Puji dan syukur atas ke hadirat Allah Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan ini. Laporan “Torsion Test” ini dibuat untuk melengkapi syarat dan
kelengkapan yang terdapat pada Laboratorium Mekanika Teknik (Fenomena
Dasar), Departemen Teknik Mesin, Universitas Sumatera Utara.
Atas kritik dan saran yang telah diterima penulis, laporan ini dapat
disempurnakan dengan baik.
i
DAFTAR ISI
ii
2.15Teori Mengenai PLX-DAQ .....................................................................25
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
Konsep torsi dalam fisika, juga disebut momen, diawali dari kerja
Archimedes dalam lever. Informalnya, torsi dapat dipikir sebagai gaya rotasional.
Analog rotational dari gaya, masa, dan percepatan adalah torsi, momen inersia dan
percepatan angular. Gaya yang bekerja pada lever, dikalikan dengan jarak dari
titik tengah lever, adalah torsi. Contohnya, gaya dari tiga newton bekerja
sepanjang dua meter dari titik tengah mengeluarkan torsi yang sama dengan satu
newton bekerja sepanjang enam meter dari titik tengah. Ini menandakan bahwa
gaya dalam sebuah sudut pada sudut yang tepat kepada lever lurus. Uji puntir
(torsion test) adalah salah satu pengujian merusak yang mengakibatkan suatu
material mengalami patahan.Uji puntir sering digunakan untuk menguji bahan-
bahan getas, misalnya baja-baja untuk perkakas, dan telah digunakan sebagai uji
plintir suhu tinggi untuk menilai kemampuan tempaan suatu bahan. Uji puntir
sangat bermanfaat untuk berbagai penggunaan dibidang teknik dan juga penelitian
teoretis mengenai aliran plastik. Konsep torsi, yang juga disebut momen, berasal
dari percobaan Archimedes pada tuas pengungkit. Analogi rotasi dari gaya,
massa, dan percepatan ialah torsi, momen inersia, dan percepatan angular. Torsi
adalah kemampuan suatu gaya menghasilkan perputaran rotasi benda terhadap
suatu poros atau sumbu putarnya.
Torsi merupakan ukuran sejauh mana kekuatan pada suatu benda yang
menyebabkan objek untuk berputar. Torsi juga sering disebut momen gaya. Torsi
juga merupakan hasil perkalian dari panjang dari titik poros ke titik di mana gaya
diterapkan dan besarnya gaya. Dalam fisika, torsi dapat dianggap sebagai
"rotational force" atau "angular force" yang menyebabkan perubahan dalam gerak
rotasi. Torsi merupakan hasil dari gaya pada media yang memiliki sudut angular
momentum, sehingga memiliki sudut relatif yang mempengaruhi besarnya gaya
yang dihasilkan. Peralatan uji puntir terdiri atas kepala puntir yang dilengkapi
cekam untuk mencengkram benda uji dan untuk memberikan momen puntir pada
benda uji serta kepala bobot yakni dengan cara mencengkram salah satu ujung
1
benda uji dan mengukur besarnya momen ulir atau torsi. Deformasi yang terjadi
dari benda uji yang bersangkutan diukur dengan peralatan pengukur ulir yang
dinamkan troptometer. Penentuan dilakukan dengan menggunakan perpindahan
sudut suatu titik didekat salah satu ujung benda uji dibandingkan terhadap suatu
titik pada elemen memanjang yang sama pada arah yang berlawanan. Biasanya
pada benda uji untuk uji tarik mempunyai penampang berbentuk lingkaran karena
merupakan geometri yang paling sederhana untuk perhitungan tegangan. Karena
pada daerah elastic, tegangan geser bervariasi secara linear dari harga nol pada
pusat batang hingga harga maksimum pada permukaan batang, maka seringkali
dibutuhkan pengujian benda uji tabung yang mempunyai dinding tebal. Hasil
yang diperoleh adalah tegangan geser yang hampir seragam disepanjang
penampang lintang benda uji. Sudut Puntir adalah suatu poros dengan
panjang L dikenai momen puntir T secara konstan dikeseluruhan panjang poros.
Maksud dari praktikum torsion test ini adalah agar mahasiswa dapat
mengaplikasikan materi tentang uji puntir yang telah ataupun sedang di pelajari
dalam perkuliahan.
Selain itu, maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui sifat-sifat
atau karakteristik suatu bahan. Dengan sifat-sifat dan karakteristik suatu material
tersebut, kontruksi permesinan desain yang diharapkan oleh setiap perancang
setelah diproduksi sesuai dengan perencanaan dan memenuhi standar-standar
yang telah ditetapkan.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan praktikum torsion test
adalah :
1. Memahami prinsip pengujian puntir.
2. Menghitungan tegangan punter dan sudut punter.
3. Menentukan batas luluh geser dan modulus elastisitas geser material.
4. Mahasiswa mampu menganalisis hasil uji puntir beberapa jenis logam dan
skarakteristik perpatahan yang dihasilkan.
5. Mahasiswa dapat menggambar grafik perbandingan dalam percobaan torsi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.Puntiran
Puntiran adalah suatu pembebanan yang penting. Sebagai contoh,
kekuatan puntir menjadi permasalahan pada poros-poros, karena elemen
deformasi plastik secara teori adalah slip (geseran) pada bidang slip, modulus
kekakuan adalah konstanta yang penting, yang diperoleh dari pengujian puntir
(dalam banyak kasus). Deformasi puntiran tidak menunjukkan tegangan uniform
pada potongan lintang seperti halnya pada deformasi lenturan. Untuk mendapat
deformasi puntiran dengan tegangan yang uniform perlu dipergunakan batang uji
berupa silinder tipis.
