Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

PROSES PENGUJIAN LOGAM

DISUSUN OLEH :
RAFIF NABIL ABDULLAH
RUSYDA AHMAD MUZAKI

TEKNOLOGI BAHAN
JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI MALANG
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Hardness Test (uji kekerasan)


B. Impact Test (uji kejut)
C. Tensile Test (uji keuletan)
D. Fatique Test (uji kelelahan)
E. Torgue Test (uji puntir)
F. Creep Resistance (uji mulur)

BAB III KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ilmu logam adalah ilmu mengenai bahan-bahan logam dimana ilmu ini berkembang bukan
berdasarkan teori saja melainkan atas dasar pengamatan, pengukuran dan pengujian.

Pengujian bahan logam saat ini semakin meluas baik dalam konstruksi, permesinan,
bangunan, maupun bidang lainnya. Hal ini disebabkan karena sifat logam yang bisa diubah,
sehingga pengetahuan tentang metalurgi terus berkembang.

Untuk mengetahui kualitas suatu logam, pengujian sangat erat kaitannya dengan pemilihan
bahan yang akan dipergunakan dalam konstruksi suatu alat, selain itu juga bisa untuk
membuktikan suatu teori yamg sudah ada ataupun penemuan baru dibidang metalurgi. Dalam
proses perencanaan, dapat juga ditentukan jenis bahan maupun dimensinya, sehingga apabila
tidak sesuai dapat dicari penggantinya yang lebih tepat. Disamping tidak
mengabaikan faktor biaya produksi dan kualitasnya.

Proses pengujian logam merupakan suatu proses pemeriksaan bahan-bahan untuk diketahui
sifat dan karakteristik yang didalamnya meliputi sifat mekanik, sifat fisik, bentuk struktur,
dan komposisi unsur yang terdapat didalamnya. Dalam proses pengujian logam terdapat
beberapa jenis pengujian.
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas,maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan Hardness Test, Impact Test, Tensile Test, Fatique Test,
Toque Test, Creep Resistance ?
2. Apa fungsi dari Hardness Test, Impact Test, Tensile Test, Fatique Test, Toque Test,
Creep Resistance ?
3. Bagaimana cara pengujian Hardness Test, Impact Test, Tensile Test, Fatique Test,
Toque Test, Creep Resistance ?

C. TUJUAN
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas,maka tujuan dari penyusunan
makalah ini adalah agar mahasiswa yang khususnya pada bidang Teknik mesin dapat
mengetahui dan memahami tentang macam-macam proses pengujian logam yaitu Hardness
Test, Impact Test, Tensile Test, Fatique Test, Toque Test, Creep Resistance.
BAB II PEMBAHASAN

1. HARDNESS TEST
Merupakan kekerasan suatu material atau bahan yang bersifat sangat penting, karena
dalam hal pengujian ini dapat digunakan untuk mengetahui sistem atau sifat mekanik
yaitu strength (kekuatan). Nilai kekuatan tarik suatu material dapat dikonversi dari
kekerasan. Hardness test dilakukan dengan menekankan sebuah indenter yang lebih
keras sifatnya dari bahan uji dengan beban dan jangka waktu tertentu (10-15 detik),
bekas tapak tekan pada permukaan benda uji diukur untuk menentukan nilai
kekerasan dengan cara gaya tekan dibagi luas tapak tekan. Fungsi Hardness Test yaitu
sebagai alat yang digunakan dalam menguji kekerasan pada suatu benda atau material.
Ada beberapa cara atau metode dalam Hardness Test yang digunakan untuk menguji
kekerasan logam antara lain :
a). Metode Hardness Brinell
Jenis Hardness Test yang dilakukan dengan cara menusuk atau menekan
specimen menggunakan indenter yang berbentuk bola terbuat dari baja yang
digunakan untuk material yang memiliki kekerasan Brinell hingga 450 BHN.
Indentor bola karbida tungsten harus digunakan apabila material yang di uji
memiliki kekerasan Brinell antara 451-650 BHN. Pengujian yang standar
dilakukan dengan menggunakan diameter 10 mm bola baja atau karbida
tungsten dengan beban 3000 kgf untuk logam keras, beban 1500 kgf untuk
logam pertengahan, dan beban 500 kgf serta lebih rendah untuk material lunak.
Indenter selain diameter 10 mm bisa digunakan, misal 5 mm, 2,5 mm dan 1
mm. Jika menggunakan diameter indenter selain 10 mm maka beban harus
disesuaikan mengikuti formula 𝑃 𝐷2 = konstan. Nilai konstanta tergantung
dengan material yang di uji, 30 digunakan untuk baja dan paduannya, 10
digunakan untuk tembaga dan paduannya dan 5 digunakan untuk aluminium
dan paduannya. Adapun prinsip uji Brinell sebagai berikut :
Namun, dalam pengukuran logam pada metode Brinell terdapat beberapa
kendala atau keterbatasan dalam pengujiannya diantara lain adalah :

 Mengukur material yang sangat keras, yang mengakibatkan identor


bola dapat mengalami deformasi yang berlebihan.
 Mengukur kekerasan spesimen yang tipis.
 Mengukur material yang dikeraskan permukaan, sehingga indentasi
dapat menusuk leih dalam daripada tebal permukaan yang dikeraskan
yang menyebabkan pengukuran tidak valid.

b). Metode Pengujian Kekerasan Vickers.

