Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan ini. Laporan “Torsion Test” ini dibuat untuk melengkapi syarat dan
kelengkapannya yang terdapat pada Laboratorium Mekanika Teknik (Fenomena
Dasar), Departemen Teknik Mesin, Universitas Sumatera Utara.
Atas kritik dan saran yang telah diterima penulis, laporan ini dapat
disempurnakan dengan baik.
i
DAFTAR ISI
ii
Berkaitan dengan Praktikum Uji Puntir ..................................................24
6.2 Saran..........................................................................................................46
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Grafik Tegangan dan Regangan ................................................................. 6
Gambar 2.2 Pegas.......................................................................................................9
Gambar 2.3 Plastisin ..................................................................................................9
Gambar 2.4 Poros yang Mengalami Puntiran ............................................................12
Gambar 2.5 Potongan Penampang .............................................................................12
Gambar 2.6 Bentuk Patah Getas ................................................................................15
Gambar 2.7 Bentuk Patah Ulet...................................................................................16
Gambar 2.8 Deformasi Plastis dan Elastis Pada Kurva Tegangan
Regangan ...............................................................................................18
Gambar 2.9 TNS-DW Series Micro Computer Controlled Torsion
Testing Machine ....................................................................................27
Gambar 2.10 PLX-DAQ ............................................................................................34
Gambar 3.1 Mesin Uji Torsi ......................................................................................35
Gambar 3.2 Kunci Chuck...........................................................................................36
Gambar 3.3 Jangka Sorong ........................................................................................36
Gambar 3.4 Masker ....................................................................................................36
Gambar 3.5 Tipe-X ....................................................................................................37
Gambar 3.6 Penggaris ................................................................................................37
Gambar 3.7 Kacamata Safety.....................................................................................37
Gambar 3.8 Spesimen Berbahan ST-60 .....................................................................38
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Analisa Daerah Plastis ...............................................................................42
Tabel 5.2 Analisa Daerah Elastis ...............................................................................44
v
BAB I
PENDAHULUAN
Peralatan uji puntir terdiri atas kepala puntir yang dilengkapi cekam untuk
mencengkram benda uji dan untuk memberikan momen puntir pada benda uji
serta kepala bobot yakni dengan cara mencengkram salah satu ujung benda uji dan
mengukur besarnya momen ulir atau torsi. Deformasi yang terjadi dari benda uji
yang bersangkutan diukur dengan peralatan pengukur ulir yang dinamkan
troptometer. Penentuan dilakukan dengan menggunakan perpindahan sudut suatu
titik didekat salah satu ujung benda uji dibandingkan terhadap suatu titik pada
elemen memanjang yang sama pada arah yang berlawanan. Biasanya pada benda
uji untuk uji tarik mempunyai penampang berbentuk lingkaran karena merupakan
geometri yang paling sederhana untuk perhitungan tegangan. Karena pada daerah
elastic, tegangan geser bervariasi secara linear dari harga nol pada pusat batang
hingga harga maksimum pada permukaan batang, maka seringkali dibutuhkan
pengujian benda uji tabung yang mempunyai dinding tebal. Hasil yang diperoleh
1
adalah tegangan geser yang hampir seragam disepanjang penampang lintang
benda uji. Sudut Puntir adalah suatu poros dengan panjang L dikenai momen
puntir T secara konstan dikeseluruhan panjang poros.
Maksud dari praktikum torsion test ini adalah agar mahasiswa dapat
mengaplikasikan materi tentang uji puntir yang telah ataupun sedang di pelajari
dalam perkuliahan.
Selain itu, maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui sifat-sifat
atau karakteristik suatu bahan. Dengan sifat-sifat dan karakteristik suatu material
tersebut, kontruksi permesinan desain yang diharapkan oleh setiap perancang
setelah diproduksi sesuai dengan perencanaan dan memenuhi standar-standar
yang telah ditetapkan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Puntiran
Patahan karena puntiran dari bahan getas terlihat pada arah kekuatan tarik,
yaitu pada 450 terhadap sumber puntiran, sedangkan bagi bahan yang liat patahan
terjadi pada sudut tegak lurus terhadap sumbu puntiran setelah gaya pada arah
sumbu terjadi dengan deformasi yang besar, dari hal tersebut sangat mudah
menentukan keliatan dan kegetasan.
