Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era yang semakin maju ini kebutuhan konstruksi semakin meningkat.
Terutama pada konstruksi dalam penggunaan logam sebagai bahan utamanya.
Namun semua itu harus diimbangi dengan kelayakan desain. Sebelum desain tersebut
dibuat nyata, material harus diuji terlebih dahulu. Hal ini agar konstruksi
dinyatakan aman untuk operasional manusia. Kepekaan terhadap patah getas
adalah masalah besar pada kontruksi baja. Bila patah getas ini terjadi pada baja
dengan daya tahan rendah, patahan tersebut dapat merambat dengan kecepatan
sampai 2000 mm /detik, yang dapat menyebabkan kerusakan dalam waktu yang
sangat singkat.
Untuk menilai ketahanan material terhadap patah getas perlu adanya
pengujian yang juga mempertimbangkan faktor-faktor dinamis yang dapat
mempengaruhi patah getas antara lain kecepatan regang, takik, tebal pelat, tegangan
sisa dan lain-lain. Ketangguhan (impak) merupakan ketahanan bahan terhadap beban
kejut. Inilah yang membedakan pengujian impak dengan pengujian tarik dan
kekerasan dimana pembebanan dilakukan secara perlahan-lahan. Pengujian impak
merupakan suatu upaya untuk mensimulasikan kondisi operasi material yang sering
ditemui dalam perlengkapan transportasi atau konstruksi dimana beban tidak
selamanya terjadi secara perlahan-lahan melainkan datang secara tiba-tiba.
Untuk menampung hal-hal dinamika ini perlu pengujian dalam skala
besar, baik jumlah maupun dimensinya. Tetapi dipandang dari sudut ekonomi hal
ini tidak mungkin dilakukan. Karena itu, dibuat pengujian dalam skala kecil yang
distandarkan yang disebut pengujian takik. Pengujian yang dilakukan dalam skala
kecil pada umumnya adalah uji impact Charpy. Hasil dari pengujian impak sendiri
nantinya akan dapat diketahui tingkat kegetasan dan harga impak material.

B. Tujuan

1. Menjelaskan tujuan dan prinsip dasar pengukuran harga impak dari logam.
2. Mengetahui temperatur transisi perilaku ketegasan benda uji.
3. Menganalisa permukaan patahan (fractografi) sampel impak yang diuji pada beberapa
temperatur.
4. Membandingkan nilai impak beberapa jenis logam
5. Menjelaskan perbedaan metode Charpy dan Izod
C. Manfaat
Setelah melakukan praktikum mahasiswa dapat mengetahui pengaruh suhu terhadap
beban kejut yang diberikan pada suatu benda, sehingga mahasiswa dapat mengetahui
kekuatan suatu bahan pada suhu tertentu, dan diharapkan dengan pengetahuan ini
mahasiswa dapat merancang suatu elemen yang digunakan pada suhu tertentu.
BAB II

TEORI DASAR

2.1 Uji Impak


Menurut Dieter, George E (1988) uji impak digunakan dalam menentukan
kecenderungan material untuk rapuh atau ulet berdasarkan sifat ketangguhannya. Uji ini akan
mendeteksi perbedaan yang tidak diperoleh dari pengujian tegangan regangan. Hasil uji
impak juga tidak dapat membaca secara langsung kondisi perpatahan batang uji, sebab
tidak dapat mengukur komponen gaya-gaya tegangan tiga dimensi yang terjadi pada batang
uji. Hasil yang diperoleh dari pengujian impak ini, juga tidak ada persetujuan secara umum
mengenai interpretasi atau pemanfaatannya.
Sejumlah uji impak batang uji bertakik dengan berbagai desain telah dilakukan dalam
menentukan perpatahan rapuh pada logam. Metode yang telah menjadi standar untuk uji
impak ini ada 2, yaitu uji impak metode Charpy dan metode Izod. Metode charpy banyak
digunakan di Amerika Serikat, sedangkan metode izod lebih sering digunakan di sebagian
besar dataran Eropa. Batang uji metode charpy memiliki spesifikasi, luas penampang 10 mm x
10 mm, takik berbentuk V. Proses pembebanan uji impak pada metode charpy dan metode
°
izod dengan sudut 45 , kedalaman takik 2 mm dengan radius pusat 0.25 mm.
Batang uji charpy kemudian diletakkan horizontal pada batang penumpu dan diberi
beban secara tiba-tiba di belakang sisi takik oleh pendulum berat berayun (kecepatan
pembebanan ±5 m/s). Batang uji diberi energi untuk melengkung sampai kemudian patah
3 -1
pada laju regangan yang tinggi hingga orde 10 s . Batang uji izod, lebih banyak dipergunakan
saat ini, memiliki luas penampang berbeda dan takik berbentuk v yang lebih dekat pada ujung
batang. Dua metode ini juga memiliki perbedaan pada proses pembebanan. (Dieter, George
E., 1988)

