Anda di halaman 1dari 21

BAB IV

PENGENDALIAN PROYEK

4.1. Uraian Umum


Pengendalian dilakukan untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang sesuai
dengan rencana. Pengendalian proyek adalah sistem yang mengatur semua
kegiatan dalam proyek dengan tujuan agar semua terlihat berfungsi secara
optimal, sehingga pelaksanaan tepat waktu sesuai dengan jadwal proyek (time
schedule), serta membuat terkoordinasi dengan baik agar dapat menghasilkan
pekerjaan dengan kualitas yang sesuai dengan yang direncanakan. kemudian
setelah pekerjaan berakhir pengendalian berfungsi sebagai alat pengukur
keberhasilan proyek.
Dalam rangka pengendalian dan pengawasan pekerjaan di lapangan atau
lazim disebut monitoring (pengendalian mutu, waktu dan biaya) suatu media atau
alat yang mampu merangkum informasi informasi secara tepat dan cepat dapat
diketahui. Umumnya pengendalian tersebut dipakai media jaringan kerja, curva S,
formulir disamping kontrak (spesifikasi teknis, gambar dll). Media komunikasi
tersebut bermanfaat untuk memastikan tentang kondisi kemajuan proyek, masalah
yang terjadi, serta keputusan dan tindakan yang diambil oleh yang berwenang.

4.2. Pengendalian Mutu Proyek


Pengendalian mutu proyek dilakukan untuk mengendalikan jalannya
pelaksanaan proyek agar mendapatkan mutu yang baik dan sesuai dengan syarat
yang ditentukan dalam kontrak. Pengendalian tersebut dilakukan mulai dari
pengaruh hasil akhir pekerjaan. Hasil pengendalian mutu pekerjaan berpengaruh
pula terhadap waktu pelaksanaan dan biaya. Alat Pengendali Mutu Proyek yang
harus dikuasai oleh Pengawas/Direksi Pekerjaan adalah sebagai berikut:
a. Spesifikasi teknis (Pabrikan, RKS).
b. Metode Pelaksanaan (Pabrikan, RKS).
c. Gambar Kerja.
d. Hasil Tes bahan dari Laboratorium.

104
105

e. Peraturan-peraturan pemerintah.
f. Peraturan-peraturan khusus yang harus dikuti yang tercantum dalam
kontrak.
Setiap Pengawas harus menguasai RKS/Spesifikasi teknis dari pekerjaan
yang akan dilaksanakan maupun Metode pelaksanaan, gambar kerja, pembacaan
hasil tes Laboratoriun serta peraturan-peraturan yang harus diikuti. Pengendalian
mutu yang diterapkan pada proyek pembangunan Gedung Olahraga Indoor (GOR
Indoor) Kabupaten Batang meliputi.

4.2.1. Pengendalian Material


Pengendalian material dalam pembangunan Gedung Olahraga Indoor
(GOR Indoor) Kabupaten Batang adalah upaya untuk mendapatkan material yang
sesuai dengan spesifikasi teknis yang disyaratkan. Setelah pemeriksaan, hanya
bahan yang memenuhi persyaratan yang akan berada di lokasi proyek, dan bahan
yang tidak memenuhi persyaratan akan dikembalikan atau ditukar. Dalam hal ini,
pelaksana konstruksi harus melaksanakan strategi manajemen logistik yang
dibutuhkan, mulai dari pemesanan, pengiriman, penanganan, dan evaluasi rutin
selama tahap konstruksi.

4.2.2. Pemeriksaan Mutu Beton


Pemeriksaan mutu beton merupakan sebuah proses pengetesan pada
kekuatan beton terhadap tekanan yang bertujuan dalam mengetahui bahwa beton
telah memenuhi standar yang ditentukan atau belum.

4.2.2.1. Slump Test


Pemeriksaan mutu beton cair di lapangan dapat dilakukan dengan cara
slump test. Slump test dilakukan untuk mengetahui kekentalan dari adukan beton
yang akan dicor. Pada proyek pembangunan Gedung Olahraga Indoor (GOR
Indoor) Kabupaten Batang, nilai slump yang dipakai yaitu 14 ± 2 cm.
Ada tiga macam kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pengujian
beton dengan cara slump test, yaitu :
106

