PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pengujian kekerasan suatu bahan sangatlah penting
adanya,ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa kuat
bahan tersebut menopang suatu beban tertentu. Maka dari
itu dilakukanlah suatu pengujian terhadap bahan
tersebut,seberapa keras bahan dapat digunakan dalam
suatu konstruksi .Untuk mengetahui seberapa kuat bahan
tersebut tahan terhadap pukulan maupun gaya gesekan.
1.2 Tujuan percobaan
1. Mahasiswa dapat mengetahui seberapa keras bahan
yang diujikan.
2. Mengetahui seberapa kuat bahan tersebut menahan
beban.
3. Mengetahui kekerasan logam ( bahan ) sebagai ukuran
ketahanan logam tersebut terhadap deformasi plastis.
Kekerasan ini dinyatakan dengan angka kekerasan
brinnel, Vickers atau skala Rockwell.
1.3 Batasan Masalah
Ruang lingkup dari pengujian kekerasan ini yaitu hanya
mengetahui prosedur pegujian serta nilai kekerasan suatu
logam. Adapun batasan masalahnya adalah material uji
yaitu baja ST45, ST60, ST80, Amutit. Kemudian baja
yang belum/sudah mengalami proses treatment diuji
dengan uji kekerasan rockwell dengan indentor intan dan
indentor bola.
1.4 Sistematika Penulisan
Penulisan laporan ini dibagi menjadi enam bab.
Dimana BAB I menjelaskan mengenai latar belakang,
tujuan percobaan, batasan masalah, sistematika penulisan.
BAB II menjelaskan mengenai tinjauan pustaka yang
berisi mengenai teori singkat dari percobaan yang
dilakukan. BAB III menjelaskan mengenai metode
penelitian. BAB IV menjelaskan mengenai data
percobaan. BAB V menjelaskan mengenai pembahasan
dan BAB VI menjelaskan mengenai kesimpulan dari
percobaan.
BAB II
DASAR TEORI
Makna nilai kekerasan suatu material berbeda untuk
kelompok bidang ilmu yang berbeda. Bagi insinyur
metalurgi nilai kekerasan adalah ketahanan material
terhadap penetrasi sementara untuk para insinyur disain
nilai tersebut adalah ukuran dari tegangan alir, untuk
insinyur lubrikasi kekerasan berarti ketahanan terhadap
mekanisme keausan, untuk para insinyur mineralogi nilai
itu adalah ketahanan terhadap goresan, dan untuk para
mekanik work-shop lebih bermakna kepada ketahanan
material terhadap pemotongan dari alat potong.Begitu
banyak konsep kekerasan material yang dipahami oleh
kelompok ilmu, walaupun demikian konsep-konsep
tersebut dapat dihubungkan pada satu mekanisme yaitu
tegangan alir plastis dari material yang diuji.
Setiap material yang akan digunakan, maka sebelumnya
perlu dilakukan pengujian/pengetesan material/logam,
meliputi antara lain:
- Uji tarik material,
- Uji kekerasan material,
- Uji metalografi, dan lain-lain.
1. Metode gores
Metode ini tidak banyak lagi digunakan dalam dunia
metalurgi dan material lanjut, tetapi masih sering dipakai
dalam dunia mineralogi. Metode ini dikenalkan oleh
Friedrich Mohs yang membagi kekerasan material di
dunia ini berdasarkan skala (yang kemudian dikenal
sebagai skala Mohs). Skala ini bervariasi dari nilai 1
untuk kekerasan yang paling rendah, sebagaimana
dimiliki oleh material talk, hingga skala 10 sebagai nilai
kekerasan tertinggi, sebagaimana dimiliki oleh intan.
Dalam skala Mohs urutan nilai kekerasan material di
dunia ini diwakili oleh:
Talc, Orthoclase Gipsum, Quartz, Calcite, Topaz,
Fluorite, Corundum, Apatite, Diamond (intan)
Prinsip pengujian: bila suatu mineral mampu digores
oleh Orthoclase (no. 6) tetapi tidak mampu digores oleh
Apatite (no. 5), maka kekerasan mineral tersebut berada
antara 5 dan 6. Berdasarkan hal ini, jelas terlihat bahwa
metode ini memiliki kekurangan utama berupa ketidak
akuratan nilai kekerasan suatu material. Bila kekerasan
mineral-mineral diuji dengan metode lain, ditemukan
bahwa nilai-nilainya berkisar antara 1-9 saja, sedangkan
nilai 9-10 memiliki rentang yang besar.
