Anda di halaman 1dari 48

BCE 091 PENGUJIAN MATERIAL GEDUNG

PELAKSANAAN PEKERJAAN GEDUNG


(BUILDING CONSTRUCTION ENGINEER)

if~
.
di DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
Pelatihan Pelaksana gedung Pengujian Material dan Sistem Kendali Mutu

DAFTAR lSI

halaman
Lembar Judul ..................................................................................................
Kata Pengantar................................................................................................ ii
Lembar Tujuan ................................................................................................ iii
Daftar lsi .. ... ...................... ............................ ...... .......... ................................... iv
Daftar Gambar................................................................................................. V

Daftar Tabel ..................... ,'............................................................................... vi


Daftar Modul.................................................................................................... vii

BABI PENDAHULUAN ........................................................................... . 1


A. Umum ................................................................................... . 1

B. Proses PElngujian ............................................................ ·.. ···· 2

BAB II MUTU BAHAN ........................................................... ................. 4


(!)/' A. Persyaratan Mutu Bahan .. ......... ............. ......... ........ ............. 4
B. Pemeriksaan Mutu Bahan.. ...... ........... ........ ............ ............... 4

BAB III INSTALASI MESIN PENCAMPUR ............................................... .. 9

A. Tujuan Pencampuran ........................................................ · .. .. 9

B. Jenis-Jenis Alat pencampur ................................................. .. 10


C. Adukan Beton ..................................................................... .. 11
D. Penyimpanan Material ......................................... ·...... ·.. ·...... · 16
E. Campuran Tambahan Kimia .................................................. 16

BABIV PENG~CORAN, PEMADATAN DAN PERAWATAN .................... . 19



A. Penanganan Beton .......................... ,................................... .. 19
B. Pengecoran Beton Segar ............................................... ···· .. .. 21
C. Pemadatan Beton ................................ ··· ......... ······················ 27
D. Perawatan Beton Terpasang... .......... .......... ..... ....... .............. 29

~) PEMERIKSAAN MUTU BETON ....................................... · ...... .. 33

~ A. Pengambilan ContOh Campuran Beton Segar ................ .. 33


B. Pengujian Konsistensi.... .............. .. ............. . 34
C. PenguJian Kuat Tekan.... . .............. . . .............. .. 35

IV
Pelalihan Pelaksana gedung Pengujian Material dan Sistem Kendali Mutu

BABVI JENIS KERUSAKAN 01 LAPANGAN ........................................... . 40

'11 A.
Vs.
Kerusakan pad a Kolom ............................................. ·.····.·· ... ·
Contoh kerusakan pad a Rumah Susun ................................. .
40
41

OAFTAR PUSTAKA... ..................................................................................... 45

v
Pelalihan Pelaksana gedung Pengujian Malerial dan Sislem Kendali Mutu

BAB I

PENDAHULUAN

A. UMUM

Pengujian material pada peke~aan bangunan gedung dapat dibedakan antara


pengujian awal dan pengujian setelah pelaksanaan pekerjaan.

Pengujian awal dimaksudkan agar bahan-bahan yang digunakan sesuai dengan


persyaratan teknis sebagaimana tertera dalam dokumen kontrak, terutama bahan-
bahan yang ada kaitannya dengan keandalan bangunan gedung, khususnya bahan-
bahan yang digunakan untuk struktur bangunan, seperti:

1. Mutu baja (tulangan, baja profit atau baut)


2. Mutu air
3. Mutu semen
4. Mutu agregat (pasir dan kerikil)
5. Mutu kayu

Sedang pengujian setelah pelaksanaan, pada umumnya dilakukan pada mutu


adukan beton, mutu pengelasan dan sambungan.

Beton adalah suatu material yang terbentuk dari campuran pasta semen (adukan
semen dan air) dengan agregat (agregat kasar dan agregat halus/pasir atau kerikil
dan pasir) yang dapat ditambahkan dengan suatu bah an additive atau admixture
tertentu sesuai kebutuhan untuk mencapai kinerja (performance) yang diinginkan.

Karena dipengaruhi oleh perilaku material pembentuknya terutama pasta semen


maka beton setelah mengeras mempunyai sifat yang getas yaitu kuat dalam
menahan tekanan tetapi lemah dalam menahan tarikan. Oleh sebab itu besaran
kuat tekan merupakan suatu karakteristik beton yang sangat penting dan sangat
dipengaruhi oleh aspek-aspek antara lain:

Kekuatan pasta semen


Kualltas agregat yang digunakan

~------~--------------------------------------------------~
Pelatihan Pelaksana gedung Pengujian Material dan Sistem Kendali Mutu

Daya leka! antara pasta semen dan agregat

Setelah melalui proses penyeleksian material yang memenuhi syarat spesifikasi dan
menemukan rulOOsan campuran yang didasarkan pada karakteristik yang tersedia
dan memenuhi Standar Spesifikasi maka pada proses produksi merupakan tahap
yang menentukan. apakah hasilnya masih berada dalam batasan asumsi rancangan
campuran dan syarat spesifikasi atau tidak.

Untuk melakukan pengujian atas kinerja pelaksanaan pekerjaan, dapat digunakan:


1. Pembuatan banda uji yang selanjutnya di tes di laboratorium
2. pengujian di fempat, dengan hammer test, misalnya atau
3. peralatan non destructive test,atau infra red imaging,

B. PROSES PENGUJIAN

Pada Gambar 1_1. memperlihatkan diagram pemeriksaan dan tata cara persetujuan
untuk material agregat dari lokasi tambang atau sumber penyediaan agregat
(pemasok) sebelum memulai (produksi) campuran beton sebagai salah satu
pekerjaan utama.

------------------------- 2
Pelatihan Pelaksana gedung Pengujian Material dan 8istem Kendali Mutu

Permohonan untuk
Beroperasi

~. -
-
Laboratory
Daftar peralatan
Peke~aan - Dafar organisasi
......... ........ - Skedul konstruksi
Persiapan

! - Skets lokasi tam bang


Pengusulan ~ ......... - Kapan survey bersama
:"~:,u~i Tambang - Jenis bah an yang tersedia
- Usulan penggalian
~ -
-
Panianll. lebar dan dalam
Bina Marga (Pemilik)
Peninjauan - Konsunan
Bersama ....... .. Kontrai<tor

_
~
Persetujuan sementara Koreksi I ..
....... - Analisa saringan
Quality Engineer Lokasi Pengganti - Berat jenis dan
penyerapan agregat

.~ Pengambilan Contoh
- Kotoran organik
- Keausan agrega!
Bahan f- .. ....... - Material lolos saringan
No. 200

..
Pengujian Bahan
- Gumpalan lempung
- Sand equivalent

1 .
Pengajuan Hasil
Persetujuan Pengujian
Quality Engineer r~ ~

( ok ) Koreksi If- . . Bahan Tidak cocok

"--./

.g Penggalian Bahan ...........


...........
...... - Mulai produksi
. ~

Diperiksa
Quality Engineer

Pengajuan Hasil
Pengujian
-
-
-
-
Bulan ke 1 : 2 x seminggu
Bulan ke 2 : 1x seminggu
Bulan ke 3 : 2 x seminggu
Seterusnya 1 x sebulan bila
setiap pengu)ian hasilnya

.. bagus

Dipergunakan untuk
pekerjaan permanen

Gambar 1.1: Diagram Pemeriksaan dan Tata Cara Persetujuan untuk


Material Agregat dari Lokasi Tambang atau Sumber Pemasok.

3
Pelatlhan Pelaksana gedung Pengujian Material dan Sistem Kendali Mutu

BAB II
MUTU BAHAN

A. PERSYARATAN MUTU BAHAN

Sebagai acuan bagi persyaratan material yang digunakan pad a pekerjaan


bangunan gedung digunakan:
a. Standar Nasional Indonesia (SNI) edisi terbaru yanh berkaitan dengan bahan
yang digunakan.
b. Jika bahan yang digunakan belum memiliki SNI atau persyaratan lokal lainnya,
maka digunakan persyaratan yang ditentukan dalam kontrak.
c. Dalan hal diperlukan persyaratan yang lebih rinci dapat mengacu pada
persyaratan internasional, seperti American Standard Testing Material (ASTM),
British Standard (BS), Japanesse Industrial Standard (JIS) , DIN (standar
Jerman atau Belanda), dll.

8. PEMERIKSAAN MUTU BAHAN

Pendekatan praktis dapat juga dilakukan di lapangan, untuk memeriksa mutu air,
pasir dan korallkerikil.

1. Air
3
Untuk memeriksaan kadar air, contoh air sebanyak 25 cm dimasukkan
dalam bejana 50 cm 3 , lalu dengan menggunakan kertas pH; ditentukan
tingkat ke-asaman atau ke-basa-an air, pH air yang normal : pH=7; pH air
minimum: 4.5 dan pH air maksimum : 8.5.

3
Untuk memeriksa bahan padat dalam air, dilakukan memanaskan 50 cm air
sehingga dalam cawan hanya tersisa endapan, lalu ditimbang, untuk
menentukan kandungan bahan padat dalam air. Bahan padat yang diijin'kan
dalam air = 2000 mg/I (ppm).

