PENGUJIAN KEKERASAN
(HARDNESS TEST)
A. Latar Belakang
Material teknik adalah ilmu mengenai bahan-bahan material dimana ilmu ini
berkembang bukan berdasarkan teori saja melainkan atas dasar pengamatan,
pengukuran, dan pengujian.
Pengujian bahan material saat ini semakin meluas baik dalam konstruksi,
pemesinan, bangunan maupun bidang lain.Hal ini disebabkan karena sifat material
yang bisa diubah-ubah.
Untuk mengetahui kualitas suatu material, pengujian kekerasan sangat erat
kaitannya untuk mengetahui seberapa kuat bahan tersebut menompang suatu beban
tertentu maka dari itu dilakukanlah suatu pengujian untuk mengetahui seberapa kuat
bahan tersebut menahan pukulan maupun gaya gesekan.
B. Tujuan Pengujian
Untuk memperoleh angka kekerasan bahan yang merupakan salah satu sifat
mekanik yang penting.
C. Peralatan
1. Amplas 300
2. Amplas 1200
3. Hardness Tester set
4. Kikir
5. Microscope
D. Bahan
1. Baja Anealing
2. Baja Quenching
3. Baja Tanpa Perlakuan
E. Dasar Teori
Kekerasan suatu bahan merupakan salah satu sifat mekanik yang penting. Hal ini
disebabkan pelaksanaan pengujian yang lebih sederhana dibanding dengan pengujian
yang lain. Adapun definisi kekerasan sangat tergantung pada cara pengujian tersebut
dilakukan.
d
D
2
1360
d d
F. Langkah Pengujian
Menghaluskan, meratakan, dan membuat sejajar permukaan spesimen terhadap
permukaan meja uji.
Memilih metode pengujian yang dipakai.
Memasang Identor yang dipakai beserta landasannya.
Mengatur beban yang telah ditentukkan tiap-tiap metode pengujian.
Menahan beban dengan menarik test lever berlawanan jarum jam.
Memasang spesimen diatas landasan anvil holder screw dan memutar handwheel
searah jarum jam.
Mengamati jarum kecil dan menepatkan pada titik merah pada dial kekerasan,
dengan khusus pada pengujian Rockwell memutar piringan skala dan mengamati
jarum panjang tepat pada angka nol skala hitam.
Menarik test lever searah jarum jam perlahan-lahan sampai mentok, menghitung
waktu yang telah ditentukkan setiap metode pengujian dan (khusus Rockwell baca
skalanya).
Mengulangi cara diatas untuk pengujian selanjutnya.
G. Gambar Alat uji kekerasan
Keterangan Gambar :
1. Test loads mobile selector
2. Avalable loads scale
3. wrench to select tested loads
4. Ring nut to fix the penetrator
5. Penetrator
6. Test lever
7. Instrument identification plate
8. Anvil holder screw
9. Handweel to regulate the rising screw
1. Metode Brinell
Jenis mesin : - Hardness Test
- Microscope
Tgl pengujian : 1/12/2015
