Anda di halaman 1dari 29

BAB V Metode Pelaksanaan Struktur

BAB V

METODE PELAKSANAAN STRUKTUR (PENGECORAN KOLOM,

BALOK DAN PLAT LANTAI, SHEAR WALL DAN CORE WALL)

APARTEMENT TAMAN ANGGREK RESIDENCE TOWER E LANTAI 15

- LANTAI 40

5.1 Metode Pelaksanaan Konstruksi

Sebelum dilakukan pelaksanaan pengecoran, maka kualitas mutu beton

harus dicek terlebih dahulu. Pengecekan dilakukan dengan metode uji kuat tekan

beton dengan silinder dan metode uji slump. Slump menjadi indikator dalam

kualitas suatu beton, selain itu sifat beton yang kita inginkan seperti workability

yang baik. Dalam Proyek Taman Anggrek Residence sebelum diadakan

pengecoran, concrete truk mixer yang datang membawa adukan beton harus

dilakukan metode uji kuat tekan beton dan uji slump.

Gambar 5.1 Pengujian slump test

Jika slump test memenuhi syarat dan uji tekan sudah sesuai kuat tekan

dengan disyaratkan maka baru bisa dilaksanakan pengecoran. Pengecoran

dilakukan dengan menggunakan bucket yang diangkut secara vertical melalui

V-1

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB V Metode Pelaksanaan Struktur

tower crane. Cara mengukur derajat “mampu dikerjakan” / workability yaitu

dengan metode yang paling popular adalah mengukur dengan alat slump.

Pengukuran dengan menggunakan alat slump ini bertujuan untuk mengukur tinggi

penurunan adukan beton setelah dilepas dari alat slump yang digunakan. Tinggi

slump menunjukkan derajat kemampuan dikerjakan dari adukan yang diukur.

Slump yang tinggi menunjukkan, bahwa adukan beton terlalu cair (terlalu banyak

air) dan sebaliknya.

Untuk mengukur tinggi slump digunakan alat yang dinamakan alat slump,

yang terdiri dari :

a) Corong baja yang berbentuk konus berlubang pada kedua ujungnya.

Bagian bawah berdiameter 20 cm, bagian atasnya berdiameter 10 cm

dan tinggi konus 30 cm

b) Tongkat baja dengan diameter 16 mm dan panjangnya 60 cm, dengan

bagian ujung-ujung tongat berbentuk bulat

Cara pengukuran tinggi slump dilakukan sebagai berikut :

a) Corong baja diletakkan diatas tempat yang rata dan tidak menghisap

air, dengan posisi diameter corong yang besar dibagian bawah dan

diameter kecil dibagian atas

b) Mengambil adukan beton dengan menggunakan sekop kemudian

masukkan adukan tersebut kedalam corong dengan hati – hati sampai

setinggi kira-kira 1/3 tinggi corong

c) Kemudian tusuk – tusuk adukan didalam corong dengan tongkat baja

sebayak 25 kali

V-2

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB V Metode Pelaksanaan Struktur

d) Isi lagi corong dengan adukan hingga tinggi kira kira 2/3 tinggi

corong

e) Tusuk –tusuk lagi sebanyak 25 kali

f) Isikan lagi adukan beton kedalam corong hingga corong penuh

g) Tusuk –tusuk lagi sebanyak 25 kali

h) Isi lagi corong hingga penuh

i) Ratakan permukaan adukan beton didalam corong

j) Bersihkan adukan yang ada disekeliling /luar corong

k) Angkat corong vertical keatas dengan hati – hati jang sampai tepi

corong menyinggung adukan beton

l) Letakkan corong disamping adukan tadi dengan posisi (berdiri)

terbalik dan letakkan tongkat baja mendatar diatas corong hingga

sebagian tongkat berada diatas adukan beton tadi

m) Ukur jarak antara bagian bawah tongkat baja dengan adukan beton

yang tertinggi

n) Jarak itulah yang disebut tinggi slump

o) Saat mnegisikan adukan kedalam corong, corong harus dipegang agar

tidak berguncang saaat diisi. Saat menusuk nusuk corong tidak boleh

tersinggung oleh tongkat

Adukan beton yang mudah dikerjakan atau dtuang dan dipadatkan dalam

cetakan, biasanya mempunyaui nilai slump anatara 7 cm samapi 12 cm.

