Anda di halaman 1dari 27

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Job 1 “Profil Pondasi/Bowplank”

A. Dasar Teori

Bowplank ialah penanda sementara yang digunakan untuk menentukan titik-titik as


pada area kerja di dalam proyek pembangunan sesuai dengan hasil pengukuran yang telah
dilakukan sebelumnya. Fungsi utama bowplank adalah sebagai penentu arah pondasi dan
ketinggian lantai bangunan. Bowplank juga bisa berfungsi untuk membuat sudut siku
dengan menggunakan bantuan theodolit.

Karena hanya dipasang untuk sementara waktu, bowplank biasanya dibuat dari
bahan yang murah seperti kayu berkualitas rendah. Kayu yang berbentuk tiang pancang ini
selanjutnya ditancapkan di sudut-sudut area pekerjaan pembuatan bangunan. Sedangkan
kayu yang berbentuk papan dipasang secara horisontal menghubungkan masing-masing
tiang pancang. Setelah itu, titik-titik as untuk menandai area kerja pondasi, kolom,
dinding, dan lain-lain dibuat memakai tali kenor yang dibentangkan serta diikatkan di
papan kayu yang dipasang secara mendatar.

Terdapat enam syarat yang harus dipenuhi agar pembuatan bowplank benar dan
sesuai ketentuan, di antaranya :

1. Kedudukan masing-masing patok kayu dibuat sedemikian rupa agar kekuatannya


terjamin dan tidak mudah goyah.
2. Posisinya berada di jarak yang cukup dari titik pembangunan sehingga tidak
mengganggu atau diganggu pekerjaan lainnya.
3. Keberadaannya bisa dilihat dengan jelas sehingga para pekerja bisa mudah
menemukannya.
4. Penanda yang dipasang secara horisontal harus berada di satu bidang yang rata.
5. Arahnya harus diletakkan serempak menghadap ke dalam bangunan.
6. Benang merupakan penanda untuk garis tengah pondasi dan dinding.

1
B. Alat dan Bahan :

 Kayu usuk 5/7


 Benang
 Gerobak
 Palu
 Paku
 Meteran
 Unting-unting
 Gergaji
 Selang waterpass
 Pensil

C. Gambar Kerja :

2
D. Langkah kerja :

1) Persiapkan bahan dan peralatan yang diperlukan.


2) Tancapkan tiang patok pada titik A, B, C dan D masing – masing dengan jarak
yang sudah ditentukan.
3) Buatlah tiang patok berbentuk setengah persegi dengan menggunakan 3 tiang
patok dan buatlah jarak tiang patok 1 ke 2 dan ke 3 berjarak 1m.
4) Tentukan ketinggian piel lantai ±30cm dari muka tanah dan pindahkan ketinggian
tsb ke semua tiang patok dengan menggunakan selang.
5) Rangkaikan papan ke tiang patok.
6) Buatlah sudut siku pada masing – masing tiang patok dengan menggunakan rumus
phytagoras.

3
E. Hasil Kerja

2.2 Job 2 “Kolom”

A. Dasar Teori
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari
balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting
dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang
dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total
(total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996).

SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur bangunan


yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang
tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.

Menurut Wang (1986) dan Ferguson (1986) jenis-jenis kolom ada tiga, yaitu :

1. Kolom ikat (tie column).


2. Kolom spiral (spiral column).
3. Kolom komposit (composite column).

4
Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan Dipohusodo, 1994), ada tiga jenis
kolom beton bertulang yaitu :

1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom beton
yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada jarak spasi
tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan ini berfungsi untuk
memegang tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh pada tempatnya.
2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama hanya
saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral yang
dililitkan keliling membentuk heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi dari
tulangan spiral adalah memberi kemampuan kolom untuk menyerap deformasi cukup
besar sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya kehancuran seluruh
struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan terwujud.
3. Struktur kolom komposit, merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat pada
arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa diberi batang
tulangan pokok memanjang.

