PASAL - I
PENDAHULUAN
b). Kecuali disebutkan lain, maka setiap bagian dalam Persyaratan Teknis ini berlaku
untuk seluruh konstruksi yang termasuk dalam pekerjaan kegiatan ini,
disesuaikan dengan gambar-gambar, keterangan-keterangan tambahan
tertulis dan perintah- perintah Direksi/Pengawas.
c). Semua pekerjaan yang ditentukan dalam Dokumen ini mengacu dan harus
mengikuti persyaratan dan Standard Nasional Indonesia (SNI), Standard
konsep Standard Normalisasi Indonesia (SK SNI), serta Peraturan-peraturan
Nasional dan Internasional lain yang ada hubungannya dengan pekerjaan ini.
d). Standard-standard utama yang dipakai adalah standard-standard yang dibuat
dan berlaku resmi di negara ini, apabila tidak terdapat standard yang dapat
diberlakukan terhadap pekerjaan tersebut, maka harus digunakan Standard
Internasional yang berlaku atas pekerjaan-pekerjaan tersebut atau setidak-
tidaknya standard dari negara produsen bahan yang menyangkut pekerjaan
tersebut yang diberlakukan.
e). Gambar denah, potongan-potongan dinyatakan dalam gambar rencana dan
dijelaskan pula dalam gambar detail lengkap dengan ukurannya. Dan apabila
terdapat ketidak jelasan dalam ukuran pada gambar, maka Pemborong wajib
meminta penjelasan dan petunjuk kepada Direksi/Pengawas Teknik sebelum
pekerjaan dilaksanakan.
dan utilitas yang terletak didalam tanah. Prasarana yang ada disekitar dan
diperlukan oleh bangunan dan utilitas harus dijaga agar tetap berfungsi.
Kerusakan-kerusakan yang terjadi akibat kegiatan pelaksanaan oleh Pelaksana
harus diperbaiki oleh dan atas beban biaya Pelaksana sesuai dengan kondisi
sebelumnya.
1.6.3. Penjagaan dan Pemeliharaan
Untuk pekerjaan yang sudah selesai, Pelaksana bertanggung jawab atas
penjagaan, perlindungan dan pemeliharaan terhadap pekerjaan-pekerjaan
atau bagian-bagian pekerjaan yang telah selesai seperti permukaan bagian
dalam/luar, perlengkapan peralatan dan lain-lainnya dari segala macam bentuk
noda/kotoran, kerusakan dan cacat-cacat lainnya selama masa Kontrak
berlangsung sampai pada saat pekerjaan diserahkan untuk pertama kalinya
kepada pemilik.
Persyaratan dan ketentuan khusus dibawah ini harus dianggap sebagai standar
kondisi akhir pekerjaan pada saat penyerahan pertama. a. Halaman Bangunan
Setelah pekerjaan selesai, kecuali apabila Direksi berpendapat lain,
Pelaksana harus membongkar semua bangunan sementara, peralatan
pelaksaan, mesinmesin, kelebihan bahan, puing-puing dan kotoran-kotoran
lain dari halaman bangunan. Pelaksana harus membuang bahan-bahan zat-
zat organik yang berada didalam, bawah dan sekitar bangunan dan
melakukan desinfektan terhadap dan bekas-bekasnya. Halaman bangunan
harus diserahkan dalam kondisi yang rapi dan memuaskan.
b. Permukaan Beton, Pasangan dan Logam
Pelaksana harus membersihkan secara cermat semua permukaan beton,
pasangan dan logam serta ceceran adukan, noda-noda bekas bocoran
pada beton bekas-bekas bekisting, ceceran aspal, cat dan lain-lain.
c. Plumbing dan Perlengkapannya
Pelaksana harus membersihkan pipa-pipa dan fittingnya dari kotoran dan
membersihkan dengan menggosok semua perlengkapannya, serta
menjamin bahwa fasilitas ini dapat berfungsi dengan baik.
Pengguna Barang Jasa. Contoh bahan dan barang yang akan digunakan dalam
pekerjaan harus disediakan atas biaya Pelaksana, setelah disetujui pemberi tugas atau
direksi, dan dianggap bahwa bahan dan barang tersebut yang akan dipakai dalam
pelaksanaan pekerjaan nanti. Contoh bahan dan barang tersebut, disimpan oleh
Direksi Pengawas atau Pengguna Barang Jasa untuk dijadikan dasar penolakan bila
ternyata bahan dan barang yang dipakai tidak sesuai kualitas maupun sifatnya.
Dalam pengajuan harga penawaran, Pelaksana/Pelaksana harus sudah memasukan
jumlah keperluan biaya untuk pengajuan berbagai bahan dan barang. Tanpa
mengingat jumlah tersebut Pelaksana/Pelaksana tetap bertanggung jawab pula atas
baiya pengujian bahan dan barang yang tidak memenuhi persyaratan yang dibuat oleh
Pengguna Barang Jasa/Direksi Pengawas.
1.10. MOBILISASI
10.1. Mobilisasi sebagaimana ditentukan dalam kontrak ini akan meliputi pekerjaan
persiapan yang diperlukan untuk pengorganisasian dan pengelolaan
pelaksanaan pekerjaan kegiatan. Ini juga akan mencakup demobilisasi setelah
penyelesaian pelaksanaan pekerjaan yang memuaskan.