V-3

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB V Metode Pelaksanaan Struktur

5.2 Metode Pelaksanaan Struktur

5.2.1 Pekerjaan Kolom

a. Pendahuluan

Kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya

menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang

paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Kolom merupakan suatu

elemenstruktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan,

sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat

menyebabkan runtuhnya lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total.

Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi.

Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain

seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin.

Kolom berfungsi sangat penting agar bangunan tidak mudah roboh. Beban sebuah

bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang diterimanya

ke kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke permukaan

tanah di bawahnya. Kesimpulannya, sebuah bangunan akan aman dari kerusakan

bila besar dan jenis pondasinya sesuai dengan perhitungan. Namun, kondisi tanah

pun harus benar-benar sudah mampu menerima beban dari pondasi. Kolom

menerima beban dan meneruskannya ke pondasi, karena itu pondasinya juga

harus kuat, terutama untuk konstruksi rumah bertingkat, harus diperiksa

kedalaman tanah kerasnya agar bila tanah ambles atau terjadi gempa tidak mudah

roboh. Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan

gabungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material

yang tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan.

V-4

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB V Metode Pelaksanaan Struktur

Gabungan kedua material ini dalam struktur beton memungkinkan kolom atau

bagian struktural lain seperti sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya

tarik pada bangunan.

Dimensi kolom direncanakan sesuai beban yang diterima dan mutu beton

bertulang yang digunakan, semakin besar beban yang diterima maka dimensi

kolom pada dasarnya adalah tipikal untuk setiap lantai. Kolom ada dua macam

yaitu Kolom Utama dan kolom Praktis. Kolom utama adalah kolom yang fungsi

utamanya menyanggah beban utama yang berada diatasnya sedangkan kolom

praktis adalah kolom yang berfungsi membantu kolom utama dan juga sebagai

pengikat dinding agar dinding stabil.

Kolom dalam bangunan gedung bertingkat sangat penting untuk

diperhatikan, terutama kolom pada lantai dasar, baik dari segi perencanaan

maupun dari segi pelaksanaan. Perencanaan kolom harus betul–betul

diperhitungkan secara matang, sebab apabila terjadi kesalahan, maka akan terjadi

keruntuhan bangunan. Pelaksanaan pekerjaan kolom tersebut harus sesuai dengan

perencanaan.

b. Metode Pelaksanaan

Berikut ini akan diuraikan bagian dalam pelaksanaan pembuatan kolom :

1. Fabrikasi Pembesian Kolom

Fabrikasi besi kolom merupakan kegiatan membengkokan dan memotong

baja tulangan sesuai kebutuhan dimensi yang direncanakan. Proses fabrikasi besi

yang difabrikasi area yang telah ditentukan. Semua material besi yang difabrikasi

seperti panjang tulangan, diameter tekukan, dan pembuatan tulangan begel harus

sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh perencanaan. Besi merupakan

V-5

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB V Metode Pelaksanaan Struktur

material yang sangat penting dalam beton bertulang, sehingga perlu dijaga mutu

dan kualitasnya.

Gambar 5.2 Fabrikasi pembesian

Gambar 5.3 Fabrikasi pembesian

2. Penentuan As Kolom

Titik-titik as kolom diperoleh dari hasil pekerjaan tim survey yang berupa

pengukuran dan pematokan, yaitu marking berupa titik-titik atau garis yang

digunakan sebagai dasar penentuan letak kolom. Untuk kolom-kolom utama titik-

titik as-nya terletak pada as pile cap rencana.

V-6

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB V Metode Pelaksanaan Struktur

Untuk menjamin ketepatan, maka sebelum pekerjaan kolom perlu

dilakukan pengukuran ulang untuk memeriksa titik-titik as kolom tersebut. Cara

penentuan letak as-as kolom adalah dengan menggunakan theodolith. Untuk

kolom yang terletak pada lantai pertama, pengukuran dilakukan setelah pembesian

pile cap dan tie beam selesai, berdasarkan as-as bangunan rencana.

Posisi as kolom arah vertikal ditentukan berdasarkan as kolom pada lantai

sebelumnya. Posisi as harus sentris kedudukannya terhadap as kolom pada lantai

sebelumnya, untuk itu dilakukan pengecekan dengan menggunakan tali, unting-

unting, dan meteran.

