Anda di halaman 1dari 8

Nama : Farah Zul Faykal

Kelas : 1 TKBG 2

1. Pada pembuatan campuran uji coba di laboratorium, pengujian apa yang


mutlak perlu dilakukan untuk beton segar dan beton keras (masing-masing 2).
Jelaskan alasannya.
Jawab :
 Pengujian beton segar

A. Konsistensi
Konsistensi beton diupayakan dengan nilai slump, semakin tinggi nilai slump,
semakin tinggi konsistensi betonnya. Untuk mutu beton yang sama, beton
dengan konsistensi tinggi memerlukan jumlah semen/m3 lebih banyak untuk
menjaga w/c atau lebih dikenal dengan f.a.s (dalam hal ini langsung
menyangkut kuat tekan) tetap. Masih banyak metode lain untuk penentuan
konsistensi beton selain dengan alat kerucut Abram’s diantaranya: k slump
tester, compaction factor, V-B time, flow table test, dll. Tetapi di Indonesia yang
umum digunakan adalah alat hammer Abram’s.
A. Kadar udara
Kadar udara dalam beton diperlukan untuk pekerjaan-pekerjaan khusus
misalnya pengecoran menggunakan concrete pump. Udara yang ada di dalam
beton akan berfungsi sebagai pelumas saat material beton melalui pipa saat
pengecoran. Kadar udara normal dalam beton berkisar antara ½-3%
sementara untuk keperluan di atas, kadar udara bisa dinaikkan menjadi s/d 4–
5%, dengan menambahkan bahan tambah tertentu. Cara mengukur kadar
udara di laboratorium, meliputi 3 metode yaitu :

• Metode gravitasi
• Metode volumetric
• Metode tekanan
Metode tekanan banyak digunakan mengingat kemudahan prosedur dan keakuratan
hasil.

Sumber : http://projectmedias.blogspot.co.id/2013/07/macam-macam-uji-beton-
segar.html
 Pengujian Beton Keras

1. Cara merusak (destructive test)


Cara ini dilakukan untuk mengetahui secara langsung kapasitas sebenarnya
(kapasitas runtuh dari beton). Destructive test dilakukan biasanya pada benda
uji yangdibuat saat beton masih plastis berbentuk kubus bersisi 15 cm atau
silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm., atau pada benda uji hasil core
drill. Benda uji tersebut diletakkan di bawah mesin tekan dan ditekan dengan
kecepatan 2-3 kg/cm2/detik sampai hancur.Nilai tegangan hancurnya itulah
yang digunakan sebagai nilai runtuh dari beton, pada umur saat pengetesan
dilakukan. Nilai runtuh di atas disebut kuat tekan beton, dipakai sebagai nilai
acuan perencanaan struktur beton dimana nilai karakter beton yang lain, dapat
dikorelasikan terhadap nilai kuat tekan betonnya.
2. Cara tidak merusak (non destructive test)
atau apabila Non destructive test baru dilakukan pada struktur beton
apabila nilai kuat tekan beton yang didapat melalui cara destructive test tidak
memenuhi syarat data nilai kuat tekan sebelumnya tidak ada. Non destructive
test dilakukan dengan harapan akan didapat prediksi kuat tekan betonnya
untuk menghitung kekuatan strukturnya tanpa merusak strukturnya. Metode
yang biasa dilakukan adalah dengan:
 Rebound hammer test
Rebound hammer test dapat dilakukan pada hampir semua jenis konstruksi
dan hampir berbagai posisi pengujian. Rebound hammer test mengandalkan
daya pegas saat ditembakkan pada permukaan beton untuk memprediksi kuat
tekan betonnya. Keakuratan nilai pembacaan sangat tergantung kepada
kondisi permukaan beton yang akan ditest dan kondisi kekuatan pegas. Untuk
itu disyaratkan permukaan beton yang akan ditest harus dihaluskan dulu
dengan gerinda. Sementara kekuatan pegas harus selalu dikontrol dengan
melakukan kalibrasi secara berkala.
 Uji Beban Langsung
Uji beban langsung biasanya dilakukan bila baik test tekan maupun hammer
test tidak
memenuhi syarat. Prosedur pengujian biasanya menerapkan beban rencana
pada konstruksi bersangkutan, kemudian diukur perilaku struktur yang terjadi
saat menahan beban. Perilaku dimaksud adalah besarnya lendutan, adanya
keretakan, dll. Hasil pengamatan dievaluasi untuk kemudian diambil
penanganan selanjutnya.
 Pulse velocity crack recorder
Pulse velocity crack recorder, termasuk alat jenis baru dan modern. Alat ini
menggunakan ultrasonic sebagai media pengukur. Ultrasonic dipancarkan dari
satu sisi dan diterima di sisi lain. Dengan berbagai variasi lokasi dan
pendekatan bisa didapatkan korelasi antara kecepatan ultrasonic tersebut
melalui media beton, dengan karakter beton yang dilewatinya.

