Anda di halaman 1dari 25

1

A. Uji impact
Uji impak adalah pengujian material dengan menggunakan
pembebanan yang cepat (rapid loading) atau secara tiba-tiba. Uji
ini bertujuan untuk mengetahui sifat mekanis material terhadap
beban impact atau kejut dan juga untuk mengetahui besar energi
pada temperatur variasi rendah - tinggi akibat beban kejut. Inilah
yang membedakan pengujian impak dengan pengujian tarik dan
kekerasan dimana pembebanan dilakukan secara perlahan-lahan.
Pengujian impak merupakan suatu upaya untuk mensimulasikan
kondisi operasi material yang sering ditemui dalam perlengkapan
konstruksi dan transportasi dimana beban tidak selamanya terjadi
secara perlahan-lahan melainkan datang secara tiba-tiba, contoh
deformasi pada bumper mobil pada saat kecelakaan. Terdapat 3
macam pengujian impak: pendulum weight test, drop test, dan
crash test. Drop wight test yakni memanfaatkan baban kejut
berupa benda yang bergerak jatuh bebas. Seperti pada gambar
berikut:
2

Gambar 1. Uji impak dengan metode drop test

Sedangkan crash test ialah pengujian impak dengan sengaja


menabrakkan benda uji ke suatu benda rigid lain yang lebih besar dan
keras, sehingga gaya gravitasi tidak berperan dalam uji ini. Sebagai
contoh yaitu pengujian otomotif seperti gambar berikut ini:

Gambar 2. Uji impak metode crash test

Tipe yang ketiga dan yang paling banyak digunakan


untuk pengujian material yaitu pendulum weight test. Dasar
pengujian impak ini adalah penyerapan energi potensial dari
pendulum beban yang berayun dari suatu ketinggian tertentu dan
menumbuk benda uji sehingga benda uji mengalami deformasi
maksimum hingga mengakibatkan perpatahan. Pada pengujian
impak ini banyaknya energi yang diserap oleh bahan untuk
3

terjadinya perpatahan merupakan ukuran ketahanan impak atau


ketangguhan bahan tersebut. suatu material dikatakn tangguh
bila memiliki kemampuan menyerap beban kejut yang besar
tanpa mengalami retak atau deformasi dengan mudah. Gambar
di bawah ini memberikan ilustrasi suatu pengujian impak dengan
metode Charpy.

Gambar 3. Mekanisme pengujian impak

Pada pengujian impak, energi yang diserap oleh benda uji


biasanya dinyatakan dalam satuan Joule dan dibaca langsung
pada skala (dial) penunjuk yang telah dikalibrasi yang terdapat
pada mesin penguji. Harga impak (HI) suatu bahan yang diuji
dengan metode Charpy diberikan oleh :
4

dimana E adalah energi yang diserap dalam satuan Joule dan A


luas penampang di bawah takik dalam satuan mm2.

dimana :
P = beban yang diberikan (Newton)
Ho = ketinggian awal bandul (mm)

H1 = ketinggian akhir setelah terjadi perpatahan benda uji (mm)

Benda uji impak dikelompokkan kedalam dua golongan sampel


standar (ASTM E-23) yaitu batang uji Charpy (Metode Charpy -
USA) dan batang uji Izod ( Metode Izod – Inggris dan Eropa).

1. Batang Uji Charpy

Sampel uji memiliki dimensi ukuran yaitu 10x10x55 mm


(tinggi x lebar x panjang). Dengan posisi takik (notch) berada di
tengah, kedalaman takik 2 mm dari permukaan benda uji, dan
sudut takik 45°. Bentuk takik berupa huruf bentuk U, V, key hole
( seperti lubang kecil). Benda diletakkan pada tumpuan dengan
posisi horisontal dan tidak dijepit. Hal ini menyebankan pengujian
berlangsung lebih cepat, sehingga memudahkan untuk melakukan
pengujian pada temperatur transisinya. Sedangkan ayunan bandul
dari arah belakang takik dengan pembebanan dilakukan dari arah
punggung takik. Bentuk dari takik pun bermacam-macam,
seperti : takik model V, model U dan model lubang kunci. Jenis
5

takik tergantung pada standar yang digunakan. Adapun ukuran


dari spesimen uji impak untuk metode charpy adalah :

