Anda di halaman 1dari 17

BAB VI

PELAKSANAAN

6.1. Pekerjaan Persiapan


Agar pelaksanaan dalam Proyek Pembangunan Pondok Pesantren ZIIS
(Zamzam Integrated Islamic School) Cilongok berjalan dengan lancar dan aman,
maka perlu sarana dan prasarana. Juga dilakukan pekerjaan persiapan yaitu suatu
pekerjaan yang diluar pekerjaan utama tetapi merupakan pekerjaan awal yang
sangat penting.
Pembersihan lapangan meliputi mendatangkan pengolahan, pengangkutan
semua bahan, pengerahan tenaga kerja, pengadaan semua alat – alat bantu dan
sebagainya. Yang pada umumnya langsung atau tidak langsung termasuk dalam
usaha penyelesaian dengan baik dan sempurna. Juga dimaksudkan pekerjaan atau
bagian – bagian pekerjaan yang walaupun tidak disebutkan didalam bestek tetapi
masih berada didalam lingkungan pekerjaan haruslah dilaksanakan sesuai
petunjuk Direksi.
a. Pembersihan Lapangan
Pembersihan lapangan sangat diperlukan sebelum pekerjaan
persiapandikerjakan. Didalam pembersihan lapangan pihak kontraktor atau
Yayasan Putra Bunda Salbiyah persada tidak menyewa alat – alat yang digunakan.
b. Kantor Proyek
Pembuatan kantor proyek didalam proyek ini untuk kantor direksi,pemborong
membuat direksi keet ukuran 3 x 5 m. Konstruksi terbuat dari triplek.
c. Gudang
Merupakan bangunan tertutup yang sifatnya sementara, yang dibuat
bergandengan dengan kantor direksi dan terbuat dari triplek. Didalam gudangini
digunakan untuk menyimpan material seperti : semen, kapur, gerobak semen, dll.
Sedangkan bahan material yang tidak memerlukan perlindungan khusus seperti
besi, baja tulangan, pasir, batu kali dan lainnya disimpan didekat bangunan.

62
6.2. Pekerjaan Bangunan Bawah
Kegiatan Kerja Praktek yang dilakukan selama 3 bulan dalam proyek
pembangunan Pondok Pesantren ZIIS (Zamzam Integrated Islamic School)
Cilongok, adapun yang ditinjau selama kegiatan Kerja Praktek itu berlangsung.

6.2.1. Pekerjaan Tie Beam


Tie Beam adalah balok yang terletak atau bertumpu pada permukaan tanah.
Tie Beam biasanya digunakan untuk menghubungkan antara pile cap yang satu
dengan pile cap yang lainnya.Tie beam berfungsi untuk menopang slab/plat lantai
yang berhubungan langsung dengan permukaan tanah dan untuk meratakan gaya
beban bangunan. Selain itu juga berfungsi sebagai balok penahan gaya reaksi
tanah. Tahapan pelaksanaan pekerjaan tie beam :
a. Pekerjaan Penulangan
 Perakitan besi harus sesuai dengan denah dan spesifikasi pembesian dari
gambar acuan yang diberikan pihak direksi.
 Sebelum pekerjaan pembesian dilakukan, area pemasangan tulangan harus
dibersihkan dari sampah dan tanah maupun material yang menghalangi.
 Pemasangan pembesian dilakukan dengan cara memasang terlebih dahulu
tulangan lapisan bawah kemudian barulah dipasang tulangan lapis atas.
Dibawah tulangan besi bagian bawah yang terpasang harus diletakkan beton
decking dengan ketebalan 5 cm di area yang mungkin melendut/mengalami
pergeseran. Pemasangan tulangan sengkang dilakukan setelah tulangan lapisan
bawah selesai. yaitu bersamaan dengan pemasangan tulangan atas.
 Pemasangan tulangan ties dilakukan setelah besi sengkang terpasang dan
kemudian diikat dengan kawat bendrat agar tidak bergeser atau lepas dari
posisi yang seharusnya. Setelah semua tulangan saling terikat dan membentuk
satu kesatuan yang kaku kemudian beton decking dipasang pada tulangan
vertikal (pada tulangan sengkang).
b. Pekerjaan Bekisting
 Menyiapkan Papan Bekisting untuk pekerjaan Tie Beam.
 Menyiapkan sepatu kolom. Fungsinya agar bekisting tepat berada pada titik
koordinatnya sesuai dengan gambar perencanaan.

