UNIVERSITAS INDONESIA
KAMPUS BARU UI DEPOK 16424
PEDOMAN PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN
BAHAN BETON DAN MUTU BETON
DAFTAR ISI
IV.4. Percobaan Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium ......... 54
LAMPIRAN ............................................................................................................................... 69
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Pemeriksaan Waktu Pengikatan Permulaan Semen Portland dengan menggunakan
Alat Vicat ...................................................................................................................... 3
Tabel 2.1. Kapasitas Wadah ....................................................................................................... 6
Tabel 2.1. Berat Contoh Agregat Kering Minimum................................................................. 11
Tabel 3.1. Berat Contoh Agregat Minimum ............................................................................. 12
Tabel 3.2. Kapasitas Wadah ..................................................................................................... 41
Tabel 3.3. Berat untuk setiap Gradasi Benda Uji ..................................................................... 51
Tabel 4.1. Nilai Slump yang direkomendasikan untuk Variasi Jenis Konstruksi berdasarkan
ACI.211 1-91 ............................................................................................................... 58
Tabel 4.2. Perkiraan Jumlah Air Pencampur yang dibutuhkan dan Kandungan Udara untuk
Workabilitas yang berbeda dan Ukuran Agregat Maksimum berdasarkan
ACI.211 1-91 ............................................................................................................... 58
Tabel 4.3. Hubungan antara Rasio Air-Semen dan Kuat Tekan Beton rata-rata berdasarkan
ACI.211 1-91 ............................................................................................................... 58
Tabel 4.4. Volume Agregat Kasar per Unit Volume Beton berdasarkan ACI.211 1-91 ........... 58
Tabel 4.5. Perkiraan Berat Isi Beton Segar sesuai ACI.211 1-91............................................. 58
TATA TERTIB
A. UMUM
1. Peserta praktikum adalah mahasiswa yang terdaftar namanya pada Laboratorium
Struktur dan Material, Departemen Teknik Sipil, FTUI; dan diumumkan oleh Kepala
Laboratorium.
2. Peserta Praktikum harus mematuhi semua peraturan yang berlaku di Laboratorium
Struktur dan Material, Departemen Teknik Sipil, FTUI.
3. Praktikan hadir 15 [lima belas] menit sebelum kegiatan praktikum dimulai.
4. Praktikan harus hadir dan mengisi daftar hadir yang disediakan oleh Laboratorium
Struktur dan Material, Departemen Teknik Sipil, FTUI untuk setiap kegiatan; mulai
dari penjelasan teori sampai berlangsungnya praktikum.
5. Penggunaan alat harus selalu atas seijin dan pengawasan Asisten yang bertugas.
Pemakaian alat harus sesuai cara dan kapasitas alat.
6. Praktikan harus menjaga dengan sebaik-baiknya semua alat yang dipakai. Kerusakan
yang terjadi akibat kecerobohan dari praktikan adalah menjadi tanggung jawab
praktikan.
7. Alat-alat yang dipergunakan harus dikembalikan dalam keadaan baik, bersih dan
tetap berfungsi.
B. PELAKSANAAN
1. Praktikan tidak diperkenankan meninggalkan praktikum. Bila hal ini terjadi, maka
praktikan dinyatakan tidak mengikuti praktikum.
2. Data-data hasil pemeriksaan harus diketahui asisten yang bersangkutan.
3. Laporan praktikum yang diserahkan adalah laporan perorangan yang telah disetujui
Asisten.
4. Laporan praktikum dibuat sesuai format yang telah ditentukan.
5. Apabila praktikan tidak mengikuti praktikum, maka praktikan harus
mengikuti praktikum susulan dan membuat laporan individu untuk modul
tersebut.
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis semen Portland. Berat jenis
semen adalah perbandingan antara berat isi kering semen pada suhu kamar dengan berat
isi air suling pada suhu 4 °C yang isinya sama dengan isi semen.
B. PERALATAN
1. Botol Le Chatelier [Gambar 1.1].
2. Kerosin bebas air atau naptha dengan berat jenis minimum 62 API.
C. PERALATAN K3
1. Sarung Tangan
2. Safety Shoes
3. Masker
D. BAHAN
Contoh Semen Portland sebanyak 64 gram.
E. PROSEDUR
1. Isi botol Le Chatelier dengan kerosin atau naptha sampai antara skala 0 dan 1.
Keringkan bagian dalam botol, di atas permukaan cairan.
2. Masukkan botol kedalam bak air [water bath] dengan suhu konstan dalam waktu
yang cukup untuk menghindarkan variasi suhu botol lebih besar dari 0,2 °C.
3. Setelah suhu air sama dengan suhu cairan dalam botol, baca skala pada botol [v1].
4. Masukkan benda uji [semen] sedikit demi sedikit ke dalam botol; jangan sampai ada
semen yang menempel pada dinding botol diatas cairan.
5. Setelah semua benda uji dimasukkan, putar botol perlahan-lahan [dalam posisi
miring] sampai gelembung udara tidak timbul lagi pada permukaan cairan.
6. Ulangi pekerjaan no.2. Setelah suhu air sama dengan suhu cairan dalam botol. Baca
skala pada botol [v2].
LABORATORIUM STRUKTUR DAN MATERIAL
DEPARTEMEN SIPIL FTUI 1
Buku Panduan Praktikum BAB I
Pemeriksaan Bahan Beton & Mutu Beton
F. PERHITUNGAN
Berat Semen
d
(v2 − v1 )
Berat Jenis =
Keterangan:
v1 = Pembacaan pertama pada skala botol
v2 = Pembacaan kedua pada skala botol
(v2 – v1 ) = Isi cairan yang dipindahkan oleh semen dengan berat tertentu
d = Berat isi air pada suhu 4 °C. [ 1gram/cm3 ]
G. LAPORAN
Laporkan nilai berat jenis sampai dua angka dibelakang koma, sesuai dengan formulir.
H. CATATAN
Berat jenis semen Portland sekitar 3,15 gram/cm 3 . Percobaan dibuat dua kali [duplo];
selisih yang diizinkan 0,01.
I. REFERENSI
American Society for Testing and Materials. “Standards Test Method for Density of
Hydraulic Cement”, No. ASTM C 188 – 95 (Reapproved 2003). Annual Book of
ASTM Standards, Vol 04.01.
Badan Standarisasi Nasional. “Metode pengujian berat isi semen portland”, SNI 15-2531-
1991
A. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan konsistensi normal dari semen hidrolis untuk keperluan penentuan waktu
pengikatan semen. [Menentukan jumlah air yang dibutuhkan untuk mempersiapkan pasta
semen hidrolis untuk pengetesan].
B. PERALATAN
1. Mesin aduk [mixer], dengan daun-daun pengaduk dari baja tahan karat serta mengkuk
yang dapat dilepas.
2. Alat vicat [menggunakan ujung C seperti pada gambar 1.2].
3. Timbangan dengan kepekaan sampai 1,0 gram.
4. Alat pengorek [scraper] dibuat dari karet yang agak kaku.
5. Gelas ukur dengan kapasitas 150 atau 200 ml.
6. Sendok perata [trowel].
7. Sarung tangan karet.
C. PERALATAN K3
1. Sarung Tangan
2. Safety Shoes
3. Masker
D. BAHAN
1. Semen Portland + 3,5 kg [untuk + 6 percobaan].
2. Air bersih [dengan suhu kamar].
E. PROSEDUR
Pembuatan Pasta Semen
1. Pasang daun pengaduk serta mangkuk pada alat pengaduk .
2. Masukkan bahan untuk percobaan dalam mangkuk dan campurlah sebagai berikut:
a. Tuangkan air [ + 155 – 125 cc untuk semen tipe I dan + 130 – 140 cc untuk
semen tipe III].
b. Masukkan 500 gram semen kedalam air dan biarkan untuk penyerapan selama
30 detik.
3. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan rendah [140 + 5 ppm] dan aduklah
selama 30 detik.
4. Hentikan mesin pengaduk untuk 15 detik dan sapulah bahan [pasta] dari dinding sisi
mangkuk.
5. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan sedang [285 + 10 ppm] dan aduklah
untuk 1 menit.
