Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengujian kekerasan merupakan pengujian yang relatif mudah dilakukan


untuk mengetahui sifat mekanik suatu material. Sifat mekanik ini sangat erat
kaitannya dengan performa dari suatu material, jika sifat mekanik tersebut bagus
maka performa dari suatu material bagus pula.

Uji keras dapat digunakan sebagai metode untuk mengetahui pengaruh


perlakuan panas dan perlakuan dingin terhadap material. Material yang telah
mengalami cold working, hot working dan heat treatment, dapat diketahui perubahan
kekuatan dengan mengukur kekerasan permukaan suatu material. Sehingga dngan
uji kras, kita dapat dngan mudah melakukan quality control terhadap suatu material.

Sekarang metode heat threatment masih merupakan metode yang paling


baik yang dapat digunakan untuk mengubah sifat-sifat mekanik suatu material logam.
Dengan heat threatment kita dapat meningkatkan ataupun menurunkan sifat-sifat
dari logam sesuai dengan kebutuhan akan sifat mekanik logam tersebut yang kita
butuhkan.

Pesatnya laju pembangunan dan teknologi yang semakin moderen sekarang


ini mendorong naiknya tingkat kebutuhan akan logam dengan berbagai macam
karakteristik yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. Hal ini juga mendorong
berkembangnnya variasi metode-metode Heat treatment untuk menghasilkan sifat-
sifat dari logam yang sesuai dengan kebutuhan dunia industri moderen saat ini.

1.2 Tujuan

 Mengetahui macam-macam metode pengujian keras dan heat treatment


serta aplikasinya.
 Mengetahui kelebihan dan kekurangan metode-metode pengujian kekerasan
dan heat treatment.
 Mengetahui sifat mekanik serta perubahan yang terjadi akibat proses
pemanasan.
 Mengetahui prosedur dan standar pengujian keras.

1
BAB II
TEORI DASAR

2.1 Uji Kekerasan


Secara umum, kekerasan sebuah material dapat didefinisikan sebagai
ketahanan suatu material terhadap deformasi plastis. Kekerasan dapat juga diartikan
menjadi berbagai macam definisi, yaitu :

- Ketahanan terhadap penekanan di bawah beban statik atau dinamik


- Energi yang diserap ketika diberikan beban impak
- Ketahanan terhadap penggoresan
- Ketahanan terhadap abrasi
- Ketahanan terhadap pemotongan dan pengeboran

Syarat untuk benda yang akan diuji kekerasannya adalah :

- Ketebalan pemotongan harus sesuai dngan ketebalan material


- Permukaan uji harus datar
- Permukaan uji harus bersih dari lapisan – lapisan lain yang mungkin
mempengaruhi kekerasan material
- Permukaan material dan benda penguji (inderter) diusahakan membentuk bidang
tegak lurus
- Beban penguji harus memiliki harga kekerasan yang lebih besar dari material yang
ingin diuji agar tidak terjadi deformasi plastis pada benda penguji
- Ukuran benda penguji harus lebih kecil daripada material yang diuji agar tidak
terjadi perubahan lain dari material, misalnya pembengkokan.
- Pengujian dilakukan beberapa kali dibeberapa tempat agar nilainya lebih
mewakili dari seluruh permukaan.

Terdapat tiga metode dalam pengujian kekerasan, yaitu :

1. Metode Goresan

Pengujian kekerasan dengan metode gores dilakukan dengan cara


mengukur kemampuan suatu material dengan menggoreskan material uji kepada
specimen. Skala uji yang digunakan adalah skala Mohs, yang terdiri dari 10 nilai
material standar yang sesuai dalam menggores material dari nilai 1 yang paling
lunak sampai dengan nilai 10 yang paling keras.
Skalanya adalah sebagai berikut :
a. Talk/Gips
b. Gypsum
c. Calcite
d. Fluorite
e. Apatite
f. Orthoclase
g. Quartz
h. Topas
i. Corundum
j. Diamond (intan)

2
2. Metode Dinamik

Pengujian kekerasan dengan metode Dinamik (kekerasan Pantul)


dilakukan dengan cara menghitung energi impak yang dihasilkan oleh
indentor yang dijatuhkan pada permukaan specimen.

Alat yang digunakan untuk pengujian ini adalah shore scleroscope.


Berikut ini merupakan gambar 2.1 dari shore scleroscope.

Gambar 2.1 : Shore Scleroscope

3. Metode Indentansi

Pengujian kekerasan dengan Metode Indentansi (Metode


Penekanan) adalah dengan cara mengukur ketahanan suatu material
terhadap gaya tekanan yang diberikan oleh indentor dengan memperhatikan
besar beban yang diberikan dan besar identansi.

Uji kekerasan dengan metode identansi ini terdiri atas beberapa cara,
antara lain :

A. Uji Kekerasan Brinell

Uji kekerasan ini paling pertama diterima secara luas dan standar
yang ditemukan oleh J.A.Brinell pada tahun 1900. J.A.Brinell mengujinya
dengan cara melakukan indentansi pada permukaan specimen. Indentor
berupa bola baja yang memiliki variasi beban dari 500 kg sampai 1500 kg
untuk intermediate hardness dan 3000 kg untuk hard Metal. Pada material
yang sangat keras digunakan bola karbida untuk memperkecil distorsi
indentor.

Prinsip dari pengujian kekerasan ini adalah dengan menekan indentor


selama waktu 30 detik. Lalu diameter indentansi diukur dengan
menggunakan Mikroskop Optik.

