Anda di halaman 1dari 15

Kelompok 07 Pengujian Kekerasan dan Mikrostruktur

BAB II
PENGUJIAN KEKERASAN DAN MIKROSTRUKTUR

2.1 Definisi Kekerasan


Salah satu sifat mekanik yang penting yaitu kekerasan, yaitu merupakan suatu
mengukuran dari ketahanan material terhadap deformasi plastis (contohnya indentasi
atau goresan). Pengukuran kekerasan hanya relatif (bukan absolut). Kekerasan
dilakukan lebih sering daripada pengujian mekanik lainnya karena beberapa alasan yaitu
yang pertama pengujian ini simple dan tidak mahal, biasanya tidak perlu spesimen
khusus. Yang kedua, spesimen pengujian ini tidak mengalami patah atau deformasi
yang berlebihan, deformasinya hanyalah bekas indentasi kecil. Yang ketiga adalah sifat
mekanik lainnya sering diperkirakan dari data kekerasan, seperti kekuatan Tarik.
(Callister, 2007, p.155). Pengujian kekerasan ini biasanya digunakan untuk inspeksi dan
control. (Avner, 1974, p.24)

2.2 Macam-macam Metode Pengujian Kekerasan


Secara garis besar, pengukuran kekerasan dibagi menjadi 5 jenis yaitu:
1. Metode Dinamik (Dynamic Test)
Merupakan pengujian kekerasan dengan menggunakan scleroscope, yaitu alat
untuk memgukur tinggi pantulan dari hammer yang berujung diamond setelah
hammer dijatuhkan pada ketinggian tertentu pada permukaan benda uji. Alat ini
mempunyai dial yang dapat megukur ketinggian pantulan secara otomatis. Prinsip
dari pengujian ini adalah dengan menghitung perubahan energi. Ketika hammer (palu
hitam) pada posisi siap dijatuhkan, maka akan terdapat energi potensial karena
ketinggiannya. Ketika hammer dilepas untuk menghantam material, maka energi
potensial tersebut akan menjadi energi kinetik. Ketika hammer menghantam material,
sebagian energi akan diserap oleh material untuk berdeformasi baik secara elastis
maupun plastis. Sisa energi akan digunakan oleh hammer untuk memantul ke atas.
Semakin keras permukaan suatu benda uji, maka pantulan yang dihasilkan pun
semakin tinggi. Uji kekerasan menggunakan metode ini mampu mengukur resilience
sebuah material. Oleh karena itu pengujian dengan metode ini juga biasa disebut
Elastic Hardness Test. Alat uji yang digunakan pada pengujian ini adalah
schleroscope, yang gambarnya ditunjukkan oleh gambar 2.1. (Avner, 1974, p.24)

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Material Testing Book Semester Ganjil 2018/2019 30
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan dan Mikrostruktur

Gambar 2.1 Alat uji kekerasan shore scleroscope


Sumber : Avner (1974, p.25)

2. Resistance to Cutting or Abration


Metode ini membagi kekerasan material berdasarkan skala Mohs. Dari skala 1
untuk kekerasan yang paling rendah yang dimiliki material Talc hingga skala 10
untuk kekerasan tertinggi yang dimiliki oleh Diamond. Prinsip metode ini adalah
dengan menggoreskan material yang terdapat pada skala Mohs secara berurutan,
dimulai dari skala yang paling tinggi dan berakhir ketika spesimen tidak tergores
pada permukaannya. Skala ketika spesimen tidak mampu lagi tergores oleh material
yang terdapat pada skala Mohs merupakan skala kekerasan spesimen yang diuji
(Avner 1974, p.25).
Metode ini tidak banyak digunakan di bidang metallurgy karena nilai yang
didapat dari metode ini kurang spesifik dan juga terdapat perbedaan yang sangat jauh
antara setiap nilai skala Mohs. Dibawah ini merupakan tabel urutan skala mohs
material. Tabel 2.1 menunjukkan nama material dan skala kekerasannya.

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Material Testing Book Semester Ganjil 2018/2019 31
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan dan Mikrostruktur

Tabel 2.1
Kekerasan Material berdasarkan Moh’s Method
Moh’s
scale of Material Chemical Formula Explanation
hardness
1 Talc Mg2(OH)2(Si2O5)2 Very soft, can be podered with finger
2 Gypsum CaSO4 Moderately soft, but can scratch lead
3 Calcite CaCO3 Can scratch a fingernail
4 Fluorite CaF2 Can scratch a copper coin
5 Apatite Ca5(PO4)3(Cl2F) Can only just scratch a knife blade
6 Feldspar KAlSi3O8 Can scratch a knife blade
7 Quartz SiO2
8 Topaz Al2F2SiO4 All material harder than 6 will scratch
9 Corundum Al2O3 window glass
10 Diamond C
Sumber : Mills, David (2004, p.506)

Skala Moh’s jarang digunakan dalam pengujian bahan karena interval skalanya
yang tinggi. Sehingga hasilnya kurang tepat, terutama untuk logam.

