Anda di halaman 1dari 30

Mechanical engineering

LAPORAN PRAKTIKUM :
MATERIAL TEKNIK

Dikerjakan Oleh:
KELOMPOK 6
KELAS : B
 MOH.AFDHAL : F33118030
 YUSRIL ALAMSYAH: F33118009
 M.UMAR NURSALIM: F33118036
 RIFGAN: F33118074
 RENALDY RIAN LAEKA: F33118079
 I PUTU HENDRY GUNAWAN: F33120071
 VITRA SIOLA: F33120073

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU – SULAWESI TENGAH
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kekerasan merupakan salah satu sifat mekanik dari logam pengujian


kekerasan secara luas digunakan dalam proses impoksi dan control. Salah
satu proses yang mempengaruhi kekerasan suatu material adalah proses
yang mempengaruhi perlakuan panas. Kekerasan sulit untuk didefinisikan
karena memiliki arti yang berbeda sesuai bidang pemakaiannya. Pada
pengujian logam kekerasan didefinisikan sebagai ketahanan suatu material
logam terhadap identasi (penekanan) sedangkan dalam metalurgi kekerasan
merupakan ketahanan suatu material terhadap goresan dengan
menggunakan standar kekerasan.

Pemilihan logam yang akan digunakan untuk aplikasi ketahanan


gesekan (wear resistense) harus mempertimbangkan kekerasan logam
tersebut. Hubungan kekerasan suatu logam sebanding dengan kekuatan
logam akan mengikat maka kekuatan logam tersebut juga akan cenderung
mengikat. Namun, nilai kekerasan ini berbanding terbalik dengan kekuatan
logam. Meskipun logam keras dipandang lebih keras dari logam lunak.
Meskipun yang perlu dipastikan adalah tingkat kekerasan bahasa yang tinggi
belum menjamin bahwa komponen mesin yang dibuat dari material tersebut
memiliki kekuatan (ketahanan) untuk menerima beban.

Berkaitan dengan penggunaan logam keras dan lunak ini, kita


memaklumi bahwa teknologi yang berkembang saat ini dinegara kita masih
dalam tahap pengembangan teknologi tepat guna dan rekayasa industry
yang tingkat resikonya tidak tertata tinggi, sehingga ketelitian dalam
perancangan teknologi pun menjadi rendah. Perancangan kontraksi mesin
berteknologi sederhana tentunya berbeda dengan perancangan kontraksi
mesin berteknoligi tinggi dan pasti perancangan kontraksi mesin berteknologi
tinggi menentukan pengolahan kualitas pula.

Dengan demikian, bahan benda kerja yang baik dan berkualitas tidak
hanya ditentukan oleh keras atau lunaknya suatu material tersebut. Tetapi
sangat banyak ditentukan oleh ketetapan memilih bahan sesuai dengan sifat
mekanik dari material dan besar pembenanan yang diberikan sehingga
diperoleh efisiensi yang tinggi dan dijamin mampu untuk menerima beban
tertentu.

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan praktikum yang ingin dicapai adalah untuk menetukan


kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap benda
uji yang berupa bola baja ataupun kerucut intan yang ditentukan pada
permukaan material uji tersebut.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat pengujian kekerasan sebagai beriukut :

1. Mahasiswa dapat mempelajari cara pengoprasia alat uji kekerasan.


2. Mahasiswa dapat mempelajari cara menentukan kekerasn dari material
logam.
BAB II

TEORI DASAR

2.1 Pengertian Kekerasan

Kekerasan merupakan suatu sifat dari bahan logam yang sangat


penting karena banyak sifat lain dari logam yang berhubungan dengan
kekuatan, oleh karena itu dalam hal kekerasan suatu logam dengan angka-
angka sudah menggambarkan kekuatan bahan tersebut.