3
Diameter harus dihitung dua kali pada sudut tegak lurus yang
berbeda. Kemudian dirata-ratakan. Kekerasan Brinell adalah besar beban
indentor per luas permukaan hasil indentansi. Dapat dirumuskan sebagai
berikut nilai kekerasan (BHN) :

Keterangan :

P : besar beban Indentor (kg)


D : diameter Indentor (mm)
d : diameter indentasi (mm)
t : kedalaman identasi (mm)

berikut ini gambar 2.2 Pengujian Kekerasan Brinell :

Gambar 2.2 : Indentor kekerasan Brinell

BHN bukan merupakan sebuah besaran fisik yang kurang baik, karena
tidak meliputi tekanan rata-rata pada seluruh permukaan indentasi.

Kelemahan Brinell

Kelemahan dalam pengujian kekerasan Brinell adalah uji brinell tidak


dapat digunakan pada benda yang tipis dan kecil. Begitu juga dengan halnya
uji Brinell tidak dapat digunakan pada material yang sangat lunak maupun
sangat keras.

Keuntungan dari Uji Brinell

4
Adapun keuntungan dari uji brinell adalah pada pengujian ini tidak
dipengaruhi oleh permukaan material yang kasar dan bekas penekan yang
cukup besar sehingga mudah diamati.

B. Uji Kekerasan Meyer

Uji kekerasan dilakukan oleh Meyer untuk perbaikan dari uji


sebelumnya yaitu uji brinell.Meyer berpendapat bahwa tekanan rata-rata
pada permukaan indentasi harus diperhitungkan dalam nilai kekerasan (tidak
dapat diuji pada brinell)

Nilai rata-rata tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan :
P : besar beban indentor (kg)
d : diameter indentasi (mm)

Keuntungan dari Metode Meyer :

Hasil lebih stabil, harga kekerasan tidak bergantung pada besar


beban.

Kelemahan dari Metode Meyer :

Kurang sensitif terhadap bahan indentor dari pada brinell. Untuk


material yang diproses secara cold working, nilai kekerasan meyer konstan
dan independen terhadap besar beban, sedangkan kekerasan Brinell
berukuran dengan semaik besarnya beban. Untuk specimen yang terlalu kecil,
maka deformasi material daerah sekitar penekanan tidak sepenuhnya plastis,
sehingga hasil pengukuran kurang akurat.

C. Uji Kekerasan Vickers

Uji kekerasan ini menggunakan indentor berbentuk piramida intan


dengan berbentuk dasar bujur sangkar dengan sudut 136 derajat terhadap
kedua sisi yang berhadapan. Besar sudut itu digunakan karena merupakan
perkiraan rasio terideal indentasi diameter bola pada uji brinell. Besar beban
indentor antara 1 kg sampai 120 kg yang disesuaikan dengan tingkat
kekerasan material specimen.

Prinsip dari uji kekerasan Vickers adalah besar beban dibagi dengan
luas daerah indentasi atau dapat dirumuskan sebagai berikut :

5
Berikut ini merupakan gambar 2.3 indentor uji Vickers :

Keuntungan dari Uji Vickers :

Keuntungan dari uji Vickers adalah skala kekerasannya yang kontinu


untuk rentang yang luas, dari yang sangat lunak dengan nilai 5 maupun
material yang sangat keras dengan nilai 1500 karena indentor intan yang
sangat keras. Selain pada uji Vickers, beban tidak perlu diubah dan tidak
bergantung pada besar beban indentor. Selanjutnya, uji Vickers ini dapat
dilakukan pada benda-benda dengan ketebalan yang tipis samapai 0,006
inchi.

Kelemahan dari Uji Vickers :

Pada uji Vickers ini membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
menentukan nilai kekerasan sehingga jarang diapaki pada pengujian yang
rutin.

D. UJi Kekerasan Rockwell

Uji kekerasan Rockwell memperhitungkan kedalaman indentasi


dalam keadaan beban konstan sebagai penentu nilai kekerasan. Sebelum
pengukuran, specimen dibebani beban minor sebsar 10 kg untuk mengurangi
kecenderungan ridging dan sinking akibat beban indentor. Sesudah beban
minor diberikan, specimen langsung dikenakan beban mayor.

Kedalaman indentasi yang terkoversi dalam skala langsung dapat


diketahui nilainya dengan membaca dial gege pada alat. Dial tersebut terdiri

6
dari 100 bagian yang masing-masing mempersentasikan pentetrasi sebesar
0,0002 mm. dial ddisesuaikan sedemikian rupa sehingga nilai kekerasan yang
tinggi berkorelasi dengan kecil pentrasi. Kekerasan Rockwell dapat dibagi
menjadi beberapa jenis anatara lain :

a) Rockwell A
Indentor berupa kerucut intan dengan pembeban 60 kg. umumnya
digunakan pada jenis logam yang sangat keras.

b) Rockwell B
Indentor berupa bola baja dengan diameter 1,6 mm dan pembeban
100 kg. umumnya digunakan pada material yang lunak.

c) Rockwell C
Indentor berupa kerucut intan dengan pembeban 150 kg. umumnya
digunakan untuk logam-logam yang diperkeras dengan pemanasan.

Pembagian ini berdasarkan kombinasi jenis indentor yang digunakan


dengan beban yang diberikan. Kelemahan dari uji kekerasan ini adalah perlu
faktor konversi agar hasil dapat dibandingkan.

E. Uji Kekerasan Microhardness

Metalurgi zaman sekarang yang berkembang membutuhkan


penentuan kekerasan pada permukaan yang sangat kecil. Uji pengujian
specimen ini, metode yang paling tepat digunakan adalah indentor knop.
Metode ini merupakan pengembangan dari uji Vickers namun beban yang
lebih kecil.

Indentor knop adalah piramida intan yang membentuk indentasi


berbentuk laying-layang dengan perbandingan diagonal 7:1 yang
menyebabkan kondisi regangan pada daerah terdeformasi.