10.1. Kontraktor harus mengerahkan sebanyak mungkin tenaga setempat dari
kebutuhan tenaga pelaksanaan pekerjaan tersebut dan bilamana perlu
memberikan pelatihan yang memadai.
10.3. Sejauh mungkin dan berdasarkan petunjuk Direksi, Kontraktor harus
menggunakan rute (jalur) tertentu dan menggunakan kendaraan kendaraan
PASAL - 2
STANDARD OPERATION PROCEDURES (SOP)
DAN DOKUMENTASI PROYEK
Surat menyurat dengan subyek tersebut ditujukan secara langsung antara dari
dan ke pihak Kontraktor dan Direksi/ Konsultan pengawas proyek, pihak-pihak
lain akan mendapat tembusan bilamana perlu. Oleh Pengawas proyek surat-
surat tersebut akan diteruskan kepada Direksi/Konsultan Pengawas proyek
pihak Pemilik Pekerjaan.
notulen atau memo terkait dengan pekerjaan tersebut, dan foto-foto bilamana
pekerjaan tersebut nantinya akan tertutup oleh material struktur/finising lainnya.
Direksi Pengawas akan menerbitkan Site Instructions terkait dengan pekerjaan tambah
kurang ini.
Evaluasi atas pekerjaan tambah kurang akan dilakukan bersama-sama dengan pihak
Pemilik Pekerjaan berdasarkan pemahaman atas kontrak dan dokumen Pengadaan
terkait.
Pekerjaan tambah kurang merupakan suatu kontrak terpisah dari kontrak utama
Kontraktor dengan pihak Pemilik Pekerjaan dimana hasil rekapitulasi atas pekerjaan
yang telah disetujui akan di perhitungkan pada saat progress pekerjaan mencapai 100%.
PASAL - 3
PEKERJAAN PERSIAPAN
3.4.7. DOKUMENTASI
Pelaksana harus memperhitungkan biaya pembuatan dokumentasi serta
pengirimannya ke kantor Pejabat Pembuat Komitmen Pekerjaan
Pembangunan Pagar serta pihak-pihak lain yang diperlukan.
Yang dimaksud dengan pekerjaan dokumentasi ialah :
1. Membuat Laporan-laporan perkembangan Pekerjaan Pembangunan Pagar
yakni Harian, Mingguan dan Bulanan.
2. Untuk kelengkapan laporan, Pelaksana harus membuat foto-foto
dokumentasi ukuran 4R, dibuat sebelum pekerjaan di mulai (0 %), tahap
pelaksanaan hingga selesai (setiap kali untuk pembuatan laporan) dan
pada setiap kali akan melakukan tagihan/termin, foto dokumentasi harus
selalu diambil pada posisi yang sama untuk setiap kemajuan (tampak depan,
samping dan belakang) dan setiap bagian yang penting antara lain
penulangan, pondasi dan lain-lain.
3. Surat-surat dan dokumen lainnya.
PASAL - 4
PEKERJAAN BETON
4.1. PEKERJAAN BETON STRUKTUR
4.1.1. UJI BETON
1. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini mencakup prosedur yang harus dilakukan guna pengambilan
contoh beton selama pelaksanaan pengecoran beton.
Pekerjaan ini mencakup penyediaan peralatan seperti :
- Alat-alat laboratorium dan peralatan yang dibutuhkan.
- Perlengkapan penyimpanan.
- Landasan pencampur dekat lokasi gudang.
- Cetakan kedap air, dengan kubus dimensi 150mm x 150mm x 150mm.
- Batang besi untuk memadatkan contoh adukan beton dengan Ø 16
mm (5/8"), panjang 600 mm.
- Kerucut slump.
- Kotak-kotak untuk pengangkutan kubus.
2. Mutu beton yang diperkenankan dalam pekerjaan ini masing-masing
berdasarkan klasifikasi :
- Beton mutu K-225 : Pondasi Poer, Kolom Pedestal, Sloof Beton,
Kolom Beton, Ringbalk Beton.
2. Standar / Rujukan
1. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI-1971) 2.
American Society for Testing and Materials (ASTM):
- ASTM C31-90 Test Method of Making and Curing Concrete Test
Specimens in the Field.
- ASTM C39-86 Test Method for Compressihale Strength of Cylindrical
Concrete Specimens.
- ASTM C42-90 Test Method for Obtaining and Testing Drilled Cores and
Sawed Beams of Concrete.
- ASTM C31-90a Test Method of Slump of Hydraulic Cement Concrete.
ASTM C172-90
- Practice of Sampling Freshly Mixed Concrete.
- ASTM C231-90
- Test Method for Air Content of Freshly Mixed Concrete by the Pressure
Method.
3. Prosedur Umum
1. Contoh adukan beton diambil sesuai dengan prosedur ASTM C 172 dan/atau
PBUI (PBI-1971) atau seperti ditentukan dalam Spesifikasi ini yang memenuhi
standar ASTM 1972.
2. Contoh adukan beton harus mewakili setiap kelompok pencampuran dan
terdiri dari berbagai perbandingan dari tempat yang berbeda dalam
kelompok pencampuran.
3. Contoh harus diaduk menyeluruh dengan sekop untuk memperoleh
keseragaman. Uji slump contoh harus dilakukan segera setelah
pengambilan contoh.
4. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Uji Slump
Uji Slump harus dilakukan setiap kali pembuatan uji beton kubus. Metoda
harus memenuhi standar ASTM C 143.
2. Pembuatan Kubus Beton
Cara pembuatan kubus beton harus sesuai dengan cara yang diuraikan
dalam PBI 71/NI.2-1971. Contoh diusahakan tidak berubah pada saat
pengangkutan. Bila bahan akan diangkut ke tempat yang jauh dari tempat
pengambilan contoh, beton harus diaduk dengan sekop sebelum
dimasukkan ke dalam cetakan.
3. Perawatan Contoh di Laboratorium
Contoh untuk uji coba beton harus diambil sesuai ketentuan PBI 71/NI.2- 1971.
Kubus untuk uji coba beton harus dibuat, dirawat di laboratorium dan diuji
sesuai ketentuan PBI (NI-2, 1971).
4. Kubus untuk uji beton harus dibuat, dirawat di laboratorium dan diuji sesuai
ketentuan ASTM C 31 dan ASTM C 39.
benturan. Kubus boleh disimpan di tempat yang tertutup rapat, kotak kayu
yang kuat, atau bangunan sementara selama temperatur di sekitamya
berkisar antara 15,6° C dan 26,7°C dan penguapan dari contoh dapat dicegah.
2. Pada umur 1 (satu) hari setiap kelompok contoh harus diperiksa untuk
perawatan dan pengujian. Tempatkan kubus pada kotak yang kuat untuk
pengiriman. Jarak antara kubus dan kotak harus diisi dengan pasir basah
atau serbuk gergaji. Setiap kelompok kubus harus dilengkapi dengan
catatan waktu / tanggal pembuatan kubus.
3. Bila memungkinkan mengirim contoh baru berumur 1 (satu) hari, contoh
harus dilembabkan terus menerus dengan pasir basah sampai akhir periode
24 jam, dan harus tetap lembab pada temperatur 21°-24,5° C sampai saat
pengiriman. Kubus harus dikirim secepat mungkin dan paling lambat
beberapa hari sebelum periode 7 (tujuh) hari tercapai, karena laboratorium
harus menerima kubus-kubus tersebut sehari atau lebih sebelum pengujian
7 (tujuh) hari.
6. Pengujian
1. Pemeriksaan dan pengujian harus dilaksanakan oleh lembaga yang
dikontrak oleh Pelaksanadan sudah disetujui konsultan pengawas.
2. Pelaksana harus bekerja sama dengan Laboratorium Penguji untuk
kelancaran pekerjaan. Pelaksana harus memberitahu Laboratorium dan
Pengawas Lapangan minimal 24 jam sebelum pengecoran beton dimulai
untuk pemeriksaan dan pengujian beton di tempat percampuran dan di
lapangan, dan pemeriksaan acuan dan penulangan. Pelaksana harus
menyediakan gudang kotak berisolasi yang dapat dikunci dalam ukuran
yang memadai untuk menyimpan peralatan dan contoh benda uji di lokasi
Pekerjaan Pembangunan Pagar, dan beberapa pekerja untuk menyiapkan
contoh benda uji.
3. Pembuatan, penanganan, pengangkutan dan perawatan contoh harus
dilakukan oleh staf Laboratorium Penguji saja.
4. Pengawasan dan pemeriksaan harus meliputi persyaratan minimal : -
Pengambilan contoh dan pengujian campuran beton.
- Mempelajari dan memeriksa campuran desain yang diusulkan Pelaksana.
- Mengevaluasi tempat percampuran dan peralatan untuk mengukur,
mencampur dan mengangkut beton.
- Mengevaluasi tempat pencampuran dan pelaksanaan pencampuran.
Mengevaluasi campuran beton.
8. Bila pengujian dan laporan mengindikasikan adanya beton yang tidak memenuhi
kuat tekan yang disyaratkan, Pengawas Lapangan akan memberi tahu Pelaksana
secara tertulis. Tambahan perawatan sesuai pengarahan Pengawas Lapangan
mungkin diperlukan dalam desain campuran beton untuk sisa pekerjaan beton,
atau kemungkinan beton harus dibongkar dan diganti, dan semuanya atas biaya
Pelaksana.
7. Kondisi Lingkungan
Tidak diijinkan menuang beton pada waktu hujan atau ketika hujan
diperkirakan akan turun kecuali bila pekerjaan dapat di lindungi terhadap
hujan dan/atau aliran air permukaan.
2. Standar/Rujukan
1. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (NI-2, 1971)
2. British Standar (BS)
3. American Society for Testing and Materials (ASTM)
4. American Concrete Institute (ACI)
5. Standar Industri Indonesia (SII)/ Standar Nasional Indonesia (SOI) 2.6.
Spesifikasi Teknis - Beton Cor di Tempat
3. Prosedur umum
1. Contoh Bahan dan Sertifikat Pabrik
1. Pelaksana harus menyerahkan kepada Pengawas Lapangan, contoh
bahan beserta sertifikat pabrik bahan baja tulangan untuk disetujui.
2. Sebelum pengadaan bahan, semua daftar bahan dan daftar
pemotongan harus disiapkan oleh Pelaksana dan diserahkan kepada
Pengawas Lapangan untuk disetujui.
3. Persetujuan yang diberikan tidak berarti membebaskan Pelaksana
dari tanggung jawabnya untuk memastikan kebenaran daftar
pemesanan dan daftar pemotongan.
