Oleh :
Uji keras merupakan pengujian yang paling efektif karena dengan pengujian
ini, kita dapat dengan mudah mengetahui gambaaran sifat mekanis suatu material.
Meskipun pengukuran hanya dilakukan pada suatu titik, atau daerah tertentu saja, nilai
kekerasan cukup valid untuk menyatakan kekuatan suatu material. Dengan melakukan
uji keras, material dapat dengan mudah di golongkan sebagai material ulet atau getas.
Uji keras juga dapat digunakan sebagai salah satu metode untuk mengetahui
pengaruh perlakuan panas atau dingin terhadap material. Material yang teah
mengalami cold working, hot working, dan heat treatment, dapat diketahui
gambaran perubahan kekuatannya, dengan mengukur kekerasan permuakaan
suatu material. Oleh sebab itu, dengan uji keras kita dapat dengan mudah
melakukan quality control terhadap material.
TEORI DASAR
2. Metode Indentasi
Metode ini adalah metode yang paling luas digunakan dalam dunia
engineering. Pada metode ini menggunakan sebuah indentor yang akan ditekan
pada suatu permukaan logam sehingga menghasilkan indentasi. Indentasi
tersebut dapat digunakan dasar untuk menghitung nilai kekerasan dari material
yang diuji. Metode indentasi terbagi menjadi 5 jenis, yaitu sebagai berikut:
A. Brinell Hardness
Uji keras Brinell dilakukan dengan membuat lekukan pada pada
suatu permukaan material menggunakan bola baja berdiameter 10
mm dengan beban tertentu. Untuk hard metal, beban yang
digunakan adalah 3000 kg, pada soft metal beban yang digunakan
di turunkan menjadi 500 kg, dan pada vey hard metal digunakan
tungsten carbide untuk menimalisir distorsi pada indentor. Beban
yang digunakan selama waktu standar, biasanya 30 s, kemudian
diameter indentasinya di hitung dengan mikrospkop setelah beban
dilepaskan. Nilai kekerasan metode ini (BHN; Brinell Hardness
Number) definisinkan sebagai P (kg) dibagi luas permukaan
indentasi, yang dirumuskan dengan :
2𝑃 2𝑃
𝐵𝐻𝑁 = =
𝜋. 𝐷 (𝐷 − √𝐷2 − 𝑑 2 ) 𝜋. 𝐷 . 𝑡
dengan P = load (kg); D = diameter indenter (mm); d = diameter
indentasi (mm); t = kedalaman indentasi (mm).
Metode ini sangat bergantung pada beban yang digunakan
sehingga akan menghasilkan BHN yang bervariasi. Oleh karena itu,
tidak mungkin untuk mendapatkan seluruh rentang kekerasan pada
logam komersial dengan menggunakan beban tunggal. Akan tetapi,
metode ini tidak dipengaruhi oleh kekasaran permukaan material
yang diuji.
B. Meyer Hardness
Metode ini merupakan perbaikan dari metode Brinell karena
pada metode ini digunakan tekanan rata-rata antara permukaan
indentor dengan indentasinya. Meyer hardness dapat dinyatakan
dengan persamaan berikut:
4𝑃
𝑀𝐻𝑁 =
𝜋𝑑 2
Meyer hardness kurang sensitif terhadap beban yang digunakan
dibandingkan Brinell hardness. Untuk cold-worker material, nilai
kekerasan Meyer konstan dan tidak bergantung pada beban,
sedangkan untuk annealed material nilai kekerasan Meyer
meningkat secara kontinu dengan naiknya beban karena strain
hardening dari indentasi.
C. Vickers Hardness
Metode ini menggunakan square-based diamond pyramid
sebagai indenter, dengan sudut antara 2 sisi pyramid yang
berlawanan sebesar 136o. Karena bentuk indentor yang digunakan,
metode ini juga sering disebut diamond-pyramid hardness test.
Diamond-pyramid hardness number (DPH) atau Vickers hardness
number (VHN) didefinisikan sebagai beban dibagi dengan luas
permukaan dari indentasi. DPH dapat di nyatakan dengan
persamaan berikut :
Dalam melakukan pengujian keras ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
agar mendapat hasil yang baik, yaitu:
1. Indenter dan spesimen harus dalam keadaan bersih dan terpasang dengan baik.
2. Permukaan yang diuji harus kering, bersih, halus dan bebas oksida.
3. Permukaan spesimen harus rata dan tegak lurus terhadap indenter.
4. Pengujian pada permukaan berbentuk silinder akan memberikan hasil yang
kurang bagus, error yang terjadi bergantung pada kurva, beban, indentor dan
kekerasan dari material.
5. Ketebalan spesimen setidaknya harus 10x lebih tebal daripada kedalaman
indentasi.