Pengecakan tersebut dilakukan dalam dua arah sampai diperoleh posisi

kolom yang sebenarnya. Untuk kolom-kolom lain yang terletak pada lantai yang

sama/sejajar dapat ditentukann posisinya berdasarkan kolom acuan yang sudah

ditentukan sebelumnya.

3. Pembesian kolom

Pembesian kolom dilakukan sebelum pemasangan bekisting. Pembesian

kolom dilakukan secara terpisah, artinya antara besi dan tulangan pokok dengan

beugel/sengkang dilaksanakan ditempat lain. Besi tulangan pokok dipasang

terlebih dahulu dan setelah semua tulangan pokok untuk semua zona lantai telah

dikerjakan semua, kemudian dipasang tulangan sengkang. Tinggi tulangan yang

dipasang rata–rata mencapai ketinggian dua lantai dan dilebihkan satu meter

untuk overlap dengan tulangan kolom yang dilantai atasnya.

Dalam penulangan kolom perlu diperhatikan hal–hal antara besi yang

digunakan, jumlah besi pada kolom, jarak antar beugel, dan bending pada beugel.

V-7

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB V Metode Pelaksanaan Struktur

Gambar 5.4 Pembesian kolom

4. Pemasangan Bekisting Kolom

Bekisting yang digunakan fabrikasi dilapangan. Bekisting menggunakan

baja material baja. Pada prinsipnya pekerjaan pemasangan bekisting pada tiap–

tiap kolom adalah sama. Untuk menjaga posisi bekisting kolom tetap tegak maka

selama pengecoran, bekisting kolom diberi pengaku. Untuk mempermudah

pemasangan, maka diberi bantuan marking garis. Ketepatan vertikal dan

horizontal dalam pemasangan bekisting harus diperhatikan. Hal–hal yang harus

diperhatikan sebelum mengadakan pemasangan cetakan/bekisting adalah :

a) Mengolesi permukaan bekisting sebelah dalam dengan minyak agar dapat

memudahkan dalam pelepasan pengecoran.

b) Diberi beton decking untuk menjaga jarak antar sisi bekisting dengan baja

tulangan sehingga terbentuk ruang untuk selimut beton.

V-8

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB V Metode Pelaksanaan Struktur

Gambar 5.5 Bekisting kolom

5. Pengecoran Kolom

Setelah bekisting selasai dipasang, maka diadakan pengecekan posisi

kolom oleh surveyor dengan menggunakan theodolith. Hal ini untuk menjaga

kelurusan bangunan dan ketepatan pemasangan kolom.

Sebelum melakukan pengecoran, persiapan yang dilakukan antara lain:

a) Tenaga kerja dipersiapkan

b) Koordinasi dengan perusahaan beton dilakukan minimal sehari

sebelumnya, sehingga pada saat pengiriman beton ready mix tidak

terlambat untuk pengecoran kolom.

c) Jika pengecoran diperkirakan dilakukan sampai malam hari, penerangan

harus sudah siap sebelumnya

d) Permukaan sebelah dalam dari bekisting harus sudah dibersihkan dari

bahan–bahan yang dapat mengganggu proses pengecoran.

V-9

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB V Metode Pelaksanaan Struktur

e) Bekisting dari kayu yang dikhawatirkana danya pengisapan air oleh kayu,

kayu harus terlebih dahulu dibasahi dengan air hingga jenuh

f) Penempatan tulangan-tulangan seluruhnya harus sudah mendapat izin

Direksi dan telah cukup diberi beton decking sehingga pengecoran

pemadatan beton nantinya tidak akan menyebabkan tulangan-tulangan

bergeser atau terlalu dekat dengan permukaan luar beton.

Pengecoran sebaiknya dilakukan segera setelah selesai pengadukan dan

sebelum beton mulai mengeras. Penundaan pengecoran dalam hal ini masih

diizinkan dalam batas dimana beton masih dapat dikerjakan tanpa penambahan

air. Pengecoran dan pengerjaan beton harus diselesaikan dalam waktu 20 menit

sesudah keluar dari mesin pengaduk. Kecuali bila diberikan bahan-bahan

pembantu dengan maksud untuk melambatkan proses pengerasan beton. Cara

pengerjaan pengecoran dikerjakan sedemikian sehingga tidak terjadi pemisahan

bahan (segregesi).