5. Bahan-Bahan
1. Umum
Semua baja tulangan lunak harus dalam keadaan baru, tidak berkarat
atau memiliki cacat lainnya serta harus memenuhi ketentuan dalam
Spesifikasi Teknis ini.
2. Baja Tulangan
Kecuali ditentukan lain, baja tulangan polos harus dari baja Mutu BLTP-
24 dengan tegangan leteh minimal 2400 kg/cm2, dan baja tulangan ulir
dari baja mutu BLTP-32 dengan tegangan leleh minimal 3200 kg/cm2
serta memenuhi ketentuan SIFO 136- 84/SNI.07-2052-1990.
Diameter yang digunakan harus sesuai ketentuan dalam Gambar Kerja.
3. Jenis-jenis diameter besi
3. Prosedur Umum
1. Gambar Detail Pelaksanaan
Gambar Detail Pelaksanaan berikut harus di sertakan Pelaksana kepada
Pengawas Lapangan untuk disetujui dan harus meliputi :
- Diagram penulangan yang menunjukkan pembengkokan, kait,
lewatan, sambungan dan lainnya sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis.
- Bentuk cetakan harus menunjukkan batang struktur, spasi, ukuran,
sambungan, sisipan dan pekerjaan lainnya yang terkait.
- Metoda pengecoran termasuk desain campuran, tenaga kerja,
peralatan dan alat-alat kerja.
A. Pemeriksaan Lapangan
- Sebelum memulai pekerjaan beton, pengujian pendahuluan
tersebut di bawah akan dilakukan oleh Pengawas Lapangan
dengan biaya Pelaksana.
Pelaksana harus mengacu kepada hasil campuran percobaan dan
estimasi yang akan digunakan datarn pekerjaan ini.
- Pelaksana harus membantu Pengawas Lapangan dalam
pelaksanaan pengambilan contoh dan pengujian. Pengujian
pendahuluan akan meliputi penentuan hal-hal berikut :
- Karakteristik batu pecah.
- Tipe dan kualitas semen.
- Pemilihan dan dosis bahan tambahan.
- Perbandingan kelas batu pecah dan campuran.
- Faktor air semen.
- Pengujian slump.
- Karakteristik campuran beton segar.
Pengujian-pengujian ini harus dilakukan sampai diperoleh campuran
yang sesuai dengan ketentuan Spesifikasi Teknis ini.
- Bahan Tambahan
Semua bahan tambahan untuk beton harus diuji sesuai standar
ASTM C 260 dan ASTM C 494 minimal 30 hari sebelum pekerjaan
beton dimulai.
Bahan tambahan tidak diijinkan digunakan tanpa persetujuan
Pengawas Lapangan.
4. Bahan-Bahan
1. Beton
A) Komposisi beton, baik berat atau volume, harus ditentukan oleh
Pengawas Lapangan dan harus memenuhi kondisi berikut :
- Slump harus ditentukan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis.
- Campuran alternatif tidak boleh digunakan sebelum disetujui
Pengawas Lapangan.
- Tanpa air yang berasal dari batu pecah
B) Untuk Pekerjaan ini penggunaan Beton dikelompokkan dalam
kelas Beton mutu K-125, Beton mutu K-250, Beton mutu K-275, Beton
mutu K-300, dan Beton mutu K-350. Penggunaan untuk masing-
masing kebutuhan dapat dilihat pada gambar rencana.
2. Semen
4. Agregat Halus
Agregat halus untuk beton harus terdiri dari pasir keras dan harus
disetujui Pengawas Lapangan. Agregat halus harus memenuhi
ketentuan berikut :
5. Agregat Kasar
Agregat kasar untuk konstruksi harus terdiri dari batu butiran, batu
pecah, kerak dapur tinggi dan bahan lainnya yang disetujui dan
memiliki karakteristik serupa yang keras, tahan lama dan bebas dari
bahan-bahan yang tidak diinginkan.
Agregat kasar harus bebas dari bahan-bahan yang merusak dan harus
memenuhi ketentuan berikut :
4.1.4. PERANCAH/BAKESTING
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini mencakup pengadaan bahan baja tulangan yang sesuai
Gambar Kerja. Pekerjaan ini termasuk semua mesin, peralatan, tenaga kerja dan
pemasangan baja tulangan.
2. Pelaksanaaan Pekerjaan
dipotong dengan bentuk dan ukuran yang sama dengan permukaan yang akan
disambung.
Pengisi harus dipasang dengan kuat terhadap permukaan beton yang telah
ditempatkan dengan cara sedemikian rupa sehingga tidak bergeser bila
disampingnya ditempatkan beton.
4.1.9. TOLERANSI
Pelaksana harus menjaga dan menyetel acuan untuk memastikan, setelah
pembongkaran acuan dan sebelum pekerjaan akhir, bahwa tidak ada bagian
beton yang melebihi toleransi yang diijinkan dalam Gambar Kerja. variasi
ketinggian lantai harus diukur sebelum pembongkaran pelindung dan
penumpu.
memastikan persediaan bahan yang memadai, dalam batas yang aman, agar
pengecoran beton dapat dilaksanakan.
4. Bila pengecoran tidak dapat dihentikan, Pelaksana harus menyediakan
peralatan tambahan dan memadai yang disetujui Pengawas Lapangan.