B. Fungsi Kolom

Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila
diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah
bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan
beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin.

Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban sebuah
bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang diterimanya ke
kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke permukaan tanah di
bawahnya.

Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan
antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang tahan tarikan,
sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan. Gabungan kedua material ini dalam

5
struktur beton memungkinkan kolom atau bagian struktural lain seperti sloof dan balok
bisa menahan gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan .

C. Alat dan Bahan :


 Alat
1) Palu
2) gergaji potong
3) alat ukur
4) waterpass ( timbang air)
5) Siku
6) Benang
7) unting-unting

 Bahan
1) Kayu ukuran 5/7
2) Multiplek 9mm

D. Gambar Kerja :

6
E. Langkah Kerja :
Dalam praktikum ini kolom yang di gunakan adalah kolom jadi yang sudah
dicetak atau dirakit sebelumnya. Jadi dalam pengerjaannya tidak ada proses perakitan.
Jadi langkah pengerjaan yang dilaksanakan adalah:
1) Pemilihan acuan kolom yang sama ukuran sisinya serta ukuran tingginya.
2) Penempatan acuan ke lantai kerja yang sudah disiapkan.
3) Pemeriksaan ketepatan posisi acuan terhadap titik kolom.
4) Pemasangan pengaku diagonal.

7
2.3 Job 3 “Balok”

A. Dasar Teori
Jika dilihat dari fungsinya maka balok adalah bagian dari struktural sebuah
bangunan yang kaku dan dirancang untuk menanggung dan mentransfer beban menuju
elemen-elemen kolom penopang yang memiliki fungsi sebagai rangka penguat horizontal
bangunan akan beban-beban.

Hingga perkembangan teknologi konstruksi saat ini, telah dikembangkan beberapa


jenis balok sesuai dengan fungsi dan posisinya pada bangunan. Berikut ini adalah jenis-
jenis balok :

1. Balok sederhana

balok sederhana bertumpu pada kolom diujung-ujungnya, dengan satu ujung bebas
berotasi dan tidak memiliki momen tahan. Seperti struktur statis lainnya, nilai dari semua
reaksi,pergeseran dan momen untuk balok sederhana adalah tidak tergantung bentuk
penampang dan materialnya.

2. Kantilever

8
kantilever adalah balok yang diproyeksikan atau struktur kaku lainnya didukung
hanya pada satu ujung tetap.

3. Balok teritisan

balok teristisan adalah balok sederhana yang memanjang melewati salah satu
kolom tumpuannya.

4. Balok dengan ujung-ujung tetap

Balok dengan ujung-ujung tetap ( dikaitkan kuat ) dibuat untuk menahan translasi
dan rotasi. Ujung-ujung dari balok ini dikunci sedemikian kuat sehingga tidak bergerak
ataupun bertotasi karena momen.

5. Bentangan tersuspensi

Bentangan tersuspensi adalah balok sederhana yang ditopang oleh teristisan dari
dua bentang dengan konstruksi sambungan pin pada momen nol.

6. Balok Menerus atau kontinu

9
Balok Menerus memanjang secara menerus melewati lebih dari dua kolom
tumpuan untuk menghasilkan kekakuan yang lebih besar dan momen yang lebih kecil
dari serangkaian balok tidak menerus dengan panjang dan beban yang sama.

B. Alat dan bahan


 Alat
1) Palu
2) gergaji potong
3) alat ukur
4) waterpass ( timbang air)
5) siku
6) benang

 Bahan
1) Papan ukuran 3/20
2) Kayu ukuran 5/7

C. Gambar Kerja :

10
D. Langkah kerja :
1) Perhitungan bahan
2) Pemotonngan bahan sesuai ukuaran pada gambar kerja
3) Perakitan acuan balok
4) Pembuatan tiang perancah
5) Peletakan acuan diatas kolom yang sudah dipasang
6) Perakitan diatas kolom

11
2.4 Job 4 “Pelat Lantai”

A. Dasar Teori

Pelat lantai adalah struktur bangunan yang bukan berada di atas tanah secara
langsung. Artinya pelat lantai merupakan lantai yang terletak di tingkat dua, tingkat tiga,
tingkat empat, dan seterusnya. Dalam pembuatannya, struktur ini dibingkai oleh balok
beton yang kemudian ditopang kolom-kolom bangunan.

