.4 x 1.54 x 3 x 400
cos 30
= -0.4 x 1.54 x 3 x 400
0.866
= 853.333 N (-)
W5 = -0.4 x 1.54 x 3 x 400
cos 30
= -0.4 x 1.54 x 3 x 400
0.866
= 853.333 N (-)
Beban angin W6 = -0.4 x 1.54 x 3 x 400
Beban angin merupakan beban yang cos 30
diakibatkan oleh pergerakan angin yang = -0.4 x 1.54 x 3 x 400
mengenai atau melalui bagian dari struktur 0,866
bangunan. = 853,133 N (-)
Adapun beban angin yang bekerja W tritisan = -0,4 x 0,80 x 3 x 400
pada atap  = 40 kg/m2 = 400 N/m2. cos 30
a. Angin tekan berdasarkan = -0.4 x 0,80 x 3 x 400
persamaan 0,866
C = 0.02  - 0.4 = 443,405 N (-)
= 0.02 x 30 – 0.4 Wtotal = 853,133 + 443,405
= 0.2 = 1296,738 N
b. Angin hisap
Kooefisien angin hisap = - 0.4 (
PPURG 1987)
Adapun beban angin yang bekerja
pada rangka atap adalah sebagai
berikut :
W1 = 0.2 x 1.54 x 3 x 400
cos 30 Gambar 22. Skema beban angina
= 0.2 x 1.54 x 3 x 400
0.866 dengan :
qw = 426,667 N WI = 648,369 N
W2 = 426,667 N
52
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017

W3 = 426,667 N HA + W1 cos 60 + W2 cos 60 + W3 cos


W4 = 853,333 N 60 + W4 cos 60 + W5 cos 60 + W6 cos
W5 = 853,333 N 60
W6 = 1296,738 N HA = 647,369 x 0,5 + 426,667 x 0,5 +
1. Menghitung gaya batang masing – 426,667 x 0,5 + 853,333 x 0,5 +
masing simpul dengan cara analitis 853,333 x 0,5 + 1296,738 x 0,5
dengan menggunakan metode HA = 324,185 + 213,333 + 213,33 +
kesetimbangan titik buhul. 426,667 + 426,667 + 648,369
Reaksi tumpuan HA = 2253 N
 MB = 0  Simpul A
VA x 8 – W1 sin 60 x 8 – W2 sin 60 x 6
+ W2 cos 60 x 1.155 – W3 sin 60 x 4 +
W3 cos 60 x 2,31 + W4 sin 60 x 4 + W4
cos 60 x 2.31 + W5 sin 60 x 2 + W5 cos
60 x 1.15
VA x 8 – 648,369 x 0,866 x 8 – 426,667
x 0,866 x 6 + 426,667 x 0,5 x 1,15 –
426,667 x 0,866 x 4 + 426,667 x 0,5 x
2,31 + 853,333 x 0,866 x 4 + 853,333 x V=0
0,5 x 2,31 + 853,333 x 0,866 x 2,00 + S1 sin 30 – VA – W1 sin 60
853,333 x 0,5 x 1,15 = 0 S1 = -192,000 + 648,39 x 0.866
VA = -1536,000 = -192,000 N 0,866
8 S1 = 339,802 N
 MA = 0 H=0
-VB x 8 – W6 sin 60 x 8 – W5 sin 60 x 6 S8 – HA + W1 cos 60 + S1 cos 30
+ W2 sin 60 x 6 + W5 cos 60 1,15 – W4 =0
sin 60 x 4 + W4 cos 60 x 2,31 + W3 sin S8 = HA - W1 cos 60 - S1 cos 30
60 x 4 + W3 cos 60 x 2,31 + W2 sin 60 S8 = 2253 – 324,185 – 294,277
x 2,00 + W2 cos 60 x 1,15 = 0 S8 = 1634,092 N
- VB x 8 – 1296,738 x 0,866 x 8 –  Simpul H
853,333 x 0,866 x 6 + 853,333 x 0,5 x S9
1,15 – 853,333 x 0,866 x 4 + 853,333 x
0,5 x 2,31 + 426,667 x 0,866 x 4 +
426,667 x 0.5 x 2,31 + 426,667 x 0,866
x 2 + 426,667 x 0,5 x 1,15 = 0 S8 S7
VB = -11940,100 = 1492,513 N
-8
Kontrol hasil perhitungan V=0
VA + VB = W1 sin 60 + W2 sin 60 S9 = 0
+ W3 sin 60 + W4 sin 60 + W5 sin 60 + H=0
W6 sin 60 S7 – S8 = 0
1071,562 = -648,369 x 0,866 + (- S7 = S8
426,667) x 0,866 + (-426,667) x 0,866 S7 = 1634,092 N
+ 853,333 x 0,866 + + 853,333 x 0.866
+ 1296,738 x 0.866
1300,513 = 1300,513 OK
 MH = 0
53
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017