Gambar 2.1 Pembebanan Metode Charpy dan Metode Izod

Pengujian Impak Metode Charpy


Pengujian impak Charpy (juga dikenal sebagai tes Charpy v-notch) merupakan standar
pengujian laju regangan tinggi yang menentukan jumlah energi yang diserap oleh bahan
selama terjadi patahan. Energi yang diserap adalah ukuran ketangguhan bahan tertentu dan
bertindak sebagai alat untuk belajar bergantung pada suhu transisi ulet getas. Metode ini
banyak digunakan pada industri dengan keselamatan yang kritis, karena mudah untuk
dipersiapkan dan dilakukan. Kemudian hasil pengujian dapat diperoleh dengan cepat dan
murah.
Tes ini dikembangkan pada 1905 oleh ilmuwan Perancis Georges Charpy. Pengujian
ini penting dilakukan dalam memahami masalah patahan kapal selama Perang Dunia II.
Metode pengujian material ini sekarang digunakan di banyak industri untuk menguji material
yang digunakan dalam pembangunan kapal, jembatan, dan untuk menentukan bagaimana
keadaan alam (badai, gempa bumi, d.l.l.) akan mempengaruhi bahan yang digunakan dalam
berbagai macam aplikasi industri. Tujuan uji impact charpy adalah untuk mengetahui
kegetasan atau keuletan suatu bahan (spesimen) yang akan diuji dengan cara pembebanan
secara tiba-tiba terhadap benda yang akan diuji secara statik.
Dimana benda uji dibuat takikan terlebih dahulu sesuai dengan standar ASTM E23
05 dan hasil pengujian pada benda uji tersebut akan terjadi perubahan bentuk seperti
bengkokan atau patahan sesuai dengan keuletan atau kegetasan terhadap benda uji tersebut.
Percobaan uji impact charpy dilakukan dengan cara pembebanan secara tiba-tiba terhadap
benda uji yang akan diuji secara statik, dimana pada benda uji dibuat terlebih dahulu sesuai
dengan ukuran standar ASTM E23 05. Adapun perlengkapan yang digunakan dalam
pengujian impact yaitu alat uji impact tipe charpy dan benda uji.

Mesin Uji Impak


Mesin uji bentur (impact) yang digunakan untuk mengetahui harga impak suatu bahan
yang diakibatkan oleh gaya kejut pada bahan uji tesebut. Tipe dan bentuk konstruksi
mesin uji bentur beranekaragam mulai dari jenis konvensional sampai dengan sistem
digital yang lebih maju. Dalam pembebanan statis dapat juga terjadi laju deformasi yang
tinggi kalau bahan diberi takikan, maka tajam takikan makin besar deformasi yang
terkonsentrasikan pada takikan, yang memungkinkan meningkatkan laju regangan beberapa
kali lipat. Patah getas menjadi permasalahan penting pada baja dan besi.
Pengujian impact charpy banyak dipergunakan untuk menentukan kualitas bahan.
Benda uji takikan berbentuk V yang mempunyai keadaan takikan 2 mm banyak dipakai.
Permukaan benda uji pada impact charpy dikerjakan halus pada semua permukaan.
Takikan dibuat dengan mesin freis atau alat notch khusus takik. Semua dikerjakan menurut
standar yang ditetapkan. Pada pengujian adalah suatu bahan uji yang ditakikan, dipukul oleh
pendulum (godam) yang mengayun. Dengan pengujian ini dapat diketahui sifat kegetasan
suatu bahan.
Cara ini dapat dilakukan dengan cara charpy. Pada pengujian kegetasan bahan
dengan cara impact charpy, pendulum diarahkan pada bagian belakang takik dari batang uji.
Sedangkan pada pengujian impact cara izod adalah pukulan pukulan pendulum diarahkan pada
jarak 22 mm dari penjepit dan takikannya menghadap pendulum