Penguji : Saepul Bahri
D d Kekerasan
No. Bahan P (N)
(mm) (mm) (HBN)(Kg/mm²)
= 131,06 Kg/mm²
P
2. HBN
πD
1
D D2 d2
2
2
187,56
=
1
3,93 2,5 2,5 2 1,32 2
= 131,06 Kg/mm²
P
3. HBN
πD
1
D D2 d2
2
2
= 187,56
1
3,93 2,5 2,5 2 1,32 2
= 131,06 Kg/mm²
Anealing
P π D π .2,5
1. HBN dimana: = = 3,93
πD
1
2 2
D D2 d 2 2
2
P =1840 =178,56 kg
187,56
=
1
3,925 2,5 2,5 2 1,4 2 2
= 111,44 Kg/mm²
P
2. HBN
πD
1
D D 2 d 2 2
2
187,56
=
1
3,925 2,5 2,5 2 1,4 2 2
= 111,44 Kg/mm²
P
3. HBN
πD
1
D D 2 d 2 2
2
187,56
=
1
3,925 2,5 2,5 2 1,45 2 2
= 103,10 Kg/mm²
Quenching
P π D π .2,5
1. HBN dimana: = = 3,925 mm
πD
1
2 2
D D 2 d 2 2
2
P =1840 =187,56 Kg
187,56
=
1
3,9325 2,5 2,5 2 1,275 2 2
= 136,70 Kg/mm²
P
2. HBN
πD
1
D D2 d2
2
2
187,56
=
1
3,925 2,5 2,5 2 1,32 2
= 131,06 Kg/mm²
P
3. HBN
πD
1
D D 2 d 2 2
2
187,56
=
1
3,925 2,5 2,5 2 1,32 2
= 131,06 Kg/mm²
2. Metode Rockwell
Jenis mesin : Hardness Test
Tgl pengujian : 1/12/2015
Penguji : Saepul Bahri
3. Metode Vickers
Jenis mesin : - Hardness Test
: - Microscope
Tgl pengujian : 1/12/2015
Penguji : Saepul Bahri
Tabel 2.4 Data nilai kekerasan (HV)
Kekerasan
No Bahan P(N) d1(mm) d2(mm)
(HV)(Kg/mm²)
1 588 0,82 0,83 163,26
Tanpa
2 588 0,82 0,83 163,26
perlakuan
3 588 0,83 0,84 159,38
1 588 0,9 0,94 131,29
2 Anealing 588 0,94 0,93 127,11
3 588 0,90 0,93 132,73
1 588 0,82 0,83 163,26
2 Quenching 588 0,83 0,82 163,26
3 588 0,82 0,83 163,26
2
59,938
1,854
0,82 0,83
2
2
= 163,26 Kg/mm²
P
2. HV 1,854
d1 d 2
2
2
59,938
1,854
0,82 0,83
2
2
= 163,26 Kg/mm²
P
3. HV 1,854
d1 d 2
2
2
59,93
1,854
0,83 0,84
2
2
= 159,38 Kg/mm²
Anealing
P
1. HV 1,854 dimana: P=588 N = 59,938 Kg
d1 d 2
2
2
59,938
= 1,854
0,90 0,94
2
2
= 131,29 Kg/mm²
P
2. HV 1,854
d1 d 2
2
2
59,938
1,854
0,94 0,93
2
2
= 127,11 Kg/mm²
P
3. HV 1,854
d1 d 2
2
2
59,938
1,854
0,90 0,93
2
2
= 132,73 Kg/mm²
Quenching
P
1. HV 1,854 dimana: P=588 N = 59,938 Kg
d1 d 2
2
2
59,938
= 1,854
0,82 0,83
2
2
= 163,26 kg/mm²
P
2. HV 1,854
d1 d 2
2
2
59,938
1,854
0,83 0,82
2
2
= 163,26 Kg/mm²
P
3. HV 1,854
d1 d 2
2
2
59,938
1,854
0,82 0,83
2
2
= 163,26 Kg/mm²
160
140
120
80 Anealing
60 Quenching
40
20
0
HBN HRC HV
I. Pembahasan
Dari hasil analisis data percobaan di atas didapatkan nilai kekerasan yang berbeda
dari ketiga jenis uji kekerasan (Brinell, Rockwell. Vickers) terhadap spesimen yang
telah mengalami proses quenching, anealing, dan tanpa perlakuan. Hal tersebut karena
adanya perbedaan ketelitian yang digunakan dari masing-masing jenis uji kekerasan.
