Anda di halaman 1dari 12

Ciri Benda berbahan Plastis

Bahan plastis memiliki ciri, jika diberi gaya akan mengalami perubahan bentu atau perpindahan
posisi, lalu jika gaya dihilangkan benda tidak dapat kembali seperti semula atau kembali
keposisi awal. Contoh : Kayu, lumpur
Ciri Benda Berbahan Elastis
Bahan elastismemiliki ciri,jika diberi gaya akan mengalami perubahan bentuk, dan jika gaya
dihilangkan, benda akan kembali seperti semula. Contoh : balon, karet gelang

Sumber : http://firmanzy.blogspot.co.id/2015/01/ciri-ciri-benda-berbahan-plastis-dan.html

1. Patah Ulet
Patah ulet adalah patah akibat deformasi berlebih, elastis atau plastis, terkoyak atau patah geser
(tearing or shear fracture)
ciri patah ulet :

terjadi penyerapan energi

adanya deformasi plastis yang cukup besar di sekitar patahan

permukaan patahan nampak kasar ,berserabut (fibrous), dan berwarna


kelabu.

2. Patah Getas
ciri patah getas:

penjalaran retak yang lebih cepat dibanding patah ulet

penyerapan energi yang lebih sedikit

tidak disertai dengan deformasi plastis

permukaan patahan pada komponen yang mengalami patah getas terlihat


mengkilap, granular dan relatif rata.

Patah getas dapat mengikuti batas butir ataupun memotong butir. Bila bidang
patahannya mengikuti batas butir, maka disebut patah getas intergranular,
sedangkan bila patahannya memotong butir maka disebut patah getas
transgranular.

3.DBT (Ductile to Brittle Tension)

beberapa bahan tiba-tiba menjadi getas dan patah karena perubahan


temperatur dan laju reaksi, walaupun pada dasarnya logam tersebut ulet. Gejala ini
disebut transisi ulet-getas, yang merupakan hal penting ditinjau dari penggunaan
praktis bahan. Bahan yang dapat memberikan patahan getas adalah bcc seperti Fe,
W, Mo, Nb, Ta, dan logam hcp seperti Znserta paduannya, sedangkan fcc tidak bisa
sama sekali. gejala ini juga mudah terjadi pada plastik.
faktor faktor penyebab DBT (Ductile to Brittle Tension):

tegangan 3 sumbu : karena keadaan tegangan menjadi rumit terhadap dua


atau tiga sumbu disebabkan oleh pangkal takikan, maka terjadi peningkatan
yang menyolok dari tegangan mulur dan patah getas mudah terjadi.

laju regangan : peningkatan tegangan mulur yang sangat ditandai oleh


peningkatan laju regangan yang mengakibatkan patah getas.

temperatur : makin rendah temperatur maka semakin mudah terjadi patah


getas.

sumber : http://mantantukanginsinyur.blogspot.com/2010/07/failure-analysis.html

Patah Getas (Brittle Fracture)


Merupakan fenomena patah pada material yang diawali terjadinya retakan secara cepat
dibandingkan patah ulet tanpa deformasi plastis terlebih dahulu dan dalam waktu yang singkat.
Dalam kehidupan nyata, peristiwa patah getas dinilai lebih berbahaya daripada patah ulet, karena
terjadi tanpa disadari begitu saja. Biasanya patah getas terjadi pada material berstruktur
martensit, atau material yang memiliki komposisi karbon yang sangat tinggi sehingga sangat
kuat namun rapuh.

Gambar Martensite Structure


Sumber: https://www.mb.hs-mittweida.de/en/webs/cw/metallography/micrographs.html?Size=3
Ciri-cirinya:

Permukaannya terlihat berbentuk granular, berkilat dan memantulkan


cahaya.

Terjadi secara tiba-tiba tanpa ada deformasi plastis terlebih dahulu sehingga
tidak tampak gejala-gejala material tersebut akan patah.

Tempo terjadinya patah lebih cepat

Bidang patahan relatif tegak lurus terhadap tegangan tarik.

Tidak ada reduksi luas penampang patahan, akibat adanya tegangan


multiaksial.

Gambar Spesimen Patah Getas


Sumber: http://okasatria.blogspot.com/2008/02/pengujian-tarik.html

Patah Ulet (Ductile Fracture)


Patah ulet merupakan patah yang diakibatkan oleh beban statis yang diberikan pada material, jika
beban dihilangkan maka penjalaran retak akan berhenti. Patah ulet ini ditandai dengan
penyerapan energi disertai adanya deformasi plastis yang cukup besar di sekitar patahan,
sehingga permukaan patahan nampak kasar, berserabut (fibrous), dan berwarna kelabu. Selain itu
komposisi material juga mempengaruhi jenis patahan yang dihasilkan, jadi bukan karena
pengaruh beban saja. Biasanya patah ulet terjadi pada material berstruktur bainit yang
merupakan baja dengan kandungan karbon rendah.