Patahan karena puntiran dari bahan getas terlihat pada arah kekuatan tarik,
yaitu pada 450 terhadap sumber puntiran, sedangkan bagi bahan yang liat patahan
terjadi pada sudut tegak lurus terhadap sumbu puntiran setelah gaya pada arah
sumbu terjadi dengan deformasi yang besar, dari hal tersebut sangat mudah
menentukan keliatan dan kegetasan.
2. Tegangan
Kekuatan bahan bukanlah kriteria satu- satunya yang harus diperhitungkan
dalam perencanaan struktur. Kekakuan bahan selalu sama pentingnya. Dengan
derajat lebih kecil, sifat seperti kekerasan, ketangguhan, dan keliatan menetapkan
pemilihan bahan sifat ini ditetapkan dengan membuat pengujian bahan dan
membandingkan hasilnya dengan standar yang telah ada.
Gaya luar (eksternal) yang diberikan pada suatu benda harus diimbangi
oleh gaya penentang yang ada di dalam bahan. Bahan yang mempunyai gaya
internal tadi dikatakan berada dalam keadaan tegang. Untuk lebih mengerti
hakekat gaya internal ini, marilah kita perhatikan apa yang terjadi bila suatu benda
diberi beban. Mula-mula harus ditegaskan bahwa dalam praktek, semua beban
bekerja sedikit demi sedikit. Proses pembebanan ini dapat diselesaikan dalam
selang waktu yang sangat singkat, namun tak akan pernah sesaat.
3
Bila gaya dikenakan pada suatu benda, maka bentuk benda akan berubah
dan molekul-molekulnya bergeser sedikit dari posisi awalnya. Pergeseran ini
mengakibatkan timbulnya gaya-gaya antar molekul, yang tergabung untuk
menentang gaya yang ditimbulkan oleh beban tadi. Bila beban bertambah,
perubahan bentuk benda makin besar dan gaya-gaya antar molekul juga
bertambah sampai pembebanan mencapai harga akhirnya.
Gaya-gaya di dalam benda mengadakan reaksi yang sama dan berlawanan,
sehingga keadaan setimbang tercapai. Bahan sekarang dalam keadaan tegang dan
terenggang. Dapat dilihat nanti bahwa kedua keadaan ini pasti berhubungan,
tegangan dalam bahan harus didampingi regangan dan sebaliknya. Untuk
menyederhanakan perhitungan, seringkali lebih mudah bila diperhatikan benda
tegar, namun ini hanya merupakan suatu konsep karena ada bahan yang tegar
sempurna, dan tidak ada benda nyata yang dapat menahan beban, tanpa
sebelumnya mengalami perubahan bentuk.
Bila benda berbeban yang disebutkan diatas dibagi menjadi dua oleh suatu
bidang khayal, maka tiap bagian harus berada dalam keadaan setimbang karena
pengaruh gaya luar yang bekerja padanya dan gaya-gaya internal (yaitu gaya antar
molekul) yang bekerja pada bidang khayal ini. Intensitas tegangan (untuk
mudahnya biasanya disebut tegangan) di suatu titik pada bidang, didefinisikan
sebagai gaya internal per satuan luas.
Tegangan dibedakan menjadi dua jenis. Bila gaya internal tegak lurus pada
bidang yang diamati, maka didapat tegangan normal atau langsung, dan sesuai
dengan arah gaya, dapat bersifat tarik (tensile) atau mampat (compressive). Bila
gaya internal sejajar dengan bidang yang diamati, didapat tegangan tangensial
atau geser. Seringkali resultan gaya pada elemen luasan membentuk sudut dengan
bidang luasnya. Dalam keadaan semacam itu, gaya tersebut diuraikan menjadi
komponen normal dan tangensial, serta menghasilkan kombinasi tegangan-
regangan normal geser.
3. Regangan
Perubahan bentuk benda yang terjadi pada keadaan tegang disebut
regangan. Ada dua macam regangan. Bahan dapat membesar atau mengecil dan
menghasilkan regangan normal atau lapisan-lapisan bahan dapat bergeser yang
4
satu terhadap yang lain dan menghasilkan regangan geser. Untuk batang dalam
keadaan tarik atau komprensi sederhana, akibat yang paling jelas terlihat adalah
perubahan panjang batang, yaitu regangan normal. Intensitas regangan (biasanya
disebut regangan saja) untuk regangan normal, didefinisikan sebagai
perbandingan perubahan ukuran terhadap ukuran semula.
5
dibagi menjadi benda elastis dan benda plastis. Karet dan pegas merupakan
beberapa contoh benda elastis.
Jika sifat benda berada diantara kedua sifat di atas, maka benda tersebut
dinamakan elsatis sebagian. Sifat elatis suatu benda dipengaruhi oleh gaya antar
molekulnya. Semakin jauh jarak atom akibat gaya luar, maka semakin besar gaya
molekulnya. Ada beberapa istilah dalam mengenal sifat elastis benda. Mari kita
bahas satu persatu.
1. Stress (Tegangan)
Stress atau tegangan merupakan gaya molekul per satuan luas. Dalam
keadaan seimbang, besarnya gaya molekul (gaya dalam) sama dengan gaya luar
yang diberikan. Secara matematis, dapat ditulis sebagai berikut.
