Anda di halaman 1dari 19

Hardness Test

Kekerasan suatu material/bahan merupakan sifat mekanik yang sangat penting, karena
dapat digunakan untuk mengetahui sifat mekanik lain yaitu strength (kekuatan). Nilai
kekuatan tarik yang dimiliki suatu material juga dapat dikonversi dari kekerasannya.
Seperti pada Gambar 1 di bawah ini.

Si
fat bahan yang berhubungan dengan kekerasan, Pengujian kekerasan ada bermacam-
macam tergantung konsep yang dianut. Dalam engineering yang menyangkut logam
kekerasan dinyatakan sebagai kemampuan untuk menahan indentasi / penetrasi /
abrasi atau dengan definisi lain adalah ketahanan logam terhadap deformasi plastis.

Ada beberapa cara hardness test yang standar untuk menguji kekerasan logam yaitu;
pengujian Brinell, Rockwell, Vickers, dan lain lain. Pada dasarnya hardness test
dilakukan dengan menekankan sebuah indenter yang lebih keras sifatnya dari bahan
uji dengan beban dan jangka waktu tertentu (10-15 detik), bekas tapak tekan pada
permukaan benda uji diukur untuk menentukan nilai kekerasan dengan cara gaya
tekan dibagi luas tapak tekan.

Metode Hardness Test


da berbagai macam metode pengujian kekerasan yang digunakan untuk menguji
kekerasan logam, yaitu :

1. Metode Hardness Brinell.


2. Metode Hardness Vickers.
3. Metode Hardness Rockwell.
4. Metode Hardness Rockwell Superficial.
5. Metode Hardness Knoop.
6. Metode Hardness Shore Scleroscope.
7. Metode Hardness Sonodur.
8. Metode Hardness Moh.
9. Metode Hardness File.

Dari kesembilan metode hardness test tersebut, hanya tiga saja yang akan dibahas
metode pengujian kekerasan untuk menguji kekerasan logam, yaitu:

1. Metode Pengujian hardness Brinell.


2. Metode Pengujian Hardness Vickers.
3. Metode Pengujian Hardness Rockwell
. Metode Pengujian Kekerasan Brinell.
Pengujian Brinell merupakan jenis hardness test dengan cara menusuk atau menekan
spesimen menggunakan indentor berbentuk bola yang terbuat dari baja yang sudah
dikeraskan atau karbida tungsten. Indentor bola baja digunakan untuk material yang
memiliki kekerasan Brinell hingga 450 BHN.

Indentor bola karbida tungsten harus digunakan apabila material yang di uji memiliki
kekerasan Brinell antara 451-650 BHN. Pengujian yang standar dilakukan dengan
menggunakan diameter 10 mm bola baja atau karbida tungsten dengan beban 3000
kgf untuk logam keras, beban 1500 kgf untuk logam pertengahan, dan beban 500 kgf
serta lebih rendah untuk material lunak.

Indenter selain diameter 10 mm bisa digunakan, misal 5 mm, 2,5 mm dan 1 mm. Jika
menggunakan diameter indenter selain 10 mm maka beban harus disesuaikan
mengikuti formula 𝑃 𝐷2 = konstan. Nilai konstanta tergantung dengan material yang
di uji, 30 digunakan untuk baja dan paduannya, 10 digunakan untuk tembaga dan
paduannya dan 5 digunakan untuk aluminium dan paduannya
vF = gaya tekan (kgf) D =
diameter indenter (mm) d = diameter indentasi (mm) HBW berarti hardness Brinell
dengan indenter karbida tungsten. Jika indenter yang digunakan bola baja (steel ball)
maka kekerasan dinyatakan dengan HBS. Atau secara umum biasanya dinyatakan
dengan BHN.

