Anda di halaman 1dari 16

UJI IMPAK

LAPORAN PRAKTIKUM
TKI 238 PRAKTIKUM PENGETAHUAN MATERIAL

Nama : Jennifer Muliady


NIM : 2014-043-116
Kelompok : IF-3
Tanggal Praktikum : 17 Februari 2016
Asisten : Ignatius Yosef Setyanto

LABORATORIUM KARAKTERISASI dan REKAYASA MATERIAL


PRODI TEKNIK MESIN – FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
JAKARTA
2016
I. TUJUAN

Menentukan kemampuan baja/kuningan menyerap energi yang dihasilkan oleh


pembebanan kejut, serta mengetahui temperatur transisi pada saat baja berubah dari
ulet menjadi getas.

II. TEORI DASAR

Suatu sifat mekanik material yang muncul sebagai respon terhadap gaya impak
disebut sebagai ketangguhan. Adapun ketangguhan sendiri didefinisikan sebagai
besarnya penyerapan energi yang diperlukan untuk mematahkan logam. Ketangguhan
suatu material sangat dipengaruhi oleh kekuatan dan keuletan material tersebut.

Pengujian impak yang ideal diasumsikan bahwa semua energi yang muncul akibat
beban impak akan diserap seluruhnya oleh spesimen. Namun pada kenyataannya
kondisi ideal tidak pernah terwujud, sebagian kecil energi akan hilang sebagai akibat
dari gesekan dan getaran mesin. Bentuk spesimen juga memegang peranan dalam
menentukan besarnya energi yang diserap.

Secara umum, pengujian impak dilakukan untuk mengetahui ketangguhan baja.


Pengujian tersebut di antaranya yaitu dengan metode Izod dan Charpy, mengikuti
Standar ASTM E23, sebagai berikut [1]:

1. Metode Izod

Pada pengujian dengan metode Izod, spesimen berfungsi seperti batang cantilever,
Gambar 1. Pengujian dengan metode Izod hanya dilakukan pada suhu kamar.
Pengujian dengan metode Izod umum digunakan di Inggris/Eropa.

2. Metode Charpy

Pada pengujian dengan metode Charpy, spesimen berfungsi seperti batang tumpuan
sederhana (simple beam), Gambar 1. Pengujian dengan metode Charpy tidak hanya
dilakukan pada suhu kamar, namun dapat dilakukan pada suhu yang bervariasi dari
suhu rendah (kriogenik) sampai suhu tinggi. Oleh karena itu, metode ini dapat
digunakan untuk mengetahui apakah suatu material memiliki karakterisitik
perubahan dari ulet menjadi getas dengan turunnya temperatur operasi, Ductile to
Brittle Transition. Dengan demikian temperatur transisi perubahan dapat ditentukan.
Gambar 1. Peletakan spesimen uji Impak dengan Izod dan Charpy

Gambar 2. Diagram Ductile to Brittle Temperature Transition [2]

Spesimen yang digunakan baik pada pengujian dengan metode Izod maupun
Charpy mempunyai bentuk batang dengan dimensi permukaan 10 mm x 10 mm, notch
(takik) berbentuk V dengan sudut 45° dan kedalaman 2mm

Gambar 3. Ukuran Spesimen Standar Uji Impak ASTM 23 (Untuk


Metode Charpy) [1]

Oleh karena spesimen impak memiliki takik berbentuk V maka pengjian ini sering
disebut sebagai The Notched Bar Test atau pada metode Charpy dikenal Charpy V
Notched Test. Pengujian dilakukan dengan cara memberikan beban impak dalam
bentuk palu pendulum dari ketinggian tertentu, h0. Pada saat palu pendulum diayunkan
akan menumbuk spesimen, selanjutnya spesimen akan patah di daerah takikan yang
berfungsi sebagai konsentrasi tegangan. Palu pendulum akan terus terayun sampai
ketinggian maksimum, h1, yang tentu saja lebih rendah dari h.