3. Metode Indentasi
Tipe pengetesan kekerasan material/logam ini adalah
dengan mengukur tahanan plastis dari permukaan suatu
material komponen konstruksi mesin dengan speciment
standar terhadap “penetrator”. Adapun beberapa bentuk
penetrator atau cara pegetesan ketahanan permukaan yang
dikenal adalah :
a. Ball indentation test [ Brinel]
b. Pyramida indentation [Vickers]
c. Cone indentation test [Rockwell]
d. Uji kekerasan Mikro
Berikut penjelasannya :
a. Metode Brinell
Pengujian kekerasan dengan metode Brinnel
bertujuan untuk menentukan kekerasan suatu material
dalam bentuk daya tahan material terhadap bola baja
(identor) yang ditekankan pada permukaan material uji
tersebut (speciment). Idealnya, pengujian Brinnel
diperuntukan bagi material yang memiliki kekerasan
Brinnel sampai 400 HB, jika lebih dati nilai tersebut maka
disarankan menggunakan metode pengujian Rockwell
ataupun Vickers. Angka Kekerasan Brinnel (HB)
didefinisikan sebagai hasil bagi (Koefisien) dari beban uji
(F) dalam Newton yang dikalikan dengan angka faktor
0,102 dan luas permukaan bekas luka tekan (injakan) bola
baja (A) dalam milimeter persegi. Identor (Bola baja)
biasanya telah dikeraskan dan diplating ataupun terbuat
dari bahan Karbida Tungsten. Jika diameter Identor 10
mm maka beban yang digunakan (pada mesin uji) adalah
3000 N sedang jika diameter Identornya 5 mm maka
beban yang digunakan (pada mesin uji) adalah 750 N.
Diameter bola dengan gaya yang di berikan mempunyai
ketentuan, yaitu:
Jika diameter bola terlalu besar dan gaya yang di
berikan terlalu kecil maka akan mengakibat kan
bekas lekukan yang terjadi akan terlalu kecil dan
mengakibat kan sukar diukur sehingga memberikan
informasi yang salah.
Jika diameter bola terlalu kecil dan gaya yang di
berikan terlalu besar makan dapat mengakibat kan
diameter bola pada benda yang di uji besar (amblas
nya bola)sehingga mengakibat kan harga kekerasan
nya menjadi salah.
Pengujian kekerasan pada brinneel ini biasa disebut
BHN(brinnel hardness number). Pada pengujian brinnel
akan dipengaruhi oleh beberapa factor berikut:
1. Kehalusan permukaan.
2. Letak benda uji pada identor.
3. Adanya pengotor pada permukaan.
c. Rockwell
Rockwell merupakan metode yang paling umum
digunakan karena simple dan tidak menghendaki keahlian
khusus. Digunakan kombinasi variasi indenter dan beban
untuk bahan metal dan campuran mulai dari bahan lunak
sampai keras.
Indenter :
- bola baja keras berukuran 1/16 , 1/8 , 1/4 , 1/2 inci
(1,588; 3,175; 6,350; 12,70 mm)
- intan kerucut
Hardness number (nomor kekerasan) ditentukan oleh
perbedaan kedalaman penetrsi indenter, dengan cara
memberi beban minor diikuti beban major yang lebih
besar.
Berdasarkan besar beban minor dan major, uji kekerasan
rockwell dibedakan atas 2 :
rockwell
rockwell superficial untuk bahan tipis
Uji kekerasan rockwell :
- beban minor : 10 kg
- beban major : 60, 100, 150 kg
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat yang digunakan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1. Mesin uji kekerasan Rockwell dengan satu set
perlengkapannya.
2. Indentor berbentuk intan dan Indentol Bola.
3. Mesin heat treatment
4. Wadah / tempat
3.1.1. Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1. Baja ST45, ST60, ST80, Amutit
Percobaan 2
1. Mempersiapkan benda uji yaitu baja ST45, ST60, ST80,
Amutit yang sudah di catat kekerasannya kemudian di
kikir sampai rata, lalu siap kan mesin heat treatment untuk
memanaskan baja tsb.
2. Panaskan baja tsb pada mesin heat treatment sampai
bersuhu 9200C.
3. Setelah itu pasahkan baja tsb untuk diproses
pendinginannya yang berbeda, yaitu dengan media
pendinginan berupa air, oli, larutan NaCl. Setelah kering.
4. Amplas permukaan benda uji yang akan di uji.
5. Memasang indentor intan dan meletakan benda uji
pada posisi yang benar.
6. Mengatur posisi nyala lampu pada mesin Rockwel
seperti nyala lampu pada saat dipasang indentor intan.
7. Melakukan proses pengujian
8. Mencatat nilai kekerasan pada 3 titik dan dihitung nilai
rata-ratanya.