63
 Kemudian melakukan pemasangan bekisting Tie. Jangan lupa beton decking
atau tahu beton penyangga besi tulangan. Tujuan beton decking ini untuk
menjaga jarak selimut beton agar tidak berubah selama proses pengecoran.
 Memasang sabuk Tie Beam pada bekisting kolom untuk memperkuat. Ukuran
Tie Beam yang digunakan relative sesuai dengan Soft Drawing. Untuk
mengunci Tie Beam tersebut harus menggunakan tie rod. Tie rod bisa buat
sendiri atau membeli jadi.
 Memasang pipa support Untuk menjaga horizontal dari Tie Beam terhadap
kolom. Untuk mendapatkan Tie Beam struktur yang sempurna, bekisting tidak
boleh miring ataupun goyang saat pengecoran Oleh karena itu pemasangan
pipa support dinilai sangat penting.
 Setelah kompenen bekisting dan celah bekisting dirapatkan dan mendapatkan
persetujuan dari direksi, maka dilakukanlah pengecoran beton sesuai dengan
jenis beton yang diinginkan.
c. Pekerjaan Pengecoran
 Sebelum melakukan pengecoran beton terlebih dahulu membuat Job Mix
Formula untuk menentukan komposisi campuran yang diperlukan sehingga
didapatkan mutu beton yang sesuai dengan yang diharapkan. Job Mix Formula
yang telah dibuat kontraktor diserahkan kepada direksi maupun pengawas
lapangan untuk disetujui.
 Pengecoran beton dimulai setelah konsultan/direksi menyetujui untuk
pengecoran beton yang dinyatakan dalam permohonan pelaksanaan kerja.
 Periksa kekuatan acuan yang sudah dipasang/difabrikasi, semua ukuran dan
perkuatan acuan diperiksa benar dan disahkan oleh konsultan/direksi untuk
pekerjaan selanjutnya. Pasang sparing pipa-pipa mekanikal dan elektrikal yang
melintas area pengecoran.
 Bersihkan seluruh permukaan dan lokasi pengecoran dari kotoran dan sampah.
 Tuang beton readymix ke dalam area pengecoran, pada saat pengecoran
adukan beton diratakan dan dipadatkan dengan vibrator sehingga beton dapat
padat dan tidak ada sarang tawon.
 Hindarkan terjadinya beton setting akibat area yang akan dicor belum siap.

64
Gambar 6.1. Pekerjaan tie beam

6.3. Pekerjaan Bangunan Atas


6.3.1. Pekerjaan Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul
beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang
peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom
merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang
bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko,
1996). SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur
bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan
bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral
terkecil.Menurut Wang (1986) dan Ferguson (1986) jenis-jenis kolom ada tiga,
yaitu:
a. Kolom ikat (tie column).
b. Kolom spiral (spiral column).
c. Kolom komposit (composite column).
Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan Dipohusodo, 1994), ada
tiga jenis kolom beton bertulang yaitu:
a. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom
beton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada
jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan
ini berfungsi untuk memegang tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh.

65
b. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama
hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral
yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi
dari tulangan spiral adalah memberi kemampuan kolom untuk menyerap
deformasi cukup besar sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya
kehancuran seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan
terwujud.
c. Struktur kolom komposit, merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat
pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa
diberi batang tulangan pokok memanjang.
Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi.
Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan
sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat
bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta
beban hembusan angin.Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak
mudah roboh. Beban sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan
meneruskan beban yang diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang diterima
kolom didistribusikan ke permukaan tanah di bawahnya.
Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan
gabungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material
yang tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan.
Gabungan kedua material ini dalam struktur beton memungkinkan kolom atau
bagian struktural lain seperti sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya
tarik pada bangunan.Tahapan pekerjaan kolom:
a. Padatahap perencanaan kita buat gambar desain bangunan untuk
menggambarkan bentuk konstruksinya dan menentukan letak kolom struktur.
b. Selanjutnya melakukan perhitungan struktur bangunan untuk mendapatkan
dimensi kolom dan bahan bangunan yang kuat namun tetap ekonomis.
c. Melakukan pekerjaan pengukuran untuk menentukan posisi kolom bangunan,
ini harus pas sesuai dengan gambar rencana. apalagi pada gedung bertingkat
tinggi yang angka toleransi kesalahan hanya beriksar 1 cm, jika salah dalam
mengukur maka ada resiko keruntuhan gedung.