F. CATATAN
G. REFERENSI
American Society for Testing and Materials. “Standards Test Method for Normal
Consistency of Hydraulic Cement”, No. ASTM C 187 – 98. Annual Book of
ASTM Standards, Vol 04.01.
A. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan waktu pengikatan semen hidrolis [dalam keadaan konsistensi normal]
dengan alat vicat dan alat gillmore.
B. PERALATAN
1. Mesin aduk [mixer], dengan daun-daun pengaduk dari baja tahan karat serta mengkuk
yang dapat dilepas.
2. Alat vicat [menggunakan jarum D seperti pada gambar 1.3].
3. Alat gillmore dengan jarum tekanan rendah [diameter 1/12 inch, ¼ lb] dan jarum
tekanan tinggi [diameter 1/24 inch, 1 lb] lihat gambar 1.4.
4. Timbangan dengan kepekaan sampai 1,0 gram.
5. Alat pengorek [scraper] dibuat dari karet yang agak kaku.
6. Gelas ukur dengan kapasitas 150 atau 200 ml.
7. Ruang lembab yang mampu memberikan kelembaban relatif minimum 90%.
C. PERALATAN K3
1. Sarung Tangan
2. Safety Shoes
3. Masker
D. BAHAN
1. Semen Portland
2. Air bersih [dengan suhu kamar]
E. PROSEDUR
• Dalam test vicat, waktu pengikatan terjadi apabila jarum vicat yang kecil
[jarumD], membuat penetrasi sebelum 25 mm ke dalam pasta setelah mapan
selama 30 detik.
• Dalam test gillmore, waktu pengikatan awal terjadi apabila jarum tekanan rendah
tidak memberikan bekas yang tampak [jelas] pada pasta, sedang waktu pengikatan
akhir terjadi apabila jarum tekanan tinggi tidak memberikan bekas yang tampak
[jelas] pada pasta.
LABORATORIUM STRUKTUR DAN MATERIAL
DEPARTEMEN SIPIL FTUI 7
Buku Panduan Praktikum BAB I
Pemeriksaan Bahan Beton & Mutu Beton
ALAT VICAT
1. Tempatkan sudu serta mangkuk [kering] pada alat aduk dalam posisi mengaduk.
2. Tempatkan bahan-bahan untuk satu “BATCH” kedalam mangkuk dengan cara
sebagai berikut:
a. Masukkan semua air pencampur yang jumlahnya telah ditetapkan sebelumnya
dalam pembuatan pasta semen dengan konsistensi normal untuk semen 500
gram.
b. Masukkan 500 gram semen kedalam air tersebut dan biarkan menyerap
selama 30 detik.
3. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan rendah [140 + 5 ppm] dan aduklah
selama 30 detik.
4. Hentikan mesin pengaduk untuk 15 detik dan sapulah bahan [pasta] dari dinding sisi
mangkuk.
5. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan sedang [285 + 10 ppm] dan aduklah
selama 1 menit.
6. Segera ambil pasta semen dari mangkuk dan bentuklah sebagai bola, dan tekankan ke
dalam cincin konis sesuai cara dalam penentuan konsistensi normal.
7. Segera masukkan benda coba tersebut ke dalam ruang lembab dan biarkan disana
terus kecuali bila mau dipakai untuk percobaan.
8. Setelah 30 menit di dalam ruang lembab, tempatkan benda coba pada alat vicat.
Turunkan jarum D hingga menyentuh permukaan pasta semen. Keraskan sekrup E
dan geser jarum penunjuk F pada bagian atas dari skala dan lakukan pembacaan awal.
9. Lepaskan batang B dengan memutar sekrup E dan biarkan jarum mapan pada
permukaan pasta untuk 30 detik. Adakan pembacaan untuk menetapkan dalamnya
penetrasi. Apabila pasta ternyata terlalu lembek, lambatkan penurunan batang B
untuk mencegah melengkungnya jarum.
10. Jarak untuk setiap penetrasi pada pasta tidak boleh lebih kecil dari 6 mm. Untuk
setiap semen Tipe I, Percobaan dilakukan segera setelah diambil dari ruang lembab
dan setiap 15 menit sesudahnya sampai tercapai penetrasi sebesar 25 mm atau kurang.
Untuk semen tipe III, percobaan dilakukan segera setelah diambil dari ruang lembab
dan setiap 10 menit sesudahnya sampai tercapai penetrasi sebesar 25 mm atau kurang.
11. Gambarkan dalam suatu grafik, besarnya penetrasi jarum vicat sebagai fungsi dari
waktu untuk semen-semen tipe I atau III.
12. Catat hasil semua percobaan penetrasi. Tentukan waktu tercapainya penetrasi sebesar
25 mm. Inilah waktu ikat.
ALAT GILLMORE
1 – 4. Prosedurnya sama dengan alat vicat.
5. Bentuklah suatu lingkaran pipih dari pasta dengan diameter 75 mm dan tebal 12 mm.
di tengah-tengah lingkaran pipih tersebut datar ditengah dan menipis kearah pinggir
[membentuk kerucut terpancung]. Lihat Gambar 1.4.
Pembuatan lingkaran pipih tersebut dilakukan pada kaca datar bersih berukuran
10 10 cm2 .
6. Tempatkan benda coba [bersama kacanya] ke dalam ruang lembab, dan biarkan disitu
terus, kecuali bila akan dilakukan percobaan.
7. Peganglah jarum-jarum ke dalam posisi vertikal dan letakkan ujung-ujungnya pelan-
pelan pada permukaan pasta.
8. Bila jarum tekanan rendah tidak memberi bekas pada pasta, maka pasta telah
mencapai waktu ikat awal. Bila jarum tekanan tinggi tidak memberi bekas pada pasta,
maka pasta telah mencapai waktu ikat akhir.
9. Catatlah waktu-waktu ikat awal dan ikat akhir.
10. Buatlah tabel yang menunjukkan perbedaan-perbedaan dalam waktu semen tipe I dan
III.
F. CATATAN
Waktu
Nomor Penurunan
penurunan
Permulaan (mm)
(menit)
Penurunan
1 45 40
2 60 40
3 75 40
4 90 33
5 105 3
6 120
7 135
8 150
9 165
10 180
11 195
12 210
13 225
14 240
Catatan:
• Konsistensi Normal = 26,65 %
• Suhu Pasa = 3 °C
• Suhu Udara = 25 °C
• Waktu Pengukuran Permulaan = 95 menit
40
30
25
20
10
G. REFERENSI
American Society for Testing and Materials. “Standards Test Method for Time of Setting
of Hydraulic Cement by Vicat Needle”, No. ASTM C 191 – 04b. Annual Book of
ASTM Standards, Vol 04.01.
American Society for Testing and Materials. “Standards Test Method for Time of Setting
of Hydraulic – Cement Paste by Gillmore Needle”, No. ASTM C 266 – 04.
Annual Book of ASTM Standards, Vol 04.01.
A. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan bulk dan apparent specific gravity dan absorbsi dari agregat halus menurut
ASTM C 128, guna menentukan volume agregat dalam beton.
B. PERALATAN
1. Neraca Timbangan dengan kepekaan 0,1 gram dan kapasitas maksimum 1 kg.
2. Piknometer kapasitas 500 gram.
3. Cetakan Kerucut Pasir.
4. Tongkat Pemadat [Tamper] dari logam untuk cetakan kerucut pasir.
5. Oven , dengan ukuran yang mencukupi dan dapat mempertahankan suhu [110 + 5] °C
C. PERALATAN K3
1. Sarung Tangan
2. Safety Shoes
3. Masker
D. BAHAN
1000 gram [2 x 500 gram] agregat halus, diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara
perempat
E. PROSEDUR
1. Agregat halus dibuat jenuh air dengan cara merendam selama 1 hari, kemudian
dikeringkan [kering udara] sampai didapat keadaan kering merata. Agregat halus
disebut kering merata jika telah dapat tercurah [Free Flowing Condition].
2. Pengujiannya dilakukan dengan memasukkan sebagian benda uji pada metal sand
cone mold. Kemudian benda uji dipadatkan dengan tongkat pemadat sampai 25 kali
tumbukan. Kondisi SSD [Saturated Surface Dry] diperoleh jika ketika cetakan
diangkat, agregat halus runtuh atau longsor.