 Simpul C  Simpul D

V=0
W2 sin 60 – S2 sin 60 – S1 sin H=0
60 – S10 sin 60 = 0 -W3 cos 60 – S3 cos 60 – S2
426,667 x 0,866 – S2 x 0,866 – cos 60 + W4 cos 60 = 0
S10 x 0,866 = 0 -426,667 x 0,5 – S3 x 0,5 –
369,504 – S2 x 0,866 – S10 x 187,61 x 0,5 + 169,901 x 0,5 =
0,866 = 0 0
S10 x 0,866 – S2x 0,866 = - -213,333 – S3 x 0,5 – 84,950 +
369,50 426,667 = 0
S10 + S2 = 426,667 Pers I S3 x 0,5 = 298,284
S3 = 298,284
H=0
0,5
W2 cos 60 – S2 cos 60 – S1
S3 = 596,568 N
cos 60 – S10 cos 60 = 0
426,667 x 0,50 – S2 x 0,5 – V=0
339,802 x 0,5 – S10 x 0,5 = 0 -W3 sin 60 – S3 sin 60 + S11 +
213,333 – S2 x 0,5 – 169,901 – S2 sin 60 + W4 sin 60 = 0
S10 x 0,5 = 0 -426,667 x 0,866 – 596,568 x
S2 x 0,5 – S10 x 0,5 = 213,333 0,866 + S11 + 187,610 x 0,866
+ 169,901 + 853,33 x 0,866 = 0
S10 – S2 = 383,324 -369,504 – 516,643 + S11 +
0,5 147,643 + 739,008 = 0
S10 – S2 = 766,468 N ….Pers II S11 = 739,008 N
Dari persamaan I dan II  Simpul G
S10 + S2 = 426,667
S10 – S2 = 766,468 +
2 S10 = 1193,193
S10 = 1193,193
2
S10 = 596,968 N
Dari persamaan I
S10 + S2 = 426,667 V=0
596,968 + S2 = 426,667 S11 – S12 sin 30 – S10 sin 30 =
S2 = 596,968 – 426,667 0
S2 = 169,901 N 739,008 – S12 x 0,5 – 596,568
x 0,5 = 0
S12 = 440,725
0,5
S12 = 881,449 N
H=0
S6 + S12 cos 30 – S10 cos 30
=0
54
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017

S6 + 881,449 x 0,866 – Tabel 4. Hasil perhitungan


596,568 x 0,866 = 0 gaya batang beban angin
S6 = 763,357 + 516,643
S6 = 1280,00 N
 Simpul F

V=0
S13 = 0
H=0 Tabel 5. Kombinasi hasil pembebanan gaya
S5 – S6 = 0 batangberdasarkan
S5 = S6 SK SNI – 03 – xxx2002
S5 = 1280,00 N ( Tata Cara Perencanaan Struktur Kayu Untuk
Bangunan Gedung )
 Simpul E

