Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK 2


“PENGUJIAN KEKERASAN MATERIAL
LOGAM METODE ROCKWELL”

D
I
S
U
S
U
N

Oleh :
- BENNY RIZKI ROMADHAN (061730200103)
- IVAN RIVALDO (061730200107)

PROGRAM STUDI D3
JURUSAN TEKNIK MESIN

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Makna nilai kekerasan suatu material berbeda untuk kelompok bidang ilmu yang
berbeda. Bagi insinyur metalurgi nilai kekerasan adalah ketahanan material terhadap
penetrasi sementara untuk para insinyur nilai tersebut adalah ukuran dari tegangan alir, untuk
insinyur lubrikasi kekerasan berarti ketahanan terhadap mekanisme keausan, untuk para
insinyur mineralogi nilai itu adalah ketahanan terhadap goresan, dan untuk para mekanik
work-shop lebih bermakna kepada ketahanan material terhadap pemotongan dari alat potong.
Begitu banyak konsep kekerasan material yang dipahami oleh kelompok ilmu,
walaupun demikian konsep konsep tersebut dapat dihubungkan pada satu mekanisme yaitu
tegangan alir plastis dari material yang diuji.
Uji keras merupakan pengujian yang paling efektif karena dengan pengujian ini, kita
dapat dengan mudah mengetahui gambaran sifat mekanik suatu material.
Meskipun pengukuran hanya dilakukan pada satu titik, atau daerah
tertentu saja, nilai kekerasan cukup valid untuk menyatakan kekuatan suatu material. Dengan
melakukan uji keras, material dapat dengan mudah digolongkan sebagai material ulet atau
getas.
Setiap material yang akan digunakan, maka sebelumnya perlu dilakukan
pengujian/pengetesan material/logam, meliputi antara lain:
1. Uji tarik material
2. Uji kekerasan material
3. Uji metalografi dan lain-lain
Setiap material sebelum digunakan perlu dilakukan pengujian material/logam
seperti di atas, dengan maksud dan tujuan yang pada umumnya adalah untuk
mengetahui sifat-sifat utama dari material/logam tersebut, baik dari segi kekuatannya,
ketahanan maupun sifat-sifat yang lain terhadap suatu beban yang akan diberikan.

Manfaat uji kekerasan :


• Mudah
• Murah
• Cepat
• Non-destruktif
• Dapat diterapkan untuk sampel dari berbagai dimensi dan bentuk
• Dapat dilakukan in-situ.

1.2 Tujuan

1. Memahami dan menguasai prosedur metode uji kekerasan Brinell,


Vickersdan Rockwell
2. Membandingkan nilai kekerasan (Brinell dan Vickers) dari beberapa jenis
logam (besi tuang, baja, tembaga dan alumunium).
3. Mengetahui prinsip dan teknik pengujian kekerasan mikro dan
mengaplikasikannya untuk mengetahui kekerasan fasa
fasa di dalam logam baja/besi tuang
4. Mengestimasi nilai kekuatan tarik beberapa logam berdasarkan nilai
kekerasan Brinellnya.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGUJIAN KEKERASAN

Kekerasan adalah ketahanan material terhadap deformasi plastis yang diakibatkan


oleh tekanan atau goresan dari benda lain. Kekerasan merupakan sifat suatu logam, yang
memberi kemampuan logam tahan terhadap deformasi permanen (bengkok, rusak, atau
bentuk yang berubah), ketika suatu beban diterapkan. Pada umumnya, kekerasan menyatakan
ketahanan terhadap deformasi dan untuk logam dengan sifat tersebut merupakan ukuran
ketahanannya terhadap deformasi plastik atau deformasi permanen. Untuk orang yang
berkecimpung dalam mekanika pengujian bahan, banyak yang mengartikan kekerasan
sebagai ukuran ketahanan terhadap lekukan. Untuk para perancang bangunan, kekerasan
sering diartikan sebagai ukuran kemudahan dan kuantitas khusus yang menunjukkan sesuatu
mengenai kekuatan dan perlakuan panas dari suatu logam. Dari uraian singkat di atas maka
kekerasan suatu material dapat didefinisikan sebagai ketahanan material tersebut terhadap
gaya penekanan dari material lain yang lebih keras. Penekanan tersebut dapat berupa
mekanisme penggoresan (scratching), pantulan ataupun ndentasi dari material keras terhadap
suatu permukaan benda uji. Untuk melakukan pengujian kekerasan ada 3 metode, yaitu :