Setelah penuangan beton yaitu pemadatan dengan menggunakan alat

mekanis yang disebut vibrator.Untuk menghilangkan udara yang terdapat antara

dinding dan spesi beton juga di dalam campuran beton itu sendiri dilakukan

pemadatan. Karena kalau tidak dilakukan maka udara akan membentuk ruang

kosong dalam beton. Ruang kosong itu sangat merugikan bagi kualitas beton,

selain kekuatannya berkurang hasil cor nya akan buruk dan berongga. Metode

pemadatan yang dilakukan adalah dengan tangan dan jarum penggetar.

6. Pembongkaran Bekisting Kolom

Pembongkaran bekisting kolom dilakukan 24 jam setelah pengecoran.

Kondisi paling ekstrim adalah 8 jam setelah pengecoran. Diasumsikan bahwa

V - 10

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB V Metode Pelaksanaan Struktur

beton telah mengeras dan semen telah mencapai waktu ikat awal. Pembongkaran

bekisting harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari pengawas proyek dan pada

saat proses pelepasan dilakukan dengan hati-hati untuk menghindarkan kolom

dari kerusakan. Bekisting yang telah dilepas tersebut dibersihkan bagian

permukaan dalamnya serta diolesi pelumas untuk kemudian dipasang pada kolom

berikutnya.

Gambar 5.6 Hasil bekisting kolom yang telah dicor

7. Perawatan Beton kolom

Untuk menjaga supaya permukaan beton tidak retak maka sewaktu beton

mengeras perlu perawatan. Fungsi utama dari perawatan ini adalah :

a) Menghindarkan kehilangan zat cair yang banyak ketika pengerasan beton

pada jam–jam awal.

b) Menghindarkan kebanyakan penguapan air dari beton pada pengerasan

beton pada suhu yang tinggi.

V - 11

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB V Metode Pelaksanaan Struktur

c) Menghindarkan perbedaan temperature dalam beton yang mengakibatkan

retakan pada beton.

Perawatan beton dilakukan setiap hari selama 2 minggu dengan cara

menggenangi permukaan beton dengan air sehingga penguapan berlebih dari

beton dapat dikurangi. Dengan demikian retak–retak beton yang timbul akibat

pengaruh cuaca dapat dihindari.

5.2.2 Pekerjaan Balok dan Plat Lantai

a. Pendahuluan

Balok adalah bagian dari struktur bangunan yang berfungsi untuk

menompang lantai diatasnya. Plat lantai merupakan komponen struktur yang

menyalurkan beban ke balok akibat beban yang bekerja di atasnya baik berupa

beban mati (dead load) maupun berupa beban hidup (live load). Plat ini terjepit

semua sisinya, sehingga plat mempunyai kelenturan dalam dua arah yang disebut

two way slab. Dalam perancangan plat ini perlu diperhitungkan lendutan yang

terjadi. Untuk mengurangi lendutan yang terjadi, maka bentang plat diperkecil

dengan memasang balok anak. Balok merupakan komponen struktur yang

berfungsi sebagai penerima beban-beban dari plat yang diteruskan ke kolom.

Dalam proyek ini, jenis balok terdiri atas balok induk dan balok anak. Balok

induk adalah penghubung antar kolom dan berfungsi untuk menerima beban yang

bekerja pada plat dan beban terpusat yang merupakan reaksi dari balok anak.

Semua beban dari balok induk tersebut diteruskan ke kolom. Balok anak berfungsi

untuk mengurangi lendutan yang terjadi pada plat.

V - 12

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB V Metode Pelaksanaan Struktur

b. Metode Pelaksanaan

Berikut ini akan diuraikan bagian pembagian dalam pelaksanaan

pembuatan balok :

1. Penentuan As Balok dan Plat Lantai

Penentuan as balok dan plat lantai mengikuti posisi kolom. Terutama

balok yang berhubungan langsung dengan kolom. Hal yang sangat diperhatikan

adalah posisi elevasi pelat lantai dan balok. Penentuannya adalan sebagai berikut:

a. Dari dasar kolom diukur setinggi 1 m dan diberi elevasi pada kolom

tersebut.

b. Kemudian dengan menggunakan waterpass, kolom yang lain juga diberi

elevasi yang sama.

c. Dari elevasi tersebut, digunakan sebagai patokan yaitu diukur sesuai tinggi

yang diinginkan sebagai elevasi dasar bekisting balok dan pelat.