V=0
W5 sin 60 – S4 sin 60 – S13 – Menghitung dimensi batang
S12 sin 60 = 0 Pada konstruksi kuda – kuda di bagi
853,333 x 0,866 – S4 x 0,866 – menjadi dua kriteria batang struktur yaitu :
0 – 881,449 x 0,866 = 0 Merencanakan batang tekan (Batang 1,
739,008 – S4 x 0,866 – 763,357 2, 3, 4, 10, 12)
=0 Batang tekan merupakan batang dari suatu
S4 x 0,866 = 739,008 + 763,357 rangka batang pada bangunan yang
S4 = 1502,366 menerima tekan searah panjang batang.
0,866 Data kayu yang digunakan yaitu
S4 = 1734,783 N dengan kode mutu kayu = E14 (SNI 03 – xxx
– 2000)
2. Menghitung gaya batang masing – Dicoba menggunakan kayu dengan kuat
masing simpul dengan cara Grafis. kayu kelas II dengan ukuran 60/120 mm.
b
b = 60 mm
h = 120 mm
h
kuat tekan sejajar serat
(Fc) = 30 Mpa
Ew = 13000 Mpa
Faktor reduksi () = 0.9
Ct = 1.00
55
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017

Cf = 1.00
Cpt = 1.00 Cp = 1 + 0,721 - 1 + 0,746 2
- 0,746
Fb = 1.00 1,6 1,6 0,8
CM = Fb/Cf = 1/1 = 1.00 < 8 Mpa,
maka Cm = 1.00 = 0,151
Faktor tahanan stabilitas (s) = 0.85 P’ = Cp x Pc
Faktor tahanan tekan (c) = 0.90 = 0,151 x 194400
Faktor waktu () = 0.80 = 29451,463 N
c = 0.80 Pu   x c x P’
Kuat tekan sejajar serat (Fc) 20690,900  0.80 x 0.90 x 29451,463
Fc = 30 x 0,9 = 27 Mpa 20184,,900  21205,053 N
Ew = 13000 Mpa Berdasarkan perhitungan diatas
1. Menghitung faktor beban bahwa dimensi kayu 6/12 cm dengan
berdasarkan persamaan (2.13) klasifikasi kuat kayu kelas II dapat
Fc’ = Fc x CM x Ct x Cpt x Cf digunakan sebagai batang tekan pada
= 27 x 1 x 1 x 1 x 1 konstruksi kuda – kuda rumah panggung.
= 27 Mpa
Pc’ = A bruto x Fc’ Dimensi batang tarik (Batang 5, 6, 7, 8, 11,
= 60 x 120 x 27 13)
= 194400 Mpa Batang tarik merupakan batang
E05 = 0,69 x Ew dari struktur yang dapat menahan
= 0,69 x 13000 pembebanan tarik yang bekerja searah
= 8970 Mpa dengan sumbunya.
Pe = p 2 x E05 x A 1. Menghitung kuat tarik sejajar (Ft//)
Ke x L Faktor tahanan serat = 0.80
r Faktor kuat tarik sejajar serat (Ft//)
r = 0.289 x b = 28 Mpa
= 0.289 x 60 Ft = 0.80 x 28 = 22 Mpa
= 17,34 2. Menghitung tahanan tarik
2 terkoreksi
Pe = 3.14 x 8970 x 7200 Ct = 1.00
1 x 3000 Cf = 1.00
17,34 Cpt = 1.00
= 122908,185 N Fb = 1.00
CM = Fb/Cf = 1/1 = 1.00 < 8 Mpa,
ac = js x Pe maka Cm = 1.00
Faktor koreksi tahan api (Crt) = 1.00
l x jc x Pc'
T’ = F’t x An
T’ = Cm x Ct x Cpt x Cf x Crt x Ft x An
ac = 0,85 x 122908,185 = 0,746
T’ = 1 x 1 x 1 x 1 x 1 x 22 x An
0,8 x 0,9 x 194400 3. Menghitung kebutuhan luas
 Kebutuhan luas neto (An)
Tu   x t x T’
2
Cp = + ac - 1 + ac - ac 20184,,900  0.80 x 0.80 x 1 x 1 x
2c 2c c 1 x 1 x 1 x 22 x An
20184,,900  14,34 x An
An=20690,65=1443,654mm2
14,34
 Kebutuhan luas bruto (Ag)
Ag = 1.25 x An = 1.25 x 1443,654
56
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017