Energi Potensial
Energi potensial adalah energi yang dimiliki suatu benda akibat adanya pengaruh
tempat atau kedudukan dari benda tersebut. Energi potensial disebut juga dengan energi diam
karena benda itu mengalami perubahan energi potensial menjadi energi gerak. Contoh yang
paling umum dari energi potensial adalah energi potensial gravitasi. Energi potensial gravitasi
dimiliki benda karena posisi relatifnya terhadap bumi. Setiap benda yang memiliki energi
potensial gravitasi dapat melakukan kerja apabila benda tersebut bergerak menuju permukaan
bumi.
Jika FA adalah gaya angkat dan S adalah perpindahan benda, maka dapat ditarik
persamaan sebagai berikut : benda yang dalam keaadaan diam dapat memiliki energi. ( Sears,
Zemansky, 1997).

Jika benda tersebut bergerak, maka

Gambar 2.2 Gaya Angkat (FA ) dan Perpindahan Benda ( h )

F A di atas adalah gaya angkat untuk mengangkat benda sampai pada ketinggian h 2 ,
kemudian mg adalah berat benda itu sendiri. ( Sears, Zemansky,1997). Dari sini dapat ditarik
persamaan baru yaitu:

Besarnya h 1 adalah 0 (nol), karena h 1 merupakan titik acuan yang umumnya


merupakan acuan dari permukaan tanah yang arahnya vertikal terhadap tanah.

Energi Kinetis
Energi kinetis atau energi gerak (juga disebut energi kinetik) adalah energi yang
dimiliki oleh sebuah benda karena gerakannya. Energi kinetis sebuah benda didefinisikan
sebagai usaha yang dibutuhkan untuk menggerakkan sebuah benda dengan massa tertentu dari
keadaan diam hingga mencapai kecepatan tertentu. Energi kinetik berkaitan dengan gerak
benda pada vektor horizontal.
Setiap benda yang bergerak translasi memiliki energi kinetik. Agar benda dipercepat
beraturan sampai bergerak dengan laju v maka pada benda tersebut harus diberikan gaya total
yang konstan dan searah dengan arah gerak benda sejauh s . ( Sears, Zemansky,1997).
Untuk itu dilakukan usaha pada benda tersebut sebesar :
vt
Gambar 2.3 Energi Kinetis

Kemudian besar gaya dinyatakan :

Karena benda memiliki laju awal v o , laju akhir v t dan bergerak sejauh s, maka untuk
menghitung nilai percepatan ( Sears, Zemansky, 1997):
Kemudian persamaan disubtitusikan untuk menentukan besarnya usaha yang
dibutuhkan, ( Sears, Zemansky, 1997) :

Dalam mekanika klasik, energi kinetik dari sebuah titik objek (objek yang sangat kecil
sehingga massanya dapat diasumsikan di sebuah titik), atau juga benda diam , ( Sears,
Zemansky, 1997 ).

Maka digunakan persamaan:

Energi Mekanis
Bunyi dari hukum kekekalan energi yaitu Energi tidak dapat diciptakan dan juga tidak
dapat dimusnahkan. Jadi perubahan bentuk suatu energi dari bentuk yang satu ke bentuk yang
lain tidak merubah jumlah atau besar energi secara keseluruhan. (Sears, Zemansky, 1997).
Rumus atau persamaan mekanik berhubungan dengan hukum kekekalan energi :

Mengikuti persamaan di atas, besarnya energi mekanik adalah konstan, karena massa
bandul tidak berubah. Pada posisi tertinggi atau dengan kata lain saat sudut bandul terbesar,
energi potensial mempunyai nilai terbesar. Namun energi kinetiknya sama dengan nol. Hal ini
dianggap saat bandul mempunyai ketinggian maksimum, bandul mempunyai kecepatan sama
dengan nol. Saat bandul tidak mempunyai ketinggian sama sekali, disitu energi kinetik bandul
terbesar.