2. Pembuatan serta pemasangan Bekisting Balok dan Plat

Cara pemasangan bekisting plat adalah dengan bahan multiplex tebal + 22

mm yang ditahan oleh balok kayu ukuran 5/7 cm di bawahnya, kemudian

didukung oleh scaffolding. Pemasangan bekisting plat dibuat bersamaan dengan

bekisting balok, sehingga menjadi satu kesatuan. Pemasangan bekisting harus

dibuat rapat, agar air semen tidak keluar pada saat pengecoran.

V - 13

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB V Metode Pelaksanaan Struktur

Gambar 5.7 Pekerjaan scaffolding

Pelaksanaan pekerjaan bekisting balok dan plat lantai, adalah sebagai berikut :

a. Scaffolding dipasang dengan posisi melintang dari balok. Ujung

scaffolding dipasang kayu dengan ukuran 8/12 untuk penyangga bekisting

balok dan plat.

b. Rangka dari bekisting plat dan balok dipakai kayu 5/7 yang dipasang

melintang terhadap balok 8/12 dan diikat dengan paku.

c. Sebagai penutup dari kayu tersebut maka digunakan multipleks yang telah

diolesi oli.

d. Untuk bekisting balok, sisi luarnya diberi penguat dari besi

e. Untuk bekisting pelat lantai, maka pada setiap sambungan multipleks

harus ditunjang oleh kayu 5/7 sehingga tidak bocor

V - 14

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB V Metode Pelaksanaan Struktur

Gambar 5.8 Pengerjaan bekisting balok dan plat lantai

3. Penulangan Balok dan plat lantai

Penulangan balok disesuaikan dangan gambar kerja dan dilakukan setelah

pemasangan bekisting selesai. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:

a. Panjang lewatan, yaitu panjang sambungan jika 2 besi disambung. Panjang

lewatan sebesar 40D.

b. Panjang penyaluran, yaitu panjang besi yang masuk kedalam balok pada

pertemuan di joint – joint. Panjang penyaluran sebesar ld.

c. Diperhatikan jumlah dan posisi besi serta jarak antar sengkang

d. Tebal selimut beton Penulangan Pelat Lantai.

Pada pembesian plat lantai maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai

berikut:

a. Untuk menjamin selimut beton cukup tebal, maka diberi beton decking.

V - 15

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB V Metode Pelaksanaan Struktur

Gambar 5.9 Penulangan plat

Gambar 5.10 Penulangan balok

Gambar 5.11 Beton decking

V - 16

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB V Metode Pelaksanaan Struktur

b. Untuk menjaga jarak antar tulangan atas dengan tulangan bawah tetap

maka perlu dipasang kaki ayam, diletakkan pada daerah tumpuan antara

tulangan atas (tarik) dan tulangan bawah (tekan)

Gambar 5.12 Pemasangan tulangan kaki ayam

Tahap-tahap penulangan pelat :

a. Pemasangan tulangan pelat dilakukan setelah penulangan balok serta

bekisting balok dan pelat selesai.

b. Penulangan harus sesuai dengan gambar perencanaan.

Gambar 5.13 Penulangan balok dan plat lantai

V - 17

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB V Metode Pelaksanaan Struktur

4. Pengecoran Balok dan Pelat Lantai

Pengecoran balok dan pelat lantai menggunakan metode yang sama

dengan pengecoran kolom. Sebelum diadakan pengecoran diadakan pemeriksaan

terlebih dahulu, yaitu:

a. Pemeriksaan bekisting. Termasuk didalamnya cek elevasi dengan

menggunakan waterpass dan kerapatan antar bekisting. Selain itu juga

diperhatikan kebersihan bekisting dari potongan benda dan serpihan-

serpihan lain yang nantinya disa mengganggu kualitas beton. Tebal

selimut beton juga harus dicek kembali. Apabila ada beton decking

yang pecah, maka diganti yang baru.

b. Pemeriksaan tulangan, termasuk didalamnya cek jumlah, jarak

penempatan, panjang lewatan, penyaluran dan kaitan.