= 1804,082 mm2 Beban hidup untuk lantai dan


4. Kontrol tahanan tarik rumah sederhana (ql) = 125 kg/m2
Dicoba menggunakan kayu dengan = 1250 N/m2
kuat kayu kelas II dengan ukuran Beban berfaktor = 1.2 D + 1.6 L
60/120 mm. b = 1,2 (800) + 1,6 (1250)
b = 60 mm = 2960 N/m
h
h = 120 mm Perhitungan beban hidup pada
Ag = 60 x 120 = 7200 lantai dengan melihat skema
Tu   x t x F’t x An (persamaan lantai pada gambar 23.
2.15)
Tu  0.80 x 0.80 x 22 x (75% x 7200)
20184,,900  58060,800 N.
Berdasarkan perhitungan diatas
bahwa dengan kelas kuat kayu kelas
II dengan ukuran 6/12 cm dapat
digunakan sebagai batang tarik
pada kontruksi kuda – kuda rumah
panggung.

Tabel 6. Rekapitulasi dimensi


batang dari hasil perhitungan
kontruksi
No Mutu Kelas kuat
Batang Kayu Kayu Dimensi
1 E14 Kelas II 6/12
2 E14 Kelas II 6/12 Gambar 23. Skema
3 E14 Kelas II 6/12
4 E14 Kelas II 6/12 beban lantai
5 E14 Kelas II 6/12
6 E14 Kelas II 6/12 Analisa pembebanan yang bekerja
7 E14 Kelas II 6/12 a. Beban Segitiga
8 E14 Kelas II 6/12
 Perhitungan Heq untuk portal
9 E14 Kelas II 6/12
10 E14 Kelas II 6/12 melintang berdasarkan persamaan
11 E14 Kelas II 6/12 (2.22)
12 E14 Kelas II 6/12 Heq = 1/3 . Lx
13 E14 Kelas II 6/12 = 1/3 x 2,67 = 0,889 m
 Perhitungan Heq untuk portal
Menghitung beban balok memanjang berdasarkan
Balok lantai merupakan konsruksi persamaan (2.22)
kayu terbawah untuk menopang lantai. Heq = 1/3 . Lx
1 Perhitungan beban lantai = 1/3 x 2,00 = 0,667 m
a. Beban mati  Beban merata lantai akibat beban
Berat papan lantai kayu segitiga
sederhana = 40 kg/m2 q total = 0,667x 2960+ 0,889x 2960
= 400 N/m2 = 4604 N/m
Berat papan dinding kayu = 40 b. Beban Trapesium
kg/m2= 400 N/m2  Perhitungan Heq untuk portal
q total = 400 + 400 memanjang (persamaan 2.23)
= 800 N/m2 Untuk bentang 3,00 meter
c. Beban hidup Heq = 1/6. Lx. (3-4 ( lx/2.Ly) 2
= 1/6 x 2,67 (3-4 ( 2,67/2 x 3,0) 2
= 0,543 meter
57
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017

