Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENGUJIAN KEKERASAN

METODE BRINELL

Anggota Kelompok :
 Reza Aditiya Octavian 061.22.012
 Ilham Aria Ronesta 061.22.002
 Naufal Ananda 061.22.009
 Muhammad Arjuna Syahbian Haqqi 061.22.010
 Aldi Alex 061.22.013
 M Rio Aprizal 061.22.019

Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Trisakti
2022
1. Pendahuluan
1.1 Sejarah
Pada saat ini kebutuhan akan material terutama material berbahan logam
sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu bahan yang menjadi
kebutuhan yang mendasar untuk suatu konstruksi contohnya adalah besi dan
baja. Kebutuhan berbagai macam sifat mekanik yang dibutuhkan oleh suatu
material berbeda, sifat mekanik tersebut terutama meliputi kekerasan, keuletan,
ketangguhan, serta sifat mampu mesin yang baik. Setiap bahan memiliki
karakteristik yang berbeda. Pengujian kekerasan adalah pengujian yang paling
efektif, karena dengan pengujian ini dapat dengan mudah mengetahui gambaran
besar tentang sifat mekanik suatu material. Meskipun pengukuran hanya
dilakukan dari satu titik atau area tertentu, Uji kekerasan cukup kompeten untuk
menggambarkan kekuatan material. Melakukan uji kekerasan, bahan dapat
dengan mudah diklasifikasikan sebagai material ulet atau getas.
Uji kekerasan material metode Brinell awalnya dikembangkan oleh insinyur
asal Swedia pada tahun 1900. Pada saat itu uji material metode Brinell adalah uji
kekerasan standar pertama yang digunakan secara luas dan terstandarisasi dalam
bidang teknik dan metalurgi. Ukuran lekukan yang besar dan kemungkinan
kerusakan pada benda uji membatasi kegunaannya. Namun, hal itu juga
memiliki kegunaan bahwa nilai kekerasan dibagi dua memberikan perkiraan
UTS dalam ksi untuk baja. Fitur ini berkontribusi pada adopsi awal melalui uji
kekerawan yang kemudian seperti Rockwell dan lainnya.
Metode uji kekerasan Brinell yang digunakan untuk menentukan kekerasan
Brinell, didefinisikan dalam ASTM E10. Hal itu paling sering digunakan untuk
menguji bahan yang memiliki struktur yang terlalu kasar atau yang memiliki
permukaan yang terlalu kasar untuk diuji menggunakan metode pengujian lain,
misalnya coran dan tempa. Pengujian Brinell sering menggunakan beban uji
yang sangat tinggi (3000kgf) dan indentor berdiameter 10mm sehingga lekukan
yang dihasilkann rata-rata dari sebagian besar ketidakkonsistenan permukaan
dan bawah permukaan.

1
1.2 Klasifikasi
Pengujian kekerasan bertujuan untuk mengetahui angka kekerasan atau
tingkat kekerasan logam tersebut. Metode pengujian kekerasan terdiri dari
penekanan, goresan, dan dinamik. Pengujian kekerasan dengan penekanan
banyak digunakan oleh industri permesinan karena prosesnya mudah dan cepat
dalam memperoleh angka kekerasan logam jika dibandingkan dengan metode
lainnya. Pengujian kekerasan metode penekanan adalah dengan metode
Rockwell, Brinell, dan Vickers. Metode Brinell dan Vickers yang
menitikberatkan pada perhitungan kekuatan bahan terhadap setiap daya luas
penampang bidang yang menerima pembebanan tersebut. Sedangkan metode
Rockwell menitikberatkan pada pengukuran kedalaman hasil penekanan atau
penekan (indentor) yang membentuk berkasnya (indentasi) pada benda uji.

2. Mekanisme Pengujian
Pengujian kekerasan dengan metode Brinell merupakan pengujian
kekerasan dengan cara penekanan penekanan. Pada proses pengujian dengan
metode Brinell proses penekanan ini bertujuan untuk membentuk penetrasi
pada permukaan bahan uji yang dianalisis untuk menentukan tingkat
kekerasan dari bahan tersebut. Penetrasi/ penekanan ini merupakan bentuk
perubahan tetap dari bahan uji yang disebabkan oleh pembebanan, beban
yang diberikan dalam pengujian ini tidak mengakibatkan rusak/kegagalan
pada material dan pecahnya benda uji/ spesimen itu sendiri hasil yang didapat
dari pengujian kekerasan dengan metode Brinell yaitu ditentukan berdasarkan
perbandingan antara angka konstanta dari jenis bahan ketebalan bahan dimana
beban itu diberikan terhadap diameter alat penekan (Indentor).Pada pengujian
ini material yang digunakan untuk alat penekannya menggunakan bola
bajayang sudah dipilih sesuai dengan ketentuan pengujian. Mesin pengujian
kekerasan Brinell dapat dilihat pada gambar berikut:

2
Gambar 1. Mesin Pengujian Brinell

Pengujian brinell dilakukan dengan penekanan sebuah bola baja yang


terbuat dari material baja chrom yang telah dikeraskan dengan diameter
tertentu, oleh gaya tekan secara statis kedalam permukaan logam yang diuji
harus rata dan bersih. Setelah gaya tekan ditiadakan dan bola baja
dikeluarkan dari bekas lekukan, maka diameter paling atas dari lekukan tadi
diukur secara teliti untuk kemudian dipakai untuk penentuan kekerasan logam .
Bola brinell yang sudah ditentukan oleh standar internasional tersebut ada
2 bahanpembuatannya. Ada yang terbuat dari baja yang di keraskan/dilapis
chrom, dan ada juga yang terbuat dari tungsten carbide. Tungsten carbide lebih
keras dari baja, jadi tungsten carbide biasanya dipakai untuk pengujian benda
yang keras yang dikhawatirkan akan merusak bola baja. Uji kekerasan ini
berupa pembentukan lekukan pada permukaan logam memakai bola baja yang
dikeraskan yang ditekan dengan beban tertentu. Beban diterapkan selama
waktu tertentu, dan diameter lekukan diukur dengan mikroskop, setelah beban
tersebut dihilangkan. Permukaan yang akan dibuat lekukan harus relatif halus,
rata dan bersih dari debu atau kerak. Angka kekerasan brinell (BHN)
dinyatakan sebagai beban P dibagi luas permukaan lekukan. BHN bukan
merupakan sebuah besaran fisik yang kurang baik karena tidak meliputi
tekanan rata-rata pada seluruh permukann indentasi.
Pengujian kekerasan pada Brinell ini biasa disebut BHN (Brinell

3
Hardness Number). Pada pengujian Brinell akan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil dari pengujian bahan
dengan metode Brinell. Hal hal yang dapat memepengaruhinya adalah
sebagai berikut:
1. Kehalusan permukaan
2. Letak benda uji pada inventor
3. Adanya pengotor pada permukaan

3. Syarat Pengujian
Dalam melakukan pengujian terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
yaitu sebagai berikut:
1. Spesimen harus memenuhi persyaratan, yaitu rata dan halus, ketebalan minimal
6mm, bisa ditumpu dengan baik dan permukaan uji harus horizontal.
2. Indentor yang digunakan adalah bola baja yang sudah dikeraskan, tetapi untuk
materia atau bahan yang sangat keras (sampau 659BHN) digunakan bola dari
carbide tungsten. Jarak yang diperlukan dengan titik pengujian minimal dua kali
diameter tapak identasi.
3. Syarat perbandingan P/D2 = 30 digunakan untuk baja, sedangkan 10 digunakan
untuk tembaga, dan paduannya, serta 5 digunakan untuk aluminium dan
paduannya. Penggunaan beban (P) dan diameter identor (D) diharuskan
memenuhi persyaratan tersebut.
4. Pengujian kekarasan dengan metode Brinell dilakukan dengan menekan identor
pada permukaan specimen selama 10-15 detik.

4. SOP Pengujian
Dalam pengujian Brinell alat penekan memakai bola baja biasanya bahan
penekan yang terbuat dari baja chrom yang telah disepuh atau ada juga
cementite carbide. Bola ini tidak boleh berdeformasi sama sekali disaat
proses penekanan kepermukaan logam uji jika bola ini terjadi deformasi maka
yang terjadi adalah gagalnya pengujian kekerasan ini. Bola untuk menguji
dalam pengujian Brinell mempunyai standar yang harus dipenuhi untuk