Gambar 4. Sampel uji impak Charpy

Gambar 5. Arah pembebanan pada sampel uji impak


Charpy

Pada metode charpy ayunan bandul datang dari arah belakang


takik dengan pembebanan dilakukan dari arah punggung takik.
Posisi benda uji Charpy pada alat uji ialah horizontal dan tidak
dijepit. Pengujian impak berlangsung lebih cepat karena benda uji
6

tidak perlu dijepit, sehingga metode Charpy pada satu material


umumnya dilakukan pada berbagai temperatur sebagai upaya
untuk mengetahui temperatur transisi.

2. Batang Uji Izod

Sampel uji memiliki dimensi ukuran yaitu 10 x 10 x 75 mm (tinggi


x lebar x panjang). Dengan posisi takik berada pada jarak 28 mm
dari ujung benda uji, kedalaman takik 2 mm dari permukaan
benda uji, dengan sudut takik 45°. Bentuk takik berupa huruf U,
V , atau key hole (seperti lubang kunci). Benda diletakkan pada
tumpuan dengan posisi vertikal dan dijepit. Sampel yang dijepit
menyebabkan pengujian berlangsung lama, sehingga tidak cocok
digunakan pada pengujian dengan temperatur yang bervariasi.
Sedangkan ayunan bandul dari arah depan takik dengan
pembebanan dilakukan dari arah muka takik.

Gambar 6. Sampel uji impak izod dan arah pembebanannya

Dari aplikasinya, metode Charpy umumnya banyak digunakan


unttuk menguji ketangguhan suatu sampel berupa sampel logam
sedangkan metode Izod biasanya digunakan untuk menguji impak
sampel berupa polimer atau komposit. Sedangkan dari segi
alatnya, metode Charpy berukuran sangat besar dan jauh lebih
7

berbahaya dibanding alat uji Izod, sementara alat uji Izod lebih
bersahabat dan portable. Pengukuran lain yang bisa dilakukan
dalam pengujian impak Charpy adalah penelaahan permukaan
perpatahan untuk menentukan jenis perpatahan (fractografi) yang
terjadi. Secara umum perpatahan impak digolongkan menjadi 3
jenis perpatahan, yaitu :

1. Perpatahan berserat (fibrous fracture), yang melibatkan


mekanisme pergeseran bidang-bidang kristal di dalam
material / logam (logam) yang ulet (ductile).
2. Perpatahan granular/kristalin, yang dihasilkan oleh
mekanisme pembelahan (cleavage) pada butir-butir dari
material / logam (logam) yang rapuh (brittle).
3. Perpatahan campuran, merupakan kombinasi kedua
jenis perpatahan di atas.
8

B. METODOLOGI PRAKTIKUM impact

Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut:

Furnace

Gambar 3.1. Mesin Pemanas Spesimen Hingga Tempratur Austenisasi

Spesimen
9

Gambar 3.2. Spesimen Yang Akan Diuji


10

Impact Tester

Gambar 3.3. Impact tester

Senter
11

Gambar 3.4. Senter

Pinset Penjepit
12

Gambar 3.5. Penjepit Spesimen

Box

Gambar 3.6. Box Yang Berisi Es Batu

Prosedur Praktikum

Adapun prosedur percobaan yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan spesimen uji impak sesuai dengan standar.
2. Melakukan Heat Treatment terhadap sepesimen yang pertama dengan menggunakan
Furnace sampai tempratur austenisasi (850 oC), yang kedua didinginkan di box yang
berisi es batu.
3. Mengangkat batang pendulum pada posisi yang diinginkan dengan menggunakan batang
dari baja pada arm level dan meletakkan socket screw pada holder.
4. Mengatur dial indikator jarum penunjuk energi (joule) ke posisi 150/300 J.
13

