Anda di halaman 1dari 8

Metode Pengujian Kualitas Beton

Judul : Tugas Mandiri

Disusun oleh :

Nama: M. Mirza aflahuzzuhdi

Nim : 2007125456

Dosen : Indra Kuswoyo, S. T., M. T.

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS RIAU

2021
Metode Pengujian Beton

Pengujian Beton – Beton merupakan material bangunan yang banyak diaplikasikan pada berbagai
proyek konstruksi seperti pembuatan jalan beton, pembangunan gedung bertingkat, hingga
pembangunan jembatan. Beton dalam bangunan sendiri secara umum dikelompokkan menjadi beton
bertulang dan tidak bertulang.

Beton bertulang merupakan jenis beton yang diberikan tulangan berupa besi untuk menambah daya
elastisitas beton. Sedangkan beton tidak bertulang tidak menggunakan tulangan besi tersebut, kedua
jenis beton ini harus mempunyai berkualitas baik agar bangunan yang dibuat kokoh dan tahan lama.

Berbagai Macam Metode Pengujian Beton

Mengingat vitalnya material beton dalam bangunan ini, tentu bahan atau agregat penyusun beton
seperti pasir, semen, air, kerikil, dll juga harus berkualitas baik. Selain penggunaan bahan penyusun yang
baik, umumnya akan dilakukan pengujian beton untuk mengetahui kekuatan beton tersebut. Pengujian
beton dilakukan dengan mengukur tingkat kekerasan beton dengan berbagai metode. Berikut berbagai
macam metode pengujian beton :

1. Uji Kuat Tekan Beton (Compression test)

kuat tekan beton dilakukan untuk mengukur kekuatan beton dengan cara memberikan tekanan pada
sampel beton hingga beton mengalami kehancuran. Berikut adalah cara melakukan uji kuat tekan
beton :
Persiapkan silinder dengan tinggi 30 cm dan berdiameter 15 cm, beri pelumas seperlunya pada sisi
bagian dalam untuk memudahkan pelepasan beton. Silinder ini nantinya akan digunakan sebagai
cetakan beton.

Masukan adukan beton yang nantinya akan diaplikasikan pada bangunan ke dalam cetakan dan bagi
menjadi 3 lapisan yang sama.

Lakukan penusukkan pada tiap lapisannya hingga 25 kali.

Ratakan bagian atas adukan, berilah label yang menunjukkan waktu pembuatan beton (tanggal dan
jam).

Adukan beton dibiarkan selama 24 jam, setelah itu rendam dalam air selama waktu tertentu barulah
dibawa ke laboratorium pengujian.

Siapkan mesin compressor yang digunakan untuk pengujian, mesin ini akan memberikan tekanan pada
beton untuk pengujian.

Lakukan pengujian pada hari yang berbeda dan catat setiap hasilnya.

2. Slump test

Slump test adalah pengujian beton yang dilakukan untuk mengetahui kadar air beton untuk mengetahui
mutu beton. Salah satu cara pengujian ini adalah dengan menggunakan kerucut abraham dengan cara :

Siapkan alat pengujian dengan ukuran diameter bawahnya 20 cm dan atasnya 10 cm dengan tinggi 30
cm. Alat ini nantinya akan digunakan sebagai penyokong.

Letakkan kerucut abraham pada bidang yang tidak menyerap air serta rata dan datar.

Masukkan adukan beton ke dalam kerucut dengan dilakukan penekanan pada penyokongnya.

Pastikan beton dimasukkan dalam 3 lapisan dengan tebal yang sama serta dilakukan penusukkan
sebanyak 25 kali. Penusukkan dilakukan menggunakan tongkat baja yang berdiameter 16 mm dan
panjang 600 mm yang ujungnya bulat. Hal ini agar beton yang masuk ke dalam kerucut nantinya lebih
padat.

Bersihkan adukan yang berceceran kemudian ratakan permukaannya dengan cara menarik kerucut
dengan hati-hati secara vertikal.

Tunggu beberapa waktu dan buka kerucut.

Ukurlah penurunan puncak kerucut dari tinggi awalnya.

Pengujian slump test ini akan menguji kekentalan beton atau dengan kata lain kadar air beton.

Hasil adukan beton yang tidak memenuhi syarat dalam pengujian tidak boleh digunakan pada bangunan.
Apabila jumlah air yang digunakan semakin besar maka nilai slump menjadi makin besar. Hal ini
berbanding lurus. Selain itu, rongga udara pada beton menjadi keras semakin besar. Tidak hanya itu, hal
ini juga mempengaruhi nilai koefisien pada permeabilitas juga semakin tinggi.

Apabila dinilai dari faktor air-semen maka kombinasi antara agregrat beton memiliki nilai slump tidak
sama. Nilai tersebut dapat berbeda dengan takaran air yang berbeda pula. Percampuran nilai slump
semakin tinggi maka memerlukan jumlah air besar.

Hal tersebut dapat menyebabkan bilai koefisien permeabilitas menjadi tinggi. Maka nilai permeabilitas
tidak hanya dipengaruhi air-semen. Namun, juga terdapat faktor lain seperti berat jenis agregat yang
digunakan dan nilai slump.