Gambar 4. Skema peralatan impak dengan arah ayunan palu pendulum [1]
Besarnya penyerapan energi untuk mematahkan spesimen dihitung berdasarkan
perbedaan ketinggian antar h0 dan h1, seperti skema pada Gambar 2 dan mengikuti
persamaan sebagai berikut [2]:

U = mg (h0-h1)

Energi sebelum patah U0 = Wh = WR (1-cos α)

Energi setelah patah U1 = Wh1 = WR (1-cos β)

Energi untuk mematahkan spesimen U = W(h-h1) = WR (cos β - cos α)

Keterangan:

U = energi yang untuk mematahkan spesimen = energi yang diserap (J)


W = berat pendulum (N)
h0 = ketinggian awal dari palu pendulum (m)

h1 = ketinggian akhir (m)

α = sudut jatuh pendulum (o)

β = sudut pantul pendulum (o)

R = jarak dari titik pusat (m)

Pengujian impak dengan takik metode Charpy sebenarnya sangat dibutuhkan untuk
mengetahui temperatur transisi perubahan sifat ulet menjadi getas pada logam akibat
penurunan temperatur, Ductile to Brittle Transition Temperature (DBTT). Pada
beberapa logam ternyata terjadi perubahan sifat dari ulet menjadi getas apabila terjadi
perubahan temperaur kerja. Kondisi di bawah temperatur transisi, logam akan cenderung
menjadi getas dan patah pada energi penyerapan yang rendah, sedangkan di atas
temperatur transisi maka logam cenderung bersifat ulet.

III. PERALATAN PERCOBAAN


a. Mesin uji Impak merek TIME model JB 300, Gambar 5.

Gambar 5. Mesin Uji Impak merek TIME model JB 300

b. Ukuran spesimen mengikuti standar ASTM E 23-82 tipe C.


c. Jenis spesimen dapat terdiri dari: baja karbon, baja karbon hasil proses normalizing,
baja karbon yang didinginkan menggunakan N2 cair, dan kuningan (sesuai petunjuk
aisiten).
d. Tungku/ furnace

e. Media pendingin (N2 cair)

f. Termokopel tipe K

g. Penjepit panjang, wadah tempat N2 cair

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


a. Siapkan spesimen sesuai dengan petunjuk asisten. Terdapat 3 buah spesimen yang akan
diuji, pertama baja suhu kamar, baja suhu tinggi, dan baja suhu rendah.

b.Untuk mendapatkan baja suhu tinggi dapat dipanaskan terlebih dahulu di dalam tungku,
dan untuk baja suhu rendah dapat dimasukkan lemari pendingin atau dituangkan N2 cair
ke spesimen.

c. Untuk memulai pengujian, nyalakan mesin alat uji impak dengan cara memindahkan tuas
ke posisi 2.
d. Letakkan spesimen pada dudukan sesuai tanda yang ada yang telah dibuat, dengan cara
menahan pendulum sedikit di atas dudukan menggunakan kunci inggris terlebih dahulu.
e. Pengoperasian uji impak dapat dilakukan menggunakan control manual ataupun
menggunakan kontrol otomatis melalui screen. Posisi manual control harus berada pada
posisi ON, apapun pilihan pengoperasian yang dipilih. Selanjutnya lakukan langkah
sebagai berikut:

Tombol Layar
No Uraian Langkah
Manual Sentuh
1 Naikan pendulum ke posisi tertinggi Rising Rise
2 Melepaskan pin pengaman Pin off Dowell
3 Ayunkan pendulum Impact Impact
Kembalikan pendulum ke posisi
4 Release Fall
terendah
5 Ambil patahan spesimen

*) Catatan tambahan:
i. Dalam menggunakan tombol manual, saat menurunkan pendulum harus
ditekan terus hingga ke posisi terendah sampai mengeluarkan suara
“klik” baru dapat dilepas, bila tidak maka pendulum akan cenderung
untuk kembali ke posisi tertinggi. Dalam penggunaan layar sentuh hal
tersebut tidak perlu dilakukan.

f. Amati besarnya nilai yang ditunjukkan oleh 2 indikator besaran energi yang terserap, baik
melalui layar ataupun manual (analog).
g. Amati bentuk permukaan patahan dan hitung luas permukaan patahan dengan mengambil
gambar permukaan patahan yang terjadi dengan stereo microscope.
h. Ambil spesimen selanjutnya yang sudah dipanaskan dari tungku dan lakukan kembali
tahap e hingga h (ikuti petunjuk asisten).
i. Demikian halnya pada spesimen dengan suhu rendah lakukan tahap e hingga h (ikuti
petunjuk asisten).
BAB V

TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Jelaskan mengapa uji impak menjadi penting untuk dilakukan dalam rangkaian uji
teknik?
Uji impak menjadi penting untuk dilakukan dalam rangkaian uji teknik karena untuk
mengetahui salah satu sifat mekanis suatu material yaitu ketangguhan material agar kita
dapat memprediksi akibat atau apa yang sebenarnya dialami suatu material apabila
mendapatkan gaya kejut yang tidak diharapkan.

2. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis takik! Mengapa takik V lebih umum digunakan?
Jenis-jenis takik antara lain : takik V, takik lubang kunci, takik U
 Takik V : takik yang dibuat seperti huruf V yang memiliki sudut 450 dengan
kedalaman 2mm.
 Takik U : takik berbentuk huruf U. Mirip dengan takik V namun tidak memiliki
titik konsentrasi seperti takik V.
 Takik lubang kunci : berlubang pada tengahnya dan memiliki celah mendatar
yang garisnya segaris dengan garis sumbu lubang.

Takik V lebih umum digunakan karena hanya memiliki titik terlemah yang
terkonsentrasi pada titik dasar takik sehingga dapat menggambarkan kondisi sebenarnya
ketika terjadi patahan akibat beban kejut atau gaya yang tidak diharapkan serta efeknya
lebih mudah diamati.

3. Jelaskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kekuatan impak suatu material!


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kekuatan impak suatu material yaitu :
kekerasan dan keuletan material. Kekerasan ditujukkan oleh besaran luas area dibawah
grafik stress dan strain material. Semakin besar luasan grafik tersebut, maka semakin
besar stress yang diperlukan untuk mencapai breaking point. Selain itu, elastisitas juga
berpengaruh terhadap kekuatan impak sebab material elastis memiliki daerah deformasi
plastis yang lebih luas. Pada hasil perpatahan, material elastis juga menunjukkan
perpatahan granular.

4. Jelaskan pengaruh arah pemotongan specimen terhadap kekuatan impaknya!


Arah pemotongan specimen berpengaruh terhadap kekuatan impaknya sebab proses
pemotongan meninggalkan tegangan sisa (residual stress). Tegangan stress ini apabila
berada pada arah yang secara kebetulan sama dengan arah datangnya gaya makan akan
membantu proses pematahan sehingga hasilnya menjadi kurang akurat.

5. Jelaskan cara menentukan temperature transisi perubahan sifat dari ulet menjadi getas!
Cara menentukan temperature transisi perubahan sifat ulet menjadi getas adalah melihat
data yang disajikan dalam grafik DBTT. Harga impak yang ada diinterpolasi sehingga
didapatkan nilai tengah harga impak. Lalu nilai tengah tersebut diproyeksikan pada
sumbu x sehingga dapat ditarik garis horizontal pada diagram DBTT tersebut.

6. Apa yang dimaksud dengan baja standar ASTM E 23-82 tipe C?


Baja standar ASTM E 23-82 tipe C adalah standar spesimen yang digunakan untuk uji
impak yang dilakukan dengan menggunakan metode Charpy atau the notched bar test.
BAB VI
LEMBAR DATA, PERHITUNGAN DAN ANALISIS
1. Perhitungan harga impak

Data 1 : Baja dalam suhu ruang 24oC

𝐸𝑛𝑒𝑔𝑖 194,1
Harga Impak = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑎𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 = 35,605 = 5,451 𝐽/𝑚𝑚2

Data 2 : Baja pada suhu ruang 21oC

𝐸𝑛𝑒𝑔𝑖 200,5
Harga Impak = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑎𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 = = 5,299 𝐽/𝑚𝑚2
37,84

Data 3 : Baja pada suhu -12oC

𝐸𝑛𝑒𝑔𝑖 24,8
Harga Impak = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑎𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 = 56,015 = 0,443 𝐽/𝑚𝑚2

Data 4 : Baja pada suhu 402oC

𝐸𝑛𝑒𝑔𝑖 143,6
Harga Impak = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑎𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 = = 6,304 𝐽/𝑚𝑚2
22,78

2. Grafik DBTT

Diagram DBTT
7000
6000
Harga Impak (J/mm2)