5. Meletakkan spesimen pada landasan uji dengan menggunakan penjepit, semua ini
dilakukan dengan cepat dan teliti dan dengan bantuan senter sebagai penerang agar
takikan pas ditengah.
6. Menarik lengan holder ke atas unntuk melepaskan socket screw sehiingga batang
pendulum jatuh dan menabrak spesimen.
7. Setelah spesimen patah, menggunakan handbrake untuk menyetop laju pendulum.
8. Kemudian mencatat besar beban impak yang terbaca dari dial indicator.
9. Mengulang langkah tiga sampai delapan dengan spesimen yang diberi perlakuan panas
(heat treatment).
14

C. Uji Kekerasan
Kekerasan (Hardness) adalah salah satu sifat mekanik (Mechanical properties) dari
suatu material. Kekerasan suatu material harus diketahui khususnya untuk material yang
dalam penggunaanya akan mangalami pergesekan (frictional force), dalam hal ini
bidang keilmuan yang berperan penting mempelajarinya adalah Ilmu Bahan Teknik
(Metallurgy Engineering). Kekerasan didefinisikan sebagai kemampuan suatu material
untuk menahan beban identasi atau penetrasi (penekanan). Didunia teknik, umumnya
pengujian kekerasan menggunakan 4 macam metode pengujian kekerasan, yakni :
1. Brinnel (HB / BHN)
2. Rockwell (HR / RHN)
3. Vikers (HV / VHN)
1. Metode Brinell
Metode ini pertama kali dilakukan oleh Brinell pada tahun 1900. Metode ini berupa
pengidentasian sejumlah beban terhadap permukaan material dengan penetrator yang digunakan
berupa bola baja yang dikeraskan dengan diameter 10 mm dan standar bebanya antara 0.97 s.d
3000 kgf. Pembebanan dilakukan dengan standar waktu, biasanya 30 detik.
Kekerasan yang diberikan merupakan hasil bagi beban penekan dengan luas permukaan
lekukan bekas penekan dari bola baja. Dapat dirumuskan dengan

dimana :
BHN = nilai kekerasan brinell
P = beban yang diterapkan (kg)
D = diameter bola (mm)
d = diameter lekukan (mm)
Tabel Standar Uji Brinell (ASTM 10)
15

Diameter Bola Beban (kgf) Angka Kekerasan yang


(mm) Disarankan (HB)

10 3000 96-600

10 1500 48-300

10 500 16-100

2. Metode Rockwell
Metode pengujian kekerasan Rockwell merupakan metode yang paling sering digunakan
unutk mengukur kekerasan karena metode ini mudah dipraktekkan dan tidak membutuhkan
keahlian khusus. Beberapa skala yang berbeda dapat digunakan unutk kombinasi yang mungkin
dari bermacam – macam indenter dan beban yang berbeda-beda. Indenter ( penekan) terdiri dari
bola baja yang dikeraskan mempunyai diameter antara 1/16, 1/8, ¼, dan ½ in (1.588, 3.175, 6.350,
dan 12.70 mm), dan penekan intan yang berbentuk kerucut yang digunakan untuk material yang
sangat keras.
Dengan metode ini, angka kekerasan dapat ditentukan melalui perbedaan kedalaman dari hasil
penekanan dari penerapan beban awal minor dan diikuti oleh beban mayor, penggunaan beban
minor dapat mempertinggi akurasi dari pengujian. Berdasarkan besar beban dari minor maupun
mayor, ada dua tipe pengujian yaitu Rockwell dan Superficial Rockwell. Untuk Rockwell, beban
minor adalah 10kgf, dimana beban mayor adalah 60, 100, dan 150 kgf. Masing – masing skala
diwakili oleh huruf –huruf alphabet yang ada di tabel. Untuk Superficial Rockwell, beban
minornya 3 kgf dan beban mayornya 15, 30, dan 45 kgf. Skala ini diidentifikasi dengan 15, 30,
atau 45 (berdasarkan beban) diikuti dengan N, T, W, X, atau Y, tergantung pada penekan.
Pengujian Superficial biasanya digunakan untuk spesimen tipis.
Ketika menentukan kekerasan Rockwell dan Superficial, angka kekerasan dan skalanya harus
ditunjukan. Skala ditunjukan dengan simbol HR diikuti dengan penunjukan skala yang tepat.
Contohnya 80 HRB menunjukan kekerasan Rockwell 80 pada skala B dan 60HR30W menunjukan
kekerasan Superficial 60pada skala 30W.
Untuk masing – masing skala kekerasannya dapat mencapai 130, namun nilai kekerasan
meningkat diatas 100 atau menurun dibawah 20 pada skala berapapun, mereka menjadi tidak
16

