Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN AWAL

PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL

Modul II

Pengujian Kekerasan

Muhammad Hisyam Ritonga

1706070040

Kelompok 18

LABORATORIUM METALURGI FISIK

DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

2019
MODUL PENGUJIAN

1. Tujuan Praktikum
 Menguasai beberapa metode pengujian yang umum dilakukan untuk
mengetahui nilai kekerasan suatu logam.
 Menjelaskan makna nilai kekerasan material dalam lingkungan ilmu
metalurgi dan ilmu-ilmu terapan lainnya.
 Menjelaskan perbedaan antara pengujian kekerasan dengan metode gores,
pantulan, dan indentasi.
 Menjelaskan kekhususan pengujian kekerasan dengan metode Brinell,
Vickers, Knoop, dan Rockwell serta cara mengkonversi nilai kekerasan.
 Mengaplikasikan beberapa formulasi dasar untuk memperoleh nilai
kekerasan material dengan uji Brinell dan Vickers.
 Menjelaskan adanya perbedaan nilai kekerasan pada daerah-daerah
pengelasan.

2. Dasar Teori
Kekerasan (Hardness)  adalah salah satu sifat mekanik (mechanical
properties) dari suatu material. Kekerasan suatu material harus diketahui khususnya
untuk material yang dalam penggunaanya akan mangalami pergesekan (frictional
force) dan deformasi plastis. Deformasi plastis sendiri suatu keadaan dari suatu
material ketika material tersebut diberikan gaya maka struktur mikro dari material
tersebut sudah tidak bisa kembali ke bentuk asal artinya material tersebut tidak dapat
kembali ke bentuknya semula. Terdapat tiga jenis ukuran kekerasan, tergantung
pada cara melakukan pengujian, yaitu: (1) Goresan (scratch hardness); (2) Pantulan
(rebound); (3) Lekukan (indentation).
 Metode Goresan (Scratching)
Mekanisme dari metode ini adalah penggoresan permukaan dari dua
jenis material, dimana biasanya material yang satu merupakan material yang
ingin diuji nilai kekerasannya dan material lainnya sebagai material
pembanding. Dengan mengukur kedalaman atau lebar goresan pada material uji
maka kita bisa menentukan secara kualitatif kekerasan material tersebut
dibandingkan dengan material pembanding. Oleh karena, metode ini tidak dapat
menentukan kekerasan suatu material secara kuantitatif maka metode ini tidak
banyak lagi digunakan dalam bidang metalurgi dan material. Metode ini pertama
kali diperkenalkan oleh Friedrich Mohs pada tahun 1815, dimana ia membagi
kekerasan material di dunia ini berdasarkan skala (yang kemudian dikenal
sebagai skala Mohs).

 Metode Pantulan
(Rebound)
Dengan metode ini, kekerasan suatu material ditentukan oleh alat
Scleroscope yang mengukur tinggi pantulan suatu pemukul (hammer) dengan
berat tertentu yang dijatuhkan dari suatu ketinggian terhadap permukaan benda
uji. Tinggi pantulan (rebound) yang dihasilkan mewakili kekerasan benda uji.
Pengujian metode pantulan diatur dalam ASTM E 448.

 Metode Indentasi
Pengujian dengan metode ini dilakukan dengan penekanan benda uji
dengan indentor dengan gaya tekan dan waktu indentasi yang ditentukan.
Kekerasan suatu material ditentukan oleh dalam ataupun luas area indentasi
yang dihasilkan (tergantung jenis indentor dan jenis pengujian). Berdasarkan
prinsip bekerjanya metode uji kekerasan dengan cara indentasi terbagi menjadi
metode Brinell, metode Rockwell, metode Vickers, dan metode Knoop.