Nilai kekerasan knop (KHN) dapat didefinisikan besarnya beban dibagi


dengan luas daerah proyeksi indentasi tersebut. Atau dapat dirumuskan
sebagai berikut :

C : konstanta indentor

Kelebihan dari indentor knoop adalah kedalaman dan luas daerah


indentasi knoop hanya sekitar 15% dari luas daerah Vickers. Oleh karena itu,
metode ini cocok untuk specimen yang tipis, kecil atau kecenderungan
utuh,patah,getas saat pengujian.

Hal – Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan uji kekerasan :

 Alat uji kekerasan dikalibrasi terlebih dahulu


 Indentor harus bersih dan terposisi dengan baik
 Permukaan spesimen harus bersih dan diamplas dahulu

7
 Arah penekan indentor harus tegak lurus
 Jarak antar penekan tidak boleh berdekatan (3 diameter indentor)
 Tidak boleh melakukan penekanan pada ujung spesimen
 Digunakan alas sesuai dengan bentuk spesimen agar tidak
goyang/berputar/geser.

2.2 Heat treatment


Proses pemanasan atau pendinginan logam dalam keadaan padat untuk
mengubah sifat-sifat fisis logam dan mekanik dari logam. Salah satu contohnya adalah
baja. Baja dikeraskan hingga tahan aus, dan kemampuan memotongnya meningkat
atau biasa dapat digunakan untuk dapat memudahkan proses spesimen lebih lanjut.

Melalui proses perlakuan panas yang tetap, tegangan yang dapat dilakukan
dengan busur puntir dapat diperbesar atau diperkecil. Ketangguhan dapat
ditingkatkan atau dihasilkan suatu permukaan keras disekeliling busi, yang akan
mempengaruhi sifat-sifat logam terutama sifat mekaniknya

2.2.1 Proses – proses heat treatment

1. Quanching

Suatu proses pemanasan logam hingga mencapai batas autensit yg homogen.


Untuk mendapatkan kehomogenan ini maka autensit perlu waktu pemanasan yg
cukup. Selanjutnya secara cepat baja tersebur dicelupkan ke dalam media dingin,
kecepatan pendingin yang kita inginkan untuk mencapai kekerasan baja. Pada waktu
pendinginan yang cepat, pada fase austenit tidak sempat berubah menjadi ferlit atau
ferit karena tidak ada kesempatan bagi atom-atom karbon yang lebih larut dalam
austenit untuk mengadakan pergerakan difusi dan bentuk sementit, oleh karena itu
terjadi pada keadaan karbon. Sebagai contoh, dapat mengurangi kristalinitas dan
dengan demikian meningkatkan ketangguhan dari kedua paduan dan plastik
(dihasilkan melalui polimerisasi).

2. Anneling (pelunakan)

Proses pelunakan baja dimana proses pemanasan baja diatas temperatur


lama sampai temperatur marata disusul
dengan perbandingan secara perlahan-lahan sambil dijaga agar temperatur bagian
luar dan dalam kira-kira sama hingga diperoleh struktur yg diinginkan dengan
menggunakan media pendingin udara

Tujuan proses ini adalah :

 melunakkan material logam


 menghilangkan tegangan dalam/sisa
 memperbaiki batu logam

3. Normalizing

Normalizing adalah proses peningkatan suhu sampai lebih dari 60 º C (108 º


F), di atas A3 baris atau ACM baris sepenuhnya ke kisaran Austenite. Hal ini diadakan

8
pada suhu ini untuk sepenuhnya mengubah struktur menjadi Austenite, dan
kemudian dihapus bentuk tungku dan didinginkan pada suhu ruangan di bawah
konveksi alam. Hal ini menghasilkan struktur butir perlit halus dengan kelebihan
Ferrite atau sementit. Bahan yang dihasilkan adalah lemah; derajat kelembutan
tergantung pada kondisi ambien sebenarnya pendinginan. Proses ini jauh lebih murah
daripada anil penuh karena tidak ada biaya tambahan pendinginan tungku dikontrol.

4. Tempering

Tempering adalah perawatan panas teknik untuk logam, paduan dan kaca.
Dalam baja, tempering dilakukan untuk "menguatkan" logam dengan
mentransformasikan martensit rapuh atau bainit menjadi kombinasi ferit dan
sementit atau kadang-kadang martensit tempered. Paduan pengerasan Air hujan,
seperti banyak nilai dari aluminium dan superalloy, yang marah untuk mengendapkan
partikel intermetalik yang memperkuat logam. Tempering dicapai oleh pemanasan
terkendali benda kerja ke suhu yang lebih rendah di bawah temperatur kritis.

5. Case hardening

Pengerasan Kasus adalah teknik di mana permukaan logam diperkuat dengan


menambahkan lapisan halus di bagian atas paduan logam lain yang umumnya lebih
tahan lama.Kasus pengerasan baja biasanya digunakan untuk meningkatkan
kehidupan objek. Hal ini terutama penting untuk pembuatan bagian mesin, tempa
baja karbon, dan kepaknya baja karbon. Kasus pengerasan juga dimanfaatkan untuk
aplikasi lain. Kasus pengerasan juga disebut pengerasan permukaan. Kasus
pengerasan telah digunakan selama berabad-abad, dan sering digunakan untuk
memproduksi sepatu kuda dan berbagai jenis peralatan memasak yang besar
mengalami keausan. Kasus pengerasan pada dasarnya adalah sekelompok proses
yang digunakan untuk meningkatkan kekerasan permukaan ke tingkat yang lebih
tinggi dari bahan massal. Kasus pengerasan biasanya dilakukan secara lokal pada
permukaan atas, dan untuk kedalaman terbatas. Greater kekerasan biasanya
berhubungan dengan pakaian yang lebih baik dan ketahanan lelah.