 Perhitungan Heq untuk portal V’ = 2/3 x F’v x b x d


melintang (persamaan 2.23) V ‘= 2/3 x 4,9 x 80 x 120
Untuk bentang 2,67 meter = 31360 N
Heq = 1/6. Lx. (3-4 ( lx/2.Ly) 2  Gaya geser terfaktor (Vu)
= 1/6 x 3,00 (3-4 ( 3,00/2 x 2,67) 2 berdasarkan persamaan (2.28)
= 0,234 meter Vu <  x f v x V’
q ekivalen = 0,543 x 2960 + 0,234 x 2590 < 0,6 x 0,75 x 31360
2960 = 2302 N/m 2590 < 14112 N
q total beban lantai = 4604 + 2302 Berdasarkan hasil perhitungan yang
= 6906 N dilakukan diatas bahwa balok
c. Analisis dimensi balok dengan ukuran 8/12 cm dengan
Analisi balok lantai diperhitung dari klasifikasi kuat kayu kelas II aman
beban total lantai (q ekivalen) yang terhadap gaya geser.
bekerja pada lantai rumah panggung. 3). Menghitung lendutan balok
1). Menghitung tegangan lentur balok Berdasarkan SNI 03 – xxx – 2000
Momen lentur maksimum lendutan yang diizinkan untuk
= wl2 = 6906 x 32 = 7769 Nm balok – balok pada struktur
8 bangunan yang terlindung adalah :
 Kontrol tahanan lentur Lendutan ijin = 1/ 300 x L
berdasarkan persamaan (2.28) berdasarkan persamaan (2.31)
F’bx = Fb x CM x Ct x Cpt x Cf = 1/300 x 3000 = 10 mm
= 30 x 1 x 1 x 1 x 1  Kontrol Lendutan berdasarkan
= 30 Mpa persamaan (2.32)
 Modulus panampang (Sx) E’ = Ew x CM x Ct x Cpt
Dicoba ukuran kayu 8/12 = 13000 x 1 x 1 x 1
b = 80 mm b = 13000 Mpa
h = 120 mm I = bd3 = 80 x 120 3 = 73728 x 106
12
h
= 5 x WL4 = 5 x 6906 x 30004
384 x EI 384 x 13000 x 73728 x
Sx = bd2 = 80 x 1202 = 192000 106
6 6 = 7,60 mm < 10 mm
 Tahanan momen lentur terkoreksi Dari perhitungan diatas dengan
(Mx’) Mx’ = Sx.Fbx’ melihat hasil lendutan,tegangan lentur
= 192000 x 30 = 5760000 Nm dan tegangan geser bahwa dimensi kayu
 Momen lentur terfaktor 8/12 dengan klasifikasi kuat kayu kelas II
berdasarkan persamaan (2.24) dapat digunakan sebagai balok pada
Mu <  . fb . Mx’ kontruksi rumah panggung.
7769 < 0,6 x 0,85 x 5760000 Menghitung beban kolom
7769 < 2937600 Nm Kolom merupaka kontruksi utama
2). Gaya geser maksimum yang menopang seluruh beban dari atap,
= wl = 7769 x 3 = 2590 Nm dinding, lantai dan balok.
8
 Kontrol tahanan geser (F’v)
F’v = Fv x CM x Ct x Cpt
= 4,9 x 1 x 1 x 1
= 4,9 Mpa
 Tahanan geser terkoreksi (V’)
berdasarkan persamaan (2.29)
58
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017

q total = 18994 N
2. Menghitung jari – jari girasi (r)
Jari – jari girasi searah sumbu x

r min = Imin
A

3 4
r x = 1 100 x 100 = 28,87 mm
12 100 100
Jari – jari girasi searah sumbu y
Gambar 24. Potongan kolom
yang di tinjau
r min = Imin
A

4
ry = 1 100 x 100 3 = 28,87 mm
12 100 100

rx  ry = maka, rmin = 37,528 mm4 , Maka


Ke = 1.00 sendi – sendi (SNI 03 – xxx –
2000)
Angka kelangsingan (KeL)/r = (1 x
4000)/28,87 = 138,56 < 175 (SNI 03 – xxx
– 2000)
kuat tekan sejajar serat (Fc) = 30 Mpa
Gambar 25. Potongan I – I Ew =13000 Mpa
Faktor reduksi () = 0.9
1. Merencanakan kolom struktur Ct = 1.00
Mutu kayu = E14 (SNI 03 – xxx – Cf = 1.00
2000) Cpt = 1.00
Dicoba menggunakan ukuran kayu Fb = 1.00
100/100 mm dengan klasifikasi kuat Cm = Fb/Cf = 1/1 = 1.00 < 8 Mpa,
kayu kelas II. maka Cm = 1.00
b = 100 mm Faktor tahanan stabilitas (s) = 0.85
h = 100 mm Faktor tahanan tekan (c) = 0.90
Faktor waktu ()= 0.80
c = 0.80
Reaksi tumpuan terbesar (RA = RB) Kuat tekan sejajar serat (Fc)
= 10759,42 N Fc = 30 x 0.9 = 27 Mpa
Berat sendiri kuda – kuda = 0,06 x Ew = 13000 Mpa
0,12 x 7000 x 13,24 = 667 N 3. Menghitung faktor beban
Beban total dinding + lantai berdasarkan persamaan (2.14)
= 6906 N Fc’ = Fc x Cm x Ct x Cpt x Cf
Berat sendiri balok = 0,08 x 0,12 x = 27 x 1 x 1 x 1 x 1
7000 x 3 + 2,67 = 381 N = 27 Mpa
Berat sendiri kolom = 0,10 x 0,10 x Pc’ = A bruto x Fc’
7000 x 4 = 280 N + = 100 x 100 x 27
= 270000 Mpa
59
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017