1. Metode goresan
2. Metode elastis atau pantulan ( rebound )
3. Metode indentasi

A. Metode Goresan
Kekersana goresan merupakan perhatian utama para ahli mineral. Dengan mengukur
kekerasan, berbagai mineral dan bahan-bahan yang lain disusun berdasarkan kemampuan
goresan yang satu terhadap yang lain. Kekerasan goresan diukur dengan skala Mohs. Skala
ini terdiri atas sepuluh standar mineral disusun berdasarkan kemampuannya untuk digores.
Mineral yang paling lunak pada skala ini adalah talk (kekerasan goresan 1), kuku jari
mempunyai nilai kekerasan sekitar 2, tembaga yang dilunakkan kekerasannya 3, martensit 7,
logam yang paling keras mempunyai harga kekerasan pada skala Mohs antara 4 sampai 8.
Sedangkan intan mempunyai kekerasan 10. kelemahan dari penilaian kekerasan dengan skala
Mohs adalah penilaiannya tidak cocok untuk logam karena interval skala pada nilai
kekerasan.
B. Metode Elastis atau Pantulan
Untuk mengetahui nilai kekerasan suatu material dintentukan oleh alat yang
dinamakan Scleroscop yang merupakan contoh paling umum dari suatu alat penguji
kekerasan dinamik, mengukur kekerasan yang dinyatakan dengan tinggi lekukan atau tinggi
pantulan. Semakin tinggi pantulan maka kekerasan suatu benda uji semakin tinggi.

C. Metode Indentasi
Metode ini dilakukan dengan penekanan benda uji dengan menggunakan indentor
dengan gaya tekan dan waktu indentasi yang ditentukan. Prinsip kerja dari metode ini dengan
menentukan jejak dari indentasi yang dihasilkan. Nilai kekerasan dari suatu bahan dilihat dari
kedalaman jejak yang ditinggalkan. Jejak yang ditinggalkan menandakan bahwa logam
tersebut telah terdeformasi plastis. Metode indentasi ini di klasifikasikan menjadi 3, yaitu :

1. Metode Brinell
Pengujian kekerasan dilakukan dengan memakai bola baja yang diperkeras (hardened
steel ball). Hasil penekanan adalah jejak berbentuk lingkaran bulat, yang harus dihitung
diameternya dibawah mikroskop khusus pengukur jejak.

Syarat menggunakan metode Brinell :


– indentor bola baja yang dikeraskan berdiameter 2,5-10 mm, beban 300-3000Kg
– permukaan harus rata, jika perlu diamplas atau dimachining terlebih dahulu
– permukaan test harus sesuai dengan karakteristik material, tidak mengalamikarburasi
ataupun proses sejenis lainnya
– ketebalan minimum 0.6 mm dan permukaan tanpa dikeraskan
– pengujian tidak boleh terlalu dipinggir
– beban yang digunakan harus steady dan terbebas dari kemungkinan pembebanan tak
diinginkan disebabkan oleh gaya inersia dari beban
– jarak antar uji minimum 3d
– tidak terjadi penggelembungan di bagian belakang material uji
disebabkan penggunaan beban yang terlalu besar

Keuntungan penggunaan metode Brinell antara lain :


○ Tidak dipengaruhi oleh oleh permukaan material yang kasar bekas penekanan cukup besar,
sehingga mudah diamati dan dapat mengatasi ketidakseragaman fasa material pada
pengujian.