Penulisan nilai Hardness Brinell harus diikuti dengan simbol HBW atau HBS. dan
jika diameter indenter dan beban yang digunakan tidak standar maka harus diikuti
oleh kondisi pengujian yang meliputi diameter indenter yang digunakan, beban dan
dwell time, jika waktu yang digunakan saat pembebanan di luar 10-15 detik. Contoh:

 220 HBW artinya nilai Hardness Brinell 220 dengan indenter 10 mm beban
3000 kgf dwell time 10-15 detik.
 350 HBW 5/750 artinya nilai Hardness Brinell 350 dengan indenter 5 mm
beban 750 kgf dwell time 10-15 detik.
 600 HBW 1/30/20 artinya nilai Hardness Brinell 600 dengan indenter 1 mm
beban 30 kgf dwell time 20 detik
Keterbatasan uji Brinell :

 Mengukur material yang sangat keras. Indentor bola dapat mengalami


deformasi yang berlebihan.
 Mengukur kekerasan spesimen tipis. Indentasi dapat lebih besar dari pada
tebal spesimen.
 Mengukur material yang dikeraskan permukaan. Indentasi dapat menusuk
lebih dalam dari pada tebal permukaan yang dikeraskan sehingga
pengukuran menjadi tidak valid sebab mengakibatkan pengukuran bagian
dalam yang lunak juga.
2. Metode pengujian kekerasan Vickers.
Prinsip dasar pengujian vickers sama dengan uji Brinell, perbedaannya penggunaan
indentor intan yang berbentuk piramid beralas bujur sangkar dan sudut puncak antara
dua sisi yang berhadapan 136o. Pengukuran diagonal segi empat lebih akurat
dibandingkan pengukuran pada lingkaran. Pengujian ini dapat dilakukan untuk
spesimen tipis hingga 0,006 inci.

Nilai yang diperoleh akurat hingga nilai 1300 (setara dengan Brinell 850). Indentor
relatif tidak menjadi rata seperti pada Brinell. Beban yang digunakan pada uji vickers
antara 1 hingga 120 kgf. Perubahan beban relatif tidak mempengaruhi hasil pengujian,
penggunaan beban yang berbeda akan tetap menghasilkan nilai yang sama untuk
material yang sama. Nilai Hardness Vickers dapat dihitung dengan persamaan :

Dimana: HV = Hardness Vickers P = Beban (kgf) α = sudut 2 sisi yang berhadapan


pada indentor d = diagonal indentasi rata-rata (mm)
Penulisan nilai kekerasan vickers harus diikuti akhiran yang menunjukkan gaya yang
digunakan dan durasi pembebanan jika waktu yang digunakan diluar 10-15 detik.
Contoh penulisan nilai Hardness vickers :

 440 HV 30 artinya nilai Hardness 440 dengan beban 30 kgf dan durasi
pembebanan 10-15 detik.
 440 HV 30/20 artinya nilai Hardness 440 dengan beban 30 kgf dan durasi
pembebanan 20 detik.
3. Metode pengujian kekerasan Rockwell.
Metode Hardness Test Rockwell berbeda dengan Brinell dan Vickers. Pada uji
kekerasan Rockwell tidak melakukan pengukuran tapak tekan secara manual,
pengukuran langsung dilakukan oleh mesin dan langsung menunjukkan nilai hardness
dari bahan yang diuji, nilai ini dapat dilihat pada dial indicator.
Nilai kekerasan yang diperoleh berhubungan terbalik dengan kedalaman identasi.
Indenter yang digunakan adalah bola baja yang diperkeras berukuran 1/16 in dan 1/8
in serta kerucut intan bersudut 120o dengan ujung bulat diberi nama brale. Pada
operasi pengujian, Beban minor diterapkan sebesar 10 kgf yang menyebabkan identasi
awal dan menempatkan identer pada posisi yang akurat untuk penekanan. Dial
ditempatkan pada skala tanda set nol.

Selanjutnya, pemberian beban utama (major) yang berbeda besarannya tergantung


pada skala rockwell yang digunakan lihat Tabel 1. Rockwell skala A digunakan untuk
logam yang sangat keras. Rockwell skala B digunakan untuk menguji material dengan
kekerasan medium. Skala B memiliki nilai 0 – 100. Nilai Hardness diatas 100
memberikan hasil pengujian yang kurang valid sebab kemungkinan indentor telah
menjadi rata.

Rockwell skala C digunakan untuk menguji material dengan kekerasan tinggi yaitu
diatas B100. Baja paling keras memiliki nilai C70. Skala C digunakan pada C20 ke
atas.

