Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN

PRAKTIKUM LOGAM UJI KEKERASAN

Disusun Oleh :

Huzaifah Farisul

Mukhtar

201810120311302

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMAMDIYAH MALANG

TAHUN 2022
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
Jl. Raya Tlogomas No.246 Telp (0341) 464318-21, Fax (0341) 460782 Malang 65144

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN LOGAM

Disusun oleh :
Nama : Huzaifah Farisul Mukhtar

NIM 201810120311302

Kelompok 41

Fak/Jur : Teknik Mesin

Berdasarkan hasil praktikum Pengujian Logam yang dilaksanakan di laboratorium


Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang

Telah diperiksa dan disetujui oleh

Mengetahui,

Kepala Laboratorium Teknik Mesin Dosen Pembimbing

Ir. Herry Suprianto, MT IR. MULYONO, MT.


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
Jl. Raya Tlogomas No.246 Telp (0341) 464318-21, Fax (0341) 460782 Malang 65144

LEMBAR ASISTENSI

Nama : Huzaifah Farisul Mukhtar


Nim 201810120311302
Praktikum : Uji Kekerasan

NO TANGGAL CATATAN ASISTENSI KETERANGAN

Malang,

Disetujui

IR. MULYONO, MT.


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dalam aplikasi manufacturing uji kekerasan di lakukan dengan 2 pertimbangan yaitu
untuk mengetahui karakterisktik suatu material memiliki spesifikasi kualitas tertentu, dalam
praktikum uji kekerasan kali ini digunakan 3 metode pengujian yaitu metode Brinell,
Rockwell, dan Vickers.
Uji kekerasan merupakan pengujian yang paling efektif karena dengan pengujian ini kita
dapat dengan mudah mengetahui gambaran sifat mekanis suatu material ulet dan getas.
Oleh sebab itu, dengan uji kekerasan kita dapat sekaligus melakukan quality control
terhadap material untuk mengetahui kualitas dari suatu material yang di uji sehingga dapat
digunakan atau diaplikasikan sesuai dengan kapasitas material tersebut. Maka dari itu sangat
perlu dilakukan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini dilakukan diantaranya :
1. Untuk memahami dan menguasai prosedur metode uji kekerasan Brinell, Vicker, dan
Rockwell.
2. Untuk membandingkan nilai kekerasan (Brinell, Vickers, dan Rockwell) dan beberapa
jenis logam (baja, baja heat treatment, kuningan, dan aluminium).
1.3 Manfaat
a. Praktikan dapat memahami dan mengetahui kekerasan benda uji dengan menggunakan 3
macam alat uji yaitu uji Brinell, uji Vickers, uji Rockwell.
b. Praktikan dapat membandingkan harga kekerasan dari benda yang kemudian di aplikasikan
ke dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Kekerasan (Hardness)
Kekerasan adalah salah satu sifat mekanik dari suatu material. Kekerasan suatu
material harus diketahui khususnya untuk material yang dalam penggunaannya akan
mengalami gesekan dan deformasi plastis. Deformasi plastis yaitu suatu keadaan dari
material ketika diberi gaya maka struktur mikro dari material tersebut tidak bisa kembali
lagi ke bentuk aslinya. Kekerasan di definisikan sebagai kemampuan suaru material untuk
menahan beban identasi atau penekanan.
Pengujian kekerasan sangat diperlukan dalam aplikasi manufaktur, material
dilakukan pengujian dengan dua pertimbangan yaitu untuk mengetahui karakteristik suatu
material baru dan melihat mutu untuk memastikan suatu material memiliki spesifikasi
kualitas tertentu. Didunia teknik umumnya pengujian kekerasan menggunakan 3 macam
metode pengujian kekerasan yaitu: metode garis, metode elastis/pantul, metode identasi.
Yang sering digunakan pada pengujian kekerasan adalah metode identasi.
2.2 Metode Gores
Pengujian dengan metode gores dilakukan dengan cara mengukur kemampuan suatu
material dengan menggoreskan material uji dengan spesimen yang akan diuji. Skala uji
yang digunakan adalah skala Mohs yang terdiri dari 10 nilai material standar yang sesuai
dalam menggores material dari nilai 1 yang paling lunak sampai dengan nilai 10 yang
paling keras. Skalanya Mohs adalah sebagai berikut :
1. Talk/gips
2. Gypsum
3. Calcite
4. Fluorite
5. Apatite
6. Orthoclase
7. Quartz
8. Topas
9. Corundum
10. Diamond (intan).
Kelemahan dari skala Mohs adalah jarak antara intervalnya kurang spesifik yaitu
nilai kekerasan tiap benda kurang akurat.
2.3 Metode Dinamik
Pengujian dengan metode dinamik (kekerasan pantul) dilakukan dengan cara
menghitung energi impak yang dihasilkan oleh indentor yang dijatuhkan pada permukaan
spesimen. Alat yang digunakan untuk pengujian ini adalah scleroscope.
Gambar 2.1 Scleroscope