2. Tegangan
Gaya luar (eksternal) yang diberikan pada suatu benda harus diimbangi
oleh gaya penentang yang ada di dalam bahan. Bahan yang mempunyai gaya
internal tadi dikatakan berada dalam keadaan tegang. Untuk lebih mengerti
hakekat gaya internal ini, marilah kita perhatikan apa yang terjadi bila suatu benda
diberi beban. Mula-mula harus ditegaskan bahwa dalam praktek, semua beban
3
bekerja sedikit demi sedikit. Proses pembebanan ini dapat diselesaikan dalam
selang waktu yang sangat singkat, namun tak akan pernah sesaat.
Bila gaya dikenakan pada suatu benda, maka bentuk benda akan berubah
dan molekul-molekulnya bergeser sedikit dari posisi awalnya. Pergeseran ini
mengakibatkan timbulnya gaya-gaya antar molekul, yang tergabung untuk
menentang gaya yang ditimbulkan oleh beban tadi. Bila beban bertambah,
perubahan bentuk benda makin besar dan gaya-gaya antar molekul juga
bertambah sampai pembebanan mencapai harga akhirnya.
Bila benda berbeban yang disebutkan diatas dibagi menjadi dua oleh suatu
bidang khayal, maka tiap bagian harus berada dalam keadaan setimbang karena
pengaruh gaya luar yang bekerja padanya dan gaya-gaya internal (yaitu gaya antar
molekul) yang bekerja pada bidang khayal ini. Intensitas tegangan (untuk
mudahnya biasanya disebut tegangan) di suatu titik pada bidang, didefinisikan
sebagai gaya internal per satuan luas.
Tegangan dibedakan menjadi dua jenis. Bila gaya internal tegak lurus pada
bidang yang diamati, maka didapat tegangan normal atau langsung, dan sesuai
dengan arah gaya, dapat bersifat tarik (tensile) atau mampat (compressive). Bila
gaya internal sejajar dengan bidang yang diamati, didapat tegangan tangensial
atau geser. Seringkali resultan gaya pada elemen luasan membentuk sudut dengan
bidang luasnya. Dalam keadaan semacam itu, gaya tersebut diuraikan menjadi
komponen normal dan tangensial, serta menghasilkan kombinasi tegangan-
regangan normal geser.
4
3. Regangan
5
Jika sebuah gaya diberikan pada sebuah benda yang elastis, maka bentuk
benda tersebut berubah. Gaya yang diberikan juga memiliki batas-batas tertentu.
Sebuah karet bisa putus jika gaya tarik yang diberikan sangat besar, hingga
melewati batas elastisitasnya. Demikian juga sebuah pegas tidak akan kembali ke
bentuk semula jika ditarik dengan gaya yang sangat besar. Jadi benda-benda
elastis tersebut memiliki batas elastisitas.Sesuai dengan sifat elastis tersebut benda
dibagi menjadi benda elastis dan benda plastis. Karet dan pegas merupakan
beberapa contoh benda elastis.
Jika sifat benda berada diantara kedua sifat di atas, maka benda tersebut
dinamakan elsatis sebagian. Sifat elatis suatu benda dipengaruhi oleh gaya antar
molekulnya. Semakin jauh jarak atom akibat gaya luar, maka semakin besar gaya
molekulnya. Ada beberapa istilah dalam mengenal sifat elastis benda. Mari kita
bahas satu persatu.
1. Stress (Tegangan)
Stress atau tegangan merupakan gaya molekul per satuan luas. Dalam
keadaan seimbang, besarnya gaya molekul (gaya dalam) sama dengan gaya luar
yang diberikan. Secara matematis, dapat ditulis sebagai berikut.
