LAPORAN PRAKTIKUM
TKI 238 PRAKTIKUM PENGETAHUAN MATERIAL
Suatu sifat mekanik material yang muncul sebagai respon terhadap gaya impak
disebut sebagai ketangguhan. Adapun ketangguhan sendiri didefinisikan sebagai
besarnya penyerapan energi yang diperlukan untuk mematahkan logam. Ketangguhan
suatu material sangat dipengaruhi oleh kekuatan dan keuletan material tersebut.
Pengujian impak yang ideal diasumsikan bahwa semua energi yang muncul akibat
beban impak akan diserap seluruhnya oleh spesimen. Namun pada kenyataannya
kondisi ideal tidak pernah terwujud, sebagian kecil energi akan hilang sebagai akibat
dari gesekan dan getaran mesin. Bentuk spesimen juga memegang peranan dalam
menentukan besarnya energi yang diserap.
1. Metode Izod
Pada pengujian dengan metode Izod, spesimen berfungsi seperti batang cantilever,
Gambar 1. Pengujian dengan metode Izod hanya dilakukan pada suhu kamar.
Pengujian dengan metode Izod umum digunakan di Inggris/Eropa.
2. Metode Charpy
Pada pengujian dengan metode Charpy, spesimen berfungsi seperti batang tumpuan
sederhana (simple beam), Gambar 1. Pengujian dengan metode Charpy tidak hanya
dilakukan pada suhu kamar, namun dapat dilakukan pada suhu yang bervariasi dari
suhu rendah (kriogenik) sampai suhu tinggi. Oleh karena itu, metode ini dapat
digunakan untuk mengetahui apakah suatu material memiliki karakterisitik
perubahan dari ulet menjadi getas dengan turunnya temperatur operasi, Ductile to
Brittle Transition. Dengan demikian temperatur transisi perubahan dapat ditentukan.
Gambar 1. Peletakan spesimen uji Impak dengan Izod dan Charpy
Spesimen yang digunakan baik pada pengujian dengan metode Izod maupun
Charpy mempunyai bentuk batang dengan dimensi permukaan 10 mm x 10 mm, notch
(takik) berbentuk V dengan sudut 45° dan kedalaman 2mm
Oleh karena spesimen impak memiliki takik berbentuk V maka pengjian ini sering
disebut sebagai The Notched Bar Test atau pada metode Charpy dikenal Charpy V
Notched Test. Pengujian dilakukan dengan cara memberikan beban impak dalam
bentuk palu pendulum dari ketinggian tertentu, h0. Pada saat palu pendulum diayunkan
akan menumbuk spesimen, selanjutnya spesimen akan patah di daerah takikan yang
berfungsi sebagai konsentrasi tegangan. Palu pendulum akan terus terayun sampai
ketinggian maksimum, h1, yang tentu saja lebih rendah dari h.
Gambar 4. Skema peralatan impak dengan arah ayunan palu pendulum [1]
Besarnya penyerapan energi untuk mematahkan spesimen dihitung berdasarkan
perbedaan ketinggian antar h0 dan h1, seperti skema pada Gambar 2 dan mengikuti
persamaan sebagai berikut [2]:
U = mg (h0-h1)
Keterangan:
Pengujian impak dengan takik metode Charpy sebenarnya sangat dibutuhkan untuk
mengetahui temperatur transisi perubahan sifat ulet menjadi getas pada logam akibat
penurunan temperatur, Ductile to Brittle Transition Temperature (DBTT). Pada
beberapa logam ternyata terjadi perubahan sifat dari ulet menjadi getas apabila terjadi
perubahan temperaur kerja. Kondisi di bawah temperatur transisi, logam akan cenderung
menjadi getas dan patah pada energi penyerapan yang rendah, sedangkan di atas
temperatur transisi maka logam cenderung bersifat ulet.
f. Termokopel tipe K
b.Untuk mendapatkan baja suhu tinggi dapat dipanaskan terlebih dahulu di dalam tungku,
dan untuk baja suhu rendah dapat dimasukkan lemari pendingin atau dituangkan N2 cair
ke spesimen.