3. 500 gram agregat halus dalam kondisi SSD dimasukkan kedalam piknometer,
kemudian ditambahkan air sampai 90% kapasitas piknometer.
5. Rendam dalam air dengan temperatur air [73,4 + 3] °F selama paling sedikit 1 hari.
Kemudian tentukan berat piknometer, benda uji dan air.
6. Pisahkan benda uji dari piknometer dan dikeringkan pada temperatur [212 – 230] °F
selama 1 hari.
7. Tentukan berat piknometer berisi air sesuai kapasitas kalibrasi pada temperatur [73,4
+ 3] °F dengan ketelitian 0,1 gram.
F. PERHITUNGAN
A
Berat jenis curah [Bulk Specific Gravity] =
B + 500 − C
500
Berat jenis jenuh kering permukaan [SSD] =
B + 500 − C
A
Berat Jenis Semu [Apparent Specific Gravity] =
B+A−C
500 − A
Penyerapan [Absorbsi] = 100%
A
Keterangan :
A = Berat (gram) dari benda uji oven dry
B = Berat (gram) dari piknometer berisi air
C = Berat (gram) dari piknometer dengan benda uji dan air sesuai kapasitas kalibrasi
G. REFERENSI
American Society for Testing and Materials. “Standards Test Method for Density,
Relative Density (Specific Gravity), and Absorption of Fine Aggregate”, No.
ASTM C 128 – 04a. Annual Book of ASTM Standards, Vol 04.02.
Badan Standarisasi Nasional. “Metode pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat
halus”, SNI 03-1970-1990.
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksud untuk menentukan berat isi dan rongga udara dalam agregat
halus, kasar atau campuran.
Berat isi adalah perbandingan berat dengan isi.
B. PERALATAN
1. Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh.
2. Talam kapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat.
3. Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm dengan ujung bulat sebaiknya
terbuat dari baja tahan karat.
4. Mistar perata [straight edge].
5. Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat pemegang, berkapasitas
seperti berikut:
C. PERALATAN
1. Sarung Tangan
2. Safety Shoes
3. Masker
Tebal Wadah
Kapasitas Diameter Tinggi Minimum (mm) Ukuran Butir
(liter) (mm) (mm) Maksimum (mm)
Dasar Sisi
2,832 152,4 + 2,5 154,9 + 2,5 5,08 2,54 12,7
9,435 203,2 + 2,5 292,1 + 2,5 5,08 2,54 25,4
14,158 254,0 + 2,5 279,4 + 2,5 5,08 3,00 38,1
28,316 355,6 + 2,5 284,4 + 2,5 5,08 3,00 101,6
D. BENDA UJI
Masukkan contoh agregat ke dalam talam sekurang-kurangnya sebanyak kapasitas wadah
sesuai tabel 2.1; keringkan dalam oven dengan suhu [110 + 5] °C sampai berat tetap.
E. PROSEDUR
• Berat Isi Lepas
1. Timbang dan catat berat wadah [w 1] .
2. Masukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butir-butir dari
ketinggian maksimum 5 cm diatas wadah dengan menggunakan sendok atau sekop
sampai penuh.
3. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
4. Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji [w2].
5. Hitunglah berat benda uji [w3 = w2 – w1].
• Berat isi padat agregat dengan butir maksimum 38,1 mm [1 ½ “] dengan cara
penusukan
1. Timbang dan catat berat wadah [w1].
2. Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap lapis
dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara merata.
Pada pemadatan tongkat harus tepat masuk sampai lapisan bagian bawah tiap-tiap
lapisan.
3. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
4. Timbang dan catatlah berat wadah serta berat benda uji [w2].
5. Hitunglah berat benda uji [w3 = w2 – w1].
• Berat isi pada agregat ukuran butir antara 38,1 mm [1 ½ “] sampai 101,6 mm [4”]
dengan cara penggoyangan
1. Timbang dan catat berat wadah [w1].
2. Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal.
3. Padatkan setiap lapisan dengan cara menggoyang-goyangkan wadah seperti
berikut:
a. Letakkan wadah diatas tempat yang kokoh dan datar, angkatlah salah satu
sisinya kira-kira setinggi 5 cm kemudian lepaskan.
LABORATORIUM STRUKTUR DAN MATERIAL
DEPARTEMEN SIPIL FTUI 17
Buku Panduan Praktikum BAB II
Pemeriksaan Bahan Beton & Mutu Beton
b. Ulangi hal ini pada sisi yang berlawanan. Padatkan lapisan sebanyak 25 kali
untuk setiap sisi.
4. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
5. Timbang dan catatlah berat wadah serta berat benda uji [w2].
6. Hitunglah berat benda uji [w3 = w2 – w1].
F. PERHITUNGAN
w3
Berat Isi Agregat = B = kg / dm3
V
(A W ) − B
Rongga Udara = 100%
(A W)
Keterangan:
V = Isi wadah [dm3]
A = Bulk Specific Gravity Agregat [kg/dm3]
B = Berat Isi Agregat [kg/dm3], didapat dari percobaan 2.1
W = Berat Isi Air [kg/dm3]
G. LAPORAN
Laporkan berat isi agregat dengan satuan dalam kg/dm3 dan rongga udara dalam persen
H. CATATAN
Wadah sebelum digunakan harus dikalibrasi dengan cara:
a. Isilah wadah dengan air sampai penuh pada suhu kamar, sehingga pada waktu
ditutup dengan plat kaca tidak terlihat gelembung udara.
b. Timbang dan catatlah berat wadah beserta air.
c. Hitung berat air. Berat air sama dengan berat wadah.
I. REFERENSI
American Society for Testing and Materials. “Standards Test Method for Bulk Density
(“Unit Weight”) and Voids in Aggregate”, No. ASTM C 29/C 29M – 97
(Reapproved 2003). Annual Book of ASTM Standards, Vol 04.02.
Badan Standarisasi Nasional. “Metode pengujian berat isi dan rongga udara dalam
agregat”, SNI 03-4804-1998
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir [gradasi] agregat halus
dan kasar dengan menggunakan saringan.
B. PERALATAN
1. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat benda uji.
2. Satu set saringan: 76,2 mm [3”]; 63,5 mm [2 ½”]; 50,8 mm [2”]; 37,5 mm [1 ½”]; 25
mm [1”]; 19,1 mm [¾”]; 12,5 mm [½”]; 9,5 mm [¼”]; No.4; No.8; No.16; No.30;
No.50; No.100; No.200 [Standar ASTM].
3. Oven , yang dilengkapi dengan pengukur suhu untuk memanasi sampai [110 + 5] °C.
4. Alat pemisah contoh [sample splitter].
5. Mesin penggetar saringan.
6. Talam-talam.
7. Kuas, sikat kuningan, sendok dan alat-alat lainnya.
C. PERALATAN
1. Sarung Tangan
2. Safety Shoes
3. Masker
D. BAHAN
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat sebanyak:
a. Agregat halus:
• Ukuran maksimum No.4 ; berat minimum 500 gram
• Ukuran maksimum No.8; berat minimum 100 gram
b. Agregat kasar
• Ukuran maksimum 3,5” ; berat minimum 35 kg
• Ukuran maksimum 3” ; berat minimum 30 kg
• Ukuran maksimum 2,5” ; berat minimum 25 kg
• Ukuran maksimum 2” ; berat minimum 20 kg
LABORATORIUM STRUKTUR DAN MATERIAL
DEPARTEMEN SIPIL FTUI 20
Buku Panduan Praktikum BAB II
Pemeriksaan Bahan Beton & Mutu Beton
E. PROSEDUR
1. Benda uji dikeringkan didalam oven dengan suhu [110 + 5] °C, sampai berat tetap
2. Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran paling besar ditempatkan
paling atas. Saringan digetarkan dengan mesin penggetar selama 15 menit
F. PERHITUNGAN
Hitunglah persentase berat benda uji yang tertahan diatas masing-masing saringan
terhadap berat total benda uji setelah disaring.