6. Spheroidizing

proses anil yang digunakan untuk baja karbon tinggi (Carbon> 0,6%) yang
akan menjadi mesin atau dingin terbentuk kemudian. Hal ini dilakukan oleh salah satu
cara berikut:

1) Panaskan bagian ke suhu di bawah garis ferit-Austenite, garis A1 atau di


bawah garis Austenite-sementit, pada dasarnya di bawah 727 º C (1340 º F)
line. Tahan suhu untuk waktu yang lama dan diikuti dengan pendinginan yang
cukup lambat. Atau

2) Siklus beberapa kali antara suhu sedikit di atas dan sedikit di bawah 727 º C
(1340 º F) garis, katakanlah misalnya antara 700 dan 750 º C (1292-1382 º F),
dan lambat dingin.

3) Untuk alat dan panas baja paduan untuk 750-800 º C (1382-1472 º F) dan
tahan selama beberapa jam diikuti dengan pendinginan lambat.

9
2.2.2 Jenis pengerasan permukaan

 Karburasi, proses pengerasan permukaan dengan memanaskan bahan dalam


link lalu dibiarkan beberapa saat pada suhu tersebut dengan tujuan untuk
memberikan lapisan luas pada benda yg akan disepuh dengan keras. Lapisan
ini disebut lapisan karbonasi.

 Karbonitriding, merupakan modifikasi teknik metalurgi permukaan yang


digunakan untuk meningkatkan kekerasan permukaan logam, sehingga
mengurangi keausan. Selama proses ini, atom karbon dan nitrogen menyebar
interstitially menjadi logam, menciptakan hambatan untuk slip,
meningkatkan kekerasan dan modulus dekat permukaan. Carbonitriding
sering diterapkan pada murah, mudah mesin baja karbon rendah untuk
menanamkan sifat permukaan lebih mahal dan sulit untuk bekerja nilai dari
baja. Permukaan kekerasan berkisar bagian carbonitrided 55-62 HRC.

 Cyaniding, disebut karbonitriding cair, merupakan proses dimana terjadi


absorbsi karbon dan N1 untuk memperoleh permukaan yang keras pada baja
karbon rendah yg sulit dikeraskan. Proses ini dilakukan dengan rendaman air
garam terhadap karbonat natrium dan sianida natrium yang dicampur dengan
salah satu bahan klorid

 Nitriding, suatu proses pengerasan permukaan dalam hal ini baja paduan
spesial dipanaskan untuk waktu yg lama dalam suatu atmosfer dan gas
. Nitrid yang
diserap oleh logam akan membentuk nitrid yang keras tersebar merata pada
permukaan logam. Seluruh baja dan besi cor yang dapat dikeras haruslah
dikeraskan dan di”temper” dahulu sebelum dilakukan proses nitriding,
dimana temperatur tempering harus cukup tinggi untuk menjaga kestabilan
struktur pada proses nitriding (minimal 10oC diatas temperatur nitriding).

Proses nitriding dilakukan dengan tujuan:


o mendapatkan kekerasan permukaan yang tinggi
o meningkatkan ketahanan pakai dan sifat “antigalling”
o meningkatkan ketahanan terhadap umur kelelahan
o meningkatkan ketahanan terhadap korosi
o meningkatkan ketahanan kekerasan permukaan terhadap kenaikkan
tem peratur sampai temperatur nitriding.

Keuntungan lain yang diperoleh dengan proses nitriding ialah: distorsi


dan deformasi minimum, karena temperatur pemanasan rendah. Di industri
penggunaan proses nitriding terutama dilakukan terhadap:

Komponen komponen mesin untuk kendaraan bermotor, antara lain:


 steering gears
 cylinder heads
 cylinder liners
 crankshafts
 camshafts
 ball steering joint
 valves dan valves quiders

10
 rocker arm
 rocker shaft
 connecting rod
 oil pump gears
 water pump gears
 dan lain-lain.

komponen-komponen mesin perkakas-perkakas termasuk dies, antara lain:


 cutting tools (high speed steel)
 rolling tools
 drawing tools
 dies casting moulds
 forging dies, dan lain-lain.

Di industri dikenal dua jenis proses nitriding, yaitu: liquid nitriding dan
gas nitriding. Pada umumnya kedua jenis proses ini adalah sama dan lama
proses dibutuhkan juga sama, tetapi proses gas nitriding biasanya lebih
disukai bila diinginkan kedalam penetrasi nitrogen yang lebih besar.

Pada proses liquid nitrididng media yang digunakan adalah campuran


garam-garam, yaitu: NaCN, Na2CO3, KCl dan beberapa bahan pengaktif
lainnya. Pada proses nitriding media yang digunakan adalah: gas amonia.
Berdasarkan diagram fasa biner Fe-N (gambar 2.6)8) dapat diperkirakan
bahwa beberapa lapisan dapat terbentuk pada temperatur 500-6000C, yaitu
berturut-turut pada bagian dalam (dekat substrat) kebagian terluar: α-Fe, γ-
Fe4N dan ε-Fe2N.

Chromizing dikenal sebagai pengayaan wilayah permukaan baja


dengan krom dengan perlakuan termokimia. Selama perawatan ini atom
kromium menyebar pada suhu antara 900 ° C dan 1000° C ke permukaan
benda kerja

Carburizing adalah perawatan panas proses di mana besi atau baja


dipanaskan di hadapan bahan lain (tetapi di bawah titik lebur logam's) yang
membebaskan karbon seperti terurai. Permukaan luar atau kasus ini akan
memiliki kandungan karbon yang lebih tinggi dari bahan asli. Ketika besi atau
baja didinginkan cepat dengan pendinginan, kandungan karbon lebih tinggi
pada permukaan luar menjadi keras, sedangkan inti tetap lembut dan
tangguh.