Hmax :

E M = E Pmax + 0

Hmin :

Gambar 2.4 Energi Mekanis


Pada dasarnya alat uji impak pasti memiliki bandul. Bandul difungsikan sebagai penumbuk
pada material. Secara umum alat uji impak dibagi menjadi dua garis besar : bandul dengan
lintasan lurus (high speed) dan bandul dengan lintasan melengkung (to high energi). Untuk
alat uji Charpy sendiri secara teoritis kerugian gesek pada bantalan poros maupun kerugian
gesek udara diabaikan. Sehingga energi tidak banyak yang terbuang. Alat uji impak metode
Charpy mempunyai komponen massa bandul, panjang lengan, dan sudut. Tiga komponen
inilah yang akan menentukan besar energi yang terkandung pada uji impak.

Spesimen
Ukuran spesimen standar biasa digunakan pada pengujian metode Charpy. Dimensinya
mempunyai luas penampang bujur sangkar 10 mm x 10 mm dan panjang spesimen 55 mm.
Tepat pada tengah spesimen ditakik V-45°. Takik V mempunyai kedalam 2 mm dan jari-jari
dasar 0,25 mm. Benda uji diletakkan mendatar dan bagian yang tak bertakik diberi
pembebanan impak dengan ayunan bandul (kecepatan impak sekitar 3 m/s – 6 m/s).
Kemudian benda uji ASTM E 23 akan melengkung kearah takik dan patah pada laju regangan
3 -1
tinggi, kira-kira 10 detik . (Standard test methods for notched bar impact testing of metallic
materials 1, ASTM E 23)

Gambar 2.5 Arah Beban Impak Charpy


Kendala plastik pada takik menghasilkan keadaan regangan tiga sumbu. Konsentrasi
tegangan plastik maksimum diberikan oleh persamaan:

Dimana ω sudut antara sisi takik. Nilai relatif ketiga tegangan utama sangat tergantung pada
dimensi batang dan ukuran takik. Benda uji standar cukup tebal untuk menjamin pembebanan
regangan bidang yang tinggi dan terbentuknya regangan tiga sumbu pada hampir di seluruh
penampang lintang takik. Dengan dimensi benda uji takik V Charpy standar, memberikan
kondisi yang baik bagi pengujian patah getas.

Gambar 2.6 Variasi Dimensi Spesimen


Mekanisme alat Uji Impak

Prinsip Dasar Alat Uji Impak

β α

Gambar 2.7 Ilustrasi Skematis Pengujian Impak

Bila pendulum pada kedudukan h 1 dilepaskan, maka akan mengayun sampai kedudukan
fungsi akhir pada ketinggian h 2 yang juga hampir sama dengan tinggi semula h 1 dimana
pendulum mengayun bebas.

Usaha yang dilakukan pendulum waktu memukul benda uji atau energi yang diserap benda uji
sampai patah didapat rumus yaitu :
Energi yang Diserap (Joule) = Ep – Em
= m. g. h 1 – m. g. h 2
= m . g (h 1 – h 2 )
= m . g (λ (1- cos α) - λ (cos β – cos α)
= m. g . λ (cos β – cos α)
Energi yang diserap = m . g. λ (cos β – cos α) …………….. (13)

Keterangan : Ep = Energi Potensial


Em = Energi Mekanik
m = Berat Pendulum (Kg)
2
g = Gravitasi 9,81 m/s
h1 = Jarak awal antara pendulum dengan benda uji (m)
h2 = Jarak akhir antara pendulum dengan benda uji (m)
λ = Jarak lengan pengayun (m)
cos α = Sudut posisi awal pendulum
cos β = Sudut posisi akhir pendulum
dari persamaan rumus diatas didapatkan besarnya harga impak yaitu :
K = Energi Yang Diserap . (J)
A
2
dimana , K = Nilai Impak (Kgm/mm )
J = Energi Yang Diserap ( Joule )
2
A = Luas penampang dibawah takikan (mm )
B
a
t
a
n
g

U
j
i

C
h
a
r
p
y

Sampel uji memiliki dimensi ukuran yaitu 10x10x55 mm (tinggi x lebar x


panjang). Dengan posisi takik (notch) berada di tengah, kedalaman takik 2 mm dari
permukaan benda uji, dan sudut takik 45 derajat. Bentuk takik berupa huruf U, V , key
hole (seperti lubang kecil). Benda diletakkan pada tumpuan dengan posisi horizontal
dan tidak dijepit. Hal ini meneybabbkan pengujian berlangsung lebih cepat, sehingga
memudahkan untuk melakukan pengujian pada temperatur transisinya. Sedangkan
ayunan bandul dari arah belakang takik dengan pembebanan dilakukan dari arah
punggung takik.