Untuk menentukan bahan tersuspensi dalam air, maka digunakan contoh air
3
yang telah dikocok kuat-kuat sebanyak 1176 cm Saringlah benda uJi dengan

4
Pelatlhan Pelaksana gedung Pengujlan M alerlal dan Slstem Kendall Mutu

kertas saring (yang telah dikeringkan dalam oven de ngan suhu (110 ± 5)oC
dan ditimbang bersama botol timbang). Residu yan 9 tertinggal kemudian
ditimbang dan ini merupakan jumlah bahan tersuspensi dalam air. Bahan
tersuspensi yang diijinkan dalam air 2000 mg/l (ppm).

Selanjutnya dengan pengetesan di laboratorium dapat ditentukan kandungan


organik, minyak, dan ion sulfat, chlor. Bahan organik yang diijinkan dalam air
2000 mgll (ppm), minyak yang diijinkan dalam air = 2% dari berat semen,
Na2So4 dalam air diijinkan = 10.000 mgtl (ppm), dan NaCI dalam air diijinkan
::: 20.000 mg/l (ppm).

2. Pasir
Paslr yang digunakan untuk pekerjaan beton adalah pa sir kasar yang bebas
dari tanah/Lumpur atau kotoran lainnya.

Untuk mengetahui kondisi pasir tersebut dapat diguna kan dua cara:

Pasir diberi air sedikit lalu diremas dengan tanga n, jika pada telapak
tangan tidak tertinggal bekas tanah/Lumpur, bera rti pasir dalam kondisi
bersih.
Pasir dimassukkan dalam gealas lalu diberi air. Setelah itu pasir dalam
gelas diaduk, dan dibiarkan mengendap. Jika air dalam gelas keruh
dan berwarna coklat, berarti pasir banyak menga ndung tanah/Lumpur.

ANALISA SARINGAN
SNI1968 -1990 - F
atau
AASHTO T27 - 74

Material' Pasir
Berat Contoh 1 ·2037.8 gram Berat Contoh II 1818.6 gram

No Kumulatif Kumulatif
Serat Serat
Ayakan Serat Persen Rata-rata Serat PerSC;"l Persen
Tertahan Tertahan
Tertahan Tert.ahan Tertahan Tertahan Lolos

375 G 100 100 - 0 100


19D a 100 100 0 100
9.5 C 100 100 0 100
4.75 280.9 280.9 136 86.2 868 231.5 2~L~._ 12.1 81.3
2.36 391.3 672.2 33.0 67.0 6B.5 315.6 547.1 30.1 699
118 334.0 1006.2 494 50.6 52.1 297.6 844.7 46.4 53.6
0.42'3 434.0 1440.2 707 29.3 30.9 385.0 1229.7 6/.6 32.4
0075 ~~,Q.. 18892 92.7 73 7.8 437.1 1666.8 91.1 8.3
I .-
,
-------- ~ • '0--=--='-'=--==--==_--='_.7"-==. :.-C .-=--=-----

5
Pelatihan Pelaksana gedung Pengujian Material dan Sistem Kendali Mutu

'1---

~/!

,-

--

Gambar 2,1, Contoh Hasil Saringan Pasir

3. KorallKerikil
Pertamactama harus diperhatikan bahwa ukuran butiran koral/kerikil tidak
homogen, artinya jenis butiran koral/kerikil harus beragam, terdiri dari ukuran
besar sampai halus. Ukuran terbesar harus disesuaikan dengan kondisi jarak
tulangan beton pada cetakan, agar korallkerikil dapat masuk di antara
tulangan beton,

Untuk memeriksa kebersihan koral/kerikil dapat digunakan cara yang


digunakan pada pemeriksaan pasir.

6
Pelatihan Pelaksana gedung Pengujian Material dan Sistem Kendali Mutu

ANAL/SA SARINGAN
SNI 1968 ·1990· F
atau
AASHTO T27 ·74

Material; Batu Pecan 1.1,:;


Berat Contoh I : 49465 gram Berst Contoh 1\ : 4490.5 gram

No. Kumulatif Kumulalif


Berat Berat
Ayakan Tertahan Berat Persen Persen Rata-rata Tertahan Berat Persen Persen
(mm) Tertahan Tertahan Lolos Tertahan Tertahan Lotos

37.5 . . 0 100 100 - 0 100


19.0 4605.5 460.5 93.1 6.9 6.8 4195.0 4195.0 93.4 6.6
9.5 333.5 4939.0 99.8 0.2 0.2 291.5 4486.5 99.9 0.1
4.75 3.5 4942.5 99.9 0.1 0.1 1.0 4487.5 99.9 0.1

\" 'I: -,,. 11-" 2'"


100
200 100 50
'" 30 20
" " l'

100

90 .,

'" 80

70
r-
I-
= 70
- 1---'.- -+ c- ~

t
~
" OJ

i
~

50 !SO i'.

.0
'"
,. '"
,. 20

,. ,.
1.18 ,.,. 4.75 95 19 17.5 mm

Gambar 2.2. Contoh Hasil Saringan Koral/kerikil

4. Tulangan baja
Tulangan baja yang digunakan harus dilengkapi dengan sertifikat hasil
pengujian tarik dari laboratorium dan dicocokkan dengan persyaratan yang
ditentukan dalam konsep perhitungan struktur atau persyaratan teknis yang
tercanlum dalam kontrak.

i
Pelatihan Pelaksana gedung PenguJian Material dan Sistem Kendali Mutu

Ukuran tulangan baja juga harus diperiksa agar jenis (polos atau ulir) dan
ukuran yang tertera dalam gambar sesuai dengan tulangan yang ada di
lapangan.

Tulangan juga harus bersih dari karat, karena hal ini akan mengurangi daya
lekat anatara baja dan adukan beton. Jika tulangan baja berkarat maka harus
dibersihkan terlebih dahulu dengan sikat baja.

5. Profil baja
Profil baja yang digunakan harus memiliki sertifikat pengujian dari
laboratorium dan dicocokkan dengan persyaratan yang ditentukan dalam
konsep perhitungan struktur atau persyaratan ieknis yang tercantum dalam
kontrak.

Baja yang dikirim ke lapangan sudah dicat dengan cat anti karat -
zinchromat, baja yang berkarat harus dibersihkan dengan sikat baja atau
dengansand blast.

Ketebalan badan dan sayap serta dimensi profil lainnya harus diperiksa agar
sesuai dengan persyaratan yang ditentukan.

6. Oaya dukung tanah


Pemeriksaan aya dukung tanah dilakukan dengan menggunakan alat sondir
dan pengambilan contoh tanah, yang selanjutnya dianalisis di laboratorium.

Pada pekerjaan pemadatan tanah untuk jalan atau areal parkir, perlu
dilakukan pengetesan California 8eraing Ratio (CBR test) untuk menentukan
tingkat kepadatan tanah yang sesuai dengan persyaratan yang tercantum
dalam dokumen kontrak.

8
Pelatihan Pelaksana gedung Pengujian Material dan Sisiem Kendali Mutu

BAB III
INSTALASI MESIN PENCAMPUR

A. TUJUAN PENCAMPURAN

Hampir semua jenis beton, untuk pekerjaan kecilpun, diaduk didalam mesin
pengaduk batch dengan berbagai kapasitas. Pengaduk telah dibuat dengan efisiensi
tinggi yang dapat menghasilkan hasil memuaskan dengan biaya pekerja serta energi
minimum. Perubahan kecil pada kecepatan pengaduk berpengaruh sedikit pada
kekuatan beton dan waktu pengadukan, bukan kecepatan berputar pengaduk yang
mempengaruhi kekuatan serta kualitas beton.

Pengujian menunjukkan bahwa kekuatan beton dapat ditingkatkan dengan waktu


pengadukan yang lebih lama. Terdapat suatu peningkatan yang cepat dari kekuatan
dengan waktu pengadukan sampai sekitar dua menit. Tamb 9 han pula pengadukan
yang menyeluruh akan menghasilkan beton yang lebih seragam, beton yang lebih
rapat air dan beton yang lebih mudah dikerjakan. Akan tetapi harus diperhatikan
bahwa pengadukan berlebih, yaitu pengadukan untuk waktu yang terlalu panjang
akan menghasilkan grinding pada agregat selain daripada mengurangi produksi
beton.

Tujuan utama pengadukan adalah untuk menjamin bahwa bahan didistribusikan


secara seragam didalam massa beton yang mengandung bahan-bahan dalam
perbandingan yang disyaratkan.

Untuk mencapai halini perlu dijamin bahwa:


• bahan dipelihara agar homogen dan tidak saling terpisah sebelum dan pada
waktu batching.

• peralatan yang tersedia akan membantu batching bahan secara tepat dalam
jumlah yang diperlukan, dan jumlah tersebut akan dapat diganti dengan mudah
jika dan bila diperlukan.
• Perbandingan bahan yang diperlukan dipelihara dari batch ke batch lain.
Semua bahan dimasukkan ke dalam pen gad uk dalam urutan yang benar.

• Semua bahan dicampur dengan menyeluruh pada waktu pengadukan dan


semua partlkel agregat dllapisi dengail pasta seme:!

9
Pelatihan Pelaksana gedung Pengujian Material dan Sistem Kendali Mutu

• Beton, bila dikeluarkan dari pengaduk, akan seragam dan homogen dalam tiap
batch dan satu batch ke batch lainnnya.