𝐹
𝑆𝑡𝑟𝑒𝑠𝑠 =
𝐴
F adalah besar gaya yang diberikan pada benda (Newton) dan A adalah luas
penampang benda (m2). Satuan stress adalah N/m2. Arah stress selalu tegak lurus
terhadap bidang benda (stress normal). Stress normal ini dianggap sebagai
tekanan, sedangkan stress arah longitudinal dinamakan stress tangensial
atau shearing stress, yaitu ketika benda diberi gaya searah bidang.
2. Strain
Strain atau regangan merupakan perbandingan antara perubahan ukuran
benda dan ukuran mula-mula. Berdasarkan jenis stressnya, strain digolongkan
menjadi 3 jenis berikut ini.
a. Strain linier
Strain linier merupakan perubahan ukuran benda akibat perubahan linier
yang diakibatkan oleh stress normal. Strain linier terjadi ketika benda bertambah
panjang, sehingga persamaannya sebagai berikut.
∆𝑙
𝑆𝑡𝑟𝑎𝑖𝑛𝑙𝑖𝑛𝑖𝑒𝑟 =
𝑙0
Dengan Δl = perubahan panjang dan lo = panjang mula-mula.
b. Strain Volume
Strain volume merupakan perubahan volume benda akibat pemberian
stress normal dari berbagai sisi. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.
6
∆𝑉
𝑆𝑡𝑟𝑎𝑖𝑛𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 =
𝑉
Dengan ΔV = perubahan volume dan V = volume mula-mula.
c. Strain Shear
Strain shear merupakan perubahan ukuran benda akibat stress tangensial.
Dimana perumusannya sebagai berikut.
∆𝑥
𝑆𝑡𝑟𝑎𝑖𝑛𝑠ℎ𝑒𝑎𝑟 =
ℎ
3. Modulus Elastisitas
Ketika suatu benda diberi gaya lalu mengalami stress, maka benda akan
mengalami perubahan ukuran. Jika perubahan ukuran ini tidak terlalu besar, maka
stress pada benda akan sebanding dengan strain. Besarnya konstanta perbandingan
stress dan strain ini dinamakan modulus elastisitas. Modulus elastisitas yang
berhubungan dengan strain linier disebut sebagai modulus Young dan yang
berhubungan dengan strain volume disebut sebagai modulus bulk, sedangkan
yang berhubungan dengan strain tangensial disebut sebagai modulus shear.
4. Modulus Young
Jika suatu batang ditarik dengan gaya F sampai batang bertambah panjang
sebesar Δldari panjang mula-mula (lo), maka modulus Youngnya dapat ditulis
sebagai berikut.
𝐹
𝑠𝑡𝑟𝑒𝑠𝑠 𝐴 𝑌𝐴
𝑌 = 𝑠𝑡𝑟𝑎𝑖𝑛 = ∆𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐹 = ∆𝑙
𝑙0
𝑙0
Persamaan di atas disebut persamaan hukum Hooke, dimana besar gaya yang
diberikan sebanding dengan pertambahan panjang benda. Benda yang
mendapatkan stress (gaya dari luar) melebihi batas strainnya, maka benda tersebut
tidak akan kembali ke bentuk semula, batas nilainya disebut batas elastis. Jika
diberi stress di atas batas elastis benda, maka benda akan patah (fracture).
7
2.3 Sifat Plastis dan Contoh Bendanya
Bahan Plastis, adalah benda yang saat diberikan gaya akan mengalami perubahan
bentuk, dan apabila gaya itu dihilangkan benda tersebut tidak dapat kembali
kebentuk semula. Suatu benda yang tidak dapat kembali ke bentuk awal dengan
segera setelah gaya luar yang diberikan kepada benda itu dihilangkan
(dibebaskan).
Misal yaitu sifat plastis pada plastisitas tanah liat merupakan kualitas
hubungan antara partikel tanah liat yang ditentukan oleh kandungan mineral dan
kehalusan butiran tanah liat. Plastisitas berfungsi sebagai pengikat dalam proses
pembentukan sehingga benda yang dibentuk tidak mengalami keretakan/pecah
atau berubah bentuk. Sifat plastis ini merupakan persyaratan utama yang harus
dipenuhi. Dua partikel berbentuk lembaran yang bersebelahan akan saling melekat
sempurna ketika dilumasi dengan air dan memberikan kualitas tanah liat yang
plastis dan memiliki kekuatan. Hal ini dipengaruhi oleh struktur tanah liat tersebut
dan bentuk dari partikel tanahnya. Karena struktur partikel tanah liat yang berupa
lembaran segi enam saling bertumpuk membentuk susunan seperti batu bata maka
sukar untuk mengalami keretakan, hal tersebut seperti ditunjukkan dalam gambar
di bawah.Apabila tanah liat tidak cukup plastis sesuai tingkat keplastisan yang
dipersyaratkan maka tanah liat harus ditambah dengan bahanbahan yang plastis.
Contoh lainnya berupa plastisin, dan adonan kue.
8
2.4 Puntiran pada Daerah Elastis
9
2.5 Puntiran pada Daerah Plastis
10
pada kedua pihak dari bidang ini cenderung berputar, relatif yang dianggap terdiri
dari lapisan-lapisan tipis transversal yang jumlahnya tak terhingga, masing-
masing relatif berputar sedikit terhadap lapisan berikutnya bila torsi diberikan,
akibatnya poros akan terpuntir. Pergerakan angular salah satu ujung relatif
terhadap yang lain disebut sudut puntiran.
Tegangan puntir disebabkan oleh momen puntir yang bekerja pada
penampang batang. Dalam menganalisa tegangan puntir, momen torsi yang
biasanya dinyatakan dalam vektor rotasi diubah menjadi vektor translasi dengan
menggunakan aturan tangan kanan. Lipatan jari tangan menunjukkan arah vektor
rotasi dan jari jempol menunjukkan vektor translasi. Seperti halnya gaya aksial,
tegangan puntir muncul (momen puntir ada) bila batang tersebut dipotong.