2.2.3 hal-hal yang mempengaruhi laju pendinginan

1) pensitas (P) dari media pendingin


semakin tinggi densitas media pendingin maka laju pendinginan akan
cepat pula.
2) Viskositas media pendingin
Semakin tinggi viskositas media pendingin maka semakin rendah laju
pendinginnya.
3) jenis aliran
Jika aliran turbulen maka laju pendinginannya akan lebih cepat, dan
jika alirannya laminer maka laju pendinginnya lebih lambat.

11
4) Luas permukaan material yang akan didinginkan
Semakin lebar luas permukaan material yang akan didinginkan,
semakin sepat pula laju pendinginannya.

2.2.4 Diagram Fasa Fe-Fe3C

Diagram fasa ini menjadi landasan untuk laku panas. Bila bagian 0% -
1% pada gambar ditutupi, maka kita akan mendapatkan diagram fasa.
Sebelumnya, komposisi eutectik dapat pada 4,3% (berat) karbon (17%) dan
suhu eutectik ini karena rata-rata mengandung 2,5% - 4% C titik air relatif
rendah dan besi cor mempunyai karateristik coran dan proses yg baik. Jadi
yang hanya besi dapat menampung 2,1% (berat) (9% atom) karbon. Atom
karbon ini larut secara difusi dalam besi baja berdasarkan fasa larutan padat
ini. Karena baja mengandung kurang dari 1,2% karbon, baja dapat mempunyai
fasa tunggal pada proses pemampaan atau pengerjaan panas lainnya, yaitu
daerah sekitar 4100% - 1270%. Pada daerah yang kaya besi (799% Fe dan 4%
C). Diagram Fe_Fe3C berbeda dengan diagram lain. Perbedaan ini timbul
karena besi adalah polimer dengan fasa kpf dan kps.

Ferit adalah larutan internsi dalam atom-atom karbon pada besi murni :
- Bersifat lunak dan liat
- Strukturnya kubik pemusatan ruang (BCC)
- Dalam keadaan murni (komersil) kekuatan tariknya <310 mpa
- Bersifat fertomagnetik dibawah 770°C
- Berat jenisnya 7,88 gr/cm3

Sementit (karbida besi) yaitu paduan besi karbon, karbon melebihi batas
daya larut membentuk fasa ke-2 :
- Bersifat keras dibanding austerit atau ferit tidak ulet
- Berat jenisnya 7,6 gr/cm3

Austenit adalah urutan interpisi mudah dibentuk :


- Stabil pada suhu 912°C dan 1394°C
- Pada suhu stabil sifat lunak dan ulet sehingga mudah dibentuk
- Strukturnya kubik pemusatan sisi

Perlit adalah austeriod dari dua fasa yaitu ferit dan sementit :
- Terjadinya pada temperatur di bawah 723°C
- Sifatnya antar ferit
- Kandungan karbonnya 0.07%

Ledeburit adalah suatu autentik yang mempunyai kandungan karbon


4,3% dan merupakan campuran halus antara perlit dan sementit. Besi adalah
fasa yang hanya berada di antara temperatur 1400°C sampai 1525°C.

2.2.5 Diagram TTT

Diagram TTT juga disebut diagram s atau diagram transformasi


isothermal. Dengan diagram ini dapat akibat perubahan struktur bila logam
dibiarkan pada suhu konstan tertentu. Untuk memperoleh struktur martensil
baja harus dicelupkan dengan cepat sehingga kurva pendingin tidak
memotong kurva transformasi. Pada kedua kurva TTT jelas bahwa sedikit

12
dibawah temperatur kritis A, laju informasi rendah, meskipun ada
transformasi ini mobilitas atom cukup tinggi. Hal ini disebabkan setiap
perubahan fasa yang timbul akibat faktor permukaan dan energi regangan.
Jika temperatur dibawa ke lutut kurva, laju transformasi meningkat.
Terjadinya kelambanan pada proses ini disebabkan pada waktu pembentukan
bounit, temperatur agak rendah. Pada bagian temperatur 250° C - 300° C
ternyata transformasi berlangsung sangat cepat. Untuk diagram fasa TTT
hanya dapat diperlukan pada baja karbon rendah. Bentuk umum kurva TTT
berbeda untuk jenis baja

2.2.6 Diagram CCT

Mengukur sejauh mana transformasi sebagai fungsi waktu untuk


suhu terus menurun. Dengan kata lain sampel adalah austenitised dan
kemudian didinginkan pada tingkat yang ditentukan dan derajat transformasi
diukur, misalnya dengan dilatometry. Jelas sejumlah besar percobaan
diperlukan untuk membangun diagram CCT lengkap. Sejak di las, panas
struktur zona yang terkena biasanya dibentuk dalam kondisi (cepat) kontinu
pendinginan, suhu konstan dasar diagram TTT jelas menjadi representatif dari
Welds.

Informasi yang lebih relevan dapat, dengan demikian, dapat


diperoleh dari diagram CCT di mana perubahan fasa dilacak untuk berbagai
tingkat pendinginan. Sebenarnya memplot kurva pendinginan pada diagram
tersebut akan menunjukkan jenis produk transformasi terbentuk dan
proporsi mereka. Transformasi yang terus-menerus diagram pendinginan
baja memiliki 0,22% C, 1.62% Mn, 0,43% Ni, 0.48% Ni dan sisanya Fe.

2.2.7 Unsur – unsur paduan

Baja karbon, adalah paduan Fe dan C disamping unsur lain seperti


silikon (si), managan (Mg), sulfur (s) dan fospor (P). Unsur karbon merupakan
unsur utama dan baja yg menentukan kekerasannya sedangkan unsur lain
dengan jumlah yang relatif kecil untuk memperbaiki sifat-sifat mekanik dari
bahan tersebut.