5000
4000
3000
2000
1000
0
-100 0 100 200 300 400 500
-1000
Temperatur (Celcius)

Grafik 1. Grafik DBTT menggunakan Harga Impak Perhitungan


Analisis :

Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil praktikum dan hitungan yang telah
dilakukan, praktikan melihat bahwa adanya perbedaan besar harga impak yang mencolok pada
pemberian beban kejut untuk baja pada suhu yang berbeda-beda. Besarnya perbedaan tersebut
ternyata memiliki hubungan dengan temperature baja. Dari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa pada baja suhu ruangan(24oC dan 21oC) harga impak lebih besar daripada baja pada
suhu rendah dan tinggi. Sedangkan baja yang memiliki harga impak paling rendah yaitu baja
pada suhu rendah (-12oC). Dari kesimpulan tersebut, praktikan dapat melihat hal ini
membuktikan teori bahwa sebuah material yang berada di bawah suhu transisi akan memiliki
jenis patahan getas karena material tersebut bersifat getas contohnya pada baja suhu -12oC yang
memiliki luas patahan paling besar yaitu 112,03 mm2 dengan harga impak yang rendah yaitu
31 J/mm2 karena materialnya bersifat getas sehingga tidak dapat menyerap energi sebesar
material yang ulet.

Setelah melakukan interpolasi untuk mencari temperature transisi pada diagram DBTT,
didapatkan nilainya yaitu 182,97oC. Oleh karena itu baja yang berada pada suhu 24oC, 21oC,
dan -12oC memiliki jenis patahan getas karena berada di bawah temperature transisi sedangkan
baja pada suhu 402 oC memiliki patahan ulet karena berada di atas temperature transisi.
Hubungan antara sifat getas/ulet suatu benda, harga impak, dan luas patahannya adalah semakin
getas sifat suatu material, harga impaknya semakin rendah karena tidak membutuhkan banyak
energi untuk mematahkan material tersebut. Luas patahannya pun lebih luas daripada patahan
lunak. Begitu juga kebalikannya semakin ulet sifat suatu material maka semakin besar juga
harga impaknya namun luas patahannya lebih kecil karena gaya yang diserap terdistribusi
akibat sifatnya yang lunak/ulet.

Pada lembar data dapat dilihat bahwa angka yang ditunjukkan pada alat ukur manual
(jarum) dengan digital (computer) ternyata memiliki besar yang berbeda. Hal ini mungkin saja
disebabkan oleh kesalahan alat ukur yang kurang terkalibrasi. Selain itu ada perbedaan yang
signifikan dari nilai harga impak perhitungan dengan hasil percobaan. Hal ini dapat disebabkan
karena perbedaan pengukuran luas patahan oleh mesin dengan hasil pengukuran luas yang
dilakukan praktikan dengan menggunakan mikroskop.
BAB VII
SIMPULAN

 Kekuatan impak pada temperatur yang berbeda juga memiliki nilai yang berbeda
:
 Harga impak pada baja suhu 21oC adalah 5.451 J/mm2
 Harga impak pada suhu 24oC adalah 5.299 J/mm2
 Harga impak pada suhu -12 oC adalah 0.443 J/mm2
 Harga impak pada suhu 402 oC adalah 6.304 J/mm2
 Pengujian impak dilakukan untuk mengetahui ketangguhan material baja dan
temperature transisi pada saat baja berubah dari ulet ke getas.
 Temperatur transisi dapat ditunjukkan pada diagram DBTT yang didapatkan
dari hasil interpolasi harga impak dengan temperature.
 Semakin getas sifat material maka semakin kecil harga impak.
 Semakin ulet sifat material maka semakin besar harga impak karena
ketangguhannya tinggi.
BAB VIII
DAFTAR PUSTAKA

Surdia, Tata. Pengetahuan Bahan Teknik. Pradnya Paramita. Cetakan Keempat.


Jakarta
BAB IX
LAMPIRAN

Gambar 1. Patahan Baja Suhu Rendah

Gambar 2. Patahan Baja Suhu Tinggi

Gambar 3. Patahan Baja Suhu Ruangan (21oC)


Gambar 4. Patahan Baja Suhu Ruangan (24oC)

Anda mungkin juga menyukai