5. Beton ready-mixed harus dicampur dan didatangkan sesuai ketentuan
ASTM C 94 dan ASTM C 685.
6. Singkirkan cacat, karat, noda atau beton ekspos yang luntur warnanya
atau beton yang akan dicat dengan
- Semprotan pasir ringan
- Pembersihan dengan larutan lembut sabun detergent dan air yang
diaplikasikan dengan menggosok secara keras dengan sikat lembut,
kemudian disiram dengan air. Hilangkan noda karat dengan
mengaplikasikan pasta asam oksatid, biarkan sejenak, dan sikat dengan
kikir yang disetujui.
- Pembersihan dengan larutan asam muriatik yang mengandung tidak
kurang dari 2 % dan tidak lebih dari 5 % asam dalam volume, yang
diaplikasikan pada permukaan yang sebelumnya telah dilembabkan
dengan air bersih.
- Hilangkan asam, Lindungi bahan metal atau lainnya yang dapat rusak
karena asam.
- Tambalan kapur.
- Mengikir dan menggurinda.
4.1.15. PENYELESAIAN BETON
1. Kecuali ditentukan lain, permukaan beton harus segera diselesaikan
setelah pembongkaran dan harus diselesaikan sesuai tingkat dan dimensi
seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
2. Floor Hardrainer harus diaplikasikan pada permukaan beton yang masih
segar secara merata, dengan cara pelaksanaan dan dalam jumlah sesuai
rekomendasi dari pabrik pembuatnya, atau sebanyak 5 kg/m, kecuali bila
ditentukan lain oleh Pengawas Lapangan.
PASAL - 5
PEKERJAAN PAS. DINDING DAN PLESTERAN
5.1.3. Pelaksanaan
1. Kondisi lapangan pekerjaan
1) Pengecoran sloof beton telah selesai dilaksanakan dan telah dalam
kondisi stabil dan dijamin tidak akan terjadi keruntuhan setelah beban
pasangan bata bekerja.
2) Peralatan utama dan steger telah disiapkan.
3) Bouwplank, peil dan segala titik referensi yang dibutuhkan telah
terpasang dengan baik, sehingga akan menjamin hasil akhir sesuai
dengan gambar rencana.
2. Pelaksanaan Pekerjaan
1) Pasangan dinding batu bata umumnya adalah 1/2 batu dan 1 Batu, kecuali
Direksi memberikan petunjuk lain.
2) Pemasangan batu bata harus lurus dan tegak, lajur penaikannya diukur
tepat dengan tiang lot, kecuali bilamana tidak diperlihatkan dalam
gambar maka setiap lajur bata harus putus sambungan dengan lajur
dibawahnya. Selain itu pola ikatan pasangan harus terjaga baik diseluruh
pekerjaan.
3) Pada jarak-jarak tertentu pasangan batu tersebut perlu diperkuat dengan
kolom praktis
(beton), dengan dimensi, penulangan dan penempatan sesuai gambar.
4) Sebelum bata dipasang hendaknya direndam dalam air sampai jenuh, dan
pemasangannya harus rapi sesuai dengan syarat pekerjaan yang baik.
Batu bata potongan tidak boleh dipakai/dipasang, terkecuali pada
pertemuan-pertemuan dengan kosen/kolom.
5) Untuk perkuatan antara dinding ,kosen dan kolom utama maka pada
kolom utama dipasang angker berupa besi beton dia. 12 mm panjang
minimal 25 cm setiap jarak 100 cm yang dipasang pada waktu pengecoran
kolom utama.
No. Satuan
Urut Uraian Pengukuran
7.2.2. Bahan
1. Pasir
Pasir haruslah mempunyai gradasi yang baik dan kekerasan yang
memungkinkan untuk menghasilkan adukan yang baik. Pasir untuk
plesteran harus diayak cukup halus, dan pasir laut atau pasir yang memiliki
kandungan tanah tidak diperkenankan untuk digunakan.
2. Semen
Semen yang digunakan adalah semen type I, yaitu semen portland untuk
penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan-persyaratan
khusus seperti yang disyaratkan pada jenis lain (SII 0013-81).
3. Air
Air yang dipakai harus bersih, tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali
dan garam-garaman.
4. Adukan
1) Adukan yang digunakan untuk plesteran adalah :
- Plesteran dinding non trasraam biasa adalah campuran 1 PC : 5
Pasir
- Plesteran traasram menggunakan campuran 1 PC : 3 Pasir, yaitu
pada dinding KM/WC dan yang ditentukan dalam gambar bestek
dan gambar detail.
- Plesteran untuk semua dinding beton dan kaki pondasi 1 PC : 3
Pasir
2) Acian, hanya digunakan pada dinding-dinding terplester yang akan dicat.
Formula acian adalah PC tanpa campuran kapur.
3) Cara dan alat yang dipakai untuk mencampur haruslah sedemikan rupa
sehingga jumlah dari setiap bahan adukan bisa dikontrol dan ditentukan
secara tepat sesuai persetujuan Direksi. Buat adukan dalam jumlah yang
dapat dipakai habis dalam waktu 45 menit. Adukan/Plesteran dapat
dipakai sampai batas adukan/plesteran tidak dapat lagi diolah (lebih
kurang 90 menit setelah adukan jadi). Pemakaian kembali adukan
7.2.3. Pelaksanaan
1. Kondisi lapangan pekerjaan
1) Sebelum pekerjaan plesteran dikerjakan, semua bidang yang akan
diplester harus disiram air sampai jenuh, dan siar-siarnya telah dikeruk
sedalam lebih kurang 1 cm.