Pada uji kekerasan dengan metode Brinell dengan dengan beban (P) sebesar 1840
N dengan diameter identor (D) sebesar 2,5 mm pada spesimen 1 dengan perlakuan
quenching didapatkan diameter rata-rata identasi (d1) sebesar 1,275 mm dengan nilai
kekerasan (HBN) sebesar 136,70 Kg/mm2. Pada spesimen 2 didapatkan diameter rata-
rata identasi (d2) sebesar 1,3 mm dengan nilai kekerasan (HBN) sebesar 131,06
Kg/mm2. Pada spesimen 3 diperoleh diameter rata-rata identasi (d3) sebesar 1,3 mm
dengan nilai kekerasan (HBN) 131,06 Kg/mm2, sehingga didapat nilai rata-rata
kekerasan (HBN) untuk spesimen dengan perlakuan quenching adalah sebesar 108,66
Kg/mm2 . Pada spesimen 1 dengan perlakuan anealing diperoleh diameter rata-rata
identasi (d1) sebesar 1,4 mm dengan nilai kekerasan (HBN) sebesar 111,44 Kg/mm2.
Pada spesimen 2 didapat diameter rata-rata identasi (d2) sebesar 1,4 mm dengan nilai
kekerasan (HBN) sebesar 111,44 Kg/mm2. Pada spesimen 3 didapat diameter rata-rata
identasi (d3) sebesar 1,45 mm dengan nilai kekerasan (HBN) sebesar 103,10 Kg/mm2.
Pada spesimen 1 dengan tanpa perlakuan didapat diameter rata-rata identasi (d1)
sebesar 1,3 mm dengan nilai kekerasan (HBN) sebesar 131,06 Kg/mm2. Pada
spesimen 2 diperoleh diameter rata-rata identasi (d2) sebesar 1,3 mm dengan nilai
kekerasan (HBN) sebesar 131,06 Kg/m2 dan pada spesimen 3 didapat diameter rata-
rata identasi (d3) sebesar 1,3 mm dengan nilai kekerasan (HBN) sebesar 131,06
Kg/mm2.
Pada uji kekerasan Rockwell dengan beban (P) sebesar 1471 N dengan identor
kerucut berwarna hitam, nilai kekerasan dengan metode ini langsung dapat dibaca
pada alat uji kekerasan, yaitu pada spesimen 1 dengan perlakuan quenching
didapatkan nilai kekerasan (HRC) sebesar 155 HRC, pada spesimen 2 didapatkan nilai
kekerasan (HRC) sebesar 155 HRC, dan pada spesimen 3 didapatkan nilai kekerasan
(HRC) sebesar 144 HRC, sehingga dieroleh nilai rata-rata kekerasan (HRC) pada
spesimen dengan perlakuan quenching adalah sebesar 151,33 HRC. Sedangkan pada
spesimen 1 dengan perlakuan anealing didapatkan nilai kekerasan (HRC) sebesar 135
HRC, pada spesimen 2 didapatkan nilai kekerasan (HRC) sebesar 138 HRC, dan pada
spesimen 3 didapatkan nilai kekerasan (HRC) sebesar 140 HRC, sehingga diperoleh
nilai rata-rata kekerasan (HRC) pada spesimen dengan perlakuan anealing adalah
sebesar 137,67 HRC. Pada spesimen 1 dengan tanpa perlakuan didapatkan nilai
kekerasan (HRC) sebesar 153 HRC, pada spesimen 2 didapatkan nilai kekerasan
(HRC) sebesar 154 HRC, dan pada spesimen 3 didapatkan nilai kekerasan (HRC)
sebesar 155 HRC, sehingga diperoleh nilai rata-rata kekerasan (HRC) pada spesimen
tanpa perlakuan sebesar 154 HRC.
