Patah Getas
Merupakan fenomena patah pada material yang diawali terjadinya retakan secara cepat
dibandingkan patah ulet tanpa deformasi plastis terlebih dahulu dan dalam waktu yang singkat.
Dalam kehidupan nyata, peristiwa patah getas dinilai lebih berbahaya dari pada patah ulet,
karena terjadi tanpa disadari begitu saja. Biasanya patah getas terjadi pada material berstruktur
martensit, atau material yang memiliki komposisi karbon yang sangat tinggi sehingga sangat kuat
namun rapuh.
Ciri-cirinya:
a.
Patah Ulet
Patah ulet merupakan patah yang diakibatkan oleh beban statis yang diberikan pada material,
jika beban dihilangkan maka penjalaran retakakan berhenti. Patah ulet ini ditandai dengan
penyerapan energi disertai adanya deformasi plastis yang cukup besar di sekitar patahan,
sehingga permukaan patahan nampak kasar, berserabut (fibrous), dan berwarna kelabu. Selain
itu komposisi material juga mempengaruhi jenis patahan yang dihasilkan, jadi bukan karena
pengaruh beban saja. Biasanya patah ulet terjadi pada material berstruktur bainit yang
merupakan baja dengan kandungan karbon rendah (duta, 2011).
Ciri-cirinya :
a.
E. Ketangguhan Bahan
(fibrosa),
berserat,
Ketangguhan suatu bahan adalah kemampuan suatu bahan material untuk menyerap energi
pada daerah plastis atau ketahanan bahan terhadap beban tumbukan atau kejutan. Penyebab
ketangguhan bahan adalah pencampuran antara satu bahan dengan bahan lainnya. Misalnya
baja di campur karbon akan lebih tangguh dibandingkan dengan baja murni. Adapun faktorfaktor yang mempengaruhi ketangguhan bahan adalah :
1. Bentuk takikan
Bentuk takikan amat berpengaruh pada ketangguahan suatu material, karena adanya
perbedaan distribusi dan konsentrasi tegangan pada masing-masing takikan tersebut yang
mengakibatkan energi impak yang dimilikinya berbeda-beda pula. Ada beberapa jenis takikan
berdasarkan kategori masing-masing. Berikut ini adalah urutan energi impak yang dimiliki
oleh suatu bahan berdasarkan bentuk takikannya. Takikan dibagi menjadi beberapa macam
antara lain adalah sebagai berikut :
a. Takikan segitiga
Memiliki energi impak yang paling kecil, sehingga paling mudah patah. Hal ini disebabkan
karena distribusi tegangan hanya terkonsentrasi pada satu titik saja, yaitu pada ujung takikan.
b. Takikan segi empat
Memiliki energi yang lebih besar pada takikan segitiga karena tegangan terdistribusi
pada dua titik pada sudutnya.
c. Takikan Setengah lingkaran
Memiliki energi impak yang terbesar karena distribusitegangan tersebar pada setiap sisinya,
sehingga tidak mudah patah.
2. Beban
Semakin besar beban yang diberikan , maka energi impak semakin kecil yang dibutuhkan
untuk mematahkanspecimen, dan demikianpun sebaliknya. Hal ini diakibatkan karena suatu
material akan lebih mudah patah apabila dibebani oleh gaya yang sangat besar.
3. Temperatur
Semakin tinggi temperatur dari spesimen, maka ketangguhannya semakin tinggi dalam
menerima beban secara tiba-tiba, demikinanpun sebaliknya, dengan temperatur yang lebih
rendah. Namun temperatur memiliki batas tertentu dimana ketangguhan akan berkurang
dengan sendirinya.
4. Transisi ulet rapuh
Hal ini dapat ditentukan dengan berbagai cara, misalnya kondisi struktur yang susah
ditentukan oleh sistem tegangan yang bekerja pada benda uji yang bervariasi, tergantung
pada cara pengusiaannya
sebagai daerah plastic yang tidak akan kembali kebentuk semula. Alasannya karena sudah
terjadi perubahan, sedangkan di daerah elastic tidak terjadi perubahan secara drastis, hal ini
disebabkan ketika masih di daerah elastis, logam dapat menahan beban yg diberikan yg
disebabkan oleh bertemunya dengan batas butir dengan dislokasi. sehingga menghambat
pergerakkan dari dislokasi, sedangkan ketika sudah memasuki daerah plastik, dislokasi sudah
memotong batas butir (Dimas, 2013).
