Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIKUM

PRAKTIKUM STRUKTUR DAN SIFAT MATERIAL

KELOMPOK : 8
1. Athaya Mirabel (21050121140214)
2. Ghossan Putra Setiawan (21050121140138)
3. M. Hashfi Hawali Subagyo (21050121140221)
4. Ananda Imam Wicaksana (21050121140176)

LABOTARIUM MATERIAL TEKNIK


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2023
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktikum Struktur dan Sifat Material ini telah
disetujui dan disahkan oleh Kepala Laboratorium Metalurgi Fisik
pada:
Hari/Tanggal :
Pukul :
Oleh :

Mengetahui
Kepala Labotarium Material

Yusuf Umardani S.T.,M.T.


NIP. 197008061998021001
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
NOMENKLATUR
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
I.2 Tujuan Praktikum
Praktikum struktur dan sifat material memiliki beberapa tujuan agar
praktikan mampu mencapai pemahaman mendalam pada tahap-tahap dalam
praktikum, tujuannya sebagai berikut
1. Mengetahui nilai densitas spesimen

2. Melakukan pengujian kekerasan material dan dapat menentukan


kekerasan material dengan menggunakan metode kekerasan
Rockwell.
3. Mengetahui macam-macam proses heat treatment

4. Mengetahui besarnya kekuatan maksimum (σu), tegangan luluh (σy),


regangan maksimum (%EL), besarnya kontraksi (%AR), dan grafik
tegangan-regangan yang dialami oleh spesimen.
5. Melakukan pengujian impact test.

6. Memahami pengujian impak dengan metode charpy.

7. Memahami nilai harga impak (HI), energi impak dan sifat perpatahan
berdasarkan patahan melalui pengujian impak.
8. Mengetahui jenis material yang digunakan sebagai spesimen.

I.3 Manfaat Pengujian


Berdasarkan hasil pengujian pada struktur dan sifat material 2022,
praktikan mendapatkan manfaat sebagai berikut:
1. Mengetahui informasi mengenai pengujian-pengujian material yang
berguna pada bidang teknik.
2. Sebagai sarana untuk menambah wawasan di bidang material dan
menambah keterampilan baik dalam melakukan pengujian material
maupun mengidentifikasi atau menganalisis data hasil pengujian.
I.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan praktikum struktur dan sifat material
bertujuan untuk dapat memberikan gambaran yang terarah dan jelas serta
mempermudah dalam memahami laporan, yaitu sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan berisi tentang latar belakang, tujuan praktikum, manfaat
praktikum, dan sistematika penulisan.
BAB II DASAR TEORI
Dasar teori berisi landasan teori yang diperlukan dalam melakukan
praktikum yang terdiri dari uji densitas, uji kekerasan, uji tarik, uji mikrografi, uji
impak, dan heat treatment.
BAB III METODOLOGI PENGUJIAN
Metodologi pengujian berisi tentang tahapan-tahapan dalam proses
pengujian berupa diagram alir yang dilakukan pada praktikum struktur dan sifat
material.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan pembahasan berisi tentang data hasil pengujian dan analisa
yang diperoleh dari proses pengujian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dan saran berisi konklusi atas hasil praktikum dan usulan
perbaikan demi praktikum yang berjalan lebih baik ke depannya khususnya di
praktikum struktur dan sifat material.
BAB II
DASAR TEORI
II.1 Uji Densitas
Uji densitas adalah metode yang digunakan untuk mengukur massa per
satuan volume dari suatu benda atau substansi. Dalam uji densitas, massa suatu
benda diukur, kemudian volume benda tersebut dihitung atau diukur. Densitas
kemudian dihitung dengan membagi massa dengan volume. Densitas biasanya
diukur dalam gram per sentimeter kubik (g/cm³) atau kilogram per meter kubik
(kg/m³). (Zaenal, 2019).
Rumus untuk menentukan massa jenis adalah :