Pada uji kekerasan dengan metode Vickers dengan beban (P) sebesar 588 N
dengan identor piramid pada spesimen 1 dengan perlakuan quenching didapatkan
diameter diagonal pertama (d1) sebesar 0,82 mm dan diameter diagonal kedua (d2)
sebesar 0,83 mm dan nilai kekerasan (HV) sebesar 163,26 Kg/mm2. Pada spesimen 2
didapatkan diameter diagonal pertama (d1) sebesar 0,83 mm dan diameter diagonal
kedua (d2) sebesar 0,82 mm dan nilai kekerasan (HV) sebesar 163,26 Kg/mm2. Pada
spesimen 3 didapatkan diameter diagonal pertama (d1) sebesar 0,82 mm dan diameter
diagonal kedua (d2) sebesar 0,83 mm dan nilai kekerasan (HV) sebesar 163,26
Kg/mm2, sehingga diperoleh nilai rata-rata kekerasan (HV) pada spesimen dengan
perlakuan quenching adalah sebesar 163,26 Kg/mm2. Pada spesimen 1 dengan
perlakuan anealing didapatkan diameter diagonal pertama (d1) sebesar 0,90 mm dan
diameter diagonal kedua (d2) 0,94 mm dan nilai kekerasan (HV) sebesar 131,29
Kg/mm2. Pada spesimen 2 didapatkan diameter diagonal pertama (d1) sebesar 0,94
mm dan diameter diagonal kedua (d2) sebesar 1,93 mm dan nilai kekerasan (HV)
sebesar 127,11 Kg/mm2. Pada spesimen 3 didapatkan diameter diagonal pertama (d1)
sebesar 0,90 mm dan diameter diagonal kedua (d2) sebesar 0,93 mm dan nilai
kekerasan (HV) sebesar 132,73 Kg/mm2, sehingga diperoleh nilai rata-rata kekerasan
(HV) pada spesimen dengan perlakuan anealing adalah sebesar 130,37 Kg/mm2. Pada
spesimen 1 dengan tanpa perlakuan didapatkan diameter diagonal pertama (d1)
sebesar 0,82 mm dan diameter diagonal kedua (d2) sebesar 0,83 mm dan nilai
kekerasan (HV) sebesar 163,26 Kg/mm2. Pada spesimen 2 didapatkan diameter
diagonal pertama (d1) sebesar 0,82 mm dan diameter diagonal kedua (d2) sebesar 0,83
mm dan nilai kekerasan (HV) sebesar 163,26 Kg/mm2. Pada spesimen 3 didapatkan
diameter diagonal pertama (d1) sebesar 0,83 mm dan diameter diagonal kedua (d2)
sebesar 0,84 mm dan nilai kekerasan (HV) sebesar 159,38 Kg/mm2, sehingga
diperoleh nilai rata-rata kekerasan (HV) pada spesimen tanpa perlakuan adalah sebesar
161,97 Kg/mm2.
Pada buku-buku atau literature tentang pengujian material, biasanya logam
dengan perlakuan Quenching angka kekerasan sangat signifikan dibandingkan dengan
logam tanpa perlakuan maupun logam yang dianealing. Salah satu faktor yang
mempengaruhi nilai pengujian ini adalah banyaknya volume fluida (air) yang
digunakan sebagai media pendinginan material, dimana pada percobaan ini air yang
digunakan dalam proses pendinginan tidak sebanding dengan volume material serta
penggunaan fluida (air) ini digunakan untuk mendinginkan lebih dari satu specimen
yang telah dipanaskan.
Dari hasil ketiga metode uji kekerasan di atas baik metode Brinell, Rockwell,
maupun Vickers maka didapatkan nilai kekerasan terbesar rata-rata adalah pada
spesimen dengan perlakuan panas metode Quenching.
J. Penutup
A. Kesimpulan
Dari hasil percobaan di atas maka dapat disimpulkan bahwa nilai kekerasan
bahan/spesimen adalah berbeda-beda, hal tersebut karena perbedaan perlakuan
(tanpa perlakuan, annealing, dan quenching) pada spesimen-spesimen tersebut.
B. Saran
1. Ketepatan dalam membaca skala diameter, panjang diagonal pada microscope
pada metode Brinell dan Vickers harus lebih diperhatikan.
2. Kehalusan, kerataan, dan kesejajaran spesimen terhadap meja uji harus lebih
diperhatikan.