3. Uji Core Drill


Uji core drill merupakan pengujian yang dilakukan dengan mengambil sampel dari beton yang sudah
dibuat. Pengambilan ini dilakukan menggunakan alat core drill seperti nama pengujiannya. Namun
pastikan pengujian ini dilakukan jangan sampai merusak struktur dari beton tersebut. Sampel beton
tersebut kemudian akan diuji crusing test di laboratorium.

Dapat dikatakan bahwa pengujian ini sangat akurat karena memang beton yang diambil adalah beton
yang sudah jadi pada bangunan. Akan tetapi pengujian ini juga mempunyai resiko yang tinggi karena bila
pengambilan sampel terlalu dalam akan mengenai tulangan beton. Hal ini tentu akan sangat
membahayakan struktur beton dan bila terjadi dapat mengurangi kekuatan struktur beton.

Beberapa Perlu Diperhatikan Untuk Core Drill Test

Jika dalam sebuah uji bor inti telah di pilih, maka harus ada beberapa hal yang perlu diperhatikan (SK
SNI-61-1990-03):

1. Umur dari beton harus minimal 14 hari.

2. Pengambilan dari contoh silinder beton harus dilakukan pada daerah yang kuat tekannya diragukan,
biasanya berdasarkan dari data hasil yang uji contoh beton dari masing – masing bagian struktur. Dari
satu daerah beton tersebut diambil satu titik pengambilan sebuah contoh nantinya.

3. Dari satu pengambilan sebuah contoh (daerah beton yang diragukan mutunya) diambil sebanyak 3
titik pengeboran. Pengeboran yang telah dilakukan harus ditempat yang tidak membahayakan sebuah
struktur, misalnya jangan terlalu dekat dengan sambungan tulangan, momen maksimum dan juga dari
tulangan utama.

4. Pengeboran yang dilakukan harus tegak lurus dengan permukaan pada beton.

5. Lubang bekas pengeboran yang harus segera diisi dengan beton yang mutunya minimal sama
baiknya.
Bilang sebuah beton yang di ambil sudah berada dalam kondisi sangat basah selama masa layannya,
maka silinder tersebut harus di rendam dahulu minimal 40 jam dan dapat dilakukan pengujian dalam
kondisi basah.

Kuatnya dari tekanan beton pada titik pengambilan contoh atau sampel (daerah beton yang diragunkan)
maka dapat dinyatakan tidak membahayakan jika kuat tekanan 3 silinder beton (minimum 3 silinder
beton) yang diambil dari daerah beton tersebut memenuhi 2 persyaratan sebagai berikut :

1. Kuat tekanan rata – rata dari 3 silinder betonnya tidak kurang dari 0,85 fc

2. Kuat dari tekanan masing – masing silinder betonnya tidak kurang dari 0,75 fc.

4. Hammer test

Hammet test beton dilakukan pada beton yang sudah dibuat untuk mengukur kekuatan maupun
tegangan karakteristik beton. Pengujian ini dilakukan menggunakan alat hammer test pada bagian
bangunan seperti kolom, balok hingga plat lantai. Sebelum pengujian dilakukan, pastikan permukaan
bagian bangunan yang diuji memiliki permukaan yang rata. Bila belum rata maka lakukan perataan
menggunakan gerinda agar tingkat akurasi pengujian semakin tinggi / baik. Lakukan pengujian pada
beberapa titik, umumnya dilakukan hingga 20 titik. Hasil pengujian ini kemudian akan dianalisa
menggunakan standar deviasi agar dapat mengetahui mutu beton.
Metode uji kekerasan permukaan beton Hasil uji dengan menggunakan alat Hammer test tergantung
kepada rata dan tidaknya permukaan, basah keringnya bidang uji dan sudut inklinasi. Ada beberapa
sudut inklinasi yang biasa dipakai dalam pengukuran permukaan beton yaitu :

Pertama, Sudut 0 untuk pengujian tegak lurus horizontal

Kedua, Sudut – 90 untuk pengujian tegak lurus ke bawah

Ketiga, Sudut + 90 untuk pengujian tegak lurus ke atas

Keempat, Sudut 45 untuk penguian pada bidang miring 45

Tabel Nilai Konversi kuat pantul -R dan tekan beton FC


Rebound menggunakan Schmidt Hammer Test

5. Pengujian Ultrasonik atau Ultrasonic non Destructive

Pengujian ini merupakan jenis pengujian baru yang kini banyak digunakan. Pengujian ini dilakukan
menggunakan alat ukur kekerasan yang menerapkan prinsip gelombang ultrasonik. Di Indonesia sendiri
pengujian jenis ini telah dikenal sejak tahun 1980 silam. Pengujian ini dilakukan dengan merambatkan
gelombang ultrasonik pada beton untuk mengetahui kekuatan beton. Pengujian ini sendiri kini banyak
diminati karena mempunyai keunggulan :

A. Dapat mendeteksi keretakan beton beserta kedalamannya.

B. Dapat menguji homoginitas beton

C. Menguji kekuatan dan kualitas beton tanpa merusaknya.

D. Mendeteksi kerusakan permukaan beton dan perubahannya dari masa ke masa.

E. Dapat digunakan untuk mengukut modulus Elastisitas beton.

F. Bisa dikatakan sebagai pengujian yang paling mudah untuk dilakukan

Anda mungkin juga menyukai