Skala
Rockwell dibagi atas 100 bagian lihat Gambar 3. Setiap bagian atau nilai kekerasan
setara dengan 0,002 mm indentasi. Angka B55 dan B60 memliki perbedaan
kedalaman indentasi sebesar 5 x 0,002 mm atau 0,01 mm
Gambar 5. Dial
indikator pada mesin rockwell @bakergauges.com
Tabel 1. Skala Rockwell
Prosedur Hardness Test :
1. Brinell Hardness Test.
Hal yang perlu diperhatikan pada saat pengujian hardness Brinell adalah sebagai
berikut :

1. Spesimen harus memenuhi persyaratan : – Rata dan halus. – Ketebalan


minimal 6 mm. – Bisa ditumpu dengan baik dan permukaan uji harus
horizontal.
2. Identor yang digunakan adalah bola baja yang sudah dikeraskan, tapi untuk
material/bahan yang sangat keras (sampai 650 BHN) digunakan bola dari
carbida tungsten. Jarak dengan titik pengujian minimal dua kali diameter
tapak identasi.
3. Syarat perbandingan P/D2 = 30 digunakan untuk baja, 10 digunakan untuk
tembaga dan paduannya, serta 5 digunakan untuk aluminium dan
paduannya. Penggunaan beban (P) dan diameter identor (D) diharuskan
memenuhi syarat tersebut
4. Pengujian kekerasan ini dilakukan dengan menekan identor pada
permukaaan spesimen selama 10-15 detik, seperti pada Gambar 6 di bawah
ini.

Gambar 6 Metode Pengujian Kekerasan Brinell


Brinell Hardness Number) yang dihitung berdasarkan diameter identasi dengan persamaan sebagai
berikut :

Dimana : P = Gaya tekan (kgf) D = Diameter identor bola baja (mm) d = Diameter
hasil identasi (mm)

Penulisan nilai kekerasan seperti contoh berikut : 320 HBS-2,5/187,5/20


Dimana :
320 = Nilai kekerasan.
HBS = Metode Pengujian Brinell
2,5 = Diameter Identor
187,5 = Gaya pembebanan (N)
20 = Waktu pembebanan (detik)

Karena pengukuran dilakukan secara manual, maka terdapat peluang untuk terjadinya
kesalahan ukur. Kesalahan tersebut mungkin terjadi ketika pemfokusan objek pada
layar, peletakan alat ukur pada objek dan pembacaan pengukurannya.

2. Vickers Hardness Test.


Metode Hardness Vickers pada dasarnya hampir sama dengan Brinell hanya
indentornya saja yang berbeda. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada metode
pengujian kekerasan Vickers adalah sebagai berikut :

 Spesimen harus memenuhi persyaratan: o Permukaan harus rata dan halus o


Dapat ditumpu dengan baik dan permukaan horizontal
 Identor yang digunakan adalah pyramid intan yang beralas bujur sangkar
yang memiliki sudut puncak antara dua sisi yang berhadapan adalah 136
derajat.
 Pada dasarnya semua beban bisa digunakan, kecuali untuk pelat yang tipis
harus digunakan beban yang ringan
 Pengujian kekerasan ini dilakukan dengan menekan identor pada permukaan
spesimen dengan waktu selama 10 – 15 detik.
Nilai kekerasan pengujian ini dinyatakan dalam satuan DPH (VickersDiamond
Pyramid Hardness) yang dihitung berdasarkan diagonal identasi dengan persamaan

sebagai berikut :

Hasil Tapak Tekan Pengujian Vickers dapat dilihat pada Gambar 8 berikut :

Gambar 2.5 Hasil Tapak Tekan Pengujian Vickers


Nilai kekerasan ditulis seperti contoh berikut : 150 DPH 150/10
Dimana : 150 = Nilai Kekerasan
DPH = Metode Pengujian Vickers
150 = Gaya Pembebanan (kgf)
10 = Waktu Pembebanan (detik)

Sama halnya dengan hardness test dengan Brinell, karena pengukuran dilakukan
secara manual maka terdapat kemungkinan terjadinya kesalahan ukur. Kesalahan itu
mungkin terjadi ketika pemfokusan objek pada layar, peletakan alat ukur pada objek
dan pembacaan pengukurannya