Metode pengujian yang menggunakan indentor intan yang berbentuk piramid


beralas bujur sangkar dan sudut puncak antara dua sisi yang berhadapan 360
derajat. Pengukuran dengan bentuk diagonal segi empat lebih akurat
dibandingkan dengan pengukuran lingkaran. Pengujian dalam metode ini dapat
dilakukan untuk spesimen tipis hingga 0,0006 inci. Nilai pada pengujian
Vickers akurat hingga 1300, beban yang digunakan pada uji Vickers antara 1-
120 kgf. Perubahan beban relatif tidak mempengaruhi hasil pengujian,
penggunaan beban yang berbeda akan tetap menghasilkan nilai yang sama
untuk material yang sama.

Adapun prinsip uji Vikers sebagai berikut :


Penulisan nilai kekerasan vickers harus diikuti akhiran yang menunjukkan
gaya yang digunakan dan durasi pembebanan jika waktu yang digunakan
diluar 10-15 detik. Contoh penulisan nilai Hardness vickers :

 440 HV 30 artinya nilai Hardness 440 dengan beban 30 kgf dan durasi
pembebanan 10-15 detik.
 440 HV 30/20 artinya nilai Hardness 440 dengan beban 30 kgf dan
durasi pembebanan 20 detik.

Sama halnya dengan hardness test dengan metode Brinell, terdapat


kemungkinan terjadinya salah ukur. Kesalahan ini dapat terjadi karena ketika
memfokuskan objek pada layar,peletakan alat ukur pada objek dan pembacaan
pengukurannya karena pengukuran dilakukan secara manual.

c). Rockwell Hardness Test

Pengukuran pada metode ini menggunakan mesin sehingga pengukuran nilai


kekerasan langsung dapat dibaca pada skala yang terdapat pada mesin. Nilai
kekerasan yang diperoleh berhubungan terbalik dengan kedalaman identasi.
Indenter yang digunakan adalah bola baja yang diperkeras berukuran 1/16 in
dan 1/8 in serta kerucut intan bersudut 120o dengan ujung bulat diberi nama
brale. Pada operasi pengujian, Beban minor diterapkan sebesar 10 kgf yang
menyebabkan identasi awal dan menempatkan identer pada posisi yang akurat
untuk penekanan. Dial ditempatkan pada skala tanda set nol. Selanjutnya,
pemberian beban utama (major) yang berbeda besarannya tergantung pada
skala rockwell yang digunakan lihat Tabel 1. Rockwell skala A digunakan
untuk logam yang sangat keras. Rockwell skala B digunakan untuk menguji
material dengan kekerasan medium. Skala B memiliki nilai 0 – 100. Nilai
Hardness diatas 100 memberikan hasil pengujian yang kurang valid sebab
kemungkinan indentor telah menjadi rata. Rockwell skala C digunakan untuk
menguji material dengan kekerasan tinggi yaitu diatas B100. Baja paling keras
memiliki nilai C70.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada metode pengujian kekerasan


Rockwell, yaitu:

 Spesimen harus memenuhi persyaratan: o Permukaan harus rata dan


halus o Dapat ditumpu dengan baik dan permukaan horizontal
 Metode Rockwell mempunyai beberapa skala pengukuran, yang mana
pemakaian tersebut tergantung pada kombinasi jenis identor dan beban
utama yang digunakan. Ada tiga jenis identor dengan tiga jenis beban
utama, sehingga terdapat sembilan kombinasi

Berikut prinsip uji Rockwell :

Skala C digunakan pada C20 ke atas. Skala Rockwell dibagi atas 100 bagian.
Setiap bagian atau nilai kekerasan setara dengan 0,002 mm indentasi. Angka
B55 dan B60 memliki perbedaan kedalaman indentasi sebesar 5 x 0,002 mm
atau 0,01 mm.