akurat. Ketidakakuratan juga dapat dialami jika spesimen terlalu tipis. Ketebalan spesimen
seharusnya paling tidak 10 kali dari kedalaman penekanan.

Gambar Mata Tekan Uji Kekerasan Rockwell dan Proses Pengujian Rockwell

Tabel Skala Kekerasan Rockwell


Beban Mayor
Skala Tipe Indentor Tipe Material Uji
(Kgf)
1/16” bola intan Sangat keras, tungsten,
A 60
kerucut karbida
Kekerasan sedang,
baja karbon rendah dan
B 100 1/16” bola
sedang, kuningan,
perunggu
Baja keras, paduan
C 150 Intan kerucut yang dikeraskan, baja
hasil tempering
Besi cor, paduan
alumunium,
D 100 1/8” bola
magnesium yg
dianealing
E 100 Intan Kerucut Baja kawakan
Kuningan yang
F 60 1/16” bola dianealing dan
tembaga
17

Tembaga, berilium,
G 150 1/8” bola
fosfor, perunggu
Pelat alumunium,
H 60 1/8” bola
timah
Besi cor, paduan
K 150 ¼” bola
alumunium, timah
L 60 ¼” bola Plastik, logam lunak
M 100 ¼” bola Plastik, logam lunak
R 60 ¼” bola Plastik, logam lunak
S 100 ½” bola Plastik, logam lunak
V 150 ½” bola Plastik, logam lunak

Tabel Skala Kekerasan Superficial Rockwell

Skala Indenter Beban Mayor ( kgf )


15N Diamond 15
30N Diamond 30
45N Diamond 45
15T 1/16 in. Ball 15
30T 1/16 in. Ball 30
45T 1/16 in. Ball 45
15W 1/8 in. Ball 15
30W 1/8 in. Ball 30
45W 1/8 in. Ball 45

3. Metode Vickers
Metode ini mirip dengan metode Brinell tetapi penetrator yang dipakai berupa intan berbentuk
piramida dengan dasar bujur sangkar dan sudut puncak 1360. Beban yang digunakan biasanya 1
s/d 120 kg [6].
18

Gambar Cara Pengukuran Diameter pada Identor Vickers

d1  d 2
d
2
P
HV  1,854
L2
dimana:
P = Beban yang ditetapkan
L = Panjang diagonal rata-rata

Gambar the Vickers Diamonds-piramids Identor

Gambar Macam –Macam Lekukan yang Dihasilkan Penumbuk Intan


Lekukan yang benar yang dibuat oleh penumbuk piramida intan harus berbentuk bujur
sangkar (a). Akan tetapi, sering juga ditemukan penyimpangan pada pengujian Vickers. Lekukan
19

bantal jarum pada gambar (b) adalah akibat pengukuran terjadinya penurunan logam disekitar
permukaan piramida yang datar. Keadaan demikian terdapat pada logam-logam yang dilunakkan
dan mengakibatkan pengukuran panjang diagonal berlebih. Lekukan berbentuk tong pada (c)
terdapat pada logam-logam yang mengalami proses pengerjaan dingin. Bentuk demikian
diakibatkan oleh penimbunan ke atas logam-logam disekitar permukaan penumbuk
20

D. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah sebagai berikut:
1. Hardness Tester

Gambar 3.1 Hardness tester


2. Cincin Indentor

Gambar 3.2 Cincin indentor


21

3. Anvil

Gambar 3.3 Anvil

4. Spesimen

Gambar 3.4 Spesimen


5. Lampu Penerangan
22

Gambar 3.5 Lampu penerangan


6. Mikroskop

Gambar 3.6 Mikroskop

7. Indentor

Gambar 3.7 Indentor


23

8. Stopwatch

Gambar 3.8 Stopwatch


B. Prosedur Percobaan

Adapun prosedur percobaan dalam melakukan praktikum uji kekerasan adalah :

1. Metode Rockwell
a. Menyiapkan bahan spesimen yang akan di uji (baja karbon rendah).
b. Memilih indentor yang sesuai dengan spesimen uji.
c. Memasang indentor dengan cincin (ring) ke plunger rod.
d. Memilih permukaan spesimen yang rata dan bersih .
e. Memutar handwhell mendekati indentor (untuk menaikan spesimen hingga spesimen
menyentuh indentor).
f. Memberi beban awal sebesar 10 Kg yang ditandai dengan angka 3 atau titik merah
pada skalaminor.
g. Mengkalibrasi skala mayor ke angka 0.
h. Menyiapkan stopwatch.
i. Menekan crank handle kedepan minimal 10 detik.
j. Menarik kembali crank handle ke posisi awal.
k. Membaca nilai kekerasan pada skala mayor dan mencatatnya di tabel hasil.
24

l. Melakukan percobaan selam 3 kali.

2. MetodeVickers
a. Menyiapkan bahan spesimen yang akan di uji (baja karbon rendah).
b. Memilih indentor yang sesuai dengan spesimen uji.
c. Memasang indentor dengan cincin (ring) ke plunger rod.
d. Memilih permukaan spesimen yang rata dan bersih.
e. Memutar handwhell mendekati indentor (untuk menaikan spesimen hingga spesimen
menyentuh indentor).
f. Memberi beban awal sebesar 10 Kg yang ditandai dengan angka 3 atau titik merah
pada skala minor.
g. Mengkalibrasi skala mayor ke angka 0.
h. Menyiapkan stopwatch.
i. Menekan crank handle kedepan minimal 10 detik.
j. Menarik kembali crank handle ke posisi awal.
k. Membaca nilai kekerasan pada skala mayor dan mencatatnya di tabel hasil.
l. Melakukan percobaan selam 3 kali..

3. Metode Brinell
a. Menyiapkan bahan spesimen yang akan di uji (baja karbon rendah).
b. Memilih indentor bola baja dengan diameter 5 mm.
c. Memasang indentor dengan cincin (ring) ke plunger rod.
d. Memilih permukaan spesimen yang rata dan bersih .
e. Memutar handwhell mendekati indentor (untuk menaikan spesimen hingga spesimen
menyentuh indentor)
f. Memberi beban awal sebesar 10 Kg yang ditandai dengan angka 3 atau titik merah
pada skala minor.
g. Menyiapkan stopwatch.
h. Menekan crank handle kedepan minimal 20 detik.
25

i. Menarik kembali crank handle ke posisi awal.


j. Melakukan percobaan selam 3 kali..

4. Mikroskop
a. Memilih lensa mikroskop ukuran 40 kali pembesaran.
b. Memfokuskan diameter utama dengan mata lensa.
c. Menghidupkan lampu.
d. Mencari diameter pada spesimen .
e. Mengukur besar diameter.
f. Mencatat besar diameter pada tabel.
g. Mematikan lampu.
h. Melepas spesimen dari meja uji..

Anda mungkin juga menyukai