66
d. Menghitung kebutuhan besi tulangan dan bentuk potongan besi yang perlu
dipersiapkan. ini sering disebut sebagai bestek besi.
e. Merangkai potongan besi sesuai dengan bentuk kolom yang telah direncana.
f. Memasang rangkaian besi tulangan pada lokasi kolom yang akan dibuat.
g. Membuat bekisting / cetakan. bisa terbuat dari kayu, plat alumunium atau
media lain yang mampu menahan saat proses pekerjaan pengecoran beton.
h. Memasang bekisting sehingga membungkus besi tulangan.
i. Melakukan pengecekan posisi bekisting apakah sudah sesuai dengan ukuran
rencana, dan apakah sudah benar-benar tegak.
j. Menghitung kebutuhan beton yang dibutuhkan.
k. Membuat adukan beton atau memesan beton precast dengan kualitas sesuai
hasil perhitungan semula. misalnya mau menggunakan mutu beton K-225 , K-
250, K-300, K-400 dan seterusnya.
l. Melakukan pekerjaan pengecoran kolom, penentuan tinggi cor bisa dilakukan
dengan berpedoman pada ukuran bekisting atau mengukur sisa cor dari ujung
atas bekisting.

Gambar 6.2. Pekerjaan kolom

6.3.2. Pekerjaan Balok dan Plat Lantai


Balok juga merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang. Balok
merupakan bagian struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai dan pengikat
kolom lantai atas. Fungsinya adalah sebagai rangka penguat horizontal bangunan
akan beban-beban.Apabila suatu gelagar balok bentangan sederhana menahan

67
beban yang mengakibatkan timbulnya momen lentur akan terjadi deformasi
(regangan) lentur di dalam balok tersebut. Regangan-regangan balok tersebut
mengakibatkan timbulnya tegangan yang harus ditahan oleh balok, tegangan tekan
di sebelah atas dan tegangan tarik dibagian bawah. Agar stabilitas terjamin, batang
balok sebagai bagian dari sistem yang menahan lentur harus kuat untuk menahan
tegangan tekan dan tarik tersebut karena tegangan baja dipasang di daerah
tegangan tarik bekerja, di dekat serat terbawah.
a. Tahap Persiapan
 Pekerjaan Pengukuran
Pengukuran ini bertujuan untuk mengatur/ memastikan kerataan ketinggian
balok dan pelat. Pada pekerjaan ini digunakan alat ukur theodolithe.
 Pembuatan Bekisting
Pekerjaan bekisting balok dan pelat merupakan satu kesatuan pekerjaan,
kerena dilaksanakan secara bersamaan. Pembuatan panel bekisting balok harus
sesuai dengan gambar kerja. Dalam pemotongan plywood harus cermat dan teliti
sehingga hasil akhirnya sesuai dengan luasan pelat atau balok yang akan dibuat.
Pekerjaan balok dilakukan langsung di lokasi dengan mempersiapkan material
utama antara lain: kaso 5/7, balok kayu 6/12, papan kayu cor 2/18/300.
 Pabrikasi besi
Untuk balok, pemotongan dan pembengkokan besi dilakukan sesuai
kebutuhan dengan bar cutter dan bar bending. Pembesian balok ada dilakukan
dengan sistem pabrikasi di los besi dan ada yang dirakit diatas bekisting yang
sudah jadi. Sedangkan pembesian plat dilakukan dilakukan di atas bekisting yang
sudah jadi.
b. Tahap Pekerjaan Balok dan Pelat
Pengerjaan balok dan pelat dilakukan secara bersamaan pada dasar.
 Pembekistingan balok
Tahap pembekistingan balok adalah sebagai berikut:
 Scaffolding dengan masing-masing jarak 100 cm disusun berjajar sesuai
dengan kebutuhan di lapangan, baik untuk bekisting balok maupun pelat.
 Memperhitungkan ketinggian scaffolding balok dengan mengatur base jack
atau U-head jack nya.