Indentor dijatuhkan pada permukaan material, kemudian pantulan yang amat tinggi
yang terjadi. Perbedaan ketinggian saat dijatuhkan pada pantulannya menunjukkan
besarnya energy yang diserap material pada metode dinamik indentor berupa bola.
2.4 Metode Indentasi
Pengujian dengan metode indentasi (penekanan) adalah dengan cara mengukur
ketahanan suatu material terhadap gaya tekanan yang diberikan oleh indentor dengan
memperhatikan besar beban yang diberikan dan besar indentasi. Uji kekerasan indentasi
terdiri atas beberapa cara, yaitu:
2.4.1 Metode Brinell
Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh J.A Brinell pada tahun 1900.
Pengujian kekerasan dilakukan dengan memakai bola baja yang diperkakas
(Hardened Stell Ball) dengan beban dan waktu identasi tertentu. Prinsip dari
pengujian ini adalah dengan menekan indentor selama 30 detik. Lalu diameter hasil
indentasi diukur dengan menggunakan miroskop optik. Diameter harus dihitung
dua kali pada sudut tegak lurus yang berbeda, Kemudian dirata-ratakan. Dapat
dirumuskan sebagai berikut :
2𝑝
𝐵𝐻𝑁 =
𝜋 . 𝐷 (𝐷 − √𝐷2 − 𝑑2)
Dimana:

BHN : Brinell Hardness Number (𝑘𝑔 𝑓/𝑚𝑚2)


P : beban yang diberikan (kg F)
D : diameter indentor (mm)
d : diameter jarak rata-rata (mm)
Gambar 2.2 Indentor kekerasan Brinell
Dimana untuk mencari beban yang sesuai adalah :

Dimana P = beban yang diberikan


C = konstanta bahan yang akan diuji ( jika bahannya base ferro maka konstantanya
30
D = diameter indentor
2.4.2 Metode Vickers
Uji kekerasan ini menggunakan indentor berbentuk piramida intan dengan
berbentuk dasar bujur sangkar dengan besar sudut 1360 terhadap kedua sisi yang
berhadapan. Besar sudut ini digunakan karena merupakan perkiraan rasio terideal
indentasi diameter bola pada uji brinell. Besar beban indentor bervariasi antara 1
kg sampai dengan 120 kg yang disesuaikan dengan tingkat kekerasan material
spesimen. Prinsip dari uji kekerasan Vickers adalah besar beban dibagi dengan luas
daerah indentasi atau dapat dirumuskan sebagai berikut :
(1,854 𝑥 𝑃)
𝑉𝐻𝑁 =
𝑑2
Dimana :

VHN = Vickers Hardness Number (𝐾𝑔 𝐹 /𝑚𝑚2)