Pembuatan struktur pelat lantai harus memperhatikan ukuran ketebalan pelat


tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain besar lendutan yang diijinkan,
lebar bentangan atau jarak antar-balok pendukung, dan bahan material yang digunakan.
Tingkat ketebalan minimum dari pelat lantai yaitu 12 cm menggunakan tulang berupa 2
lapis besi beton berdiameter 10 mm dan berjarak 10 cm pada lokasi momen maksimum,
serta 2 lapis besi beton berdiameter 10 mm dan berjarak 20 cm pada lokasi momen
minimum.

Berdasarkan bahan material penyusunnya, terdapat 3 macam pelat lantai yaitu pelat
lantai kayu, pelat lantai beton, dan pelat lantai kayu semen. Simak ulasan dari
arafuru.com berikut ini!

1. Pelat Lantai Kayu

Pelat lantai kayu ialah pelat lantai yang terbuat dari kayu. Papan kayu yang dipakai
umumnya memiliki ukuran lebar 20-30 cm, tebal 2-3 cm, dan panjang menyesuaikan.
Papan-papan ini didukung oleh balok yang berukuran 8/12, 8/14, atau 10/14 dengan jarak
60-80 cm. Untuk bentangan 3-3,5 cm, balok kayu ini bisa dipasang di atas pasangan bata
1 batu atau balok beton agar daya dukung dan kekuatannya semakin tinggi.

Kelebihan pelat lantai kayu di antaranya anggaran yang dikeluarkan relatif murah,
gampang dibuat, dan bobotnya cukup ringan. Di sisi lain, kekurangannya yaitu hanya
bisa diterapkan di konstruksi sederhana, bersifat permeable, gampang terbakar, tidak bisa
dilapisi ubin, cenderung tidak awet, dan terpengaruh cuaca.

12
2. Pelat Lantai Beton

Persyaratan pelat lantai yang dibuat dengan beton bertulang tercantum dalam buku
SNI I beton 1991 yang meliputi ukuran ketebalan minimal pelat untuk lantai adalah 12
cm dan pelat untuk atap yaitu 7 cm. Pelat beton harus diisi tulangan baja lunak atau baja
sedang yang ditumpuk silang dengan diameter minimum 8 mm. Pelat lantai yang
mempunyai ketebalan lebih dari 25 cm wajib disokong tulangan baja rangkap di atas dan
bawah.

Perhatikan jarak ideal tulangan pokok berkisar antara 2,5-20 cm atau 2 kali tebal
pelat. Untuk melindunginya dari korosi, tulangan-tulangan baja tersebut juga harus
terbungkus beton dengan ketebalan minimal 1 cm. Beton terbuat dari campuran semen,
pasir, kerikil, air, dan admixture dengan perbandingan tertentu.

3. Pelat Kayu Semen

Dinamakan pelat kayu semen karena pelat ini dibuat dari potongan-potongan kayu
berukuran 80-90 cm yang dicampur dengan semen. Karena tergolong bahan bangunan
yang baru, material ini masih jarang digunakan sebagai bahan pembuat struktur pelat
lantai.

Pembangunan pelat kayu semen dimulai dengan memasang kayu bangkirai 5/7 dan
berjarak 40 cm. Berikutnya susunan kayu tersebut dipasangi ring balk di atasnya, lalu
dicor memakai beton. Terakhir lembaran-lembaran kayu semen ini dipasang secara
berjejeran dan rapat di atas beton, kemudian ditancapkan baut agar terpasang sempurna.