68
 Pada U-head dipasang balok kayu (girder) 6/12 sejajar dengan arah cross
brace dan diatas girder dipasang balok suri tiap jarak 50 cm (kayu 5/7) dengan
arah melintangnya, kemudian dipasang pasangan papan kayu cor 2/18/300
sebagai alas balok.
 Setelah itu, dipasang dinding bekisting balok dan dikunci dengan siku yang
dipasang di atas suri-suri.
 Pembekistingan pelat
Tahap pembekistingan pelat adalah sebagai berikut:
 Scaffolding disusun berjajar bersamaan dengan scaffolding untuk balok.
Karena posisi pelat lebih tinggi daripada balok maka scaffolding untuk pelat
lebih tinggi daripada balok dan diperlukan main frame tambahan dengan
menggunakan joint pin. Perhitungkan ketinggian scaffolding pelat dengan
mengatur base jack dan U-head jack nya.
 Pada U-head dipasang balok kayu (girder) 6/12 sejajar dengan arah cross
brace dan diatas girder dipasang suri-suri dengan arah melintangnya.
 Kemudian dipasang papan kayu cor 2/18/300 sebagai alas pelat. Pasang juga
dinding untuk tepi pada pelat dan dijepit menggunakan siku. Papan kayu cor
2/18/300 dipasang serapat mungkin, sehingga tidak terdapat rongga yang dapat
menyebabkan kebocoran pada saat pengecoran.
 Semua bekisting rapat terpasang, sebaiknya diolesi dengan solar sebagai
pelumas agar beton tidak menempel pada bekisting, sehingga dapat
mempermudah dalam pekerjaan pembongkaran dan bekisting masih dalam
kondisi layak pakai untuk pekerjaan berikutnya.
 Pengecekan
Setelah pemasangan bekisting balok dan pelat dianggap selesai selanjutnya
pengecekan tinggi level pada bekisting balok dan pelat dengan waterpass, jika
sudah selesai maka bekisting untuk balok dan pelat sudah siap.
 Pembesian balok
Tahap pembesian balok adalah sebagai berikut:
 Besi tulangan balok yang sudah diangkat lalu diletakkan diatas bekisting balok
dan ujung besi balok dimasukkan ke kolom.

69
 Pasang beton decking umtuk jarak selimut beton pada alas dan samping balok
lalu diikat.
Untuk pembesian balok dilakukan 3 kali perubahan dalam metode
pemasangannya. Perubahan yang pertama yaitu semua besi tulangan dipabrikasi
seluruh bagian sampai balok jadi utuh, namun ada kendala pada saat pertemuan
pembesian kolom sehingga dilakukan perubahan yang kedua yaitu dengan
pembesian pabrikasi sebagian, tulangan memanjang dan sengkang dipisah namun
ada kendala pada saat pembersihannya dan perubahan yang terakhir semua bagian
pembesian dilakukan ditempat yang akan dicor tidak dipabrikasikan lagi dan
sampai kini metode ini yang paling baik untuk digunakan.
 Pembesian pelat
Setelah tulangan balok terpasang,selanjutnya adalah tahap pembesian pelat,
antara lain:
 Pembesian pelat dilakukan langsung di atas bekisting pelat yang sudah siap.
Besi tulangan diangkat menggunakan diesel crane dan dipasang diatas
bekisting pelat.
 Rakit pembesian dengan tulangan bawah terlebih dahulu. Kemudian pasang
tulangan.
 Selanjutnya secara menyilang dan diikat menggunakan kawat ikat.
 Letakkan beton decking antara tulangan bawah pelat dan bekisting alas pelat.
Pasang juga tulangan kaki ayam antara untuk tulangan atas dan bawah pelat.
 Pengecekan
Setelah pembesian balok dan pelat dianggap selesai, lalu diadakan checklist
atau pemeriksaan untuk tulangan. Adapun yang diperiksa untuk pembesian balok
adalah diameter dan jumlah tulangan utama, diameter, jarak, dan jumlah
sengkang, ikatan kawat, dan beton decking. Untuk pembesian pelat lantai yang
diperiksa adalah, penyaluran pembesian pelat terhadap balok, jumlah dan jarak
tulangan ekstra, perkuatan (sparing) pada lubang-lubang di pelat lantai, beton
decking, kaki ayam, dan kebersihannya.
c. Tahap Pengecoran Pelat dan Balok
 Administrasi pengecoran