Pengaruh unsur karbon dalam baja karbon:

 Karbon: kekerasan meningkat seiring bertambahnya kadar karbon


namun keuletannya menurun. Sifat-sifat lain seperti mampu bentuk,
mampu mesin, mampu keras, mampu las
 Mangan: mampu memperbaiki kekuatan tariknya, ketahanan aus dan
las
 Silikon: memperbaiki homogenitas, menaikkan tegangan tarik,
menurunkan kecepatan pendingin kritis, sehingga baja karbon lebih
elastis untuk bahan pegas
 Fospor: salah satu unsur yang berpengaruh terhadap kekerasan suatu
logam sehingga harus dijaga minimal mungkin sebab material yang
mengandung kadar fospor di atas 0,4& cenderung akan getas
 Belerang atau sulfur: meningkatkan atau memperbaiki sifat mampu
mesin tersebut

13
 Chrom: memiliki sifat bahan benturan keras dan aus
 Nikel: digunakan bersama dengan chrom sebagai komponen baja
paduan. Sifat umum Ni – Cr sangat luas, bahan panas dan tahan korosi

2.2.8 Pengelompokan dan Standarisasi Baja

Pengelompokan Baja

- Baja karbon adalah paduan besi karbon dimana unsur-unsur karbon sangat
menentukan sifat-sifatnya. Sedangkan unsur-unsur paduan lainnya yang biasa
terkandung di dalamnya terjadi karena proses pembuatannya. Sifat baja
karbon biasa ditentukan oleh persentase karbon dan mikrostruktur

- Baja paduan adalah baja yang mengandung sebuah atau lebih unsur lain yang
kadar berlebih pada karbon biasanya ditemukan pada baja karbon. Menurut
kadar paduan, baja paduan dapat dibagi ke dalam 2 golongan yaitu baja
paduan rendah dan baja paduan tinggi. Baja rendah unsur paduannya
dibawah 10% sedangkan baja paduan tinggi diatas 10%

- Baja khusus mempunyai unsur paduan yg tinggi karena pemakaian yg khusus.


Baja khusus yaitu baja tahan karat, baja tahan panas, baja perkakas, baja
listrik.

Standarisasi Baja

- Amerika Serikat (ASTM)


 Struktur Steel (ASGM-94)
 High strength lowalloy structure steel (A 242 M-943)
 Low and Intermediate tensile strength carbon silikon steel plate for
machine parts and general construction (A248 M88)
 High yield strength, guenched, and tempered alloy steel plate
surtable for welding (A514 M-94 A)
 Structural steel ride 210 mpa minimal yield point (13 mm maks
thickness)
 High strength low alloy chromium ranadium steel of structure gualins
(A372 M – 94C)

- Menurut standarisasi AISI dan SAE

 Baja menurut standarisasi ini menggunakan klasifikasi dengan 10


(digunakan untuk paduan yang minimal sekali). Contoh baja AISE SAE
1045 ini berarti karbonnya adalah 0,4% dengan paduan logam
dinomium (0,4% - 1,2%) molibdenum (0,88% - 0,25%)

- Menurut UNI (United Numbered System)

 Baja menurut UNI/standar hampir sama dengan baja standar AISI


SAE, hanya saja menggunakan huruf di depan ditambah 5 digit. Untuk
jenis tambahan lainnya, misalnya: AISI dan AE 4070 untuk UNS
menjadi 640 170 dimana awalnya 6 untuk baja karbon paduan
rendah.

14
- Standarisasi Negara Jepang (JIS)
 Rolled steel for general structural (63101 – 87)
 Rolled steel for welded structural (63106 – 92)
 Heat rolled atmosphere corroson resisting steel (63106 - 37)
 Superior at atmosphere plates for welded structural (63128 – 87)

- Standarisasi Negara Jerman (DIN)


 Wudoble fine gram steel (17102 – 82)
 Steel for general structural presponed (17100 – 80)

- Standarisasi Negara Perancis (NF)


 Structural steel (A35-501-87)
 Structural steel untuk improved atmosphere corrosion resistance
(A35-502-84)

- Standarisasi Negara Inggris (BS)


 Weldoble structural steel (4360-86)

- Standarisasi Negara Kanada (CSA)


 Structural Quality Steel (CAN/CSA-21 92)

2.2.9 Sistem Kristalografi

Kristalografi adalah ilmu yang menentukan susunan atom dalam


setiap struktur padat, termasuk, namun tidak terbatas pada batu permata.
Semua batu permata adalah struktur kristal terbuat dari campuran senyawa
unsur yang berbeda, dan bentuk kristal didasarkan pada struktur atom dari
unsur blok bangunan. Atom dalam mineral tersebut diatur dalam pola
geometris memerintahkan disebut "motif" yang menentukan nya "struktur
Kristal. Struktur kristal permata's A akan menentukan simetri, sifat
optik, pesawat belahan , dan bentuk geometris secara keseluruhan, Resep,
atau campuran senyawa ini menjadi cetak biru untuk bagaimana kristal akan
tumbuh. " Teman-pola pertumbuhan kristal A disebut sebagai yang " Crystal
Kebiasaan . "

Kubik

Sistem kristal kubik juga dikenal sebagai isometrik "sistem". Sistem


(Isometric) kristal kubik dicirikan oleh simetri total. Sistem Cubic memiliki tiga
sumbu kristalografi yang semuanya tegak lurus satu sama lain, dan sama
panjang. Sistem kubik memiliki satu titik kisi pada masing-masing empat sudut
kubus itu.

Hexagonal Bersegi enam

Sistem kristal heksagonal memiliki empat sumbu kristal yang terdiri


atas atau khatulistiwa tiga sama horisontal (, b, dan d) kapak di 120 º, dan satu

15
vertikal (c) sumbu yang tegak lurus ke tiga lainnya.. The (c) porosnya dapat
lebih pendek, atau lebih lama dari sumbu horisontal.