Saat ini telah banyak berkembang metode-metode yang dapat digunakan untuk
membuat pelat lantai yang berkualitas bagus dalam waktu singkat. Seperti kita tahu,
metode konvensional dilakukan dengan mengerjakan seluruh pembangunan pelat lantai
di lapangan. Biarpun mutu struktur bisa terkontrol, tetapi hal ini menyebabkan waktu
pengerjaannya lama sehingga biaya pembangunan pun membengkak.

Metode half sulb yakni membangun separuh struktur di lapangan dan setengahnya
lagi dibuat di pabrik memakai sistem precast. Setelah itu bagian-bagian tersebut
dikirimkan ke lokasi proyek untuk dipasang sesegera mungkin. Kelebihan dari metode
ini ialah estimasi waktu pengerjaan menjadi berkurang.

13
Ada pula metode full precast yaitu pengerjaan pelat beton dilakukan di pabrik sejak
awal, kemudian dikirim ke lapangan untuk diterapkan. Ini merupakan metode yang
paling singkat dibandingkan dengan metode-metode pembuatan pelat lantai yang lain.

Sementara itu untuk menghemat biaya pembangunan, dikenal metode bondek.


Metode ini dilakukan dengan mengganti tulangan baja bawah menggunakan pelat
bondek. Hal ini dimaksudkan untuk menghemat pengadaan tulangan baja dan material
bangunan yang dibutuhkan untuk membuat bekisting di bawahnya. Sedangkan pada
tulangan atas dapat dibuat berupa batangan atau diganti besi wiremesh agar
pembangunannya lebih efisien.

B. Alat dan bahan :

 Alat :
1) Palu
2) gergaji potong
3) alat ukur
4) waterpass ( timbang air)
5) benang

 Bahan
3) Papan ukuran 3/20
4) Kayu ukuran 5/7

C. Gambar Kerja :

14
D. Langkah kerja :
1) Perhitungan bahan
2) Pemotongan bahan sesuai ukuaran pada gambar kerja
3) Perakitan acuan balok
4) Pembuatan tiang perancah
5) Peletakan acuan diatas kolom yang sudah dipasang
Perakitan diatas kolom

15
2.5 Job 5 “Acuan Tangga”

A. Dasar Teori
Pada dasar teori tangga hampir sama dengan dasar teori pelat lantai, karena
harus sama – sama memperhitungkan kekuatan dan daya lentur momennya serta
tegangan tumpuan dari tangga bagian bawah ( dasar tangga / ujung bawah tangga ).
Ketebalann tangga juga ditetapkan dan distandarkan adalah berkisar antara 10 cm – 15
cm tetapi kebiasaan yang diterapkan adalah 12 cm. Ditetapkan sedemikian rupa untuk
mengingat gaya dan momen yang diterima oleh tumpuan tangga. Seandainya lantai
tangga agak terlalu tebal tentu saja tumpuan tangga dari berat sendiri belum lagi
ditambah beban tambahan ( beban hidup dan benda lain yang berada diatasnya ).
Dalam pembuatan perencanaan tangga harus diperhatikan untuk mengetahui dan
mengerti akan bentuk tangga yang ada kesetimbangan dan keserasian untuk menjaga
kestabilan dan keindahan untuk bentuk tangga tersebut.

Adapun bagian – bagian dari tangga adalah sebagai berikut :


1. Pondasi Tangga
Pondasi tangga adalah sebagai dasar tumpuan agar tangga tidak mengalami
penurunan dan pergeseran kearah mendatar.
2. Anak tangga ( Trede )
Anak tangga adalah konstruksi yang berfungsi untuk berpijak atau melangkah pada
arah horizontal atau vertikal.
3. Ibu Tangga ( Boom )
Ibu tangga merupakan bagian yang berfungsi untuk mendukung anak tangga.
4. Bordes
Bordes adalah suatu antrede yang mempunyai lebar minimum sama dengan lebar
tangga ( Antrede yang terpanjang ). Fungsinya adalah :
a. Sebagai tempat istirahat / berhenti sementara
b. Sebagai daerah belokan / putar
5. Pegangan Tangga
a. Ditinjau dari segi bahan yang digunakan
Tangga kayu
Tangga besi / baja
Tangga beton