m
ρ=
V
Keterangan:
𝜌 = Massa Jenis/Densitas (kg/m3 )
m = Massa (kg)
V = Volume (m³)
II.2 Uji Kekerasan
Kekerasan menyatakan ketahanan terhadap deformasi dan untuk logam
dengan sifat tersebut merupakan ukuran ketahanannya terhadap deformasi plastis
atau deformasi permanen. Adapun untuk mengukur kekerasan suatu material
terdapat tiga jenis umum, tergantung pada cara melakukan pengujian, yaitu: (1)
Kekerasan goresan (scratch hardness); (2) Kekerasan lekukan (indentation
hardness); (3) Kekerasan pantulan (rebound). (Maulana, 2018).
Pengujian Rockwell merupakan salah satu uji kekerasan lekukan yang
prosesnya cukup mudah dan cepat sehingga banyak produsen lebih memilih
pengujian Rockwell dibandingkan dengan uji lainnya seperti uji kekerasan
Microvickers. Namun, pengujian Rockwell tidak dapat digunakan pada benda uji
dengan ketebalan yang cukup tipis dan lunak. (Kumayasari, 2018).
II.2.1 Uji Kekerasan Goresan
Uji kekerasan goresan dilakukan dengan cara mengukur kemampuan suatu
material dengan menggoreskan material uji kepada spesimen. percobaan goresan
menginduksi deformasi dengan menggabungkan beban normal dengan gerakan
lateral ujung indentor di permukaan. Sebagian besar, kendala percobaan goresan
adalah karena ketidakmampuan untuk mengkorelasikan kekerasan goresan
dengan lekukan, lebar goresan dapat ditentukan dari jarak antara titik-titik dengan
kemiringan alur yang signifikan. (Tsybenko, 2021).
II.2.2 Uji Kekasaran Pantulan
Uji kekerasan pantulan dilakukan dengan cara menghitung energi impact
yang dihasilkan oleh indentor yang dijatuhkan pada permukaan spesimen. Uji ini
melibatkan palu logam berujung berlian terbuat dari baja karbon tinggi murni
yang dikeraskan dijatuhkan ke permukaan spesimen yang dipoles. Palu berujung
berlian bulat jatuh di bawah kekuatan beratnya sendiri dari ketinggian tetap dan
memantul, mencetak lekukan pada permukaan spesimen. Pengaturan instrumen
terdiri dari penyesuaian botol level, untuk menjamin jatuhnya palu secara vertikal.
Ketinggian pantulan diukur pada dial gauge (skala lulus) pada skleroskop.
(Barbosa, 2020).
II.2.3 Uji Kekerasan Lekukan
Uji kekerasan lekukan dilakukan dengan cara mengukur ketahanan suatu
material terhadap gaya tekanan yang diberikan oleh indentor dengan
memperhatikan besar beban yang diberikan dan besar indentasi. kekerasan
lekukan adalah pengukuran yang pada dasarnya melibatkan penerapan jumlah
beban yang diketahui dan menentukan area indentasi residu. Salah satu parameter
penting untuk setiap uji indentasi selain dari pemilihan beban dan geometri
indentor, adalah jarak indentasi (Phani, 2019).
1. Uji Kekerasan Metode Brinell
Metode ini berupa pengidentasian sejumlah beban terhadap permukaan
material dengan penetrator yang digunakan berupa bola baja yang dikeraskan
dengan diameter 10 mm ± 0,0045 mm dan standar bebannya antara 500 s.d.
3000 kgf. Lama penekanan antara 10 s/d 30 detik. (Jobsheet Praktikum Struktur
dan Sifat Material, 2023).

Gambar 2.1 Alat Uji Kekerasan Metode Brinell (Jobsheet Praktikum Struktur
dan Sifat Material, 2023.)

2. Uji Kekerasan Metode Rockwell


Dalam metode ini penetrator ditekan dalam benda uji. Harga kekerasan
didapat dari perbedaan kedalaman dari beban mayor dan minor. Jadi nilai
kekerasan didasarkan pada kedalaman bekas penekanan. Pengujian kekerasan
rockwell didasarkan pada kedalaman masuknya penekanan benda uji. Makin
keras benda yang akan diuji, makin dangkal masuknya penekanan tersebut.
Metode ini sangat cepat dan cocok untuk pengujian massal. Karena hasilnya
dapat secara langsung dibaca pada jarum penunjuk, maka metode ini sangat
efektif untuk pengetesan massal. Jarak minimum antara 2 poin pengukuran
adalah 3 mm. (Jobsheet Praktikum Struktur dan Sifat Material, 2023).
3. Uji Kekerasan Metode Vickers
Metode ini mirip dengan metode brinell, tetapi penetrator yang digunakan
berupa intan berbentuk piramida dengan dasar bujur sangkar dan sudut puncak
136° . Beban yang digunakan biasanya antara 1s/d 120 kg. Jarak minimum
antara 2 poin pengukuran adalah ≥ 2.5d. (Jobsheet Praktikum Struktur dan Sifat
Material, 2023.)
Gambar 2.2 Cara Pengukuran Diameter Pada Identor Vickers (Jobsheet
Praktikum Struktur dan Sifat Material, 2023.)