a. True slump (baik) adalah apabila tinggi slump ≥ 2/3 tinggi cetakan slump.
b. Shear slump (buruk) adalah apabila tinggi slump 1/3 tinggi cetakan slump.
c. Collapse slump (sangat buruk) adalah apabila tinggi slump 1/3 tinggi cetakan
slump.
Tahap-tahap pelaksanaan slump test secara singkat adalah sebagai
berikut :
a. Adukan beton untuk pengujian slump test harus diambil langsung dari truck
mixer dengan menggunakan alat lain yang tidak menyerap air. Bila dianggap
perlu adukan beton diadukan lagi sebelum dilakukan pengujian.
b. Siapkan kerucut terpancung dengan diameter atas 10 cm, diameter bawah 20
cm dan tingginya 30 cm. Kemudian diletakkan pada pelat atau bidang yang
datar dan tidak menyerap air.
c. Pengisian cetakan dibagi 3 kali, masing-masing sekitar 1/3 volume cetakan,
tiap lapis dipadatkan dengan 25 kali tusukan secara merata dan menembus ke
lapis sebelumnya/di bawahnya, namun tidak boleh menyentuh dasar cetakan.
d. Lapis terakhir dilebihkan pengisiannya, setelah dipadatkan lalu
diratakan dengan menggelindingkan batang penusuk di atasnya.
e. Segera setelah permukaan atas beton diratakan, cetakan diangkat dengan
kecepatan 3-7 detik, diangkat lurus vertikal (tidak boleh diputar atau digeser
ke samping selama mengangkat kerucut).
f. Seluruh proses dari awal sampai selesainya pengangkatan cetakan tidak boleh
lebih lama dari 2,5 menit.
g. Letakkan cetakan di samping beton yang diuji slump-nya (boleh diletakkan
dibalik posisinya) dan ukur nilai slump: penurunan permukaan atas beton
pada posisi titik tengah permukaan atasnya.
h. Jika terjadi kegagalan slump (tidak memenuhi kisaran slump
yang disyaratkan, keruntuhan benda uji termasuk keruntuhan geser),
maka pengujian diulang- maksimal 3 kali, jika masih gagal maka
beton dinyatakan tidak memenuhi syarat dan ditolak
i. Syarat variasi pengukuran yang memenuhi syarat dari pengukuran: minimum
2 memenuhi syarat dengan selisih pengukuran tidak lebih dari 21 mm.
107

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.1. Slump Test.
(Gambar)

Gambar 4.1. Slump Test

4.2.2.2. Tes Kuat Tekan Beton


Tahap-tahap pelasksanaan uji kuat tekan beton secara singkat adalah
sebagai berikut:
a. Adukan beton yang akan dites diambil dari hasil slump test.
b. Isilah cetakan beton silinder 15 x 30 cm dengan adukan beton terdiri dari 3
lapis. Setiap lapisan dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali
tusukan secara merata.
c. Setelah dilakukan pemadatan, ketukkan isi cetakan perlahan-lahan sampai
rongga bekas tusukan tertutup. Ratakan permukaan beton dan biarkan beton
dalam cetakan selama 24 jam dan letakkan pada tempat yang bebas dari
getaran.
d. Setelah 24 jam bukalah cetakan dan beton direndam dalam air untuk
memenuhi persyaratan perawatan beton selama waktu yang dikehendaki.
e. Ambilah beton yang akan diuji kekuatannya dari bak perendam kemudian
bersihkan dari kotoran yang menempel dengan kain.
f. Lapislah permukaan atas dan bawah benda uji dengan dengan mortal
belerang, agar didapat permukaan yang rata.
g. Kemudian letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris.
108

h. Jalankan mesin tekan dengan penambahan beban konstan berkisar antara 2-4
kg/cm2 per detik.
i. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan catatlah beban
maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji.
j. Pengetesan benda uji dilakukan pada umur 3, 7, 14 dan 28 hari. Untuk beton
yang berumur dibawah 28 hari harus dilakukan konversi terhadap kekuatan
28 hari.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.1 Perbandingan Kekuatan
Tekan Beton Pada Berbagai Umur, Tabel 4.2 Perbandingan Kekuatan Beton
Pada Berbagai Benda Uji. Pengetesan beton untuk uji tekan diambil sample
dengan jumlah 2 silinder yang dapat dilihat pada Gambar 4.2 Sample Uji
Tekan Beton.

