PENGUJIAN BAHAN
DESTRUKTIF DAN NON-DESTRUKTIF
DISUSUN OLEH :
DIKI SUDARMAN
061430201061
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK MESIN KONSENTRASI
ALAT BERAT
JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
PALEMBANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengujian Destruktif
Sesuai dengan namanya pengujian ini bersifat merusak bahan yang diuji
sehingga bahan yang diuji akan rusak atau cacat. Bahan yang diuji adalah bahan
yang telah memenuhi bentuk dan jenis secara internasional umumnya ada
beberapa pengujian destruktif yaitu:
2.1.1
yang kabur, yang mempunyai banyak arti tergantung pada pengalaman pihakpihak yang terlibat. Pada umumnya, kekerasan menyatakan ketahanan terhadap
deformasi, dan untuk logam dengan sifat tersebut merupakan ukuran
ketahanannya terhadap deformasi plastik atau deformasi permanen. Untuk orangorang yang berkecimpung dalam mekanika pengujian bahan, banyak yang
mengartikan kekerasan sebagai ukuran ketahanan terhadap lekukan. Untuk para
insinyur perancang, kekerasan sering di artikan sebagai ukuran kemudahan dan
kuantitas khusus yang menunjukkan sesuatu mengenai kekuatan dan perlakuan
panas dari suatu logam. Adapun definisi kekerasan sangat tergantung pada cara
pengujian tesebut dilakukan. Beberapa dari definisi tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Ketahanan terhadap indentasi permanen akibat beban dinamis atau
statis kekerasan indentasi.
b. Energi yang diserap pada beban impact (Kekerasan Pantul).
c. Kekerasan terhadap goresan (Kekerasan Goresan).
d. Ketahanan terhadap abrasi (Kekerasan Abrasi).
e. Ketahanan terhadap pemotongan atau pengeboran (Mampu Mesin).
f. Untuk logam, hanya kekerasan lekukan yang banyak menarik
perhatian dalam kaitannya di bidang rekayasa.
Dari uraian singkat di atas maka kekerasan suatu material
dapat
Penekanan
(scratching), pantulan
suatu
permukaan
benda
tersebut
ataupun
dapat
berupa mekanisme
A.
Metode Gores
Metode goresan (scratch hardness) merupakan perhatian utama para
terdiri
atas
10
standar mineral
disusun
berdasarkan
6 = Orthoclase ( feldspar )
7 = Quartz
8 = Topaz
9 = Corundum
10 = Intan
adalah intervalnya kurang spesifik
penggores yang terbuat dari intan. Beban sebesar 3 kgf digunakan dan
lebar goresan diukur melalui mikroskop dengan rumus:
H=
Dimana :
104
2
d
bahan tersebut, semakin tinggi pantulan artinya bahan ini memiliki kekerasan
yang tinggi pengukuran kekerasan dengan cara ini disebut sistem Shore
Scleroscope. Konstruksi sistem Shore Scleroscope seperti gambar berikut.
Gambar 2.1 Mesin Uji Kekerasan Shore Scleroscope Tipe SH-D
(Anonym, 2012)
C. Metode Identasi/lekukan
Tipe pengetasan kekerasan material/logam ini adalah dengan mengukur
tahanan plastis
dari
permukaan
suatu
Metode Brinnel
Uji kekerasan indentasi Brinell merupakan pengujian metode
indentasi yang pertama kali diterima dan distandardisasi secara
D
2P
BHN =
dimana :
BHN bukan sebuah besaran yang baik secara fisika karena tidak
meliputi
tekanan
rata-rata
pada
seluruh
permukaan
indentasi.
Metode Meyer
9
Meyer
menyarankan
bahwa
tekanan
rata-rata
pada
dimana
4P
2
d
Kekerasan Meyer
kurang
sensitif
terhadap
beban
indentor
sedangkan
kekerasan
Brinell
berkurang
dengan
semakin
10
Hv=
2 Fsin2
d
1.8554 F
2
d
11
= konstanta indentor
12
atau
ketika
menguji
material
getas,
yang
memiliki
metode
13
minor maupun mayor, ada dua tipe pengujian yaitu Rockwell dan
Superficial Rockwell. Untuk Rockwell, beban minor adalah 10kgf,
dimana beban mayor adalah 60, 100, dan 150 kgf. Masing masing
skala diwakili oleh huruf huruf alphabet yang ada di tabel. Untuk
Superficial Rockwell, beban minornya 3 kgf dan beban mayornya 15,
30, dan 45 kgf. Skala ini diidentifikasi dengan 15, 30, atau 45
(berdasarkan beban) diikuti dengan N, T, W, X, atau Y, tergantung
pada
penekan.