Kerugiannya antara lain :


○ Tidak dapat dikenakan pada benda yang tipis dan permukaan yang kecil, serta pada daerah
kritis di mana penekanan dapat mengakibatkan kegagalan.
○ Tidak berlaku untuk material yang sangat lunak maupun sangat keras.
2. Metode Vickers
Pada metode ini digunakan indentor intan berbentuk piramida dengan sudut 136o.
Prinsip pengujian adalah sama dengan metode brinell, walaupun jejak yang dihasilkan
berbentuk bujur sangkar berdiagonal. Panjang diagonal diukur dengan skala pada mikroskop
pengukur jejak. Uji kekerasan Vickers banyak dilakukan pada pekerjaan penelitian karena
metode tersebut memberikan hasil berupa skala kekerasan yang kontinu, untuk suatu beban
tertentu; dan digunakan pada logam yang sangat lunak, yakni DPHnya 5 hingga logam yang
sangat keras, dengan DPH 1500.
Seperti gambar dibawah ini :

Gambar: Skematis prinsip indentor dengan metode Vickers.

Prinsip pengujian adalah sama dengan Brinell, walaupun jejak yang dihasilkan berbentuk
bujursangkar berdiagonal. Panjang diagonal diukur dengan skala padamikroskop pengukur
jejak.

Pengujian metode Vickers akan memberikan dampak hasil yang berbeda-


bedatergantung pada elestisitas material. Apabila material lunak ataukeelastisitasannya tinggi,
maka hasil indentasi akan mengempis. Dan pada 1.854 PVHN =d 2
material yang kaku, maka akan berbentuk menggembung. Metode ini biasadilakukan
untuk mengukur kekerasan mikro dari material.

Keuntungan metode Vickers :


○ Indentor dibuat dari bahan yang cukup keras, sehingga dimungkinkan dilakukanuntuk
berbagai jenis logam.
○ Memberikan hasil berupa skala kekerasan yang kontinu dan dapat digunakan
untuk menentukan kekerasan pada logam yang sangat lunak dengan kekerasanDPH 5 hingga
logam yang sangat keras dengan DPH 1500
○ Dapat dilakukan untuk benda-benda dengan ketebalan yang sangat tipis, sampai0.006 inchi
○ Harga kekerasan yang didapat dari uji Vickers tidak bergantung pada besar beban indentor
Kerugiannya : Pengujian ini tidak dapat digunakan untuk pengujian rutin karena pengujian
tersebut lama, memerlukan persiapan permukaan benda uji yang teliti, dan rentanterhadap
kesalahan perhitungan panjang diagonal.

3. Metode Rockwell
Metode Rockwell merupakan uji kekerasan dengan pembacaan langsung (direct
reading). Metode ini banyak dipakai dalam industri karena pertimbangan praktis. Indentor
yang digunakan terbuat dari baja diperkeras berbentuk bola dan selain itu ada juga yang
berbentuk kerucut intan. Uji kekerasan Rockwell sangat berguna dan mempunyai
kemampuan ulang (reproducible) sejumlah kondisi sederhana yang diperlukan dapat
dipenuhi. Uji kekerasan Rockwell ini paling banyak dipergunakan. Hal ini disebabkan oleh
sifat–sifatnya yaitu cepat, bebas dari kesalahan manusia, mampu untuk membedakan
perbedaan kekerasan yang kecil pada baja yang diperkeras, dan ukuran lekukannya kecil
sehingga bagian yang mendapat perlakuan panas yang lengkap dapat diuji kekerasannya
tanpa menimbulkan kerusakan. Pengujian ini menggunakan kedalaman lekukan pada beban
yang konstan sebagai ukuran kekerasan. Metoda pengujian kekerasan Rockwell yaitu
mengindentasi material contoh dengan indentor kerucut intan atau bola baja.
Tabel Skala pada Metode Uji Kekerasan Rockwell

Kekerasan Rockwell dapat dibagi menjadi :


Rockwell APenetrator berupa kerucut intan dengan pembebanan 60 Kg. Biasa digunakan
untuk jenis-jenis logam yang sangat keras.

Rockwell BIndentor berupa bola baja dengan diameter 1,6 mm dan pembebanan 100
Kg.Biasa digunakan untuk material-material yang lunak.