Tabel 4.1. Perbandingan Kekuatan Tekan Beton


Pada Berbagai Umur

Tabel 4.2. Perbandingan Kekuatan Beton


Pada Berbagai Benda Uji
109

Gambar 4.2. Sample Uji Tekan Beton

Pengujian tekan beton dilakukan di laboratorium yang dapat menguji kuat


tekan beton. Karakteristik mutu beton yang diperoleh dapat diuji melalui uji tekan
beton untuk mengetahui apakah memenuhi rencana. Apabila beton yang dipesan
menyimpang (misalnya kekuatan beton yang diberikan tidak sesuai dengan beton
yang dipesan) maka langkah-langkah antisipasi yang harus dilakukan, seperti :
a. Pembongkaran struktur bangunan yang telah dicor.
b. Memberikan kompensasi kepada kontraktor (dalam hal ini perlu dilakukan
negosiasi dengan pemasok).
c. Jika beton cor merupakan bagian non struktural maka langkah pembongkaran
dapat dihilangkan, dan kerusakan dapat diatasi dengan memperkuat bagian
yang dapat menopang bagian tersebut.

4.3. Pengendalian Waktu Proyek


Pengendalian waktu proyek di lapangan bertujuan untuk menjaga agar
waktu pelaksanaan sesuai dengan rencana waktu yang telah dipersiapkan sebelum
proyek dimulai. Hal ini dimaksudkan agar rencana waktu yang telah ada dapat
digunakan sebagai tolok ukur terhadap pelaksanaan untuk mengetahui kemajuan
pekerjaan. Salah satu cara pengendalian waktu adalah time schedule. dibuat untuk
110

mengatur item-item pekerjaan sehingga satu pekerjaan dengan pekerjaan yang


lain saling berhubungan dan tidak tumpang tindih. Salah satu jenis time schedule
adalah master schedule, yang akan dijelaskan di bawah ini.

4.3.1. Master Schedule


Dalam pelaksanaan pekerjaan yang terdiri dari bagian - bagian pekerjaan,
pekerjaan itu harus diatur sedemikian rupa agar tidak saling menunggu diantara
pekerjaan, yang akan memperlambat kemajuan pekerjaan proyek. Tujuan
pembuatan master schedule adalah untuk mendapatkan hasil fisik yang dapat
dipertimbangkan dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Adapun pemecahan
master schedule, yaitu :

a. Contruction Schedule
Rencana waktu pekerjaan struktur dalam suatu proyek baik struktur atas
maupun bawah.
b. Weekly Schedule
Rencana pekerjaan yang akan dilakukan dalam waktu satu minggu oleh
pekerjaan lapangan.
c. Monthly Schedule
Rencana pekerjaan yang akan dilakukan dalam waktu satu bulan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun master schedule adalah :
a. Biaya Pelaksanaan
Saat mempersiapkan setiap jenis pekerjaan, dalam pelaksanaannya harus
mempertimbangkan biaya pelaksanaan setiap item pekerjaan agar kontraktor
dapat memperkirakan waktu kerja untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
b. Metode Pelaksanaan
Tujuan metode pelaksanaan adalah untuk mengetahui pekerjaan mana yang
harus diprioritaskan dan pekerjaan mana yang harus ditunggu sebelum dapat
diselesaikan.
111

c. Tenaga Kerja
Kontraktor harus dapat menentukan jumlah pekerja yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan berdasarkan waktu yang direncanakan.
d. Peralatan
Penggunaan peralatan yang tepat dapat meningkatkan efisiensi waktu dan
meningkatkan produktivitas pekerja, sehingga pekerjaan dapat berjalan
dengan lancar dan selesai sesuai rencana.
e. Cuaca
Kondisi cuaca sangat mempengaruhi kelancaran pekerjaan. Oleh karena itu
kontraktor harus dapat mencari solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut
agar tidak menghambat pelaksanaan proyek.

4.4. Pengendalian Teknis


Pengendalian teknis bermaksud mengkaji apakah kegiatan telah
dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan peraturan yang telah ditentukan. Dalam
hal ini yang diperhatikan bukan saja pencapaian sasaran proyek, tetapi juga
dicermati cara-cara mencapainya, apakah sudah mengikuti prosedur dan peraturan
yang berlaku.

4.4.1. Laporan Proyek


Salah satu administrasi proyek terpenting dalam pengendalian teknis
adalah laporan proyek. Laporan proyek digunakan untuk menyampaikan
kemajuan pekerjaan pada waktu tertentu. Manajemen proyek yang baik selalu
menerapkan manajemen yang tertib sehingga semua aktivitas dapat terkontrol
dengan baik. Salah satu bentuk pengelolaan yang harus dilaksanakan adalah
laporan proyek. Sistem pelaporan pekerjaan pada proyek pembangunan Gedung
Olahraga Indoor (GOR Indoor) Kabupaten Batang terdiri atas:

4.4.1.1. Laporan Harian


Laporan harian adalah laporan kerja yang dibuat secara tertulis oleh
pelaksana proyek setiap hari di tempat kerja yang bertanggung jawab atas
112

pekerjaan yang telah dilakukan dan menentukan hasil dari kemajuan pekerjaan
tersebut sesuai dengan target atau tidak. Laporan tersebut digunakan untuk
memberikan informasi kepada konsultan manajemen konstruksi dan pemilik
proyek tentang perkembangan proyek melalui direksi.
Laporan harian berisi tentang :
a. Kemajuan pekerjaan proyek.
b. Kejadian penting pada hari tersebut seperti kesepakatan tambah atau kurang
pekerjaan, perubahan desain, penambahan tenaga kerja.
c. Keadaan cuaca di lokasi proyek.
d. Situasi dan kondisi yang menyebabkan penundaan pekerjaan.
e. Material dan peralatan yang digunakan beserta jumlahnya.
f. Jumlah tenaga kerja, waktu jam kerja dan hal-hal spesifik lain yang terjadi di
lapangan.
Laporan harian dibuat setiap hari secara tertulis, ditandatangani oleh
kontraktor, dan disetujui oleh manajemen konstruksi dan pemilik. Kemudian
konsultan manajemen konstruksi memeriksa dari laporan tersebut apakah sesuai
dengan gambar dan spesifikasi, time schedule, instruksi yang diberikan, dan
persyaratan pekerjaan. Jika perlu, konsultan manajemen konstruksi dapat
memberikan catatan dalam laporan tersebut.

4.4.1.2. Laporan Mingguan


Laporan mingguan merupakan ringkasan dari laporan harian selama
seminggu mulai hari Senin hingga Minggu. Laporan tersebut juga ditandatangani
oleh kontraktor, konsultan manajemen konstruksi dan pemilik proyek. Kemajuan
setiap kegiatan dapat dinilai secara kumulatif sesuai dengan kemajuan pekerjaan
mingguan, dan konsultan manajemen konstruksi dapat memberikan catatan.
a. Jumlah tenaga kerja dan staff.
b. Jumlah dan macam alat yang dioperasikan.
c. Pengadaan dan pemakaian bahan atau material.
d. Kegiatan proyek yang dilaksanakan.
e. Data keadaan cuaca.
113

f. Pengujian yang dilaksanakan.

4.4.1.3. Laporan Bulanan


Laporan bulanan merupakan kumulatif dari laporan-laporan harian yang
dibuat sebagai laporan kemajuan dari pekerjaan yang dilakukan dengan mengacu
pada time schedule.
Laporan bulanan berisi tentang.
a. Rencana dan realisasi kerja.
b. Jumlah tenaga kerja dan staff.
c. Jumlah dan macam alat yang dioperasikan.
d. Pengadaan dan pemakaian bahan atau material.
e. Persetujuan gambar kerja yang diajukan.
f. Perkembangan Pekerjaan
g. Data keadaan cuaca.
h. Dokumentasi kegiatan proyek.

4.4.1.4. Laporan Kemajuan Proyek


Seiring dengan adanya kemajuan (progress) pada masing-masing pekerjaan,
untuk mengetahui kemungkinan adanya penyimpangan terhadap rencana perlu
dilakukan pengukuran pada pekerjaan yang telah dilaksanakan. Hasil pengukuran
pekerjaan dituangkan dalam suatu laporan. Laporan kemajuan proyek menjelaskan
kemajuan proyek sampai dengan saat pelaporan, termasuk didalamnya:
a. Tabulasi persentase penyelesaian pekerjaan utama.
b. Kemajuan pekerjaan dibandingkan dengan jadwal induk.
c. Kesulitan yang dihadapi dan rencana pemecahannya.
d. Membahas masalah penting yang mungkin berdampak besa terhadap
pencapaian sasaran proyek.
Sistem informasi (laporan) sebaiknya memberikan keterangan yang singkat,
jelas dan dapat dimengerti. Tabulasi kemajuan pekerjaan menjelaskan hasil-hasil
kegiatan perencanaan, pangadaan dan pelaksanaan yang telah dicapai sampai saat
pelaporan, kumulatif dan pada bulan yang bersangkutan untuk maksud tersebut,
masing-masing kegiatan harus dihitung bobotnya.
114

4.4.2. Rapat Koordinasi


Rapat diadakan seminggu sekali, dihadiri oleh semua pihak yang terlibat
didalam pelaksanaan proyek. Tujuan dari rapat ini adalah untuk menyelesaikan
permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan proyek, dan permasalahan tersebut
tidak dapat diselesaikan hanya oleh satu pihak. Rapat koordinasi membahas
tentang:
a. Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan.
b. Ketidakjelasan dan ketidakcocokan gambar-gambar pelaksanaan pada
pekerjaan dilapangan.
c. Pengadaan dan pemakaian material.
d. Sasaran yang harus dicapai untuk waktu yang akan datang.