4
pengujian dari bola brinell yaitu mempunyai diameter sebesar 10mm atau
0,3937 inch, dengan mempunyai toleransi maksimal 0,005mm atau 0,0002
inch. Selain yang telah distandarkan seperti diatas terdapat juga bola-bola
brinell dengan diameter yang lebih kecil (Ø 5 mm, Ø 2,5 mm, Ø 2 mm, Ø 1,25
mm, Ø 1 mm, Ø 0,65 mm) yang juga mempunyai toleransi-toleransi tersendiri.
Misalnya untuk diameter bola Brinell 1 s/d 3 mm adalah toleransi kurang
lebih 0,0035 mm, antara 3 s/d 6 adalah toleransi kurang lebih 0,004 mm dan
antara 6 s/d 10 adalah toleransi kurang lebih 0,005 mm. Karena pada
penggunaannya bola Brinell atau bola penekan ini tergantung pada gaya tekan
(P) dan jenis logam yang diuji, maka dalam praktisi dilapangan harus dapat
memilih diameter bola yang paling sesuai benda mulai ketebalan benda
panjang benda. Diameter bola dengan gaya yang diberikan mempunyai
ketentuan, yaitu:
 Jika diameter bola terlalu besar dan gaya yang diberikan terlalu kecil
maka akan mengakibatkan bekas lekukan yang terjadi akan terlalu
kecil dan mengakibatkan sukar diukur sehingga memberikan informasi yang
salah.
 Jika diameter bola terlalu kecil dan gaya yang diberikan terlalu besar
maka dapat mengakibatkan diameter bola pada benda yang diuji besar
(amblasnya bola) sehingga mengakibatkan harga kekerasannya menjadi salah.
Dalam penggujian Brinell Untuk bahan/ material yang akan
digunakan harus terlebih dahulu disiapkan. Selanjutnya untuk tingkat
kehalusan material yang akan diuji juga harus diperhatikan dan tingkat
kebersihan material haruslah bersih dan diusahakan sehalus mungkin dengan
cara digerinda atau bisa diamplas. Selain itu spesimen untuk pengujian
kekerasan. Brinell Harus rata dan tegak lurus, bersih dari debu, karat, dan
terak. Setelah itu lakukanlah pengujian dengan langka langkah tertentu.
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam melakukan percobaan yaitu
sebagai berikut:

1 . Mempersiapkan alat dan bahan pengujian yang akan digunakan dalam pengujian:

5
A. Benda uji yang sudah di gerinda
B. Mesin uji kekerasan Brinell ( Brinell hardness test )
C. Indentor bola/bola Brinell ( bola baja atau bola carbide)
D. Mikroskop pengukur
E. Amplas halus
F. Stop watch
2. Periksa kembali dan persiapkan spesimen sehingga siap untuk di uji
3. Periksa dan persiapkan mesin untuk di pakai meliputi penyetelan mesin pemasangan
inventor bola/bola Brinell.
4. Lakukan pemeriksaan pada pembebanan sudah sesuai dengan benda kerja ,
diameter bola baja yang akan digunakan, dan alat pengukur waktu.
5. Hal yang perlu diperhatikan adalah dalam pengujian Brinell adalah jarak dari titik
pusat lekukan baik dari tepi spesimen maupun dari tepi lekukan lainnya harus
kurang lebih jaraknya 2 dan 3/2 diameter lekukan.
6. Lakukanlah proses pengujian sebanyak lima kali pada spesimen sehingga
diperoleh nilai rata rata dari pengujian kekerasan Brinell yang telah dilakukan
tersebut.
7. Bebaskan beban tekan dan keluarkan bola dari lekukan lalu pasang alat optis
untuk melihat bekas yang kemudian diameter bekas tadi diukur secara teliti
dengan mikrometer pada mikroskop. Pengukuran diameter ini untuk sebuah lekuk
dilakukan dua kali secara bersilang, tegak lurus dan baru dari dua nilai diameter
yang diperoleh diambil rata-ratanya untuk kemudian dimasukan kedalam
rumus Brinell untuk memperoleh hasil kekerasan Brinell (HB).
8. Pengamatan diameter penekanan inventor/bola Brinell dilakukan dengan
menggunakan teropong Indentor dan data diameternya disesuaikan dengan
tabel kekerasan
9. Masukan data hasil pengujian Brinell tersebut ke dalam rumus dibawah ini:

2P
B HN =
(π D)¿ ¿

6
Keterangan :

 BHN = Nilai Kekerasan Brinell


 P = beban yang digunakan (kg)
 D = diameter bola baja (mm)
 d = diameter lekukan (mm)