Standarisasi batang impak charpy

DVM-U
Batang uji izod
Sampel uji memiliki dimensi ukuran yaitu 10x10x75 (tinggi x lebar x panjang).
Dengan posisi takik berada pada jarak 28 mm dari ujung benda uji, kedalaman takik 2
mm dari permukaan benda uji, dengan sudut takik 45 derajat. Bentuk takik berupa
huruf U, V , key hole (seperti lubang kecil). Benda diletakkan dengan tumpuan
posiisvertikal dan dijepit menyebabkan pengujian berlangsung lama, sehingga tidak
cocok digunakan pada pengujian dengan temperatur yang bervariasi. Sedangkan
ayunan bandul dari arah depan takik dengan pembebanan dilakukan dari arah muka
takik.

28

Pengukuran lain yang bisa dilakukan dalam pengujian impak adalah


penelaahan permukaan untuk menentukan jenis perpatahan (fractografi) yang
terjadi. Secara umum sebagaimana analisis perpatahan pada benda hasil uji tarik
maka perpatahan impak digolongkan menjadi 3 jenis perpatahan, yaitu :
a) Perpatahan berserat (fibrous fracture), yang melibatkan mekanisme
pergeseran bidang-bidang kristal didalam bahan (logam) yang ulet (ductile).
Ditandai dengan permukaan patahan yang berserat yang berbentuk dimple
yang menyerap cahaya dan berpenampilan buram.
b) Perpatahan granular/kristalin, yang dihasilkan oleh mekanisme pembelahan
(cleavange) pada butir-butir dari bahan (logam) yang rapuh (brittle). Ditandai
dengan permukaan patahan yang datar yang mampu memberikan daya pantul
cahaya yang tinggi (mengkilat).
c) Perpatahan campuran (berserat dan granular), merupakan kombinasi dua
jenis perpatahan diatas.
Gambar dibawah ini memperlihatkan ilustrasi perpatahan benda uji :
Permukaan patahan benda uji
Selain dengan harga impak yang ditunjukkkan oleh alat uji, pengukuran
ketangguhan suatu bahan dapat dilakukan dengan memperkirakan berapa
persen patahan berserat dan patahan granular yang dihasilkan oleh benda uji
yang diuji pada temperatur tertentu. Semakin banyak persentase patahan
berserat maka semakin tangguh bahan tersebut. Cara ini dapat dilakukan
dengan mengamati permukaan patahan benda uji dibawah mikroskop
stereoscan.
Informasi lain yang dapat dihasilkan oleh pengujian impak adalah
temperatur transisi bahan. Temperatur transisi adalah temperatur yang
menunjukkan transisi perubahan jenis perpatahan suatu bahan bila diuji pada
temperatur yang berbeda-beda. Pada pengujian seperti ini akan terlihat bahwa
pada temperatur tinggi material akan bersifat ulet (ductile) sedangkan pada
temperatur rendah material akan bersifat rapuh.
Fenomena ini berkaitan dengan vibrasi atom-atom bahan pada
temperatur yang berbeda dimana pada temperatur kamar vibrasi itu berada
dalam kondisi kesetimbangan dan selanjutnya akan menjadi tinggi bila
temperatur dinaikkan. Vibrasi atom inilah yang berperan sebagai suatu
penghalang (obstacle) terhadap pergerakan dislokasi pada saat terjadi
deformasi kejut/impak dari luar. Dengan semakin tinggi vibrasi itu maka
pergerakan dislokasi menjadi relatif sulit sehingga dibutuhkan energi yang
lebih besar untuk mematahkan benda uji. Sebaliknya pada temperatur dibawah
nol derajat Celcius, vibrasi atom relatif sedikit sehinggga pada saat bahan
dideformasi pergerakan dislokasi menjadi lebih mudah dipatahkan dengan
energi yang relatif lebih rendah.
Informasi mengenai temperatur transisi menjadi demikian penting bila
suatu material akan didesain untuk aplikasi yang melibatkan rentang
temperatur yang besar, dari temperatur dibawah nol derajat Celcius hingga
diatas 100 derajat Celcius misalnya.
Hampir semua logam berkekuatan rendah dengan struktur kristal FCC
seperti tembaga dan alumunium besifat ulet pada semua temperatur sementara
bahan dengan kekuatan luluh ynag tinggi bersifat rapuh. Bahan keramik,
polimer dan logam BCC dengan kekuatan luluh rendah dan sedang memiliki
transisi rapuh-ulet bila temperatur dinaikkan. Hampir semua baja karbon yang
dipakai pada jembatan, kapal, jaringan pipa dan sebagainya bersifat rapuh pada
temperatur rendah.
Macam –macam patahan