F adalah besar gaya yang diberikan pada benda (Newton) dan A adalah luas
penampang benda (m2). Satuan stress adalah N/m2. Arah stress selalu tegak lurus
terhadap bidang benda (stress normal). Stress normal ini dianggap sebagai
tekanan, sedangkan stress arah longitudinal dinamakan stress tangensial
atau shearing stress, yaitu ketika benda diberi gaya searah bidang.
2. Strain
a. Strain linier
6
Strain linier merupakan perubahan ukuran benda akibat perubahan linier
yang diakibatkan oleh stress normal. Strain linier terjadi ketika benda bertambah
panjang, sehingga persamaannya sebagai berikut.
b. Strain Volume
Strain volume merupakan perubahan volume benda akibat pemberian
stress normal dari berbagai sisi. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.
c. Strain Shear
Strain shear merupakan perubahan ukuran benda akibat stress tangensial.
Dimana perumusannya sebagai berikut.
3. Modulus Elastisitas
Ketika suatu benda diberi gaya lalu mengalami stress, maka benda akan
mengalami perubahan ukuran. Jika perubahan ukuran ini tidak terlalu besar, maka
stress pada benda akan sebanding dengan strain. Besarnya konstanta perbandingan
stress dan strain ini dinamakan modulus elastisitas. Modulus elastisitas yang
berhubungan dengan strain linier disebut sebagai modulus Young dan yang
berhubungan dengan strain volume disebut sebagai modulus bulk, sedangkan
yang berhubungan dengan strain tangensial disebut sebagai modulus shear.
4. Modulus Young
Jika suatu batang ditarik dengan gaya F sampai batang bertambah panjang
sebesar Δldari panjang mula-mula (lo), maka modulus Youngnya dapat ditulis
sebagai berikut.
7
Persamaan di atas disebut persamaan hukum Hooke, dimana besar gaya yang
diberikan sebanding dengan pertambahan panjang benda. Benda yang
mendapatkan stress (gaya dari luar) melebihi batas strainnya, maka benda tersebut
tidak akan kembali ke bentuk semula, batas nilainya disebut batas elastis. Jika
diberi stress di atas batas elastis benda, maka benda akan patah (fracture).
Bahan Plastis, adalah benda yang saat diberikan gaya akan mengalami
perubahan bentuk, dan apabila gaya itu dihilangkan benda tersebut tidak dapat
kembali kebentuk semula. Contoh : Tanah liat, Plastisin, dan Adonan kue.
8
2.4 Puntiran pada Daerah Elastis
9
2.5 Puntiran pada Daerah Plastis
Jika ada kurva momen puntir – sudut puntir, maka tegangan geser dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan diatas. Gambar pada kurva melukiskan
bagaimana cara-cara melakukannya.
10
Gambar 2.4 Poros yang mengalami puntiran
(Sumber: http://engineeringxxx.blogspot.com/2012/05/makalh-pegas.html)
11
Besar momen inseria polar dari luas penampang, yang dinotasikan sebagai
Ip, sehingga :
1
𝐼𝑝 = 𝜋 𝐷4
32
𝑇𝑐
𝜏 =
𝐼𝑝
Dimana :
t = tegangan geser
c = jari-jari lingkaran
τmaks = T/αbc^2
Sudut puntir:
θ = TL/(βbc^3 G)
T : momen lentur
12
L : panjang poros
T = 2Am q
Atau
q =(T )/(2A_m )
Karena untuk tabung tertentu q adalah konstan, maka tegangan geser pada
suatu titik dari suatu tabung dimana tebal dinding t adalah:
τ=q/t = (T )/(2A_m t)
θ = TL/Gτ
13
Biasanya patah getas terjadi pada material berstruktur martensit, atau material
yang memiliki komposisi karbon yang sangat tinggi sehingga sangat kuat namun
rapuh.