Indikator pada mesin Rockwell :

Skala Rockwell :
B. IMPACT TEST

Impact test merupakan salah satu metode pengujian logam yang di gunakan untuk mengetes
kekuatan,kekerasan,serta mengetahui keuletan sebuah logam yang dimiliki logam / material
tersebut. Impact test ini juga sering disebut dengan ( uji takik ) yang dilakukan dengan
menggunakan pembebanan yang cepat ( rapid loading ). Uji impak Menurut Dieter, George E
(1988) uji impak digunakan dalam menentukan kecenderungan material untuk rapuh atau ulet
berdasarkan sifat ketangguhannya. dasar pengujian impak ini adalah penyerapan energi
potensial dari pendulum beban yang berayun dari suatu ketinggian tertentu dan menumbuk
benda uji sehingga benda uji mengalami deformasi atau patahan (Ramdan, 2012). pengujian
impak merupakan suatu upaya untuk mensimulasikan kondisi operasi material yang sering
ditemui dalam perlengkapan transportasi atau konstruksi dimana beban tidak selamanya
terjadi secara perlahan-lahan melainkan datang secara tiba- tiba (Fajar Ismail, 2012). pada
proses tumbukan, dapat dihitung kerja tumbukan yang diterima W, yakni kerja karena
perubahan bentuk dari benda uji sampai mencapai munculnya kepatahan.

Fungsi atau tujuan dari impact test yaitu pengujian Impak (Impact Test) bertujuan untuk
mengetahui kemampuan material dalam menyerap energi impact sampai material tersebut
mengalami deformasi plastis (patah). Sumber energi didapat dari suatu bandul yang
mempunyai ketinggian tertentu dan berayun pukulan pukulan yang diuji. Kurangnya energi
potensial dari bandul sebelum dan sesudah memukul benda uji merupakan energi impact
yang dapat diserap oleh spesimen uji tersebut. Pengujian impact digunakan untuk melihat
efek-efek yang disebabkan adanya takikan, bentuk takikan, suhu dan faktor-faktor lain
terhadap bermacam-macam material yang patah akibat beban kejut. Pengujian data-data
tersebut dapat digunakan untuk memilih suatu materi sesuai dengan pembebanan dan kondisi
materi yang akan dialami. Tujuan utama dari pengujian ini adalah mengetahui keuletan atau
kegetasan bahan terhadap beban kejut pada suhu yang berbeda.

Menurut detech,impact test itu berguna untuk melihat efek efek yang ditimbulkan oleh
adanya takikan, bentuk takikan, tempertaur, dan factor factor lainnya. Uji impact test ini juga
dapat disebut sebagai pengujian material untuk mengetahui suatu kemampuan material atau
bahan dalam merima beban tumbuk dengan besaran energi yang diukur untuk mematahkan
material atau bahan dengan ayunan seperti yang ditunjjukkan pada gambar yang saya
contohkan dibawah ini
Uji impact test ini juga digunakan untuk mempelajari pola patahan specimen uji, apakah hasil
pengujian tersebut getas atau patah atau ulet atau kombinasi dari sifat keduanya.

 METODE PENGUJIAN IMPACT TEST

Secara umum dalam proses pengujian ini terdapat dua macam proses pengujian

Yaitu : metode charpy

metode izod

 METODE CHARPY

Dalam metode ini dilakukan dengan pungujian tumbuk yang meletakkan posisi bahan
uji atau spesimen uji pada tumpuan dengan posisi horizontal atau mendatar, dan arah
pembebanan tersebut berlawanan dengan arah takikan. Letakan atau posisi dari
takikan ( notch ) berada tepat ditengah arah pemukulan dari arah belakang takikan.
Biasanya metode pengujian ini banyak di gunakan di negara Amerika dan banyak
juga negara lainnya yang menggunakan metode ini salah satunya negara kita sendiri
yaitu Indonesia.
Langkah dalam penggunaan metode charpy :

1. Yang pertama bandul charpy disetel bagian atas


2. Kemudian dilepas hingga menabrak benda uji atau spesimen dan bandul terayun
sampai kedudukan bawah
3. Jadi energi yang diserap untuk mematahkan benda uji ditunjukkan oleh selisih
perbedaan tinggi bandul pada kedudukan atas dengan tinggi bandul pada
kedudukan bawah

 METODE IZOD

Metode izod ini merupakan salah satu metode pengujian impak yang menggunakan
Teknik kantilever, metode izod ini mempunyai kemungkinan untuk digunakan dalam
bahan logam maupun non logam. Dalam proses uji dengan metode ini umumnya juga
dilakukan haya pada temperature ruang dan ditujukan untuk material-material yang di
design untuk berfungsi sebagai kantilever. Arah pemukulannya yaitu dari arah depan
takikan. Biasanya metode ini banyak di gunakan di beberapa negara yang ada di Eropa
salah satunya yaitu negara Inggris.
Langkah dalam penggunaan metode izod
1. letakan sebuah benda uji pada dudukan benda uji sesuai lintasan pendulum nya
2. Sesuaikan dengan penyangga / pemegang pendulum dengan jari jari tertentu
3. hubungkan jarum penunjuk yang pertama dengan poros yang berfungsi untuk
membaca besar sudut pendulum sebelum di ayunkan.
4. dan jarum yang kedua untuk membaca besar sudut pendulum setelah dipatahkannya
spesimen.
5. kemudian ayunkan pendulum yang berfungsi untuk menumbuk benda uji dengan
massa tertentu.

