Anda di halaman 1dari 11

BAB III

PENGAWASAN DAN DIREKSI PEKERJAAN

3.1 Tujuan Pengawasan


Proyek Bendungan Way Sekampung merupakan salah satu proyek yang begitu penting di
Indonesia. Terutama di era pembangunan seperti saat ini, konstruksi dan proyek
Bendungan menjadi sebuah proyek substansial. Karena pentingnya proyek ini,
pengawasan proyek Bendungan Way Sekampung pun benar-benar diperhatikan baik-baik.
Dan biasanya, untuk tahapan ini sudah akan melibatkan beberapa tim sekaligus demi
memastikan prosedur dan juga standarisasi dari proyek konstruksi bendungan ini sendiri.
Pada umumnya setiap kontraktor pelaksana lebih mengutamakan memperoleh keuntungan
semaksimal mungkin dalam pelaksanaan proyek pembangunan bendungan. Sedangkan
owner yang diwakili oleh pengawas lebih mengutamakan tercapainya kualitas baik dalam
pelaksanaan proyek pembangunan bendungan agar mempunyai kemampuan layanan
(service ability), manfaat dan umur konstruksi panjang. Kontraktor pelaksana yang baik
lebih mengutamakan tercapainya kualitas baik dengan waktu penyelesaian yang cukup
singkat dengan biaya yang tidak terlalu tinggi. Dengan demikian pengawasan dalam
pelaksanaan proyek pembangunan bendungan sangat diperlukan untuk mencegah
terjadinya penyimpangan - penyimpangan baik dalam syarat konstruksi maupun syarat
kualitas.

3.1.1 Tugas Pengawas Baik Teknis Maupun Administratif


Kegiatan pengawasan proyek dilakukan agar pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan
dengan lancar, sesuai dengan perencanaan, hasil yang didapatkan bisa memenuhi
target, dan terhindar dari aksi penyelewengan yang dilakukan oleh pihak
kontraktor. Dalam masa konstruksi, konsultan pengawas melaksanakan pengawasan
dan pemantauan terhadap pencapaian progres fisik proyek secara menerus di
lapangan dan pengendalian proyek secara sistematis dengan menggunakan metode-
metode yang sudah baku guna mencapai sasaran agar hasilnya tepat waktu, tepat
biaya, dan tepat mutu.

3.1.2 Pengawasan Teknis


Yang dimaksud pengawasan teknis yaitu pengawasan untuk mengendalikan
pelaksanaan fisik pembangunan yang dilakukan oleh kontraktor agar dapat
tercapai pekerjaan yang sesuai dengan syarat atau ketetapan yang sudah disetujui.
Beberapa aspek yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :
1. Aspek mutu hasil pekerjaan.
2. Aspek volume pekerjaan.
3. Aspek waktu penyelesaian pekerjaan.
4. Aspek biaya keseluruhan pekerjaan.
Pada proyek pembangunan Bendungan Way Sekampung Paket 2 setiap uraian
pekerjaan dilakukan pengawasan berupa hal-hal berikut :

1. Pekerjaan Persiapan
Hal – hal yang diperiksa :
a. Alat yang dipakai sudah disesuaikan.
b. Di sekitar lokasi proyek, perlu pembersihan apabila ada tanaman, sisa-sisa
bongkaran serta material lain yang dirasa dapat mengganggu jalannya
pekerjaan yang ada di lokasi.
c. Memeriksa pengukuran , gambar rencana yang disiapkan sesuai pada lahan
tersebut.
d. Setelah pengukuran selesai dilanjutkan dengan dengan memeriksa penempatan
titik-titik yang ditentukan sudah sesuai dengan gambar rencana pembangunan
proyek Bendungan Way Sekampung.

2. Pekerjaan tanah
Dalam pekerjaan tanah pada umumnya kita menemui 2 macam :
A. Galian (cut)
Tanah dari galian akan dipergunakan untuk timbunan pertama-tama kita harus
bersihkan dari tumbuh-tumbuhan dan lapisan humusnya harus dibuang, tebal
lapisan ini umumnya setebal 10- 30 cm pekerjaan ini disebut juga Top Soil
Stripping. Dapat tidaknya tanah/material galian ini dipakai untuk timbunan
akan dilakukan pengetesan oleh laboratorium. Jadi, dalam hal ini material itu
boleh dapat dipakai untuk timbunan setelah ada hasil atau ketetapan tertulis
Dari laboratorium.
Teknik penggalian :
Setiap akan berhenti pekerjaan sedapat mungkin diusahakan kalau hujan datang
air tidak tergenang. Sebab, kalau sampai air tergenang mengakibatkan
menyulitkan kerja dan selanjutnya akan mempengaruhi mutu/klasifikasi dari
material.