Sumber :
http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/departemen-bangunan-
30/875-quality-control-beton

2. Sebelum pengecoran dimulai, hal-hal apa yang harus diperhatikan agar sesuai
dengan rencana (5).
Jawab :

a) Desain struktur harus benar dulu, meliputi dimensi beton dan bahan yang
digunakan. karena jika perhitungan strukturnya sudah salah walaupun
dikerjakan sebaik apapun juga akan roboh.
b) Menggunakan material beton sesuai dengan hasil perhitungan batas minimal
kuat. misalnya jika sebuah struktur beton bertulang akan kuat jika menggunakan
beton K350 jika dalam pengecoran menggunakan K250 maka besar
kemungkinan akan terjadi kegagalan struktur.
c) Bekisting dipersiapkan dengan benar, posisi dan jumlah perancah dihitung
sekuat dan semurah mungkin sehingga tidak terjadi kerobohan akibat
penyangga tidak kuat, namun tidak terjadi pemborosan karena penggunaan
perancah terlalu banyak diatas kebutuhan.
d) Papan bekisting atau triplek harus dalam kondisi bersih sebelum digunakan,
bekisting bekas seringkali masih tersisa beton lama yang menempel, hal ini jika
langsung digunakan sebagai cetakan maka bisa menyebabkan beton keropos.
e) Pembongkaran bekisting tidak boleh terlalu cepat sebelum beton mampu
menahan beban sendiri.
f) Pembersihan beton tercecer harus dilakukan langsung saat proses pengecoran
berlangsung karena membersihkan dilain waktu berarti beton tercecer sudah
mengeras dan akan lebih sulit serta membutuhkan biaya besar.
g) Jika menggunakan beton Ready Mix maka perlu berkoordinasi dengan
perusahaan penyedia beton cor tersebut untuk memastikan bahwa material
beton dikirim pada tanggal dan jam yang telah dijadwalkan, kemunduran
kedatangan material beberapa jam atau bahkan hari berarti tukang cor
nganggur.
h) Selalu cek ketegakan dan kedataran beton dengan alat ukur seperti water pass
atau teodolit.
i) Untuk pengecoran beton yang menyambung dengan beton lama maka harus
menggunakan lem beton dan melakukan ketrik beton lama agar menyatu
dengan yang baru.

j) Melakukan penyiraman pasca cor beton agar tidak terjadi pengerasan yang
terlalu cepat karena hal ini dapat menyebabkan keretakan.

Sumber :http://e-jaskon.bogorkab.go.id/bidang-jasa-konstruksi/pengecoran-
beton

3. Untuk pengecoran di lapangan, apa yang harus diperhatikan pada pengecoran


balok, kolom dan plat (masing-masing 2).
Jawab :

 PENGECORAN KOLOM DAN SHEAR WALL


Pengecoran yang dilaksanakan haruslah memperhatikan :
a. Panjang selang tremi yang dipakai diatur sesuai tinggi kolom, jatuhnya
beton dari ujung selang tremi tidak boleh lebih dari 1,5 m, untuk
menghindari segregasi.
b. Penggunaan vibrator sangat menentukan kualitas beton kolom, untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik dapat juga ditambah dengan
pemukulan bekisting dengan palu karet.
c. Selama proses pengecoran kelurusan dan lot bekisting harus
diperhatikan/diperiksa.