Pembahasan
dalam praktikum ini yang akan dibahas adalah ketahanan impak, berapa
ketahanan impak setelah diberi beban kejut dan spesimen impek yang
digunakan adalah ASTM = E 23-01. Sebelum melakukan pengujian pertama ukur
spesimen impek yang akan di uji dan diukur menggunakan jangka sorong,
sebelum menggunakannya akan dilakukan kalibrasi terlebih dahulu, spesimen
yang akan diukur adalah t1, L, P, kedalaman, t2, A, NI, HI, dan didapat hasil t1 =
9,60, L = 9,79, P = 56,96, dan kedalaman 1,35. Untuk mencari t2 adalah t2 = t1X, t2 = 9,60-1,35 = 8,25. Untuk mencari A adalah A = t2 x L, A = 8,25 x 9,79 =
80,76. Dan setelah mendapat hasil dari perhitungan dilakukan pengujian
spesimen ke impek tester sebanyak 3 kali pengujian untuk mendapatkan nilai
impek dan harga impek. Sebelum melakukan pengujian pada impek tester
dilakukan kalibrasi terlebih dahulu agar mendapatkan hasil yang akurat
kemudian pasang spesimen impek pada penahan impek dengan posisi
membelakangi pendulum, kemudian pendulum diangkat keatas dan tuas akan
dilepaskan. Saat melakukan pengujian pengereman dilakukan setelah 2 kali
ayunan agar memperoleh hasil yang tepat, setelah tuas di lepaskanpendulum
mengenai spesimen impek dan akan memperoleh hasilnya.
Pengujian yang dilakukan 3 kali menggunakan suhu yang berbeda yaitu pada
pengujian pertama dilakukan dengan menggunakan suhu ruangan dan
memperoleh hasil 271 J, pengujian kedua menggunakan suhu 0 yang
spesimennya dimasukan di dalam box es dan didapat hasil sebesar 131 J, dan
Dari 3 kali pengujian tersebut dapat dikatakan semakin tinggi temperature yang
diberikan maka, energi, keuletan, dan patahannya semakin besan dan semakin
rendah temperature yang diberikan maka, semakin getas patahan spesimen
impek tersebut, setelah spesimen dilakukan pengujian kemudian setiap patahan
akan dilihat melalui mikroskop untuk melihat alur dari setiap patahan yang telah
diuji dan digambar sesuai pahatan yang telah diuji. Berikut gambar yang
didapat spesimen impek yang didapat dari 3 kali pengujian dengan suhu
temperature yang berbeda-beda :
Gambar 15. alur spesimen suhu 0 C
Gambar 16. alur spesimen impek suhu ruangan
Gambar 17. alur spesimen impek suhu 800 C
Dari ketiga alur diatas didapat gambar 17. spesimen impek 800C lebih ulet
ketahanan spesimen impeknya di bandingkan dengan gambar 15. spesimen
impek suhu 0 terlihat lebih getas.
A.
Simpulan
2. Semakin rendah harga impak maka jenis perpatahan yang terjadi akan
semakin getas.
3. Salah satu hal yang mempengaruhi impak adalah temperatur. Semakin
rendah temperatur suatu material maka akan semakin getas material tersebut,
dan semakin tinggi temperatur maka material akan semakin ulet.
4. Energi impak yang terbesar terdapat pada takikan setengah lingkaran dan
terendah pada takikan segitiga. Jadi, dapat disimpulkan bahwa perpatahan akan
semakin mudah terjadi pada takikan bersudut.
B. Saran
Adapun saran yang diberikan setelah praktikum adalah sebagai berikut :
1. Praktikan harus lebih teliti pada saat pengamatan jarum pada alat uji impak
supaya data yang dihasilkan lebih akurat
2. Pembuatan takikan pada spesimen harus simetris agar hasil yang diperoleh
lebih akurat
3. Sebaiknya saat praktikum di laboratorium, kedua metode pada pengujian
impak dilakukan , agar kita dapat melihat perbedaannya dengan jelas.
DAFTAR PUSTAKA