3. Resistance to Indentation
Metode ini dilakukan dengan penekanan permukaan suatu material dengan
menggunakan indentor (material penekan) (Avner, 1997, p.26). Uji kekerasan
dengan metode identasi ini terdiri dari :
• Pengujian Brinell
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan bola baja yang diperkeras
(hardened steel ball) dengan beban dan waktu indentasi tertentu. Menurut
standardnya, untuk material ferrous, digunakan indentor bola baja dengan
diameter 10 mm dan beban penekanan sebesar 3.000 kg selama 10 detik.
Sedangkan untuk material non-ferrous, digunakan indentor bola baja dengan
diameter 10 mm dan beban penekanan sebesar 500 kg selama 30 detik. Hasil
penekanan adalah jejak yang berbentuk lingkaran bulat yang harus dihitung
diameternya di bawah mikroskop khusus pengukur jejak (Avner, 1974, p.26).
Jadi, rumus penghitungan pengujian metode Brinell :
𝐿
𝐻𝐵 = ........................................................................(2 – 1)
(𝜋𝐷/2) (𝐷− √𝐷2 − 𝑑 2 )

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Material Testing Book Semester Ganjil 2018/2019 32
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan dan Mikrostruktur

Keterangan:
HB = Hardness Brinell
L = Beban yang diberikan (kg)
D = Diameter indentor bola (mm)
d = Diameter jejak indentasi (mm)
(Avner, 1974, p.26).

Nilai kekerasan dari brinell dengan menggunakan bola baja standar adalah
terbatas pada sekitar 500 HB. Saat material bertambah keras, indentor akan
mengalami kecenderungan untuk berdeformasi, dan pembacaan nilai kekerasan
tidak akan akurat.

Gambar 2.2 Brinell Hardness Tester


Sumber : Avner (1974, p.27)

• Pengujian Vickers
Metode ini menggunakan indentor intan berbentuk piramida dengan sudut
136 derajat. Menurut standardnya, pembebanannya sebesar 1 – 120 kg. Prinsip
pengujian metode ini hampir sama dengan metode Brinell yaitu berdasarkan
beban dan area dari bekas indentasi. Bekas indentasi yang dihasilkan berbentuk
bujur sangkar berdiagonal. Panjang diagonal dari bujur sangkar akan diukur
menggunakan mikroskop yang memiliki lensa okuler. Pengujian dengan metode
ini bisa digunakan untuk mengukur kekerasan plat yang sangat tipis ataupun
material yang tebal. (Avner, 1974, p.32).
1,854 𝐿
𝐻𝑉 = …………………………………………………..….(2 – 2)
𝑑2

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Material Testing Book Semester Ganjil 2018/2019 33
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan dan Mikrostruktur

Keterangan:
HV = Hardness Vickers
L = Beban yang diberikan (kg)
d = Panjang diagonal hasil indentasi

Gambar 2.3 Indentor Vickers


Sumber : Avner (1974, p.31)

• Pengujian Rockwell
Berbeda dengan metode Brinell dimana kekerasan suatu material dinilai dari
diameter/diagonal jejak yang dihasilkan, maka metode Rockwell menggunakan
pembacaan langsung berdasarkan prinsip pengukuran kedalaman diferensial.
Tes ini dilakukan dengan perlahan-lahan menaikkan spesimen terhadap
indentor sampai minor load telah diterapkan. Ini ditunjukkan pada dial gauge.
Kemudian major load diterapkan melalui sistem tuas. Setelah dial pointer
berhenti, major load dihilangkan dan minor load masih bekerja, nomor kekerasan
Rockwell dibaca pada dial gauge.
Karena urutan angka pada pengukur terbalik, bekas yang dangkal pada
material keras akan menghasilkan angka yang tinggi sementara bekas yang dalam
pada material yang lunak akan menghasilkan angka yang rendah. Ada dua mesin
Rockwell, penguji normal untuk bagian yang relatif tebal dan superficial tester
untuk bagian yang tipis. Minor load adalah 10 kg pada tester normal dan 3 kg
pada superficial rockwell. Berbagai indenters dan beban dapat digunakan,
dan setiap kombinasi menentukan skala Rockwell tertentu. (Avner, 1974, p.30)