3) Pelaksanaan pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan setelah pipa-pipa
air dan listrik sudah terpasang.
4) Sebelum melanjutkan ke pekerjaan acian, permukaan plesteran telah
rata, lurus dan tegak satu sama lain. Penggunaan mistar perata kayu
(belabas) sangat dianjurkan.
5) Merupakan permukaan plesteran basah (bukan dibasahi). Tidak
dibenarkan meninggalkan pekerjaan plesteran sampai kering sebelum
dilanjutkan dengan pekerjaan acian.
2. Pelaksanaan pekerjaan
1) Sedapat mungkin mempergunakan mesin-mesin pengaduk (molen) dan
peralatan yang memadai. Persiapkan dan bersihkan permukaan-
permukaan yang akan diplester, dari kotoran-kotoran dan bahan bahan
lain yang dapat merusak plesteran. Tukang tukang plester yang dinilai
tidak cakap, karena pekerjaan yang buruk harus diganti dengan yang
baik.
2) Plesteran/adukan yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis ini harus
disingkirkan dari pekerjaan.
3) Pekerjaan plesteran harus rata pada bidang pemasangannya, dan
pekerjaan yang tidak rata harus diperbaiki sesuai perintah Direksi Teknik.
4) Tebal plesteran yang dimaksud, kecuali bila dinyatakan lain adalah 10 mm
dengan toleransi maksimum 15 mm. Bilamana ketebalan toleransi ini
ternyata dilampaui karena kondisi permukaan dinding harus diperbaiki.
5) Untuk bidang yang akan dipasangi dinding keramik, maka permukaan
pleseteran harus dikasarkan dan tidak perlu di aci, untuk menjamin
kelekatan yang sempurna antara tembok dan keramik.
1. Pengukuran
Kuantitas plesteran dan acian dihitung berdasarkan luasan bidang yang
terpasang, yaitu panjang x tinggi bidang plesteran/acian.
2. Pembayaran
Kuantitas yang diukur sebagaimana disyaratkan di atas dibayar dengan
harga satuan kontrak untuk Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah ini
dan ditunjukan dalam daftar kuantitas dan harga, dan pembayaran tersebut
harus merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan bahan, peralatan
dan tenaga kerja.
No. Satuan
Urut Uraian Pengukuran
PASAL - 6
FINISHING DINDING DAN LANTAI
2. Mortar / adukan :
a. Untuk semua pemasangan keramik lantai memakai Portland Cement.
b. Grout keramik memakai AM 50
6.1.3 Pemasangan
1. Level
a. Kecuali ditentukan lain pada spesifikasi ini atau pada gambar, level yang
tercantum pada gambar adalah level finish lantai, karenanya screeding
dasar harus diatur hingga memungkinkan pada files dengan ketebalan
yang berbeda permukaan finishnya terpasang rata.
b. Dinding harus benar-benar terpasang rata, baik yang ditentukan datar
maupun yang ditentukan mempunyai kemiringan.
c. Jika ketebalan screed tidak memungkinkan, untuk mendapatkan
kemiringan yang ditentukan, Kontraktor harus segera melaporkan
kepada Konsultan Pengawas untuk, mendapatkan jalan pemecahan
masalah.
2. Persiapan permukaan
Kontraktor harus menyiapkan permukaan sehingga memenuhi syarat yang
diperlukan, sebelum memasang keramik.
Secara tertulis Kontraktor harus memberikan laporan kepada Konsultan
Pengawas tiap kondisi yang menurut pendapatnya akan berpengaruh buruk
pada pelaksanaan pekerjaan.
Permukaan beton akan diplester untuk penempelan keramik dan batu
andesit, harus dikasarkan dan dibersihkan dari debu dan bahan-bahan lepas
lainnya.
3. Pemasangan keramik dinding dibagian dalam (internal)
Sebelum pemasangan dimulai, plesteran dan keramik harus dibasahi. Pakai
benang untuk menentukan lay out keramik yang telah ditentukan dan
dipasang sebaris keramik guna jadi patokan untuk pemasangan
selanjutnya. Kecuali ditentukan lain, pemasangan keramik dan batu andesit
harus dimulai dari bawah dan dilanjutkan kebagian atas.
Tiap hari pemasangan tidak diperkenan memasang keramik dan batu
andesit dengan ketinggian lebih dari ketentuan berikut :
PASAL - 7
PEKERJAAN HOLLOW
7.1. Pekerjaan Hollow
7.1.1. Persiapan pekerjaan
a) Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan pagar besi hollow.
b) Approval material yang akan digunakan.
c) Persiapan lahan kerja.
d) Persiapan material kerja, antara lain : besi hollow 40x60 t=2mm, besi hollow 20x40 t=2mm,
engsel, slot, dan gembok.
e) Persiapan alat kerja, antara lain : meteran, bor listrik, mesin las dll.
a) Melakukan pengukuran lebar dan tinggi pada lokasi yang dipasang besi hollow dengan
meteran.
b) Pastikan area kerja Anda bersih dan bebas dari penghalang atau sampah yang dapat
mengganggu proses pembuatan.
c) Ketika ukuran sudah didapatkan, memulai proses pemotongan besi hollow 40x60 dan 20x40
tebal 2 mm menjadi beberapa bagian, sesuai dengan ukuran dan gambar kerja. Kemudian
merangkai besi hollow yang sebelumnya sudah dipotong tadi, menjadi rangkaian pagar besi
hollow sesuai dengan gambar rencana.
d) potongan-potongan besi hollow tersusun rapi, besi hollow di las menggunakan alat las.