B. JENIS-JENIS AlAT PENCAMPUR

1. Pencampur Type Silinder Miring


Pencampur jenis ini didesain menghindarkan pencampuran beton dengan
cara manual dalam jumlah yang terbatas. Kedudukan silinder dibuat miring
untuk memudahkan pengisian dan pengadukan material sedangkan pada
bag ian dalam terdapat pedal dayung ya~g diletakkan serong terhadap sumbu
drum untuk memudahkan pencampuran material. Takaran yang dipakai
berdasarkan volume yang ditetapkan dalam rancangan campuran. Umumnya
menggunakan generator kecil yang diletakkan di sampingnya sebagai tenaga
penggerak drum pencampur.

Gambar 3.1. Pencampur Beton Type Silinder Miring

2. Pencampur Tipe Panci


Pencampur ini dikembangkan agar pekerjaan pencampuran dapat berjalan
dengan efektif atau untuk digunakan pad a sejumlah kecil macam-macam
beton.

Alat ini hanya membutuhkan waktu pencampuran yang pendek dan


memungkinkan pencampuran yang baiklmerata daripada pencampur-
pencampur biasa.

10
Pelatihan Pelaksana gedung Pengujian Material dan Sistem Kendali Mutu

Pedal pencampur (mixing blades) dipasang secara permanen pada saat


digunakan namun kedalamannya dapat diatur secara cepat dan mudah
dikarenakan keausan yang terjadi.

Perangkat pedal tersebut dipasangkan dengan perangkat karet khusus yang


secara otomatis mengatur pemasangan untuk mengkoreksi sudut tanpa
penggunaan pegas (Springs) dan pad a sa at yang sama memungkinkan
pedal-pedal tersebut untuk mengayun/memutar batu-batuan besar atau
benda-benda asing lain yang secara tidak sengaja masuk ke dalam
campuran.

Gambar 3.2. Pencampur Beton Tipe Panci/Mangkok

C. ADUKAN BETON

1. Beton Ready-Mix

Beton ready-mix harus memenuhi semua persyaratan teknis. Beton ready-


mix mempunyai keuntungan bahwa pengendalian mutu yang baik lebih
mungkin pada plant yang besar daripada di lokasi jembatan dengan kondisi
yang ada. Kebanyakan lokasi beton ready-mix menggunakan weight batching
(berdasarkan berat) untuk pengadukan dan truck-mounted untuk
pencampuran.

11
Pelatihan Pelaksana gedung Pengujian Material dan Sistem Kendali Mutu

Akan tetapi proyek yang lokasinya terpencil dan jauh dari plant, tetap akan
memertukan batching plant di lokasi. Hal demikian terjadi pada sebagian
besar proyek pelaksanaan jembatan yang dilakukan di Indonesia.

2. Beton Yang Diaduk di Lokasi

Beton yang diaduk setempat (site-batch) dicampur dalam pengaduk mekanis


dilokasi.. Tempat pengadukan beton (Concrete mixing plant) paling baik
terletak di lokasi dan pada ketinggian yang mudah bagi pemasukan agregat
ke dalam tabung penyimpan (hopper') dan pengiriman beton yang sudah
dicampur ke lokasi pekerjaan. Tempat paling baik untuk menimbang adalah
antara bak agregat dan pengaduk sehingga penuangan (discharge) dapat
dilakukan lang sung kedalam pengaduk.

Weight batching semua bahan (ingredients) beton seharusnya merupakan


persyaratan yang umum. Air dapat diukur berdasarkan volume. Persediaan
air harus dialirkan secara gravitasi dari tempat pengukuran ke countainer
pada mixing plant

Semen dalam kantong harus terlindung dari pengaruh cuaca tiap saat.
Kantong dapat ditumpuk setiap hari pad a panggung kayu yang cukup besar
untuk menampung kepertuan satu hari dan dapat dipakai secara lang sung ke
hopper penimbang atau pencampur. Semen yang tidak dipakai harus
dikembalikan ke tempat penyimpanan pada akhir hari kerja.

Sebelum dimulainya operasi pengadukan, alat harus diperiksa untuk


memastikan kelancaran serta kebersihannya; khususnya harus diperhatikan
drum pengaduk.

Kontraktor harus menghitung kuantitas tiap komponen beton yang diperlukan


untuk tiap tuangan dan harus ada sejumlah itu yang tersedia (termasuk
cadangan untuk kehilangan) sebelum dimulainya pengecoran.
,,
Pelatihan Pelaksana gedung Pengujian Material dan Sistem Kendali Mutu

3, Penakaran dan Pencampuran (Batching and Mixing)

a. Batching
Syarat pokok dalam batching adalah bahwa perbanding bahan yang
ditentukan harus dijaga dari batch ke batch dalam batas toleransi
tertentu, untuk menghasilkan beton dengan kualitas yang seragam.
Pengawas harus menjamin bahwa pengujian kadar kelembaban dan
gradasi dilakukan secara teratur dan bahwa sifat-sifat batch disesuaikan
untuk menghasilkan beton dengan kualitas yang seragam.

Pengujian pemeriksaan yang dilakukan sekali-kali oleh pengawas!


teknisi laboratorium akan membantu memperketat langkah-Iangkah
pengendalian mutu, terutama sehubungan dengan operasi, kondisi dan
ketetapan alat batching.

b. Pengadukan

Hampir semua jenis beton, untuk pekerjaan kecilpun, diaduk didalam


mesin pengaduk batch dengan berbagai kapasitas.

Bahan harus diaduk dalam waktu tidak kurang dari 1.5 menit dalam
mengaduk dan harus dikeluarkan sepenuhnya sebelum pengisian
3
kembali. Waktu iniharus ditambah (15 detik per 1 m kapasitas
3
pengaduk) untuk pengaduk lebih besar dari 1m .

Persyaratan keseragaman untuk campuran beton diberikan pada tabel


di bawah.

Mengurangi waktu pengadukan dibawah 1.5 menit diperbolehkan


apabila dengan pengurangan waktu terse but campuran dapat
memenuhi secara konsisten persyaratan keseragaman yang diberikan
pada tabel berikut ini.

------------------------------------.. ~--~-----------------=
13
Pengujian Material dan Sistem Kendali Mutu
Pelatihan Pelaksana gedung

Tabel 3.1. Persyaratan Keseragaman Beton

Persyaratan, dinyatakan
sebagai perbedaan maksimum

Pengujian yang diizinkan antara hasil


pengujian contoh yang diambil
dari 2 tempat dalam batch
beton

Slump
Jika slump rata-rata 80 mm atau kurang 25mm

Jika slump rata-rata melebihi 80 mm 40mm

Kadar rongga, persen per volume beton 1.0

Kadar agregat kasar, porsi menurut 6.0

massa dari tiap contoh yang tinggal


pad a saringan pengujian 4.75 persen
Massa per unit volume adukan bebas 1.6

udara, persen

Pengaduk tetap (stationary) harus dilengkapi dengan pelat logam atau


pelat-pelat yang dengan jelas ditandai dengan kecepatan pengadukan
drum atau paddle dan kapasitas volume beton campur. Selanjutnya
pengaduk harus dilengkapi dengan pengukur putaran atau timer.

Pengaduk transit dan pengaduk agitator harus mempunyai pelat logam


yang dipasang pad a tempat yang mudah terlihat menunjukan kisaran
(range) kecepatan pengaduk dan jumlah putaran pada tiap kecepatan
pengadukan untuk mendapatkan keseragaman sesuai dengan
spesifikasi pada tabel 3.1.

Bila beton diad uk dalam pengaduk transit volume beton campuran


biasanya tidak melampau 63 persen volume bruto (internal) drum. Bila
beton diad uk di pusat (centrally) dan dikirim dengan pengaduk transit
maka volume beton campur tidak boleh melebihi 80 persen volume
bruto isi container

Maksud dasar semua pengaduk adalah untuk mengaduk beton secara


seragam dalam waktu yang dltetapkan dall urutan penambahan bahan

14
Pengujian Material dan Sistem Kendali Mutu
Pelatihan Pelaksana gedung

harus sesuai untuk pengadukan dalam waktu tersebut. Pad a umumnya


air harus ditambahkan pada pengaduk selama masa pemasukan bahan
serta lebih baik dimulai tepat sebelum dan selesai tepat sesudah
pemasukan. Bahan kering harus dimasukkan secepat mungkin tanpa
kehilangan bahan. Bila pengamatan campuran beton atau dari
pengujian slump, bahwa waktu pengadukan tidak cukup maka harus
diadakan pengujian keseragaman pengaduk untuk menentukan waktu
pengadukan yang diperlukan.

Harus dipahami bahwa waktu pengadukan yang iebih besar tidak akan
memperbaiki keseragaman (uniformity). Selain itu dapat mengurangi
keluaran pengaduk, mungkin memperbesar kadar rongga atau dapat
menyebabkan penggerusan (grinding) khususnya untuk agregat yang
lebih lunak. Sebaiknya ditentukan waktu pengadukan maksimum. Jika
batch ak~m diperlambat lebih lama, pengaduk harus beroperasi hanya
pada (interval) waktu tertentu.

Pengujian slump disyaratkan diambil dari batch pertama beton yang


diaduk sebelum ada pengecoran beton pada pekerjaan. Pengujian
slump juga perlu dilakukan pada batch kedua beton yang diaduk dan
pengujian tambahan pada batch-batch berikut sesuai keperluan.
Penghentian sementara pekerjaan, perubahan cuaca dan keadaan tidak
lazim lainnya yang mempengaruhi kegiatan pengadukan harus selalu
diikuti oleh pembuatan pengujian slump tambahan. Semua pengujian
slump harus dilakukan oleh teknisi laboratorium yang berpengalaman.