Tetragonal Bersegi empat

Sebuah kristal tetragonal adalah bentuk kubik sederhana yang


membentang di sepanjang) perusahaan (c sumbu untuk membentuk prisma
persegi panjang. Kristal tetragonal akan memiliki dasar persegi dan atas,
tetapi ketinggian yang lebih tinggi. Dengan terus untuk meregangkan "tubuh-
berpusat" kubik, satu lagi Bravais kisi dari sistem tetragonal dibangun.

Rombohedral

Sebuah rhombohedron (alias sistem trigonal) memiliki bentuk tiga


dimensi yang mirip dengan kubus, tetapi telah condong atau miring ke satu
sisi sehingga miring. Bentuknya dianggap "prismatik" karena semua enam
wajah kristal yang sejajar satu sama lain. " Setiap wajah yang tidak kuadrat
pada malaikat kanan disebut "rhombi." Sebuah kristal rombohedral memiliki
enam wajah, 12 tepi, dan 8 titik. Jika semua sudut tumpul internal non-wajah
yang sama (contoh datar, di bawah), dapat disebut trapezohedron-trigonal.

Ortorombik

Mineral yang terbentuk di ortorombik tersebut (alias belah ketupat)


sistem kristal memiliki tiga sumbu yang saling tegak lurus, semua dengan,
atau tidak sama panjang yang berbeda.

Monoklinik

Kristal yang terbentuk dalam sistem monoklinik memiliki tiga sumbu


tidak sama. sumbu kristalografi cenderung terhadap satu sama lain pada
sudut miring, dan sumbu (b) tegak lurus ke dan c. (B) sumbu kristalografi
disebut "orto" sumbu.

Triklinik

Kristal yang terbentuk dalam sistem triklinik memiliki tiga sumbu


kristalografi tidak sama, semua yang berpotongan pada sudut miring. kristal
triklinik memiliki sumbu simetri 1-lipat dengan hampir tidak simetri yang jelas,
dan tidak ada cermin atau pesawat prismatik.

Klasifikasi baja karbon


- Baja karbon rendah (0,3% c)
- Baja karbon sedang (0,3% < c < 0,7%)
- Baja karbon tinggi (0,7% < c < 1,4%)

Baja paduan rendah

Baja paduan ini adalah baja paduan karbon rendah, yang


menyebabkan ferit diubah jadi sedikit perlit atau dengan kata lalin akibat
paduan karbon rendah pada baja akan membantu ferlit mempunyai keuletan

16
dan kenyal dan ferlit mempunyai keuletan yang tinggi, karena memiliki sifat
yang keras baja ini juga kenyal dan ulet.

Baja berfasa ganda

Baja ini mengalami 2 kali perlakuan panas atau baja ini memiliki 2
fasa. Dalam fasa pertama, hal-hal yang timbul dalam pengkristalan adalah
adanya campuran kimia yang sangat keras, misalnya Fe3C (sementit)

Besi cor

Besi cor adalah paduan antara bsei, karbon, silikon dan unsur lainnya.
Besi cor mempunyai fisik yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh unsur paduan
yang terdapat di dalamnya seperti silikon, mangan dan fospor.

2.2.10 Sifat material logam

Kekuatan, kekerasan, ketangguhan, elastisitas, plastisitas, kerapuhan,


dan daktilitas dan kelenturan adalah properti mekanik digunakan sebagai
pengukuran tentang bagaimana logam berperilaku bawah beban. Properti ini
dijelaskan dalam hal jenis gaya atau stres yang logam harus tahan dan
bagaimana ini menolak.

Kekuatan

Kekuatan adalah milik yang memungkinkan logam untuk menahan


deformasi bawah beban. Kekuatan utama adalah regangan maksimum bahan
yang bisa menahan. kekuatan tarik adalah pengukuran ketahanan terhadap
ditarik terpisah bila ditempatkan di beban ketegangan.

Kelelahan Kekuatan adalah kemampuan bahan untuk menahan


berbagai jenis cepat berubah tegangan dan dinyatakan dengan besarnya
bolak stres untuk jumlah tertentu siklus.

Dampak kekuatan adalah kemampuan logam untuk menahan beban


tiba-tiba diterapkan dan diukur dalam kaki-pon kekuatan.

Kekerasan

Kekerasan adalah milik dari bahan untuk melawan indentasi


permanen. Karena ada beberapa metode pengukuran kekerasan, kekerasan
material selalu ditetapkan dalam hal percobaan tertentu yang digunakan
untuk mengukur properti ini. Dari pengujian ini, Rockwell adalah yang paling
sering digunakan. Prinsip dasar yang digunakan di testis Rockwell bahwa
material yang keras dapat menembus satu lebih lembut. Kami kemudian
mengukur jumlah penetrasi dan membandingkannya dengan skala Untuk
logam besi, yang biasanya lebih sulit daripada logam nonferrous, tip berlian
digunakan dan kekerasan yang ditunjukkan dengan

Pada logam nonferrous, yang lembut, sebuah bola logam yang


digunakan dan kekerasan yang ditunjukkan oleh sejumlah Rockwell "B". To

17
get an idea of the property of hardness, compare lead and steel. Untuk
mendapatkan ide dari properti kekerasan, membandingkan memimpin dan
baja. Lead dapat tergores dengan tongkat kayu runcing tetapi baja tidak bisa
karena lebih sulit daripada memimpin.

Penjelasan lengkap dari berbagai metode yang digunakan untuk


menentukan kekerasan suatu material tersedia dalam buku komersial atau
buku perpustakaan yang terletak di dasar Anda.