B. TIMBUNAN ( fill )
Tanah yang digunakan sebagai timbunan harus semaksimal mungkin
menggunakan material hasil galian sebagai bahan untuk timbunan sejauh
secara kualitas memenuhi syarat. Tidak diizinkan adanya semak, akar, rumput
atau material tidak memenuhi syarat lain yang akan dipakai sebagai bahan
timbunan. Kelayakan dari setiap bagian pondasi untuk penempatan material
timbunan dan semua material yang digunakan dalam konstruksi timbunan
adalah sesuai dengan spesifikasi teknik.
Teknik penimbunan :
Sebelum dilakukan pengerjaan timbunan ,kontraktor harus melaksanakan test
uji timbunan (trial embankment) untuk menentukan efektifitas dari beberapa
metode pemadatan dari material yang tersedia untuk pekerjaan timbunan.
Sasaran hasil dari uji test timbunan adalah untuk mengkonfirmasi efektifitas
dari metode pemadatan yang berkaitan dengan jenis dan ukuran dari alat
pemadat, jumlah lintasan untuk ketebalan lapisan yang disyaratkan, efek
getaran terhadap kadar air dan aspek lain dari pemadatan. Pekerjaan ini
termasuk penempatan/penghamparan dari material dari borrow area, galian
dan stock pile dengan perbedaan kadar air dan dalam lajur terpisah untuk
pemadatan dengan peralatan pemadat, kecepatan, frekuensi dan jumlah lintasan
yang berbeda.
Jenis test yang harus dilaksanakan untuk uji timbunan (trial embankment)
adalah sebagai berikut :
 Kepadatan Lapangan (field density)
 Permeability lapangan (field permeability)
 Berat Jenis (specific gravity)
 Kadar Air (water content)
 Konsistensi (consistency/Atterberg Limit)
 Gradasi (gradation) Lapangan dan Laboratorium
 Kepadatan Laboratorium (proctor compaction)

3. Pekerjaan beton
a. Memeriksa Tebal beton untuk tebal LC ( Lean Concrete). Beton yang
digunakan menggunakan kelas mutu yang berbeda-beda. Proses pengecoran beton
ini menggunakan bantuan alat berat Concrate Pump dan truck mixed ( TM ).
b. Memeriksa Jenis dan dimensi batuan harus sesuai dengan spesifikasi.
c. Memeriksa pemadatan yang dilakukan dalam pengecoran.
d. Memeriksa komposisi material yang dipakai harus sesuai dengan spesifikasi.

4. Pekerjaan pasangan
a. Memeriksa Kekutan tanah dan beton harus memiliki spesifikasi yang sesuai
dengan ketentuan.
b. Memeriksa tidak ada sampah dalam bentuk apapun yang dicampur dalam
material.
c. Memeriksa komposisi dalam adukan harus sesuai.
Selama proses pengawasan berlangsung, pengawas harus selalu mencatat semua
kejadian yang berlangsung di lapangan pada lembar Laporan Harian. Setelah itu
dilanjutkan dengan mengisi Laporan Mingguan. Laporan harus selalu dibuat
untuk mengetahui dengan pasti volume yang telah dicapai, sehingga dapat
dipantau perkembangan dari pekerjaan tersebut. Apapun yang terjadi di lapangan
yang berhubungan dengan pekerjaan, wajib dikoordinasikan dengan anggota
direksi yang lain termasuk dengan ketua direksi dan Pejabat Pembuat Komitmen
yang membidanginya.

