Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM UJI KEKERASAN BAHAN

Di susun oleh

Nama : RODI HARIANSYAH

Nim : 4201617020

Kelas/jurusan : 4A/D4 MKE

Mata kuliah :PENGUJIAN KEKERASAN BAHAN

Dosen :DWI HANDOKO, ST.,M.Eng

POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK


TAHUN AJARAN 2018/2019
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN KEKERASAN

A. Tujuan

Setelah mendengarkan penjelasan teori dari dosen mahasiswa dapat


melakukan pratek pengujian kekerasan sesuai langkah-langkah seperti seperti
yang telah di jelaskan dosen, mahasiswa di harapkan dapat :
a. Melakukan percobaan kekerasan bahan
b. menetahui nilai kekerasan material yang dalam praktikum ini digunakan
material baja, kuningan, dan VCN (ST 37).
c. Menentukan kekerasan material berdasarkan metode :
 Brinell ( bola karbida )
 Rockwell ( baja karbida berbentuk kerucut )
 Vikers ( intan )

B. Alat dan Bahan

a. Alat penguji Rockwell


b. Alat penguji brinel hardness
c. Vickers
d. Bola baja ukuran 5-20mm
e. Senter
f. Microskop
g. Kuningan
h. Alumunium
i. St37
j. Bekas plat yang sudah dilas
k. Jangka sorong
l. Kertas dan alat tulis
m. Stopwatch/jam
n. Amplas halus
C. K3 ( Keselamatan dan kesehatan Kerja )

a. Kaca mata
b. Sepatu septy
c. Sarung tangan
d. Pakaian laboratorium

D. Teori Dasar

a. Pengujian Kekerasan
Kekerasan (Hardness) adalah salah satu sifat mekanik
(Mechanical properties) dari suatu material. Kekerasan suatu material
harus diketahui khususnya untuk material yang dalam penggunaanya akan
mangalami pergesekan (frictional force) dan deformasi plastis. Deformasi
plastis sendiri suatu keadaan dari suatu material ketika material tersebut
diberikan gaya maka struktur mikro dari material tersebut sudah tidak bisa
kembali kebentuk asal artinya material tersebut tidak dapat kembali ke
bentuknya semula. Lebih ringkasnya kekerasan didefinisikan sebagai
kemampuan suatu material untuk menahan beban identasi atau penetrasi
(penekanan).
Pada umumnya, kekerasan menyatakan ketahanan terhadap
deformasi dan merupakan ukuran ketahanan logam terhadap deformasi
plastik atau deformasi permanen (Dieter, 1987). Untuk para insinyur
perancang, kekerasan sering diartikan sebagai ukuran kemudahan dan
kuantitas khusus yang menunjukkan sesuatu mengenai kekuatan dan
perlakuan panas dari suatu logam.
Terdapat tiga jenis ukuran kekerasan, tergantung pada cara melakukan
pengujian, yaitu:
(1) Kekerasan goresan (scratch hardness);
(2) Kekerasan lekukan (indentation hardness);
(3) Kekerasan pantulan (rebound). Untuk logam, hanya kekerasan lekukan
yang banyak menarik perhatian dalam kaitannya dengan bidang
rekayasa. Terdapat berbagai macam uji kekerasan lekukan, antara lain:
Uji kekerasan Brinell, Vickers, Rockwell, Knoop, dan sebagainya.

b. Uji Kekerasan Brinell


Metode uji kekerasan yang diajukan oleh J.A. Brinell pada tahun
1900 ini merupakan uji kekerasan lekukan yang pertama kali banyak
digunakan serta disusun pembakuannya (Dieter, 1987). Uji kekerasan ini
berupa pembentukan lekukan pada permukaan logam memakai bola baja
yang dikeraskan yang ditekan dengan beban tertentu. Beban diterapkan
selama waktu tertentu, biasanya 30 detik, dan diameter lekukan diukur
dengan mikroskop, setelah beban tersebut dihilangkan. Permukaan yang
akan
dibuat lekukan harus relatif halus, rata dan bersih dari debu atau
kerak. Angka kekerasan brinell (BHN) dinyatakan sebagai beban P
dibagi luas permukaan lekukan. Pada prakteknya, luas ini dihitung dari
pengukuran mikroskopik panjang diameter jejak. BHN dapat di tentukan
dari persamaan berikut :

dengan:
P = beban yang digunakan (kg)
D = diameter bola baja (mm)
d = diameter lekukan (mm)