16
b. Ditinjau dari segi bentuknya
Tangga yang berbentuk lurus
Tangga dengan belokan 90o
Tangga dengan belokan 180o
Tangga dengan belokan 270o
Tangga dengan belokan 360o
Tangga lengkung

Adapun hal – hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan tangga :


1. Penempatan tangga diletakkan sedemikian rupa sehingga mudah ditemukan
2. Ruangan untu tangga dibatasi sekecil kecilnya atau sesuai syarat yang ditentukan
3. Tempat tangga harus mendapatkan sinar matahari yang cukup pada siang hari.
4. Bentuk dibuat sederhana dan konstruksi yang mudah.

Perencanaan tangga dibutuhkan data – data antara lain :


1. Jenis material tangga ( kayu, baja dan beton )
2. Bentuk tangga
3. Ukuran Antredre dan optrede

Rumus umum untuk mengetahui optrede dan antrede


2 Optrede + Antrede = berkisar antara ( 60 cm – 65 cm )
Optrede x Antrede = berkisar antara ( 400 cm – 450 cm )
Jika Optrede = n maka An = n – 1

B. Gambar Kerja :

17
2.6 Job 6 “Pembongkaran”

Pembongkaran acuan dan perancah jika di cor dilakukan apabila beton sudah
mencapai umur ± 28 hari.Pada konstruksi tertentu kita bisa membongkarnya lebih awal,
misalnya pada pekerjaan pondasi, pekerjaan kolom, dll; biasanya pada konstruksi yang tidak
menggantung.Pembongkaran terpaksa dilakukan karena waktu yang diperlukan oleh
pekerjaan lain yang tergantung dari pekerjaan beton tersebut untuk konstruksi yang
menggantung jangan sekali – kali dilakukan pembongkaran acuan / perancah sebelum beton
cukup umur, misalnya pada balok, lantai, konsol, luifel, dll. Apabila hal ini dilakukan, maka
akan berakibat buruk, misalnya retak pada beton, atau lepasnya ikatan beton dengan tulangan.

Syarat-syarat Pembongkaran Acuan dan Perancah


1. Syarat Ekonomis
Pada saat acuan dibongkar usahakan bekas bahan bongkaran supaya bisa
dipergunakan kembali agar dapat mnghemat biaya seminimal mungkin.Hal ini dapat
dilakukan apabila dalam pembongkaran dilakukan secara hati – hati.

2. Syarat Keamanan
Selain syarat ekonomis harus juga diperhatikan syarat–syarat keamanan.Hal ini
penting sekali, jangan sampai di dalam pembongkaran urutan pembongkaran tidak
diperhatikan sehingga bagian yang belum terbongkar ataupun yang sudah terbongkar
dapat mencelakakan pekerja yang sedang bekerja.Misalnya di dalam pembongkaran
acuan dan perancah lantai.Pertama dibongkar dahulu skur–skurnya kemudian tiang-
tiangnya.Dalam pembongkaran tiang, harus hati–hati karena tiang ini yang menyangga
seluruh beban di atasnya.Kalau tidak hati–hati maka apa–apa yang ada di atasnya bisa
rubuh dan menimpa pekerja yang sedang berada di bawahnya. Gunakan pakaian
keamanan ( sepatu safety, helm, tali, sarung tangan, dan kaca mata ).

3. Syarat Konstruktif
Pembongkaran tiang secara teoritis perlu diperhatikan bidang momen yang
timbul harus sama dengan bidang momen yang direncanakan. Jadi pada pembongkaran
tiang perancah lantai harus dimulai dari tengah dulu kemudian ke arah tepi. Hal ini

18
dimaksudkan agar bidang momen yang timbul akan sama dengan bidang momen yang
direncanakan. Sedang pada pembongkaran konsol ( balok kantilever ), dimulai dari
ujung. Dengan maksud untuk mendapatkan bidang momen yang sama.