Pengujian
14
15
penunjukan
skala
yang
tepat.
Contohnya
80
HRB
16
dan
kekurangan.
Kelebihan
dari
metode
Rockwell seperti dapat digunakan untuk bahan yang sangat keras, dapat
dipakai untuk batu gerinda sampai plastik, dan cocok untuk semua
material yang keras dan lunak. Sedangkan untuk kekurangan metode
Rockwell seperti tingkat ketelitian rendah, tidak stabil apabila terkena
goncangan, dan penekanan bebannya tidak praktis (Kurniawan, 2013).
Nilai
kekerasan
dengan
metode
Rockwell
suatu
material
17
2.1.2
Pengujian Tarik (Tensile)
Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan
suatu bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang berlawanan arah
dalam satu garis lurus.. Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting
untuk rekayasa teknik dan desain produk karena mengahasilkan data kekuatan
material. Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material
terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat. Pemberian beban pada kedua
arah sumbunya diberi beban yang sama besarnya. Beban yang diberikan pada
bahan yang di uji ditransmisikan pada pegangan bahan yang di uji. Dimensi dan
ukuran pada benda uji disesuaikan dengan standar baku pengujian.
Pengujian dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanis
suatu material, khususnya logam diantara sifat-sifat mekanis
yang dapat diketahui dari hasil pengujian tarik adalah sebagai
berikut:
hubungan proporsionalitas
satu
dengan
dan
lainnya.
regangan
Setiap
18
dari
baja ulet
B. Batas elastis (elastic limit)
semula
merupakan bagian dari batas elastik ini. Selanjutnya bila bahan terus diberikan
tegangan (deformasi dari luar) maka batas elastis akan terlampaui pada
akhirnya sehingga bahan tidak akan kembali kepada ukuran semula. Dengan
kata lain dapat didefinisikan bahwa batas elastis merupakan suatu titik dimana
tegangan yang diberikan
akan menyebabkan
terjadinya
deformasi
tanpa adanya
yang mengakibatkan
penambahan
terus
beban. Tegangan
19
disebut tegangan luluh (yield stress). Titik luluh ditunjukkan oleh titik Y pada
Gambar 1.1 di atas. Gejala luluh umumnya hanya ditunjukkan oleh logamlogam ulet dengan struktur Kristal BCC dan FCC yang membentuk interstitial
solid solution dari atom- atom carbon, boron, hidrogen dan oksigen. Interaksi
antara dislokasi dan atom-atom tersebut menyebabkan baja ulet eperti mild
steel menunjukkan titik luluh bawah (lower yield point) dan titik luluh
atas(upper yield point). Baja berkekuatan tinggi dan besi tuang yang
getas
umumnya
yang
dikenal
digunakan
suatu
ini
dan
regangan
ditarik paralel dengan OP, sehingga perpotongan XW dan kurva teganganregangan memberikan titik Y sebagai kekuatan luluh. Umumnya garis offset
OX diambil 0.1 0.2% dari regangan total dimulai dari titik O.
Gambar 2.6
Kurva tegangan-regangan dari sebuah
benda uji terbuat dari bahan getas
20
Kekuatan
luluh
atau
titik
luluh merupakan
suatu
gambaran
oleh
21
dari
Fmaks
A
B.
Bahan
yang
bersifat
getas memberikan
perilaku
yang
dengan
penggunaan
hingga
terjadi
mekanisme penciutan
beberapa tingkatan, harus dimiliki oleh bahan bila ingin dibentuk (forming)
melalui proses rolling, bending, stretching, drawing, hammering, cutting dan
sebagainya. Pengujian tarik memberikan dua metode pengukuran keuletan
bahan yaitu:
Persentase perpanjangan (elongation)
Diukur sebagai penambahan panjang ukur setelah perpatahan terhadap
panjang awalnya.
22
Lf = panjang akhir
Lo = panjang awal dari benda uji.
Persentase pengurangan/reduksi penampang (Area Reduction)
Diukur sebagai pengurangan luas penampang (cross-section) setelah
perpatahan terhadapluas penampang awalnya.