c. Untuk memulai pengujian, nyalakan mesin alat uji impak dengan cara memindahkan tuas
ke posisi 2.
d. Letakkan spesimen pada dudukan sesuai tanda yang ada yang telah dibuat, dengan cara
menahan pendulum sedikit di atas dudukan menggunakan kunci inggris terlebih dahulu.
e. Pengoperasian uji impak dapat dilakukan menggunakan control manual ataupun
menggunakan kontrol otomatis melalui screen. Posisi manual control harus berada pada
posisi ON, apapun pilihan pengoperasian yang dipilih. Selanjutnya lakukan langkah
sebagai berikut:
Tombol Layar
No Uraian Langkah
Manual Sentuh
1 Naikan pendulum ke posisi tertinggi Rising Rise
2 Melepaskan pin pengaman Pin off Dowell
3 Ayunkan pendulum Impact Impact
Kembalikan pendulum ke posisi
4 Release Fall
terendah
5 Ambil patahan spesimen
*) Catatan tambahan:
i. Dalam menggunakan tombol manual, saat menurunkan pendulum harus
ditekan terus hingga ke posisi terendah sampai mengeluarkan suara
“klik” baru dapat dilepas, bila tidak maka pendulum akan cenderung
untuk kembali ke posisi tertinggi. Dalam penggunaan layar sentuh hal
tersebut tidak perlu dilakukan.
f. Amati besarnya nilai yang ditunjukkan oleh 2 indikator besaran energi yang terserap, baik
melalui layar ataupun manual (analog).
g. Amati bentuk permukaan patahan dan hitung luas permukaan patahan dengan mengambil
gambar permukaan patahan yang terjadi dengan stereo microscope.
h. Ambil spesimen selanjutnya yang sudah dipanaskan dari tungku dan lakukan kembali
tahap e hingga h (ikuti petunjuk asisten).
i. Demikian halnya pada spesimen dengan suhu rendah lakukan tahap e hingga h (ikuti
petunjuk asisten).
BAB V
1. Jelaskan mengapa uji impak menjadi penting untuk dilakukan dalam rangkaian uji
teknik?
Uji impak menjadi penting untuk dilakukan dalam rangkaian uji teknik karena untuk
mengetahui salah satu sifat mekanis suatu material yaitu ketangguhan material agar kita
dapat memprediksi akibat atau apa yang sebenarnya dialami suatu material apabila
mendapatkan gaya kejut yang tidak diharapkan.
2. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis takik! Mengapa takik V lebih umum digunakan?
Jenis-jenis takik antara lain : takik V, takik lubang kunci, takik U
Takik V : takik yang dibuat seperti huruf V yang memiliki sudut 450 dengan
kedalaman 2mm.
Takik U : takik berbentuk huruf U. Mirip dengan takik V namun tidak memiliki
titik konsentrasi seperti takik V.
Takik lubang kunci : berlubang pada tengahnya dan memiliki celah mendatar
yang garisnya segaris dengan garis sumbu lubang.
Takik V lebih umum digunakan karena hanya memiliki titik terlemah yang
terkonsentrasi pada titik dasar takik sehingga dapat menggambarkan kondisi sebenarnya
ketika terjadi patahan akibat beban kejut atau gaya yang tidak diharapkan serta efeknya
lebih mudah diamati.
5. Jelaskan cara menentukan temperature transisi perubahan sifat dari ulet menjadi getas!
Cara menentukan temperature transisi perubahan sifat ulet menjadi getas adalah melihat
data yang disajikan dalam grafik DBTT. Harga impak yang ada diinterpolasi sehingga
didapatkan nilai tengah harga impak. Lalu nilai tengah tersebut diproyeksikan pada
sumbu x sehingga dapat ditarik garis horizontal pada diagram DBTT tersebut.