3. Rockwell Hardness Test.


Berbeda dengan metode Brinell dan Vickers yang menggunakan pengukuran manual,
dengan metode Rockwell pengukuran nilai kekerasan langsung dapat dibaca pada
skala yang terdapat pada mesin. Dengan metode ini nilai kekerasan spesimen
langsung dapat dibaca dari skala yang terdapat pada mesin. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan pada metode pengujian kekerasan Rockwell, yaitu:

1. Spesimen harus memenuhi persyaratan: o Permukaan harus rata dan halus o


Dapat ditumpu dengan baik dan permukaan horizontal
2. Metode Rockwell mempunyai beberapa skala pengukuran, yang mana
pemakaian tersebut tergantung pada kombinasi jenis identor dan beban
utama yang digunakan. Ada tiga jenis identor dengan tiga jenis beban utama,
sehingga terdapat sembilan kombinasi sebagaimana ditunjukkan pada
Gambar 9 di bawah ini.
Gambar 9 Jenis Identor dan jenis beban utama pada metode Rockwell
Tabel 2 Jenis – Jenis Skala Pada Pengujian Kekerasan Rockwell

Pelaksanaan metode ini, awalnya spesimen diberi identasi awal dengan beban minor
10 kg, lalu diberi beban utama (60 kg, 100 kg atau 150 kg) selama 20 detik.

4. Setelah spesimen dibebaskan dari kedua beban tersebut maka jarum skala
akan menunjukkan berapa nilai kekerasan dari spesimen tersebut.
5. Penulisan nilai kekerasan seperti contoh berikut : 73 Rc, dimana 73 nilai
kekerasannya, sedangkan Rc adalah skala yang digunakan. Metode
pengujian dapat dilihat pada Gambar 10 di bawah ini.

Ga
mbar 10 Metode pengujian Rockwell skala C
Sebagai contoh, Rockwell B untuk logam secara umum, Rockwell C untuk logam
yang keras dan Rockwell A untuk logam yang sangat keras. Pemakaian kombinasi
identor dan beban yang salah dengan jenis material yang diuji akan menyebabkan
tidak akuratnya hasil pengujian.

Lihat juga : Bending Test dan Prosedurnya

Acceptance Criteria Hardness Test :


Syarat keberterimaan uji Hardness adalah tergantung dari nilai kekerasan pada
sertifikat atau dokumen material/bahan, apabila nilai Uji Hardness berada dibawah
nilai kekerasan di sertifikat material/bahan, maka meterial/bahan dapat diterima atau
ACC. Adapun Perbandingan metode uji Brinell, Vickers dan Rockwell :

 Ketebalan spesimen minim 6 mm untuk brinell standar dan 1,5 mm untuk


rockwell dan vickers.
 Brinell standar mengakibatkan bekas indentasi cukup besar sehingga tidak
digunakan untuk finished product, Rockwell dan vickers meninggalkan
bekas yang kecil.
 Rockwell indentasinya kecil tidak baik digunakan pada bahan yang tidak
homogen misal besi cor kelabu, karena ada bagian yang keras dan lunak.
 Brinell tidak menuntut kehalusan permukaan yang tinggi, cukup dengan
gerinda kasar.
 Brinell dan Vickers pengukuran dilakukan manual, memungkinkan
terjadinya kesalahan ukur.
 Vickers dapat digunakan untuk material lunak hingga keras, namun sensitif
terhadap kekasaran permukaan.
 Brinell terbatas pada logam dengan kekerasan maksimal 650 BHN.
Lihat juga : Uji Metalografi

Apabila Anda membutuhkan Uji Hardness, Anda dapat melakukan chat atau telpon di
nomor 08118841141

Referensi :
1. ASTM E18.
2. ASTM E92.
3. ASTM E10-00.
4. Modul Praktek Uji Bahan – PPNS

FIRMANSYAH
Mahasiswa Teknik Pengelasan.

Impact Test
Magnetic Particle Test

ONE THOUGHT ON “HARDNESS TEST”


1.

hanafiah Liu says:


Bisa diabntu info harga dan stock untuk 1 unit test hardness portable.
UNit unutk kami suply kembali.
Terima kasih.