Ciri-cirinya:
Patah ulet merupakan patah yang diakibatkan oleh beban statis yang
diberikan pada material, jika beban dihilangkan maka penjalaran retak akan
berhenti. Patah ulet ini ditandai dengan penyerapan energi disertai adanya
deformasi plastis yang cukup besar di sekitar patahan, sehingga permukaan
patahan nampak kasar, berserabut (fibrous), dan berwarna kelabu. Selain itu
komposisi material juga mempengaruhi jenis patahan yang dihasilkan, jadi bukan
karena pengaruh beban saja. Biasanya patah ulet terjadi pada material berstruktur
bainit yang merupakan baja dengan kandungan karbon rendah.
14
Gambar 2.7 Bentuk patah ulet
(Sumber: http://okasatria.blogspot.com/2008/02/)
a. Kekenyalan (elasticity)
15
parameter panjang yang disebabkan oleh deformasi ke nilai asli dari parameter
panjang. Jika stres diukur dalam pascal , kemudian karena regangan adalah
besaran tak berdimensi, maka Satuan untuk λakan pascal juga.
b. Plastisitas (plasticity)
16
Gambar 2.8 Deformasi plastis dan elastis pada kurva tegangan-regangan
(Sumber: https://ardra.biz/sain-teknologi/metalurgi/pembentukan-logam-metal-
forming/pengertian-deformasi-elastis-dan-plastis/)
Perubahan ukuran secara fisik ini disebut deformasi. Deformasi ada dua
macam yaitu deformasi elastis dan deformasi plastis. Yang dimaksud deformasi
elastis adalah deformasi yang terjadi akibat adanya beban yang jika beban
ditiadakan, maka material akan kembali keukuran semula. Sedangkan deformasi
plastis adalah deformasi yang bersifat permanen jika bebannya dilepas.
Sebuah plat yang diberi beban secara terus-menerus, secara bertahap akan
mengalami deformasi. Pada awal pembebanan akan terjadi deformsi elastis
sampai pada kondisi tertentu bahan akan mengalami deformasi plastis. Pada awal
pembebanan bahan di bawah kekuatan luluh bahan akan kembali kebentuk
semula, hal ini dikarenakan sifat elastis bahan. Peningkatan beban melebihi
17
kekuatan luluh (yield point) yang dimiliki plat akan mengakibatkan aliran
deformasi plastis sehingga plat tidak akan kembali ke bentuk semula.
18
menyebabkan terbentuknya retak pada lokasi lipatan dan goresan. Retakan ini
dapat menyebabkan terjadinya kebocoran bahkan ledakan (lam, dkk, 1994). Untuk
itu dari hasil penelitian tersebut merekomendasikan perludilakukannya proses
perlakukan permukaan yang dihubungkan dengan geomteri takik yang terjadi.
Suhartono (2002) menyatakan lelah adalah kerusakan karena beban berulang atau
perubahan struktur, dan progresif yang terjadi pada bahan yang dibebani dengan
tegangan/regangan fluktuatif yang dapat mengakibatkan retak atau petahan setelah
jumlah siklus tertentu.