G. LAPORAN
Laporan meliputi:
a. Jumlah persentase melalui masing-masing saringan, atau jumlah persentasi di atas
masing-masing saringan dalam bilangan bulat.
b. Grafik kumulatif.
c. Modulus Kehalusan [fineness modulus]
CONTOH:
SAMPLE No. 1 SAMPLE No. 2 AVERAGE
SIEV WEIGHT CUM IND WEIGHT CUM IND IND CUM
E
SIZE RET % % RET % % % %
(mm) (GRAMS) RET RE (GRAMS) RET RE
9,5 0 0 T0 0 0 T0 0 0
4,75 4 0,8 0,8 4 0,8 0,8 0,8 0,8
2,36 24 5,6 4,8 22 5,2 4,4 4,6 5,4
1,18 54 16,4 10,8 57 16,6 11,4 11,1 16,5
0,60 76 31,6 15,2 78 32,2 15,6 15,4 31,9
0,30 130 57,6 26 14,4 61,0 28,8 27,4 59,3
0,15 199 97,4 39,8 189 98,8 37,8 38,8 98,1
0,074 - - - - - - - -
PAN 13 100,0 2,6 6 100,0 1,2 1,9 100,0
FM 500 500 FM AVERAGE : 2,12
STANDARD GRADATION
100 0
60 40
40 60
20 80
0 100
0,074 0,15 0,30 0,60 1,18 2,36 4,75 9,5
H. REFERENSI
American Society for Testing and Materials. “Standards Test Method for Sieve Analysis
of Fine and Coarse Aggregate”, No. ASTM C 136 – 04. Annual Book of ASTM
Standards, Vol 04.02.
Badan Standarisasi Nasional. “Metode pengujian analisis saringan agregat halus dan
kasar”, SNI 03-1968-1990
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksud untuk menentukan jumlah bahan yang terdapat dalam agregat
lewat saringan no.200 dengan cara pencucian.
B. PERALATAN
1. Saringan no.16 dan no.200.
2. Wadah pencucian benda uji berkapasitas cukup besar sehingga pada waktu
diguncang-guncang benda uji dan atau air pencuci tidak tumpah.
3. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai [110 + 5] °C.
4. Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh.
5. Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat.
C. PERALATAN
1. Sarung Tangan
2. Safety Shoes
3. Masker
D. BAHAN
1. Berat contoh agregat kering minimum tergantung pada ukuran agregat maksimum
sesuai tabel 2.2.
2. Persiapan benda uji
a. Masukkan contoh agregat lebih kurang 1,25 kali berat benda uji kedalam
talam, keringkan dalam oven dengan suhu 110 + 5 °C sampai berat tetap
b. Siapkan benda uji dengan berat [w1] sesuai tabel 2.2
Tabel 2.2. Berat contoh agregat kering minimum
UKURAN AGREGAT MAKSIMUM BERAT CONTOH AGREGAT KERING MINIMUM
(mm) (inci) (gram)
2,36 No. 8 100
1,18 No. 4 500
9,5 ¼ 2000
19,1 ¾ 2500
38,1 1½ 5000
E. PROSEDUR
1. Masukkan benda uji ke dalam wadah, dan diberi air pencuci secukupnya sehingga
benda uji terendam.
2. Guncang-guncangkan wadah dan tuangkan air cucian kedalam susunan saringan
no.16 dan no.200. Pada waktu menuangkan air cucian, usahakan agar bahan-bahan
yang kasar tidak ikut tertuang.
3. Masukkan air pencuci baru, dan ulangi pekerjaan [2] sampai air cucian menjadi
jernih.
4. Semua bahan yang tertahan saringan no.16 dan no.200 dikembalikan ke dalam
wadah; kemudian masukkan seluruh bahan tersebut kedalam talam yang telah
diketahui beratnya [w2] dan keringkan dalam oven dengan suhu [110 + 5] °C
sampai berat tetap.
5. Setelah kering timbang dan catatlah beratnya [w3].
6. Hitunglah berat bahan kering tersebut [w4 = w3 – w2].
F. PERHITUNGAN
w1 − w 4
Jumlah bahan lewat saringan no.200 = 100%
w1
Keterangan: w1 = Berat benda uji semula [gram]
w4 = Berat bahan tertahan saringan no.200 [gram]
G. LAPORAN
Laporkan jumlah bahan yang tertahan saringan no.200 dalam persen
H. REFERENSI
American Society for Testing and Materials. “Standards Test Method for Materials finer
than 75-μm (No.200) Sieve in Mineral Aggregates by Washing”, No. ASTM C
117 – 04. Annual Book of ASTM Standards, Vol 04.02.
Badan Standarisasi Nasional. “Metode pengujian jumlah bahan dalam agregat yang lolos
saringan nomor 200 (0,075 mm)”, SNI 03-4142-1996.
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan adanya bahan organik dalam pasir
alam yang akan digunakan sebagai bahan campuran mortar atau beton.
Kotoran organik adalah bahan-bahan organik yang terdapat didalam pasir dan
menimbulkan efek merugikan terhadap mutu mortar beton.
B. PERALATAN
1. Botol gelas tidak bewarna mempunyai tutup dari karet, gabus atau lainnya yang tidak
larut dalam larutan NaOH, dengan isi sekitar 350 ml.
2. Standar warna [Organic Plate].
3. Larutan NaOH.
C. PERALATAN K3
1. Sarung Tangan
2. Safety Shoes
3. Masker
D. BAHAN
Pasir 115 ml [kira-kira 1/3 isi botol]
E. PROSEDUR
1. Masukkan benda uji ke dalam botol.
2. Tambahkan larutan NaOH 3%. Setelah dikocok isinya harus mencapai kira-kira ⅔
isi botol.
3. Tutuplah botol, lalu kocok lagi kuat-kuat dan biarkan selama 24 jam.
4. Setelah 24 jam bandingkan warna cairan yang terlihat diatas benda uji dengan
warna standar no.3.
F. LAPORAN
Laporkan kotoran organik; lebih muda, sama atau lebih gelap dari warna standar no.3.
Jika warna larutan benda uji lebih gelap dari warna larutan standar, maka kemungkinan
mengandung bahan organik yang tidak diizinkan untuk bahan campuran mortar atau
beton
G. CATATAN
Larutan NaOH 3% dibuat dengan melarutkan 3 bagian berat NaOH dalam 97 bagian
berat air suling
H. REFERENSI
American Society for Testing and Materials. “Standards Test Method for Organic
Impurities in Fine Aggregates for Concrete”, No. ASTM C 40 – 04. Annual Book
of ASTM Standards, Vol 04.02.
Badan Standarisasi Nasional. “Metode pengujian kotoran organik dalam pasir untuk
campuran mortar atau beton”, SNI 03-2816-1992.
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air agregat dengan cara
mengeringkan.
Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang dikandung agregat dengan
berat agregat dalam keadaan kering.
Percobaan ini digunakan untuk menyesuaikan berat takaran beton apabila tejadi
perubahan kadar kelembaban beton.
B. PERALATAN
1. Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh.
2. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai [110+ 5] °C.
3. Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan benda uji.
C. PERALATAN K3
1. Sarung Tangan
2. Safety Shoes
3. Masker
D. BAHAN
Berat contoh agregat minimum tergantung pada ukuran butir maksimum sesuai tabel 3.1.
E. PROSEDUR
1. Timbang dan catatlah berat talam [w1]
2. Masukkan benda uji ke dalam talam kemudian timbang dan catat beratnya [w2]
3. Hitunglah berat benda uji [w3 = w2 – w1 ]
4. Keringkan benda uji beserta talam dalam oven dengan suhu [110+ 5] °C sampai
beratnya tetap
5. Setelah kering, timbang dan catalah benda uji beserta talam [w4]
6. Hitunglah berat benda uji kering [w5 = w4 – w1]
F. PERHITUNGAN
w3 − w 5
Kadar air agregat = 100%
w5
G. LAPORAN
Laporkan kadar air dalam persen dua angka di belakang koma
H. REFERENSI
American Society for Testing and Materials. “Standards Test Method for Total
Evaporable Moisture Content of Aggregate by Drying”, No. ASTM C 566 – 97.
Annual Book of ASTM Standards, Vol 04.02.
Badan Standarisasi Nasional. “Metode pengujian kadar air agregat”, SNI 03-1971-1990
A. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan bulk dan apparent specific gravity dan absorbsi dari agregat kasar menurut
ASTM C 127, guna menentukan volume agregat dalam beton.