Gambar Bainite Structure


Sumber: http://www.metallographic.com/Procedures/1018%20quenched%20steel.htm

Ciri-ciri patah ulet:

Ada reduksi luas penampang patahan, akibat tegangan uniaksial

Tempo terjadinya patah lebih lama.

Pertumbuhan retak lambat, tergantung pada beban

Permukaan patahannya terdapat garis-garis benang serabut (fibrosa),


berserat, menyerap cahaya, pempilannya buram

Gambar Spesimen Patah Ulet


Sumber: http://okasatria.blogspot.com/2008/02/pengujian-tarik.html

Ductile to Brittle Tension


Adalah fenomena perubahan sifat yang disebabkan faktor-faktor tertentu di mana pada saat suatu
material mengalami patah mengalami pergeseran sifat, awalnya merupakan material ulet tetapi
mengalami patah getas.
Berikut adalah factor-faktor yang menyebabkan Ductile to Brittle Tension:

Temperatur

Material pada temperature tinggi sifatnya ulet, molekul dan ikatannya dapat meregang dan
bergerak, tetapi pada temperatur rendah sifatnya menjadi brittle (getas).

Kecepatan regangan kecepatan pembebanan

Jika material ulet mengalami kenaikan laju pembebanan maka energi yang diserap semakin
kecil sehingga mengakibatkan terjadinya patah getas.

Kandungan air

Material yang memiliki kandungan air tinggi / basah cenderung memiliki sifat ulet, apabila
material menjadi kering mska cenderung memiliki sifat getas.

Perbedaan jenis ikatan kimia

Kwarsa, olifin, dan feldspar cenderung brittle, sedangkan mineral lempung, mika, dan kalsit
cenderung memiliki sifat ductile.

3)
Kurva sudut putar per panjang
momen torsi
4)
Kurva tegangan
regangan geser
y = 31.196x + 20.952
0
10
20
30
40
50
0
0.2
0.4
0.6
0.8

Kurva Momen Torsi


Sudut Putar per
Panjang
Kurva Momen Torsi
Sudut Putar per
Panjang
Linear (Kurva Momen
Torsi
Sudut Putar per
Panjang)
0
100000000
200000000
300000000
400000000
500000000
600000000
0
500
1000
1500
2000
2500
3000

Kurva Tegangan
Regangan Geser
Kurva Tegangan
Regangan Geser

5)

Kurva tegangan
regangan sebenarnya
6)
Kurva log tegangan
log regangan sebenarnya
y = 460281x + 6E+08
y = 345211x + 5E+08
0.0
200000000.0
400000000.0
600000000.0
800000000.0
1000000000.0
1200000000.0
1400000000.0
0
500
1000
1500
2000
tressca
von misses
Linear (tressca)
Linear (tressca)
Linear (tressca)
Linear (von misses)
Linear (von misses)

BAB IV
ANALISIS
Kurva
Pembuatan kurva dimulai dengan
membuat kurva hubungan antara
momen torsi dengan jumlah putaran. Kemudian untuk membuat kurva
sudut putar dengan momen torsi, jumlah putaran dikonversi menjadi
sudut putar dengan menggunakan perhitungan 2n, dengan n ad
alah
jumlah putaran. Kurva ketiga menghubungkan momen puntir dengan
sudut putar per satuan panjang batang.
Kurva keempat membuat
hubungan
membuat hubungan antara

(tegangan geser) dengan

(regangan geser). Kurva selanjutnya menghubungkan

Von Mises (

3
)
dengan

Von Mises

. Kurva terakhir menghubungkan logaritma


tegangan dan logaritma regangan sebenarnya.
Kekerasan
Sebelum dilakukan uji puntir, kekerasan material diukur dan didapatkan
harga sebesar 34 HRA. Setelah dilakukan uji puntir,
kekerasan
material
meningkat
menjadi 52,33 HRA.
Hal ini disebabkan karena terjadinya
strain hardening setelah benda terdef
ormasi plastis. Deformasi ini
menyebabkan
menumpuknya pergerakan dislokasi, sehingga gaya yang
diperlukan untuk menggerakkan atom
atom menjadi lebih besar. Hal ini
yang menyebabkan peningkatan harga kekerasan material.
Panjang Spesimen
Se
telah dilakukan u
ji puntir, terj
adi perubahan panjang pada spes
imen
dari 47,5 mm menjadi 48,5 mm.
Kejadian ini seha
rusnya tidak terjadi.
Perubahan panjang ini mungkin terjadi akibat benda kerja dijepit dalam
keadaan miring (penjepit pada mesin uji puntir miring).
Bentuk
Patahan
Seperti yang telah diketahui bentuk patahan pada uji puntir ada dua,
berdasarkan jenis spesimen getas atau ulet. Patah getas disebabkan oleh
tegangan normal maksimum (