Faktor penyebab kerusakan atau kegagalan ditinjau dari bahan antara lain
oleh kesalahan spesifikasi bahan/komposisi kimia, cacat pengecoran (porositas,
inklusi, segregasi, retak, sobekan panas), cacat proses pembentukan (laminasi,
seams, stringers, lap cracks) salah manufaktur dan laku panas (casting,
metalworking, heat treatment, machining, joining/welding), pengerjaan akhir
(coating, surface treatmen, mechanical finishing) dan terjadinya penurunan sifat
mekanis (Suhartono, 2002). Kerusakan akibat kelelahan secara makro tidak
19
terlihat namun pertumbuhannya cepat dan sangat berbahaya. Penanggulangan
kerusakan dapat dilakukan dengan menurunkan gaya/tegangan kerja melalui
perbaikan disain (bentuk, geometri, dimensi), meningkatkan ketahanan bahan
melalui pemilihan bahan yang sesuai, perbaikan proses manufaktur, perlakuan
panas dan mengendalikan lingkungan seperti temperatur kerja, kotaminasi, dan
lingkungan korosif Pada pengujian lelah terdapat suatu poros yang berputar,
diberi beban lentur, akan mengalami tegangan tarik dan tekan pada setiap putaran
dari poros tersebut. Kalau poros merupakan suatu bagian dari sebuah motor listrik
yang berputar 800 rpm, poros tersebut mendapat tegangan tarik dan tekan 800 kali
setiap menit. Kalau kondisi ini poros juga menerima beban aksial dari tegangan
akan saling menambah dengan komponen tegangan lentur. Ini menghasilkan suatu
tegangan pada setiap satu serat yang masih berubah-ubah, tetapi berubah antara
harga yang berbeda. Bebanbeban ini dan jenis beban lainnya yang terjadi dalam
anggota-anggota mesin menghasilkan tegangan yang disebut tegangan yang
berulang, bolak-balik atau tegangan berfluktuasi (Shigley,1989). Suatu kegagalan
lelah bermula dengan sebuah retak kecil. Retak permulaan ini begitu kecil
sehingga tidak bisa dilihat oleh mata telanjang dan bahkan agak sulit ditemukan
melalui pemeriksaan sinar X. Retak tersebut akan timbul pada titik ketidak
mulusan pada bahan. Titik yang kurang jelas dimana kegagalan lelah mungkin
timbul adalah pada tanda-tanda pemeriksaan atau cap, retak dalam atau bahkan
ketidakberaturan karena pengerjaan mesin. Sekali waktu retak muncul, penngaruh
pemusatan tegangan menjadi bertambah besar dan retak tersebut akan maju lebih
cepat. Begitu ukuran luas yang menerima tegangan berkurang, tegangan
bertambah besar sampai akhirnya luas yang tersisa tiba-tiba gagal menahan
tegangan tersebut. Karena itu kegagalan lelah ditandai dari perkembangan retak
yang ada dan kepatahan mendadak dengan daerah yang mirip perpatahan bahan
rapuh (Shigley,1989) Pada pengujian lelah dengan pembebanan lentur putar
membuktikan bahwa pada spesimen dengan berbagai bentuk dan dimensi takik,
retak lelah diawali pada lokasi terjadinya efek konsentrasi tegangan. Adapun
besarnya harga faktor konsentrasi tegangan (Kt) bergantung pada geometri takik.
Semakin tajam sudut takik, harga faktor konsentrasi tegangan akan semakin
20
tinggi. Semakin besar harga Kt, kekuatan lelah spesimen akan semakin turun
(Collins, 1980).
1. Jaw Crusher
Mesin HPC seri cone crusher dengan efisiensi tinggi dan tekanan hidrolik
secara luas digunakan di pertambangan, pabrik beton, industri pembuat batu
pasirdan sebagainya. Kekuatan Tekanan perlawanan mesin di bawah 350Mpa.
Mesin secara luas digunakan untuk penghancuran pertama dari berbagai jenis
pertambangan dan batu seperti berbagai jenis bijih, beton, bahan tahan api,
bauksit, kuarsit, korundum, perlite, batu besi, basal dan sebagainya.
21
waktu ke waktu. Dalam hal ini, bijih besi dan batu akan tertekan dan kemudian
hancur.
3. Impact Crusher
Bisa digunakan material dengan panjang 500mm, tidak lebih dari 350Mpa
anti-tekanan kekuatan. Impact crusher dapat digunakan dalam penghancuran
pertama dan kedua. Selama proses pengoperasian, Rotor berkecepatan tinggi akan
terbawa melalui motor listrik. Material akan ditimpa oleh Flat Hammer Monitor
untuk dihancurkan, dan kemudian akan disalurkan untuk penghancuran kedua,
kemudian akan dibuang melalui lubang pembuangan.