E05 = 0,69 x Ew (persamaan 2.26) Tabel 7. Rekapitulasi dimensi


= 0,69 x 13000 kolom dari hasil perhitungan kontruksi
= 8970 Mpa
Pe = p 2 x E05 x A Dimensi Pu (N) < (N)
10/10 18993.58 < 5064.872
Ke x L 11/11 19052.38 < 6709.226
r 12/12 19116.78 < 8668.941
r = 0.289 x b 13/13 19186.78 < 10969.386
= 0.289 x 100 14/14 19186.78 < 13635.420
15/15 19343.58 < 16691.394
= 28,900
16/16 19430.38 < 20161.160
Pe = 3.14 2 x 8970 x 16900 17/17 19522.78 < 24068.082
18/18 19620.78 < 28435.043
1 x 4000 19/19 19724.38 < 33284.452
28,900 20/20 19833.58 < 38638.253

Dari hasil perhitungan beban yang


= 16003,670 N bekerja pada kolom dapat di lihat pada
ac = 0,85 x 16,003,670 = 0,070 tabel 7 bahwa dimensi 16/16 dapat
digunakan sebagai kolom dengan
0.8 x 0.9 x 270000
klasifikasi kuat kayu kelas II pada
kontruksi rumah panggung.
Cp = 1 + ac - 1 + ac 2 - ac KESIMPULAN
2c 2c c Berdasarkan analisis dan pembahasan yang
sudah dilakukan pada bab sebelumnya,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
Cp = 1 + 0,070 - 1 + 0,070 2 - 0,070 1). Dari hasil perhitungan konstruksi atap
dengan mempertimbangkan faktor
1,6 1,6 0,8
beban yang bekerja baik beban hidup,
beban mati dan beban angin dapat
= 0,026 dihasilkan dimensi kayu dengan ukuran
6/12 cm dengan kuat kayu kelas II
4. Menghitung tahanan tekan untuk kontsrusi atap kuda – kuda
terkoreksi (persamaan 2.35) dengan lendutan maksimum <
P’ = Cp x Pc lendutan ijin yaiut 14,5 mm < 15 mm.
= 0,026 x 270000 2). Perencanaan rumah panggung
= 7034,545 N diperhitungkan penggunaan kayu yang
5. Kontrol tekanan tekan berfaktor sesuai dengan kebutuhan beban yang
berdasarkan persamaan (2.32) bekerja yang terlihat pada dimensi
Pu <  x c x P’ balok dan kolom dari hasil perhitungan
18994 < 0,80 x 0,90 x 7034,545 beban yang terjadi pada kontruksi atap
18994 < 5064,872 N Tidak aman dan lantai didapat dimensi balok 8/12
Dicoba dengan dimensi yang lebih cm dengan klasifikasi kuat kayu kelas II
besar dan hasilnya dapat dilihat dengan faktor lendutan maksimum
pada tabel 7. 8,69 mm dan lendutan ijin 10 mm.
3). Dari hasil perhitungan seluruh beban
yang bekerja dapat dihasilkan dimensi
kolom dengan ukuran 16/16 cm
dengan klasifikasi kuat kayu kelas II.
60
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017