P = beban yang dierikan (Kg F)
d = diagonal tepak tekan rata-rata (mm)
Gambar 2.3 Indentor uji Vickers
2.4.3 Metode Rockwell
Metode uji Rockwell memperhitungkan kedalaman indentasi dalam keadaan
beban konstan sebagai penentu nilai kekerasan. Sebelum pengukuran, spesimen
dibebani beban minor sebesar10 kg untuk mengurangi kecenderungan ridging dan
sinking akibat beban indentor. Setelah mendapat beban minor spesimen langsung
dikenakan beban mayor. Kedalaman indentasi yang terkonversi dalam skala
langsung dapat diketahui nilainya dengan membaca dial gage pada alat. Dial
tersebut terdiri dari 100 bagian yang masing-masing mempresentasikan penetrasi
sebesar 0,0002 mm. Dial disesuaikan sedemikian rupa sehingga nilai kekerasan
yang tinggi berkolerasi dengan kecil penetrasi. Kekerasan Rockwell dibagi menjadi
beberapa jenis:
A. Rockwell A
Indentor berupa kerucut intan dengan pembeban 60 kg. umumnya
digunakan pada jenis logam yang sangat keras
B. Rockwell B
Indentor berupa bola baja dengan diameter 1,6 mm dan pembeban 100
kg. umumnya digunakan pada material yang lunak.
C. Rockwell C
Indentor berupa kerucut intan dengan pembeban 150 kg. umumnya
digunakan pada logam yang diperkeras dengan pemanasan.
Tabel 2.1 skala uji Rockwell
Pada pengujian Rockwell pengukuran langsung di lakukan oleh mesin dari
mesin langsung menunjuk angka kekerasan dari bahan uji. Dengan kata lain
pengujian Rockwell mempunyai ketelitian yang lebih tinggi dari pada proses yang
lain sehingga kemungkinan kesalahan sangat kecil, disamping itu waktu yang
dibutuhkan sangat singkat.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
1. Hoytom microhardness tester (Brinell, Vickers, dan Rockwell)
2. Jangka Sorong
3. Micrometer
4. Measuring Microscope
3.1.2 Bahan
1. Baja ST-42 Standart
2. Baja ST-42 Heat Treatment
3. Kuningan
4. Aluminium
3.2 Prosedur Pengujian
3.2.1 Metode Brinell
1. Persiapkan sampel uji kekerasan berbentuk silinder (baja standart, baja heat
treatment, kuningan, dan aluminium) dengan cara melakukan pengamplasan
dan pemolesan yang memadai, diindikasikan dengan permukaan benda uji yang
cukup mengkilat.
2. Pastikan bahwa peralatan uji (Brinell) telah di set-up dengan baik. Pasanglah
indentor untuk masing-masing metode seksama.
3. Pilihlah beban yang sesuai dengan benda uji. Lihat buku manual alat.
4. Putar poros tempat dudukan benda uji searah jarum hingga indentor menyentuh
benda uji dengan perlahan-lahan. Jagalah agar indentor tidak sampai
menghujam benda uji karena hal ini akan mengakibatkan kerusakan berat pada
mata indentor.
5. Setelah benda uji bersentuhan dengan indentor, putarlah terus poros dudukan
sampel hingga jarum merah kecil pada lingkaran dalam menyentuh batas
merah. Langkah ini merupakan preload dari indentasi. Jangan teruskan putaran
poros bila batas ini telah tercapai.
6. Putar tuas beban kearah belakang dengan hati-hati lalu lepaskan tuas tersebut
hingga berputar perlahan-lahan. Pada tahap ini berlangsung pembebanan
indentasi pada benda uji selama 10-15 detik hingga jarum pada lingkaran dalam
dan luar kembali pada posisi awal.
7. Lepaskan kontak indentor dengan benda uji secara hati-hati, yaitu dengan
memutar poros dudukan berlawan arah jarum jam. Berhati-hatilah agar tidak
terjadi pemutaran poros tersebut searah jarum jam karena akan mengakibatkan
rusaknya jejak hasil indentasi.
8. Indentasi pada satu lokasi telah selesai. Lakukan tahap-tahap operasional diatas
untuk lokasi atau benda uji lainnya.
9. Ukurlah diameter jejak indentasi dengan menggunakan mikroskop pengukur
jejak. Catatlah hasil pengukuran pada buku lembar data anda.
10. Hitung nilai kekerasan dengan rumus yang sesuai dengan metode uji (Brinell).
3.2.2 Metode Vickers
1. Persiapkan sampel uji kekerasan berbentuk silinder (baja standart, baja heat
treatment, kuningan, dan aluminium) dengan cara melakukan pengamplasan
dan pemolesan yang memadai, diindikasikan dengan permukaan benda uji yang
cukup mengkilat.
2. Pastikan bahwa peralatan uji (Vickers) telah di set-up dengan baik. Pasanglah
indentor untuk masing-masing metode seksama.
3. Pilihlah beban yang sesuai dengan benda uji. Lihat buku manual alat.
4. Putar poros tempat dudukan benda uji searah jarum hingga indentor menyentuh
benda uji dengan perlahan-lahan. Jagalah agar indentor tidak sampai
menghujam benda uji karena hal ini akan mengakibatkan kerusakan berat pada
mata indentor.
5. Setelah benda uji bersentuhan dengan indentor, putarlah terus poros dudukan
sampel hingga jarum merah kecil pada lingkaran dalam menyentuh batasmerah.
Langkah ini merupakan preload dari indentasi. Jangan teruskan putaranporos
bila batas ini telah tercapai.
6. Putar tuas beban kea rah belakang dengan hati-hati lalu lepaskan tuas tersebut
hingga berputar perlahan-lahan. Pada tahap ini berlangsung pembebanan
indentasi pada benda uji selama 10-15 detik hingga jarum pada lingkaran dalam
dan luar kembali pada posisi awal.
7. Lepaskan kontak indentor dengan benda uji secara hati-hati, yaitu dengan
memutar poros dudukan berlawan arah jarum jam. Berhati-hatilah agar tidak
terjadi pemutaran poros tersebut searah jarum jam karena akan mengakibatkan
rusaknya jejak hasil indentasi.
8. Indentasi pada satu lokasi telah selesai. Lakukan tahap-tahap operasional diatas
untuk lokasi atau benda uji lainnya.
9. Ukurlah diameter jejak indentasi dengan menggunakan mikroskop pengukur
jejak. Catatlah hasil pengukuran pada buku lembar data anda.
10. Hitung nilai kekerasan dengan rumus yang sesuai dengan metode uji (Vickers).
3.2.3 Metode Rockwell
Metode Rockwell merupakan pengujian untuk mengetahui nilai kekerasan material
melalui pembacaan langsung (direct reading). Prinsip pengujian pada dasarnya
adalah sama dengan metode Brinell dan Vickers.
1. Persiapkan benda uji dengan baik (amplas dan poles secukupnya).
2. Pasang indentor yang sesuai (Rockwell C).
3. Pasang beban yang sesuai, lihatlah buku manual alat.
4. Putar ring dari dial pembaca sehingga jarum panjang berwarna hitam menunjuk
angka nol pada skala. Sesuaikan skala tersebut dengan metode Rockwell yang
dipilih. Untuk Rockwell C pilihlah skala terluar (merah) sedangkan Rockwell
pakailah skala dalam (hitam).
5. Lakukan preload dangan memutar poros dudukan benda uji searah jarum jam
hingga jarum kecil pada dial pembaca menyentuh batas merah.
6. Lakukan pembebanan dengan memutar tuas beban ke belakang dengan hati-
hati. Biarkan tuas bergerak dengan halus selama beberapa waktu, antara 10-15
detik.
7. Kembalikan tuas beban ke posisi semula dengan hati-hati.
8. Bacalah nilai kekerasan material pada dial yaitu posisi jarum hitam panjang
sesuai metode Rockwell yang dipakai.
9. Lepaskan benda uji dengan memutar poros dudukan benda uji berlawanan
jarum jam.
10. Lanjutkan pengujian untuk lokasi atau material lain.
BAB IV