70
 Setelah bekisting dan pembesian siap engineer mengecek ke lokasi atau zona
yang akan dicor.
 Setelah semua ok, engineer membuat izin cor dan mengajukan surat izin ke
konsultan pengawas.
 Kemudian tim pengawas melakukan survey ke lokasi yang diajukan dalam
surat cor.
 Setelah ok konsultan pengawas menandatangani surat izin cor tersebut.
 Surat izin cor dikembalikan kepada engineer dan pengecoran boleh
dilaksanakan.
 Proses Pengecoran Plat lantai dan Balok
Pengecoran plat dilaksanakan bersamaan dengan pengecoran balok.
Peralatan pendukung untuk pekerjaan pengecoran balok diantaranya yaitu: bucket,
truck mixer, vibrator, lampu kerja, papan perata. Adapun proses pengecoran pelat
sebagai contoh pengamatan sebagai berikut:
 Setelah mendapatkan Ijin pengecoran disetujui, engineer menghubungi pihak
beaching plan untuk mengecor sesuai dengan mutu dan volume yang
dibutuhkan di lapangan.
 Pembersihan ulang area yang akan dicor dengan menggunakan air compressor
sampai benar – benar bersih.
 Truck Mixer tiba di proyek dan laporan ke satpam kemudian petugas
menyerahkan bon penyerahan barang yang berisi waktu keberangkatan,
kedatangan, waktu selesai, volume.
 Bucket dipersiapkan sebelumnya kemudian di siram air untuk membersihkan
bucket dari debu-debu atau sisa pengecoran sebelumnya. Selanjutnya
mempersiapkan satu keranjang dorong untuk mengambil sampel dan test
slump yang diawasi olah engineer dan pihak pengawas.
 Setelah dinyatakan ok, pengecoran siap dilaksanakan.
 Sampel benda uji diambil bersamaan selama pengecoran berlangsung, diambil
Beton yang keluar dari truk kemudian dituang ke bucket lalu bucket diangkut
dengan TC.
 Setelah bucket sampai pada tempat yang akan dicor, petugas bucket membuka
katup bucket untuk mengeluarkan beton segar ke area pengecoran.

71
 Kemudian pekerja cor meratakan beton segar tersebut ke bagian balok terlebih
dahulu selanjutnya untuk plat diratakan oleh scrub secara manual lalu
checklevel dengan waterpass. Satu pekerja vibrator memasukan alat kedalam
adukan kurang lebih 5-10 menit di setiap bagian yang dicor. Pemadatan
tersebut bertujuan untuk mencegah terjadinya rongga udara pada beton yang
akan mengurangi kualitas beton.
 Setelah dipastikan balok dan pelat telah terisi beton semua, permukaan beton
segar tersebut diratakan dengan menggunakan balok kayu yang panjang
dengan memperhatikan batas ketebalan plat yang telah ditentukan sebelumnya.
 Pekerjaan ini dilakukan berulang sampai beton memenuhi area cor yang telah
ditentukan, idealnya waktu pengecoran dilakukan 6 sampai 8 jam.
 Untuk pelaksanaan pengecoran balok dan plat lantai, digunakan concrete pump
yang menyalurkan beton readymix dari truck mixer ke lokasi pengecoran,
dengan menggunakan pipa pengecoran yang di sambung-sambung.
 Alirkan beton readymix sampai ke lokasi pengecoran, lalu padatkan dengan
menggunakan vibrator.
 Setelah beton dipadatkan, maka dilakukan petrataan permukaan coran dengan
menggunakan alat-alat manual. Setelah proses pengecoran selesai sampai batas
pengecoran, maka dilakukan finishing.
 Pembongkaran Bekisting
Untuk plat lantai pembongkaran besting dilakukan setelah 4 hari pengecoran
sedangkan, untuk balok pembongkaran bekisting setelah 7 hari dilakukukan
pengecoran. Sebagai penunjang sampai pelat benar-benar mengeras.
 Perawatan (curing)
Setelah dilaksanakan pengecoran, maka untuk menjaga agar mutu beton
tetap terjaga dilakukan perawatan beton. Perawatan beton yang dilakukan adalah
dengan menyiram/membasahi beton 2 kali sehari selama 1 minggu.