B. PERALATAN
4. Neraca Timbangan dengan kepekaan 0,5 gram dan kapasitas minimum 5 kg.
5. Besi dengan panjang 8 inci dan tinggi 2,5 inci.
6. Alat Penggantung Keranjang.
7. Oven , dengan ukuran yang mencukupi dan dapat mempertahankan suhu [110 + 5]
°C.
8. Handuk.
C. PERALATAN K3
1. Sarung Tangan
2. Safety Shoes
3. Masker
D. BAHAN
10000 gram (2 x 5000 gram) agregat kasar dalam kondisi SSD, diperoleh dari alat
pemisah contoh atau cara perempat. Bahan benda uji lewat saringan no.4 dibuang.
E. PROSEDUR
1. Benda uji direndam 24 jam.
2. Benda uji digulung dengan handuk, sampai air permukaannya habis, tetapi harus
masih tampak lembab [Kondisi SSD]. Timbang.
3. Benda uji dimasukkan ke keranjang dan direndam kembali dalam air. Temperatur air
[73,4 + 3] °F dan ditimbang. Sebelum ditimbang, container diisi benda uji, lalu
digoyang-goyangkan dalam air untuk melepaskan udara yang terperangkap.
4. Benda uji dikeringkan dalam oven pada temperatur [212 – 230] °F. Didinginkan,
kemudian ditimbang.
F. PERHITUNGAN
A
Berat jenis curah [Bulk Specific Gravity] =
B −C
B
Berat jenis kering-permukaan jenuh [SSD] =
B −C
A
Berat Jenis Semu [Apparent Specific Gravity] =
A −C
B−A
Persentasi Absorbsi = 100%
A
Keterangan :
A = Berat [gram] dari benda uji oven dry
B = Berat [gram] dari benda uji pada kondisi SSD
C = Berat [gram] dari benda uji pada kondisi jenuh
G. REFERENSI
American Society for Testing and Materials. “Standards Test Method for Density,
Relative Density (Specific Gravity), and Absorption of Coarse Aggregate”, No.
ASTM C 127 – 04. Annual Book of ASTM Standards, Vol 04.02.
Badan Standarisasi Nasional. “Metode pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat
kasar”, SNI 03-1969-1990
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksud untuk menentukan berat isi dan rongga udara dalam agregat
halus, kasar atau campuran.
Berat isi adalah perbandingan berat dengan isi.
B. PERALATAN
1. Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh.
2. Talam kapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat.
3. Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm dengan ujung bulat sebaiknya
terbuat dari baja tahan karat.
4. Mistar perata [straight edge].
5. Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat pemegang, berkapasitas
seperti berikut:
C. PERALATAN K3
1. Sarung Tangan
2. Safety Shoes
3. Masker
Tebal Wadah
Kapasitas Diameter Tinggi Minimum (mm) Ukuran Butir
(liter) (mm) (mm) Maksimum (mm)
Dasar Sisi
2,832 152,4 + 2,5 154,9 + 2,5 5,08 2,54 12,7
9,435 203,2 + 2,5 292,1 + 2,5 5,08 2,54 25,4
14,158 254,0 + 2,5 279,4 + 2,5 5,08 3,00 38,1
28,316 355,6 + 2,5 284,4 + 2,5 5,08 3,00 101,6
D. BENDA UJI
Masukkan contoh agregat ke dalam talam sekurang-kurangnya sebanyak kapasitas wadah
sesuai tabel 3.2; keringkan dalam oven dengan suhu [110 + 5] °C sampai berat tetap.
E. PROSEDUR
• Berat Isi Lepas
1. Timbang dan catat berat wadah [w 1] .
2. Masukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butir-butir dari
ketinggian maksimum 5 cm diatas wadah dengan menggunakan sendok atau sekop
sampai penuh.
3. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
4. Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji [w2].
5. Hitunglah berat benda uji [w3 = w2 – w1].
• Berat isi padat agregat dengan butir maksimum 38,1 mm [1 ½ “] dengan cara
penusukan
1. Timbang dan catat berat wadah [w1].
2. Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap lapis
dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara merata.
Pada pemadatan tongkat harus tepat masuk sampai lapisan bagian bawah tiap-tiap
lapisan.
3. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
4. Timbang dan catatlah berat wadah serta berat benda uji [w2].
5. Hitunglah berat benda uji [w3 = w2 – w1].
• Berat isi pada agregat ukuran butir antara 38,1 mm [1 ½ “] sampai 101,6 mm [4”]
dengan cara penggoyangan
7. Timbang dan catat berat wadah [w1].
8. Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal.
9. Padatkan setiap lapisan dengan cara menggoyang-goyangkan wadah seperti
berikut:
a. Ulangi hal ini pada sisi yang berlawanan. Padatkan lapisan sebanyak 25 kali
untuk setiap sisi.
b. Letakkan wadah diatas tempat yang kokoh dan datar, angkatlah salah satu
sisinya kira-kira setinggi 5 cm kemudian lepaskan.
10. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
11. Timbang dan catatlah berat wadah serta berat benda uji [w2].
12. Hitunglah berat benda uji [w3 = w2 – w1].
F. PERHITUNGAN
w3
Berat Isi Agregat = B = kg / dm3
V
(A W ) − B
Rongga Udara = 100%
(A W)
Keterangan:
V = Isi wadah [dm3]
A = Bulk Specific Gravity Agregat [kg/dm3]
B = Berat Isi Agregat [kg/dm3], didapat dari percobaan II.1
W = Berat Isi Air [kg/dm3]
G. LAPORAN
Laporkan berat isi agregat dengan satuan dalam kg/dm3 dan rongga udara dalam persen
H. CATATAN
Wadah sebelum digunakan harus dikalibrasi dengan cara:
a. Isilah wadah dengan air sampai penuh pada suhu kamar, sehingga pada waktu
ditutup dengan plat kaca tidak terlihat gelembung udara.
b. Timbang dan catatlah berat wadah beserta air.
c. Hitung berat air. Berat air sama dengan berat wadah.
I. REFERENSI
American Society for Testing and Materials. “Standards Test Method for Bulk Density
(“Unit Weight”) and Voids in Aggregate”, No. ASTM C 29/C 29M – 97
(Reapproved 2003). Annual Book of ASTM Standards, Vol 04.02.
Badan Standarisasi Nasional. “Metode pengujian berat isi dan rongga udara dalam
agregat”, SNI 03-4804-1998
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir [gradasi] agregat halus
dan kasar dengan menggunakan saringan.
B. PERALATAN
1. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat benda uji.
2. Satu set saringan: 76,2 mm [3”]; 63,5 mm [2 ½”]; 50,8 mm [2”]; 37,5 mm [1 ½”]; 25
mm [1”]; 19,1 mm [¾”]; 12,5 mm [½”]; 9,5 mm [¼”]; No.4; No.8; No.16; No.30;
No.50; No.100; No.200 [Standar ASTM].
3. Oven , yang dilengkapi dengan pengukur suhu untuk memanasi sampai [110 + 5] °C.
4. Alat pemisah contoh [sample splitter].
5. Mesin penggetar saringan.
6. Talam-talam.
7. Kuas, sikat kuningan, sendok dan alat-alat lainnya.
C. PERALATAN K3
1. Sarung Tangan
2. Safety Shoes
3. Masker
D. BAHAN
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat sebanyak:
a. Agregat halus:
• Ukuran maksimum No.4 ; berat minimum 500 gram
• Ukuran maksimum No.8; berat minimum 100 gram
b. Agregat kasar
• Ukuran maksimum 3,5” ; berat minimum 35 kg
• Ukuran maksimum 3” ; berat minimum 30 kg
• Ukuran maksimum 2,5” ; berat minimum 25 kg
• Ukuran maksimum 2” ; berat minimum 20 kg
LABORATORIUM STRUKTUR DAN MATERIAL
DEPARTEMEN SIPIL FTUI 35
Buku Panduan Praktikum BAB III
• Ukuran maksimum 1,5” ; berat minimum 15 kg
• Ukuran maksimum 1” ; berat minimum 10 kg
• Ukuran maksimum ¾“ ; berat minimum 5 kg
E. PROSEDUR
1. Benda uji dikeringkan didalam oven dengan suhu [110 + 5] °C, sampai berat tetap
2. Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran paling besar ditempatkan
paling atas. Saringan digetarkan dengan mesin penggetar selama 15 menit
F. PERHITUNGAN
Hitunglah persentase berat benda uji yang tertahan diatas masing-masing saringan
terhadap berat total benda uji setelah disaring.