HASIL PRAKTIKUM
4.1 Data Uji Metode Brinell
Jejak (mm)
Kondisi Inden d BHN rata-
No Benda Uji BHN rata
Indentasi si d1 d2 rata-
rata
1 4,36 3,64 4 228,76714
Baja Non D = 10 mm 2 4,36 3,64 4 228,76714
1 Heat P = 3000 kg 3 4,25 3,55 3,9 241,1891 235,806738
Treatment t = 15 detik 4 4,40 3,70 4,05 222,89746
5 4,09 3,47 3,78 257,41285
1 5 3,7 4,35 191,81159
D = 10 mm 2 4,30 3 3,65 276,82137
Baja Heat 250,92549
2 P = 3000kg 3 4,50 3,20 3,85 247,76523
Treatment
t = 15 detik 4 4,35 3,05 3,7 269,11463
5 4,35 3,05 3,7 269,11463
1 3,09 2,26 2,68 406,66063
D = 5 mm 2 3,08 3,28 3,13 289,14007
3 Kuningan P = 2500 kg 3 3 3 3 318,30989 385,474812
t = 15 detik 4 3,25 3 3,13 289,14007
5 2,30 2,09 2,2 624,1234
1 4,19 3,15 3,67 119,04978
D = 5 mm 2 4,15 3 3,58 126,52276
4 Aluminium P = 1500 kg 3 2,25 2,10 2,18 381,76825 179,050256
t = 15 detik 4 4 3,46 3,73 114,34433
5 3,30 3,30 3,3 153,56616
4.1.1 Perhitungan
2𝑃
𝐵𝐻𝑁 =
(𝜋. 𝐷)(𝐷 − √𝐷2 − 𝑑2
4.1.1.1 Baja Non Heat Treatment
2𝑥3000
1. 𝐵𝐻𝑁 = 2 2
= 228,76714
(𝜋.10)(10−√10 −4 )
2𝑥3000
2. 𝐵𝐻𝑁 = = 228,76714
(𝜋.10)(10−√102−42)
2𝑥3000
3. 𝐵𝐻𝑁 = = 241,1891
(𝜋.10)(10−√102−3,92)
2𝑥3000
4. 𝐵𝐻𝑁 = = 222,89746
(𝜋.10)(10−√102−4,052)
2𝑥3000
5. 𝐵𝐻𝑁 = = 257,41285
(𝜋.10)(10−√102−3,782)