3.1.3 Pengawasan Administrasi


Adapun tugas pengawasan administrasi adalah sebagai berikut
1. Membantu Pengguna Jasa dalam memahami dan melaksanakan ketentuan-
ketentuan hukum yang tercantum dalam dokumen kontrak, terutama sehubungan
dengan penentuan kewajiban dan tugas Penyedia Jasa Pemborongan.
2. Mengadakan komunikasi dan surat-menyurat, membuat memorandum atas
pekerjaan konstruksi saluran saluran dan koker untuk jenis penanganan
(peningkatan pemeliharaan/perbaikan, pembangunan baru).
3. Membuat dokumentasi hasil-hasil test pelaksanaan pekerjaan berupa, foto-foto
yang dibuat sebelum pekerjaan berlangsung (mulai), sedang berjalan dan
pekerjaan selesai, serta kejadian di lapangan lainnya.
4. Menyiapkan dokumendasi sehubungan dengan Contract Change Order dan
Addendum sehingga perubahan-perubahan kontrak yang diperlukan dapat dibuat
secara optimal dengan mempertimbangkan semua aspek yang ada.
5. Menyiapkan dan menyampaikan laporan pekerjaan secara berkala.

3.2 Pengendalian Proyek


3.2.1 Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu di proyek dilaksanakan berdasarkan inspeksi lapangan oleh
petugas yang bertanggung jawab dalam pengendalian mutu. Bagi perusahaan jasa
konstruksi yang telah mengikuti dan memperoleh sertifikat ISO-9000, sebagai sistem
manajemen mutu, maka pengendalian mutu pekerjaan pembangunan suatu proyek
konstruksi mengikuti ketentuan dan prosedur yang ada dalam Sistem Manajemen
Mutu standar ISO-9000 tersebut.
Penerapan standar ISO-9000 di proyek meliputi :
a. Implementasi Procedure dan Work Instruction untuk setiap pekerjaan
Proceduredan Work Instruction disusun sesuai yang disyaratkan dalam ISO-9000
dan merupakan panduan bagi Manajemen Proyek untuk penyediaan sumber daya
yang diperlukan guna pemenuhan target-target yang telah ditentukan dengan
memfokuskannya kepada kepuasaan pelanggan.
b. Internal dan External Audit
Guna memonitor pencapaian target selama proses kerja berlanggsung, maka perlu
dilakukan audit secara periodik. Agar penyimpanan selama dalam proses kerja
dapat segera terdeteksi untuk mengurangi kemungkinan kesalahan atau kerugian
yang lebih besar.

Adapun tahapan kegiatan audit dilaksanakan sebagai berikut,


Oleh pihak internal dapat berupa :
 Inspeksi/Tes sesuai metode kerja.
 Inspeksi oleh Para Petugas Perusahaan yang bertanggung jawab.
 Inspeksi oleh pihak Manajemen.
 Management Review secara periodic (mingguan, bulanan, triwulanan, semesteran)
sesuai ruang lingkupnya.
 Questionaire (angket) kepada pelanggan sebagai ukuran untuk menetapkan
kepuasan pelanggan atas produk yang diterima.

Oleh pihak Eksternal, berupa :


 Audit oleh suatu Badan Sertifikasi Internasional
 Pengukuran dan Analisis
Hasil temuan audit selalu dianalisa untuk menetapkan program perbaikan
selanjutnya, sehingga diharapkan pihak perusahaan selalu dapat memenuhi apa
yang disyaratkan dan diharapkan oleh para pelanggan.
 Improvement
Setiap perbaikan (Improvement) yang usulkan harus diuji nilai lebihnya
terhadap operasional dan keuntungan perusahaan, dan apabila hasilnya
positif bagi Perusahaan, maka Manajemen akan menetapkannya sebagai
target atau ketentuan perusahaan yang harus dipenuhi, dan menyediakan
sumber daya yang diperlukan bagi pemenuhannya.