Jika ada pengujian slump yang tidak memenuhi syarat teknis, batch
beton yang diwakili olehnya tidak dapat dipakai dalam pekerjaan.

Jika pengadukan dihentikan untuk jangka waktu lebih dari 30 menti,


drum pengaduk harus dibilas secara menyeluruh dengan air bersih.

15
Pengujian Material dan Sislem Kendali Mutu
Pelatihan Pelaksana gedung

D. PENYIMPANAN MATERIAL

1. Semen
Harus disimpan di dalam gudang semen atau bangunan tahan cuaca dan
diatur agar dapat digunakan dengan urutan sesuai pengiriman. Semen yang
disimpan lebih dari empat bulan harus diuji kembali sebelum digunakan

2. Agregat
Agregat harus disimpan dalam bak (bin) atau tempat penimbunan (stockpile)
berdekatan dengan peke~aan dengan tiap ukuran dipisah dari ukuran lainnya
secara pasti untuk mencegah saling tercampur. Lantai penimbunan harus
kering dan dilapisi kerikil atau bahan serupa untuk mencegah bercampurnya
timbunan dengan tanah

3. Baja Tulangan
Baja tulangan harus ditumpuk dan ditinggikan dari permukaan tanah pada
penyangga kayu yang baik sehingga batang-batang bebas dari lempung atau
bahan lain yang dapat mencegah pengikatan (bonding). Karat permukaan
yang lepas atau debu harus dihilangkan sebelum pemasangan.

Baja tulangan harus diperiksa jauh sebelum waktu pemasangan untuk


menjamin bahwa pekerjaan dapat dipenuhi

E. CAMPURAN TAMBAHAN KIMIA (ADMIXTURE)

Seringkali beberapa sifat semen mungkin dirubah, yaitu dengan menggunakan


bahan tambahan yang disebut pencampur tam bah an (admixture).

Sejumlah besar produk keluaran pabrik tersedia, banyak produk yang dipakai secara
tetap oleh ready mix concrete plant besar untuk menghasilkan beton dengan sifat
yang disyaratkan tetapi kadar semen atau agregat halusnya lebih rendah daripada
suatu campuran tanpa pencampur tambahan.

Jenis dan jumlah pencampuran tambahan yang sering dipakai pada pekerjaan besar
memerlukan perhatian khusus, oleh karena itu, pencampur tambahan kimia hanya
dipakai bila disetujui oleh konsultan perencana struktur atau teanaga ahli struktur.

16
Pengujian Malerial dan Sislem Kendali Mulu
Pelalihan Pelaksana gedung

Pencampur tersebut harus memenuhi persyaratan teknis yang ditetapkan.


Pencampur tambahan yang mengandung Kalsium Khlorida tidak boleh digunakan
untuk beton bertulang atau pratekan.
Pencampur tambahan digolongkan sesuai dengan kegunaannya pada pemakaian

pada beton.

ASTM C 494 "Specification for Chemical Admixtures in Concrete" (syarat-syarat


Teknik untuk Pencampur Tambahan Kimia pada Beton), menggolongkan
pencampuran tambahan ke dalam tujuh tipe :

• Mengurangi Air (tipe A)


• Memperlambat (tipe B)
• Mempercepat (tipe C)
• Mengurangi Air dan Memperlambat (Tipe D)
• Mengurangi Air dan Mempercepat (tipe E)
• Mengurangi Air, range tinggi (tipe F)
• Mengurangi Air, range tinggi dan memperlambat (tipe G)

Pencampur tambahan yang mempercepat (pemercepat) biasanya memperpendek


waktu pengentalan (set) beton, dan juga menambah kekuatan awal beton.
Pemercepat dapat memberikan kekuatan awal tinggi yang serupa dengan yang
diperoleh dari semen tipe III. Namun selain dari itu pemercepat seringkali akan
memberikan pengentalan awal, kadang-kadang dalam waktu hanya beberapa menit.

Pemerlambat pengerasan biasa dipakai untuk menunda pengentalan dan


memungkinkan beton dikerjakan untuk waktu lebih lama setelah pengadukan.
Bahan ini dipakai dim ana suhu lebih tinggi dan atau permukaan kerja dari beton
besar dan perlu "menghidupkan" permukaan atau untuk waktu lebih lama, sehingga
mencegah sambungan "dingin". Harus berhati-hati dalam pemakaian pencampuran
pengerasan dari beton. Selain dari itu pemerlambat (retarder') cenderung
meningkatkan penyusutan plastis dan menimbullkan keretakan.

Pencampur tambahan yang mengurangi air memungkinkan pengurangan rasio air


semen untuk slump tertentu. Bahan ini biasa dipakai untuk mengurangi kadar air
(oleh karena itu meningkatkan kekuatan beton) dan bersamaan dengan itu
menghasilkan campuran yang dapat dikerjakan (workable). Bahan ini dapat dipakai
untuk menambah workability dari ci::lmpuran untuk kadar air tertentu.
Pengujian Material dan Sistem Kendal; Mutu
Pelatihan Pelaksana gedung

Superplasticiser{atau pencampuran tambahan mengurangi air dengan range tinggi)


mempunyai kemampuan memberikan beton dengan slump sangat tinggi (Iebih dari
200 mm) sehingga beton dapat mengalir pada acuan dan membutuhkan sedikit atau
tanpa pemadatan. Hal ini hanya bersifat sementara dan setelah 30 hingga 60 men it,
slump dari beton akan berkurang sampai nilai slump sebelum tambahan
superplasticiser. Bahan ini biasa ditambahkan pada beton di lokasi pekerjaan.
Harganya relatif mahal dan sebaiknya hanya dipakai bila diperlukan untuk suatu

maksud tertentu.

Bahan air entraining memecah udara yang terjebak (entrap) menjadi gelembung
kecil dan memperbaiki workability serta ketahanan campuran. Bahan ini khususnya
bermanfaat untuk pengecoran lantai Oembatan) beton karena masalah yang
khususnya terdapat di Indonesia, yaitu pengecoran pada suhu tinggi dan
ketidakmampuan untuk memadatkan beton pad a kondisi demikian.

Pencampuran tambahan harus diukur dengan tepat memakai alat dispenser yang
sesuai yang dikalibrasi dengan teratur. Paket pengiriman dan/atau catatan batching
harus menunjukkan secara jelas nama merek dan tipe bah an pencampur serta
tingkat dosis atau kuantitas total untuk tiap batch.

18
Pengujian Material dan Sistem Kendali Mutu
Pelatihan Pelaksana gedung

BAB IV

PENGECORAN, PEMADATAN DAN PERAWATAN

A. PENANGANGAN BETON

Dalam penanganan beton, keterlambatan harus djperkecil dan beton harus djjaga
supaya tidak mengering atau terjadi pemisahan.

Jika pekerjaan tertunda untuk jangka waktu lama, harus dipikirkan pemakaian set
retarder (memperlambat pengerasan) dalam campuran dan diambil langkah agar
beton dalam keadaan dingin selama masa tertundanya pekerjaan. Dalam hal apapun
beton tidak boleh dicor ke dalam acuan bial tingkat kemudahan pengerjaannya
(workability) telah hilang, yaitu slump asli telah banyak berkurang oleh pengeringan
atau pengerasan awal (initial setting), sebab ini dapat menghasilkan beton berpori
yang lemah. Air tidak boleh ditambahkan pada waktu penanganan sebab tidak dapat
bercampur secara efektif dan dapat memperlemah beton.

Pemisahan (segregation) adalah berpisahnya agregat kasar dari adukan beten


(mortar'). Untuk mencegah pemisahan, langkah berikut harus diadakan:

• menjamin pengadukan dengan benar


• pengangkutan tanpa benturan atau getaran berlebihan
• pengeceran beten serapat mung kin pada pesisi akhir dalam acuan; jangan
memaksanya mengalir ke samping dengan alat penggetar dalam (interval
vibrator) yang berlebihan. Jika beton harus dipindahkan dalam acuan pakailah

sekep.

Catatan:
Suatu pengecualian adalah beten yang dicor dalam zone angker dari gelegar
pratekan post-tensioned di mana beton mungkin harus dicor bebas dari
penulangan rapat dan dipindah mendatar untuk memungkinkan pengawasan
efektif terhadap pemadatan disekitar angker.

19
Pengujian Material dan Sistem Kendali Mutu
Pelatihan Pelaksana gedung

• Memakai hopper dan talang pengecoran berbentuk pipa jika tinggi jatuh2 m

atau lebih (Iihat gambar 4.1)


• Menghindari penuangan beton mengenai landasan tulangan vertikal
• Menjamin sambungan acuan terekat rapat untuk menghindari kehilangan air

dan adukan
• Memasukkan dan mengeluarkan penggetar (vibrator) internal secara vertikal

Em"'"'oo ~'(
Coron9~
(' ..
Persedlao----":"- '.:
pompa a~ema1rt ',.:::-t
..

Tinggi jatuh terlalu tinggi harus dihindari


titik perjuangan harus lebih dari satu meter
diatas permukaan belon.