4.4.3. Rapat Perencanaan


Rapat perencanaan diadakan setiap satu sampai dua minggu sekali,
dihadiri oleh pemilik proyek, konsultan perencana dan konsultan manajemen
konstruksi. Setiap selesai rapat kemudian dilanjutkan dengan peninjauan ke
lapangan, sehingga dapat diketahui apakah pelaksanaan pembangunan sesuai
dengan perencanaan dan mengetahui hal-hal yang mungkin tidak dapat
mempengaruhi kurva S atau harus dilakukan perencanaan untuk mengganti
pekerjaan yang tidak sesuai dengan jadwal.

4.5. Pengendalian Biaya


Pegendalian biaya merupakan langkah akhir dari proses pengelolaan
biaya proyek, yaitu mengusahakan agar penggunaan dan pengeluaran biaya sesuai
dengan perencanaan, berupa anggaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian,
aspek dan objek pengendalian biaya akan identik dengan perencanaan biaya
sehingga berbagai jenis kegiatan di kantor pusat dan lapangan harus selalu
dipantau dan dikendalikan agar hasil implementasinya sesuai dengan anggaran
yang telah ditentukan. Agar suatu pegendalian biaya dapat terlaksana dengan baik,
di samping pelakunya harus menguasai masalah teknis serta tersedianya prosedur
115

dan perangkat penunjang, dalam perusahaan yang bersangkutan diperlukan suatu


suasana atau kondisi yang mendukung, antara lain :
 Sikap sadar anggaran; ini berarti semua pihak penyelenggara proyek
menyadari dampak kegiatan yang dilakukan terhadap biaya.
 Selalu berpikir untuk mencari alternatif yang dapat menghasilkan
penghematan biaya.
Salah satu cara yang mendorong terciptanya suasana tersebut adalah
mengkomunikasikan kepada pihak pimpinan dan mereka yang berkepentingan
perihal penggunaan dana dan menekankan adanya area-area yang berpotensial
dapat diperbaiki kinerjanya.

4.6. Pengendalian Tenaga Kerja


Penempatan tenaga kerja yang sesuai dengan jumlah dan kemampuannya
dapat menunjang tercapainya efisiensi dalam suatu pekerjaan proyek (the right
man in the right place). Oleh karena itu diperlukan suatu pengendalian mutu
tenaga kerja. Pada Proyek pembangunan Gedung Olahraga Indoor (GOR Indoor)
Kabupaten Batang ini, seluruh pengadaan tenaga kerja diserahkan pada tim
pelaksana. Pemilihan dan penunjukan pemborong dilakukan berdasarkan reputasi
pemborong tersebut dalam menyelesaikan pekerjaan proyek yang telah ada.
Tenaga kerja yang terlibat dalam proyek ini menggunakan sistem borongan,
terdiri dari :

4.4.1. Tenaga Ahli


Tenaga ahli adalah tenaga kerja yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman profesional di bidang konstruksi sesuai dengan jenjang
pendidikannya. Jenis tenaga kerja ini termasuk pemimpin proyek dan manajer
proyek.
116

4.4.2. Tenaga Pelaksana


Tenaga menengah adalah tenaga kerja yang mendapat pendidikan rata-
rata setingkat SMK dan Diploma. Tenaga kerja ini antara lain bekerja pada bidang
administrasi, tenaga mekanik dan pelaksana lapangan.

4.4.3. Tenaga Mandor


Tenaga mandor adalah kepala pekerja yang memberi perintah langsung
kepada bawahannya (tenaga kasar) pada bidang pekerjaan tertentu. Mandor
membawahi beberapa bidang pekerjaan khusus yaitu pekerjaan galian pada tiang
pancang, pekerjaan bekisting, pekerjaan pembesian dan pekerjaan beton. Mandor
dituntut untuk memiliki pengetahuan teknis dalam taraf tertentu, misalnya dapat
membaca gambar-gambar konstruksi, dapat membuat hitungan-hitungan ringan
dan dapat membedakan kualitas bahan bangunan yang akan digunakan.

4.4.4. Tenaga Tukang


Tenaga tukang adalah tenaga kerja yang ahli dalam bidangnya
berdasarkan pengalaman kerja, misalnya tukang kayu, tukang besi, tukang batu
dan lain-lain.