1. Patahan getas :Patahan yang tejadi pada bahan yang getas.


misal : besi tuang
2. Patahan liat : Patahan yang terjadi pada bahan yang lunak.
misal : baja lunak, tembaga dsb
3. Patahan campuran :Patahan yang terjadi pada bahan yang cukup kuat, namun ulet.
misal : pada baja temper

cirri-ciri patahan
1.patahan getas

• permukaan rata dan mengkilap

• potongan dapat dipasangkan kembali

• keretakan tidak dibarengi deformasi

• nilai pukulan takik rendah

2. patahan liat
 permukaan tidak rata, buram dan berserat
 pasangan potongan tidak bisa untuk dipasangkan lagi
 terdapat deformasi pada keretakan
 nilai pukulan takik tinggi

3. patahan campuran
 gabungan patahan getas dan patahan liat
 permukaan agak kusam dan sedikit berserat
 potongan masih dapat dipasangkan
 ada deformasi pada retakan
 paling banyak terjadi

BAB III

ALAT DAN BAHAN

A. Alat
o Impact Testing Machine ( mesin uji impak )
o Jangka sorong
o Stereoscan macroscope ( alat untuk melihat patahan )
o Termometer
o Furnace (dapur pemanas
o Sampel uji
o Dry ice ( batu es )

B. Langkah kerja pengujian

1. Mempersiapkan, mengukur dan membuat takikan benda uji, sesuai standar


Standar benda uji charpy dan izod
2. Mempersiapkan sampel uji untuk temperatur rendah dan temperatur tinggi,
masukkan benda uji ke dalam wadah berisi campuran dry ice + alkohol 70%
untuk temperature rendah dan masukan benda uji kedalam furnace untuk
temperature tinggi.
3. Melakukan pengujian, dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut

Badan
alat
rem Uji
impak

tuas Rem
pendulum

busur derajat dan


jarum penunjuk

Tombol
test/stop
Lengan pengayun Pengerak
hidrolik

Tempat benda uji


4. Meletakkan benda uji pada tempatnya sesuai dengan metode pengujian

5. Menekan tombol down hingga kepala mesin mengikat lengan pendulum

6. Menekan tombol up untuk mengangkat lengan pendulum sampai titik tertinggi


7. Putar jarum penunjuk keposisi nol (0).
8. lakukan pengujian dengan menekan tombol test
9. setelah benda uji patah lakukan pengeraman dengan menekan tuas rem
10. catat energy yang diserap yang dilihat pada busur derajat.
11. Mengulangi pengujian sampel-sampel lain. tingkat kehati-hatian lebih tinggi
diperlukan dalam menangani sampel bertemperatur tinggi
12. Mengambil benda uji dan mengamati permukaan patahannya di bawah stereoscan
macroscope dan buat sketsa patahannya, nyatakan dalam persentas terhadap luas
area total di bawah takik

13. Mencari nilai impak dengan menggunakan rumus


energy yang diserap(J )
Harga impak =
luas penampang(mm)

Penerapab uji impak dalam kehidupan sehari-hari

Baling-baling dua sudu banyak digunakan sebagai penggerak alat transportasi air.
Material yang digunakan adalah paduan aluminium-silikon ADC-12. Salah satu masalah yang
terjadi adalah kekuatan beban kejut. Beban kejut yang secara tiba-tiba dapat merusak
propeller dengan cepat. Untuk meningkatkan kekuatan mekanik dari propeller digunakan
pengujian impact sebagai pengujian propeller tersebut.  Dalam penelitian, spesimen  diuji
impact dengan perbedaan variabel temperatur tuang yaitu 700 oC, 750oC, dan 800oC.
Pengujian impact yang dilakukan menunjukkan bahwa pada temperatur tuang 700 oC
didapatkan kekuatan terbaik yaitu 0.122 kg.fm/mm 2. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa
temperatur tuang semakin tinggi maka porositas yang terbentuk semakin banyak sehingga
menurunkan kekuatan impact dari propeller.