Gambar 5.14 Pengecoran balok dan plat lantai

Dalam proses pengecoran, terdapat metode yang dinamakan metode stop

cor. yaitu pembatasan area pengecoran. Hal ini dikarenakan menghemat biaya

ataupun karena mengejar schedule. Selain itu disebabkan karena pengerjaan pelat

V - 18

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB V Metode Pelaksanaan Struktur

lantai dangan sistem pembagian zona. Yang perlu diperhatikan dalam metode stop

cor antara lain:

a. Batas yang efisien atau menguntungkan dalam pelaksanaan pemutusan

pengecoran lantai dan balok yaitu berada pada jarak 1/5 bentang dari

tumpuan atau 1 meter.

b. Untuk pelat lantai kamar mandi harus dilakukan sekali cor, untuk

menghindari retak dan bocor.

c. Tiap penyambungan dengan beton baru harus ditambah bahan adiktif

5. Pembongkaran Bekisting balok dan pelat

Pembongkaran bekisting balok dan pelat dilakukan setelah beton mencapai

80 % kekuatan maksimumnya. Pada proyek ini, pembongkaran bekisting

dilakukan pada waktu beton berumur ± 7 hari. Untuk pembongkaran bekisting

harus mendapat persetujuan dari pengawas.

Gambar 5.15 Hasil pembongkaran bekisting balok dan plat lantai

V - 19

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB V Metode Pelaksanaan Struktur

6. Perawatan Beton Balok dan Pelat

Perawatan beton dilakukan setiap hari selama 2 minggu dengan cara

menggenangi permukaan beton dengan air sehingga penguapan berlebih dari

beton dapat dikurangi. Dengan demikian retak–retak beton yang timbul akibat

pengaruh cuaca dapat dihindari sedangkan perawatan yang lain adalah:

a. Pada saat pembongkaran bekisting dilakukan secara hati-hati untuk

mencegah terjadinya pengelupasan atau cacat pada beton.

b. Apabila hasil pengecoran terjadi cacat, maka dilakukan penambalan

dengan campuran beton yang hampir sama dengan karakteristik

kekuatannya campuran beton baru menggunakan adiktif.

5.2.3 Pekerjaan Shear Wall dan Core Wall

a. Pendahuluan

Shear Wall dan Core Wall merupakan dinding yang dirancang untuk

menahan geser, gaya lateral akibat gempa bumi. Selain menahan gaya horizontal

seperti angin dan gempa, Shear Wall dan Core Wall menahan gaya normal ( gaya

vertikal ), struktur inipun berprilaku sebagai balok lentur cantilever oleh karena

itu struktur ini selain menahan gaya geser dapat juga menahan gaya lentur. Selain

menahan gaya horizontal seperti angin dan gempa, Shear Wall dan Core Wall

menahan gaya normal ( gaya vertikal ), struktur inipun berprilaku sebagai balok

lentur cantilever oleh karena itu struktur ini selain menahan gaya geser dapat juga

menahan gaya lentur.

Shear Wall dan Core Wall ini menahan dua tipe gaya yaitu gaya geser dan

gaya angkat. Hubungan pada struktur itu dapat memindahkan gaya–gaya

horizontal Shear Wall dan Core Wall. Pemindahan ini menimbulkan gaya–gaya

V - 20

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB V Metode Pelaksanaan Struktur

geser disepanjang tinggi dinding antara puncak dan bawah penghubung dinding.

Adanya gaya angkat pada struktur ini karena gaya arah horizontal terjadi pada

puncak dinding, gaya angkat ini mencoba mengangkat salah satu ujung dinding

dan meneekan pada ujung bagian lainnya.

Fungsi dari struktur Shear Wall dan Core Wall memberikan kekuatan

lateral yang dibutuhkan untuk menahan gaya–gaya horizontal seperti angin dan

gempa dan struktur ini juga memberikan kekakuan lateral untuk mencegah lantai

dan rangka atap dari gerakan pendukungnya.

Gambar 5.16 Perancangan tulangan shear wall dan core wall

V - 21

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB V Metode Pelaksanaan Struktur

b. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Shear wall dan Core wall

Pekerjaan pembangunan Shear wall dan Core Wall adalah metoda

pembangunan untuk perkerjaan Shear Wall dan Core Wall menggunakan metoda

yang tidak biasa atau unique. Metoda yang tak biasa atau unique yang digunakan

dalam pekerjaan pembangunan Shear Wall dan Core Wall, terdapat dalam tahapan

yang berbeda.