Kemampuan suatu logam akan meningkatkan apabila kekerasan


semakin mengikat, sementara kekerasn itu sendiri dipengaruhi oleh media
pendingin setelah material mengalami perlakuan panas. Secara umum ada 3
cara pengujian kekerasan, yaitu:

a) Cara goresan

Dilakukan dengan menggoreskan bahan yang lebih keras terhadap


bahan yang akan di uji. Cara ini dilakukan dengan cara hocus mocks.
Membuat skala yang terdiri dari sepuluh standar mineral yang disusun
menurut kekerasan atau kemampuan, mulai bahan terkeras yaitu intan
sampai kebahan yang lebih lunak.

b) Cara dinamik

Dilakukan dengan menjatuhkan baja dipermukaan loga. Dimana tinggi


pantulan bola menjatuhkan energy pantulan bola menyatakan energy
pantulan sebagai ukuran kekerasan ini disebut dengan pengujian
shareshevestop.
c) Cara penekaan

Merupakan cara umum dari pengujian kekerasan logam, yang


termasuk cara ini adalah brinell, vickers, dan cara rockwel.

1. Pengujian brinell

Cara brinel ini dilakukan dengan penekanan sebuah bola (bola


brinsnell) yang terbuat daro chrom yang telah disepuh kepermukaan
benda uji tanpa sentrakan. Tekanan yang diberikan berupa tekanan
statis. Permukaan yang diuji harus bersih dan rata setelah gaya
tekanan ditiadakan dan bola brinell dikeluarkan dari bekas (lekukan)
yang terjadi. Maka diameter paling atas dari lekukan tadi diukur secara
teliti untuk kemudian dipakai sebagai dasar perhitungan kekerasan
benda uji. Pengujian kekerasan ini dapat dilihat pada gambar dibawah
ini.

Gambar 2.1 Pengujian kekerasan brinell


Apabila diameter bola penekan dinyatakan dengan (o), beban
yang digunakan dengan (p) dan diamteter bekas penekanan dengan
(d), maka dapat diperoleh kekerasan brinell adalah beban p (kg)
dibagi luas bidang (mm2) penekanan yang merupakan deformasi tetap
sebagai akibat penekanan. Angka tersebut dapan dirumuskan sebagai
berikut

Hb = = …………….

Tabel dibawah ini menetukan harga standar untuk diameter


bola baja dan beban yang diukur dengan daerah kekerasan yang
diukur.

Diameter Beban
bola
D (mm) 30 02 10 02 5 02 1,2502 D2
10 3000 1000 500 125 100
5 750 250 125 _ _
Derah yang
cocok
untuk 160- 53-200 26-100 72-25 5-26
pengukuran 460
tembaga
Beban yang Logam Paduan Tembaga, Logam
diukur keras, tembaga, Paduan lunak
baja, paduan alumunium dan
besi alumunium lainnya
cor keras
2. Pengujian viekers

Cara ini dilakukan dengan menggunakan alat uji hardnes tester.


Dalam pengujian kekerasan Vickers ditentukan dengan sudut bidang
1360 sebagai penekan. Pengeras Vickers ditentukan dengan luas
permukaan bekas penekan (HUN). Besarnya beban yang di gunakan
pada pengujian Vickers berkisar 1-725 kg. Pengujian ini banyak
dilakukan pada proses penelitian karena metode ini banyak dilakukan
pada hasil beberapa skala kekerasan untuk suatu beban tertentu
dengan beban yang sangat keras. Jejak injakan dari pener tidak
menimbulkan kukuatan yang berarti dan dapat digunakan untuk
penggunaan kekerasan bahan beban yang tipis. Sedangkan kerugian
dari penggunaan metode ini adalah kurang sesuai untuk bahan-bahan
yang kurang homogen, memerlukan waktu persiapan yang relative
cukup lama dan diperlukan benda uji yang benar-benar halus
permukaannya,rata dan sejajar. Permukaan sebagian atas dan bawah
karena jejak inveknya kecil.

Gambar 2.2 Uji kekerasan Vickers


Pengukuran panjang diagonal jarak injakan telah dilakukan
maka nilai kekerasan Vickers dapat ditentukan dengan persamaan
sebagai berikut:

VHN = ………….

L= …………

Dimana:

VHN = harga kekerasan Vickers (kg/mm2)

P = beban yang bekerja pada penetrater intan (kg)

L = diagonal jejak injakan penetrator (mm)

= sudut yang permukaan piramida uang berhadapan(1360)

Keuntungan metode Vickers, yaitu :

a. Dengan benda penekan yang sama kekerasan dapat ditentukan


tidak saja untuk lunak. Tetapi juga untung bahan keras.
b. Dengan bekas tekanan yang kecil bahan / specimen uji hanya
mengalami kerusakan kecil.
c. Hasil pengukuran lebih teliti.
d. Kekerasan benda kerja yang tipis dapat diuji dengan memilih
gaya yang kecil.