72
6.3.3. Pekerjaan Tangga
Tangga adalah suatu alat tranportasi dalam gedung yang sangat
konvensional. Dalam merencanakan tangga terdapat sejumlah unsur yang sangat
penting dan patut dicermati, yaitu kenyamanan, ketenteraman dan
keindahan.Aman dalam urusan ini tangga yang direncanakan diciptakan dengan
konstruksi yang kokoh sehingga dapat menampung beban pengguna saat
menapaki tangga. Disebut nyaman jika tangga mudah dilewati dan tidak
menjadikan orang gampang lelah maupun jenuh saat menapakinya.
Tangga disamping aman dan nyaman, semestinya diciptakan untuk
mendukung tampilan ruang secara keseluruhan, baik proposi ukuran maupun
dimensi tangga terhadap suatu ruang. Tangga bermanfaat sebagai jalan naik dan
turun antar lantai tingkat. Syarat tangga nyaman:
a. Letak tangga harus mudah terlihat dan ditelusuri oleh orang yang akan
menggunakannya.
b. Ruang tangga diusahakan terpisah dengan ruang lain, supaya orang yang naik
turun tangga tidak mengganggu kegiatan penghuni yang lain.
c. Apabila tangga dijadikan sebagai jalur darurat, pada perencanaannya wajib di
taruh dekat pintu keluar, supaya saat terjadi bencana, penghuni lantai atas bisa
turun langsung mengarah ke halaman luar.
Berikut adalah bagian bagian tangga pada bangunan rumah:
a. Pondasi tangga

Sebagai dasar andalan (landasan) supaya tidak merasakan penurunan atau


pergeseran. Maka, diunsur pangkal tangga bawah mesti diberi pondasi. Pondasi
tangga bisa berupa pasangan batu kali, beton bertulang atau kombinasi kedua
bahan tesebut. Pada lantai bertingkat, di bawah pangkal tangga mesti diberi balok
anak sebagai pengaku plat, supaya lantai tidak menyangga beban tepusat yang
besar.
b. Ibu tangga

Ibu tangga adalah bagian konstruksi pokok yang mendukung anak tangga.
Ibu tangga adalah konstruksi yang menjadi satu dengan rangka bangunanya,
namun boleh juga dibuat terpisah, tergantung teknik mana yang dirasakan paling
menguntungkan.

73
c. Anak tangga

Anak tangga ialah bagian dari tangga yang bermanfaat untuk bertumpuan
telapak kaki. Anak tangga dipasang secara teratur, supaya aman saat di pakai.
Bentuk dan lebar serta selisih tinggi masing- masing anak tangga harus sama.
Anak tangga dapat diciptakan secara terus menerus bersambungan dari
bawah hingga atas. Bila menghendaki variasi format lain, anak tangga bisa juga
diciptakan secara terpisah dengan format sesuai selera.
d. Pagar tangga

Pagar tangga ialah pelindung di samping sisi tangga untuk pemakai agar
tidak terpeleset jatuh atau guna pegangan ketika menaiki tangga tersebut. Pada sisi
tangga yang berbatasan langsung dengan tembok tidak butuh memasang pagar
tangga, namun disisi lain yang bebas mesti diberi pagar.
Bentuk pagar tangga dapat diciptakan dengan sekian banyak motif, yang
sangat sederhana dibuat dari papan yang dipakukan pada tiang- tiang yang
ditanam pada anak tangga. Apabila menghendaki format yang artistic, dapat
digunakan kayu yang diukir atau batang baja kecil yang dibentuk sekian banyak
bentuk.
e. Pegangan Tangga

Pegangan tangga adalah suatu yang diletakan pada anak tangga sebagai
tempat bertumpunya tangan saat orang naik turun tangga agar terasa aman.
Bentuk dan ukuran pegangan dibuat supaya terasa enak dan pas oleh telapak
tangan. Bentuk umum dibuat bulat atau oval dengan diameter 4-5 cm, bila dipakai
format persegi ukurannya ialah 4×6 cm. Pegangan tangga dipasang bertumpu
pada tiang-tiang pagar tangga.