c. Uji Kekerasan Brinell Palu Poldy


Metode pengujian kekerasan ini dibuat untuk pemakaian praktis
dilapangan atau industri. Dengan metode pengujian ini benda kerja yang
hendak diuji kekerasannya tidak perlu dipotong atau dibawa ke
laboratorium, karena peralatan pengujian ini dapat dibawa keluar dari
laboratorium. Dengan demikian untuk benda kerja berukuran besar yang
tidak mungkin dibawa ke dalam laboratorium dapat diuji kekerasannya
dengan metode ini. Pada pengujian kekerasan brinell palu poldy
digunakan benda uji standar yang telah diketahui harga kekerasannya
sebagai referensi. Maka berdasarkan persamaan (1) kekerasan benda uji
standar adalah :
𝟐𝒑
HB1 : kg/mm2
(𝝅𝑫)(𝑫− √𝑫𝟐 +𝒅𝟐 )

dan kekerasan benda kerja yang hendak diukur kekerasannya adalah:

𝟐𝒑
HB2 : kg/mm2
(𝝅𝑫)(𝑫− √𝑫𝟐 +𝒅𝟐 )

dengan:
D = diameter indentor = 10 mm
d1 = diameter indentasi pada benda uji standar (mm)
d2 = diameter indentasi pada benda kerja (mm)
HB1 = kekerasan benda uji standar yang sudah diketahui (kg/mm2)
HB2 = kekerasan benda kerja yang hendak diukur (kg/mm2)
P = Gaya pemukulan (kg)

d. Uji Kekerasan Vickers


Uji kekerasan vickers menggunakan indentor piramida intan yang
pada dasarnya berbentuk bujur sangkar. Besar sudut antar permukaan-
permukaan piramida yang saling berhadapan adalah 1360. Nilai ini dipilih
karena mendekati sebagian besar nilai perbandingan yang diinginkan
antara diameter lekukan dan diameter bola penumbuk pada uji kekerasan
brinell (Dieter, 1987). Angka kekerasan vickers didefinisikan sebagai
beban dibagi luas permukaan lekukan. Pada prakteknya, luas ini dihitung
dari pengukuran mikroskopik panjang diagonal jejak. VHN dapat
ditentukan dari persamaan berikut:

2𝑝 sin( 𝜃/2 ) ( 1,854 )𝑝


VHN= =
𝑑2 𝑑2
dengan:
P = beban yang digunakan (kg)
d = panjang diagonal rata-rata (mm)
𝜃 = sudut antara permukaan intan yang berhadapan = 1360

Karena jejak yang dibuat dengan penekan piramida serupa secara


geometris dan tidak terdapat persoalan mengenai ukurannya, maka VHN
tidak tergantung kepada beban. Pada umumnya hal ini dipenuhi, kecuali
pada beban yang sangat ringan. Beban yang biasanya digunakan pada uji
Vickers berkisar antara 1 hingga 120 kg. tergantung pada kekerasan logam
yang akan diuji. Hal-hal yang menghalangi keuntungan pemakaian metode
vickers adalah:
a. Uji ini tidak dapat digunakan untuk pengujian rutin karena pengujian ini
sangat lamban,
b. Memerlukan persiapan permukaan benda uji yang hati-hati, dan
c. Terdapat pengaruh kesalahan manusia yang besar pada penentuan
panjang diagonal.