C.TENSILE TEST
Uji Tarik atau yang biasa disebut dengan TENSILE TEST merupakan salah satu sifat
mekanik yang sangat begitu penting dan dominan dalam suatu perancangan konstruksi dan
manufaktur. Uji Tarik ini juga merupakan salah satu pengujian untuk mengetahui sifat-sifat
dari suatu bahan. misalnya dengan menarik suatu bahan kita akan mengetahui bagaimana
bahan tersebut bereaksi terhadap tenaga tarikan dan kita juga dapat mengetahui sajauh mana
material atau bahan tersebut bertambah Panjang. Didalam suatu proses perancangan
konstruksi dan proses manufaktur, kita dapat mengetahui bahwa setiap sifat material atau
bahan itu memiliki sifat (kekerasan, kelenturan, dan lain-lainya) yang berbeda beda. Agar
kita dapat mengetahui sifat mekanik dari suatu benda atau material itu sendiri maka.
diperlukannya suatu proses pengujian. salah satu proses itu sendiri adalah proses uji Tarik.

https://www.alatuji.com/article/detail/2/uji-tarik-apa-sih-what-is-tensile-test

dalam hal ini banyak yang dapat kita pelajari dari hasil uji tarik ini atau TENSILE TEST.
apabila kita terus menarik suatu bahan atau material yang kita uji (dalam hal ini suatu logam)
sampai material putus, kita akan mendapatkan profil tarikan yang sangat lengkap berupa
kurva seperti yang ada pada gambarf diatas tersebut. Kurva ini menunjukkan hubungan
antara gaya tarikan dengan perubahan Panjang material yang kita uji. Profil ini sangat
diperlukan dalam desain yang memakai bahan tersebut, dan bahan yang sering digunakan
dalam proses ini berupa rubber dan logam tapi semua material tentu bisa diuji menggunakan
proses ini. kedua material ini memiliki sifat yang sangat berbeda di setiap proses pengujian,
misalnya sifat rubber dan logam sebelum material itu dipanaskan pasti memiliki sifat yang
berbeda ketika material sudah dipanaskan.

 PENGGUNAAN HUKUM HOOK LAW`S PADA TENSILE TEST

Uji Tarik atau biasa disebut dengan tensile test ini memiliki prinsip dasar hukum hooke
(hooke`s law) dimana renggangan (strain) dan rasio tegangan (stress) adalah konstan.

Hampir semua material logam bisa dilakukan, pada tahap sangat awal dari proses uji tarik
ini hubungan antara beban atau gaya yang diberikan harus berbanding lurus sama dengan
perubahan panjang tersebut, ini disebut daerah linier atau biasa disebut daerah (linier zone)
di daerah ini kurva pertambahan Panjang vs beban mengikuti aturan atau hukum hooke
yaitu raiso tegangan (stress) dan regangan (strain) yaitu konstan.

Stress adalah beban dibagi luas penampang bahan

Strain adalah pertambahan panjang dibagi dibagi Panjang awal material (bahan)

Terdapat beberapa spesimen pada uji tarik. Uji Tarik (TENSILE TEST) adalah suatu metode
untuk menguji kekuatan atau tensile strength, suatu material atau bahan dengan cara
memberikan beban gaya statis yang sesumbu dan diberikan secara cepat atau lambat. Dan
diperoleh hasil sifat mekanik berupa kekuatan dan elastisitas, sifat lain yang dapat diketahui
adalah sebagai berikut : 1. Kekuatan luluh dari material

2. keuletan dari material

3. kelentingan dari suatu material

Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk melengkapi sejumlah informasi rancangan dasar
kekuatan suatu material atau bahan dan juga sebagai referensi pendukung spesifikasi bahan
atau material yang kita uji. Kekuatan ini ada beberapa macam tergantung pada jenis beban
yang bekerja. Yaitu kekuatan tarik, kekuatan geser, kekuatabn tekan, kekuatan torsi dan
kekuatan lengkung.