SARAN Felix Yap, K.H. (1994). Konstruksi Kayu,


Dari kesimpulan – kesimpulan diatas PT. Gramedia Pustaka Utama :
penulis memberikan saran yang kiranya Jakarta
dapat berguna dalam hal perencanaan Felix Yap, K.H. (1965). Konstruksi Kayu,
rumah panggung khususnya pada pulau Bina Cipta, : Bandung
Sumbawa. Frick Heinz,ir. (1999). Ilmu Konstruksi
1). Berdasarkan hasil penelitian yang Bangunan Kayu, Kanisius :
sudah dilakukan, diharapkan kepada Yogyakarta
pemerintah untuk mensosialisasikan Ghali. A (1999). Analisa Struktur,
pembangunan konstruksi khsusnya Erlangga : Jakarta
konstruksi rumah panggung kayu Hariandja Binsar (1996). Mekanika
kepada masyarakat pulau Sumbawa Teknik, Erlangga : Jakarta
dengan tujuan masyarakat mengerti Jopie F. Dumanauw (1990). Mengenal
tentang tata cara perencanaan rumah Kayu, Karnisius: Yogyakarta
panggung yang aman dan benar. King Wang (1991). Statis Tak Tentu,
2). Dengan adanya penelitian ini, Erlangga : Jakarta
diharapkan kepada masyarakat pulau L. Schodek. Danil (1998). Struktur, Refika
Sumbawa untuk dapat meminimalisir Aditama : Bandung
penggunaan kayu sehingga alam dapat L. Schodek. Danil (1999). Struktur (Edisi
terjaga serta masyarakat luas tidak Kedua), Erlangga : Jakarta
meninggalkan ciri khas bangunan Mulyati (2016). Bahan Ajar Struktur
rumah panggung demi memelihara Kayu.(Online)
adat atau tradisi yang sudah ada. (http://BahanAjar/Mulyati/Struktur
3). Untuk penelitian berikutnya dapat Kayu/Materi/Pertemuan
mengembangkan desain rumah 20XII,XIII,XIV,XV).
panggung yang lebih modern sehingga Purnama, A, 2011. Studi Kelayakan
masyarakat tetap berminat Pembangunan Pembangkit Listrik
membangun rumah panggung sebagai Tenaga Mikrohidro Studi Kasus:
cirri khas rumah adat pulau Sumbawa. PLTMH Minggir pada saluran irigasi
Minggir di Padukuhan Klagaran
DAFTAR PUSTAKA Desa Sendangrejo Kecamatan
Anonim (1961), “Peraturan Konstruksi Minggir Kabupaten Sleman, Jurnal
Kayu Indonesia (PKKI) NI 5-1961” Unsa Progress. Vol.10, No.15,
Departemen pekerjaan umum : Oktober, Universitas Samawa,
Bandung Sumbawa Besar.
Anonim (2000), “Tata Cara Perencanaan Steiger Ludwig (2010). Kontruksi Kayu,
Struktur Kayu Untuk Bangunan Erlangga : Jakarta
Gedung (SK SNI 03 – xxx – 2000 )” Sugeng (2015). Batangtekan (Online)
:Bandung (http://sugengpb.lecture.ub.ac.id/f
Anonim (2013), “Spesifikasi Desain Untuk iles/2015/03/Batang-Tekan.)
Konstruksi Kayu (SNI 7973-2013)”. V Sungguno . ir K.H (1984) Buku Teknik
Badan standarisasi nasional : Sipil, Nova : Bandung
Jakarta Wesli. (2010). Mekanika Rekayasa .
Anonim (1983), Peraturan Pembebanan Graha Ilmu : Yogyakarta
Idonesia Untuk Bangunan Gedung, Wiryomartono Suarno (1998). Kontruksi
Yayasan Lembaga Penyelidikan Kayu Jilid 1. FT UGM, Yogyakarta
Masalah Bangunan: Bandung
Awaludin,A. (2002). Konstruksi Kayu. Biro
Penerbit KMTS Jurusan Teknik Sipil
FT UGM, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai