Disusun Oleh :
Huzaifah Farisul
Mukhtar
201810120311302
FAKULTAS TEKNIK
TAHUN 2022
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
Jl. Raya Tlogomas No.246 Telp (0341) 464318-21, Fax (0341) 460782 Malang 65144
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh :
Nama : Huzaifah Farisul Mukhtar
NIM 201810120311302
Kelompok 41
Mengetahui,
LEMBAR ASISTENSI
Malang,
Disetujui
PENDAHULUAN
LANDASAN TEORI
2.1 Kekerasan (Hardness)
Kekerasan adalah salah satu sifat mekanik dari suatu material. Kekerasan suatu
material harus diketahui khususnya untuk material yang dalam penggunaannya akan
mengalami gesekan dan deformasi plastis. Deformasi plastis yaitu suatu keadaan dari
material ketika diberi gaya maka struktur mikro dari material tersebut tidak bisa kembali
lagi ke bentuk aslinya. Kekerasan di definisikan sebagai kemampuan suaru material untuk
menahan beban identasi atau penekanan.
Pengujian kekerasan sangat diperlukan dalam aplikasi manufaktur, material
dilakukan pengujian dengan dua pertimbangan yaitu untuk mengetahui karakteristik suatu
material baru dan melihat mutu untuk memastikan suatu material memiliki spesifikasi
kualitas tertentu. Didunia teknik umumnya pengujian kekerasan menggunakan 3 macam
metode pengujian kekerasan yaitu: metode garis, metode elastis/pantul, metode identasi.
Yang sering digunakan pada pengujian kekerasan adalah metode identasi.
2.2 Metode Gores
Pengujian dengan metode gores dilakukan dengan cara mengukur kemampuan suatu
material dengan menggoreskan material uji dengan spesimen yang akan diuji. Skala uji
yang digunakan adalah skala Mohs yang terdiri dari 10 nilai material standar yang sesuai
dalam menggores material dari nilai 1 yang paling lunak sampai dengan nilai 10 yang
paling keras. Skalanya Mohs adalah sebagai berikut :
1. Talk/gips
2. Gypsum
3. Calcite
4. Fluorite
5. Apatite
6. Orthoclase
7. Quartz
8. Topas
9. Corundum
10. Diamond (intan).
Kelemahan dari skala Mohs adalah jarak antara intervalnya kurang spesifik yaitu
nilai kekerasan tiap benda kurang akurat.
2.3 Metode Dinamik
Pengujian dengan metode dinamik (kekerasan pantul) dilakukan dengan cara
menghitung energi impak yang dihasilkan oleh indentor yang dijatuhkan pada permukaan
spesimen. Alat yang digunakan untuk pengujian ini adalah scleroscope.
Gambar 2.1 Scleroscope
Indentor dijatuhkan pada permukaan material, kemudian pantulan yang amat tinggi
yang terjadi. Perbedaan ketinggian saat dijatuhkan pada pantulannya menunjukkan
besarnya energy yang diserap material pada metode dinamik indentor berupa bola.
2.4 Metode Indentasi
Pengujian dengan metode indentasi (penekanan) adalah dengan cara mengukur
ketahanan suatu material terhadap gaya tekanan yang diberikan oleh indentor dengan
memperhatikan besar beban yang diberikan dan besar indentasi. Uji kekerasan indentasi
terdiri atas beberapa cara, yaitu:
2.4.1 Metode Brinell
Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh J.A Brinell pada tahun 1900.
Pengujian kekerasan dilakukan dengan memakai bola baja yang diperkakas
(Hardened Stell Ball) dengan beban dan waktu identasi tertentu. Prinsip dari
pengujian ini adalah dengan menekan indentor selama 30 detik. Lalu diameter hasil
indentasi diukur dengan menggunakan miroskop optik. Diameter harus dihitung
dua kali pada sudut tegak lurus yang berbeda, Kemudian dirata-ratakan. Dapat
dirumuskan sebagai berikut :
2𝑝
𝐵𝐻𝑁 =
𝜋 . 𝐷 (𝐷 − √𝐷2 − 𝑑2)
Dimana:
METODE PENELITIAN
HASIL PRAKTIKUM
4.1 Data Uji Metode Brinell
Jejak (mm)
Kondisi Inden d BHN rata-
No Benda Uji BHN rata
Indentasi si d1 d2 rata-
rata
1 4,36 3,64 4 228,76714
Baja Non D = 10 mm 2 4,36 3,64 4 228,76714
1 Heat P = 3000 kg 3 4,25 3,55 3,9 241,1891 235,806738
Treatment t = 15 detik 4 4,40 3,70 4,05 222,89746
5 4,09 3,47 3,78 257,41285
1 5 3,7 4,35 191,81159
D = 10 mm 2 4,30 3 3,65 276,82137
Baja Heat 250,92549
2 P = 3000kg 3 4,50 3,20 3,85 247,76523
Treatment
t = 15 detik 4 4,35 3,05 3,7 269,11463
5 4,35 3,05 3,7 269,11463
1 3,09 2,26 2,68 406,66063
D = 5 mm 2 3,08 3,28 3,13 289,14007
3 Kuningan P = 2500 kg 3 3 3 3 318,30989 385,474812
t = 15 detik 4 3,25 3 3,13 289,14007
5 2,30 2,09 2,2 624,1234
1 4,19 3,15 3,67 119,04978
D = 5 mm 2 4,15 3 3,58 126,52276
4 Aluminium P = 1500 kg 3 2,25 2,10 2,18 381,76825 179,050256
t = 15 detik 4 4 3,46 3,73 114,34433
5 3,30 3,30 3,3 153,56616
4.1.1 Perhitungan
2𝑃
𝐵𝐻𝑁 =
(𝜋. 𝐷)(𝐷 − √𝐷2 − 𝑑2
4.1.1.1 Baja Non Heat Treatment
2𝑥3000
1. 𝐵𝐻𝑁 = 2 2
= 228,76714
(𝜋.10)(10−√10 −4 )
2𝑥3000
2. 𝐵𝐻𝑁 = = 228,76714
(𝜋.10)(10−√102−42)
2𝑥3000
3. 𝐵𝐻𝑁 = = 241,1891
(𝜋.10)(10−√102−3,92)
2𝑥3000
4. 𝐵𝐻𝑁 = = 222,89746
(𝜋.10)(10−√102−4,052)
2𝑥3000
5. 𝐵𝐻𝑁 = = 257,41285
(𝜋.10)(10−√102−3,782)
2𝑥3000
4. 𝐵𝐻𝑁 = = 269,11463
(𝜋.10)(10−√102−3,72)
2𝑥3000
5. 𝐵𝐻𝑁 = = 269,11463
(𝜋.10)(10−√102−3,72)
2𝑥2500
1. 𝐵𝐻𝑁 = = 406,66063
(𝜋.5)(5−√52−2,682)
2𝑥2500
2. 𝐵𝐻𝑁 = = 289,14007
(𝜋.5)(5−√52−3,132)
2𝑥2500
3. 𝐵𝐻𝑁 = = 318,30989
(𝜋.5)(5−√52−32)
2𝑥2500 = 289,14007
4. 𝐵𝐻𝑁 =
(𝜋.5)(5−√52−3,132)
2𝑥2500
5. 𝐵𝐻𝑁 = = 624,1234
(𝜋.5)(5−√52−2,22)
2𝑥1500
1. 𝐵𝐻𝑁 = = 119,04978
(𝜋.5)(5−√52−3,672)
2𝑥1500
2. 𝐵𝐻𝑁 = = 126,52276
(𝜋.5)(5−√52−3,582)
2𝑥1500
3. 𝐵𝐻𝑁 = = 381,76825
(𝜋.5)(5−√52−2,182)
2𝑥1500
4. 𝐵𝐻𝑁 = = 114,34433
(𝜋.5)(5−√52−3,732)
2𝑥1500
5. 𝐵𝐻𝑁 = = 153,56616
(𝜋.5)(5−√52−3,32)
100.000000
-
Baja Non Heat Baja Heat Kuningan Aluminium
Treatment Treatment
Spesimen
30 + 30 + 29 + 25 + 30
𝐻𝑅𝐶 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 28,8
5
Rata-Rata HRC Setiap Spesimen
50 43.4
40.2
40 37
28.8
30
20
10
0
Baja Non Heat Baja Heat Treatment Kuningan Aluminium
Treatment
Spesimen
Spesimen
4.1.2 Grafik
Spesimen
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Untuk pengujian baja sebelum heat treatment dan baja setelah heat treatment
dapat dibandingkan bahwa pengujian Brinell terjadi kenaikan nilai dari yang
sebelum heat treatment 235,806738 Kg/𝑚𝑚2 menjadi 250,92549 Kg/𝑚𝑚2
setelah melakukan heat treatment. Berbeda halnya dengan pengujian dengan
metode Vickers dimana terjadi penurunan nilai 247471,422192 Kg/𝑚𝑚2
menjadi 212205,896126 Kg/𝑚𝑚2. Sedangkan dipengujian Rockwell HRB dan
HRC mengalami kenaikan dan penurunan yang sangat sedikit.
2. Pada pengujian Brinnel, Vickers, dan Rockwell menunjukan nilai kekerasan
dari kuningan selalu lebih tinggi dibandingkan dengan nilai aluminium. Dengan
data seperti itu membuktikan bahwa kuningan lebih keras dibandingkan dengan
aluminium.
3. Spesimen yang mendapat perlakuan panas (heat treatment) beserta spesimen
tanpa perlakuan panas memiliki hasil pengujian kekerasan yang berbeda pada
metode pengujian. Dari 3 metode pengujian baja heattreatment memiliki rata-
rata tertingi, dikarenakan sudah melalui proses pemanasan dan pendinginan
menggunakan cairan pendingin, sehingga dapat memperkeras struktur
kekerasan spesimen baja.
5.2 Saran
1. Untuk alat-alat uji kekeresan yang ada dilaboratorium Teknik Mesin semoga
dapat diperbaiki atau diganti dengan yang baru, karena banyak data yang
dihasilkan tidak kongkrit.
2. Diharapkan saat melakukan praktikum lebih memperhatikan waktu dan cara
pengoperasian alat sebab kesalahan pengoperasian dapat menyebabkan data
yang diambil tidak akurat.
3. Diharapkan praktikan diharuskan mengikuti proses-proses pengujian dari awal
praktikum seperti melakukan heat treatment pada baja, karena pada saat
praktikum praktikan minim pengetahuan perihal proses heat treatment.