 PENGECORAN PELAT DAN BALOK

Pengecoran yang dilaksanakan haruslah memperhatikan:


a. Pembersihan bekas-bekas kotoran dengan air atau compresor - Kontrol
elevasi begesting.
b. Check semua begesting apakah ada yang lubang- Beugel-beugel yang
lepas dipasang kembali.
c. Sparing Instalasi air bersih, kotor dan sebagainya dikontrol kembali,
apakah telahterpasang semua.
d. Siapkan peralatan cor seperti garuk, sepatu cor, thriller & deklit- Besi
kolom harus dibuat as dulu dengan cara ditarik dengan trextang.
e. Beugel kolom dipasang sepanjanmg 1/2 tinggi kolom.
f. Pada daerah KM/WC tepi luarnya diberi tanggulan setinggi 10 cm untuk
pasangan bata. Demikian pula untuk dinding luar diberi tanggulan
setinggi 10 cm.
Sumber :
http://metodebangunan.blogspot.co.id/2016/07/metodepelaksanaan
pengecoran-balok-dan.html

4. Jika struktur beton yang sudah terpasang tidak sesuai dengan rencana,
jelaskan langkah-langkah apa yang harus ditempuh ( 2 ).
Jawab :
a. Alternatif – 1: Realokasi dan Pembatasan Beban
Maksudnya di sini adalah kita analisa ulang gedung tsb dengan asumsi beban-
beban yang dibatasi dan direalokasi. Membatasi beban misalnya dengan
memberikan rambu-rambu peringatan beban maksimum yang dipasang di daerah
tsb, atau merealokasi beban ruangan, misalnya yang seharusnya area tsb
merupakan ruang berkumpul bersama diubah menjadi ruang private (beban
hidupnya lebih kecil). Jadi pada intinya adalah mengurangi beban maksimum
pada area yang kekuatan betonnya rendah. Namun, kalau di sini kita sebagai
kontraktor, kita perlu persetujuan dari pemilik proyeknya untuk melakukan
realokasi ini.

b. Alternatif – 2: Perkuatan Struktur

Struktur dianalisa ulang dengan memberikan perkuatan seperti, misalnya dengan


memperbesar kolom, menambah kolom, memasang produk perkuatan struktur,
dll. Tentunya penambahan struktur perkuatan ini akan memberikan dampak pada
tata ruang dan fungsi ruang pada daerah yang diperkuat tsb. Misalnya, kolom
yang diperbesar akan mengurangi luas area di daerah tsb, atau penambahan
kolom akan memberikan “gangguan” pada ruangan, dsb. Pekerjaan ini
membutuhkan tambahan biaya dan waktu yang lumayan, namun tidak sebesar
alternatif-3.

c. Alternatif – 3: Pembongkaran dan Pengerjaan Ulang

Ini alternatif yang paling tidak disukai, baik oleh kontraktor maupun oleh pemilik
proyek sendiri. Biasanya alternatif ini diambil jika alternatif-1 dan 2 tidak dapat
dilaksanakan. Struktur yang betonnya tidak memenuhi syarat harus dibongkar
dan dibuat ulang. Selain merugikan kontraktor karena ada penambahan biaya,
hal ini juga merugikan pemilik proyek karena penyelesaian proyeknya akan
mundur dari jadwal rencana, artinya gedung yang dibangun tidak dapat segera
digunakan sebagaimana yang telah direncanakan.

Sumber : https://aguzher.wordpress.com/2016/03/21/evaluasi-beton-terpasang-
pada-struktur/
5. Hal apa yang paling penting diperhatikan pada proses pengerjaan beton agar
beton mempunyai keawetan maksimum ( 3 )
Jawab :

1. PROSES DESAIN
a. Philosofi Desain
Dalam mendesain ada dua philosofi yang dikenal antara lain:
• Metode beban kerja (Working stress method) yang fokus pada kondisi
beban layan.
• Metoda kuat ultimit (Strength design method) yang fokus pada pembebanan
yang lebih besar daripada beban layan; dimana keruntuhan mungkin terjadi.

Strength design method dianggap lebih realistik secara konseptual untuk memberi
level keamanan yang lebih pasti. Dalam metoda kuat ultimit, besarnya beban
layan dinaikkan dengan menggunakan suatu faktor untuk mendapatkan beban
dimana keruntuhan mungkin “terjadi”. Beban ini disebut beban terfaktor atau
faktor ultimit.
Kuat rencana ≥ kuat yang dibutuhkan untuk memikul beban terfaktor.
Kuat rencana diperoleh dari perhitungan sesuai dengan persyaratan yang
dicantumkan pada peraturan bangunan yang berlaku (SNI/ACI) dan kuat perlu
diperoleh dari analisis struktur dengan menggunakan beban terfaktor/ultimit. “Kuat
rencana” sering disebut juga dengan “kuat ultimit (batas)”.