Gambar 4.1. Penempatan Beton pada Dinding dan Kolom

20
Pelatihan Pelaksana gedung Pengujian Material dan Sistem Kendali Mulu

B. PENGECORAN BETON SEGAR

1. Peralatan Pengecoran Beton

Oi tokasi, beton dicor lang sung pada aeuan atau melalui peralatan seperti
pipa trernie, ember kibble yang ditempatkan dengan crane, pompa beton,
katrol, kereta tulang (dump buggies), kereta dorong, talang dan
sebagainyanya.

Pilihan pera!atan tergantung pad a kondisi dan persyaratan lapangan. Harus


diambil langkah untuk mengurangi pemisahan beton dan pengeringan terlalu
dini.

Cara-eara paling lazim untuk pengeeoran adalah dengan ember kibble dan
pompa beton. ·Beton dalam volume yang sedikit dapat dicor oleh pekerja
dengan menggunakan kereta dorong dan/atau talang. Sistem talang yang
besar lebih efektif bila medan memungkinkan. Sudut kemiringan 25 hingga 30
derajat adalah ideal untuk beton dengan slump 40 sampai 50 mm.

Pengecoran memakai crane dan ember merupakan eara yang sederhana dan
efektif untuk mengeeor beton dalam volume yang lebih besar. Ember
berpenampang bulat atau bujur sangkar, dan mempunyai bag ian lebih sempit
pada dasar dengan pintu pengatur untuk mengatur aliran beton ke dalam
aeuan.

Ember dapat mempunyai talang penuang bersudut untuk pekerjaan di daerah


terbatas, talang penuang lurus lebih sesuai untuk beton dengan slump lebih
rendah.

Beton dapat dieor secara tepat dan menerus dengan pompa yang digunakan
oleh tim yang terdiri dari dua orang yang pertama mengendalikan pompa
sedangkan yang kedua mengarahkan aliran dengan bekerja di depan
operator pengetar dan finisher beton. Pompa biasanya merupakan unit yang
lengkap yang dinaikkan diatas truk dengan kapasitas pengiriman berkisar
antara 10 hingga 100 meter kubik per jam. Pipa penyaluran pada umumnya
terbuat dari baja atau karet dengan penghubung yang mudah dilepas untuk

21
Pelatihan Pelaksana gedung Pengujian Material dan Sislem Kendali Mutu

kemudahan memasang dan mudah mencapai lokasi penyumbatan. Beberapa


unit mempunyai lengan (tiang) sepanjang 30 m.

Ada beberapa jenis pompa beton. Satu sistem menyalurkan beton dengan
gerakan memijat oleh railer yang digerakkan hidrolis untuk mengeluarkan
beton sepanjang pipa yang elastis. Pada sistem lain, beton dimasukkan
dalam hopper dan didorong melalui pipa penyalur dengan gerakan piston
yang diatur oleh sistem katup masuk dan keluar. Sistem yang biasa dipakai
sekarang adalah sistem kedua.

2. Beton yang dipompa

Pemompaan sekarang lazim dipakai untuk pengecoran beton. Pemasok


pompa harus dihubungi jauh sebelum pengecoran dan diberi keterangan
mengenai persyaratan slump, tingkat pengecoran dan penempatan pompa
untuk menjamin cukupnya persediaan beton. Desain campuran beton untuk
pemompaan memerlukan keahlian dan biasanya memerlukan kadar pasir
lebih tinggi daripada campuran yang direncanakan untuk pengecoran dengan
crane dan tempat bah an (skip). Akibat-akibat kegagalan pompa harus
dipertimbangkan. Adalah penting menyediakan pompa untuk dalam keadaan
darurat (standby), crane yang diatur untuk meneruskan pengecoran dengan
skip beton atau altematif lain untuk pengecoran beton.

Harus diperhatikan bahwa campuran dengan desain yang baik dapat lebih
mudah dipompakan pada slump rendah dan menaikan slump pada campuran
demikian dapat membuatnya lebih sulit untuk dipompakan.

3. Pengecoran Beton dalam Acuan

Sebelum pengecoran dimulai, acuan harus dibersihkan secara menyeluruh


dengan penyemprot udara atau air untuk melepaskan sisa,sisa bahan yang
lepas, terutama kawat pengikat. Mungkin perlu menyediakan lubang
sementara untuk membersihkan dasar acuan guna memungkinkan
pembersihan dengan baik.

22
Pengujian Material dan Sistem Kendali Mutu
Pelatihan Pelaksana gedung

"

Pengecoran harus diawasi dengan hati-hati untuk menjamin bahwa acuan


dan tulangan tidak rusak atau berpindah tempat, dan juga beton tidak
terpisah. Bila beton dicor dalam acuan vertikal untuk kolom dan dinding,
tingkat pengecoran harus dikendalikan dengan hati-hati untuk menjamin
bahwa bahwa tingkat itu tidak melebihi tingkat dalam desain acuan.

Gambar 4.2 dan 4.3 memberi pedoman pengecoran beton yang benar pada

acuan miring dan horizontal.

Cara pengecoran beton dalam acuan harus dapat menutupi seluruh bidang
yang akan dicor. Untuk volume beton yang lebih besar, satu atau lebih
pompa beton atau keran memakai ember dengan dasar dapat dibuka atau
skip dengan kapasitas 0.5 hingga 3.0 m3 lebih mudah dipakai. Untuk volume
lebih kedl, pompa beton, kereta roda karet, atau talang dapat dipakai.
Jembatan kerja untuk kereta dorong harus disesuaikan dengan jalan "pulang"
dan "pergi" ditentukan untuk mencegah halangan dan dengan lebar yang
cukup untuk memiringkan dan membalikkan kereta dimana perlu.

Gambar 4.2. Penempatan Beton pada Permukaan Miring

t'.
~\~
\ /

\d.. ,
-----
.!·I--,.:::.-.<»::~~;,<'·q.
-'---' --'-,-- -----
-------- -

Gambar 4.':1. Penempatan 8eton pada Permukaan Horizontal

23
Pelatihan Pelaksana gedung Pengujian Material dan Sistem Kendali Mutu

Gambar 4.4. Pengeeoran Beton untuk Perkerasan Jalan (Permukaan


Horizontal) menggunakan Finisher

4. Pengecoran Beton dibawah Air

Beton dapat dieor dibawah air dengan pemompaan atau menggunakan


tremie (lihat gambar 4.5).

Tremie adalah pipa kedap air berdiameter 150 - 300 mm dengan hopper
dipuncak dan katup atau alat lain didasamya yang mencegah air sekitamya
bercampur dengan beton pada pengeeoran awal dilakukan dan pipa serta
hopper harus sepenuhnya terisi oleh beton sebelum katup dasar dibuka untuk
pengecoran pertama beton. Ujung bawah treime harus selalu berada di
bawah permukaan beton yang makin meninggi setiap saat.

Tremie harus mampu membuat gerakan terkendali pada ujung cor dalam
arah lateral dan vertikal serta harus dapat diturunkan dengan eepat tiap saat
untuk mengurangi tingkat pengecoran beton. Aliran beton dapat diatur
dengan menyesuaikan kedalaman di mana ujung cor diletakkan di bawah
permukaan yang sudah dieor.

--------------------------
24
Pelatihan Pelaksana gedung Pengujian Material dan Sistem Kendali Mutu

Beton tremie harus dieor secara kontinyu. Bila terhenti atau dasar tremie
secara tidak sengaja naik diatas permukaan beton, pengeeoran harus
dihentikan. Beton kurang baik yang terdapat pada bag ian atas pengeeoran
harus dibuang, setelah mengeras, sebelum dilakukan pengecoran tambahan
diatasnya. Hal ini memerlukan tenaga penyelam di tempat yang tidak dapat
dikeringkan. Untuk beton tremie dibutuhkan eampuran kaya semen (biasanya
beton mutu K225) dengan slump kira-kira 180 mm. slump tinggi ini perlu
untuk memudahkah ali ran beton dalam tremie dan mengisi aeuan dengan
penuh, terutama melalui penulangan yang ada. Penggetaran tidak boleh
dilakukan karena dapat mengakibatkan pemisahan dalam beton atau
bercampumya beton kurang baik di atas, yang masih berhubungan dengan
air.

Lapisan atas !:>eton yang dieor dengan pipa tremie dibawah air, biasanya
bermutu rendah dan harus dibuang dengan cara menghancurkan beton
padat, setelah kering, sebelum pengecoran diteruskan.

Oi mana beton harus dicor pad a pondasi yang tertutup air dangkal,
pengecoran dimulai pada salah satu sudut dan air dipindahkan oleh muka
beton yang semakin maju.

Jika air mengalirn melalui pondasi, air harus dialihkan atau pondasi dipenuhi
dan diperlakukan sebagai pengeeoran dibawah air. Cara yang berhasil untuk
menyalurkan aliran melalui dasar adalah memasang pipa pada eelah dan
menyalurkan pipa melalui sisi pondasi.

Sumbatyang
bergerak bersama
beton hingga
Ut
,1 -
Ember Beton
dasar pipa
~I:::===

Katup dasar trernie


yang tertutup rata
bawah tremie
selalu berada di

Gambar 4.5. Pengecoian Beton Dibawah Air

25
Pelalihan Pelaksana gedung Pengujian Material dan Sistem KendaH Mutu

5. Pengaduk Transit

Adalah lebih baik bila pengaduk transit dapat dituangkan lang sung ke dalam
acuan sehingga mengurangi pekerjaan. Truk tidak boleh dibiarkan terlalu
lama dibawah panas matahari, hal ini akan mengurangi tingkat kemudahan
pelaksanaan dan mengurangi waktu efektif yang tersedia untuk pengecoran
dan pemadatan. Jika terjadi keterlambatan, pemasok harus dihubungi
dengan segera dan pengiriman dijadwalkan kembali. Sebelum penuangan
beton, pengaduk transit harus dijalankan pada kecepatan pengadukan untuk
sekurang-kurangnya satu menit.