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Material Testing Book Semester Ganjil 2018/2019 34
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan dan Mikrostruktur

Tabel 2.2
Skala indentor pengujian kekerasan Rockwell

Sumber : Avner (1974, p.30)

Tabel 2.3
Skala Superficial Rockwell Hardness
Scale Symbols Indenter Major Load (kg)
15 N Diamond 15
30 N Diamond 30
45 N Diamond 41
15 T 1 15
in Bola Baja
16

30 T 1 30
in Bola Baja
16

45 T 1 45
in Bola Baja
16

15 W 1 15
in Bola Baja
16

30 W 1 30
in Bola Baja
8

45 W 1 45
in Bola Baja
8

Sumber : Callister (2009, p.176)

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Material Testing Book Semester Ganjil 2018/2019 35
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan dan Mikrostruktur

• Microhardness Test (Knoop)


Pengujian ini merupakan pengujian dengan hasil indentasi yang sangat kecil.
Beban yang digunakan adalah diantara 1 dan 1000 gm. Indentor yang digunakan
untuk knoop yaitu berbentuk piramida dengan indentasi berbentuk intan yang
memiliki diagonal-diagonal panjang dan pendek dengan perbandingan sekitar 7:1.
Kedalaman indentasi yaitu sekitar 1/30 dari panjangnya. Seperti pada uji vickers,
panjang diagonal bekas indentasi diukur menggunakan mikroskop optik. Nilai
kekerasan knoop yaitu beban dibagi dengan area indentasi atau dapat dirumuskan
sebagai berikut:
14.229 𝐿
HK = ……………………………….…………………......…....(2-3)
𝑑2
Dimana:
L = Beban yang diberikan (kg)
d = Diagonal panjang (mm)
(Avner, 1974, p.32).

4. Mikrostruktur
Mikrostruktur merupakan subjek pada pengamatan mikroskopik secara langsung,
menggunakan mikroskop optic ataupun mikroskop electron. Pada logam paduan,
mikrostruktur dikarakterkan berdasarkan jumlah fase yang ada, proporsinya, dan
bagaimana susunan atau persebarannya. Mikrostruktur suatu paduan bergantung pada
paduan yang diberikan, dan perlakuan panas. (Callister, 2009, p.284)
• Mikroskop Optik
Dengan mikroskop optik, mikroskop cahaya digunakan untuk mempelajari
struktur mikro; sistem optik dan iluminasi adalah elemen dasarnya. Untuk bahan
yang tidak tembus cahaya (semua logam, keramik dan polimer) hanya permukaan
yang dapat diamati, dan mikroskop cahaya harus digunakan dalam mode
pemantulan. Kontras dalam gambar yang dihasilkan dari hasil perbedaan
reflektifitas berbagai daerah mikro. Investigasi jenis ini sering disebut metalografi
karena logam pertama kali diperiksa menggunakan teknik ini (Callister, 2009,
p.108).
Permukaan spesimen harus terlebih dahulu digosok menjadi halus dan seperti
kaca. Ini dilakukan dengan menggunakan kertas dan serbuk abrasif yang halus.
Struktur mikro dapat terlihat menggunakan pereaksi kimia yang sesuai dalam
prosedur yang disebut etching. Reaktivitas kimia dari butiran beberapa bahan fase

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Material Testing Book Semester Ganjil 2018/2019 36
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan dan Mikrostruktur

tunggal bergantung pada orientasi kristalografi. Akibatnya, dalam spesimen


polycrystaline, karakteristik etsa berbeda pada butir satu dan butir lainnya.
Gambar 2.4b menunjukkan bagaimana biasanya cahaya dipantulkan oleh tiga
permukaan butir yang di etsa, masing-masing memiliki orientasi yang berbeda.
Gambar 2.4a menggambarkan struktur permukaan yang mungkin tampak ketika
dilihat dengan mikroskop; tekstur setiap butir tergantung pada sifat reflektansi.
Fotomikrograf dari spesimen polikristalin yang menunjukkan karakteristik ini
ditunjukkan pada Gambar 2.4c (Callister, 2009, p.108).