 Stress (Tegangan Mekanis): σ = F/A , F = gaya tarikan, A = luas penampang


 Strain (Regangan): ε = ΔL/L , ΔL = Pertambahan panjang, L = Panjang awal

Maka, hubungan antara stress dan strain dirumuskan:


E = σ/ε

 MODULUS ELASTISITAS
Modulus elastisitas ini menunjukkan kekakuan suatu material. Apabila nilai E semakin
besar, maka hal itu menandakan bahwa material atau bahan semakin kaku. Nilai E ini
diturunkan dari persamaan hukum hooke. Dari persamaan ini juga sudah Nampak bahwa
kekakuan suatu material relative terhadap yang lain dan dapat diamati dari sudut
kemiringan α pada garis proporsional.
 REDUKSI PENAMPANG ATAU REDUCTION OF AREA
Reduksi penampang ini juga dapat digunakan untuk mengukur atau menetukan keuletan
material yang kita uji

 PROSEDUR PENGUJIAN TARIK (TENSILE TEST)


Ada beberapa bentuk specimen pada proses pengujian tarik ini. Adapun bentuk dari
specimen tersebut adalah sebagai berikut :
a) Specimen bentuk pelat (plate form)
Dalam ASTM E8 (Standard Test Methods for Tension Testing of Metallic Materials) telah
diatur mengenai bentuk spesimen uji tarik yang baku. Dalam standar tersebut, sebuah
spesimen uji tarik harus memiliki spesifikasi tertentu meliputi Gauge Length (G), Width
(W), Thickness (T), Radius (R), Over all length (L), Length of Reduced (A), Length of
Grip Section (B), dan Width of Grip Section (C). Dalam ASTM E8 juga diatur dimensi
standar dari spesimen uji tarik berbentuk Round Bar, seperti yang terlihat pada table di
bawah ini. tabel dimensi spesimen uji tarik pelat.
Pada tabel diatas ditunjukkan bahwa dimensi specimen uji Tarik tidak harus memenuhi,
Panjang gauge lenght sebesar 2 inch (50.8 mm), dimensi width, sebesar 0.5 inch (12.7
mm) dan lebar area cekam sekitar 3/4 inch. (19.05 mm). dibagian tengah dari batang uji
(bagian yang paralel) adalah bagian yang menerima tegangan yang uniform dan pada
bagian ini disebut panjang ukur (gauge length), yaitu bagian yang dianggap menerima
pembebanan, bagian ini selalu diukur panjangnya selama proses pengujian.

b) Spesimen Bentuk Silinder (Round Bar Form).


Jika batang uji ini berupa round bar maka gauge length nya harus ditentukan oleh ASTM
(standart test metods for tension) yaitu 2 inch. (50.8mm) disertai pembentukan diameter
specimen uji sebesar 0.5 inch. (12.7mm), radius of fillet 3/8 inch. dan length of reduced
section sebesar 2 ¼ inch.
Dalam ASTM ini diatur dimensi standar dari specimen uji Tarik berbentuk round bar
seperti yang ada pada tabel berikut.

 MACAM MACAM ALAT


1. TENSILON RTF
Tensilon rtf ini adalah sebuah mesin pengujian yang telah dikembangkan
berdasarkan pengetahuan mendalam dari sensor tekanan dan teknologi pengatur
hitungan sehingga memungkinkan sensor agar terhubung dengan mesin. Seri
mesin ini merupakan mesin penguji kelas 0,5 terbaik di dunia dan mengalami
peningkatan signifikan pada tingkat kekakuan rangka muatan. Mesin ini memiliki
tingkat akurasi yang cukup tinggi dengan hasil load cell 1/500.
2. Tensilon RTG
Model tensilon RTG merupakan mesin penguji kelas 1 dengan akurasi yang tinggi yang
dibuat sesuai dengan spesifikasi yang ada pada industri. Tensilon RTG merupakan alat atau
mesin penguji universal terbaru yang memberikan perhitungan biaya yang sangat efektif di
tingkat akurasi yang begitu tinggi. Alat ini sudah dilengkapi dengan tingkat akurasi hasil load
cell sebesar 1/500, pengambilan sempel yang berkecepatan tinggi yaitu 1 msec, opsi panel
sentuh berwarna, beragam pilihan ruang ringkup, input sinyal sebanyak 13channel dan fitur
unggulan lainnya. Tensilon RTG ini merupakan alat atau mesin penguji universal dengan
model table yang memiliki kapasitas dibawah 10 kN (1tf) yang dimana alat ini sering
dioprasikan pada industri plastic, karet, perekat, tekstil, dan elektronik.
3. Tensilon STB
Model Tensilon STB ini merupakan model alat atau mesin penguji universal single
column yang baru dikembangkan oleh A&D. Alat ini juga memiliki kapasitas maksimum
yang ringkas yaitu sebesar 2.5 kN dan cocok untuk segala pengaplikasian dengan muatan
ringan seperti plastik, benang, karet, dan lainnya. Model STB ini memiliki akurasi pengukur
muatan kurang lebih 1% dengan 1/500 load cell. System ini juga dilengkapi dengan adanya
panel pengaturan baru yang ramah pengguna serta commander dan juga perangkat lunak yang
berfungsi sebagai alat pengoprasian dan analisis.
4. MTC Series

