Anda di halaman 1dari 10

QUALITY CONTROL BETON

1. Tujuan

Untuk menjamin tercapainya kualitas pekerjaan beton yang memenuhi


syarat, maka quality control melalui pengujian-pengujian harus dijadikan bagian
yang tak terpisahkan dari proses/tahapan pekerjaan pembetonan. Pada
umumnya, spesifikasi untuk beton dan material penyusunnya, menentukan detail
syarat minimal yang dapat diterima. Persyaratan tersebut menyangkut :

Karakteristik campuran beton seperti diameter maksimum agregat dan


minimum cement content
Karakteristik dari semen, air, agregat dan bahan tambah
Karakteristik dari beton segar dan beton dalam proses pengerasan seperti
temperatur, slump, kadar udara atau kuat tekan.

Semen, diuji kelulusannya terhadap standar yang berlaku serta untuk


menghindarkan terjadinya karakter abnormal seperti kekakuan segera,
perlambatan pengikatan, atau kuat tekan yang lemah pada beton.

Agregat diuji dengan 2 tujuan utama yaitu :

1. Menentukan kesesuaian dari agregat tersebut untuk digunakan pada beton. Tes
tersebut meliputi: abrasi, soundness, berat jenis, analisa kimia mineral.
2. Menjamin keseragaman mutu agregat selama proses pekerjaan pembetonan, tes
tersebut meliputi: gradasi, kepipihan dan kepanjangan, kadar lumpur

Beton diuji dengan 2 tujuan utama:

1. Diuji untuk mengevaluasi performance dari material penyusun beton. Tes


tersebut meliputi: slump, kadar udara dan berat jenis.
2. Diuji untuk mengevaluasi performance pelaksanaan pekerjaan di lapangan
seperti slump dan kuat tekan serta deviasi standar.

2. Pengujian agregat

2. 1. Sampling agregat

Dilaksanakan untuk mengambil sample agregat dari suatu deposit material untuk
dilakukan pengujian lanjutan. Sampel agregat harus dapat mencerminkan/mewakili
kondisi deposit agregat secara keseluruhan. Metode yang biasa digunakan ada 2
yaitu metode quartering dan alat spliter sampel.

2. 2. Tes kadar organik


Kadar organik diuji pada agregat halus untuk menentukan jumlah bahan
organik yang terkandung dalam agregat halus tersebut. Bahan organik
berpengaruh terhadap kuat tekan dan durability dari beton yang dihasilkan. Di
laboratorium, kadar organik diuji dengan membandingkan warna larutan sodium
hydroxide dan pasir uji dengan warna standar.
2. 3. Kadar Lumpur

Seperti kadar organik, kadar lumpur juga berpengaruh terhadap kuat tekan
beton. Kadar lumpur mempengaruhi lekatan antara mortar semen dengan
agregat. Kadarlumpur adalah bahan yang lolos saringan diameter 0,075 mm. Di
laboratorium diuji dengan cara mencuci agregat yang diuji kemudian
membandingkan berat awal terhadap berat setelah dicuci.

2. 4. Gradasi
` Gradasi (susunan butiran) agregat berpengaruh terhadap proporsi campuran
betondan workability. Di laboratorium gradasi diuji dengan cara melewatkan
agregat uji melalui susunan ayakan dari diameter terbesar s/d diameter terkecil.
Masing-masing proporsi persentase agregat tertahan, menunjukkan susunan
butiran agregat tertentu. Hasil dari tes gradasi memungkinkan kita menentukan:
Apakah material tersebut memenuhi spec gradasi
Pencampuran beberapa jenis material
Variasi gradasi yang terjadi selama proses pembe

2. 5. Kadar air agregat

Kadar air agregat di lapangan harus dapat diperkirakan sehingga dapat


dilakukan penyesuaian jumlah air per m3 campuran, mendekati rencana..
Pengujian kadar air agregat yang akurat memakan waktu lama yaitu 12 jam.
Sebab harus melalui proses pengeringan dengan oven di laboratorium. Pada
batching plant modern, kadar air agregat sudah bisa dideteksi dengan memasang
detector kelembaban pada material yang hasilnya dapat dibaca langsung di
monitor.