𝐵𝐻𝑁 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 235,806738


4.1.1.2 Baja Heat Treatment
2𝑥3000
1. 𝐵𝐻𝑁 = = 191,81159
(𝜋.10)(10−√10 −4,352)
2
2𝑥3000
2. 𝐵𝐻𝑁 = = 276,82137
(𝜋.10)(10−√102−3,652)
2𝑥3000
3. 𝐵𝐻𝑁 = = 247,76523
(𝜋.10)(10−√102−3,852)

2𝑥3000
4. 𝐵𝐻𝑁 = = 269,11463
(𝜋.10)(10−√102−3,72)
2𝑥3000
5. 𝐵𝐻𝑁 = = 269,11463
(𝜋.10)(10−√102−3,72)

𝐵𝐻𝑁 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 250,92549


4.1.1.3 Kuningan

2𝑥2500
1. 𝐵𝐻𝑁 = = 406,66063
(𝜋.5)(5−√52−2,682)
2𝑥2500
2. 𝐵𝐻𝑁 = = 289,14007
(𝜋.5)(5−√52−3,132)

2𝑥2500
3. 𝐵𝐻𝑁 = = 318,30989
(𝜋.5)(5−√52−32)
2𝑥2500 = 289,14007
4. 𝐵𝐻𝑁 =
(𝜋.5)(5−√52−3,132)
2𝑥2500
5. 𝐵𝐻𝑁 = = 624,1234
(𝜋.5)(5−√52−2,22)

𝐵𝐻𝑁 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 385,474812


4.1.1.4 Aluminium

2𝑥1500
1. 𝐵𝐻𝑁 = = 119,04978
(𝜋.5)(5−√52−3,672)
2𝑥1500
2. 𝐵𝐻𝑁 = = 126,52276
(𝜋.5)(5−√52−3,582)
2𝑥1500
3. 𝐵𝐻𝑁 = = 381,76825
(𝜋.5)(5−√52−2,182)
2𝑥1500
4. 𝐵𝐻𝑁 = = 114,34433
(𝜋.5)(5−√52−3,732)

2𝑥1500
5. 𝐵𝐻𝑁 = = 153,56616
(𝜋.5)(5−√52−3,32)