9. Melakukan pembahasan dan menarik kesimpulan.
BAB IV
DATA PERCOBAAN
4.1 Data Percobaan
Sebelum
Heatreatman (HRB)
N
Bahan / Media Percobaan
o
Rata-
SEBELUM 1 2 3 rata
HARDENI 1 ST37 Water 75,2
NG Lar
2 ST60
NaCl 92,6
3 ST80 water 79,5
Amut
4
it Oli 93,2
SEBELUM Sebelum
HARDENI Heatreatman (HRB)
NG N
Bahan / Media Percobaan
o
Rata-
1 2 3 rata
5 ST37 Lar 77,6
NaCl 3
6 ST60 Water 88,6
84,4
7 ST80
Oli 6
Amut 93, 92, 91, 92,7
8
it Water 8 9 6 6
Sesudah Heatreatman
(HRC)
N
Bahan / Media Percobaan
o
Rata-
1 2 3 rata
HARDENI 1 ST37 Water 24,9
NG
Lar
2 ST60
NaCl 49,4
3 ST80 water 58,1
Amut
4
it Oli 88,1
HARDENI Sesudah Heatreatman
NG (HRC)
N
Bahan / Media Percobaan
o
Rata-
1 2 3 rata
5 ST37 Lar 41,7
NaCl
86,4
6 ST60
Water 6
55,8
7 ST80
Oli 6
Amut 91, 93, 93, 92,9
8
it Water 6 7 5 3
Sesudah Heatreatman
(HRC)
N
Bahan / Media Percobaan
o
Rata-
1 2 3 rata
TEMPERIN 1 ST37 Water
G
Lar
2 ST60
NaCl
3 ST80 water
Amut
4
it Oli
TEMPERIN N Bahan / Media Sesudah Heatreatman
G o (HRC)
Percobaan
1 2 3 Rata-
rata
Lar 27, 27, 26,
5 ST37
NaCl 9 4 6 27,3
63, 77, 77,
6 ST60
Water 0 4 5 72,6
55, 57, 55,
7 ST80
Oli 8 4 4 56,2
Amut 87, 86, 87,
8
it Water 3 7 5 87,1
Sebelum
Heatreatman (HRC)
N
Bahan / Media Percobaan
o
Rata
1 2 3 -rata
NORMALIZI 1 ST37 Water
NG
Lar
2 ST60
NaCl
3 ST80 water
Amut
4
it Oli
NORMALIZI N Bahan / Media Sebelum
NG o Heatreatman (HRC)
Percobaan
Rata
1 2 3 -rata
Lar
63, 65, 66,
5 ST37
NaCl
8 8 2 65,2
90, 92, 92,
6 ST60
Water 1 5 5 91,7
89, 88, 89,
7 ST80
Oli 7 5 0 89.0
Amut 63, 63, 63,
8
it Water 1 7 1 63,3
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan Data
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan untuk
pengujian Ke-1, material Amutit yang sudah mengalami
tretmen dilakukan pengujian dengan menggunakan mesin
uji kekerasan Rockwell dengan indentor intan. Pengujian
dilakukan pada tiga titik kemudian didapatkan rata-rata
hasil kekerasan yaitu 71.2 HRD untuk proses
pendinginannya dengan media oli, 72.2 HRD untuk
proses pendinginannya dengan media air.
percobaan Ke-2, material ST45 yang sudah
mengalami tretmen dilakukan pengujian dengan
menggunakan mesin uji kekerasan Rockwell dengan
indentor intan. Pengujian dilakukan pada tiga titik
kemudian didapatkan rata-rata hasil kekerasan yaitu 49.8
HRD untuk proses pendinginannya dengan media oli,
62.0 HRD untuk proses pendinginannya dengan media
air.
percobaan Ke-3, material ST60 yang sudah
mengalami tretmen dilakukan pengujian dengan
menggunakan mesin uji kekerasan Rockwell dengan
indentor intan. Pengujian dilakukan pada tiga titik
kemudian didapatkan rata-rata hasil kekerasan yaitu 35.3
HRD untuk proses pendinginannya dengan media oli,
59.4 HRD untuk proses pendinginannya dengan media
air.
percobaan Ke-4, material ST80 yang sudah
mengalami tretmen dilakukan pengujian dengan
menggunakan mesin uji kekerasan Rockwell dengan
indentor intan. Pengujian dilakukan pada tiga titik
kemudian didapatkan rata-rata hasil kekerasan yaitu 47.0
HRD untuk proses pendinginannya dengan media oli,
54.7 HRD untuk proses pendinginannya dengan media
air.
BAB VI
KESIMPULAN dan SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat
diambil kesimpulan yairu:
1. Baja yang sudah mengalami proses heat
treatment menjadi keras dari baja yang belum di
heat treatment.
2. Media pendinginan yang berupa air dan oli
mempunyai kekerasan yang berbeda-beda.
3. Temperature pemanasan, laju pendinginan,
komposis kimia, kondisi permukaan, ukuran dan
berat benda kerja juga berpengaruh pada proses
heat treatment.
4. Pendinginan yang cepat seperti menggunakan
media air maka baja tsb akan keras dan getas,
sedangkan proses pendinginan yang lambat akan
mengakibatkan baja menjadi ulet dan liat.
5. Laju proses pendinginan air lebih cepat dari pada
oli.
6. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan
bahwa dari kekerasan besi satu dengan yang
lainnya mempunyai kekerasan yang berbeda-
beda karena dalam struktur yang di kandung
dalam logam berbeda-beda.
6.2 Saran
Dalam praktek ini diperlukan kehati-hatian dalam
menjalankannya, dan utamakan keselamatan.
Daftar Pustaka
Chandra, Dewi dan Estuti Budimulyani.2003.Pengetahuan
Bahan Teknik.Politeknik Negeri Jakarta