MCT-1150 dan MCT-2150 ini merupakan alat yang tipe penggunaan nya umum, rigiditas dan
durabilitas yang lumayan cukup tinggi dengan adanya baut dan crosshead yang begitu tebal serta
sangat presisi. Alat ini juga memiliki sebuah panel sentuh berwarna yang memudahkan penggunaan
nya. Dengan resolusi tampilan beban nya mencapai 0,01N, alat ini juga memiliki kapasitas beban yang
maksimum besarnya yaitu 500N dengan akurasi pengukur beban nya yaitu kurang lebih 0,2% FS. Alat
ini juga mampu melakukan berbagai macam pengujian bahan dan menawarkan berbagai macam jenis
perangkat.
Langkah – Langkah dalam melakukan proses pengujian uji tarik atau TENSILE TEST:

1. Menyiapkan spesimen, dalam proses ini yang kita harus lakukan yaitu; Ambil spesimen
kemudian jepitkan dengan ragum. Kemudian siapkan alat kikir yang berfungsi untuk
mengikir bekas machining yang ada pada spesimen yang kemungkinan akan menyebabkan
adanya salah ukur.

2. pembuatan gauge length,Langkah yang harus kita lakukan dalam proses ini yaitu; siapkan
penitik kemudian tandai spesimen dengan dua titikan dengan jarak 60mm untuk spesimen
plat bar dan round bar. Sedangkan untuk beton neser gauge lenghtnya 8 x diameter. Dimana
gauge lenght untuk beton neser kami memperoleh: ℓ = 78.40 mm m = 177.38 gram ρbaja =
0,00785 gram/mm3 d= √((4 m)/(π ρ l)) d= √((4 x 177.38)/(π 0,00785 x 78.40)) = 9,816 mm
Sehingga gauge lenght beton neser ℓ0 = 8 x 9,816 = 78,526 mm Ulangi langkah di atas untuk
seluruh spesimen.

3. pengukuran dimensi, dalam proses ini yang harus kita lakukan yaitu; ambil specimen
kemudian lakukan pengukuran dimensi, kemudian catat jenis spesimen dan data hasil
pengukurannya pada lembar kerja.

4. pengujian pada mesin uji tarik, dalam proses ini yang harus kita lakukan yaitu; catat hasil
dari pengujian pada lembar kerja, kemudian ambil kertas milimeter kemudian pasang ke
tempat yang sudah tersedia, ambil spesimen kemudian letakkan pada tempatnya dengan tepat,
kemudian kita dapat mensetting beban dan pencatat grafik pada mesin tarik, kemudian
berikan beban secara kontiyu sehingga spesimen tersebut patah, kemudian catat besarnya
beban disaat yield, ultimate dan Ketika patah yang nilainya akan tampak pada monitor beban,
setelah patah, kemudian ambil spesimen lalu ukur Panjang dan luasan penampang tersebut
yang patah.
D. FATIGUE TEST

Fatigue test atau yang sering disebut dengan uji kelelehan ini mempunyai definisi secara
terminologi dan istilah, fatigue secara terminolgi yaitu kelelahan, sedangkan dalam istilah ini
mempunyai arti yaitu kerusakan material atau kegagalan sebuah struktur yang disebabkan
oleh adanya tegangan yang berfluktuasi (siklik) yang besarannya lebih kecil dari tegangan
tarik (yield) material yang telah di berikan beban yang konstan. Mekanisme terjadinya
perpatahan fatigue ini disebabkan oleh karna adanya surface material yang lemah kemudian
merambat ke dalam hingga keseluruhan material. Perpatahan dalam proses uji fatigue ini
dapat disebabkan secara mendadak atau catastrophic yang tanpa adanya deformasi plastis.
Dengan demikian, kita dapat mengetahui bahwa fatigue test merupakan cara atau Langkah
yang dapat dilakukan yang bertujuan untuk menguji perpatahan atau kelelehan pada suatu
struktur bahan atau material. Dalam proses uji fatigue ini sendiri tediri dari duang Langkah
yaitu; - memulai retakan, - dan memulai perambatan retakan hingga retak total. Pada
umumnya umur kelelehan terjadi Ketika dimulai kelelehan retak dan proses kelelehannya
diuraikan Ketika pertama kali dikontrol. Contoh tersebut meliputi beberapa komponen yaitu
poros mesin, roda gigi, dan poros sumbu atau batang berputar. Disisi lain, struktur besar atau
materi komponen hampir selalu berisi sebelum adanya retakan yang terjadi pada jembatan,
kapal, pesawat terbang, badan pesawat terbang, dan tekanan yang ada pada bejana kapal.
Dalam struktur yang demikian, pada umumnya umur kelelehan dihabiskan dengan adanya
suatu pre-existing retakan dan kemudian terjadi retakan keseluruhannya. Proses fatigue dalam
hal tersebut di uraikan dengan cara control propagasi. Pada saat di dalam laboratorium uji
fatigue di lakukan pada spesimen un-cracked yang dimana kebanyakan dari umur fatigue
yang dihabiskan dalam proses ini siasi.