Syarat konstruktif untuk pembongkaran acuan dan perancah dibagi menjadi dua, yaitu :
a) Berdasarkan Waktu
Berdasarkan waktu pembongkaran dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Untuk cetakan samping atau yang tidak menahan momen, acuan ini boleh dibongkar
setelah bentuk beton stabil (cetakan dinding balaok, cetakan dinding) > 24 jam.
2. Untuk penyangga datar yang menahan momen : boleh dibongkar setelah beton
mencapai kekuatan penuh, dibuktikan dengan hasil uji kubus di laboratorium, untuk
beton konvensional 28 hari (beton tanpa bahan tambahan).
b) Berdasarkan Metode
Urutan-urutan pembongkaran acuan dan perancah harus sesuai dengan momen
yang telah direncanakan.

Metode-metode yang digunakan dalam pembongkaran acuan dan perancah adalah :


1) Urutan-urutan pembongkaran acuan dan perancah harus sesuai dengan momen yang
telah direncanakan, sehingga momen yang terjadi akibat pembongkaran sama dengan
momen yang telah direncanakan.
2) Pembongkaran acuan dan perancahnya dimulai dari ujung untuk mendapatkan bidang
momen yang sama.
3) Pembongkaran tiang perancahnya harus dimulai dari tengah dan diteruskan di kiri
kanannya sampai ke tepi.

Kesimpulannya adalah ketika melakukan pembongkaran, tidak merusak konstruksi yang telah
jadi.

19
BAB III
PERHITUNGAN BAHAN

3.1 Job 1 “Pemasangan Bowplank”

Untuk 1 buah pemasangan bowplank :


o Tiang bowplank
Usuk ukuran 5/7 = 3 batang x panjang 1m
Volume : (p x l x t) x 3
= (1m x 0,07m x 0,05m) x 3
= 0,0105 m3
o Balok bowplank
Usuk ukuran 5/7 = 2 batang x panjang 1m
Volume : (p x l x t) x 2
= (1m x 0,07m x 0,05m) x 2
= 0,007 m3
Untuk 1 buah bowplank membutuhkan kayu ukuran 5/7 sebanyak :
= 0,0105 m3 +0,007 m3
= 0,0175 m3
Karena ada 4 sudut yang dipasang bowplank maka total kayu 5/7 untuk pemasangan
bowplank sebanyak :
Vtotal = 0,0175 m3 x 4
= 0,07 m3
Total kayu usuk 5/7 yang dipakai :
Vusuk 5/7 = 0,07 x 0,05 x 4
= 0,014 m3
Total jumlah batang usuk yang dipakai = 0,07 m3 / 0,014 m3
= 5 batang usuk 5/7

20
3.2 Job 2 “Kolom”

Untuk kolom bulat berdiameter 31 cm :


o Keliling kolom = 2 π r
= 2 x 3,14 x 15,5
= 97,34 cm
o Jumlah kayu ukuran 2/3 = 97,34 / 3
= 32,446
= 33 batang usuk 2/3
Jadi untuk 1 buah kolom diameter 31 cm membutuhkan kayu ukuran 2/3 sebanyak 33 batang
Karena ada 4 kolom yang dipasang maka total kayu 2/3 untuk pemasangan bowplank
sebanyak :
Total = 33 batang x 4
=132 batang kayu 2/3

Untuk Pembuatan kayu penahan/ bekisting/acuan perancah membutuhkan :


o Balok 6/12 = 0,06 x 0,12 x 4
= 0,0288 m3
Jumlah Balok = 0,06 x 0,12 x 4 x 4
= 0,1152
= 0,1152 / 0,0288
= 4 batang
o Usuk 5/7 = 0,05 x 0,07 x 4
= 0,014 m3
Jumlah Usuk = 0,05 x 0,07 x 4 x 45
= 0,63 / 0,014
= 45 batang