Dahulu, untuk membuat rangka suatu jembatan, orang-orang hanya menggunakan


material yang telah tersedia. Umumnya mereka menggunakan material yang kuat dan getas
sehingga mereka berpikiran bahwa material yang paling baik digunakan untuk pembuatan
rangka jembatan (yang mampu menahan beban kejut dengan baik) adalah material yang kuat
dan getas. Akan tetapi masih sering terjadi hal-hal yang buruk seperti jembatan yang roboh
atau jembatan yang secara tiba-tiba bisa patah. Oleh karena itu untuk mengurangi dan
menghindari kemungkinan-kemungkinan terburuk maka sebelum menentukan material yang
akan digunakan perlu diadakan suatu pengujian awal untuk mengetahui ketangguhan material
yang akan digunakan dalam menahan beban kejut sehingga diadakan pengujian impact test.

Pada rantai sepeda motor yang mengalami keretakan akan membentuk takikan, pada
takikan ini akan terjadi konsentrasi tegangan. Apabila terjadi beban kejut misalnya pada saat
kita meng gas sepeda motor dengan tinggi dari keadaan berhenti rantai bisa putus karena tidak
mampu menahan beban kejut yang besar yang terjadi pada takikan yang mengalami
konsentrasi tegangan.

Felek mobil yang retak juga akan menbentuk takikan, yang mana takikan akan
menyebabkan terjadi konsentrasi tegangan bila mendapatkan beban. Apabila truk malalui
jalan yang berlobang atau melewati tanggul akan terjadi beban kejut / impak yang besar
sehingga felek bisa pecah pada daerah retakan tadi.

Pada peristiwa tenggelamnya kapal titanic, pada saat itu kapal berlayar di samudra
pasifik yang bersuhu rendah mendekati 0o C. Pada saat suhu rendah dinding kapal akan
bersifat getas, sehingga pada saat itu kapal menambrak bongkahan karang yang
menyebabkan terjadi beban kejut / impak yang besar pada dinding kapal yang menyebabkan
dinding kapal hancur. Sehingga air masuk pada bagian bawah kapal yang menyebakan kapal
tenggelam.

Benda akan bersifat lebih getas pada suhu rendah sehingga benda akan mudah
patah/hancur apabila terjadi beban kejut. Dan sebaliknya benda akan lebih ulet pada suhu
tinggi sehingga benda akan lebih payah patahnya apabila mengalami beban kejut.
BAB V

KESIMPULAN

Kesimpulan
o Sifat suatu material pada suhu yang berbeda akan berbeda pula juga.
o Temperatur mempengaruhi besar kecilnya harga nilai impak dari suatu material.
Terlihat bahwa pada temperatur tinggi material akan bersifat ulet (harga impak
tinggi) sedangkan pada temperatur rendah material akan bersifat rapuh atau getas
(harga impak rendah).
o Temperatur transisi adalah temperatur yang menunjukkan transisi perubahan jenis
perpatahan (getas menjadi ulet atau sebaliknya). Biasanya ditunjukkan dengan
peningkatan/penurunan (batas merah pada grafik) harga impak dan sifat
perpatahannya campuran.
DAFTAR ISI

BAB I............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Tujuan..............................................................................................................................................1
C. Manfaat...........................................................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................................................3
TEORI DASAR...............................................................................................................................................3
2.1 Uji Impak.......................................................................................................................................3
Pengujian Impak Metode Charpy............................................................................................................3
Mesin Uji Impak.......................................................................................................................................4
Energi Potensial.......................................................................................................................................4
BAB III........................................................................................................................................................13
ALAT DAN BAHAN......................................................................................................................................13
A. Alat................................................................................................................................................13
B. Langkah kerja pengujian................................................................................................................13
BAB IV........................................................................................................................................................13
PEMBAHASAN...........................................................................................................................................13
A. Analisa Grafik HI vs T.....................................................................................................................13
B. Analisa Temperatur Transisi..........................................................................................................13
C. Analisa Hasil Perpatahan untuk Setiap Sampel pada Setiap T.......................................................13
BAB V.........................................................................................................................................................13
KESIMPULAN.............................................................................................................................................13
Kesimpulan............................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

www.scribd.com

Anda mungkin juga menyukai