3.2.2 Pengendalian Biaya Bahan dan Upah


1. Pengendalian Biaya Bahan
Pengendalian Biaya Bahan untuk kebutuhan proyek dilakukan untuk menetukan
kebutuhaan riil bahan atau material proyek guna mendukung pelaksanaan proyek
di lapangan. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam pengendalian biaya
bahan adalah :
a. Menghitung volume keseluruhan bahan pokok/utama berdasarkan gambar.
b. Mencocokan dengan volume dalam RAB.
c. Membuat SPP (Surat Permintaan Pembelian) bahan sebesar max. 80% dari
total volume rencana, kecuali untuk material import, agar dihitung secara tepat
dan dipesan 100%.
d. Untuk material yang perlu mendapatkan persetujuan Pemilik Proyek.
e. Mendapatkan contoh material yang harga satuannya lebih murah dari RAB,
tetapi masih bisa diterima spesifikasinya.
f. Mengajukan contoh, material tersebut untuk disetujui Pemilik Proyek.
g. Membuat Persetujuan tertulis.
h. Melakukan harga dengan supplier dan menyiapkan Surat Pesanan/PO Tahapan
Pembelian terdahulu.
i. Membuat PO (Purchase Order)/Surat Pesanan bahan dengan volume
maksimum sebesar SPP dan harga satuan sesuai negosiasi.
j. Melampirkan dalam PO jadwal pengiriman bahan.
k. Membuat PO dengan kondisi Lumpsum Fixed Price dan pasal/pasal sesuai
kontrak Kontraktor dengan Pemilik Proyek.
l. Melakukan pengendalian periodik dilakukan atas realissasi penerimaan bahan
dan dengan memperhitungkan sisa pekejaan.

2. Pengendalian Biaya Upah


Adapun tahapan dalam pengendalian biaya upah yang bisa dilakukan adalah :
a. Menghitung volume pekerjaan sesuai lingkup pekerjaan dalam kontrak.
b. Mencocokkan dengan volume yang tertera dalam RAP (Rencana Anggaran
Pelaksanaan).
c. Melakukan negosiasi upah dengan pedoman standar upah dari proyeklain yang
sejenis sampai mencapai harga yang paling efisien.
d. Membuat SPK, yang semaksimal mungkin mencakup volume 80-90% dari
total volume pekerjaan.
e. Merinci nilai/biaya dalam SPK dengan jelas, mencakup semua jenis pekerjaan
yang mendukung dan masing-masing harganya, misalnya :
Pembersihan/Perapihan, Alat Bantu, dan Lembur.

3.2.3 Pengendalian Waktu


Masalah pengendalian waktu dapat menjadi tolak ukur keberhasilan suatu proyek.
Penggunaan waktu yang kurang efektif dan ekonomis akibat dari tidak adanya
perencanaan yang baik akan menyebabkan suatu pekerjaan tidak dapat selesai tepat
pada waktu. Sebagian dasar pengendalian waktu pelaksanaan pekerjaa, disusun kurva
S dan time schedule, yang bertujuan agar seluruh pekerjaan dapat diselesaikan sesuai
dengan jangka waktu yang telah direncanakan dan pelaksanaan pekerjaan dapat
berjalan dengan lancar.
Time schedule berbentuk suatu diagram yang memuat tentang macam-macam
pekerjaan yang ada serta bobot volume masing-masing pekerjaan sudah ditentukan
waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan cara estimasi dalam
menetapkan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk satu jenis pekerjaan didasarkan
pada jumlah tenaga kerja yang ada dan volume pekerjaan.

Jadi time schedule merupakan analisis terhadap waktu yang dibutuhkan dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan proyek dengan memanfaatkan waktu, tenaga kerja
dan biaya seefisien mungkin. Sering kali terjadi waktu yang digunakan untuk
menyelesaikan pekerjaan melampaui batas waktu yang telah direncanakan, sehingga
mengalami keterlambatan pekerjaan. Pemecahannya adalah mengubah time schedule
atau re-scheduling, sehingga keterlambatan dapat segera diatasi.
3.2.4 Pengendalian Kuantitas dan Kualitas
Untuk mendapatkan hasil pekerjaan dengan kualitas dan kuantitas seperti yang telah
diisyaratkan diperlukan adanya pengendalian kualitas dan kuantitas pekerjaan sejak
perencanaan mulai dilakukan sampai saat penyerahan pekerjaan. Salah satu cara
yang dilakukan untuk pengendalian kualitas dan kuantitas pekerjaan adalah melalui
evaluasi laporan-laporan pekerjaan yang dibuat dan melalui pengecekan langsung di
lapangan pada saat pelaksanaan.

