Anda di halaman 1dari 6

9.

Tegangan Puntir
Tegangan puntir merupakan tegangan yang diakibatkan oleh gaya putar. Tegangan
puntir sering terjadi pada poros roda gigi dan batang torsi pada mobil, juga saat
melakukan pengeboran. Jadi, merupakan tegangan tangensial.

Gb. tegangan punter

Benda yang mengalami beban puntir akan menimbulkan tegangan puntir sebesar :

𝑀𝜏
𝜏=
𝑀𝑝

Dimana :

Mt = momen puntir (torsi)


Wp = momen tahanan polar (pada puntir)

- Tegangan punte

𝐺. 𝜃. 𝑟 𝑇. 𝑟
𝜏= =
𝑙 𝐼
Dimana :

G = Modulus rigiditas
𝜃 = Sudut Puntir
r = Jari-jari
l = Panjang
I = Momen Inersia

Puntiran Poros Berpenampang Lingkaran.


Akibat puntiran murni pada poros berpenampang lingkaran adalah timbulnya
tegangan geser murni dalam bahan. Bila poros dibagi menjadi dua bagian oleh bidang
transversal khayal, akan terlihat bahwa permukaan-permukaan pada kedua pihak dari
bidang ini cenderung berputar, relatif yang dianggap terdiri dari lapisan-lapisan tipis
transversal yang jumlahnya tak terhingga, masing-masing relative berputar sedikit
terhadap lapisan berikutnya bila torsi diberikan, akibatnya poros akan terpuntir.
Pergerakan angular salah satu ujung relative terhadap yang lain disebut sudut puntiran.
Tegangan puntir disebabkan oleh momen puntir yang bekerja pada penampang
batang. Dalam menganalisa tegangan puntir, momen torsi yang biasanya dinyatakan
dalam vektor rotasi diubah menjadi vektor translasi dengan menggunakan aturan
tangan kanan. Lipatan jari tangan menunjukkan arah vektor rotasi dan jari jempol
menunjukkan vektor translasi. Seperti halnya gaya aksial, tegangan puntir muncul
(momen puntir ada) bila batang tersebut dipotong. Metode irisan tetap digunakan untuk
mendapatkan momen puntir dalam, sehingga tegangan puntir dapat dicari.
Puntiran pada kawat baja
Tali/kawat baja sering dipakai pada mesin-mesin pengangkat sebagai salah satu
perangkat mesin pemindah bahan. Dibandingkan dengan rantai, tali baja mempunyai
keunggulan sebagai berikut :
a. Lebih ringan
b. Lebih tahan terhadap sentkan
c. Operasi yang tenang walaupun pada kecepatan operasi yang tinggi
d. b = 130 sampai 200 kg/mm2. dimana dalam proses pembuatannya kawat baja diberi
perlakuan panas tertentu dan digabung dengan penarikan dingin, sehingga
menghasilkan sifat mekanis kawat baja yang tinggi.𝜎. Keandalan operasi yang lebih
tinggiTali baja terbuat dari kawat baja dengan kekuatan Salah satu hal yang dapat
menyebabkan puntiran pada kawat baja yaitu proses pembuatan yang dilakukan dengan
pemintalan (penganyaman) yang akan menyebabkan timbulnya gaya internal pada
kawat baja. Hal lain yang dapat menyebabkan puntiran adalah kawat diberi
pembebanan maka pintalan tadi cenderung akan mengecil sehingga juga akan
menyebabkan puntiran pada kawat.Pada saat tali ditekuk maka akan timbul gaya-gaya
yang rumit pada kawat yang terdiri dari tarikan, tekanan dan puntiran, oleh karena itu
sangatlah sulit untuk mendeteksi gaya-gaya yang terjadi.

10. Bending dan Penurunan Rumus


Kekakuan pada material merupakan ketahanan suatu material terhadap
deformasi ketika diberi beban. Material yang lentur dapat diartikan sebagai material
yang dapat mengalami regangan dengan baik bila diberi tegangan atau beban tertentu.
Modulus elastisitas (E) adalah harga kekakuan suatu material pada daerah elastis dan
perbandingan tegangan dengan regangan pada daerah elastis. Tegangan atau beban
yang diberikan pada spesimen uji (ST 37) haruslah dibawah harga beban maksimum
agar spesimen tidak mengalami deformasi plastis.
Pengujian lentur (bending) pada umumnya dilakukan dengan dua metode berikut :
a. three point bending
Pada three point bending, spesimen atau benda dikenai beban pada satu titik
yaitu tepat pada bagian tengah batang (½ L). Pada metode ini material harus tepat
berada di ½ L, agar mendapatkan momen maksimum karena saat mecari dibutuhkan
momen maksimum tersebut.
b. four point bending
Pada four point bending, benda kerja dikenai beban pada dua titik, yaitu pada
⅓L dan ⅔L. Pembebanan menggunakan four point benidng lebih baik dari pada
menggunakan Three poin bening ini dikarenakan adanya rentang pada spesimen yang
menyebabkan tegangan geser = 0. Ilustrasi pengujian dapat dilihat di gambar berikut :
Pengukuran tegangan yang terjadi pada spesimen uji dapat dilakukan melalui
perhitungan berikut :

𝑀×𝑐
𝜎=
𝐼
dengan
 = Tegangan Normal
M = Momen lentur di penampang melintang yang ditinjau
c = Jarak dari sumbu netral ke elemen yang ditinjau
I = Momen inersia penampang
Untuk spesimen yang mempunyai penampang segi empat, maka tegangan normal
maksimumnya adalah :

𝑃𝐿 ℎ
( 4 )(2)
𝜎=
𝑏ℎ3
( 12 )
Persamaan ini didapatkan sesuai dengan perhitungan momen maksimum pada
spesimen berpenampang persegi. Dengan metode pemotongan (spesimen) akan
didapatkan distribusi momen dan tegangan geser disetiap titik spesimen uji. Spesimen
memiliki momen maksimum pada tengah batang ( L/2 ) dan menerima beban sebesar
( P/2). c merupakan jarak dari sumbu netral ke elemen yang akan ditinjau. Nilai c
adalah jarak dari sumbu netral (titik pusat spesimen) ke permukaan spesimen. Inersia
dilampirkan.
Sedangkan defleksi yang terjadi, dapat dihitung dengan persamaan :

𝑃𝐿3
𝛿=
48𝐸𝐼

Dengan
δ = defleksi
P = beban yang bekerja
L = panjang specimen
E = modulus elastisitas bahan specimen
I = modulus inersia penampang

11. Sudut Puntir


Selama pemuntiran, terjadi perputaran terhadap sumbu longitudinal dari salah
satu ujung batang terhadap ujung lainnya sehingga membentuk sudut yang disebut
sudut puntir (angle of twist).
Gambar 8.2. Sudut Puntir pada Batang

𝑇𝐿
∅=
𝐺𝐽

Dimana:
 = sudutpuntir (rad)
T = torsi (Nm)
L = panjangbatang (m)
G = modulus elastisitasgeser (N/m2 )
J = momeninersiakutub (m4 )

Anda mungkin juga menyukai