Metode irisan tetap digunakan untuk mendapatkan momen puntir dalam, sehingga
tegangan puntir dapat dicari. Momen puntir dalam ini yang akan mengimbangi
momen puntir luas sehingga bagian struktur tetap dalam kondisi seimbang.
11
Gambar 2.5 Potongan penampang
(Sumber: http://engineeringxxx.blogspot.com/2012/05/makalh-pegas.html)
12
Tegangan geser maksimum:
τ maks = T/αbc^2
Sudut puntir:
θ = TL/(βbc^3 G)
Parameter a dan b tergantung pada perbandingan (b/c) dengan:
T : momen lentur
L : panjang poros
G : modulus elastisitas geser
b : sisi panjang irisan siku empat
c : sisi pendek irisan suku empat
α,β : parameter torsi pada bagian pipa berbanding tipis
Momen puntir total T yang dihasilkan oleh tegangan-tegangan geser
adalah: Dengan, q : aliran geser (shear flow) Am : luas yang dibatasi oleh garis
tengah keliling tabung tipis (luas median).
T = 2Am q
Atau
q = (T )/(2A_m )
Karena untuk tabung tertentu q adalah konstan, maka tegangan geser pada
suatu titik dari suatu tabung dimana tebal dinding t adalah:
τ = q/t = (T )/(2A_m t)
Sudut puntir untuk pipa berdinding tipis dapat ditentukan dengan
menyamakan usaha yang dilakukan oleh momen puntir T yang dikenakan dengan
energi regangan batang.
Tθ/2 = (T^2 L)/2Gτ
θ = TL/Gτ
13
Biasanya patah getas terjadi pada material berstruktur martensit, atau material
yang memiliki komposisi karbon yang sangat tinggi sehingga sangat kuat namun
rapuh.
14
Ciri-ciri patah ulet:
Ada reduksi luas penampang patahan, akibat tegangan uniaksial
Tempo terjadinya patah lebih lama.
Permukaan patahannya terdapat garis-garis benang serabut (fibrosa), berserat,
menyerap cahaya, pempilannya buram.
Pertumbuhan retak lambat, tergantung pada beban.
15
Modulus geser atau modulus kekakuan( G atau ) menjelaskan kecenderungan
sebuah objek untuk bergeser (deformasi bentuk pada volume konstan) ketika
diberi kekuatan yang berlawanan; didefinisikan sebagai tegangan geser terhadap
regangan geser. Modulus geser modulus adalah turunan dari viskositas.
Bulk modulus ( K ) menjelaskan elastisitas volumetrik, atau kecenderungan
suatu benda untuk berubah bentuk ke segala arah ketika diberi tegangan seragam
ke segala arah; didefinisikan sebagai tegangan volumetrik terhadap regangan
volumetrik, dan merupakan kebalikan dari kompresibilitas. Modulus bulk
merupakan perpanjangan dari modulus Young pada tiga dimensi. Tiga modulus
elastisitas lain adalah modulus axial, parameter pertama Lame, dan modulus
gelombang P. Bahan material homogen dan isotropik (sama di semua arah)
memiliki sifat keelastisitasan yang dijelaskan oleh dua modulus elastisitas, dan
satu dapat memilih yang lain.
b. Plastisitas (plasticity)
Adalah kemampuan material untuk mengalami deformasi plastik
(perubahan bentuk secara permanen) tanpa mengalami kerusakan. Material yang
mempunyai plastisitas tinggi dikatakan sebagai material yang ulet (ductile),
sedangkan material yang mempunyai plastisitas rendah dikatakan sebagai material
yang getas (brittle).
16
Gambar 2.9 Deformasi plastis dan elastis pada kurva tegangan-regangan
(Sumber: https://ardra.biz/sain-teknologi/metalurgi/pembentukan-logam-metal-
forming/pengertian-deformasi-elastis-dan-plastis/)
17
2.10 Definisi pada Pengujian Torsi
Uji puntir (torsion test) adalah salah satu pengujian merusak yang
mengakibatkan suatu material mengalami patahan.
Uji puntir sering digunakan untuk menguji bahan-bahan getas, misalnya
baja-baja untuk perkakas, dan telah digunakan sebagai uji plintir suhu tinggi untuk
menilai kemampuan tempaan suatu bahan. Uji puntir sangat bermanfaat untuk
berbagai penggunaan dibidang teknik dan juga penelitian teoretis mengenai aliran
plastik.
Tujuan dilakukannya uji puntir diantaranya adalah :
a. Menentukan sifat-sifat modulus elastisitas geser dari material
b. Menentukan kekuatan luluh puntir
c. Menentukan modulus pecah
d. Menetukan tegangan alir (flow stress) dari material
e. Mahasiwa kompeten dalam menghadapi problem di lapangan nantinya.
18
perlakukan permukaan yang dihubungkan dengan geomteri takik yang terjadi.
Suhartono (2002) menyatakan lelah adalah kerusakan karena beban berulang atau
perubahan struktur, dan progresif yang terjadi pada bahan yang dibebani dengan
tegangan/regangan fluktuatif yang dapat mengakibatkan retak atau petahan setelah
jumlah siklus tertentu.