NOVEMBER 30, 2020 AT 5:15 PM


REPLY
Leave a Reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *
Comment *
Name *
Email *
Website
Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.
LATEST POSTS
 07
Jul
Pengertian Kalibrasi2 Comments
 18
Mar
5 Fungsi Jangka Sorong, Bagian dan Cara Membacanya
 11
Feb
Klasifikasi Baja Karbon dan Penggunaannya
 21
Oct
Bagian Bagian Mikroskop9 Comments
 28
May
Kesimpulan dari berinel1. Brinell Hardness Test.
Hal yang perlu diperhatikan pada saat pengujian hardness Brinell adalah sebagai
berikut :

1. Spesimen harus memenuhi persyaratan : – Rata dan halus. – Ketebalan


minimal 6 mm. – Bisa ditumpu dengan baik dan permukaan uji harus
horizontal.
2. Identor yang digunakan adalah bola baja yang sudah dikeraskan, tapi untuk
material/bahan yang sangat keras (sampai 650 BHN) digunakan bola dari
carbida tungsten. Jarak dengan titik pengujian minimal dua kali diameter
tapak identasi.
3. Syarat perbandingan P/D2 = 30 digunakan untuk baja, 10 digunakan untuk
tembaga dan paduannya, serta 5 digunakan untuk aluminium dan
paduannya. Penggunaan beban (P) dan diameter identor (D) diharuskan
memenuhi syarat tersebut
Pengujian kekerasan ini dilakukan dengan menekan identor pada permukaaan
spesimen selama 10-15 detik, seperti pada Gambar 6 di bawah ini

. Vickers Hardness Test.


Metode Hardness Vickers pada dasarnya hampir sama dengan Brinell hanya
indentornya saja yang berbeda. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada metode
pengujian kekerasan Vickers adalah sebagai berikut :

 Spesimen harus memenuhi persyaratan: o Permukaan harus rata dan halus o


Dapat ditumpu dengan baik dan permukaan horizontal
 Identor yang digunakan adalah pyramid intan yang beralas bujur sangkar
yang memiliki sudut puncak antara dua sisi yang berhadapan adalah 136
derajat.
 Pada dasarnya semua beban bisa digunakan, kecuali untuk pelat yang tipis
harus digunakan beban yang ringan
 Pengujian kekerasan ini dilakukan dengan menekan identor pada permukaan
spesimen dengan waktu selama 10 – 15 detik.
Nilai kekerasan pengujian ini dinyatakan dalam satuan DPH (VickersDiamond
Pyramid Hardness) yang dihitung berdasarkan diagonal identasi dengan persamaan
sebagai berikut :
Nilai kekerasan pengujian ini dinyatakan dalam satuan DPH (VickersDiamond
Pyramid Hardness) yang dihitung berdasarkan diagonal identasi dengan persamaan

sebagai berikut :

Hasil Tapak Tekan Pengujian Vickers dapat dilihat pada Gambar 8 berikut :
Kesimpulan dari rokwel: . Rockwell Hardness Test.
Berbeda dengan metode Brinell dan Vickers yang menggunakan pengukuran manual,
dengan metode Rockwell pengukuran nilai kekerasan langsung dapat dibaca pada
skala yang terdapat pada mesin. Dengan metode ini nilai kekerasan spesimen
langsung dapat dibaca dari skala yang terdapat pada mesin. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan pada metode pengujian kekerasan Rockwell, yaitu:

1. Spesimen harus memenuhi persyaratan: o Permukaan harus rata dan halus o


Dapat ditumpu dengan baik dan permukaan horizontal
2. Metode Rockwell mempunyai beberapa skala pengukuran, yang mana
pemakaian tersebut tergantung pada kombinasi jenis identor dan beban
utama yang digunakan. Ada tiga jenis identor dengan tiga jenis beban utama,
sehingga terdapat sembilan kombinasi sebagaimana ditunjukkan pada
Gambar 9 di bawah ini.
3.

Gambar 9 Jenis Identor dan jenis beban utama pada metode Rockwell
4. Tabel 2 Jenis – Jenis Skala Pada Pengujian Kekerasan Rockwell
5.

Anda mungkin juga menyukai