G. LAPORAN
Laporan meliputi:
a. Jumlah persentase melalui masing-masing saringan, atau jumlah persentasi di atas
masing-masing saringan dalam bilangan bulat.
b. Grafik kumulatif.
c. Modulus Kehalusan [fineness modulus]
CONTOH:
G. REFERENSI
American Society for Testing and Materials. “Standards Test Method for Sieve Analysis
of Fine and Coarse Aggregate”, No. ASTM C 136 – 04. Annual Book of ASTM
Standards, Vol 04.02.
Badan Standarisasi Nasional. “Metode pengujian analisis saringan agregat halus dan
kasar”, SNI 03-1968-1990
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan agregat kasar terhadap
keausan dengan mempergunakan mesin Los Angeles. Keausan agregat tersebut
dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus lewat saringan no.12 terhadap
berat semula, dalam persen.
B. PERALATAN
1. Mesin Los Angeles; mesin terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya
dengan diameter 71 cm [26”] panjang dalam 50 cm [20”]. Silinder tertumpu pada dua
poros pendek yang tak menerus dan berputar pada poros mendatar. Silinder berlubang
untuk memasukkan benda uji. Penutup lubang terpasang rapat sehingga permukaan
dalam silinder bilah baja melintang penuh setinggi 8,9 cm [3,56”].
2. Saringan no.12 dan saringan-saringan lainnya seperti tercantum dalam Tabel 3.3.
3. Timbangan, dengan ketelitian 5 gram.
4. Bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm [1,84”] dan berat masing-masing
antara 390 gram sampai 445 gram.
5. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai [110 + 5] °C.
C. PERALATAN K3
1. Sarung Tangan
2. Safety Shoes
3. Masker
D. BAHAN
1. Berat dengan gradasi benda uji sesuai Tabel 3.3.
2. Bersihkan benda uji dan keringkan dalam oven pada suhu [110 + 5] °C sampai berat
tetap.
E. PROSEDUR
1. Benda uji dan bola-bola baja dimasukkan kedalam mesin Los Angeles
2. Putar mesin dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm, 500 putaran untuk gradasi A, B, C
dan D; 1000 putaran untuk gradasi E, F dan G.
3. Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin kemudian saring dengan
saringan no.12. Butiran yang tertahan datanya dicuci bersih, selanjutnya dikeringkan
dalam oven suhu 110 + 5 °C sampai berat tetap
F. PERHITUNGAN
a−b
Keausan = 100%
a
Keterangan :
a = Berat benda uji semula [gram]
b = Berat benda uji tertahan saringan no.12 [gram]
G. LAPORAN
Keausan dilaporkan sebagai bilangan bulat dalam persen
CONTOH
PEMERIKSAAN KEAUSAN AGREGAT DENGAN MESIN LOS ANGELES
a−b a−b
Keausan I = 100% = Keausan II = 100% =
a a
H. CATATAN
I. REFERENSI
American Society for Testing and Materials. “Standards Test Method for Resistance to
Degradation of Small-Size Coarse Aggregate by Abrasion and Impact in the Los
Angeles Machine”, No. ASTM C 131 – 03. Annual Book of ASTM Standards, Vol
04.02.
Badan Standarisasi Nasional. “Metode pengujian keausan agregat dengan mesin abrasi
Los Angeles”, SNI 03-2417-1991
Tabel 4.1. Nilai Slump yang direkomendasikan untuk variasi jenis konstruksi
berdasarkan ACI 211.1-91
Range of slump*
Type of Construction
mm in
Reinforced foundation walls and footings 20-80 1-3
Plain footings, caissons and substructure walls 20-80 1-3
Beams and reinforced walls 20-100 1-4
Building Columns 20-100 1-4
Pavements and slabs 20-80 1-3
Mass concrete 20-80 1-2
*) Batas atas slump dapat dinaikkan sebesar 20 mm (1 in) untuk pemadatan dengan tangan
c. Menentukan ukuran butir maksimum agregat kasar
Ukuran agregat maksimum harus dipilih dengan batasan sebagai berikut:
1. Ukuran maksimum tidak boleh lebih besar dari 1/5 dimensi minimum
elemen struktur, 1/3 tebal pelat, atau 3/4 ruang bebas antar tulangan.
Batasan ini memberikan nilai agregat maksimum sebesar 1,5 in (40mm),
kecuali untuk produksi masal
2. Perkembangan saat ini menyarankan, untuk nilai w/c ratio yang sama,
maka pengurangan ukuran maksimum agregat akan meningkatkan
kekuatan betonnya.
d. Estimasi jumlah air pencampur dan kandungan udara
Estimasi jumlah air pencampur (W) dapat dihitung berdasarkan tabel 4.2
Tabel 4.2. Perkiraan jumlah air pencampur yang dibutuhkan dan kandungan udara
untuk workabilitas yang berbeda dan ukuran agregat maksimum
berdasarkan ACI 211.1-91
Tabel 4.3. Hubungan antara rasio air-semen dan kuat tekan beton rata-rata,
berdasarkan ACI 211.1-91
Average compressive Effective water/cement ratio
strength at 28 days (by mass)
Non-air-entrained air-entrained
MPa psi
concrete concrete
- 7000 0,33 -
45 - 0,38 -
- 6000 0,41 -
40 - 0,43 -
35 5000 0,48 0,40
30 - 0,55 0,46
- 4000 0,57 0,48
25 - 0,62 0,53
- 3000 0,68 0,59
20 - 0,70 0,61
15 - 0,80 0,71
- 2000 0,82 0,74
W
C=
W/C
g. Estimasi jumlah Agregat Kasar (CA) yang dibutuhkan dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4. Volume agregat kasar per unit volume beton berdasarkan ACI 211.1-91
Maximum size of Dry bulk volume of rodded coarse aggregate per unit
aggregate volume of concrete for fineness modulus of sand of:
mm In 2,40 2,60 2,80 3,00
10 ⅜ 0,50 0,48 0,46 0,44
12,5 ½ 0,59 0,57 0,55 0,53
20 ¾ 0,66 0,64 0,62 0,60
25 1 0,71 0,69 0,67 0,65
40 1½ 0,75 0,73 0,71 0,69
50 2 0,78 0,76 0,74 0,72
70 3 0,82 0,80 0,78 0,76
150 6 0,87 0,85 0,83 0,81
Tabel 4.5. Perkiraan pertama berat isi beton segar sesuai ACI 211.1-91
1. Karena tidak mengalami kondisi terbuka, maka semen Portland TipeI akan
digunakan tanpa air entrainment.
2. Dari tabel 1, didapat estimasi nilai w/c = 0,60.
3. Dari tabel 2, didapat jumlah air pencampur untuk beton non-air-entrained dengan
slump 50 mm, dan ukuran agregat maksimum 20mm, sebesar 185 kg/m3. Serta
perkiraan kandungan udara yang tertahan sebesar 2%.
185
4. Maka jumlah semen yang dibutuhkan = = 308 kg/m3.
0,60
5. Dari tabel 3, dengan ukuran maksimum agregat 20 mm, dan nilai modulus
kehalusan pasir 2,60; maka bulk volume kering agregat kasar = 0,64 per unit volume
beton. Sehingga jumlah agregat kasar yang dibutuhkan sebesar
0,64 1600 = 1024 kg/m . Karena penyerapan agregat kasar diabaikan, maka tidak
3
4) REFERENSI
American Concrete Institute Committee 211.1-91, Standard Practice for selecting
proportions for normal, heavyweight, and mass concrete, Part 1, ACI Manual of
Concrete Practice, 1994’
American Concrete Institute Committee 318-89, Building Code Requirement for
reinforced concrete, Part 1, ACI Manual of Concrete Practice, 1994
Neville, A.M. and J.J. Brooks, Concrete Technology. Longman Singapore Publishers
(Pte) Ltd
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan slump beton. Slump merupakan ukuran
kekentalan / plastisitas dan kohesif dari beton segar
B. PERALATAN
1. Cetakan berupa kerucut terpancung dengan diameter bagian bawah 20 cm, bagian
atas 10 cm dan tinggi 30 cm. Bagian bawah dan atas cetakan terbuka.
2. Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm, ujung dibulatkan dan
sebaiknya dibuatkan dari baja tahan karat.
3. Pelat logam dengan permukaan yang kokoh rata dan kedap air.
4. Sendok Cekung.
5. Mistar Ukur.
C. PERALATAN K3
1. Sarung Tangan
2. Safety Shoes
3. Masker
D. BAHAN
Contoh bahan muda sebanyak-banyaknya sama dengan isi cetakan
E. PROSEDUR
1. Cetakan dan pelat dibasahi dengan kain basah
2. Letakkan cetakan diatas pelat
3. Isilah cetakan sampai penuh dengan beton muda dalam 3 lapis, tiap lapis berisi kira-
kira 1/3 isi cetakan. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25
tusukan secara merata. Pada pemadatan, tongkat harus tepat masuk sampai lapisan
bagian bawah tiap-tiap lapisan.
Pada lapisan pertama penusukan bagian tepi, tongkat dimiringkan sesuai dengan
kemiringan cetakan
LABORATORIUM STRUKTUR DAN MATERIAL
DEPARTEMEN SIPIL FTUI 50
Buku Panduan Praktikum BAB IV
Pemeriksaan Bahan Beton & Mutu Beton
4. Segera setelah selesai pemadatan, ratakan permukaan benda uji dengan tongkat;
tunggu selama setengah menit dan dalam jangka waktu ini semua benda uji yang
jatuh disekitar cetakan harus disingkirkan.
F. PERHITUNGAN
Besar slump = tinggi cetakan – tinggi rata-rata benda uji
G. LAPORAN
Laporkan slump dalam satuan cm
H. CATATAN
Untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti dilakukan dua kali pemeriksaan dengan adukan
yang sama dan dilaporkan hasil rata-ratanya.
I. REFERENSI
American Society for Testing and Materials. “Standards Test Method for Slump of
Hydraulic-Cement Concrete”, No. ASTM C 143/C 143M – 03. Annual Book of
ASTM Standards, Vol 04.02.
Badan Standarisasi Nasional. “Metode pengujian slump beton”, SNI 03-1972-1990
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat isi beton dan banyaknya beton per
sak semen. Berat isi beton adalah berat beton per satuan isi.
B. PERALATAN
1. Timbangan dengan ketelitian 0,3% dari berat contoh.
2. Tongkat pemadat, dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm ujung dibulatkan dan
sebaiknya dibuat dari baja tahan karat.
3. Alat perata.
4. Takaran dengan kapasitas dan penggunaan sebagai berikut:
Kapasitas 6 liter; ukuran maksimum agregat kasar 25 mm.
Kapasitas 10 liter; ukuran maksimum agregat kasar 37,5 mm.
Kapasitas 14 liter; ukuran maksimum agregat kasar 50 mm.
Kapasitas 28 liter; ukuran maksimum agregat kasar 75 mm.
C. PERALATAN K3
1. Sarung Tangan
2. Safety Shoes
3. Masker
D. BAHAN
Contoh bahan muda sebanyak-banyaknya sama dengan kapasitas takaran.
E. PROSEDUR
1. Isilah takaran dengan benda uji dalam 3 lapis.
2. Tiap-tiap lapis dipadatkan dengan 25 kali tusukan secara merata pada pemadatan
lapis pertama, tongkat tidak boleh mengenai dasar takaran; pada pemadatan lapisan
kedua dan ketiga, tongkat boleh masuk sampai kira-kira 2,5 cm dibawah lapisan
sebelumnya.
3. Setelah selesai pemadatan, ketuklah sisi takaran perlahan-lahan sampai tidak tampak
gelembung-gelembung udara pada permukaan serta rongga-rongga bekas tusukan
tertutup.
4. Ratakan permukaan benda uji dan tentukan beratnya.
F. PERHITUNGAN
a. Berat isi beton:
W
A=
V
dimana: w = Berat benda uji (kg)
Y=
W
(
0,001 m 3 / sak )
D
dimana: w = Berat total bahan campuran beton per sak semen (kg)
G. LAPORAN
Laporan harus mencantumkan:
a. Berat isi beton dalam satuan kg/liter
b. Banyaknya beton per sak semen dalam satuan m3/sak
c. Banyaknya semen per m 3 beton dalam satuan sak/m3
H. CATATAN
• Untuk takaran 28 liter dilakukan penusukan 50 kali secara merata pada tiap-tiap
permukaan lapisan
• Kadar udara dari beton tidak ditentukan
• Banyaknya semen per m 3 beton = 1/Y (sak/m3)
I. REFERENSI
American Society for Testing and Materials. “Standards Test Method for Density (Unit
Weight), Yield, and Air Content (Gravimetric) of Concrete”, No. ASTM C 138/C
138M – 01a. Annual Book of ASTM Standards, Vol 04.02.
Badan Standarisasi Nasional. “Metode pengujian berat isi beton”, SNI 03-1973-1990
A. TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini melingkupi prosedur untuk pembuatan dan perawatan benda uji beton
dalam laboratorium dibawah pengawasan yang akurat terhadap material dan kondisi uji
menggunakan beton yang dapat dipadatkan dengan pemadatan atau penggetaran.
B. PERALATAN
1. Cetakan silinder, diameter 15 cm, tinggi 30 cm
2. Tongkat pemadat, diameter 16 mm, panjang 60 cm, dengan ujung dibulatkan,
sebaiknya terbuat dari baja tahan karat
3. Bak pengaduk beton kedap air atau mesin pengaduk
4. Timbangan dengan ketelitian 0,3% dari berat contoh
5. Peralatan tambahan: ember, sekop, sendok, sendok perata dan talam
6. Satu set alat pemeriksaan slump
7. Satu set alat pemeriksaan berat isi beton
C. PERALATAN
1. Sarung Tangan
2. Safety Shoes
3. Masker
D. BAHAN
Material dasar pembentuk beton yang sudah dihitung pada percobaan IV.1.
E. PROSEDUR
a. Pembuatan benda uji.
I. Persiapan Cetakan:
a. Satu hari sebelum pembuatan beton, keluarkan cetakan yang akan
digunakan untuk pencetakan.
b. Minyaki cetakan dengan oli atau gemuk, agar memudahkan saat
cetakan dibuka.
LABORATORIUM STRUKTUR DAN MATERIAL
DEPARTEMEN SIPIL FTUI 55
Buku Panduan Praktikum BAB IV
Pemeriksaan Bahan Beton & Mutu Beton
F. CATATAN
a. Untuk benda uji berbentuk kubus ukuran sisi 20 x 20 x 20 cm3, cetakan diisi
dengan adukan beton dalam 2 lapis, tiap-tiap lapis dipadatkan dengan 29 kali
tusukan
b. Untuk benda uji berbentuk kubus ukuran sisi 15 x 15 x 15 cm3, cetakan diisi
dengan adukan beton dalam 2 lapis, tiap-tiap lapis dipadatkan dengan 32 kali
tusukan. Tongkat pemadat diameter 10 mm, panjang 30 cm
c. Benda uji berbentuk kubus tidak perlu diisi
d. Apabila pengadukan dilakukan dengan tangan, isi bak pengaduk maksimum 7
dm3 dan pengadukan tidak boleh dilakukan untuk beton yang kental.
G. REFERENSI
American Society for Testing and Materials. “Standards Practice for Making and Curing
Concrete Test Specimens in the Laboratory”, No. ASTM C 192/C 192M – 05.
Annual Book of ASTM Standards, Vol 04.02.
Badan Standarisasi Nasional. “Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di
lapangan”, SNI 03-4431-1998
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksud untuk menentukan kekuatan tekan beton berbentuk silinder
dan kubus yang dibuat dan dirawat [cured] di laboratorium. Kekuatan tekan beton adalah
beban per satuan luas yang menyebabkan beton hancur.