𝐸𝑛𝑒𝑔𝑖 194,1
Harga Impak = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑎𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 = 35,605 = 5,451 𝐽/𝑚𝑚2
𝐸𝑛𝑒𝑔𝑖 200,5
Harga Impak = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑎𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 = = 5,299 𝐽/𝑚𝑚2
37,84
𝐸𝑛𝑒𝑔𝑖 24,8
Harga Impak = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑎𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 = 56,015 = 0,443 𝐽/𝑚𝑚2
𝐸𝑛𝑒𝑔𝑖 143,6
Harga Impak = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑎𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 = = 6,304 𝐽/𝑚𝑚2
22,78
2. Grafik DBTT
Diagram DBTT
7000
6000
Harga Impak (J/mm2)
5000
4000
3000
2000
1000
0
-100 0 100 200 300 400 500
-1000
Temperatur (Celcius)
Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil praktikum dan hitungan yang telah
dilakukan, praktikan melihat bahwa adanya perbedaan besar harga impak yang mencolok pada
pemberian beban kejut untuk baja pada suhu yang berbeda-beda. Besarnya perbedaan tersebut
ternyata memiliki hubungan dengan temperature baja. Dari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa pada baja suhu ruangan(24oC dan 21oC) harga impak lebih besar daripada baja pada
suhu rendah dan tinggi. Sedangkan baja yang memiliki harga impak paling rendah yaitu baja
pada suhu rendah (-12oC). Dari kesimpulan tersebut, praktikan dapat melihat hal ini
membuktikan teori bahwa sebuah material yang berada di bawah suhu transisi akan memiliki
jenis patahan getas karena material tersebut bersifat getas contohnya pada baja suhu -12oC yang
memiliki luas patahan paling besar yaitu 112,03 mm2 dengan harga impak yang rendah yaitu
31 J/mm2 karena materialnya bersifat getas sehingga tidak dapat menyerap energi sebesar
material yang ulet.
Setelah melakukan interpolasi untuk mencari temperature transisi pada diagram DBTT,
didapatkan nilainya yaitu 182,97oC. Oleh karena itu baja yang berada pada suhu 24oC, 21oC,
dan -12oC memiliki jenis patahan getas karena berada di bawah temperature transisi sedangkan
baja pada suhu 402 oC memiliki patahan ulet karena berada di atas temperature transisi.
Hubungan antara sifat getas/ulet suatu benda, harga impak, dan luas patahannya adalah semakin
getas sifat suatu material, harga impaknya semakin rendah karena tidak membutuhkan banyak
energi untuk mematahkan material tersebut. Luas patahannya pun lebih luas daripada patahan
lunak. Begitu juga kebalikannya semakin ulet sifat suatu material maka semakin besar juga
harga impaknya namun luas patahannya lebih kecil karena gaya yang diserap terdistribusi
akibat sifatnya yang lunak/ulet.
Pada lembar data dapat dilihat bahwa angka yang ditunjukkan pada alat ukur manual
(jarum) dengan digital (computer) ternyata memiliki besar yang berbeda. Hal ini mungkin saja
disebabkan oleh kesalahan alat ukur yang kurang terkalibrasi. Selain itu ada perbedaan yang
signifikan dari nilai harga impak perhitungan dengan hasil percobaan. Hal ini dapat disebabkan
karena perbedaan pengukuran luas patahan oleh mesin dengan hasil pengukuran luas yang
dilakukan praktikan dengan menggunakan mikroskop.
BAB VII
SIMPULAN
Kekuatan impak pada temperatur yang berbeda juga memiliki nilai yang berbeda
:
Harga impak pada baja suhu 21oC adalah 5.451 J/mm2
Harga impak pada suhu 24oC adalah 5.299 J/mm2
Harga impak pada suhu -12 oC adalah 0.443 J/mm2
Harga impak pada suhu 402 oC adalah 6.304 J/mm2
Pengujian impak dilakukan untuk mengetahui ketangguhan material baja dan
temperature transisi pada saat baja berubah dari ulet ke getas.
Temperatur transisi dapat ditunjukkan pada diagram DBTT yang didapatkan
dari hasil interpolasi harga impak dengan temperature.
Semakin getas sifat material maka semakin kecil harga impak.
Semakin ulet sifat material maka semakin besar harga impak karena
ketangguhannya tinggi.
BAB VIII
DAFTAR PUSTAKA