22
elastis, plastisitas, regangan, kekuatan, ketangguhan, vi koelastisitas, dan
viskositas.
Contoh umum dari materi keras adalah keramik, beton, logam tertentu, dan
materi superkeras, yang merupakan lawan dari materi lunak.
1. Kadar Karbon
Semakin tinggi kadar karbon, maka logam akan semakin keras namun
rapuh. Kadar karbon sebesar 0,6 – 1% merupakan kadar karbon yang sangat
berpengaruh pada kekerasan logam. Setelah lebih dari 1% maka kadar karbon
tidak berpengaruh pada nilai kekerasannya.
2. Unsur paduan
a. Nikel, fungsi:
23
Meningkatkan kekuatan dan kekerasan baja
b. Chromium, fungsi:
Membentuk karbida
c. Mangan, fungsi:
Meningkatkan kekerasan
3. Perlakuan panas
Material dengan ukuran butir kecil akan memiliki kekerasan yang tinggi
sedangkan butir besar akan memiliki kekerasan yang rendah. Material dengan
butir halus akan memiliki kekerasan tinggi dibandingkan dengan material dengan
butir kasar.
24
Salah satu pengaplikasian uji punter pada system computer adalah TNS-
DW Series Micro Computer Controlled Torsion Testing Machine Mesin uji ini
menggunakan sistem AC servo dikendalikan komputer Jepang dan dimuat melalui
aktif penjepitan kepala digerakkan oleh motor servo AC dan motor pinwheel
redution cycloidal. Torsi dan sudut torsi diukur dengan presisi tinggi torsi dan
encoder transduser fotoelektrik.
25
contohformat data serial yang dikirimkan agar PLX-DAQ mencatat data di
microsoft excelsesuai keinginan. Untuk memakainya pertama-tama harus
menentukan baudrateyang akan digunakan, baudrate ini harus dicocokkan dengan
baudrate pada programPLX-DAQ, sebagai contoh jika pada arduino uno
dikonfigurasi baudrate dengannilai 38400, maka pada software PLX-DAQ juga
harus menggunakan baudrateyangsama.
(Sumber: http://inhwan2.blogspot.com/2014/04/blog-post.html)
Penyelesaian:
Diketahui:
r1 = 30 cm = 0,3 m
26
r2 = 50 cm = 0,5 m
Ditanya: Στ = … ?
Jawab:
F2 sin 60 derajat
sehingga:
2. Tentukan momen gaya yang dialami benda pada gambar di bawah ini!
Penyelesaian :
Pada gambar di atas, momen gayanya searah yaitu sama-sama searah jarum jam
sehingga resultan momen gayanya merupakan jumlah dari semua torsi yang
bekerja.
⇒ Στ = 36 x 10-2 + 20 x 10-2
⇒ Στ = 56 x 10-2 Nm
⇒ Στ = 0,56 Nm.
27
3. Jika diketahui jarak F1 ke P = 4 m dan Jarak F2 ke P = 2 m, maka tentukan torsi
total yang dialami benda pada gambar di bawah ini!
Penyelesaian :
Dari gambar di atas jelas terlihat bahwa gaya yang tegak lurus dengan lengannya
hanya F2y dan F1 sedangkan F2 dan F2x tidak memenuhi syarat. Dengan begitu,
maka momen gaya totalnya adalah :
Στ = τ2y + τ1
⇒ Στ = 20 + 40
⇒ Στ = 60 Nm.
28
mengarah ke atas bekerja pada jarak 5 cm dari titik tumpu, maka hitunglah
momen gayanya.
Penyelesaian :
Ingat bahwa batang memiliki gaya berat yang arahnya ke bawah dan akan
berkontribusi dalam perhitungan momen gaya karena gaya berat tegak lurus
dengan lengannya. Jika digambarkan, gaya-gaya yang bekerja akan seperti di
bawah ini.