Kerugian metode Vickers, yaitu :

a. Karena bekas tekanan yang kecil, kekerasan rata-rata bahan


yang tidak homogen tidak dapat ditentukan, misalnya besi
tuang.
b. Penentuan kekerasan membutuhkan banyak waktu
3. Pengujian Rockwell

Prinsip pengujian pada metode Rockwell adalah dengan


menentukan penetrator kedalam benda kerja dengan pembebanan
harga kekerasan yaitu pembedaan kedalaman melentrasi yang di
dapatkan dari beban mayor dan minor. Pengujian dengan Rockwell
memakai penetratur ppe – oconieal diameter (permata berbentuk
kerucut). Dengan sudut puncak kerucut permata 1200 dengan beban
minor 10 kg dan beban mayor 150 kg, atau beba awal F0 = 10 kg
beban tambahan F1 = 140 kg beban total F = 10+140 = 150 kg.
Kekerasan rockwell C dapat ditulis dengan pertambahan kedua
kedalam melintasi persamaan dengan beban awal setelah beban awal
dihilngkan dan pertumbuhan dinyatakan dengan satuan 0,002 mm
mesin uji kekerasan Rockwell digunakan karena

a. Digunakan untuk mengukur benda yang dikeraskan.


b. Mesin uji kekerasan rokwell dapat diberikan harga kekerasan
karena secara langsung dari benda kerja yang ditest pada
penunjuk (melitur) sehingga waktu yang diperlukan dalam
pengujian relatif lebih singkat.

Berbeda dengan pengujian kekerasan metode brinell dan


Vickers yang mengukur luas dari jejak, pada pengujian kekerasan
Rockwell yang diukur adalah kedalaman jejak hasil penetrasi indentor
dalam hal ini, seberapa jauh indentor bergerak turun secara vertical
ketika melakukan penetrasi, skala pada jam ukur (dial gage) mesin
rockwel terdiri dari 100 pembagian, masing-masing pembagian sama
dengan kedalaman penetrasi 0,002 mm. Pada pengujian kekerasan
bahan dengan metode rokcwell, kedalaman penetrasi permanen yang
dihasilkan dan penerapan dan pelepasan beban utama di pakai untuk
menetukan angka kekerasan Rockwell, sebagai berikut :

HR = E – e

Dimana:

E = konstanta dengan nilai 100 untuk indentor intan dan 130


untuk indentor bola

e = kedalaman penetrasi permanen karena beban utama (f)


diukur dengan satuan 0.002 m

Dalam prakteknya angka kekerasan Rockwell dapat dibaca


langsung pada jam ukur, yang ditampilkan pada layar jika
menggunakan mesin pengujian kekerasan Rockwell.

Gambar 2.3 Uji kekerasan Rockwell


2.2 Sifat-sifat material
a. Hardnes (kekerasan)

Kekerasan adalah ukuran ketahanan suatu material terhadap


deformasi palstis local. Nilai kekerasan tersebut dihitung hanya pada
tempat lain bias jadi kekerasan suatu material berbeda-beda pada
tempat lain. Tetapi nilai kekerasan suatu material adalah homogen dan
belum mendapatkkan perlakuan panas secara teoritis akan sama pada
tiap-tiap titik. Maka kekerasan material berbeda untuk kelompok
bidang ilmu yang berbeda lagi insinyur metalurgi kekerasa adalah
ketahanan material terhadap penetrasi.

b. Keuletan

Keuletan adalah suatu besaran kualitatif dan sifat subjektif


suatu bahan yang secara umum pengukuran dilakukan untuk
memenuhi tiga kepentingan yaitu :

1) Menyatakan besarnya deformasi yang mampu dialami suatu


material tanpa terjadi patah.
2) Menunjukkan kemampuan material mengalir plastis sebelum
patah.
3) Sebagai petunjuk adanya patah atau perubahan kondisi
pengolahan.
c. Ketangguhan

Ketangguhan merupakan ketahanan material terhadap beban


kejut. Inilah yang membedakan pengujian impac dengan pengujian
tarik dan kekerasan dimana pembebanan dilakukan secara tiba-tiba.
d. Kekuatan