Kondisi pembebanan yang menyebabkan lelah adalah fluktuasi tegangan,
getaran (vibrasi), regangan, temperatur atau salah satu unsur diatas di dalam
lingkungan korosif atau pada suhu tinggi (Dieter,1986). Kerusakan karena lelah
mulai terjadi sebelum terbentuknya suatu retak. Akibat beban siklus maka terjadi
deformasi plastik (slip) secara lokal. Bila slip terjadi maka slip tersebut dapat
terlihat pada permukaan logam sebagai suatu tangga (step) yang disebabkan oleh
pergerakan logam sepanjang bidang slip. Demikian seterusnya maka lama
kelamaan akan terjadi suatu retak. Siklus untuk menimbulkan awal retak dan
penjalaran retak tergantung pada tegangan yang bekerja. Bila tegangan yang
bekerja tinggi maka waktu terbentuknya awal retak akan lebih pendek. Bila
tegangan yang sangat rendah maka hampir seluruh umur lelah digunakan untuk
membentuk retak awal. Pada tegangan yang tinggi sekali retak terbentuk sangat
cepat (Dieter, 1986). Faktor dasar agar terjadi kegagalan lelah adalah tegangan
tarik maksimum yang cukup tinggi, variasi atau fluktuasi tegangan yang cukup
besar dan siklus penerapan tegangan yang cukup besar. Faktor yang cenderung
mengubah kondisi kelelahan yaitu kosentrasi tegangan, korosi, suhu, kelelahan
bahan, struktur metalurgis, tegangan sisa dan tegangan kombinasi (Dieter, 1986).
Faktor penyebab kerusakan atau kegagalan ditinjau dari bahan antara lain
oleh kesalahan spesifikasi bahan/komposisi kimia, cacat pengecoran (porositas,
inklusi, segregasi, retak, sobekan panas), cacat proses pembentukan (laminasi,
seams, stringers, lap cracks) salah manufaktur dan laku panas (casting,
metalworking, heat treatment, machining, joining/welding), pengerjaan akhir
(coating, surface treatmen, mechanical finishing) dan terjadinya penurunan sifat
mekanis (Suhartono, 2002). Kerusakan akibat kelelahan secara makro tidak
terlihat namun pertumbuhannya cepat dan sangat berbahaya. Penanggulangan
kerusakan dapat dilakukan dengan menurunkan gaya/tegangan kerja melalui
perbaikan disain (bentuk, geometri, dimensi), meningkatkan ketahanan bahan
19
melalui pemilihan bahan yang sesuai, perbaikan proses manufaktur, perlakuan
panas dan mengendalikan lingkungan seperti temperatur kerja, kotaminasi, dan
lingkungan korosif Pada pengujian lelah terdapat suatu poros yang berputar,
diberi beban lentur, akan mengalami tegangan tarik dan tekan pada setiap putaran
dari poros tersebut. Kalau poros merupakan suatu bagian dari sebuah motor listrik
yang berputar 800 rpm, poros tersebut mendapat tegangan tarik dan tekan 800 kali
setiap menit. Kalau kondisi ini poros juga menerima beban aksial dari tegangan
akan saling menambah dengan komponen tegangan lentur. Ini menghasilkan suatu
tegangan pada setiap satu serat yang masih berubah-ubah, tetapi berubah antara
harga yang berbeda. Bebanbeban ini dan jenis beban lainnya yang terjadi dalam
anggota-anggota mesin menghasilkan tegangan yang disebut tegangan yang
berulang, bolak-balik atau tegangan berfluktuasi (Shigley,1989). Suatu kegagalan
lelah bermula dengan sebuah retak kecil. Retak permulaan ini begitu kecil
sehingga tidak bisa dilihat oleh mata telanjang dan bahkan agak sulit ditemukan
melalui pemeriksaan sinar X. Retak tersebut akan timbul pada titik ketidak
mulusan pada bahan. Titik yang kurang jelas dimana kegagalan lelah mungkin
timbul adalah pada tanda-tanda pemeriksaan atau cap, retak dalam atau bahkan
ketidakberaturan karena pengerjaan mesin. Sekali waktu retak muncul, penngaruh
pemusatan tegangan menjadi bertambah besar dan retak tersebut akan maju lebih
cepat. Begitu ukuran luas yang menerima tegangan berkurang, tegangan
bertambah besar sampai akhirnya luas yang tersisa tiba-tiba gagal menahan
tegangan tersebut. Jaw Crusher sendiri dipakai secara luas pada industri
pertambangan, industri metal, konstruksi, pembangun jalan tol, pembangunan rel
kereta dan industri kimia. Karena itu kegagalan lelah ditandai dari perkembangan
retak yang ada dan kepatahan mendadak dengan daerah yang mirip perpatahan
bahan rapuh (Shigley,1989) Pada pengujian lelah dengan pembebanan lentur putar
membuktikan bahwa pada spesimen dengan berbagai bentuk dan dimensi takik,
retak lelah diawali pada lokasi terjadinya efek konsentrasi tegangan. Adapun
besarnya harga faktor konsentrasi tegangan (Kt) bergantung pada geometri takik.
Semakin tajam sudut takik, harga faktor konsentrasi tegangan akan semakin
tinggi. Semakin besar harga Kt, kekuatan lelah spesimen akan semakin turun
(Collins, 1980).
20
2.12Contoh Aplikasi Penggunaan Torsi di Dunia Keteknikan
21
terbawa melalui motor listrik. Material akan ditimpa oleh Flat Hammer Monitor
untuk dihancurkan, dan kemudian akan disalurkan untuk penghancuran kedua,
kemudian akan dibuang melalui lubang pembuangan.