Dari gambar di atas terlihat bahwa torsi akibat gaya berat searah dengan jarum
jam sedangkan torsi akibat gaya ke atas berlawan dengan arah jarum jam sehinga
momen gaya total adalah :
⇒ Στ = 8 + 6 − 14
⇒ Στ = 14 − 14
⇒ Στ = 0.
Dengan begitu berarti batang tidak berputar atau berada dalam kesetimbangan.
5. Jika poros perputaran oleh gaya-gaya yang bekerja berada pada titik pusat
persegi, maka hitunglah momen gaya total.
29
Penyelesaian :
Pada gambar di atas, gaya yang sudah memenuhi syarat yaitu tegak lurus dengan
lengan gayanya adalah F2 dan F3. F1 jelas tidak memenuhi syarat dan torsinya
sama dengan nol. Sedangkan F4 harus diproyeksikan terlebih dahulu menjadi F4x
dan F4y sebagai berikut.
Dari gambar jelas terlihat bahwa F4x dan F4y memenuhi syarat yaitu tegak lurus
dengan lengannya. Jika R2 adalah lengan F2, R3 adalah lengan F3, R4x adalah
lengan F4x dan R4y adalah lengan F4y, maka resultan torsinya adalah :
Στ = τ2 + τ3 + τ4x − τ4y
⇒ Στ = 4 + 4 − 8
⇒ Στ = 0.
Penyelesaian:
Besar torsi yang dialami oleh batang dengan gaya membentuk sudut siku-siku di
dapatkan dari persamaan torsi τ = F. r. Sin α ( karena α = 90o)
τ = F. r
τ = 20 N. 10 m
30
τ = 200 Nm
7. Momen gaya yang dialami oleh sistem seperti pada gambar di bawah ini saat
poros ada pada titik O adalah…
Penyelesaian:
Titik O sebagai acuan. Jika putaran yang searah jarum jam bernilai positif, maka
arah torsi juga kita tulis + dan sebaliknya.
τ = – τ1 + τ2
τ = – F1 r1 Sin 30 + F2 r2 Sin 90
τ = – 12. 2. ½ + 8. 5. 1
τ = – 12 + 40
τ = + 28 Nm
tanda + menunjukan arah putaran akibat torsi di titik O searah jarum jam.
31
Sebuah batang homogen memiliki panjang 4 m. Tiap ujung batang dikenakan
gaya F = 30 N. Maka besar momen kopel gaya pada batang adalah…
Penyelesaian :
M = F. d
Keterangan:
M = Momen kopel
F = Gaya kopel
Maka,
M = 30. 4 = 120 Nm
Penyelesain:
Besar torsi yang dialami oleh batang dengan gaya membentuk sudut siku-siku di
dapatkan dari persamaan torsi τ = F. r. Sin α ( karena α = 90o)
τ = F. r
τ = 20 N. 10 m
τ = 200 Nm
10. Momen gaya atau torsi adalah besaran fisika pada gerak melingkar yang
analogi dengan…
32
BAB III
ALAT DAN BAHAN
1.1 Alat
Peralatan yang dipakai pada saat pelaksanaan praktikum adalah sebagai
berikut:
1. Mesin uji torsi
33
6. Penunjuk RPM
7. Chuck
2. Kunci chuck
34
Gambar 3.4 Masker
Keterangan:
1. Masker
5. Tipe-X
35
Gambar 3.7 Kacamata safety
Keterangan:
1. Kacamata safety
3.2 Bahan
Bahan yang dipakai pada saat pelaksanaan praktikum adalah ST-60.