max

), menghasilkan sudut patah sebesar


45
0

. Patah ulet disebabkan oleh tegangan


geser maksimum(

max

),
menghasilkan sudut patah sebesar 90
0

terhadap
normal axis
.
Patahan hasil puntiran pada material yang diuji membentuk sudut 90
0

terhadap
normal axis
. Maka, material yang diuji sifatnya ulet.
Berdasarkan diagram Mohr, sudut 90
0

ini disebabkan karena adanya


tegangan geser maksimum yang diakibatkan oleh gaya tarik menjadi
tegangan geser maksimum yang diakibatkan oleh gaya tekan.
Patah Ulet
Letak Patahan
Ketika dilakukan uji puntir, spesimen patah di bagian pinggir. Hal ini
disebabkan karena spesimen di satu sisi dicengkram dan satu sisi lagi
dipuntir. Daerah dekat cengkraman akan terjadi pemusatan tegangan
dimana akan terjadi tegangan geser maksimum. Maka
, patah terjadi
pada bagian yang dikenai pemusatan tegangan, di bagian pinggir.
Bila kita memuntir di dua sisi spesimen, pemusatan tegangan akan
berada di tengah spesimen, sehingga patah akan terjadi di bagian
tengah. Namun cara ini tidak dipakai karena k
etidakkonstanan sudut
puntir, sehingga sudut puntir sulit untuk ditentukan.
Hal lain yang menyebabkan patah terjadi di pinggir spesimen adalah
keadaan spesimen yang tidak homogen. Terbukti pada saat pengukuran
disepanjang spesimen harga kekerasannya berbed
a
beda. Patah akan
terjadi di tempat terlemah spesimen.

Sumber untuk pdf cad torsion : http://scholar.lib.vt.edu/theses/public/etd-2209816610/materials/etd.PDF

ARMD 5.8 - The Most Complete Way to Analyze Rotating Machinery

ARMD (Advanced Rotating Machinery Dynamics) is a new generation software package,


developed by RBTS, to bring you the most advanced and complete rotor/bearing analysis
capabilities for evaluating practically any bearing, rotor/bearing system, or mechanical drive
train.
ARMD, unique to the world, is the only software that integrates all of these powerful analytical
tools into a single package in the Windows environment! Feel free to download our
demonstration software to learn how ARMD can help you solve your most-difficult rotating
machinery
evaluations.
You can learn about ARMD V5.8 by downloading our full-color descriptive summary, or by
reviewing the overview contained on this page. Alternatively, if you're already familiar with the
ARMD software, we encourage you to download our product update information sheets.
Software
Overview

The ARMD
package consists
of five main
modules:

Rotor
Dynamics

Torsional
Vibration

Fluid-Film
Bearing
Analysis

RollingElement
Bearings

Lubricant
Properties
Calculatio
n

ARMD has a rich


variety of features,

including:

A userfriendly
interface

Advanced
project
and file
managem
ent
system

Graphics/
text
capabiliti
es

Intermod
ule
communi
cation
and data
exchange

All features
operate
seamlessly in an
integrated
environment.

These modules are used daily by rotating machinery manufacturers and end users around the
world for design, performance prediction, failure analysis, and troubleshooting. Applications of
ARMD include rotating machinery such as a miniature air turbine for a dental drill, a large
turbine generator set for a power plant, a small compressor for an air conditioner, a pump for an
artificial heart, a fuel pump for a jet engine, an electric motor and spindle for a miniature
computer hard disk, a canned pump for a petrochemical processing plant, synchronous motor
driven drive-trains, and a gear box for a uranium enrichment plant.
ARMD for Windows incorporates advanced technical and user interface features with build-in
help utilities in each of its modules to simplify modeling, analysis, presentation and
interpretation of results. Tutorial and step by step sample sessions with advanced graphical
presentation are among the many features implemented in the new version.

One the many new and improved modules of ARMD V5.8 is the new 3-D Shaft Viewer, which
provides the user with realistic 3-D visualizations of shaft models and their simulated
distortions. Features include the ability to pan, zoom, and rotate the model and scale and
animate simulated distortions as calculated by the ROTLAT and TORSION dynamic
simulation packages.

Sumber : http://www.rbts.com/armd/default.aspx

Anda mungkin juga menyukai