Gambar diatas menunjukan adanya suatu lubang lubang kunci yang yang terjadi fatigue pada
saat pengujian uji fatigue.
Dalam hal menentukan umur leleh pada suatu struktur atau komponen bukanlah hal yang
begitu mudah, oleh karna itu kami mempunyai beberapa faktor yang kami anggap dapat
mempengaruhi umur leleh atau yang biasa disebut fatigue yaitu;

 Pembebanan yang terdiri beberapa jenis beban, pola beban, besar tegangan, dan
frekuensi beban
 Kondisi material yang digunakan untuk pembangunan
 Proses pengerjaan suatu struktur
 Kondisi lingkungan sekitar
 Tempratur suatu oprasi
 Bentuk dan ukuran bahan atau komponen yang dipakai

Dalam proses pengujian ini juga terdapat alat atau yang biasa di sebut dengan mesin uji
fatigue ini biasa digunakan untuk mengukur karakteristik fatigue, uji pertumbuhan pra-retak
dan retak logam, umur kelelahan, dan ada juga komponen – komponen lainnya. Dalam
pengujian ini uji fatigue memerlukan kendali yang akurat. Sebaiknya kita melakukan
pengujian dengan adanya kendali yang akurat dan ini bisa di lakukan dengan suatu mesin
atau alat pembengkok yang bergerak berputar.

Fatigue rotating bending machine

Contohnya adalah gambar alat atau mesin diatas, didalam mesin ini spesimen yang lembut
silindris menjulang dan terisi dari kedua-duanya yang berakhir menggunakan putaran
menggamit.
Suatu berat atau beban dipenjarakan dari satu sisi spesimen bertukar-tukar tegangan lentuk
yang berpengalaman oleh permukaan spesimen. Pada awalnya, spesimen akan mengalami
yang dimana tegangan tarik pada tekanan kompresi dan permukaan puncak nya pada alas
atau pantat nya. Tegangan lentuk maksimum pada permukaan spesimen diberi persamaan
yaitu;

σ = 32 M/πd3

yang dimana:

σ = tegangan lentuk yang maksimum

M =momen lentuk di panampang-lintang spesimen ( weight*distance)

D = garis tengah specimen

Berikut contoh gambar dari mesin tersebut:

Mounted fatigue specimen


Mesin ini bekerja sesuai dengan prinsip resonansi elektromagnetik yang mengandalkan suatu
getaran elektromagnetik. Proses ini memang sedikit merepotkan, akan tetapi penyesuain ini
akan memudahkan kita dalam suatu proses pengujian. Setelah frekuensi sudah disesuaikan,
mesin penguji harus dilengkapi dengan berbagai macam perlengkapan yang sudah sesuai.
Dalam hal tersebut, dilakukan proses pengujian uji lentur tiga titik, uji tekuk empat titik, uji
tarik plat tebal, uji tarik plat tipis, uji tarik lantai, dan beberapa macam uji lainnya. Setelah
melakukan semua proses tersebut, pengujian fatigue ini dapat dilakukan sesuai dengan
prosedur yang ada.
Untuk pengujian ini sebaiknya hanya dilakukan oleh ahli atau dibawah pengawasan ahli
untuk meminimalisir terjadinya kegagalan dalam pengerjaan. Meski demikian kegagalan bisa
saja terjadi Ketika dilakukan pengujian terhadap fatigue. Pada dasarnya, terdapat dua sifat
makro yang menandakan bahwa kegagalan pengukuran pada fatigue testing machine. Yaitu
tidak adanya deformasi plastis dalam ukuran yang besar dan fracture yanf menunjukkan
adanya tanda seperti beachmark atau camshell. Agar mesin atau alat bisa beroprasi secara
normal atau optimal, kita perlu mengganti elemen filter oli secara teratur atau tepat waktu.
Diusahakan jangan ada sedikit pun kotoran yang masuk ke katup servo agar kinerja mesin
tetap lancar atau prima. Dan secara teratur juga gantilah katup servo untuk meminimalisir
terjadinya kegagalan pengujian. Selain itu, gantilah komponen – komponen lainnya sekiranya
perlu diganti atau penurunan kinerja.