e. Uji Kekerasan Rockwell


Pengujian rockwell mirip dengan pengujian brinell, yakni angka
kekerasan yang diperoleh merupakan fungsi derajat indentasi. Beban dan
indentor yang digunakan bervariasi tergantung pada kondisi pengujian.
Berbeda dengan pengujian brinell, indentor dan beban yang digunakan
lebih kecil sehingga menghasilkan indentasi yang lebih kecil dan lebih
halus. Banyak digunakan di industri karena prosedurnya lebih cepat
(Davis, Troxell, dan Wiskocil, 1955). Indentor atau “penetrator” dapat
berupa bola baja atau kerucut intan dengan ujung yang agak membulat
(biasa disebut “brale”). Diameter bola baja umumnya 1/16 inchi, tetapi
terdapat juga indentor dengan diameter lebih besar, yaitu 1/8, 1/4, atau 1/2
inchi untuk bahan-bahan yang lunak. Pengujian dilakukan dengan terlebih
dahulu memberikan beban minor 10 kg, dan kemudian beban mayor
diaplikasikan. Beban mayor biasanya 60 atau 100 kg untuk indentor bola
baja dan 150 kg untuk indentor brale. Mesikpun demikian, dapat
digunakan beban dan indentor sesuai kondisi pengujian. Karena pada
pengujian rockwell, angka kekerasan yang ditunjukkan merupakan
kombinasi antara beban dan indentor yang dipakai, maka perlu diberikan
awalan huruf pada angka kekerasan yang menunjukkan kombinasi beban
dan penumbuk tertentu untuk skala beban yang digunakan. Dial pada
mesin terdiri atas warna merah dan hitam yang didesain untuk
mengakomodir pengujian skala B dan C yang seringkali dipakai. Skala
kekerasan B digunakan untuk pengujian dengan kekerasan medium seperti
baja karbon rendah dan baja karbon medium dalam kondisi telah dianil
(dilunakkan). Range kekerasannya dari 0–100. Bila indentor bola baja
dipakai untuk menguji bahan yang kekerasannya melebihi B 100, indentor
dapat terdefomasi dan berubah bentuk. Selain itu, karena bentuknya, bola
baja tidak sesensitif brale untuk membedakan kekerasan bahan-bahan yang
keras. Tetapi jika indentor bola baja dipakai untuk menguji bahan yang
lebih lunak dari B 0, dapat mengakibatkan pemegang indentor mengenai
benda uji, sehingga hasil pengujian tidak benar dan pemegang indentor
dapat rusak.
Tabel 1. Skala kekerasan Rockwell dan huruf awalannya (Davis,
Troxell, dan Wiskocil, 1955)
Simbol skala Indentor Beban Warna dial
dan huruf
penekanan (kg)
awalan
B Kelompok 1: 100 100
C Bola baja 1/16 –inchi brale 150 150
A Kelompok 2: 60 Hitam
D Brale 100 Hitam
E Brale 100 Merah
F Bola baja 1/8 –inchi 60 Merah
G Bola baja 1/16 –inchi 150 Merah
H Bola baja 1/16 –inchi 60 Merah
K Bola baja 1/8 –inchi 150 Merah
Bola baja 1/8 –inchi
L Kelompok 3: 60 Merah
M Bola baja 1/4 –inchi 100 Merah
P Bola baja 1/4 -inchi 150 Merah
R Bola baja 1/4 –inchi 60 Merah
S Bola baja 1/2 –inchi 100 Merah
V Bola baja 1/2 –inchi 150 Merah
Bola baja 1/2 –inchi

E. Langkah Kerja
a. Percobaan Dengan Metode Brinell hardness
 Pasang penetrator ukuran 5 mm, pada dudukan penetrator
 Letakan benda kerja St 37, alumunium, kuningan, besi yang di las.
 Putar benda kerja sehingga bersentuhan dengan benda kerja.
 Pasang bandul 500 kgf
 Tutup katup hidrolik, gerakan tuas hingga jaru manometer bergerak
sesuai beban, tahan dan hitung waktunya.
 Kendorkan katup hidrolik hingga jaruum ke nol.
 Lepaskan tuas katup
 Turunkan handel keluarkan keluarkan benda kerja
 Gunakan kaca pembesar, dan senter.
b. Percobaan Dengan Metode Rockwell
 Gunakan penctraktor lunak 1/16 bola baja
 Cocokkan apa yang diminta
 Beban mayor dan beban minor
 Kriteria sesuai dengan material
 Rockwell b, beban 100
 Putar sampai menyentuh, sampai titik merah
 Putar diesel sampai nol
 Hitung waktung telah di tentukan
 Turunkan kembali tuas
 Catat hasil yang tertera pada angka manometer

c. Percobaan Dengan Metode Vikers


 Hidupkan tombol power di belakang
 Pasang penetrator berbentuk pyramid (intan)
 Tekan tombol panah searah jarum jam pada LCD, sehingga
penetrator tepat di atas benda kerja.
 Putar handel sehingga benda kerja bersentuhan dengan penetrator.
 Tekan tombol star pada LCD hingga terdengar suara alaram
 Putar handel hingga benda kerja turun
 Tekan tombol berlawanan arah jarum jam hingga microscop di atas
benda kerja.
 Periksa dengan lop, gerakan handel sehingga terdapat bayangan dari
benda kerja.
 Putar spuyer kanan hinggga garis bertemu pada satu sisi
 Putar spuyer kiri hingga garis berada di ujung bayangan
 Tekan tombol ziro pada LCD
 Hingga ada nilai nol 0, putar spuyer kanan hingga ke ujung kanan
bayangan
 Cacat nilai nya.
F. Data

Uji bahan
Nama alat penguji
dan nama bahan Waktu (s) Beban (F) Hasil
yang di uji
Rockwell hardness
Best metal 10 dt 100 kgf 30 mm
Kampuh las 10 dt 100 kgf 1 mm
HAZ 20 dt 100 kgf 33 mm

Rockwell hardness
St 37 10 dt 100 kgf 45 mm
Kuningan 10 dt 100 kgf 34 mm
Alumunium 10 dt 100 kgf 46 mm