Gambar 2.4 (a) Butir yang dipoles dan tergores karena mereka mungkin muncul ketika
dilihat dengan mikroskop optik. (b) Bagian yang diambil melalui biji-
bijian ini menunjukkan bagaimana karakteristik goresan dan tekstur
permukaan yang dihasilkan bervariasi dari biji-bijian ke biji-bijian karena
perbedaan orientasi kristalografi. (c) Photomicrograph dari spesimen
kuningan polikristalin, pembesaran 60x.
Sumber : Callister (2009, p.109)

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Material Testing Book Semester Ganjil 2018/2019 37
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan dan Mikrostruktur

Gambar 2.5 (a) Bagian dari batas butir dan alur permukaannya disebabkan
penggoresan; karakteristik pantulan cahaya di sekitar alur juga
ditunjukkan. (b) Photomicrograph dari permukaan spesimen
polikristalin poles yang dipoles dan digores dari paduan besi-kromium
di mana batas butir tampak gelap, perbesaran 100x
Sumber : Callister (2009, p.118)

• Pengujian SEM (Scanning electron Microscope)


Alat investigasi yang lebih baru dan sangat berguna adalah elektron
pemindaian mikroskop (SEM). Permukaan spesimen yang akan diperiksa dipindai
dengan berkas elektron, dan berkas elektron yang dipantulkan dikumpulkan dan
kemudian ditampilkan pada tingkat pemindaian yang sama pada tabung sinar
katoda (CRT; mirip dengan CRT layar televisi). Gambar di layar, yang mungkin
difoto, diwakilkan fitur permukaan spesimen. Permukaan bisa atau tidak dipoles
dan terukir, tetapi harus konduktif listrik; lapisan permukaan logam yang sangat
tipis harus diterapkan pada bahan nonkonduktif. Perbesaran mulai dari 10 hingga
lebih dari 50.000 dimungkinkan, begitu pula kedalaman bidang yang sangat besar.
Izin peralatan aksesori analisis kualitatif dan semiquantitative dari komposisi
unsur yang sangat terlokalisasi area permukaan. (Callister,2007, p.126)

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Material Testing Book Semester Ganjil 2018/2019 38
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan dan Mikrostruktur

Gambar 2.6 Diagram skematik microscope elektron scanning


Sumber : Smallman (1999, p.144)

2.3 Faktor – Faktor yang mempengaruhi kekerasan.


Kekerasan suatu material logam dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya :
1. Kadar Karbon
Kadar karbon sebesar di atas 0.8% merupakan kadar karbon yang memiliki
pengaruh sangat signifikan pada kekerasan baja. Namun setelah kandungan karbon
pada baja melebihi dari 1% maka kadar karbon memiliki pengaruh yang sangat
sedikit, bahkan tidak berpengaruh pada nilai kekerasannya (Thelning, 1984, p.149).
2. Unsur paduan
Unsur paduan merupakan bahan yang memiliki sifat-sifat kelogaman dan
tersusun dari dua atau lebih unsur kimia, dimana diantaranya ada unsur logam
(Avner, 1974, p.147). Pada dasarnya, pemberian paduan ke logam bertujuan untuk
kekuatan mekanik dan ketahanan terhadap korosi (Callister, 1940, p.83). Contoh
unsur unsur yang biasa digunakan adalah :

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Material Testing Book Semester Ganjil 2018/2019 39
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan dan Mikrostruktur

1. Silicon
Dibawah 0.3% Si, akan meningkatkan kekuatannya tanpa banyak
mengurangi keuletannya. Diatas 0.4% akan mengurangi keuletan baja karbon.
(Akuan, 2009, p.4)
2. Phosphorus (P)
Phospor akan meningkatkan kekuatan. (Akuan, 2009, p.4)
3. Chromium (Cr)
Akan meningkatkan hardenability, dan ketahanan korosi. Selain itu juga
akan meningkatkan ketahan abrasi pada baja karbon tinggi. (Akuan, 2009, p.5)
3. Perlakuan Panas
Pengaruh perlakuan akan mempengaruhi kekerasan logam tergantung dari
banyaknya martensit yang terbentuk. Kekerasan diperoleh saat quenching terutama
tergantung kadar karbon bajanya. Jika laju pendinginan lebih rendah dari tingkat
kritisnya maka jumlah martensite akan berkurang sehingga menurunkan kekerasan
baja secara keseluruhan (Thelning, 1984, p.144).
4. Ukuran Butir
Kekerasan diukur dengan indentasi nanosize di bawah lekukan atom diperiksa
untuk kasus-kasus nanocrystalline nickel dengan menggunakan simulasi molecular
dynamics (MD). sampel dengan ukuran butir kecil menghasilkan area plastik yang
lebih besar, yang mengarah ke respon kekerasan yang lebih lembut. Kekuatan /
kekerasan yang meningkat telah dikaitkan dengan fraksi area peningkatan batas butir
(GB), yang bertindak sebagai penghalang kuat untuk gerakan dislokasi. (Liu, 2013,
p.1)
5. Homogenitas arah orientasi
Hal ini berhubungan dengan proses inter sisi atom karbon dalam hubungannya
dengan pergerakan dislokasi (orientasi arah atom berbeda) dan sebagian kecil proses
slip (Purnowidodo dan Setyabudi, 2014, p.49).