10. Lihat hasil penghitungan nilai kekerasan Brinell


5. Cara Memperoleh Nilai Keras Uji Brinell
Pada penggujian Brinell pada umumnya menggunakan standar internasional
ASTM E10 dan ISO 6506. Angka kekerasan brinell (BHN) dinyatakan sebagai
beban P dibagi luas permukaan lekukan. Pada prakteknya, luas ini dihitung dari
pengukuran mikroskopik Panjang diameter jejak. BHN dapat ditentukan dari
persamaan berikut:
2P
BHN=
(π D)¿ ¿
Keterangan :

 BHN = Nilai Kekerasan Brinell


 P = beban yang digunakan (kg)
 D = diameter bola baja (mm)
 d = diameter lekukan (mm)

7
Gambar 1 Parameter Pengujian Brinell

Berdasarkan gambar 1, terlihat bahwa d=D sinΦ. Dengan memasukkan harga ini ke
dalam persamaan akan dihasilkan bentuk persamaan kekerasan brinell yang lain,
yaitu:
P
BHN= 2
(π /2) D −(1−cos ∅ )
Untuk mendapatkan BHN yang sama dengan beban atau diameter bola yang
tidak standar, diperlukan keserupaan lekukan secara geometris. Keserupaan
geometris akan diperoleh, selama besar sudut 2Φ tidak berubah. Agar Φ dan BHN
tetap konstan, beban dan diameter bola harus divariasikan sehingga memenuhi
perbandingan.
P1 P2 P3
2
= 2
= 2
D1 D2 D3

Tanpa menjaga P/D2 konstan, yang dalam percobaan sering sangat merepotkan,
sehingga BHN akan bervariasi terhadap beban. Bekas penekanan yang relatif besar
pada uji kekerasan brinell memberikan keuntungan dalam membagikan secara pukul
rata ketidakseragaman lokal. Selain itu, uji brinell tidak begitu dipengaruhi oleh
goresan dan kekasaran permukaan dibandingkan uji kekerasan yang lain. Di sisi
lain, pada saat penggujian Brinell bekas penekanan dari alat penekan atau ujung

8
penekan yang terlalu besar ukurannya, sehingga dapat menghalangi pemakaian uji
ini untuk benda uji yang kecil atau tipis, atau pada bagian bagian yang kritis
terhadap tegangan sehingga lekukan dan hasil yang didapat saat pengujian yang
terjadi dapat menyebabkan kegagalan (failure) proses pengujian Brinell.

6. Contoh Penggunaan Uji Kekerasan Brinell


Berdasarkan dengan teori-teori yang sudah dijelaskan sebelumnya, berikut
ini merupakan contoh perhitungan penggunaan dari uji kekerasan dengan
metode Brinell.
 Soal : Suatu bahan dari baja yang cukup tipis dengan ketebalan 2mm, tentukan
beban dan diameter indentor yang harus digunakan untuk pengujian kekrasan
tersebut.
 Penyelesaiaan : untuk bahan baja, maka perbandingan P/D 2 adalah 30.
Sedangkan indentor yang dapat digunakan untuk benda uji tebal 2mm adalah
bola indentor berdiameter 2,5mm dengan beban 187,5 kg. Hasil tersebut
diperoleh dari perhitungan sebagai berikut.

p
=30
D2
2
P=30 D
2
P=30 (2,5)
P=187,5 kgf
Adapun waktu penekanan ditentukan berdasarkan jenis bahan yang diuji yaitu :
 Waktu penekanan 15 detik untuk bahan logam ferro
 Waktu penekanan 30 detik untuk bahan tembaga
 Waktu penekanan 1 menit untuk bahan timah dan panduanya
Ukuran diameter identor 10mm memiliki toleransi sebesar ± 0,0025 mm dan untuk yang
lainnya ± 0,5%. Selanjutnya, untuk percobaan pengujian bahan uji (specimen) dibentuk
sesuai ukuran khususnya pada ketebalan standar pe ngujian kekerasan Brinell.

9
10
DAFTAR PUSTAKA

Andriyanto, Dwi dan Zami, M. Khoiruz Zam. 2014. Laporan Resmi Praktikum
Pengetahuan Bahan Teknik. Fakultas Teknik. Universitas Tronojoyo. Madura

Budiyanto, Eko dan Dri Handonom, Sulis. 2020. Pengujian Material.


Lampung:Laduny.

Dahlan, Hadijaya. 2000. Pengaruh Variasi Behan Indentor Micro Hardness Tester
Terhadap Akurasi Data Uji Kekerasan Material. ISSN 0852-4777. URANIA No.23 –
24

Anda mungkin juga menyukai