6. Tindakan Pencegahan untuk Pengecoran dalam Cuaca Panas

Suhu tinggi menyebabkan percepatan hidrasi semen yang mengakibatkan


berkurangnya waktu untuk pengerasan. Air juga hilang oleh penguapan,
terutama dalam keadaan banyak angin. Hal ini mengakibatkan hilangnya
kemudahan penge~aan (workability) beton dan selanjutnya mempersulit
pengecoran, pemadatan dan penyelesaian. Hal ini akan menghasilkan beton
berpori yang lemah dan timbulnya retakan akibat penyusutan. Penyemprotan
lapisan tipis dapat memperlambat penguapan dan memungkinkan pekerjaan
penyelesaian dilakukan dalam waktu yang lebih lama.

Jila suhu sekeliling mungkin melampaui 32°C, sebagian atau semua tindakan
pencegahan berikut harus diambil untuk mencegah pengerasan beton lebih
awal.

• Pengecoran beton dilakukan pada waktu suhu udara setempat


kemungkinan di bawah 32°C (pad a pagi hari atau di waktu malam,
teru1ama untuk pengecoran pelat lantai)
• Melindungi timbunan agregat dari panas matahari
• Menyemprot timbunan agregat kasar dengan air
• Penambahan pecahan es sebagai pengganti air campuran
• Penyuntikan nitrogen cair kedalam campuran pada waktu campuran
berada di dalam pengaduk
• Pembungkusan atau penanaman plpa persediaan air
• Pengecatan tanki air dengan cat putih
• Pendinginan penulangan dan acuan dengan seillprotan air

26
Pelatihan Pelaksana gedung Pengujian Material dan Sistem Kendali Mutu

o Mefmdungi daerah kerja dan tangki air dari panas matahari


• Pembuatan penahan dingin
• Mengurangi waktu untuk pengeeoran dan penyelesaian
• Menutupi pekerjaan yang sudah selesai tanpa ditunda-tunda
• Segera dimulai perawatan

Beton tidak boleh dieor pada pekerjaan bila :


• Suru udara setempat diatas 3SoC
• Suru udara setempat mung kin akan melampaui 3SoC dalam waktu 2
jam setelah pengeeoran

7. Sambungan Pelaksanaan Darurat

Untuk pengeeoran beton harus diatur sehingga panjang dan luas daerah
kerja dan beton sekeeil mung kin, sehingga sambungan pelaksanaan dapat
dibentuk dengan mudah dalam keadaan darurat. Sebelum dimulainya
pengecoran, harus tersedia eukup bahan aeuan di lokasi untuk membentuk
sambungan tersebut.

C. PEMADATAN BETON

1. Umum

Maksud pemadatan beton adalah untuk memastikan bahwa diperoleh


kepadatan maksimum dan bahwa kontak menyeluruh antara beton dengan
permukaan baja penulangan dan aeuan dapat dicapai.

Pemadatan menyeluruh sangat penting karena menghasilkan :

• kekuatan maksimum
• beton yang padat dan kedap air
• pembentukan sudut dengan baik
• penampilan permukaan yang baik
• ikatan yang baik dengan penulangan baja, dan
• sefimut (penutup) beton yang padat pada penulangan baja

21
Pengujian Material dan Sistem Kendali Mutu
Pelatihan Pelaksana gedung

Beton harus dipadatkan dengan benar untuk menjamin bahwa kekuatan,


ketahanan dan penyelesaian permukaan yang disyaratkan dapat dipenuhL
Pemadatan dapat dilaksanakan dengan penggetar (vibrator') celup atau
"poker" (Gambar 4.6), penggetar acuan luar (external), penggetar
permukaan, penggetar papan perata atau menggunakan batang tongkat
(hand rodding). (Pemadatan dengan tangan tidak boleh digunakan untuk
beton struktural) .

Oi tempat penulangan rapat, seperti pada angker pada pekerjaan post


tensioning beton, langkah-Iangkah khusus mungkin perlu untuk menjamin
pengecoran dan pemadatan beton yang menyeluruh.

Langkah-Iangkah terse but mencakup :


• desain kembali campuran
• memperkecil ukuran agregat kasar
• penggunaan super platiciser atau bahan tambahan lain
• penyesuaian jarak antara penulangan
• menaikkan intensitas getaran

Kebanyakan pemadatan dilakukan dengan penggetar berfrekuensi tinggi


yang digetarkan di dalam (internally) atau di uar (externally) massa betan.

Vibrator luar (external) yang menggunakan listrik atau udara dan dipasang
dengan kencang pad a acuan, seringkali dipakai dalam pekerjaan pracetak
dimana penampang melintang tipis dan ban yak penulangan. Tujuan
utamanya adalah untuk memberikan suatu penyelesaian permukaan
berstandar tinggi pada unit pracetak. Biasanya dipakai bersamaan dengan
penggetar dalam (internal).

Gambar 4.6. Penggetar Celup

28
Pelalihan Pelaksana gedung Pengujian Material dan Sislem Kendali Mutu

Penggetar acuan luar hanya dipakai pada acuan khusus (purpose-build) yang
ditulangi pada titik-titik penempatan penggetar. Penggunaan penggetar acuan
luar yang salah dapat menyebabkan kerusakan pada acuan dengan
pengaruh terhadap bentuk permukaan beton tadi.

Penggetar dalam (internal) memberikan cara paling efektif untuk pemadatan


beton. Penggetar standar mempunyai poros (shaft) dengan keseimbangan
eksentris dan dijalankan dengan kecepatan tinggi (5.000 hingga 13.000
putaran per menit). penggetar ini digerakkan dengan listrik, udara bertekanan
(kompresi) atau motor internal combustion dan dibuat dalam berbagai ukuran
dengan diameter dari 25 hingga 150 mm.

Papan perata bergetar tidak cukup efektif untuk digunakan tersendiri dan
penggetar permukaan harus dilengkapi dengan penggetar dalam disekitar
pinggir pelat, kereb dan bagian yang tebal lainnya. Hal ini digunakan untuk
membentuk permukaan atas beton dan memerlukan penempatan papan
perata yang tepat untuk memberi profil permukaan yang ditentukan.

D. PERAWATAN BETON TERPASANG

1. Tujuan Perawatan

Setelah beton dicor dan dipadatkan, beton .. harus dilindungi serta dirawat
dengan memadai, sesuai dengan syarat-syarat teknis.

Tujuannya adalah untuk menahan kelembaban di dalam beton pada waktu


semen berhidrasi dan oleh karena itu usahakan tercapai kekuatan struktur
yang diinginkan dan tingkat kekedapan (impermeabilitas) yang disyaratkan
untuk ketahanan. Permukaan beton yagn tidak dirawat akan terkikis lebih
cepat daripada yang dirawat. Dan dalam lingkungan agn3sif, permeabilitas
tinggi dapat menyebabkan berkaratnya penulangan. Perawatan yang kurang
dapat menyebabkan pula penyusutan beton lebih baik.

Semua sifat-sifat beton seperti kekuatan, kerapatan air, ketahanan terhadap


aus dan stabilitas volume meningkat sesuai dengan umur beton selama
terdapat kondisi yang memadai untuk hidrasi yang berlanjut dari semen

29
Pelatihan Pelaksana gedung Pengujian Material dan Sistem Kendali Mutu

Peningkatan itu berlangsung dengan cepat pada umur awal tetapi berlanjut
dengan lebih lambat untuk suatu masa yang tidak dapat ditentukan.

Dua kondisi diperlukan :


• adanya kelembaban
• suhu yang memadai

Penguapan air beton yang baru dicor menyebabkan berhentinya proses


hidrasi. Kehilangan air juga dapat menyebabkan beton menyusut, sehingga
menyebabkan tegangan tarik pad a permukaari yang mengering. Jika
tegangan tersebut te~adi sebelum beton memperoleh kekuatan yang cukup
dapat terjadi retakan permukaan.

2. Cara-cara Perawatan

Beton dapat dipelihara kelembabannya denganbeberapa cara perawatan


yaitu:

• Cara-cara yang memberikan tambahan kelembaban pada permukaan


beton pada waktu masa pengerasan awal. Cara-cara ini termasuk
menggenangi, menyiram dan menutupi dengan penutup basah (misalnya
karung, tanah, pasir atau jerami)

• Cara-cara yang mencegah kehilangan kelembaban dari beton dengan


menutup permukaan. Hal ini dapat dilakukan dengan kertas tahan air,
lembaran plastik, cairan pembentuk membran (disemprot) dan acuan-
acuan yang tinggal di tempat.

• Perawatan suhu tinggi, misalnya perawatan uap dan auto claving. Suhu
tinggi mempercepat reaksi kimia dan kelembaban diberikan oleh uap
atau dipertahankan oleh ruangan auto clave.

Perawatan harus dilanjutkan tanpa gangguan selama mungkin paling sedikit


untuk masa yang disyaratkan (umumnya 7 hari), dimulai dari saat beton telah
diberi penyelesaian awal.