Sehingga terbentuk pagar besi hollow sesuai dengan gambar rencana.
e) Sebelum pemasangan besi hollow terlebih dahulu melakukan pengeboran pada tembok
sampai menembus besi kolom, selanjutnya melakukan penyambungan besi hollow dengan
besi kolom dengan dilas untuk menyatukan pagar besi hollow sehingga pagar kaku dan kuat.
a) Pembuatan dan pengajuan shop drawing pekerjaan pengecatan pagar besi hollow.
b) Approval material yang akan digunakan.
c) Persiapan lahan kerja.
d) Persiapan material kerja, antara lain : cat dasar, cat penutup, cat menie, dll.
e) Persiapan alat bantu kerja, antara lain : kuas cat, kape, amplas, bak cat, roll cat, dll.
a) Bersihkan permukaan besi dari karat dengan cara diamplas permukaannya dan bersihkan
dari debu, minyak dan kotoran lainnya.
b) Lindungi bahan-bahan/pekerjaan lain yang berbatasan dengan besi yang akan dicat
dengan kertas semen, koran dan lakban.
c) Aduk cat sesuai dengan petunjuk dari pabrik.
d) Lakukan pengecatan lapisan dasar dengan menie besi dengan alat rol pada bidang yang
luas dan dengan kuas untuk bidang yang sempit.
e) Jika cat dasar sudah kering lakukan pengecatan ulang tahap selanjutnya sampai finish dan
hasilnya benar-benar rata.
f) Perapihan hasil pekerjaan.
PASAL – 8
PEKERJAAN PENGECATAN
8.1 Umum :
1. Lingkup pekerjaan
a. Persiapan permukaan yang akan dicat
b. Permukaan dengan bahan-bahan yang telah ditentukan
c. Pengecatan semua permukaan dan area yang ada pada gambar dan yang
disebutkan secara khusus
2. Pekerjaan yang berhubungan :
a. Pekerjaan dinding
b. Pekerjaan plafond
c. Persetujuan
Contoh dan bahan perawatan selama pemeliharaan
- Guna mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas, Kontraktor harus
membuat contoh pengecatan tiap warna dan jenis pada bidang-bidang
transparan ukuran 100 x 100 cm. Dan pada bidang-bidang tersebut harus
dicantumkan dengan jelas warna, formula cat dan jumlah lapisan dan jenis
lapisan (dari cat dasar s/d lapisan akhir).
- Kontraktor harus menyerahkan minimal 20 kg tiap warna dan jenis cat yang
disetujui kepada pemilik untuk dipakai sebagai cadangan saat perawatan.
3. Plamur yang digunakan adalah plamur tembok setara Catylac, ICI, Dana Paint
(untuk ruang bagian dalam / interior)
4. Cat setara Dulux ex ICI untuk dinding exterior
5. Untuk plafond expose memakai cat synthetic setara catylac, ICI, Dana Paint
6. Untuk cat zinhromate mark Nippon dan finishing cat besi dan baja memakai
setara merk Emco.
8.3 PELAKSANAAN
1. Pekerjaan Dinding
a. Yang termasuk pekerjaan cat dinding adalah pengecatan dan plamur seluruh
plesteran bangunan dan bagian–bagian lain yang ditentukan gambar.
b. Lapisan pengecatan untuk dinding dalam adalah 3 lapis dengan kekentalan
sama setiap lapisnya.
c. Lapisan pengecatan dinding luar terdiri dari 1 lapis alkali resistance sealant
yang dilarutkan dengan 3 emulson dengan kekentalan cat sebagai berikut :
- Lapis I encer (tambahan 20% air)
- Lapis II kental
- Lapis III kental
d. Setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan bidang yang utuh,
rata, licin, tidak ada bagian yang belang / bergelombang kalau disinar dan
bidang dinding dijaga terhadap pengotoran-pengotoran.
a. Yang termasuk dalam cat langit-langit adalah langit-langit Plat beton expose,
langit-langit gypsum, atau bagian lain yang ditentukan dalam gambar.
b. Cat digunakan merk catylac ex. ICI Dana Paint atau setara, warna ditentukan
Perencana setelah melakukan percoban pengecatan.
c. Plamur yang digunakan adalah plamur merk catylac ec ICI. Emco, Dana Paint
atau setara.
d. Sambungan-sambungan harus diberi flexible selant agar tidak terlihat
sebagai retakan sesudah dicat.
e. Methode pengecatan seperti pada proses pengecatan cat dinding.