𝐵𝐻𝑁 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 179,050256


4.1.2 Grafik

Rata-rata BHN Setiap Spesimen


500.000000
385.474812
400.000000

300.000000 235.806738 250.92549


179.050256
200.000000

100.000000

-
Baja Non Heat Baja Heat Kuningan Aluminium
Treatment Treatment

Spesimen

4.2 Data Uji Metode Rockwell


Rata-rata
Kondisi
No Benda Uji Indensi HRC HRB
Indentasi HRC HRB
1 40 50
Baja Non P1 = 150 kg 2 47 67
1 Heat P2 = 100 kg 3 39 53 43,4 55,8
Treatment t = 15 detik 4 40 54
5 51 55
1 39 57
P1 = 150 kg 2 40 60
Baja Heat 56,2
2 P2 = 100 kg 3 40 55 40,2
Treatment
t = 15 detik 4 41 54
5 41 55
1 39 61
P1 = 100 kg 2 36 58
3 Kuningan P2 = 60 kg 3 37 59 37 59,2
t = 15 detik 4 35 58
5 38 60
1 30 35
P1 = 60 kg 2 30 38
4 Aluminium P2 = 60 kg 3 29 35 28,8 35,6
t = 15 detik 4 25 36
5 30 34
4.2.1 Perhitungan dan Grafik Rata-rata HRC
1. Baja Non Heat Treatment
40 + 47 + 39 + 40 + 51
𝐻𝑅𝐶 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 43,4
5
2. Baja Heat Treatment
39 + 40 + 40 + 41 + 41
𝐻𝑅𝐶 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 40,2
5
3. Kuningan
39 + 36 + 37 + 35 + 38
𝐻𝑅𝐶 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 37
5
4. Aluminium

30 + 30 + 29 + 25 + 30
𝐻𝑅𝐶 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 28,8
5
Rata-Rata HRC Setiap Spesimen
50 43.4
40.2
40 37
28.8
30

20

10

0
Baja Non Heat Baja Heat Treatment Kuningan Aluminium
Treatment

Spesimen

4.2.2 Perhitungan dan Grafik Rata-rata HRB


1. Baja Non Heat Treatment
50 + 67 + 53 + 54 + 55
𝐻𝑅𝐶 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 55,8
5
2. Baja Heat Treatment
57 + 60 + 55 + 54 + 55
𝐻𝑅𝐶 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 56,2
5
3. Kuningan
61 + 58 + 59 + 58 + 60
𝐻𝑅𝐶 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 59,2
5
4. Aluminium
35 + 38 + 35 + 36 + 34

𝐻𝑅𝐶 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 35,6


5
Rata-Rata HRB Setiap Spesimen
70
56.2 59.2
60 55.8
50
40 35.6
30
20
10
0
Baja Non Heat Baja Heat Treatment Kuningan Aluminium
Treatment

Spesimen

4.3 Data Uji Metode Vickers


Jejak (mm)
Kondisi Inde VHN rata-rata
No Benda Uji d rata- VHN
Indentasi nsi d1 d2
rata
1 0,645 0,613 0,629 243303,32043
Baja Non P = 50 kg 2 0,614 0,605 0,6095 249535,48579
1 Heat t = 15 3 0,650 0,606 0,628 235050,1034 247471,422192
Treatment detik 4 0,622 0,586 0,604 254100,69734
5 0,611 0,594 0,6025 255367,504
1 0,660 0,590 0,625 237312
P = 50 kg 2 0,703 0,688 0,6955 191639,69257
Baja Heat 212205,896126
2 t = 15 3 0,710 0,668 0,689 195272,59169
Treatment
detik 4 0,678 0,622 0,650 219408,28402
5 0,661 0,645 0,653 217396,91235
1 0,703 0,648 0,6755 121893,42434
P = 30 kg 2 0,661 0,652 0,6565 129051,04442
3 Kuningan t = 15 3 0,658 0,643 0,6505 131442,67314 126373,156558
detik 4 0,705 0,630 0,6675 124832,72314
5 0,690 0,646 0,668 124645,91775
1 0,588 0,601 0,5945 104914,61894
P = 20 kg 2 0,557 0,594 0,5755 111956,43723
4 Aluminium t = 15 3 0,577 0,675 0,626 94621,76811 101038,39163
detik 4 0,576 0,691 0,6335 92394,57817
5 0,598 0,612 0,605 101304,5557
4.1.1 Perhitungan
1854(𝑃)
𝑉𝐻𝑁 =
𝑑2
4.1.1.1 Baja Non Heat Treatment
1854 (50)
1. 𝑉𝐻𝑁 = = 243303,32043
(0,629)2
1854 (50)
2. 𝑉𝐻𝑁 = = 249535,48579
(0,6095)2
1854 (50)
3. 𝑉𝐻𝑁 = = 235050,1034
(0,628)2
1854 (50)
4. 𝑉𝐻𝑁 = = 254100,69734
(0,604)2
1854 (50)
5. 𝑉𝐻𝑁 = = 255367,504
(0,6025)2
𝑉𝐻𝑁 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 247471,422192
4.1.1.2 Baja Heat Treatment
1854 (50)
1. 𝑉𝐻𝑁 = = 237312
(0,625)2
1854 (50)
2. 𝑉𝐻𝑁 = = 191639,69257
(0,6955)2
1854 (50)
3. 𝑉𝐻𝑁 = = 195272,59169
(0,689)2
1854 (50)
4. 𝑉𝐻𝑁 = = 219408,28402
(0,650)2
1854 (50)
5. 𝑉𝐻𝑁 = = 217396,91235
(0,653)2
𝑉𝐻𝑁 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 212205,896126
4.1.1.3 Kuningan
1854 (30)
1. 𝑉𝐻𝑁 = = 121893,42434
(0,6755)2
1854 (30)
2. 𝑉𝐻𝑁 = = 129051,04442
(0,6565)2
1854 (30)
3. 𝑉𝐻𝑁 = = 131442,67314
(0,6505)2
1854 (30)
4. 𝑉𝐻𝑁 = = 124832,72314
(0,6675)2
1854 (30)
5. 𝑉𝐻𝑁 = = 124645,91775
(0,668)2
𝑉𝐻𝑁 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 126373,156558
4.1.1.4 Aluminium
1854 (20)
1. 𝑉𝐻𝑁 = = 104914,61894
(0,5945)2
1854 (20)
2. 𝑉𝐻𝑁 = = 111956,43723
(0,5755)2
1854 (20)
3. 𝑉𝐻𝑁 = = 94621,76811
(0,626)2
1854 (20)
4. 𝑉𝐻𝑁 = = 92394,57817
(0,6335)2
1854 (20)
5. 𝑉𝐻𝑁 = = 101304,5557
(0,605)2
𝑉𝐻𝑁 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 101038,39163