Adapun fungsi-fungsi fatigue test sebagaimana Namanya, fatigue test atau yang sering kita
sebut sebagai uji kelelahan merupakan sebuah alat atau mesin yang dapat kita manfaatkan
pengetahuan dalam sifat karakteristik dan berbagai hal dalam komponen – komponen yang
akan digunakan. Dengan melakukan proses pengujian ini, kita dapat mengetahui apakah
komponen yang kita gunakan itu layak digunakan atau tidak layak digunakan. Dalam proses
pengujian ini terdapat 3 metode atau cara yang dapat kita lakukan untuk melakukan proses
pengujian fatigue ini.
 Dengan menggunakan tegangan stress approach atau menggunakan metode umur
tegangan.
 Selanjutnya kita dapat menggunakan metode mengetahui umur pada regangan atau yang
sering di sebut dengan strain life method
 Dan yang terakhir ini kita dapat menggunakan metode pendekatan mekanik pada fracture
mechanics atau patahan
Dengan adanya proses pengujian fatigue atau uji kelelahan dengan proses yang tepat pada
bahan atau material yang digunakan, bangunan yang di buat dipastikan akan lebih kuat dan
kokoh dan bisa berdiri dengan tegak dalam waktu yang sangat Panjang.

E. TORQUE TEST
 Torque testing machine atau biasa disebut dengan torque tester atau torsion tester
dalam Bahasa kita (Bahasa Indonesia) dikenal dengan sebutan torsi testing machine
adalah suatu instrument pemantaun kualitas untuk pengujian atau melakukan
pengkalibrasian material torsi yang kita inginkan. Peralatan dari proses ini sendiri
terdiri torque wrench, click torque wrenches, dial torque wrenches, electric
screwdrivers, nutrunners, dan torque screwdrivers. Tata cara proses pengujian ini
dirancang agar kita dapat mengukur seberapa besar gaya puntir yang dapat kita
lakukan saat kita melakukan pengujian dari suatu alat. Caranya adalah dengan
memuntir batang uji terus-menerus sampai batang uji itu tersebut putus atau mencapai
jumlah puntiran yang telah di tentukan. Putarannya tersebut harus dilakukan secara
searah atau berlawanan dengan arah jarum jam.
Proses uji puntir ini sendiri sering digunakan sebagai alat untuk menguji bahan-bahan getas,
sepeti baja-baja untuk perkakas, dan dapat juga digunakan sebagai uji plintir suhu tinggi
untuk menilai kemampuan tempaan suatu bahan. Uji puntir ini juga sangat bermanfaat untuk
berbagai pengunaan dibidang Teknik dan juga beberapa penelitian teoretis.
Adapun tujuan-tujuan dari proses pengujian uji puntir ini diantaranya yaitu:
 Menentukan sifat-sifat modulus elastisitas geser dari material atau suatu bahan
 Menentukan adanya kekuatan luluh punter
 Menentukan modulus pecah
 Menentukan adanya tegangan alir (flow stress)
Adapun sifat-sifat mekanis yang kita dapatkan selama proses pengujian uji puntir yaitu:
 Modulus elastis geser
Modulus elastis geser merupakan suatu kemampuan material untuk mempertahankan
suatu bentuk didaerah elastis yang disebabkan oleh adanya tegangan geser.
Perbandingan antara tegangan dan regangan geser pada daerah elastis tersebut yaitu

 Kekuatan luluh puntir (torsional yield strength


Kekuatan luluh puntir adalah Batasan suatu tegangan sebelum mengalami deformasi
plastis yang disebabkan oleh tegangan geser. Untuk menentukannya maka kita harus
melalui perbandingan Panjang bagian penampang yang menyempit terhadap diameter
luar harus sekitar 8-10 kali. Selain itu pada proses pengujian ini kita dapat
menggunakan metode offset dengan ketentuan 0,004 rad/m untuk grafik momen
puntir terhadap sudut puntir.
 Modulus pecah
Modulus pecah merupakan ketentuan geser puntir yang maksimum, oleh karna itu
tegangan geser terbesar terjadi pada saat di permukaan batang, untuk benda silinder
padat dimana:

Sifat-sifat elastik pada puntiran dapat diperoleh dengan menggunakan


momen puntir pada batas proporsional atau momen puntir pada suatu sudut tertentu, b
iasanya0,001 rad/inchi panjang ukur, dan dilakukan perhitungan tegangan geser yang
berkaitandengan momen puntir. Untuk benda uji tabung, biasanya diperlukan
pengukuran bataselastik puntiran atau kekuatan luluh yang teliti. Karena
gradient tegangan melintangmelintasi diameter batang padat, maka serat-serat
permukaan terhambat oleh teganganyang lebih kecil pada serat yang didalam. Jadi
peluluhan yang pertama terjadi, padaumumnya tidak mudah diamati dengan
instrumen yang biasanya yang dipergunakan untukmengukur sudut puntir. Pemakaian
benda uji tabung berdinding tebal memperkecil efek-efek, karena praktis tidak
terdapat gradien tegangan. Akan tetapi harus diperhatikan bahwa pengurangan tebal
dinding tidaklah besar, atau terjadinya tekukan dan bukan puntiran.

Anda mungkin juga menyukai