Prinsip Kerja mesin Impact Crusher:
Impact crusher bekerja menghancurkan material dengan kekuatan
tabrakan. Ketika material memasuki area blow bar, material dihancurkan dengan
kekuatan dan kecepatan tinggi blow bar dan dilempar ke impact plates dalam rotor
untuk penghancuran kedua. Kemudian material akan terlempar kembali kedalam
blow bar untuk penghancuran ketiga.Proses ini berlangsung terus menerus sampai
material hancur sesuai dengan ukuran yang diinginkan dan keluar dari bagian
paling bawah mesin.Ukuran dan bentuk dari bubuk akhir dapat diubah dengan
mengatur jarak antara impact rack dan rotor support. Mesin dilengkapi pengaman
self- weigh device yang terletak diframe belakang mesin. Ketika barang lain
masuk dalam lubang impact, barang tersebut akan terlempar keluar dari mesin
melalui impact rack yang terletak dibagian depan dan belakang mesin.
22
tegangan tekan; sering ditandai oleh kemampuan material untuk membentuk
lembaran tipis dengan dipukul atau digulung. Kedua sifat ini merupakan aspek
mekanis plastisitas, sejauh mana bahan padat dapat mengalami deformasi plastis
tanpa patah. Karakteristik keuletan dan kelenturan suatu material juga tergantung
pada suhu dan tekanan. Hubungan ini oleh ditemukan oleh Percy Williams
Bridgman yang kemudian memenangkan Hadiah Nobel.
Keuletan dan kelenturan tidak selalu berbanding lurus, semisal emas
memiliki keuletan dan juga kelenturan tinggi, namun timbal memiliki keuletan
rendah dan sebaliknya kelenturan yang tinggi.
Kekerasan dan keuletan suatu material logam dipengaruhi oleh beberapa
hal diantaranya :
1. Kadar Karbon
Semakin tinggi kadar karbon, maka logam akan semakin keras namun
rapuh. Kadar karbon sebesar 0,6 – 1% merupakan kadar karbon yang sangat
berpengaruh pada kekerasan logam. Setelah lebih dari 1% maka kadar karbon
tidak berpengaruh pada nilai kekerasannya.
2. Unsur paduan
Unsur paduan akan mempengaruhi sifat mekanik baja, beberapa unsure
paduan yang terdapat pada baja beserta pengaruhnya pada sifat mekanik antara
lain:
a. Nikel, fungsi:
Meningkatkan kekuatan dan kekerasan baja
Meningkatkan ketahanan korosi
Meningkatkan keuletan dan tahan gesek
b. Chromium, fungsi:
Menambah kekerasan baja
Membentuk karbida
Menambah keelastisan, sehingga baik buat pegas
c. Mangan, fungsi:
Meningkatkan kekerasan
Meningkatkan ketahanan terhadap suhu tinggi
Membuat baja mengkilap
23
3. Perlakuan panas
Pengaruh perlakuan akan mempengaruhi kekerasan logam tergantung dari
perlakuan apa yang diberikan. Annealing akan menurunkan kekerasan baja.
Hardening akan meningkatkan kekerasan baja. Tempering akan menurunkan
kekerasan baja dibawah perlakuan panas Hardening. Normalising akan
meningkatkan kekerasan baja dibandingkan keadaan awal baja atau baja tanpa
perlakuan panas.
4. Bentuk dan dimensi butir
Material dengan ukuran butir kecil akan memiliki kekerasan yang tinggi
sedangkan butir besar akan memiliki kekerasan yang rendah. Material dengan
butir halus akan memiliki kekerasan tinggi dibandingkan dengan material dengan
butir kasar.
Salah satu pengaplikasian uji punter pada system computer adalah TNS-
DW Series Micro Computer Controlled Torsion Testing Machine Mesin uji ini
menggunakan sistem AC servo dikendalikan komputer Jepang dan dimuat melalui
aktif penjepitan kepala digerakkan oleh motor servo AC dan motor pinwheel
redution cycloidal. Torsi dan sudut torsi diukur dengan presisi tinggi torsi dan
encoder transduser fotoelektrik.
24
Komputer dinamis akan menampilkan kurva uji torsi, pembebanan
kecepatan, nilai puncak, dan sebagainya. Hal ini terutama digunakan untuk uji
torsi dari logam dan bahan non-logam, serta uji torsi untuk suku cadang dan
komponen.
Ini merupakan sebuah instrumen penting untuk mengukur torsi sifat
mekanik bahan untuk laboratorium industri penerbangan, industri konstruksi,
departemen penelitian ilmiah, universitas atau perusahaan industri.
25
d. Read / write setiap sel pada worksheet.
Penyelesaian:
Diketahui:
r1 = 30 cm = 0,3 m
r2 = 50 cm = 0,5 m
F1 = -50 N (berlawanan arah jarum jam)
F2 = +50 N (searah jarum jam)
Ditanya: Στ = … ?
Jawab:
Komponen gaya F2 yang tegak lurus r2 adalah:
F2 sin 60 derajat
26
sehingga:
Στ = τ2 – τ1 = r2 . F2 sin 60 o – r1 F1 = 0,5 x 50 x (1/2 √3) – (0,3 x 50) = 6,65
Nm2
2. Tentukan momen gaya yang dialami benda pada gambar di bawah ini!
Penyelesaian :
Pada gambar di atas, momen gayanya searah yaitu sama-sama searah jarum jam
sehingga resultan momen gayanya merupakan jumlah dari semua torsi yang
bekerja.
Στ = 6 (6 x 10-2) + 4 (0) + 10 (2 x 10-2)
⇒ Στ = 36 x 10-2 + 20 x 10-2
⇒ Στ = 56 x 10-2 Nm
⇒ Στ = 0,56 Nm.