A. Metode Brinell
Pengujian Brinell menggunakan bola baja yang diperkeras (hardened steel ball)
atau karbida tungsten dengan beban dan waktu indentasi tertentu. Hasil penekanan
berupa jejak yang berbentuk setengah bola dengan permukaan lingkaran bulat,
yang harus dihitung diameternya dengan mikroskop khusus pengukur jejak. Nilai
kekerasan dapat dikorelasikan ke tensile strength, ketahanan aus, keuletan. Prinsip
metode Brinell ada dua langkah, yaitu: Indentor menyentuh permukaan spesimen
secara tegak lurus tanpa perlakuan apapun (shock, getaran, dll) dan diameter
indentasi diukur sekurangnya 2 kali secara tegak lurus lalu dicari rata rata
diameternya.
2P
BHN =
(πD)¿ ¿
Prosedur pengujiannya yaitu dengan menggunakan indentor berbentuk bola dengan
diameter D = 10 mm terbuat dari baja atau karbida tungsten. Beban yang dipilih
sebesar 500, 1500, atau 3000 kg, tergantung jenis bahan yang akan diuji (3000 kg
untuk logam ferrous dengan waktu indentasi sekitar 10 detik dan 500 detik, untuk
logam nonferous, waktu indentasi sebesar 30 detik) sehingga terbentuk jejak berupa
lingkaran atau cekungan yang simetris di permukaan bahan dengan diameter d
(mm). Pengujian Brinell tidak membutuhkan persiapan permukaan.

B. Metode Vickers
Uji kekerasan Vickers menggunakan penumbuk piramida intan yang dasarnya
berbentuk bujur sangkar. Besarnya sudut antara permukaan-permukaan piramida
yang saling berhadapan adalah 136°. Karena bentuk penumbuknya piramida, maka
pengujian ini sering dinamakan uji kekerasan piramida intan. Angka kekerasan
vickers (VHN) didefinisikan sebagai beban dibagi luas permukaan lekukan. Pada
praktiknya luas ini dihitung dari pengukuran mikroskopik panjang diagonal jejak.
VHN dapat ditentukan dari persamaan berikut
1.854 P
VHN =
d2
Beban yang biasanya digunakan pada pengujian ini berkisar antara 1 sampai 120 kg
untuk skala makro dan 1 – 1000 gram untuk skala mikro.

C. Metode Rockwell
Uji kekerasan Rockwell paling banyak digunakan dikarenakan pengujian
tersebut bersifat cepat dan bebas dari kesalahan manusia, mampu untuk
membedakan perbedaan kekerasan yang kecil pada baja yang diperkeras dan
ukuran lekukannya kecil, sehingga bagian yang mendapat perlakuan panas yang
lengkap dapat diuji kekerasannya tanpa menimbulkan kerusakan. Uji ini
menggunakan kedalaman lekukan pada beban yang konstan sebagai ukuran
kekerasan. Mula-mula diterapkan beban kecil (beban minor) sebesar 10 kg untuk
menempatkan benda uji. Kemudian diterapkan beban yang besar (beban mayor),
dan secara otomatis kedalaman lekukan akan terekam oleh gage penunjuk yang
menyatakan angka kekerasan. Untuk indentornya biasanya digunakan penumbuk
berupa kerucut intan 120° dengan puncak yang hampir bulat dan
dinamakan penumbuk Brale. Beban besar yang digunakan adalah 60, 100 dan 150
kg.

D. Metode Knoop
Merupakan salah satu metode microhardness yaitu uji kekerasan dengan benda
uji yang sangat kecil atau sangat tipis. Pengujian Knoop sangat sensitif terhadap
permukaan sehingga membutuhkan polishing. Nilai kekerasan Knoop adalah
pembebanan dibagi dengan luas penampang yang terdeformasi permanen. Jejak
yang dihasilkan sekitar 0.01 mm – 0.1 mm dan beban yang digunakan berkisar
antara 5 gr – 5 kg (< 2N). Permukaan benda uji harus benar benar halus.
Selain mengkarakterisasi kekerasan material, pengujian kekerasan juga memiliki
banyak aplikasi yang sangat berguna, di antaranya yaitu mengkarakterisasi
anisotropi, memprediksi machineability specimen, identifikasi fasa, dan
memprediksi sifat mekanis lainnya.