Kekuatan adalah kemampuan material untuk menahan


deformasi. Jenis jenis kekuatan yaitu:

1) Kekuatan tarik yaitu nilai yang paling penting ditulis sebagai


hasil uji tarik tetapi pada kenyataannya nilai tersebut kurang
mendasar dalam kaitannya dengan kekuatan material.
2) Kekuatan luluh
Kekuatan luluh adalah pengukuran besarnya tegangan pada
saat mulai terjadi deformasi plastis atau batas luluh.
e. Fatik

Fatik adalah ketahanan suatu benda menerima pembebanan


dinamik, mengalami kegagalan (patah) pada tegangan jenuh dibawah
tegangan yang diperlukan untuk membuatnya patah pembebanan
tunggal (statis) kegagalan tarik biasa terjadi pada tempat yang
konsentrasinya sangat tepat.

f. Baja

Baja adalah suatu paduan dari besi dan karbon serta unsur
lainnya dimana kadar karbonnya sering melebihi 2%. Baja merupakan
paduan yang terdiri dari besi, karbon dan unsur lainnya.

1) Baja karbon
- Baja karbon rendah (0,25 %)
- Baja karbon sedang (0,26 – 0,55% c)
- Baja karbon tinggi (0,56 – 17 % c)
2) Baja paduan
- Baja paduan rendah ( 5% c)
- Baja paduan sedang (5-10% c)
- Baja paduan tinggi (diatas 10% c)

2.3 Head Treatment (Perlakuan panas)

Perlakuan panas merupakan salah satu proses untuk mengubah


struktur logam dengan jalan memanaskan specimen elektik terane (tangku)
pada temperatur kristalisasi pada periode waktu tertentu kemudian
didinginkan pada media pendingin seperti udara, air garam, minyak tanah,
oli, dan solar yang masing-masing mempunyai kerapatan pendingin yang
berbeda-beda.

Sifat-sifat logam yang terutama adalah sifat mekanik yang sangat


dipengaruhi oleh struktur mikro logam, disamping posisi kimianya, contohnya
suatu logam paduan akan mempengaruhi sifat mekanis yang berbeda-beda.
Dengan adanya pemanasan atau pendinginan dengan kecepatan tertentu
maka bahan-bahan logam atau paduan memperlihatkan perubahan
strukturnya.

2.3.1 Proses quending

Proses quending atau pengerasan baja adalah suatu proses pemanas


logam sehingga mencapai batas qustenit yang homogen untuk mendapatkan
kehomogenan ini maka qustenit perlu waktu pemansan yang cukup.
Selanjutnya secara tepat baja tersebut dicelupkan kedalam media pendingin
tergantung pada kecepatan tertentu yang kita inginkan untuk mencapai
kekerasan baja.
Pada waktu pendinginan yang cepat pada fase qustenik tidak sempat
berubah menjadi terit atau terlite karena tidak ada kesempatan bagi atom-
atom karbon yang telah larut dalam qusfenit untuk mengadakan pergerakan
difusi dan bentuk, oleh karena itu terjadi fase murtensit. Ini berupa fasa yang
sangat singkat keras dan bergantung pada karbon.

2.3.2 Martensit

Martensit adalah fasa metastabil dengan laju pendinginan cepat,


semua unsur paduan masih larut dalam keadaan padat. Pemanasan harus
dilakukan secara bertahap ataupun resiko retak setelah temperature
pengerasan (auteniting) tercapai ditahan dalam selang waktu kemudian
didinginkan cepat.

2.3.3 Proses Annealing

Proses annealing atau melunakkan baja adalah proses pemanasan


baja diatas temperature kritis (7230) selanjutnya dibiarkan beberapa lama
sampai temperature merata dengan perbandingan secara perlahan-
lahansambil dijaga agar temperature bagian luar dan dalam kira-kira sama
sehingga diperoleh struktur yang di inginkan dengan menggunakan media
pendingin air

Tujuan dari proses annealing adala

1. Melunakan material logam.


2. Menghilangkan tegangan dalam 1 sisa.
3. Memperbaiki butir-butir logam.
2.3.4 Normalizing

Normalizing adalah suatu proses pemanasan logam hingga mecapai


fada austenit yang kemudian didinginkan secara perlahan-lahan dalam media
pendingin udara. Hasil pendingin ini berupa terlit dan teril namun hasilnya
jauh lebih mulus dari annealing, prinsip proses normalizing adalah untuk
melunakkan logam. Namun pada baja karbon tinggi atau baja yang lunak,
mungkin berupa pengerasan dan ini tergantung dari kadar karbon.