Penyelesaian :
Karena F2 belum tegak lurus dengan lengannya maka harus diproyeksikan
terlebih dahulu menjadi F2x dan F2y seperti di bawah ini.
27
Dari gambar di atas jelas terlihat bahwa gaya yang tegak lurus dengan lengannya
hanya F2y dan F1 sedangkan F2 dan F2x tidak memenuhi syarat. Dengan begitu,
maka momen gaya totalnya adalah :
Στ = τ2y + τ1
⇒ Στ = F2 sin 30o (2) + F1 (4)
⇒ Στ = 20 (½) (2) + 10 (4)
⇒ Στ = 20 + 40
⇒ Στ = 60 Nm.
4. Sebuah batang homogen bermassa 3 kg dan panjang 40 cm, diberi beban 2 kg
pada salah satu ujungnya dan ujung lainnya sebagai tumpu. Jika F sebesar 280 N
mengarah ke atas bekerja pada jarak 5 cm dari titik tumpu, maka hitunglah
momen gayanya.
Penyelesaian :
Ingat bahwa batang memiliki gaya berat yang arahnya ke bawah dan akan
berkontribusi dalam perhitungan momen gaya karena gaya berat tegak lurus
dengan lengannya. Jika digambarkan, gaya-gaya yang bekerja akan seperti di
bawah ini.
Dari gambar di atas terlihat bahwa torsi akibat gaya berat searah dengan jarum
jam sedangkan torsi akibat gaya ke atas berlawan dengan arah jarum jam sehinga
momen gaya total adalah :
Στ = 20 (0,4) + 30 (0,2) − 280 (0,05)
28
⇒ Στ = 8 + 6 − 14
⇒ Στ = 14 − 14
⇒ Στ = 0.
Dengan begitu berarti batang tidak berputar atau berada dalam kesetimbangan.
5. Jika poros perputaran oleh gaya-gaya yang bekerja berada pada titik pusat
persegi, maka hitunglah momen gaya total.
Penyelesaian :
Pada gambar di atas, gaya yang sudah memenuhi syarat yaitu tegak lurus dengan
lengan gayanya adalah F2 dan F3. F1 jelas tidak memenuhi syarat dan torsinya
sama dengan nol. Sedangkan F4 harus diproyeksikan terlebih dahulu menjadi F4x
dan F4y sebagai berikut.
Dari gambar jelas terlihat bahwa F4x dan F4y memenuhi syarat yaitu tegak lurus
dengan lengannya. Jika R2 adalah lengan F2, R3 adalah lengan F3, R4x adalah
lengan F4x dan R4y adalah lengan F4y, maka resultan torsinya adalah :
Στ = τ2 + τ3 + τ4x − τ4y
⇒ Στ = 20 (0,1) + 10 (0,2) + F4 cos 45o (0,1) − F4 sin 45o (0,2)
⇒ Στ = 2 + 2 + 40√2 (½√2) (0,1) − 40√2 (½√2) (0,2)
⇒ Στ = 4 + 4 − 8
⇒ Στ = 0.
29
6. Batang AB memiliki panjang 10 meter dengan poros di titik B diberikan gaya
20 N membentuk sudut siku-siku terhadap batang. Besar torsi yang dialami oleh
batang AB adalah…
Penyelesaian:
Besar torsi yang dialami oleh batang dengan gaya membentuk sudut siku-siku di
dapatkan dari persamaan torsi τ = F. r. Sin α ( karena α = 90o)
τ = F. r
τ = 20 N. 10 m
τ = 200 Nm
7. Momen gaya yang dialami oleh sistem seperti pada gambar di bawah ini saat
poros ada pada titik O adalah…
Penyelesaian:
Titik O sebagai acuan. Jika putaran yang searah jarum jam bernilai positif, maka
arah torsi juga kita tulis + dan sebaliknya.
τ = – τ1 + τ2
τ = – F1 r1 Sin 30 + F2 r2 Sin 90
τ = – 12. 2. ½ + 8. 5. 1
τ = – 12 + 40
τ = + 28 Nm
tanda + menunjukan arah putaran akibat torsi di titik O searah jarum jam.
8. Perhatikan gambar di bawah ini!
30
Sebuah batang homogen memiliki panjang 4 m. Tiap ujung batang dikenakan
gaya F = 30 N. Maka besar momen kopel gaya pada batang adalah…
Penyelesaian :
Untuk mencari momen kopel kita menggunakan rumus
M = F. d
Keterangan:
M = Momen kopel
F = Gaya kopel
d = panjang lengan kopel
Maka,
M = 30. 4 = 120 Nm
9. Batang AB memiliki panjang 10 meter dengan poros di titik B diberikan gaya
20 N membentuk sudut siku-siku terhadap batang. Besar torsi yang dialami oleh
batang AB adalah...
Penyelesain:
Besar torsi yang dialami oleh batang dengan gaya membentuk sudut siku-siku di
dapatkan dari persamaan torsi τ = F. r. Sin α ( karena α = 90o)
τ = F. r
τ = 20 N. 10 m
τ = 200 Nm
10. Momen gaya atau torsi adalah besaran fisika pada gerak melingkar yang
analogi dengan…
Jawaban: Berdasarkan penjelasan soal no 1, maka kita dapat analogikan momen
gaya atau torsi dengan gaya pada gerak lurus, karena yang menyebabkan benda
dapat bergerak lurus adalah karena adanya gaya.