Tahapan pertama pada saat pembangunan shearwall, yaitu pada tahapan

pekerjaan pembangunannya yang menggunakan metoda bernama metoda

climbing. Metoda climbing ini adalah metoda yang dipakai hanya untuk struktur

jenis Shear Wall dan Core Wall, yang istimewa dari metoda ini adalah

pembangunan yang terus dilaksanakan tanpa harus menunggu pengecoran plat

lantai dan balok hingga berselisih dua hingga tiga lantai dibawah dinding Shear

Wall dan Core Wall itu sendiri. Keuntungan lain yang di dapat ketika memakai

metoda climbing ini adalah menghilangkan kepala kolom yang seharusnya ada

ketika pembangunan Shear Wall dan Core Wall.

Berikut ini adalah metoda kerja pekerjaan pembangunan Shear Wall dan

Core :

1) Dilakukan pengecoran tahap awal Shear Wall dan Core Wall .

2) Melakukan pemasangan table form untuk climbing bekisting Shear Wall

dan Core Wall.

V - 22

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB V Metode Pelaksanaan Struktur

Gambar 5.17 Pemasangan table form

3) Melakukan marking untuk posisi balok dan pelat lantai yang ada pada

wall tersebut.

Gambar 5.18 Pelaksanaan marking posisi elemen struktur

4) Perkerjaan pemasangan block out (Shear Wall dan Core Wall dengan

memakai sterofoam dan kawat ayam)

5) Pekerjaan pemasangan stek besi untuk pelat lantai sesuai marking yang

ada.

6) Melakukan checklist pembesian terpasang serta posisi dan ukuran

blockout pada Shear Wall dan Core Wall tersebut.

V - 23

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB V Metode Pelaksanaan Struktur

Gambar 5.19 Pekerjaan pemasangan block out

7) Melakukan pemasangan bekisting wall dengan sistem climbing.

Gambar 5.20 Pemasangan bekisting wall system climbing

V - 24

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB V Metode Pelaksanaan Struktur

8) Melakukan pengecoran beton.

Gambar 5.21 Pengecoran menggunakan bucket

9) Melakukan pembongkaran bekisting

Gambar 5.22 Pembongkaran bekisting shearwall

10) Curing untuk Shear Wall dan Core Wall

Dilakukan perawatan beton setelah pembongkaran bekisting pada Shear

Wall dan Core Wall dengan cara menyemprotkan zat kimia khusus untuk

perawatan beton. Perawatan beton ini dalam dunia proyek dikenal dengan istilah

curing beton kemudian untuk zat kimia yang digunakan adalah curing compound

(Antisol®-E(WP))

V - 25

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB V Metode Pelaksanaan Struktur

Tahap yang kedua terdapat pada pekerjaan pemasangan bekisting untuk

Shear Wall dan Core Wall. Bekisting yang digunakan dalam pemasangan Shear

Wall dan Core Wall menggunakan metoda Bekisting Sistim. Bekisting Sistim ini

sering disebut juga metoda investasi karena Bekisting Sistim ini pada awal

pembuatannya memakan biaya yang lumayan cukup besar. Bahan dasar dalam

pembuatan Bekisting Sistim adalah besi holow dan besi baja, bahan dasar inilah

yang memakan biaya yang lumayan besar kemudian juga dalam hal

pengerjaan Bekisting Sistim yang menggunakan metode las untuk perancangan

bekisting yang diperuntukan Shear Wall dan Core Wall.

Gambar 5.23 Pembongkaran bekisting shearwall

Keuntungan dalam menggunakan metode bekisting sistim ini adalah dapat

terpakai hingga beberapa kali pekerjaan proyek atau sama dengan 8 tahun.

Berbeda dengan bekisting yang biasa digunakan yaitu bekisting kayu atau papan

yang hanya dapat digunakan sekali saja artinya ketika proyek telah selesai

bekisting kayu atau papan terbuang dengan percuma. Nama lain dari bekisting

sistim itu sendiri yaitu metoda investasi, mengeluarkan biaya besar untuk awal

pembuatan untuk 8 tahun kedepan.


V - 26

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB V Metode Pelaksanaan Struktur

5.3 Hal-hal yang harus diperhatikan untuk menjaga mutu beton

a. Dalam Pengecoran/penuangan

Untuk menghindari terjadinya segregasi dan bleeding ada beberapa hal

yang perlu diperhatikan dalam penuangan beton :

1) Campuran yang akan dituangkan harus ditempatkan sedekat

mungkin dengan cetakan akhir untuk mencegah segregasi.