2.3.5 Tempeling

Perlakuan untuk menghilangkan tegangan dalam dan menguatkan


baja dari kerapuhan disebut dengan tempeling diartikan sebagai proses
pemanasan logam setelah dikeraskan oleh temperature tempeling (dibawah
temperature kritis) yang dilarutkan dengan proses pendinginan. Baja yang
telah dikeraskan bersifat rapuh dan tidak cocok untuk digunakan melalui
proses tempeling. Kekerasan dan kerapuhan dapat diturunkan sampai
memenuhi persyaratan penggunaan. Kekerasan turun, kekuatan tarik akan
turun pula, sedangkan keuletan dan ketangguhan baja akan meningkat.
Meskipun proses ini menghasilkan baja yang lebih lunak, proses ini berbeda
dengan proses annealing karena sifat-sifat tesis dapat dikendalikan dengan
cermat pada suhu 2000 C sampai 3000 C

Menurut tujuan proses tempeling dibedakan sebagai berikut:

1) Tempeling pada suhu rendah (1500 C - 3000 C )

Tempering ini hanya untuk mengurangi tegangan –


tegangan kerat dan kerapuhan dari baja. Biasanya untuk alat-alat
potong, mata bor.
2) Tempering pada suhu menengah (3000 C - 5500 C )

Tempering pada suhu sedang bertujuan untuk menambah


keuletan dan kekerasan fedilat berkurang. Tegangan tegangan
proses ini digunakan pada alat-alat kerja yang mengalami beban
berat, misalnya palu, pahat, pegal, dan lainnya.

3) Tempering pada suhu tinggi ( 5500 C - 6500 C )

Tempering suhu ini bertujuan memberikan daya keuletan


dan sekaligus kekerasannya menjadi agak rendah misalnya gigi
paras batang penggerak.

2.3.6 Diagram fasa Fe-Fe3C

Ada 5 jenis jasa yang terdapat pada diagram fasa Fe-Fe3c yaitu: fasa
cair (liquid), besi alpa ( besi gamma ( besi delta ( ᶴ ) dan senyawa Fe-
Fe3c, besi, alfa,delta, dan besi gamma dalam bentuk larutan.

Besi (Fe) merupakan unsur logam yang mempunyai lebih dari satu
bentuk sel satuan (pulitropit) sedangkan karbon (c) merupakan unsur logam
paduan dan jenis unsur lm akan mengahsilkan dua jenis unsur baja ( e –
steel ) dan besi ccst (cost iron) setiap transformasi yang terjadi diiringi
dengan perubahan volume.
Gambar 2.3 Diagram fasa Fe-Fe3c

Gambar menunjukkan diagram keseimbangan untuk kombinasi karbon


dalam solid solution besi (Fe). Diagram ini memperlihatkan bahwa besi dan
karbon didapatkan untuk membentuk fase pada 6,67% (akhirnya diagram
fasa % C ) 6,670% maka sudah tidak dapat digunakan untuk material teknik
sebab sifat materialnya sudah sangat getos, bagian kiri dari diagram adalah
besi murni yang digunakan dengan karbon yang menghasilkan paduan kerja.

Ada 3 daerah yang sangat penting dapat dibuat relative dengan


terhadap porsi baja diagram yaitu:

1. Eatektoid (E).
2. Hipautektoid (A).
3. Heperantektoid (B).
Bagian sebelah kanan dari garis besi murni adalah kombinasi karbon
dengan berbagai bentuk besi yaitu besi a (felit), besi g (auntesit) besi s.
perubahan-perubahan autotropik terjadi ketika ada perubahan dalam struktur
lattle Kristal.