30
Pengujian Material dan Sistem Kendali Mutu
Pelatihan Pelaksana gedung

Gambar 14.7. Perawatan awal dengan curing compound


(Bahan campuran)

Gambar 4.8. Perawatan terakhir dilakukan dengan wet burlap


(membasahi goni) selama 7 hari

3. Perawatan Dengan Uap

Beton kekuatan tinggi, dengan perawatan uap hingga 30 Mpa atau lebih untuk
pemindahan gaya prategang (transfer prestress) atau pembongkaran cetakan,
biasanya tidak memerlukan perawatan iebih lanjut.

Perawatan uap biasanya hanya dilakukan pada pabrik pracetak, karena


membutuhkan peraiatan dan instrumentasi rumit untuk menjamin
pengendalian ketat yang perlu untuk mencegah kerusakan akibat suhu tinggi

31
Pelalihan Pelaksana gedung Pengujian Material dan Sistem Kendali Mutu

pada beron yang baru dicetak. Penguapan tidak boleh dimulai sampai beton
telah mencapai pengerasan (maturity) awal. Suhu beton harus dinaikkan
secara terkendali. Uap tidak boleh mengenai beton secara lang sung atau
pad a acuan, yang akan menyebabkan pemanasan setempat yang berlebih.

Suhu dibawah penutup uap tidak boleh melampaui BOoe dan penutup tidak
boleh dilepas sampai suhu permukaan beton dalam batas 40°C dan suhu
setempat Termometer pencatat, contoh pengujian yang cukup dan catatan
lengkap diperlukan untuk perawatan uap yang memuaskan.

32
Pelatihan Pelaksana gedung Pengujian Material dan Sistem Kendali Mutu

BABV
PEMERIKSAAN MUTU BETON

A. PENGAMBILAN CONTOH CAMPURAN BETON SEGAR

Untuk keperluan evaluasi mutu pelaksanaan, selama pelaksanaan harus dilakukan


pengambilan benda uji dengan ketentuan-ketentuan seperti berikut :

3
1. Untuk Jumlah Kubikasi Beton < 60 m

Jumlab benda uji diambil sebanyak 20 buah, pengambilan dilakukan


X
1 buah setiap . _ - =
m3 beton (X jumlah kubikasi beton) .
. 20

Contoh:
3
Misalkan jumlah kubikasi beton 40 m
Pengambilan benda uji 1 buah setiap :

x = 2 m31
I 20 -
40
20 .

3
2. Untuk Jumlah Kubikasi Beton> 60 m

Permulaan sampai kubikasi beton 60 m3 , pengambilan ben{ja uji dilakukan


setiap 3 m3 beton kemudian pengambilan benda uji dilanjutkan 1 buah setiap
5 m3 beton.
Atau jumlah benda uji diambil sebanyak :

60 y - 60
+
3 5

Catatan : y = jumlah kubikasi beton.


Contoh:

3
Misalkan kubikasi beton 100 m
Jum!ah benda UJI diambil sebanyak

33
Pelatihan Pelaksana gedung Pengujian Material dan Sistem Kendali Mutu

60 y-60 60 100 - 60
=- +
3 5
= 3
+----
5
= 28 buah

B. PENGUJIAN KONSISTENSI

Konsistensi merupakan keenceran atau kekentalan campuran beton yang lazim


disebut slump beton adalah salah satu besaran atau parameter suatu campuran
beton semen yang menunjukkan tingkat kemudahan penge~aan (workability).
Workability dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu : sedang, baik dan amat baik.

Beberapa faktor yang mempengaruhi besamya slump yang dibutuhkan untuk


mendapatkan workability yang optimal, antara lain adalah sebagai berikut :

Kerumitan bentuk dan letak tulangan konstruksi beton


Diperlukan atau tidaknya pompa dalam pengecoran beton
Jarak dan waktu transportasi campuran beton
Digunakan atau tidaknya bahan aditive dalam campuran beton
Jenis peralatan yang dipergunakan.

Dari banyak pengalaman khusus untuk perkerasan jalan beton semen,


menunjukkan data slump yang baik sebagai berikut :

Untuk perjalanan 60 menit dari plant ke site pengecoran :


Slump di plant =6.5 em dan di lokasi =4.0 em.
Untuk perjalan 10 menit dari plant ke site pengeeoran :
Slump di plant =4.5 em dan di lokasi =4.0 em.

Gambar 5.1. Contoh slump terlalu tinggi (encer)

34
Pelatihan Pelaksana gedung Pengujian Material dan Sistem Kendall Mutu

Gambar 5.2. Contoh slump tidak terlalu tinggi

C. PENGUJIAN KUAT TEKAN

1. Mempersiapkan benda uji

Pada pembeJajaran metode pengujian eampuran beton dan beton terpasang,


benda uji kuat tekan dipersiapkan dalam eetakan silinder berdiameter 15 em
dan tinggi 30 em.
Untuk pembelajaran pengendalian mutu campuran beton pad a proses
produksi, ditampilkan benda uji berbentuk kubus berukuran 20 x 20 x 20 em.

Seperti kita ketahui bahwa cara pembuatan benda uji yang salah akan
memberikan hasiJ kekuatan betonlevaluasi mutu beton dan mutu
pelaksanaan yang salah pula. Berdasarkan hal ini perlu dilakukan
pemeriksaan cara pembuatan benda uji.

2. Cara Melakukan

Isilah eetakan dengan beton muda sampai y" tinggi (10 em) kemudian
padatkan dengan tong kat pemadat baja ¢ 5/8" panjang 60 em (ujung
bulatkan) sebanyak 29 x tusukan secara merata. Tongkat pemadat masuk
sampai permukaan dasar cetakan.

35
Pelatihan Pelaksana gedung Pengujian Material dan Sistem Kendali Mutu

Isilah cetakan beton muda sampai jenuh, padatkan lagi dengan tongkat
pemadat sebanyak 29 x tusukan secara merata. Tongkat pemadat masuk
sampai permukaan lapisan bawahnya.

Ketuk sisi cetakan sampai kelihatan beton mengkilat atau tidak kelihatan
timbul gelembung-gelembung udara.

Ratakan permukaan beton, tutup dengan plastiklkarung lembar kemudian


simpan ditempat yang teduh dan bebas getaran selama 24 jam.

Setelah 24 jam buka cetakan dan contoh kubus/benda uji direndam dalam air
. (pematangan) atau. disimpan dalam pasir basah sampai dilakukan
pemeriksaan kekuatan beton pada umur yang dikehendaki.

Catatan:
Cara pembuatan benda uji berbentuk kubus ukuran sisi 15 x 15 x 15 em,
sama seperti di atas, tetapi untuk pemadatan digunakan tong kat pemadat <l>
3/8", panjang 30 em (ujung dibulatkan) dan jumlah pemadatan sebanyak 32 x
tusukan.

Pengambilan beton mud a untuk pembuatan benda uji sesuai menurut ASTM
C 172-71.

3. Pengiriman Benda Uji ke Laboratorium

Mutu beton bisa menjadi turun apabila cara pengmman benda uji ke
laboratorium (untuk pemeriksaan) tidak melebihi syarat yang ditetapkan yaitu
benda l!ii selama di perjalanan harus tetap berada dalam kondisi pematangan
(curing). Seperti telah diketahui apabila benda uji selama pengiriman tidak
dalam kondisi pematangan akan menyebabkan turunnya mutu beton.

Berdasarkan hal ini perlu diperiksa apakah benda uji yang dikirim ke
laboratorium harus dilengkapi dengan informasi yang lengkap antara lain
mengenai perbandingan campuran beton, slump, tanggalljam pembuatan,
umur pemeriksaan yang diminta, mutu beton yang diminta, bahan eampuran
beton yang digunakan, lokasi pengambilan benda uji, benda uji diambil oleh
dan lain-lain.

36
Pelatihan Pelaksana gedung Pengujian Material dan Sistem KendaJi Muiu

Informasi ini diperlukan antara lain di dalam pengambilan kesimpulan dan


pemberian saran-saran dari hasil-hasil pemeriksaan tanda uji.
Pada wak.tu pengiriman bend a uji perlu juga diadakan pemeriksaan bahwa
berda uji selama pengiriman tidak akan mengalami kerusakan/pecah.

4. Melakukan Pengujian Kuat Tekan Terhadap Benda Uji

Biasanya, penerimaan mutu beton dihubungkan dengan kekuatan 28 hari.

Akan tetapi oleh karena urutan pelaksanaan berlangsung dalam waktu yang
singkat, dan pengecoran lebih lanjut akan disambung pada beton yang ada
kurang dari 28 hari setelah pengecoran sebelumnya, pengujian tambahan
yang lebih awal dari 28 hari mungkin diperlukan. Pengawas pelaksanaan
harus mengusahakan bahwa tiap bagian beton mempunyai kekuatan dan
mutu yang memadai sebelum dibangun di atasnya oleh bag ian beton yang
lain, karena ini menyebabkan langkah perbaikan sukar dilaksanakan
bilamana kelak ditemukan beton dengan kekuatan kurang (understrength).
Dalam hal demikian pengawas pelaksana harus menentukan, dengan
pengujian sebelumnya, kurva 'peningkatan kekuatan terhadap waktu' untuk
beton yang dipakai sehingga penilaian perbandingan dapat dilakukan pad a
waktu kurang dari 28 hari. Benda uji dari hubungan ini ditunjukkan pada
Gambar 5.3., tetapi tabel ini tidak cukup tepat untuk pemakaian di lapangan.
HubungM ini harus diperiksa pada awal pekerjaan untuk menentukan
perbandingan kekuatan 3 hari, 5 hari, 7 hari, dan 28 hari. Suatu petunjuk
variasi dalam peningkatan kekuatan dengan eara perawatan yang berbeda
juga ditunjukan.