Rockwell CIndentor berupa kerucut intan dengan pembebanan 150 Kg. Biasa digunakan
untuk logam-logam yang diperkeras dangan pemanasan. Pengkategorian ini berdasarkan
kombinasi jenis indentor yang digunakan dengan beban yang diberikan.
Pengkategorian ini dimaksudkan agar pengujian menggunakan jenis kombinasi yang tepat
pada benda uji sesuai dengak sifat yang dimiliki oleh benda uji tersebut.d.
Kekerasan Knoop
Merupakan salah satu metode micro-hardness , yaitu uji kekerasan untuk benda uji
yang kecil. Nilai kekerasan Knoop adalah pembebanan dibagi dengan
luas penampang yang terdeformasi permanen. Jejak yang dihasilkan sekitar 0.01mm – 0.1 m
dan beban yang digunakan berkisar antara 5 gr – 5 Kg. Permukaan benda uji harus benar-
benar halus.

METODE
1.Hoytom macrohardness tester (metode Brinell, Vickers dan Rockwell)
2. Buehler Micromet 2100 series microhardness tester (metode Vickers)
3. Micrometer & Measuring microscope
4. Sampel uji silinder pejal dan uji tarik (besi tuang, baja, tembaga dan aluminium)

Gambar : Mesin Hidraulic

Untuk mendapatkan ketelitian hasil pengukuran kekerasan, hal yang harusdiperhatikan


sebelum waktu melakukan pengujian yaitu :

• Permukaan benda kerja harus bersih dari kerak dan kotoran lainnya.
• Posisi permukaan spesimen diusahakan tegak lurus dengan arah indentasi.
• Permukaan spesimen harus diam statis sebelum diberi beban tekan.
• Ketebalan spesimen paling tidak 10 kali diameter indentor.
• Jarak antar titik pengukuran harus lebih besar dari 3 kali diameter indentor.
• Jarak titik pengukuran dari tepi spesimen paling tidak 3 kali diameter indentor.
4. Metode Meyer
Meyer mengajukan definisi mengenai kekerasan yang lebih rasional dibanding yang
diajukan oleh Brinell, yakni berdasarkan luas proyeksi jejak, bukan luas permukaannya.
Tekanan rata-rata antara luas penumbuk (indentor) dan lekukan adalah sama dengan beban
dibagi luas proyeksi lekukan. Kekerasan Meyer kurang peka terhadap beban yang diterapkan
dibanding kekerasan Brinell. Untuk bahan-bahan yang mengalami pengerjaan dingin,
kekerasan Meyer pada dasarnya tetap dan tidak tergantung pada beban, sedangkan kekerasan
Brinell akan mengecil bila beban bertambah besar.
memiliki kekurangan utama berupa ketidakakuratan nilai kekerasan suatu material. Bila
kekerasan mineral-mineral diuji dengan metode lain, ditemukan bahwa nilainilainya berkisar
antara 1-9 saja, sedangkan nilai 9-10 memiliki rentang yang besar.

2. Metode pantul ( metode elastik / rebound )


Dengan metode ini, kekerasan suatu material ditentukan oleh alat scleroscope yang
mengukur tinggi pantulan suatu pemukul (hammer) dengan berat tertentu yang dijatuhkan
dari suatu ketinggian
terhadap permukaan benda uji. Tinggi pantulan (rebound) yang dihasilkan mewakili
kekerasan benda uji. Semakin tinggi pantulan tersebut, yang ditunjukan oleh dial pada alat
pengukur, maka kekerasan benda uji dinilai semakin tinggi.
Metode Pengujian Rockwell
Pengujian kekerasan dengan metode Rockwell ini diatur berdasarkan standar DIN 50103.
Adapun standar kekerasan metode pengujian Rockwell ditunjukkan pada tabel sebagai berikut :

Dalam metode Rockwell ini terdapat dua macam indentor yang ukurannya bervariasi, yaitu :