B. PERALATAN
1. Cetakan silinder, diameter 15 cm, tinggi 30 cm
2. Tongkat pemadat, diameter 16 mm, panjang 60 cm, dengan ujung dibulatkan,
sebaiknya terbuat dari baja tahan karat
3. Bak pengaduk beton kedap air atau mesin pengaduk
4. Timbangan dengan ketelitian 0,3% dari berat contoh
5. Mesin tekan, kapasitas sesuai kebutuhan
6. Satu set alas pelapis [capping]
7. Peralatan tambahan: ember, sekop, sendok, sendok perata dan talam
8. Satu set alat pemeriksaan slump
9. Satu set alat pemeriksaan berat isi beton
C. PERALATAN K3
1. Sarung Tangan
2. Safety Shoes
3. Masker
D. BAHAN
Benda Uji yang sudah dibuat sesuai Percobaan 4.4
E. PROSEDUR
a. Persiapan pengujian
1. Keluarkan benda uji yang akan ditentukan kekuatan tekannya dari bak
perendam 1 hari sebelum waktu uji yang ditentukan, kemudian bersihkan dari
kotoran yang menempel dengan kain lembab.
2. Keesokan harinya, tentukan berat dan ukuran benda uji.
LABORATORIUM STRUKTUR DAN MATERIAL
DEPARTEMEN SIPIL FTUI 58
BAB V
Buku Panduan Praktikum
Pemeriksaan Bahan Beton & Mutu Beton
3. Untuk benda uji berbentuk silinder, lapislah [capping] permukaan atas dan
bawah benda uji dengan mortar belerang dengan cara sebagai berikut:
Lelehkan mortar belerang didalam pot peleleh [melting pot] sampai suhu kira-
kira 130 °C. Tuangkan belerang cair ke dalam cetakan pelapis [capping plate]
yang dinding dalamnya telah dilapisi tipis dengan gemuk. Kemudian letakkan
benda uji tegak lurus pada cetakan pelapis sampai mortar belerang cair
menjadi keras. Dengan cara yang sama lakukan pelapisan pada permukaan
lainnya.
4. Diamkan selama + 1 jam sampai lapisan belerang mongering. Benda uji siap
untuk diperiksa.
b. Pengujian Tekan Beton
1. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris.
2. Jalankan mesin, tekan dengan penambahan beban yang konstan berkisar
antara 2 sampai 4 kg/cm 2 per detik.
3. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan catatlah beban
maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji.
4. Amati pola keretakan benda uji, lalu bandingakan dengan gambar 5.1
F. PERHITUNGAN
A
Dimana: P = beban maksimum, (kg)
A = luas penampang benda uji, (cm2)
G. LAPORAN
Laporan harus meliputi hal-hal seperti berikut:
• Perbandingan Campuran
• Berat (kg)
• Diameter dan tinggi (cm)
• Luas Penampang (cm2)
• Berat isi (kg/dm3)
• Beban maksimum (kg)
• Kekuatan Tekan (kg/cm2)
• Pola Keretakan
• Catat
• Umur (hari)
H. CATATAN
a. Pemeriksaan kekuatan tekan beton biasanya pada umur 3 hari, 7 hari dan 28 hari
b. Pada setiap pemeriksaan minimum 2 buah benda uji
I. REFERENSI
American Society for Testing and Materials. “Standards Test Method for Compressive
Strength of Cylindrical Concrete Specimens”, No. ASTM C 39/C 39M – 04a.
Annual Book of ASTM Standards, Vol 04.02.
TANGGAL
BENTUK & LUAS
UMUR SLUMP BERAT TEGANGA
No PENAMPANG
(HARI) KODE (CM) (KG) N
DICOR DITEST (CM2)
(KG/CM2)
Ditest oleh:
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kekuatan tarik baja beton.
Kekuatan tarik baja beton adalah gaya tarik tiap satuan luas penampang yang
menyebabkan baja beton putus
B. PERALATAN
1. Mesin uji tarik, yang harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
• Mesin uji tarik harus dapat menarik batang percobaan dengan kecepatan merata
dan dapat diatur, sehingga kecepatan naiknya tegangan tidak melebihi 1 kg/mm2
tiap detik.
• Ketelitian pembacaan sebaiknya sampai 1/10 x beban maksimum menurut skala
penunjuk beban pada mesin uji tarik.
2. Alat ukur geser.
3. Alat pemotong baja.
4. Alat penggores batang percobaan.
5. Mesin bubut apabila diperlukan.
C. PERALATAN K3
1. Sarung Tangan
2. Safety Shoes
3. Masker
D. BAHAN
a. Bentuk dan ukuran benda uji:
Benda uji disebut batang percobaan proporsional, disingkal dp. Yang dimaksud
dengan batang percobaan proporsional adalah batang percobaan dengan
perbandingan yang sama antara panjang ukur Lo dan Luas Penampang So
Lo = k So
Dimana Lo = panjang ukur semula
So = luas penampang terkecil semula
E. PROSEDUR
1. Jepitlah kedua ujung benda uji pada pegangan h ( lihat gambar 1a dan 1b) pada alat
penjepit mesin uji tarik. Sumbu alat penjepit harus berimpit dengan sumbu benda
uji.
2. Tariklah benda uji dengan kecepatan tarik 1kg/mm 2 tiap detik dan amatilah
kenaikan beban dan kenaikan panjang yang terjadi sampai benda uji putus
F. PERHITUNGAN/LAPORAN
1. Buatlah grafik kenaikan beban dan kenaikan panjang (grafik no.2a dan 2b):
a. Ukurlah perpanjangan c, dengan menarik garis E sejajar garis modulus AB
b. Tentukan beban maksimum P, dalam (kg)
c. Tentukan beban pada batas ulur Q, dalam (kg)
d. Tentukan Su, jika diperlukan
2. Hitunglah:
Kekuatan tarik, B =
P
(kg / mm ) 2
So
Batas ulur, V =
Q
So
( )
kg / mm2 , untuk baja lunak
L u − Lo
Regangan, = 100%
Lo
So − S u
Kontraksi, = 100%
So
So
G. CATATAN
NOTASI :
Daftar No.1
Keterangan:
1. Semua ukuran dalam (mm)
2. [ * ] penjepit batang percobaan harus dimulai pada ujung-ujung Lo+2 m
Daftar No.2
Keterangan :
1. Semua ukuran dalam (mm)
2. [*] untuk bahan-bahan lunak, pegangan h, perlu dipertebal
3. [**] untuk bahan-bahan keras, pegangan h, perlu diperpanjang
4. Min = minimum
Gambar no. 2a. Grafik Tarik Baja Lunak Gambar no. 2b. Grafik Tarik Baja Keras
Ditest oleh :
Tanggal :
MODUL 1.1
PENENTUAN KONSISTENSI NORMAL SEMEN HIDROLIS
KELOMPOK 1
Tanggal Praktikum :
Asisten Praktikum :
Tanggal Disetujui :
Nilai :
Paraf Asisten :
Keterangan:
1. Nama Anggota Kelompok yang membuat laporan, harus dicetak tebal (bold) pada lembar
judul.
2. Lembar Judul terdiri dari
a. Nama Mata Kuliah Praktikum
b. Nomor dan Judul Modul
c. Logo Makara
d. Nomor Kelompok
e. Nama dan NPM anggota kelompok
f. Keterangan Laporan, terdiri dari:
i. Tanggal Praktikum
ii. Nama Asisten Praktikum
iii. Tanggal Disetujui Laporan
iv. Nilai Laporan
v. Paraf Asisten
g. Keterangan Laboratorium, terdiri dari
i. Nama Laboratorium
ii. Nama Departemen
iii. Nama Fakultas
iv. Nama Universitas
v. Nama Kota dan Tahun Praktikum
3. Sistematika Isi Laporan, terdiri dari
a. Judul Percobaan
b. Tujuan Percobaan
c. Peralatan Percobaan
d. Bahan Percobaan
(Point a-d, dibuat sesuai yang tertera pada modul. Penomoran Point pada laporan
dimulai dari Tujuan Percobaan)
e. Prosedur Percobaan, merupakan tata cara percobaan yang dilakukan pada saat
praktikum. Isi prosedur percobaan tidak perlu sama dengan yang tertera