Pengaruh Kekerasan terhadap Heat Affected Zone

Pada proses welding terdapat tiga daerah utama, yaitu fusion zone, HAZ, dan
Base Material. Ketiganya memiliki mikrostruktur dan sifat mekanis yang berbeda.
Sifat mekanis dan mikrostruktur yang berbeda disebabkan oleh pengaruh
temperature. Jika dilihat dari grain size, Fusion Zone merupakan daerah dimana
grain size berukuran besar dan panjang, hal tersebut menyebabkan kekuatan
mekanis yang berada pada area Fusion Zone lunak karena efek pengerasan dari
work hardening telah hilang karena adanya pelelehan.
Kemudian pada area Heat Affected Zone terdapat pengurangan nilai kekerasan
akibat rekristalisasi dan grain growth. Pengurangan nilai kekerasan ini tergantung
dari jarak antara daerah Fusion Zone dengan base materialnya, semakin dekat
dengan daerah pengelasan maka efek dari grain growth akan semakin besar yang
menyebabkan pengurangan niali kekerasan semakin besar.
Kemudian pada Base Material, area ini merupakan area yang berada paling jauh
dari fusion zone, akibatnya pada area ini tidak terjadi rekristalisasi dan grain growth.
Pada area ini tidak ada pengurangan nilai kekerasan.
Teori Tambahan
Perbedaan dan Mekanisme Secondary Hardening pada Tool Steel dan Stainless
Steel
A) Tool Steel
Baja perkakas merupakan paduan kompleks yang mengandung unsur paduan seperti
karbon, tungsten, molybdenum, mangan, vanadium. Kebanyakan unsur paduan
membentuk karbida, yang meningkatkan kekerasan material. Material ini juga harus
punya ketangguhan yang baik maka dari itu dilakukan proses Secondary Hardening.
Mekanismenya yaitu
1. Annealing : Agar lunak
2. Austenisasi : Didapatkan sifat mekanik dan kekerasan yang
diinginkan. Proses ini dilakukan pada suhu pre-heating agar baja tidak
megalami retak
3. Quenching : Memberikan waktu cukup bagi karbon untuk
berdifusi keluar, sehingga karbon terperangkap dan struktur
menjadi lewat jenuh, yang disebut struktur ‘martensit’.
4. Lalu tahap selanjutnya baja diperlakukan tempering untuk menghilangkan
sifat-sifat yang tidak diinginkan setelah proses austenisasi.
B) Stainless Steel
Stainless steel didapatkan dengan menambahkan Cr pada baja. Unsur Cr akan
membentuk lapisan Cr oksida dengan oksigen sehingga membentuk lapisan tipis
untuk melindungi korosi.
Secondary hardening pada tempering 5000C terjadi kenaikan nilai kekerasan yang
tinggi. Adanya penambahan unsur kromium menyebabkan terbentuknya karbida
logam didalem martensit. Jumlah austenit akan semakin banyak dan mengakibatkan
kekerasan baja lebih rendah dari kekerasan maksimal yang bisa diperoleh.
Referensi :
- https://dokumen.tips/documents/mekanisme-penguatan-baja-skd-61.html
- https://www.asminternational.org/web/hts/news/newswire/-/journal_content/56/
10192/26120368/NEWS
- Modul Praktikum Pengujian Material 2019
3. Alat dan Bahan

1. Hoytom macrohardness tester (metode Brinell dan Rockwell)


2. Sampel uji keras

4. Skema Proses Pengujian

Memutar ring dari dial


Mempersiapkan benda pembaca sehingga
Memasang beban yang
uji (amplas dan poles) jarum panjang
sesuai. dilihat dari buku
dan memasang indentor berwarna hitam
manual alat
Rockwell E. menunjuk angka nol
pada skala.

Melakukan preload Melakukan


hingga jarum kecil pada pembebanan dengan Kembalikan tuas beban
dial pembaca memutar tuas beban ke ke posisi semula dengan
menyentuh batas belakang dengan hati- hati-hati.
merah. hati.

Bacalah nilai kekerasan


Lepaskan benda uji
material pada dial yaitu Lanjutkan pengujian
dengan memutar poros
posisi jarum hitam untuk lokasi atau
dudukan benda uji
panjang sesuai metode material lain.
berlawanan arah jarum.
Rockwell yang dipakai.

Anda mungkin juga menyukai