3.2.4.1 Kuantitas
Untuk mengendalikan kuantitas agar sesuai dengan yang diharapkan dapat
dilakukan melalui pengujian-pengujian material yang dilakukan di
laboratorium maupun di lapangan.
A. Kuantitas Tulangan
Untuk pengecekan material tulangan dilakukan dengan penghitungan
ulang pada jumlah tulangan serta pengukuran diameter tulangan secara
langsung dengan menggunakan alat ukur untuk memastikan bahwa
kuantitas yang dipesan sesuai dengan kuantitas yang dibutuhkan pada
rencana pekerjaan. Ukuran tulangan yang digunakan pada besi dowel
berukuran 25 mm dan besi tulangan tie rod 25 mm.

3.3 Cara Mengevaluasi Kemajuan Pekerjaan Oleh Pengawas


Untuk dapat mengetahui kebenaran pekerjaan, maka perlu dilakukan beberapa evaluasi
kemajuan pekerjaan.Keberhasilan pengawas ditentukan apabila pekerjaan dapat selesai
100% dengan tepat waktu dan kualitas baik. Setiap pekerjaan akan dievaluasi
kebenarannya berdasarkan :
1. Kualitas Material Bahan Konstruksi
Kualitas material bahan konstruksi seperti tanah, semen, pasir, split, air, dll. harus
dievaluasi apakah sesuai dengan spesifikasi teknis yang ada dalam kontrak kerja.
Evaluasi dapat dilakukan dengan cara pengamatan visual dan melakukan pengujian
laboratorium.
2. Struktur Konstruksi
Evaluasi struktur konstruksi dilakukan dengan cara pengamatan visual untuk
membandingkan dimensi dan apakah kontruksi sesuai dengan gambar kerja yang
telah disepakati bersama.
3. Peralatan Dan Perlengkapan Kerja
Penggunaan peralatan dan perlengkapan kerja akan mempengaruhi kualitas
pekerjaan.

3.3.1 Pengendalian Jadwal Pelaksanaan


Pengendalian waktu pelaksanaan proyek dilakukan dengan menggunakan alat Bantu
Jadwal Pelaksanaan seperti Bar Chart Schedule, kurva S sebagai indikator terlambat
atau tidaknya suatu proyek dan formulir-formulir pengendalian jadwal yang lebih
rinci, masing-masing untuk bahan, alat, maupun subkontraktor.
Keterlambatan yang ditemukan kemudian dibahas dalam rapat-rapat proyek untuk
dicari penyelesaiannya, baik dalam rapat internal proyek dengan mengundang
unsure-unsur proyek yang terlibat termasuk para supplier, subkontraktor dan para
mandor maupun dalam rapat eksternal bersama pemilik proyek atau pihak yang
mewakilinya
3.4 Permasalahan Pekerjaan di Lapangan
Dalam pelaksanaan konstruksi seringkali ditemukan beberapa problem dalam setiap item
pekerjaan baik dari segi perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan yang bisa
berpengaruh terhadap mutu, biaya, dan waktu. Permasalahan-permasalahan yang terjadi
dalam konstruksi tentu akan mengganggu jalannya suatu proyek dan sedapat mungkin
harus dihindari.
Dalam proyek pembangunan Bendungan Way Sekampung Paket 2 didapati analisa
permasalahan yang terjadi pada perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan selama
pelaksanaan pada Proyek yaitu sebagai berikut.
1. Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan pada proyek pembangunan Bendungan Way
Sekampung Paket 2 secara keseluruhan baik dan telah sesuai dengan spesifikasi.
Namun hanya pada cuaca tertentu akan berdampak pada kondisi tanah dan lapangan
yang akan memperlambat akses distribusi beton, sehingga mempengaruhi biaya dan
waktu pekerjaan.
2. Perubahan design penulangan pada struktur crown yang awalnya memakai besi D29
menjadi D25.
3. Keterlambatan pengiriman material semen dari supplier sehingga mengganggu proses
produksi di Baching Plants.
4. Operator alat berat yang masih terbatas sehingga untuk menyelsaikan volume
pekerjaan yang sama harus menunggu pekerjaan yang lain selesai.
5. Sulitnya pemasangan besi lengkung dalam terowongan sehingga dilakukan improve
dalam metode pemasangan pembesian sehingga lebih efektif dalam pekerjaan.
6. Meluapnya air sungai Way Sekampung ketika terjadi hujan dengan intensitas yang
tinggi dan durasi yang lama sehingga menggangu aktivitas pekerjaan di lapngan
terutama dibagian terowongan dan timbunan tubuh bedung sebelah kiri.

Anda mungkin juga menyukai