2.4 Fasa-fasa yang terdapat pada Material baja


Diagram Fe-Fe3C atau biasa disebut juga diagram besi-karbon mampu
menunjukkan fasa – fasa dari besi – karbon yang dipengaruhi oleh kandungan karbon
dan temperatur. Pada gambar 2.9 menunjukan Diagram Fe-Fe3C

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Material Testing Book Semester Ganjil 2018/2019 40
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan dan Mikrostruktur

Gambar 2.7 Diagram Fe-Fe3C

Fasa – fasa yang terdapat dalam diagram ini diantaranya adalah :


1. Ferrite

Gambar 2.8 Ferrite


Sumber : Avner (1974, p.235)

Ferrite adalah besi-baja karbon yang mengandung sedikit sekali karbon. Ferrite
stabil dalam temperature di bawah 912° C. kandungan maksimal karbon dalam fasa
ini adalah 0.025% pada suhu 1333° F dan hanya mengandung 0.008% karbon pada
suhu ruang. Fasa ini memiliki kekerasan paling rendah diantara fasa lain dalam
diagram Fe-Fe3C. Gambar 2.10 menunjukkan gambaran fasa ferrite. Kekerasan fasa
ini menurut Rockwell C adalah 0 dan atau Rockwell B = 90 (Avner, 1974, p.234).

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Material Testing Book Semester Ganjil 2018/2019 41
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan dan Mikrostruktur

2. Austenite

Gambar 2.9 Austenite


Sumber : Avner(1974, p.235)

Fasa austenite memiliki kandungan karbon sebesar 2% pada saat 2065° F.


Ketangguhan fasa ini tinggi, dan fasa ini cenderung tidak stabil pada suhu ruangan,
tapi dalam kondisi tertentu memungkin untuk membentuk austenite pada suhu
ruangan Gambar 2.9 menunjukkan gambaran fasa Austenite. Kekerasan fasa ini
adalah Rockwell C = 40 (Avner, 1974, p.234).

3. Cementite

Gambar 2.10 Cementite


Sumber : Avner (1974, p.242)

Fasa cementite merupakan fasa besi – karbon (Fe3C) yang sangat keras dan getas.
Fasa ini mengandung karbon sebesar 6,7%. Fasa ini fasa yang keras dan brittle.
Struktur ini ada struktur yang paling keras pada diagram Fe-Fe3C. Struktur kristalnya
adalah orthorhombic (Avner, 1974, p.234).

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Material Testing Book Semester Ganjil 2018/2019 42
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan dan Mikrostruktur

4. Ledeburite

Gambar 2.11 Ledeburite


Sumber : Pollack (1981, p.142)

Fasa ini merupakan campuran eutectic dari austenite dan cementite. Fasa besi –
karbon ini memiliki kadar karbon sebesar 4.3 % dan terbentuk pada 2065 ° F.
Gambar 2.11 menunjukkan gambaran fasa ledeburite (Avner, 1974, p.234).

5. Pearlite

Gambar 2.12 Pearlite


Sumber : Avner (1974, p.235)

Pearlite merupakan campuran eutectoid yang mengandung 0.8% karbon dan


terbentuk dengan cara besi dipanaskan pada 1333 °F yang kemudian didinginkan
dengan lambat. Struktur dari pearlite terlihat seperti background putih (ferrite) dan
lempengan pipih berserak berwarna hitam/gelap (cementite). Gambar 2.14
menunjukkan gambaran fasa pearlite. Kekerasan dari pearlite adalah Rockwell C =
20, Rockwell B = 95-100, BHN = 250 – 300 (Avner, 1974, p.234).

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Material Testing Book Semester Ganjil 2018/2019 43
Kelompok 07 Pengujian Kekerasan dan Mikrostruktur

6. Besi Delta
Besi delta terjadi diantara 2795 dan 2535 oF. Besi delta memiliki struktur kisi
BCC dan bersifat magnetik. Pada pemanasan, perubahan allotropik terjadi ketika besi
gamma (FCC) berubah menjadi besi delta (BCC) dan kemudian disertai dengan
mengembangnya lattice. (Pollack, 1981, p.141)

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN


Material Testing Book Semester Ganjil 2018/2019 44

Anda mungkin juga menyukai