4.4.5. Tenaga Kasar


Tenaga kasar adalah tenaga kerja yang lebih banyak menggunakan
kekuatan badan dalam pekerjaannya. Biasanya tenaga ini membantu atau
melayani tenaga tukang, misalnya dalam pengangkutan material. Jumlah tenaga
kerja yang diperlukan untuk setiap harinya bervariasi tergantung jenis pekerjaan
yang dilakukan. Jumlah tenaga kerja yang dipergunakan sepenuhnya menjadi
tanggung jawab mandor, karena sistem yang digunakan adalah sistem borongan
yaitu mandor melakukan suatu pekerjaa tertentu dan pekerja yang terlibat dalam
pekerjaan tersebut dibayar oleh mandor.
Mandor harus cermat dalam menentukan jumlah tenaga kerja, karena jika
volume pekerjaan tidak sesuai dengan tenaga kerja yang dipakai, maka mandor
bisa mengalami kerugian. Walaupun diberi kebebasan dalam menggunakan tenaga
117

kerja, tetapi hal ini tetap harus dilaporkan kepada kontraktor utama. Dalam hal ini
kepada kepala proyek.

4.4.6. Tenaga K3K


Tenaga K3K adalah tenaga tentang keselamatan kerja di lapangan,
dengan adanya K3 di lapangan mampu memberikan pengawasan tentang hal yang
boleh dan tidak boleh dilakukan di lapangan, seperti mengingatkan jika ada
pekerja yang tidak memakai helm atau safety project lain di lapangan dan juga
melakukan pengawasan langsung.
Waktu kerja pada pelaksanaan proyek pembangunan Gedung Olahraga
Indoor (GOR Indoor) Kabupaten Batang sudah ditetapkan berdasarkan hari
kalender kerja adalah sebagai berikut :
a. Hari Kerja
Hari kerja dari senin sampai minggu,
b. Jam Kerja
Jumlah jam kerja yang berlaku dalam satu hari kerja adalah tujuh jam kerja
dengan satu jam istirahat. Apabila ada kelebihan jam kerja diluar jam kerja
tersebut dianggap jam lembur.
Waktu kerja untuk pekerja pada proyek pembangunan Gedung Olahraga
Indoor (GOR Indoor) Kabupaten Batang adalah :
a. Waktu Kerja Biasa
Hari senin sampai minggu pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 17.00
WIB.
b. Waktu Istirahat Kerja
Hari senin sampai minggu pukul 12.00 WIB sampai dengan pukul 13.00
WIB.
c. Waktu Lembur
Waktu lembur dimulai pukkul 19.00 s/d pukul 22.00 WIB.
Sistem pengupahan dan pembayaran gaji tenaga kerja pada Proyek
pembangunan Gedung Olahraga Indoor (GOR Indoor) Kabupaten Batang
dibedakan berdasarkan status tenaga kerja sebagai berikut :
118

1. Tenaga Kerja Tetap


Tenaga kerja yang memiliki pendidikan, pengalaman, dan keahlian, dan
mendapatkan gaji bulanan dan upah lembur di luar jam kerja.
2. Tenaga kerja kontrak/musiman
Tenaga kerja yang dibutuhkan pada waktu tertentu saja dan mendapatkan
gaji sesuai dengan jenis pekerjaannya dan waktu yang dibutuhkan untuk
penyelesaiannya.
3. Tenaga Kerja Harian
Tenaga kerja yang mendapatkan upah berdasarkan perhitungan presensi
kehadirannya setiap hari. Tenaga kerja harian mendapatkan upah setiap
dua minggu sekali, pada hari Sabtu, sesuai dengan jumlah hari kerjanya
pada dua minggu tersebut. Tenaga kerja harian dibedakan menjadi dua,
yaitu:
a. Tenaga kerja harian tetap: memperoleh upah berdasarkan jumlah hari
kerja berdasarkan daftar hadir, terlepas dari ada tidaknya pekerjaan
saat hadir.
b. Tenaga kerja harian lepas: menerima upah dari pekerjaan yang
dilakukannya setiap hari. Apabila sudah tidak ada pekerjaan lagi pada
hari berikutnya maka tenaga ini dapat diberhentikan dan tidak berhak
menerima upah.
Sistem pembayaran gaji pada tenaga kerja yang bekerja di proyek
pembangunan Gedung Olahraga Indoor (GOR Indoor) Kabupaten Batang adalah
sebagai berikut :
a. Upah karyawan tetap dibayarkan setiap akhir bulan.
b. Upah mandor dibayarkan setiap volume pekerjaan yang telah diselesaikan
melalui administrasi proyek.
c. Upah tenaga kerja atau tukang dibayarkan setiap Minggu di hari Kamis
melalui mandor.
119