PASAL - 9
PEMBAYARAN
9.1 U m u m
Pelaksana harus melakukan semua pengaturan dengan pemilik atau pemakai lahan
untuk memperoleh hak konsesi yang diperlukan sehingga dapat mengambil bahan yang
akan digunakan dalam Pekerjaan. Pelaksana bertanggung jawab atas semua kompensasi
dan restribusi yang harus dibayarkan sehubungan dengan penggalian bahan atau
keperluan lainnya. Tidak ada pembayaran terpisah yang akan dilakukan untuk
kompensasi dan restribusi yang dibayar Pelaksana, dan seluruh biaya tersebut harus
sudah dimasukkan ke dalam Harga Satuan untuk mata pembayaran yang terkait dalam
Daftar Kuantitas dan Harga.
PASAL - 10
JADWAL PELAKSANAAN
10.1. Uraian
Jadwal pelaksanaan diperlukan untuk perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan
yang sebagaimana mestinya atas pekerjaan. Jadwal tersebut diperlukan untuk
menjelaskan kegiatan-kegiatan pekerjaan setelah kegiatan dalam program mobilisasi
telah selesai.
10.2. Pengajuan
a). Pelaksana harus menyiapkan jadwal pelaksanaan dalam batas waktu 15 hari setelah
Surat Penunjukan Pemenang. Jadwal pelaksanaan itu harus diserahkan dan
mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan, dengan detil yang disyaratkan
dalam dari Spesifikasi ini, dimana detil tersebut harus menunjukkan urutan
kegiatan yang diusulkan oleh Pelaksanadalam melaksanakan Pekerjaan.
b). Setiap akhir setiap bulan Pelaksana harus melengkapi Jadwal Pelaksanaan untuk
menggambarkan secara akurat kemajuan pekerjaan (progress) aktual sampai
tanggal 25 pada bulan tersebut.
c). Setiap interval mingguan Pelaksana harus menyerahkan pada setiap hari Senin pagi,
jadwal kegiatan mingguan yang menunjukkan lokasi seluruh operasi dan kegiatan
yang akan dilaksanakan selama minggu tersebut.
d). Jadwal Pelaksanaan untuk Sub Pelaksana harus diserahkan terpisah atau menjadi
satu dalam seluruh jadwal pelaksanaan.
PASAL – 11
DOKUMEN REKAMAN KEGIATAN
11.1. Umum
1) Uraian
Selama pelaksanaan Pekerjaan Pelaksana harus menjaga rekaman yang akurat dari
semua perubahan yang terjadi dalam Dokumen Kontrak dalam satu set Dokumen
Rekaman Pekerjaan Pembangunan Pagar, dan harus memindahkan informasi akhir
tersebut ke dalam Dokumen Rekaman Akhir sebelum penyelesaian Pekerjaan.
2) Pengajuan
a) Pelaksana harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan satu set Dokumen
Rekaman Pekerjaan Pembangunan Pagar yang dalam keadaan terpelihara pada
setiap bulan tanggal 25 untuk mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
Dokumen Rekaman Proyek yang telah disetujui Direksi Pekerjaan ini, menjadi
prasyarat untuk pengesahan Sertifikat Bulanan.
b) Pelaksana harus menyerahkan kepada Direksi Rekaman AKHIR Pembangunan
Kantor BKPSDM Kab. Banggai pada saat permohonan Berita Acara Penyelesaian
Akhir untuk mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan, disertai dengan surat
pengantar yang berisi :
i) Tanggal.
ii) Nomor dan Nama Pekerjaan Pembangunan Pagar
iii) Nama dan Alamat Pelaksana.
iv) Judul dan Nomor tiap Dokumen Rekaman.
v) Berita Acara yang menyatakan bahwa setiap dokumen yang diserahkan telah
lengkap dan benar.
vi) Tanda tangan Pelaksana, atau wakilnya yang sah.
Beri tanda yang jelas untuk mencatat setiap detil pelaksanaan, misalnya :
a) Kedalaman berbagai elemen pondasi sehubungan dengan data yang
ditunjukkan.
perubahan. Buatlah semua catatan perubahan pada dokumen yang asli dengan
rapi, konsisten, dan ditulis dengan tinta atau pinsil keras hitam.
PASAL - 12
PEMBERSIHAN AKHIR PEKERJAAN
12.1. Umum
Selama periode pelaksanaan pekerjaan, Pelaksana harus memelihara Pekerjaan bebas
dari akumulasi sisa bahan bangunan, kotoran dan sampah, yang diakibatkan oleh
operasi pelaksanaan. Pada saat selesainya Pekerjaan, semua sisa bahan bangunan dan
bahan- bahan tak terpakai, sampah, perlengkapan, peralatan dan mesin-mesin harus
disingkirkan, seluruh permukaan terekspos yang nampak harus dibersihkan dan
Pekerjaan Pembangunan Pagar ditinggal dalam kondisi siap pakai dan diterima oleh
Direksi Pekerjaan.
PASAL - 13
GAMBAR PELAKSANAAN
(as built drawing)
1. Setelah selesainya seluruh pekerjaan, Pelaksana harus membuat gambar terlaksana (as
built drawing) dari seluruh sistem, termasuk apabila terjadi perubahan letak, denah
maupun konstruksi.
2. Instalasi listrik, instalasi air bersih dan instalasi air kotor harus dibuat oleh Pelaksana sesuai
dengan keadaan yang terpasang dan diserahkan kepada Pengguna Barang Jasa pada saat
Serah Terima Pekerjaan.
PASAL – 14
PENUTUP
Luwuk, 2020
Dibuat Oleh
Konsultan Perencana
CV. To Malakany Design