Bagi menahan desakan orang pada pegangan tangga, maka tiang- tiang ini
mesti ditanam powerful pada anak tangga atau ibu tangga, supaya tidak gampang
roboh ke samping.Pada sisi yang berbatasan dengan dinding, pegangan tangga
bisa bertumpu pada begel yang ditanam pada dinding. Sela bebas antara pegangan
tangga dengan dinding paling tidak 4 cm, supaya tangan tidak hingga bergesekan
dengan dinding. Tinggi pegangan tangga diciptakan 80 cm diukur dari permukaan
anak tangga.

74
f. Bordes
Bordes adalah suatu plat datar diantara anak- anak tangga, yang berfungsi
sebagai tempat untuk beristirahat sejenak saat melakukan naik turun tangga. Dari
segi kenyamanan, aturan baku penciptaan tangga, setiap elevasi maksimum 12
anak tangga (setinggi 1,5 – 2 m) mesti diciptakan bordes (landing).
Bordes dipasang pada tangga yang terlampau panjang atau pada sudut
sebagai tempat pergantian arah tangga yang berbelok. Bordes dapat diciptakan
lebih dari satusaat arah berbelok tangga lebih dari dua kali. Lebar bordes ideal
guna bangunan lokasi tinggal tinggal, 80- 100 cm, sedangkan untuk bangunan
umum 120-200 cm.
Tahapan pekerjaan tangga:
 Ukur tinggi untuk pengecoran tangga beton.
 Membuat bekisting untuk tangga.
 Memotong dan merangkai besi.
 Mempersiapkan adukan cor beton.

75
Gambar 6.3. Pekerjaan tangga
6.3.4. Pekerjaan Pemasangan Kuda-Kuda Baja Ringan
Kontruksi baja ringan pada bangunan saat ini sangat banyak dipakai dan
diminati. Karena baja ringan memiliki beberapa keunggulan, antara lain dalam hal
kekuatan, harga lebih bersaing, kecepatan dan kemudahan dalam
pemasangan.Proses fabrikasi dan pemasangan kontruksi Baja Ringan dilakukan
sebagai berikut:
a. Pekerjaan Persiapan
Material baja yang disiapkan sesuai dengan jenis, spesifikasi dan ukuran yang
akan digunakan. Bagian kolom dan kuda-kuda rafter memakai baja ringan.
b. Persiapan Plate
Plate banyak dipakai sebagai simpul, sambungan, stifener. Ukuran plate dan
ketebalan serta titik lobang baut menyesuaikan dengan gambar kerja. Ukuran
plate dan titik lobang baut harus benar presisi dengan menggunakan
mal/penggaris supaya potongan plate lebih akurat. Plate baja dipotong dengan
menggunakan mesin gerinda potong, untuk ukuran baja ringan yang besar
sebaiknya menggunakan mesin gerinda potong duduk dengan diameter piring
hingga 20″.
Setelah plate dipotong dan titik baut sudah ditandai, selanjutnya siapkan
mesin pons, bor kecil dan bor utama untuk membuat lobang baut pada plate.
Bagian titik dibor dengan bor kecil (misal 5mm) baru dilanjutkan menggunakan
bor utama sesuai diameter baut (misal 16mm).Setelah pemotongan dan pembuatan
lobang baut selesai bersihkan plate dan haluskan dengan digrinda atau diamplas
bagian sisa potongan plate sehingga tidak tajam.
c. Persiapan Rafter Kolom
Ukuran Baja ringan dipasaran biasanya berbeda dengan panjang bentangan
atau tinggi kolom pada kontruksi baja yang akan dipasang nantinya. Baja yang
ada harus dipotong sehingga sesuai dengan ukuran dari gambar kerja. Bagian
yang akan dipotong diukur dengan mal/jangkar secara akurat dan presisi sehingga
tidak mengalami kesalahan setelah dipotong. Jika terjadi kesalahan
mengakibatkan kerugian biaya yang cukup besar.
d. Pekerjaan Settingan