4.5. Pengendalian Alat dan Barang


Perusahaan kontruksi sangat memerlukan pengontrolan yang teratur dan
teliti supaya bisa diketahui, masih ada atau tidaknya stok alat dan bahan di gudang
dan di tempat penyimpanan barang. Alat dan bahan yang masuk atau keluar harus
dicatat secara teliti berikut ukuran, merek dan jumlah atau volumenya. Catatan
barang-barang diperlukan untuk pengontrolan stok dan untuk kalkulasi.
Pengontrolan alat dan bahan bangunan di gudang sebaiknya dilakukan dengan
cara sebagai berikut :

4.5.1. Bukti Penerimaan Barang


Bukti penerimaan barang dipakai jika barang diterima di dalam gudang
dan diisi sesuai dengan banyaknya barang yang diterima, bukti ini diberikan untuk
supplier dari bagian gudang sebagai bukti bahwa supplier telah mengirimkan
barang sesuai dengan pesanan. Bukti ini ditandatangani oleh yang menyerahkan
(supplier), yang mengetahui dalam penerimaan barang dan yang menerima
barang.

4.5.2. Nota Penerimaan Barang


Nota ini dipakai untuk meminta barang dari bagian gudang, diisi sesuai
dengan jumlah dan jenis barang tersebut. Surat ini ditandatangani oleh bagian
gudang dan penerimaan barang.

4.5.3. Surat Permintaan Barang


Surat permintaan barang ini digunakan untuk meminta barang. Surat ini
ada dua jenis, untuk meminta barang ke kantor pusat dan untuk meminta ke
bagian logistik. Surat ini ditandatangani oleh pihak manager lapangan, bagian
teknis dan bagian pelaksana.
120

4.5.4. Kartu Stok


Kartu ini untuk mengisi barang-barang yang keluar atau masuk di gudang
atau bisa dikatakan kita dapat mengetahui jumlah dan macam barang apa saja
yang terdapat di dalam gudang atau stok barang.
Pada proyek pembangunan Gedung Olahraga Indoor (GOR Indoor)
Kabupaten Batang barang yang telah dipesan, disimpan di gudang untuk waktu
yang telah direncanakan. Adapun hambatan-hambatan yang terjadi pada waktu
saat pelaksanaan pekerjaan antara lain:
a. Keterlambatan pada saat pemesanan stok barang yang dibutuhkan.
b. Kekeliruan pada saat pemesanan stok barang yang dibutuhkan.
c. Adanya perubahan desain.

4.6. Pengendalian Keselamatan Kesehatan Kerja Konstruksi (K3K)


Perlindungan tenaga kerja dalam suatu proyek dimaksudkan agar tenaga
kerja dapat secara aman melakukan pekerjaannya sehari-hari, karena kesuksesan
suatu proyek bukan hanya dilihat dari hasil yang diciptakan nantinya, tetapi juga
faktor keselamatan terhadap para tenaga kerja di proyek tersebut, serta dapat
meningkatkan produktivitas kerja dan kualitas pekerjaan.
Tujuan utama K3K adalah:
1. Menghilangkan atau mengurang bahaya kerja, kecelakaan kerja dan atau
mencegah jatuhnya korban serta penyakait akibat kerja.
2. Melindungi aset dan lingkungan terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh
adanya aktifitas pekerjaan.
3. Menjamin tidak terjadinya kerusakan pada lingkungan ditempat kerja dan
kerusakan lingkungan akibat pelaksanaan proyek.
Target K3K antara lain:
1. Zero accident
Tidak ada kecelakaan yang bersifat fatal, maksudnya resiko kecelakaan
konstruksi seperti meninggal, patah tulang, kebakaran, meledak, dll tidak
terjadi sama sekali.
121