Cara meJakukan pengujian mengikuti metode ASTM C - 39 seperti yang


dijelaskan dalam pembelajaran metode pengujian campuran beton dan beton
terpasang.

31
Pelatihan Pelaksana gedung Pengujian Material dan Sisiem Kendali Mutu

:0-
n'"
E
'"
'"
c '";,
m
'"5' '"
-'"
Q
C C
rJ otJ

'" '"
OJ
->' Y
co
:,: oX

'" i
co I :
C'I I '

rG
--~---r---~~---~---'~------I
, ------
't

t.
o~-----~-----~~------~------
l i t , 2!

Gambar 5.3. Grafik Umur Beton dan Kekuatan

D. EVALUASI MUTU BETON PELAKSANAAN

Beton adalah bahan dengan kekuatan variabel dan cara nonnal untuk menyatakan
kekuatan yang perlu adalah 95 persen atau kekuatan "karakteristik", yaitu kekuatan,
dimana 95% dari semua pengujian akan melampaui kekuatan yang disyaratkan
(dan 5% akan di bawah kekuatan yang disyaratkan).

Untuk pengujian dalam jumlah besar (Iebih dari 40) kekuatan karakteristik aktual
dari beton dapat dinyatakan sebagai berikut :

Kekuatan karakteristik (abk) = kekuatan yang ditargetkan - 1.64 x Deviasi 8tandar


dari semua hasil pengujian (8)

Obk =Obm -1.64 S


II

38
Pelatihan Pelaksana gedung Pengujian Material dan Sistem Kendali Mutu

Rumus yang sesuai untuk perhitungan deviasi stan dar adalah :

N
'- (Ob- Obm)2
S = dan
b- t
N- 1

L Ob

b-1
Obm =
N

Di mana:
S = deviasi standar.
Ob = pengujian kekuatan tekan individual dari benda uji beton.
Obm = Rata-rata dari pengujian kekuatan tekan dari benda uji beton.
N = jumlah benda uji beton (N harus lebih besar dari 10 untuk
ketepatan statistik).

Kekuatan yang ditargetkan dipilih berdasarkan derajat pengendalian mutu yang


diharapkan pada bahan dan penanganan beton di lapangan. Syarat-syarat Teknik
harus diteliti untuk pedoman mengenai pilihan deviasi standar dan keadaan yang
menyebabkan penolakan terhadap beton.

Tabel 5_1. Hasil Pemeriksaan Kekuatan Tekan Beton

Luas Berat lsi Umur Beban Kekuatan


No. Perbandingan Slu"l' Berat Diameter Tinggi
Penampang (kg/cm3) (hari) Maksimum Tekan Cacad
Benda Campuran (em) (kg) (em) (cm)
(cm2) (kg) (kg/cm2)
un
15.2 30.4 182.3 2.35 28 50.000 274
1 1: 2 : 3 6 13.0
50
1: 2 : 3 8 12.8 15.2 30.4 182.3 2.31 28 50.000 276
2
50

CATATAN:
P.C = Ex. Gresik
Agregat Halus = Ex. Jatiwangi
Agregat Kasar = Ex. DPMJ/Crusher Plant
Air = Ex. PAM

39
Pelatihan Pelaksana gedung Pengujian Material dan Sislem Kendali Mulu

BABVI
JENIS KERUSAKAN 01 LAPANGAN

A. KERUSAKAN PADA KOLOM


Karena pelaksanaan yang kurang sempuma maka pada tulangan pada kolom
beton terlihat dan sebagian adukan beton tidak rata dan keropos.

Proses perbaikannya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

1. Bobok yang keropos

J I

2. Betulkan tulangan

". :.
l.,.,...
3. Pasang papan acuan
~dan cor dengan

lj ::.~y
.,
chemical aditivie non
shrink grout

Gambar 6.1. Perbaikan kolom keropos

40
Pelatihan Pelaksana gedung Pengujian Material dan Sistem Kendali Mutu

B. CONTOH KERUSAKAN PADA RUMAH SUSUN


• Gambar-gambar contoh yang akan ditunjukkan di bawah ini berupa foto-foto
jenis kerusakan pad a pekerjaan struktur, baik pada pekerjaan pel at beton,
tangga, dinding, kolom, sambungan balok, balok, sambungan tan9g a.

Gambar6.2.
Permukaan plat beton pada atap, tidak rata (kasar) mutu beton kurang baik

.;:t~~1<~ . ·
......

Gambar6.3.
Pada tempat kedudukan I tumpuan Hand rail
di tangga terjadi retak yang membahayakan

41
Pelatihan Pelaksana gedung Pengujian Material dan Sistem Kendali Mutu

Gambar6.4.
Kerusakan pada tangga, beton keropos dan sel.imut beton sudah hancur

Gambar 6.S.Sambungan kolom dan balok,


kondisi beton keropos berlubang terlihat batu pecahnya

Gambar6.6.
Pada sambungan balok, beton keropos dan berlubang

42
Pelatihan Pelaksana gedung Pengujian Material dan Sistem Kendali Mutu

Gambar6.7.
Bentuk dari ujung kolom praktis yang dipotong dengan maksud untuk memperlbar
ruangan tetapi tidak dirapihkan

. ~ ... ,--,:...:..::..:.:::.;,.~ ..
.i~·f.·.···'S\~~~~~l;

Gambar6.8.
Retak pad a sambungan antara tangga dan bordes

Gmbar 6.9. Keretakan pada tangga seperti hal diatas

43
Pelalihan Pelaksana gedung Pengujian Material dan Sistem Kendali Mutu

• Dari gambaran pekerjaan struktur di atas pada umumnya jenis kerusakan


struktur beton berupa :
1. Keropos, berlubang
2. Retak
3. Rusak dan cacat
4. Runtuh, hancur

• Sebagai kesimpulannya kerusakan struktur beton pada umumnya disebabkan


karena:
1. Mutu beton kurang baik Oumlah campuran semen kurang, mutu dari pasir
dan kerikil tidak baik, serta air yang digunakan tidak sesuai dengan
persyaratan di SNI).
a. Jumlah air p~da campuran beton tidak sesuai dalam persyaratan SNI
(kurang/terlalu banyak).
b. Ketebalan beton kurang, tidak sesuai dengan design.
c. Ketebalan selimut beton kurang, tidak mengikuti syarat ketebalan di dalam
SNI.
d. Pembesian tidak sesuai dengan gambar design (baik dimensi besi, jarak
tulangan, jumlah tulangan, bentuk pembesian).
e. Cara pelaksanaan pengecoran beton tidak baik.
f. Tidak dipadatkan dengan vibrator atau cara penggunaan vibrator salah.
g. Bahan cetakan dan perancah kurang I tidak baik.
h. Jumlah tiang perancah kurang dan tidak diberi pengaku,· tidak
memperhitungkan beban yang bekerja (baik betonnya sendiri maupun beban
lain untuk pelaksanaan).
i. Perawatan beton selama proses pengeringan kurang atau tidak
dilaksanakan.
j. Pembukaan cetakan ceroboh tidak hati-hati, sehingga beton rusak dan
cacat.
k. Pembukaan perancah/penyangga terlalu cepat tidak mengikuti petunjuk
sehingga beton runtuh/hancur.
I. Setelah selesai pengecoran dan terjadi hujan, beton tidak dilindungi dengan
tendalplastik sehingga mutu beton menjadi tidak baik.

44
Petalihan Pelaksana gedung Pengujian Malerial dan Sistem Kendali Mutu

DAFTAR PUSTAKA

1. DR.Ir.F.x. Supartono, DEA. "Beton, Bahan Dasar dan Unsur Kekuatannya",


Penerbit Yayasan JOHN HII-TECH IDETAMA bermitra dengan Penerbit Universitas
Indonesia (UI-Press), Jakarta, 2001

2. DPD Riau Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia, "Perencanaan Campuran


Beton", KursusSingkat Perkerasan Beton Semen Pekanbaru, 2000

3. DPD Riau Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia, "Perencanaan Campuran


Beton Semen", Kursus Singkat Perkerasan Beton Semen Pekanbaru, 2000.

4. Mektan Babakan Tujuh Konsultan PT, Testing Equipment For Soil, Concrete and
Asphalt", ih Edition Catalogue
5. ~LE International, "Contruction Materials Testing Equipment", 10Th Edition

6. Ir. Imam Soekoto, "Pengendalian Pelaksanaan Konstruksi", Penerbit Inter Grafjka,


Jakarta, 1985

7. American Association of State Highway and Transportation Officials "Standard


Specifications for Transportation Materials and Methods of Sampling and Testing,
Part II Test, Nineteenth Editions 1998.

8. Departemen Pekerjaan Umum, ·Peke~aan Struktur," Materi Pembekalan Sertifikasi


Tenaga Inti Konsultan Supervisi, Jakarta.

45

Anda mungkin juga menyukai