1. Tujuan
1. Menentukan kesesuaian dari agregat tersebut untuk digunakan pada beton. Tes
tersebut meliputi: abrasi, soundness, berat jenis, analisa kimia mineral.
2. Menjamin keseragaman mutu agregat selama proses pekerjaan pembetonan, tes
tersebut meliputi: gradasi, kepipihan dan kepanjangan, kadar lumpur
2. Pengujian agregat
2. 1. Sampling agregat
Dilaksanakan untuk mengambil sample agregat dari suatu deposit material untuk
dilakukan pengujian lanjutan. Sampel agregat harus dapat mencerminkan/mewakili
kondisi deposit agregat secara keseluruhan. Metode yang biasa digunakan ada 2
yaitu metode quartering dan alat spliter sampel.
Seperti kadar organik, kadar lumpur juga berpengaruh terhadap kuat tekan
beton. Kadar lumpur mempengaruhi lekatan antara mortar semen dengan
agregat. Kadarlumpur adalah bahan yang lolos saringan diameter 0,075 mm. Di
laboratorium diuji dengan cara mencuci agregat yang diuji kemudian
membandingkan berat awal terhadap berat setelah dicuci.
2. 4. Gradasi
` Gradasi (susunan butiran) agregat berpengaruh terhadap proporsi campuran
betondan workability. Di laboratorium gradasi diuji dengan cara melewatkan
agregat uji melalui susunan ayakan dari diameter terbesar s/d diameter terkecil.
Masing-masing proporsi persentase agregat tertahan, menunjukkan susunan
butiran agregat tertentu. Hasil dari tes gradasi memungkinkan kita menentukan:
Apakah material tersebut memenuhi spec gradasi
Pencampuran beberapa jenis material
Variasi gradasi yang terjadi selama proses pembe
Diluar pengujian-pengujian di atas tentu saja untuk menghasilkan mutu beton yang
baik, masih terdapat sejumlah pengujian tambahan dengan tujuan-tujuan tertentu
yaitu misalnya: abrasi, soundness, flakiness dan elongation, kandungan mineral,
dll.
3.1. Konsistensi
pengecoran menggunakan concrete pump. Udara yang ada di dalam beton akan
berfungsi sebagai pelumas saat material beton melalui pipa saat pengecoran.
Kadar udara normal dalam beton berkisar antara -3% sementara untuk
keperluan di atas, kadar udara bisa dinaikkan menjadi s/d 45%, dengan
menambahkan bahan tambah tertentu. Cara mengukur kadar udara di
laboratorium, meliputi 3 metode yaitu :
metode gravitasi
metode volumetric
metode tekanan
apabila Non destructive test baru dilakukan pada struktur beton apabila nilai
kuat tekan beton yang didapat melalui cara destructive test tidak memenuhi
syarat data nilai kuat tekan sebelumnya tidak ada. Non destructive test dilakukan
dengan harapan akan didapat prediksi kuat tekan betonnya untuk menghitung
kekuatan strukturnya tanpa merusak strukturnya. Metode yang biasa dilakukan
adalah dengan:
Uji beban langsung biasanya dilakukan bila baik test tekan maupun hammer
test tidak memenuhi syarat. Prosedur pengujian biasanya menerapkan beban
rencana pada konstruksi bersangkutan, kemudian diukur perilaku struktur yang
terjadi saat menahan beban. Perilaku dimaksud adalah besarnya lendutan,
adanya keretakan, dll. Hasil pengamatan dievaluasi untuk kemudian diambil
penanganan selanjutnya.
Variasi yang berlebihan dari kuat tekan beton menunjukkan kurangnya tingkat
kontrol
Benda uji yang disyaratkan menurut PB89 adalah benda uji silinder dengan
ukuran 15 x 30 cm, sedangkan pemakaian benda uji kubus ukuran 15x15x15 cm
masih diperkenankan, dengan korelasi tegangan yang dihasilkan adalah :
fc = { 0,76 + 0,2 log (fck/150)} fck
Dimana :
fc = kuat tekan beton yang disyaratkan, Mpa
fck = kuat tekan beton, Mpa, didapat dari benda uji kubus dengan sisi 15 cm
Misalnya :
Untuk benda uji kubus dengan mutu 500 kg/cm2, akan sama dengan mutu 432
kg/cm2 (benda uji silinder).
Xo = X ks
s = deviasi standard
S= ( x x )2
1
(N1)
Tingkat kekuatan dari suatu mutu beton dikatakan dicapai dengan memuaskan bila
kedua persyaratan berikut dipenuhi :
dibawah 0,85fc