Reduksi penampang, R (%) = [(Ao-Af)/Ao] x 100%
dimana :
Af
Young merupakan
semakin kecil
pembebanan
ukuran
ini maka
atau
dapat
dikatakan material
tingkat
tersebut
ini
tidak dapat
dirubah oleh suatu proses tanpa merubah struktur bahan. Sebagai contoh
diberikan oleh Gambar 2.7 di bawah ini yang menunjukkan grafik
tegangan-regangan beberapa jenis baja:
Gambar
2.7
Grafik
tegangan-regangan
beberapa
baja
23
yang
terjadinya
area
perpatahan. Secara
keseluruhan
di
bawah
kuantitatif
dapat
energi
ditentukan
kurva teganganregangan
hasil
dari
hingga
luas
pengujian
24
tetapi hal
ini
tetap disukai
area dan panjang) dari benda uji, sementara untuk mendapatkan kurva
tegangan-regangan sesungguhnya diperlukan luas
pada saat pembebanan setiap saat terukur. Perbedaan kedua kurva tidaklah
terlampau besar pada regangan yang kecil, tetapi menjadi signifikan pada
rentang
setelah
terjadinya
titik
pengerasan
regangan
(strain
hardening),
yaitu
tegangan-regangan rekayasa,
dapat diketahui bahwa benda uji secara aktual mampu menahan turunnya
beban karena luas area awal Ao bernilai konstan pada saat penghitungan
tegangan = P/Ao. Sementara pada kurva tegangan-regangan sesungguhnya
luas area actual adalah selalu turun hingga terjadinya
K. Mode Perpatahan Material
Sampel hasil pengujian tarik dapat menunjukkan beberapa tampilan
perpatahan seperti diilustrasikan oleh Gambar 2.8 ini:
Gambar 2.8 Ilustrasi penampang samping bentuk perpatahn benda uji
tarik sesuai dengan tingkat keuletan/kegetasan
karena
bahan
peringatan
lebih
ulet
umumnya
dahulu
lebih
tangguh
sebelum terjadinya
dan memberikan
kerusakan
Pengamatan
kedua tampilan perpatahan itu dapat dilakukan baik dengan mata telanjang
maupun dengan bantuan stereoscan macroscope. Pengamatan
lebih
detil
(a)
Penyempitan awal
26
Sifat-sifat mekanik dapat ditentukan dengan uji tarik adalah sebagai berikut:
A. Modulus kekakuan geser (Modulus of Rigidity)
Persamaan tegangan-regangan untuk puntiran murni didefinisikan sebagai
berikut:
27
Gr
Io
E
2(1+v )
Rasio Poissons ()
Material
0,34
Aluminium
0,35
Tembaga
0,28
Besi
0,28
Baja
Magnesium
0,33
28
0,34
Titanium
Sus=
Sus
0,80sut
Sus
0,75sut
statis dapat juga terjadi laju deformasi yang tinggi kalau bahan diberi takikan.
Semakin
tajam
takikan,
maka
akan
semakin
besar
deformasi
yang
Pada pengujian ini adalah suatu bahan uji yang ditakik, dipukul oleh
pendulum (godam) yang mengayun. Dengan pengujian ini dapat diketahui sifat
kegetasan suatu bahan. Cara ini dapat dilakukan dengan charpy atau cara izod.
Pada pengujian kegetasan bahan dengan cara impact charpy, pendulum diarahkan
pada bagian belakang takik dari batang uji. Sedangkan pada pengujian impact cara
izod adalah pukulan pendulum diarahkan pada jarak 22 mm dari penjepit dan
takikannya menghadap pada pendulum. Pengerjaan benda uji pada impact charpy
dan izod dikerjakan habis pada semua permukaan. Takikan dibuat dengan mesin
30
fris atau alat notch khusus takik. Semua dikerjakan menurut standar yang
ditetapkan yaitu JIS Z .