31
BAB III
ALAT DAN BAHAN
1.1 Alat
4 5
3
6
2
1 7
32
2. Kunci chuck
2
1
4. Masker
33
Keterangan:
1. Masker
5. Tipe-X
6. Penggaris
7. Kacamata safety
34
8. Kertas Pasir
3.2 Bahan
Keterangan:
1. Benda kerja ST-60
35
BAB IV
PROSEDUR PERCOBAAN
36
BAB V
HASIL PERCOBAAN DAN ANALISA
= 94,07 kgf/mm2.rad
37
B. Dik: 𝜃 = 115o = 2 rad, Mt = 3815,6 kgf.mm, 𝜏 = 37,43 x 103 Nmm
Dit: G dan ?
Jawab:
𝑀𝑡 𝑥 𝐿𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 3815,6 𝑥 18,96
G= =
𝐽𝑥𝜃 393,94 𝑥 2
= 91,8 kgf/mm2.rad
𝜏 37,43 𝑥 103 𝑁𝑚𝑚
𝛾=𝐺= 𝑘𝑔𝑓
91,8 .𝑟𝑎𝑑
𝑚𝑚2
= 85,36 kgf/mm2.rad
𝜏 37,71 𝑥 103 𝑁𝑚𝑚
𝛾=𝐺= 𝑘𝑔𝑓
85,36 .𝑟𝑎𝑑
𝑚𝑚2
38
Tabel 5.1 Analisa daerah plastis
𝛾(𝑟𝑎𝑑 x
No 𝜃(degree) Mt(kgf.mm) 𝜏(Nmm x 103) G(kgf/mm2.rad) 102)
1 112 3811,4 37,71 94,07 4,008
2 115 3815,6 37,43 91,80 4,07
3 118 3820,6 37,48 89,96 4,10
4 121 3825,9 37,53 87,26 4,32
5 124 3830,9 37,58 85,36 4,41
= 399,05 kgf/mm2.rad
𝜏 28,47 𝑥 103 𝑁𝑚𝑚
𝛾=𝐺= 𝑘𝑔𝑓
399,05 .𝑟𝑎𝑑
𝑚𝑚2
= 388,22 kgf/mm2.rad
39
𝜏 30,07 𝑥 103 𝑁𝑚𝑚
𝛾=𝐺= 𝑘𝑔𝑓
388,22 .𝑟𝑎𝑑
𝑚𝑚2
= 366,35 kgf/mm2.rad
= 350,16 kgf/mm2.rad
= 326,30 kgf/mm2.rad
40
Tabel 5.2 Analisa daerah elastis
𝛾(𝑟𝑎𝑑 x
No 𝜃(degree) Mt(kgf.mm) 𝜏(Nmm x 103) G(kgf/mm2.rad) 102)
1 20 2902 28,47 399,05 0,71
2 22 3065,2 30,07 388,22 0,77
3 24 3196,9 31,36 366,35 0,85
4 26 3274 32,12 350,16 0,91
5 28 3322,1 32,59 326,59 0,99
Grafik Mt vs 𝛾 (terlampir)
Grafik 𝜏 vs 𝛾 (terlampir)
Grafik G vs 𝛾 (terlampir)
41
1. Analisa daerah plastis
Grafik Mt vs 𝛾
4.5
4.4
4.3
4.2
4.1
4
3.9
3810 3815 3820 3825 3830 3835
4.5
4.4
Grafik G vs 𝛾
4.3
4.2
4.1
4
3.9
84 86 88 90 92 94 96
Grafik 𝜏 vs 𝛾
4.5
4.4
4.3
4.2
4.1
4
3.9
37.4 37.45 37.5 37.55 37.6 37.65 37.7 37.75
42
2. Analisa daerah elastis
1.2
Grafik Mt vs 𝛾
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
2800 2900 3000 3100 3200 3300 3400
Grafik G vs 𝛾
1.2
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 100 200 300 400 500
Grafik 𝜏 vs 𝛾
1.2
0.8
0.6
0.4
0.2
0
28 29 30 31 32 33
43
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Praktikan dapat memahami prinsip pengujian punter.
2. Praktikan dapat menghitung tegangan puntir dan sudut puntir
3. Praktikan dapat menentukan batas luluh geser dan modulus elastisitas geser
material.
4. Mahasiswa dapat menganalisis hasil uji puntir beberapa jenis logam dan
karakteristik perpatahan.
5. Mahasiswa mampu menggambar grafik perbandingn dalam percobaan.
6.2 Saran
44
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Ratu (2001, 15 Januari). Cara Menulis Inspiratif. 1 Januari 2019 dari Cara
Menulis Buku: http://caramenulisbuku.com/menulis-inspiratif.html.
http://www.academia.edu/15400218/Bahan_uji_puntir_perlakuan_panas
https://docplayer.info/50747017-Vii-elastisitas-benda-elastis-dan-benda-
plastis.html
https://www.google.com/search?q=kertas+pasir&safe=strict&source=lnms&tbm=
isch&sa=X&ved=0ahUKEwjqnsG9x8vjAhVWQH0KHeWgDZ0Q_AUIE
SgB&biw=1366&bih=657#imgrc=BGptLeZv3mxQRM:
https://www.google.com/search?q=sejarah+torsi&oq=sejarah+torsi&aqs=chrome.
.69i57j0.6278j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8
https://caramenulisbuku.com/cara-menulis-daftar-pustaka-dari-internet/cara-
menulis-daftar-pustaka-internet.htm
45
https://ardra.biz/sain-teknologi/metalurgi/pembentukan-logam-metal-
forming/pengertian-deformasi-elastis-dan-plastis/
46