Diluar pengujian-pengujian di atas tentu saja untuk menghasilkan mutu beton yang
baik, masih terdapat sejumlah pengujian tambahan dengan tujuan-tujuan tertentu
yaitu misalnya: abrasi, soundness, flakiness dan elongation, kandungan mineral,
dll.

3. Pengujian beton segar

Pengujian beton segar mencakup 2 jenis pengujian pokok yaitu: konsistensi


dan kadar udara.

3.1. Konsistensi

Konsistensi beton diupayakan dengan nilai slump, semakin tinggi nilai


slump, semakin tinggi konsistensi betonnya. Untuk mutu beton yang sama,
beton dengan konsistensi tinggi memerlukan jumlah semen/m3 lebih banyak
untuk menjaga w/c atau lebih dikenal dengan f.a.s (dalam hal ini langsung
menyangkut kuat tekan) tetap. Masih banyak metode lain untuk penentuan
konsistensi beton selain dengan alat kerucut Abrams diantaranya: k slump
tester, compaction factor, V-B time, flow table test, dll. Tetapi di Indonesia yang
umum digunakan adalah alat hammer Abrams.

3.2. Kadar udara


Kadar udara dalam beton diperlukan untuk pekerjaan-pekerjaan khusus misalnya

pengecoran menggunakan concrete pump. Udara yang ada di dalam beton akan
berfungsi sebagai pelumas saat material beton melalui pipa saat pengecoran.
Kadar udara normal dalam beton berkisar antara -3% sementara untuk
keperluan di atas, kadar udara bisa dinaikkan menjadi s/d 45%, dengan
menambahkan bahan tambah tertentu. Cara mengukur kadar udara di
laboratorium, meliputi 3 metode yaitu :

metode gravitasi
metode volumetric
metode tekanan

Metode tekanan banyak digunakan mengingat kemudahan prosedur dan keakuratan


hasil.
4. Pengujian beton keras

4.1. Cara merusak (destructive test)

Cara ini biasanya dilakukan untuk mengetahui secara langsung kapasitas


sebenarnya (kapasitas runtuh dari beton). Destructive test dilakukan biasanya
pada benda uji yangdibuat saat beton masih plastis berbentuk kubus bersisi 15
cm atau silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm., atau pada benda uji hasil
core drill. Benda uji tersebut diletakkan di bawah mesin tekan dan ditekan
dengan kecepatan 2-3 kg/cm2/detik sampai hancur. Nilai tegangan hancurnya
itulah yang digunakan sebagai nilai runtuh dari beton, pada umur saat
pengetesan dilakukan. Nilai runtuh di atas disebut kuat tekan beton, dipakai
sebagai nilai acuan perencanaan struktur beton dimana nilai karakter beton yang
lain, dapat dikorelasikan terhadap nilai kuat tekan betonnya.
4.2. Cara tidak merusak (non destructive test)

apabila Non destructive test baru dilakukan pada struktur beton apabila nilai
kuat tekan beton yang didapat melalui cara destructive test tidak memenuhi
syarat data nilai kuat tekan sebelumnya tidak ada. Non destructive test dilakukan
dengan harapan akan didapat prediksi kuat tekan betonnya untuk menghitung
kekuatan strukturnya tanpa merusak strukturnya. Metode yang biasa dilakukan
adalah dengan:

Rebound hammer test


Rebound hammer test dapat dilakukan pada hampir semua jenis konstruksi
dan hampir berbagai posisi pengujian. Rebound hammer test mengandalkan
daya pegas saat ditembakkan pada permukaan beton untuk memprediksi kuat
tekan betonnya. Keakuratan nilai pembacaan sangat tergantung kepada kondisi
permukaan beton yang akan ditest dan kondisi kekuatan pegas. Untuk itu
disyaratkan permukaan beton yang akan ditest harus dihaluskan dulu dengan
gerinda. Sementara kekuatan pegas harus selalu dikontrol dengan melakukan
kalibrasi secara berkala.