21
o Usuk panjang 1m penahan kolom = 0,05 x 0,07 x 1
= 0,0035 m3
Total Usuk = 0,0035 x 32
= 0,112 m3
Jumlah usuk = 0,112 / 0,014
= 8 batang usuk 5/7
o Total keseluruhan usuk 5/7 yang dipakai = 8 + 45
= 53 batang usuk 5/7

3.3 Job 3 “Balok”

Untuk 4 buah balok dengan panjang 270 cm :


o Triplek tebal 9mm panjang 270 cm lebar 30 cm
Volume :
= (0,30 x 2,7 x 0,009) x 4
= 0,02916 m3
o Triplek tebal 9mm panjang 210 cm lebar 25 cm
Volume :
= (0,25 x 2,1 x 0,009) x 4
= 0,0189 m3
o Triplek tebal 9 mm panjang 210 cm lebar 15 cm
Volume :
= (0,15 x 2,1 x 0,009) x 4
= 0,01134 m3
Volume Triplek = 1,22 x 2,44 x 0,009
= 0,0267912 m3
Total triplek yang dipakai = (0,01134 + 0,0189 + 0,02916) / 0,0267912
= 2,2171
= 3 Lembar Triplek

22
o Usuk ¾ panjang 270 cm = (0,03 x 0,04 x 2,7) x 8
= 0,02592 m3
o Usuk ¾ panjang 210 cm = (0,03 x 0,04 x 2,1) x 16
= 0,04032 m3
o Usuk ¾ panjang 22 cm = (0,03 x 0,04 x 0,22) x 16
= 0,004224 m3
o Usuk ¾ panjang 17 cm = (0,03 x 0,04 x 0,17) x 16
= 0,003264 m3
o Usuk ¾ panjang 7 cm = (0,03 x 0,04 x 0,07) x 16
= 0,001344 m3
Volume usuk 3/4 = 0,03 x 0,04 x 4
= 0,0048 m3
Total usuk yang dipakai = (0,02592 + 0,04032 + 0,004224 + 0,003264 + 0,001344) /
0,0048
= 15,64
= 16 batang usuk ¾

3.4 Job 4 “Acuan Pelat Lantai”

Untuk pelat lantai dibutuhkan triplek sebanyak 2 lembar + papan kayu 3/20 sebanyak 1
lembar.

3.5 Job 5 “Acuan Tangga”

Antrede = 30 cm
Optrede = 17 cm
Syarat Tangga = 2 x Optrede + Antrede
= 2 x 17 + 30
= 34 + 30
= 64 Masuk dalam syarat tangga (60 – 65)
Tg α = 17 / 30 = 29,538

23
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Baik atau buruknya dari pengerjaan acuan dan perancah dapat mempengaruhi hasil akhir
dari mutu beton yang dikerjakan. Acuan yang kurang baik dapat menimbulkan kerugian
seperti kehilangan material, perubahan dimensi beton, perubahan struktur bangunan, dan juga
dapat mempengaruhi keselamatan pekerja. Dalam pelaksanaannya seorang ahli di bidang
tersebut harus mempunyai keterampilan khusus dan mempunyai pengetahuan dasar yang
cukup tentang acuan dan perancah
Dengan kegiatan ini, mahasiswa dapat mengerti hal-hal baru yang berkembang dalam
proyek, mendapatkan pengalaman, dapat memahami situasi nyata di lapangan, dan
mengetahui aplikasi mata kuliah yang telah diajarkan.

4.2 Saran
1. Sebaiknya praktikum dilakukan oleh tiap-tiap dosen mata kuliah secara khusus dan
tersendiri, sehingga mahasiswa dapat lebih memahami aplikasi teori secara lebih
terperinci.
2. Dalam pembagian job sebaiknya dilakukan perorangan untuk mengantisipasi
mahasiswa yang tak mau peduli dengan praktikum

24
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous :
http://bald-gugungondrong.blogspot.co.id/2013/05/pengertian-tujuan-manfaat-acuan-
perancah.html
http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2015/02/seputar-pengertian-acuan-perancah.html

25
LAMPIRAN

26
Dokumentasi

27

Anda mungkin juga menyukai