Brainell hardness
St 37 20 dt 500 kgf 21 x 0,05 = 1,05 mm
Kuningan 20 dt 500 kgf 23 x 0,05 = 1,15 mm
Alumunium 20 dt 500 kgf 20 x 0,05 = 1 mm

Viker hardness hasil


Diagonal 1= 663,70 mm
998,85 mm
= 26,8mm
St 37 alarm
Diagonal 2= 642,73 mm
993, 10 mm
= 27,7mm
Diagonal 1 = 997,34 mm
410,31 mm
= 37,4 mm
Kuningan alarm
Diagonal 2 = 589,74 mm
395,42 mm
76,4 mm
Diagonal 1 = 612,07 mm
332,01 mm
= 83,1mm
Alumunium alarm Diagonal 2 = 659, 52 mm
378,23 mm
= 74,5mm
G. Analisa

1. Apa fungsi dari pengujian kekerasan bahan ?


2. Sebutkan perbedaan hasil pengujian pengelasan dengan yang tidak di las ?
3. Apa perbedaan dari pengujian dengan metode Brinel, Rockwell, dan
Vickers ?

Jawaban
1. Pengujian kekerasan adalah pengujian yang paling efektif untuk
menguji kekerasan dari suatu material karena dengan pegujian ini kita
dapat dengan mudah mengetahui gambaran sifat mekanis suatu bahan,
meskipun pengukuran hanya kita lakukan pada satu titik namun nilai
kekerasan di suatu titik tersebut sangat valid untuk mewakili kekuatan
keseluruhan sifat suatu material tersebut, dengan pengujian juga kita
lebih mudah menggolongkan suatu material tersebut apakah getas atau
ulet.
2. Hasil perbedaan hasil pengujian dapat kita baca melalui table berikut.
Nama alat penguji dan
nama bahan yang di uji Waktu (s) Beban (F) Hasil

Rockwell hardness
Best metal 10 dt 100 kgf 30 mm
Kampuh las 10 dt 100 kgf 1 mm
HAZ 20 dt 100 kgf 33 mm

Rockwell hardness
St 37 10 dt 100 kgf 45 mm
Kuningan 10 dt 100 kgf 34 mm
Alumunium 10 dt 100 kgf 46 mm
Perbedaannya cukup jelas kita ambil data dari st 37, di mana bahwa
besi yang terkena las lebih keras di banding kan besi murni, karena
besi tersebut terkena tekanan panas yang tinggi hingga menyebabkan
susunan partikel atom didalam besi tersebut menjadi lebih padat
sehingga lebih keras di tambah dengan proses pendinginan udara
terbuka.
3. Perbedaan dari pengujian ketiga tersebut adalah
Brinell :
Tidak dapat digunakan untuk menguji material yang tipis dan kecil
Butuh ketelitian saat mengukur diameter lekukan hasil indentasi
Namun kelebihan nya adalah, sangat bagus jika digunakan untuk
menguji material yang bersifat heterogen
Vikers :
Skala kekerasan yang continue untuk rentang yang luas, dari yang
sangat lunak dengan nilai 5 maupun yang sangat keras dengan nilai
1500 karena indentor intan yang sangat keras
Di anjurkan untuk pengujian material yang sudah dip roses case
hardening, dan proses pelapisan dengan logam lain yang lebih keras
dapat dilakukan dengan benda dengan ketipissan 0,006 inch.
Namun kelemahan nya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
menentukan nilai kekerasan sehingga jarang dipakai untuk kebutuhan
rutin.
Rokwell :
Kelebihannya adalah, dapat digunakan untuk bahan yang sangat
keras, dapat digunakan untuk batu gerinda sampai plastic, cocok untuk
semua material keras dan lunak.
Kekurangannya adalah: tingkat ketelitian rendah, tidak stabil jika
terkena goncangan,penekanana bebanya tidak praktis,

H. Simpulan
Dalam dunia permesinan sangat penting jika kita
mengetahui dan menentukan sifat kekerasan suatu material untuk
kita jadikan suatu alat, setelah melakukan pengujian dari 3 cara
dapat kita simpulkan bahwa ketiag cara tersebut masing-masing
memiliki kekurangan dan kelebihan, jika kita ingin menguji suatu
material dengan cepat atau praktis kita dapat melakukan pengujian
dengan metode Rockwell, namun jika kita ingin menentukan
kekuatan material yang tipis kita dapat menggunakan metode
vikers, jadi ketiga metode tersebut sangat di perlukan tergantung

metode dan dan jenis bahan apa yang kita gunakan.

Gambar bandul Rockwell

Gambar penetrator bola baja ukuran 1/16


gambar manometer Rockwell

penetrator brinell
gambar tuas rockwell

brinell

Anda mungkin juga menyukai