Dari temperature 280% f – 25520 F besi mempunyai struktur kisi


dibanding centered cubic (BCC) dengan daya larut atom yang rendah (0,1%)
tetapi lebih besar dari tersit karena terjadi pada temperature 25520 – 08020
F (13500 - 15350 )

Pada temperature 20520 F kisi perubahan dari BCC terjadi kisi fasa
centerce cubic (FCC) dusterit (besi y) memiliki jarak lebih besar dari
felit,austenite lebih stabil pada temperature antara 91200 – 13500 C dengan
adanya larutan atom karbon sebesar 2-11 % pada temperature stabilnya
austenite bersifat ulet dan lunak sehingga mudah dibentuk serta tidak
bersifat terro magnetic pada temperature stabilnya 14000 F Karena
menunjukkan temperature tapi tidak signifikan perubahan atetropik. Kondisi
dinamakan curea temperature dimana berubah sifat magnetiknya pada
temperature ini berubah territ magnetiknya (besi ) memiliki bentuk sel
satuan BCC dan dapat melarutkankarbon sampai dengan 0,005%. Hal ini
dikarenakan struktur BCC dimana ruang datar antar atom kecil dan padat
sehingga daya lunak karbon rendah. Sifat territ adalah lunak, ulet mampu ws
tinggi, sifat korosi rendah.

Ada dua perubahan jasa yang terjadi pada 0,83% dan pada 4,3 %
yaitu:

1. Pada 0,83% transformasinya dinamakan territ

y = (autensit) + Fe3e (cemositit)


2. Pada 4,3% C transformasinya adalah antara auteknik yang
dinamakan ledebulite

(liquid) y (austenite) + Fe3e (comenlit)

Semenlit (Fe3c) merupakan suatu senyawa antara atom Fe dengan


atom C sifatnya sangat keras dan kuat.

2.3.7 Diagram CCT

Diagram continuous cooling transformation (CCT) adalah diagram yang


menunjukkan adanya perubahan struktur mikro disaat pengajian pendinginan
yang berhubungan dengan perubahan temperature dan perubahan waktu,
struktur mikro sangat berpengaruh terhadap sifat mekanik suatu material dan
sifat mekanik itu sangat dipengaruhi pada saat proses pemanasan dan
metode pendinginan.

Gambar 2,4. Diagram CCT


2.3.8 Diagram TTT

Diagram time temperature transformation (TTT) adalah diagram yang


menunjukkan perubahan struktur mikro akibat perubahan temperature dan
perubahan waktu.

Gambar 2.5. diagram TTT


2.4 Hasil Metalografi
a) Spesimen Tanpa Perlakuan

Gambar 2.7 Tampak Tengah Zoom 10x

Gambar 2.8 Tampak Kanan Zoom 10x


Gambar 2.9 Tampak Kiri Zoom 10x

Gambar 2.10 Tampak Tengah Zoom 5x


Gambar 2.11 Tampak Kanan Zoom 5x

Gambar 2.12 Tampak Kiri Zoom 5x


b) Spesimen Dengan Perlakuan Air

Gambar 2.13 Tampak Tengah Zoom 10x

Gambar 2.14 Tampak Kanan Zoom 10x


Gambar 2.15 Tampak Kiri Zoom 10x

Gambar 2.16 Tampak Tengah Zoom 5x


Gambar 2.17 Tampak Kanan Zoom 5x

Gambar 2.18 Tampak Kiri Zoom 5x


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada proses pengujian
kekerasan ini adalah :

1. Mesin penekan (Universal Hardness Tester)

Gambar 3.1. Mesin penekan

2. Kikir
Dalam proses perataan specimen, digunakan kikir sebagai alat untuk
membentuk specimen.

Gambar 3.2. Kikir


3. Paper disc
Paper disc digunakan untuk tempat media pendingin specimen.

Gambar 3.3. Paper disc

4. Amplas

Gambar 3.4. Amplas


5. Resin

Gambar 3.5 Resin


6. Ragum

Gambar 3.6 ragum


3.2 Prosedur Pengujian
Adapun prosedur – prosedur yang dilakukan dalam pengujian ini
adalah :

1. Siapkan specimen yang akan diuji berupa silinder baja dengan


diameter 18 mm, dan panjang 12 mm yang telah mendapat perlakuan
panas dan dinginkan dengan media pendingin solar
2. Permukaan specimen yang kasar dapat diratakan dengan kikir atau
amplas
3. Specimen diletakkan diatas landasan alat dan permukaan specimen
diberi penekanan dengan alat penekan
4. Mencatat semua hasil pengukuran dan pengamatan

3.3Rumus yang digunakan


Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Kekerasan viekers

VHN =

Anda mungkin juga menyukai