4.1.2 Grafik

Rata-rata VHN Setiap Spesimen


300,000.000000
250,000.000000
200,000.000000
150,000.000000
100,000.000000
50,000.000000
0.000000
Baja Non Heat Baja Heat Kuningan Aluminium
Treatment Treatment

Spesimen
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Untuk pengujian baja sebelum heat treatment dan baja setelah heat treatment
dapat dibandingkan bahwa pengujian Brinell terjadi kenaikan nilai dari yang
sebelum heat treatment 235,806738 Kg/𝑚𝑚2 menjadi 250,92549 Kg/𝑚𝑚2
setelah melakukan heat treatment. Berbeda halnya dengan pengujian dengan
metode Vickers dimana terjadi penurunan nilai 247471,422192 Kg/𝑚𝑚2
menjadi 212205,896126 Kg/𝑚𝑚2. Sedangkan dipengujian Rockwell HRB dan
HRC mengalami kenaikan dan penurunan yang sangat sedikit.
2. Pada pengujian Brinnel, Vickers, dan Rockwell menunjukan nilai kekerasan
dari kuningan selalu lebih tinggi dibandingkan dengan nilai aluminium. Dengan
data seperti itu membuktikan bahwa kuningan lebih keras dibandingkan dengan
aluminium.
3. Spesimen yang mendapat perlakuan panas (heat treatment) beserta spesimen
tanpa perlakuan panas memiliki hasil pengujian kekerasan yang berbeda pada
metode pengujian. Dari 3 metode pengujian baja heattreatment memiliki rata-
rata tertingi, dikarenakan sudah melalui proses pemanasan dan pendinginan
menggunakan cairan pendingin, sehingga dapat memperkeras struktur
kekerasan spesimen baja.

5.2 Saran

1. Untuk alat-alat uji kekeresan yang ada dilaboratorium Teknik Mesin semoga
dapat diperbaiki atau diganti dengan yang baru, karena banyak data yang
dihasilkan tidak kongkrit.
2. Diharapkan saat melakukan praktikum lebih memperhatikan waktu dan cara
pengoperasian alat sebab kesalahan pengoperasian dapat menyebabkan data
yang diambil tidak akurat.
3. Diharapkan praktikan diharuskan mengikuti proses-proses pengujian dari awal
praktikum seperti melakukan heat treatment pada baja, karena pada saat
praktikum praktikan minim pengetahuan perihal proses heat treatment.

Anda mungkin juga menyukai