Struktur dan komponen struktur harus selalu dirancang untuk dapat menahan
kondisi beban berlebih.
Ada tiga alasan utama kenapa hal tersebut harus ditinjau:
• Ketidakseragaman kekuatan/tahanan struktur
• Kondisi pembebanan yang bervariasi
• Resiko kegagalan

Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan tingkat


keamanan yang dapat diterima • Potensi timbulnya korban jiwa.
• Biaya untuk membersihkan puing – puing dan penggantian struktur beserta
isinya.
• Biaya yang harus dibayarkan pada masyarakat.
• Tipe keruntuhan, adanya tanda2 akan terjadinya keruntuhan, adanya
alternatif lintasan beban (load path)

b. Pembebanan
 Beban Mati
 Beban beban lingkungan
 Beban atap
 Beban beban saat konstruksi

2. MATERIAL KONTRUKSI
a. Umum
Beton adalah suatu matrik bahan yang terbentuk dari “bahan pengisi” yang diikat
oleh pasta semem yang mengeras. Bahan pengisi disini biasanya gabungan
antara agregat halus dan agregat kasar atau bisa ditambah dengan menggunakan
bahan tambah admixture. Pasta semen sebagai bahan pengikat, terbentuk dari
semen yang bereaksi dengan air yang akibat proses hidrasi kemudian mengeras.
Beton digunakan secara struktural pada bangunan-bangunan pondasi, kolom,
balok dan plat, kemudian pada konstruksi cangkang (shell), jalan, menara, dam,
pelabuhan bangunan lepas pantai dan sebagainya.
Beton merupakan struktur yang mendukung berdirinya suatu konstruksi. Beton
terdiri dari campuran semen, agregat, air dan bahan tambahan (admixture) yang
berfungsi untuk merubah sifat- sifat tertentu dari beton tersebut jika diperlukan.
Bahan – bahan inilah sebagai bahan penyusun beton.
Beton dapat diklasifikasikan berdasarkan berat jenis dan kelasnya. Berdasarkan
berat jenisnya beton dibedakan menjadi :
1. Beton ringan.
2. Beton sedang.
3. Beton berat.

b. Komposisi

Material pembentuk beton adalah :


 Bahan pengisi yaitu
Agregat halus : pasir alami, pasir pemecahan.
Agregat kasar : koral, batu pecah.
 Bahan pengikat yaitu : pasta semen yang terbentuk dari semen dan air.
Disamping bahan pengisi/ material pokok tersebut, bisa juga ditambahkan bahan
lain, yang tujuannya mengubah sifat dari beton, misalnya : Bahan Retarder untuk
memperlambat waktu pengikatan beton (setting time).
3. PELAKSANAAN KONTRUKSI
Faktor-faktor penting yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan beton
adalah:
 Faktor air semen, yaitu perbandingan berat air adukan dengan berat semen di
dalam campuran beton, harus tetap sesuai dengan yangdirencanakan. Tidak
boleh ada tambahan air adukan atau pengurangan air adukan selama
pembetonan.
 Pembetonanan harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga campuran
seragam (uniform), baik sewaktu pengadukan maupun penuangan sampai
penyelesaian akhir.
 Beton harus mudah dikerjakan, meliputi mudah diisi ke cetakan dengan baik,
mudah dituang dan mudah dipadatkan (tidak terjadi segregasi ataupun
bleeding).
 Perawatan (curing) yang baik pasca-pembetonan.Pemasangan bantalan
papan Pelaksanaan faktor-faktor di atas ditentukan oleh:
 Pekerjaan bekisting (form work), o Pekerjaan penulangan, o Pekerjaan
pembetonan, o Perawatan (curing)
Sumber : http://rizaldyberbagidata.blogspot.co.id/2012/06/memperoleh-suatu-
suatu-hasil-beton-yang.html

6. Akan dibangun pusat perbelanjaan di kota Jogja. Mutu beton rata-rata 40


MPa.Untuk merancang campuran beton data yang ada sebagai
berikut:Agregat kasar batu pecah; BJ ssd 2,61; besar butir maksimum 10
mm;penyerapan air 1,1%; kandungan air 0,9%. Agregat halus berasal dari
letusan gunung Merapi; BJ ssd 2,58; penyerapan air 2,1%; kandungan air
2,1%; masuk Zone III BS; jumlahnya 38% = 674 kg. Faktor air semen 0,48
dengan air yang sudah dikoreksi terhadap suhu 190 kg. Hitung kebutuhan
bahan pelaksanaan untuk 1 m 3 beton.

Anda mungkin juga menyukai