Gambar 2.13 Sistem Uji Impact Charpy dan Izod
h2
cos
Besarnya usaha yang diperlukan untuk memukul patah benda uji dapat diketahui
melalui rumus sebagai berikut :
W = W1 W2 (kgm)
Sehingga persamaan yang diperoleh dari rumus di atas adalah sebagai berikut:
W = G x (cos cos ) (kg m)
dimana:
W
W1
W2
G
cos
cos
Dan besarnya harga impact dapat diketahui dari rumus berikut ini :
K = W/Ao\
dimana :
K
= nilai impact (kg m/mm2)
W
= usaha yang diperlukan untuk mematahkan benda uji (kg m)
Ao
= luas penampang di bawah takikan (mm2)
proses
pembebanan
terhadap
32
suatu
bahan
ditengah-tengah
dari
bahan
yang
ditahan diatas
dua
tumpuan. Dengan
pembebanan ini bahan akan mengalami deformasi dengan dua buah gaya yang
berlawanan
bekerja
pada
saat
yang
bersmaan.
Gambar
dibawah
ini
33
Mc
I
dimana :
= flexural strength
suatu
hasil
sebagai
kehilangan
material
beban gesek dari cincin yang berputar (revolving disc). Pembebanan gesek ini
34
= kecepatan putar, B adalah tebal revolving disc (mm), r jari-jari disc (mm), b
lebar celah material yang terabrasi (mm) maka dapat diturunkan besarnya volume
material yang terabrasi (W):
W = B.b3/12r
Laju keausan (V) dapat ditentukan sebagai perbandingan volume terabrasi (W)
dengan jarak luncur x (setting pada mesin uji):
V = W/x = B.b3/12r.x
35
2.2.
terhadap suatu benda untuk mengetahui adanya cacat, retak, atau discontinuity
lain tanpa merusak benda yang kita tes atau inspeksi. Pada dasarnya, tes ini
dilakukan untuk menjamin bahwa material yang kita gunakan masih aman dan
belum melewati damage tolerance. Material pesawat diusahakan semaksimal
mungkin tidak mengalami kegagalan (failure) selama masa penggunaannya.NDT
dilakukan paling tidak sebanyak dua kali. Pertama, selama dan diakhir proses
fabrikasi, untuk menentukan suatu komponen dapat diterima setelah melalui
tahap-tahap fabrikasi. NDT ini dijadikan sebagai bagian dari kendali mutu
komponen. Kedua, NDT dilakukan setelah komponen digunakan dalam jangka
waktu tertentu. Tujuannya adalah menemukan kegagalan parsial sebelum
melampaui damage tolerance-nya.
Berikut ini beberapa penjelasan tentang jenis-jenis metode NDT yang
umum digunakan :
2.2.1
Visual inspection
Pengujian ini merupakan pemeriksaan hanya dengan menggunakan
mata. Cara ini memang sangat sederhana dan bernilai ekonomis. Karena itu cara
ini selalu dilakukan disamping juga menggunakan cara lain. Sering kali metode
ini merupakan langkah yang pertama kali diambil dalam NDT.
Prinsip dalam metode visual inspection sangat sederhana hanya dengan
menggunakan mata telanjang tanpa alat bantu kecuali kaca pembesar.
36
untuk
cacat
permukaan
komponen
dari
bahan
ferromagnetik
dapat
Ultrasonic Inspection
37
seperti: rolle,
shaft,
turbin,
pipa
bertekanan
las-
2.2.5
atau
Radiographic Inspection
Radiographic inspection merupakan metode yang menggunakan laser
alatradiographic dalam
pengujiannya,
dengan
laser
atau
alat radiographic sehingga dapat diketahui bahan yang terkena retak atau terdapat
cacat.
Metode NDT ini dapat untuk menemukan cacat pada material dengan
menggunakan sinar X dan sinar gamma. Prinsipnya, sinar X dipancarkan
menembus material yang diperiksa. Saat menembus objek, sebagian sinar akan
diserap sehingga intensitasnya berkurang. Intensitas akhir kemudaian direkam
pada film yang sensitif. Jika ada cacat pada material maka intensitas yang terekam
pada film tentu akan bervariasi. Hasil rekaman pada film ini lah yang akan
memeprlihatkan bagian material yang mengalami cacat.
Dengan adanya sinar dari pancaran sinar maka metode ini dapat lebih
mudah untuk menentukan suatu cacat dengan adanya bayangan putih yang
menunjukkan cacat dan hitam yang menunujukkan tidak adanya cacat.
2.2.6
mendeteksi cacat permukaan pada benda padat yang tidak berpori-pori. Cacat
38
yang
terdeteksi
boleh
jadi
timbul
karena
proses
pembuatannya
atau
39
40
41
42