2. Wajib APD
Semua pekerja dan pegawai yang memasuki proyek wajib menggunakan
alat perlindungan diri, agar meminimalisir dampak yang terjadi apabila
ada kecelakaan.
3. Material tertata rapi
Material tidak bercecer di dalam area proyek. Ditumpuk rapi dijadikan
satu.
4. Proyek bersih dan sehat
Tidak ada sampah di area proyek. Pekerja membuang sampah di tempat
sampah yang telah disediakan. Tidak ada yang merokok di sembarang
tempat di area proyek, karena ruang untuk merokok telah disediakan
secara khusus, begitu juga dengan WC.
Program-program yang dilaksanakan demi menunjang Keselamatan
Kesehatan Kerja Konstruksi (K3K) antara lain.
4.6.1. Safety Induction
Pemberian pengenalan peraturan safety project kepada setiap karyawan
dan sub kontraktor serta mandor yang terlibat dalam proyek ini untuk partisipasi
dan tanggung jawab terhadap keselamatan kerja semua pihak.
4.6.2. Safety Talk Morning
Kegiatan pengarahan kepada pekerja untuk mengingatkan kembali
pentingnya K3K dan pemakaian alat pelindung diri dalam lingkungan proyek,
sehingga dapat mengurangi maupun menghindari terjadinya kecelakaan kerja.
Kegiatan safety talk morning ini diadakan setiap hari sebelum pekerjaan dimulai.
4.6.3. Safety Inspection
Melakukan inspeksi pada setiap kegiatan, lingkungan dan peralatan yang
memungkinkan untuk terjadinya kecelakaan dan melakukan tindakan
pencegahannya secara langsung serta membuat sistem pelaporan.
4.6.4. Security Plan
Security plan berupa pos pengaman yang mencakup prosedur
pengawasan keluar masuknya bahan-bahan dan peralatan proyek, penerimaan
tamu dan identifikasi daerah rawan di wilayah sekitar proyek.
122

4.6.5. Penyediaan Alat-alat Fasilitas Pendukung K3


Di dalam lingkungan proyek banyak sekali potensi bahaya-bahaya yang
dapat menimbulkan kecelakaan kerja, untuk meminimalisir semua kejadian itu
harus disediakan fasilitas-fasilitas pendukung K3. Fasilitas K3 pada proyek
pembanunan Gedung Olahraga Indoor (GOR Indoor) Kabupaten Batang, antara
lain :

4.6.5.1. Alat Pelindung Diri (APD)


Sebelum memasuki proyek pembanunan Gedung Olahraga Indoor
(GOR Indoor) Kabupaten Batang terdapat beberapa ketentuan yaitu :
a. Gunakan helm keselamatan.
b. Laporkan kondisi tidak aman.
c. Patuhi rambu keselamatan.
d. Patuhi peraturan keselamatan.
e. Jauhi area yang tidak aman.
f. Gunakan APD yang sesuai.
g. Jaga kebersihan area kerja.
h. Gunakan peralatan 220 volt.
i. Laporkan seluruh kecelakaan.
Alat pelindung diri yang wajib digunakan selama di proyek pembangunan
Gedung Olahraga Indoor (GOR Indoor) Kabupaten Batang, antara lain :
1. Pelindung kepala (safety helmet), wajib digunakan di area proyek untuk
menghindari benda yang jatuh atau benturan
2. Masker
3. Sarung Tangan
4. Pelindung mata (kacamata safety)
5. Pelindung Jatuh (fullbody harness)
6. Safety shoes, wajib digunakan di area proyek untuk menghindari
kecelakaan akibat menginjak benda yang berpotensi menimbulkan
kerugian, seperti paku, serpihan kayu, dan lain sebagainya
7. Safety belt, wajib dipakai untuk pekerja berada diatas ketinggian 2 meter.
123

8. Standar Kostum, wajib dipakai ketika masuk area proyek (rompi proyek)
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.4. Alat Perlindungan
Diri.

Gambar 4.4. Alat Pelindung Diri

Pada proyek pembangunan Gedung Olahraga Indoor (GOR Indoor)


Kabupaten Batang terdapat peringatan yang mewajibkan menggunakan APD.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.5. Peringatan Penggunaan Alat
Pelindung Diri.

Gambar 4.5. Peringatan Penggunaan Alat Pelindung Diri

4.6.5.2. Perlengkapan Darurat


Kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukan di lokasi proyek adalah
pengadaan dan penempatan kotak pertolongan pertama (P3K) dan tabung
pemadam kebakaran di lokasi yang berisiko terjadi kecelakaan seperti kantor,
124

security plan dan gudang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.9.
Kotak P3K.

Gambar 4.9. Kotak P3K

4.6.5.3. Rambu-rambu dan Spanduk


Rambu-rambu dan spanduk sangat penting keberadaannya di lokasi
proyek guna mengingatkan potensi bahaya yang akan dihadapi di lingkungan
proyek. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.10. Peringatan pesan
K3K.

Gambar 4.10. Peringatan Pesan K3K

Anda mungkin juga menyukai