6. Jarak antara indentasi setidaknya harus 3-5x dari diameter indentasi.
7. Kecepatan pembebanan harus di standardisasi.
2.1 Penurunan Rumus Brinell dan Vickers
2.1.1 Penurunan Rumus Brinell
Gambar 2.1.1.1 Penurunan Rumus Brinell
Data – data yang didapatkan dari hasil percobaan uji keras Rockwell, Vickers,
dan Brinell adalah sebagai berikut:
ANALISIS DATA
Nilai kekerasan Rockwell yang didapatkan pada pengujian ini adalah untuk
baja bulat yaitu 72,3 HRA, untuk baja kotak yaitu 49,3 HRA, dan untuk aluminium
yaitu 99 HRH. Sedangkan nilai kekerasan berdasarkan literatur untuk baja bulat yaitu
56,4 HRA, untuk baja kotak 44,8 HRA, dan untuk aluminium 95 HRH. Jika nilai hasil
pengujian dibandingkan dengan data literatur terdapat sedikit perbedaan. Hal ini dapat
terjadi karena spesimen yang digunakan tidak rata akibat proses grinding yang
dilakukan sebelum melakukan pengujian kurang bagus sehingga menghasilkan
permukaan spesimen yang tidak rata. Permukaan yang tidak rata menyebabkan arah
pembebanan tidak tegak lurus dengan permukaan material sehingga berpengatuh pada
nilai kekerasan yang dihasilkan. Hal lain yang mempengaruhi perbedaan data
percobaan dengan data literatur adalah persebaran kandungan karbon yang tidak
merata pada setiap bagian pada logam baja.
Pada pengujian Brinell dilakukan pemberian beban indentor berupa bola baja
berdiameter 2,5 mm dengan beban sesuai dengan spesimen yang di uji. Proses preparasi
spesimen dibutuhkan pada uji keras ini.
Dari hasil pengolahan data yang kita lakukan, kita dapat menentukan spesimen
yang mengandung karbon tinggi dan karbon rendah berdasarkan nilai kekerasannya.
Spesimen baja bulat memiliki nilai kekerasan yang lebih tinggi dari nilai kekerasan
baja kotak sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa baja bulat merupakan baja karbon
tinggi dan baja kotak merupakan baja karbon rendah.
BAB V
5.1 KESIMPULAN
1. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka didapat nilai kekerasan Brinell
pada :
Baja Bulat adalah 290,168 kgf/mm2
Baja Kotak adalah 161,304 kgf/mm2
Aluminium adalah 58,734 kgf/mm2
2. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka didapat nilai kekerasan
Rockwell pada :
Baja Bulat adalah 72,3 HRA
Baja Kotak adalah 49,3 HRA
Aluminium adalah 99 HRH
3. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka didapat nilai kekerasan Vickers
pada :
Baja Bulat adalah 240,57 kgf/mm2
Baja Kotak adalah 219,43 kgf/mm2
4. Berdasarkan pengolahan data, kita dapat menentukan bahwa :
Baja bulat merupakan baja karbon tinggi
Baja kotak merupakan baja karbon rendah
5.2 SARAN
https://www.scribd.com/doc/51579733/HARDNESS-TEST
ASTM E18
https://www.azom.com/article.aspx?ArticleID=6115
https://www.azom.com/article.aspx?ArticleID=6560
https://www.azom.com/article.aspx?ArticleID=2863
LAMPIRAN
Jawaban.
1. Data macam macam variasi beban mayor dan jenis indentor pada uji keras
Rockwell
Variasi tersebut digunakan agar kita dapat menentukan nilai kekerasan
Rockwell kekerasan pada semua bagian pada suatu material. Bebam mayor dan
jenis indentor telah disesuaikan dengan kekerasan material yang diuji.
2. Penurunan Rumus Nilai kekerasan Vikers (VHN) adalah
3. Anomali yang terjadi pada uji keras adalah sebagai berikut :
a. Sinking adalah penurunan permukaan logam di sekitar indentasi. Fenomena
ini di temukan pada annealed metal.
b. Ridging adalah memumpuknya permukaan logam di daerah sekitar
indentasi. Fenomena ini ditemukan pada cold-work metal.
4. Harga kekerasan berbanding lurus dengan harga kekuatan tariknya karena
kekerasan dan kekuatan pada umumnya ketahanan material terhadap deformasi
plastis, hanya saja pada kekerasan doformasi plastis lokal, sedangkan kekuatan
deformasi plastis global. Maka dapat dikatakan harga kekerasan berbanding
lurus dengan harga kekuatannya, seperti pada persamaan dibawah ini.
UTS = 3,4 X BHN
5. Pencegahan yang dapat dilakukan agar hasil uji keras valid adalah sebagai
berikut :
a. Indenter dan spesimen harus dalam keadaan bersih dan terpasang dengan
baik.
b. Permukaan yang diuji harus kering, bersih, halus dan bebas oksida.
c. Permukaan spesimen harus rata dan tegak lurus terhadap indenter.
d. Pengujian pada permukaan berbentuk silinder akan memberikan hasil yang
kurang bagus, error yang terjadi bergantung pada kurva, beban, indentor
dan kekerasan dari material.
e. Ketebalan spesimen setidaknya harus 10x lebih tebal daripada kedalaman
indentasi.
f. Jarak antara indentasi setidaknya harus 3-5x dari diameter indentasi.
g. Kecepatan pembebanan harus di standardisasi.
B. TUGAS TAMBAHAN
1. Apakah metoda Vickers butuh persiapan? Jika butuh, kenapa? Metoda apa saja
yang butuh persiapan?
Jawaban.