Ketangguhan

Ketangguhan adalah properti yang memungkinkan bahan untuk


menahan shock dan menjadi cacat tanpa pecah. Ketangguhan dapat dianggap
sebagai kombinasi kekuatan dan plastisitas. Tabel 1-2 menunjukkan urutan
dari beberapa bahan lebih umum untuk ketangguhan serta properti lainnya.

Elastisitas

Ketika material memiliki beban yang diterapkan untuk itu, memuat


menyebabkan material untuk berubah bentuk. Elastisitas adalah kemampuan
suatu material untuk kembali ke bentuk aslinya setelah beban dihilangkan.
Secara teoritis, batas elastis material adalah batas yang material dapat dimuat
dan masih memulihkan bentuk aslinya setelah beban dihilangkan.

Keliatan

Plastisitas adalah kemampuan bahan untuk berubah bentuk secara


permanen tanpa melanggar atau pecah. Properti ini adalah kebalikan dari
kekuatan. Dengan hati-hati dari logam paduan, kombinasi dari plastisitas dan
kekuatan digunakan untuk pembuatan elemen struktur besar. Sebagai
contoh, seharusnya seorang anggota dari sebuah struktur jembatan menjadi
kelebihan beban, plastisitas memungkinkan anggota overload mengalir
memungkinkan distribusi beban ke bagian lain dari struktur jembatan.

Kerapuhan

Kerapuhan adalah kebalikan dari milik plastisitas. Sebuah logam


rapuh adalah salah satu yang rusak atau menghancurkan sebelum deformasi.
Putih cor besi dan kaca adalah contoh yang baik dari bahan rapuh. Umumnya,
logam getas tinggi kuat tekan tetapi rendah dalam kekuatan tarik. Sebagai
contoh, Anda tidak akan memilih besi cor untuk mendukung fabrikasi balok di
jembatan.

Keuletan dan kemampunyalaan

Daktilitas adalah properti yang memungkinkan bahan untuk


peregangan, menekuk, atau memutar tanpa retak atau pecah. Properti ini
memungkinkan materi yang akan ditarik keluar menjadi kawat tipis. Sebagai
perbandingan, kelenturan adalah milik yang memungkinkan bahan untuk
berubah bentuk oleh pasukan tekan tanpa mengembangkan cacat. Bahan

18
ditempa adalah salah satu yang dapat dicap, ditempa, ditempa, ditekan, atau
digulung menjadi lembaran tipis.

2.2.11 Media pendingin

Media pendingin dugunakan untuk menetralkan suhu setelah logam


dimasukkan ke dalam tungku dalam waktu dan suhu yg telah ditentukan

Jenis – jenis media pendingin


 Oli
 Air
 Solar
 udara

19
BAB III
METODA PENELITIAN

3.1 Alat dan bahan percobaan

1. Bahan Besi ST 41

2. Alat uji kekerasan Rockwell

20
3. mesin pemanas (heat treatment) benda uji

4. Alat penjepit benda

5. Jangka sorong

21
6. Oli

7. Air

3.2 Data uji kekerasan pra heat treatment

NILAI
NO BAHAN DIAMETER KETEBALAN BEBAN
KEKERASAN
BESI ST
1 19,3 mm 8 mm 55 60 kg
41
BESI ST
2 19,3 mm 8 mm 55 60 kg
41

22
3.3 Data uji kekerasan pasca heat treatment

Setelah di uji dengan Rockwell, benda uji besi ST 41 dimasukan kedalam


mesin pemanas (Heat treatment) dengan suhu awal 40 °C. Dari suhu 40 °C
kemudian menunggu selama 10 menit untuk mencapai suhu 401 °C kemudian
di tekan tombol start pada mesin pemanas hingga proses selesai.

Setelah proses heat treatment selesai, benda uji diambil dengan alat
penjepit dan dimasukan kedalam oli dan air untuk proses quenching.
Kemudian didiamkan beberapa menit sampai benda uji dingin.

23
Benda yang sudah dicelupkan pada air dan oli kemudian di uji
kembali kekerasannya dengan alat uji Rockwell. Inilah hasil data setelah
proses heat treatment :

Nilai Nilai
Nilai kekerasan kekerasan
No Bahan Diameter Ketebalan Beban
kekerasan dengan dengan
media air media oli
BESI
1 19,3 mm 8 mm 55 57 0 60 kg
ST 41
BESI
2 19,3 mm 8 mm 55 0 59 60 kg
ST 41

24
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan, yaitu :

1. Besi yang sudah mengalami proses heat treatment menjadi keras dari besi
yang sebelumnya (pra heat treatment).
2. Media pendingin yang berupa air dan oli mempunyai kekerasan yang
berbeda-beda.
3. Temperature pemanasan, laju pendinginan, komposisi kimia, kondisi
permukaan, ukuran dan berat benda kerja juga berpengaruh pada proses
heat treatment.
4. Pendinginan yang cepat seperti menggunakan media air maka besi tersebut
akan keras dang etas, sedangkan proses pendinginan yang lambat akan
mengakibatkan besi menjadi ulet dan liat.
5. Laju proses pendinginan air lebih cepat dari pada oli.
6. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan bahwa dari kekerasan besi satu
dengan yang lainnya mempunyai kekerasan yang berbeda-beda karena
dalam struktur yang dikandung dalam logam berbeda-beda.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Chandra, Dewi dan Estuti Budimulyani.2003.pengetahuan Bahan


Teknik.Politeknik Negeri Jakarta
2. Koswara,Engkos.”Pengujian Logam” Humaniora Utama Press Bandung1999
3. Djaprie,Sriati ”Metalurgi Mekanis” jilid 1 ErlanggaJakarta.1992
4. Bradbury”Dasar Metalurgi untukRakasasawan” PT.Gramedia Pustaka
Utama1997

26

Anda mungkin juga menyukai