Keterangan:
1. Benda kerja ST-60
36
BAB IV
PROSEDUR PERCOBAAN
37
BAB V
HASIL PERCOBAAN DAN ANALISA
8,1+8,1+8,1+7,9 + 7,85
Drata-rata = = 8,01 𝑚𝑚 ≅ 8 𝑚𝑚
5
0+24,6+25,5+26,3+27
Lrata-rata = = 20,68 𝑚𝑚
5
𝜋
J = 32 × (𝐷𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎)4
3,14
= × 84 = 401,92 𝑚𝑚4
32
= 100,56 kgf/mm2.rad
38
𝜏 37,43 𝑥 103 𝑁𝑚𝑚
𝛾=𝐺= 𝑘𝑔𝑓
98,16 .𝑟𝑎𝑑
𝑚𝑚2
= 95,89 kgf/mm2.rad
= 93,29 kgf/mm2.rad
= 91,25 kgf/mm2.rad
39
Tabel 5.1 Analisa daerah plastis
8,1+8,1+8,1+7,9 + 7,85
Drata-rata = = 8,01 𝑚𝑚 ≅ 8 𝑚𝑚
5
0+24,6+25,5+26,3+27
Lrata-rata = = 20,68 𝑚𝑚
5
𝜋
J= × (𝐷𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎)4
32
3,14
= × 84 = 401,92 𝑚𝑚4
32
= 426,61 kgf/mm2.rad
40
𝑀𝑡 𝑥 𝐿𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 3065,2 𝑥 20,68
G= =
𝐽𝑥𝜃 401,92 𝑥 0,38
= 415,03 kgf/mm2.rad
= 391,64 kgf/mm2.rad
= 374,35 kgf/mm2.rad
41
= 0,93 x 102 rad
Tabel 5.2 Analisa daerah elastis
Grafik Mt vs 𝛾 (terlampir)
Grafik 𝜏 vs 𝛾 (terlampir)
Grafik G vs 𝛾 (terlampir)
42
1. Analisa daerah plastis
Grafik Mt vs 𝛾
4.5
4.25
4
3.75
3.5
3.25
3
2.75
𝛾(rad)
2.5
2.25
2
1.75
1.5
1.25
1
0.75
0.5
0.25
0
3810 3812 3814 3816 3818 3820 3822 3824 3826 3828 3830 3832
Mt(kgf.mm)
Grafik 𝜏 vs 𝛾
4.5
4.25
4
3.75
3.5
3.25
3
2.75
𝛾(rad)
2.5
2.25
2
1.75
1.5
1.25
1
0.75
0.5
0.25
0
37 37.0537.137.1537.237.2537.337.3537.437.4537.537.5537.637.6537.737.75
𝜏(Nmm)
43
Grafik G vs 𝛾
4.5
4.25
4
3.75
3.5
3.25
3
2.75
𝛾(rad)
2.5
2.25
2
1.75
1.5
1.25
1
0.75
0.5
0.25
0
90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102
G(kgf/mm2.rad)
Grafik Mt vs 𝛾
1
0.9
0.8
0.7
0.6
𝛾(rad)
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
2850 2900 2950 3000 3050 3100 3150 3200 3250 3300 3350
Mt(kgf.mm)
44
Grafik 𝜏 vs 𝛾
1
0.9
0.8
0.7
0.6
𝛾(rad)
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
28 28.5 29 29.5 30 30.5 31 31.5 32 32.5 33
𝜏(Nmm)
Grafik G vs 𝛾
1
0.9
0.8
0.7
0.6
𝛾(rad)
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
300 310 320 330 340 350 360 370 380 390 400 410 420 430
G(kgf/mm2.rad)
45
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Specimen standar untuk uji puntir adalah ASTM E 143
2. Specimen mengalami perubahan dimensi setelah dilakukan uji puntir
yangdiakibatkan oleh pemasangan specimen yang kurang tepat dan alat uji
yang belumdikalibrasi.
3. Nilai kekerasan specimen meningkat setelah dilakukan uji puntir.
6.2 Saran
Adapun saran yang didapat setelah mengikuti praktikum ini adalah
seharusnya praktikan lebih banyak mempelajari tentang Analisa data agar
perhitungan yang dilakukan benar.
46
DAFTAR PUSTAKA
http://www.academia.edu/15400218/Bahan_uji_puntir_perlakuan_panas
47