2) Pembetonan harus dilaksanakan dengan kecepatan penuangan yang

diatur sedemikian rupa sehingga campuran beton selalu dalam

keadaan plastis dan dapat mengalir dengan mudah kedalam rongga

daintara tulangan.

3) Campuran beton yang telah mengeras atau yang telah terkotori oleh

material asing tidak boleh dituang kedalam struktur.

4) Campuran beton yang telah mengeras atau yang telah mengalami

penambahan air tidak boleh dituangkan, kecuali telah disetujui oleh

pengawas ahli.

5) Setelah penuangan campuran beton dimulai, pelaksanaan harus

dilakukan tanpa henti hingga diselesaikan penuangan suatu panel

atau penampang.

6) Beton yang dituangkan harus dipadatkan dengan alat yang tepat

secara sempurna dan harus diusahakan secara maksimal agar dapat

mengisi semua rongga. Pemadatan dimaksudkan untuk

menghilangkan untuk menghilangkan rongga-rongga udara yang

terdapat dalam beton.

V - 27

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB V Metode Pelaksanaan Struktur

7) Tinggi jatuh tidak boleh lebih dari 1,5 meter. Jika terjadi jarak yang

lebih besar maka perlu ditambahkan alat bantu seperti tremi atau

pipa.

8) Tidak dilakukan penuangan selam terjadi hujan agar kedap air tetap

terjaga, kecuali jika pengecoran dilakukan dibawah atap.

9) Setiap kali penuangan tebal lapisan maksimum 30 - 45 cm, agar

pemadatannya dapat dilaksanakan dengan mudah.

10) Penuangan hanya berhenti dititk momen sama dengan nol.

b. Segregation (pemisahan kerikil)

Kecendrungan butir –butir kasar untuk lepas dari campuran beton

dinamakan segregasi. Hal ini menyebabkan sarang kerikil yang pada akhirnya

akan menyebabkan keropos pada beton. Segregasi ini disebabkan oleh beberapa

hal. Pertama, campuran kurus atau kurang semen. Kedua, terlalu banyak air.

Ketiga, besar ukuran agregat maksimum lebih dari 40 mm. Keempat, permukaan

butir agregat kasar; semakin kasar permukaan butir agregat, semakin mudah

terjadi segregasi.

Kecendrungan terjadinya segregasi ini dapat dicegah jika; (1) tinggi jatuh

diperpendek, (2) penggunaan air sesuai dengan syarat, (3) cukup ruangan antara

batang tulangan dengan acuan (4) ukuran agregat sesuai dengan baik (5)

pemadatan baik.

c. Bleeding

Kecendrungan air untuk naik kepermukaan pada beton yang baru

dipadatkan dinamakan bleeding. Air yang naik ini membawa semen dan butir-

V - 28

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB V Metode Pelaksanaan Struktur

butir halus pasir, yang ada pada saat beton mengeras nan tinya akan membentuk

selaput (laitance). Bleeding ini dipengaruhi oleh :

1) Susunan butir agregat

Jika komposisinya sesuai, kemungkinan untuk terjadinya bleeding

kecil

2) Banyaknya air

Semakin banyak air berarti semakin besar pula kemungkinan terjadi

bleeding

3) Kecepatan hidrasi

Semakin cepat beton mengeras, semakin kecil kemungkinan

terjadinya bleeding

4) Proses pemadatan

Pemadatan yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya bleeding.

Bleeding ini dapat dikurangi dengan cara; (1). Memberi banyak semen, (2)

menggu akan air sedikit mungkin, (3) menggunakan butir halus yang lebih banyak

d. Faktor air semen (FAS)

Secara umum diketahui bahwa semakin tinggi nilai FAS, semakin rendah

mutu kekuatan beton. Namun demikian, nilai FAS yang semakin rendah tidak

selalu berarti bahwa kekuatan beton semakin tinggi. Ada batas-batas dalam hal

ini. Nilai FAS yang rendah akan menyebabkan kesulitan pengerjaan, yaitu

kesulitan dalam pelaksanaan pemadatan yang akhirnya akan menyebabkan mutu

beton menurun. Umumnya nilai FAS minimum diberikan sekitar 0,4 dan

maksimum 0,65

V - 29

http://digilib.mercubuana.ac.id/z

Anda mungkin juga menyukai