76
Bagian batang baja dan plate yang sudah disiapkan dari proses sebelumnya,
selanjutnya sambungkan dan setting bagian-bagian tersebut sehingga hasilnya
sesuai bentuk, jarak dan ukuran pada gambar kerja.Yang harus diperhatikan saat
pemasangan dan settingan:
 Tidak boleh ada kemiringan/sudut, panjang melebihi atau kurang.
 Dudukan plate, gording dan maupun balok anak tidak miring.
e. Pekerjaan Pengelasan
Cara pengelasan :
 Bersihkan bagian yang akan dilas dari kotoran atau debu.
 Tebal las disesuaikan dengan beban kontruksi.
 Setelah pengelasan bersihkan sisa lasan dan dihaluskan
f. Erection (pengangkatan)
Proses pengangkatan bagian rangka baja seperti kuda-kuda/rafter, kolom
yang sudah disambung dan diatur diangkat untuk dipasang dibagian atas kontruksi
untuk difitting dengan bagian lainnya (kolom, rafter, kuda-kuda, branching, tie
rod dll).Proses pengangkatan kontruksi baja:
 Untuk beban baja lebih dari 5 ton dan ketinggian lebih dari 10 meter maka
pengangkatan kontruksi Baja sebaiknya menggunakan alat angkat berat seperti
hoist, crane/mobile crane, karena lebih safety dan lebih mudah.
 Beban dibawah 1 ton dengan ketinggian kolom 6m, dapat menggunakan lifting
equipment seperti chain block, hoist yang memiliki daya angkat dari 5 ton.
g. Fitting atau peyambungan diatas rangka
Setelah rangka kuda-kuda/rafter diangkat keatas pakai katrol atau crane dan
sampai diposisi nya pasang baut dan kencangkan sampai plate simpul rafter rapat
dengan kolom. Selajutnya ujung rafter diikat pakai seling (12 mm) dan tarik ujung
seling bagian bawah ke pedestal/batok, Begitu seterusnya sehingga semua bagian
rafter dan gording sudah naik dan terpasang diatas kolom. Selanjutnya pasang
branching/tie rod sebagai pengikat rafter.

77
h. Pekerjaan Finishing
Finishing adalah proses pembersihan, pengecekan dan pengecatan dari
kontruksi baja yang sudah disambungkan pengecatan mulai dari cat dasar dan cat
vanishing. Sebaiknya pengecetan dilakukan dilantai kerja sebelum proses erection
(pengangkatan) karena dilakukannya lebih mudah dan lebih aman.

6.4. Permasalahan dan Solusi Pelaksanaan Pekerjaan


Pelaksanaan dalam sebuah proyek konstruksi wajar apabila terjadi suatu
permasalahan atau beberapa kendala yang mungkin berpengaruh terhadap
pelaksanaan pekerjaan proyek. Dalam sub bab ini akan dibahas tentang masalah-
masalah yang timbul, baik itu masalah teknis maupun masalah non teknis.
Masalah-masalah yang berhasil dikumpulkan dari pengamatan di lapangan secara
langsung maupun keterangan dari pelaksana adalah sebagai berikut :
1. Adanya pandemi COVID19 saat dilaksanakannya pekerjaan ini, pelaksana
tidak melaksanakan protokol kesehatan yang sudah diatur oleh pemerintah.
2. Pekerja tidak mengenakan APD (alat pelindung diri).
Permasalahan di atas amat berpengaruh terhadap jalannya proyek, sehingga
untuk mengatasinya diperlukan solusi berikut ini:
1. Seharusnya pihak dari pelaksana mematuhi aturan dari pemerintah dengan
protokol kesehatan yang sudah dianjurkan oleh Kementerian PUPR dalam
kegiatan pekerjaan konstruksi dikala pandemi saat ini.
2. Pihak dari pelaksana seharusnya memenuhi kebutuhan K3 untuk para
pekerjanya.

78

Anda mungkin juga menyukai