1. Kerucut intan dengan besar sudut 120º dan disebut sebagai Rockwell Cone.
2. Bola baja dengan berbagai ukuran dan disebut sebagai Rockwell Ball.
Untuk cara pemakaian skala ini, kita terlebih dahulu menentukan dan memilih ketentuan angka
kekerasan maksimum yang boleh digunakan oleh skala tertentu. Jika pada skala tertentu tidak
tercapai angka kekerasan yang akuran, maka kita dapat menentukan skala lain yang dapat
menunjukkan angka kekerasan yang jelas. Berdasarkan rumus tertentu, skala ini memiliki
standar atau acuan, dimana acuan dalam menentukan dan memilih skala kekerasan dapat
diketahui melalui tabel sebagai berikut :
Dalam proses pengujian kekerasan metode Rockwell diberikan dua tahap proses pembebanan.
Tahap Beban Minor dan Beban Mayor. Beban minor besarnya maksimal 10 kg sedangkan beban mayor
bergantung pada skala kekerasan yang digunakan.

Cara pengujian kekerasan Rockwell


Cara Rockwell ini berdasarkan pada penekanan sebuah indentor dengan suatu gaya tekan
tertentu ke permukaan yang rata dan bersih dari suatu logam yang diuji kekerasannya. Setelah gaya tekan
dikembalikan ke gaya minor, maka yang akan dijadikan dasar perhitungan untuk nilai
kekerasan Rockwell bukanlah hasil pengukuran diameter atau diagonal bekas lekukan, tetapi justru
dalamnya bekas lekukan yang terjadi itu. Inilah perbedaan metode Rockwell dibandingkan dengan
metode pengujian kekerasan lainnya.
Pengujian Rockwell yang umumnya dipakai ada tiga jenis, yaitu HRA, HRB, dan HRC. HR itu sendiri
merupakan suatu singkatan kekerasan Rockwell atau Rockwell Hardness Number dan kadang-kadang
disingkat dengan huruf R saja.

Penggunaan mesin uji kekerasan Rockwell


Penguji harus memasang indentor terlebih dahulu sesuai dengan jenis pengujian yang diperlukan, yaitu
indentor bola baja atau kerucut intan. Setelah indentor terpasang, penguji meletakkan specimen yang
akan diuji kekerasannya di tempat yang tersedia dan menyetel beban yang akan digunakan untuk proses
penekanan. Untuk mengetahui nilai kekerasannya, penguji dapat melihat pada jarum yang terpasang
pada alat ukur berupa dial indicator pointer.

Kesalahan dalam pengujian kekerasan disebabkan beberapa faktor yaitu :


1. Benda Uji
2. Operator
3. Mesin Uji Rockwell

Pengujian Kekerasan benda dengan metode Rockwell memiliki beberapa kelebihan antara lain :
1. Dapat digunakan untuk bahan yang sangat keras.
2. Dapat dipakai untuk batu gerinda sampai plastik.
3. Cocok untuk semua material yang keras dan lunak.
Selain memiliki kelebihan Pengujian kekerasan benda dengan metode Rockwell memiliki beberapa
kekurangan antara lain :
1. Tingkat ketelitian rendah.
2. Tidak stabil apabila terkena goncangan.
3. Penekanan bebannya tidak praktis.
Dengan berjalannya waktu, teknologi sekarang ini semakin canggih. Terutama dalam pengujian
kekerasan benda, baik logam, baja, besi, kayu, plastik dll. Meskipun kemajuan teknologi semakin
canggih namun metode Rockwell masih digunakan bahkan diterapkan pada alat uji digital. Diantaranya
adalah Novotest TB-R-C, Novotest TB-R

DAFTAR PUSTAKA
Callister,William D., 1940-Materials science and engineering :
an Introduction/William D. Callister, Jr.—7th edCallister, William D. “Materials and
Science Engineering: an Introduction”, 6thedition. John Wiley & Sons,
Inc.2003.D a v i s , H . E , T r o x e l l , G . E , H a u c k , G F W . ” T h e T e s t i n g o f E n g i n e e r i n
g M a t e r i a l s ”.1982.Dieter, George E. “Mechanical Metallurgy”. McGraw Hill Book Co.
1988.Louis Cart,”Non Destructive Testing”,ASM, 1995.Metal Handbook Ninth Edition,
Volume 8, Mechanical Testing, ASM,1985.Sriati Djaprie, Metalurgi Mekanik, edisi ketiga, jilid
1, Erlangga, 1993.

Anda mungkin juga menyukai