Uji Beban Langsung

Uji beban langsung biasanya dilakukan bila baik test tekan maupun hammer
test tidak memenuhi syarat. Prosedur pengujian biasanya menerapkan beban
rencana pada konstruksi bersangkutan, kemudian diukur perilaku struktur yang
terjadi saat menahan beban. Perilaku dimaksud adalah besarnya lendutan,
adanya keretakan, dll. Hasil pengamatan dievaluasi untuk kemudian diambil
penanganan selanjutnya.

Pulse velocity crack recorder


Pulse velocity crack recorder, termasuk alat jenis baru dan modern. Alat ini
menggunakan ultrasonic sebagai media pengukur. Ultrasonic dipancarkan dari
satu sisi dan diterima di sisi lain. Dengan berbagai variasi lokasi dan pendekatan
bisa didapatkan korelasi antara kecepatan ultrasonic tersebut melalui media
beton, dengan karakter beton yang dilewatinya. Karakter beton yg dapat
diketahui adalah :
1. Homogenitas media, untuk menentukan adanya pori atau retakan
2. Density media
3. Kuat tekan media.

5. Evaluasi mutu beton

Evaluasi mutu beton, dimaksudkan untuk mengontrol kekuatan beton yang


dihasil kan serta variabilitas mutu yang terjadi dari suatu produksi beton dalam
periode tertentu. 1Yang dimaksud variable atau deviasi adalah suatu besaran
yang menyatakan rata-rata penyimpangan mutu beton dari sejumlah benda uji,
dibandingkan dengan rata-rata mutu beton yang bisa dicapai. Tingkat variabilitas
(deviasi) mutu beton, dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

Karakteristik dari masing-masing bahan dasar


Keadaan praktek yang dilakukan dalam proporsi campuran, peralatan
pengadukan,pengangkutan, penuangan dan perawatan beton
Pembuatan, pengujian dan perlakuan (treatment) benda uji

Variasi yang berlebihan dari kuat tekan beton menunjukkan kurangnya tingkat
kontrol

kualitas mutu material maupun segi pelaksanaan dan pengujian/evaluasi.

5.1. Benda uji

Benda uji yang disyaratkan menurut PB89 adalah benda uji silinder dengan
ukuran 15 x 30 cm, sedangkan pemakaian benda uji kubus ukuran 15x15x15 cm
masih diperkenankan, dengan korelasi tegangan yang dihasilkan adalah :
fc = { 0,76 + 0,2 log (fck/150)} fck
Dimana :
fc = kuat tekan beton yang disyaratkan, Mpa
fck = kuat tekan beton, Mpa, didapat dari benda uji kubus dengan sisi 15 cm

Misalnya :

Untuk benda uji kubus dengan mutu 500 kg/cm2, akan sama dengan mutu 432
kg/cm2 (benda uji silinder).

5.2. Sistem pengetesan

Hal-hal yang harus diperhatikan adalah:


Mesin uji harus cukup kuat dan dikalibrasi
Benda uji harus betul-betul presisi. Dalam hal ini, cetakan benda uji harus
betulbetulpresisi, demikian pula saat pembuatan benda ujinya.
Hingga Pengujian, spesimen harus tetap dirawat dengan cara merendamnya
didalam bak berisi air.
Diuji hingga spesimen hancur dan diamati tipe keruntuhan.

5.3. Perhitungan mutu beton

Kuat tekan karakteristik pelaksanaan perhitungan dengan rumus :

Xo = X ks

Xo = kuat tekan karakteristik

X = kuat tekan rata-rata dari sejumlah benda uji

k = faktor kemungkinan (probability)

s = deviasi standard

S= ( x x )2
1
(N1)

N = Jumlah benda uji

Tingkat kekuatan dari suatu mutu beton dikatakan dicapai dengan memuaskan bila
kedua persyaratan berikut dipenuhi :

Jika nila kuat tekan karakteristik sesuai dengan yang direncanakan


Nilai rata-rata dari semua pasangan hasil uji yang masing-masing terdiri dari
empathasil uji kuat tekan tidak kurang dari (fc + 0,82 s)
Tidak satupun dari hasil uji tekan (rata-rata dari dua silinder) mempunyai nilai

dibawah 0,85fc

Anda mungkin juga menyukai