II.3 Uji Tarik


Pengujian kekuatan tarik merupakan pembebanan pada bahan dengan
memberikan gaya yang berlawanan pada bahan dengan arah menjauh dari
titik tengah, Pengujian Tarik dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanis
suatu bahan. Pengujian ini paling sering dilakukan karena merupakan dasar
pengujian dan studi mengenai kekuatan bahan. Hasil dari penarikan kekuatan
tarik terhadap bahan adalah perubahan bentuk (deformasi) bahan, yaitu
pergeseran butiran kristal bahan hingga terlepasnya ikatan kristal tersebut
karena gaya maksimum (Yudo, et al., 2018)
Pada praktikum pengujian tarik ini menggunakan ASTM E8/E8M
yang sudah diatur mengenai bentuk specimen uji tarik yang baku. Dengan uji
tarik dapat mengetahui karakteristik material elastis dan plastis material. Pada
saat melakukan percobaan mendapatkan data antara lain nilai ultimate tensile
strength, yield point, elongation, dan modulus elastisitas.
Dengan praktikum pengujian tarik memperoleh specimen benda kerja
akan putus akibat penarikan dengan gaya tarik tertentu, menghasilkan grafik
dari hasil pengujian tarik berupa hubungan antara tegangan dan regangan
yang terjadi selama pengujian tarik dilakukan.
2.3.1 Grafik Tegangan-Regangan
Apabila tegangan diplot di sumbu vertikal dan regangan diplot di
sumbu horizontal maka didapatlah diagram tegangan-regangan.
Gambar 2.3 Diagram Tegangan-Regangan (Jobsheet Praktikum Struktur dan
Sifat Material, 2023).
Keterangan:
A = Yield Strenght
B = Ultimate Tensile Strenght
C = True Ultimate Tensile Strenght
D = Percent Elongation
2.3.2 Regangan (e)
Benda yang diberi beban tarik akan mengalami pertambahan panjang
baik sesaat maupun permanen. Dalam pemasangan spesimen ada bagian yang
dijepit sehingga diperlukan pengukuran panjang batang uji.Pertambahan
panjang (∆L) dibagi dengan panjang batang mula-mula (Lo) ini yang disebut
dengan regangan. Rumus dari regangan yaitu:

2.3.3 Tegangan (σ)


Tegangan adalah reaksi yang timbul diseluruh bagian spesimen dalam
rangka menahan beban yang diberikan. Nilai tegangan ini merupakan
perbandingan antara beban (F) yang diberikan terhadap luas penampang (A),
atau dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Yield Strenght (Kekuatan Luluh)
Yield Strength (Kekuatan Luluh) adalah kekuatan suatu material untuk
mengalami deformasi plastis. Pada keadaan ini ditandai dengan garisdiagram
tegangan-regangan yang tidak linier lagi. Nilai besaran ini adalah besar gaya
pada saat luluh dibagi luas penampang.

2. Ultimate Tensile Strenght (Kekuatan Tarik Maksimum)


Ultimate Tensile Strength adalah tegangan maksimum yang dapat
ditahan oleh batang uji sebelum patah. UTS merupakan suatu perbandingan
antara beban maksimum (Fm) yang dicapai selama percobaaan tarik dan
penampang batang mula-mula (Ao). Tegangan tarik dirumuskan:

2.3.4 Modulus Elastisitas


Modulus elastisitas adalah perbandingan antara tegangan () dan
regangan elastis (e). Rumus dari modulus elastisitas:

2.3.5 Kontraksi (%AR)


Kontraksi adalah pengerutan atau pengecilan luas penampang pada
batas penampang.

2.3.6 Elongasi (%EL)


Persentase elongasi (%EL) merupakan salah satu ukuran keuletan
suatu bahan. Jika makin besar persen elongasi maka daerah regangannya
semakin besar sehingga duktlititasnya juga makin meningkat. Rumus %EL
adalah sebagai berikut:
II.4 Uji Mikrografi
Untuk mengetahui struktur mikro spesimen Aluminium maka diperlukan
pengujian mikrografi. Mikrografi merupakan suatu proses yang bertujuan untuk
memperoleh gambar yang menunjukan struktur mikro sebuah logam atau paduan.
Melalui proses ini kita dapat mengetahui struktur dari suatu logam atau paduan
dengan memperjelas batas-batas butir logam sehingga dapat langsung dilihat
dengan menggunakan mikroskop dan diambil gambarnya. Selain itu, mikrografi
menjadi sangat penting karena untuk memproses suatu bahan kita harus
mengetahui sifat dari bahan tersebut. Dengan mengetahui struktur bahan yang
dapat diketahui dengan mikrografi kita dapat mengetahui sifat dari suatu bahan
shingga kita dapat mengolah suatu bahan menjadi yang kita inginkan. Dengan
demikian kita juga dapat mengetahui karakteristik dari suatu material .Ada dua
macam pengujian struktur kristal yang biasa dilakukan yaitu pengujian makro dan
pengujian mikro. (Arif Rahman Hakim, 2020).
2.4.1 Pengujian Struktur Makro
Salah satu dari pengujian struktur makro dari kristal adalah pengujian penampang
dimana bahan dinilai dari besar butir kristal, warna dan mengkilatnya penampang
dari batang uji atau produk yang dipatahkan. Pengujian yang lain adalah dengan
jalan mengetza dan pembesaran struktur kristal, segregasi dan pemisahan cacat
kecil setelah memoles patahan.
2.4.2 Pengujian Struktur Mikro
Pada umumnya kita bekerja dengan reflek pemendaran (sinar), pada pemolisan
atau etsa, tergantung pada permukaan logam uji dipoles, dan diperiksa langsung di
bawah mikroskop atau dietsa lebih dulu, baru diperiksa dibawah mikroskop.
Adapun beberapa tahap yang perlu dilakukan sebelum melakukan pengujian
struktur mikro, yaitu :
1. Sectioning/Pemotongan
Proses pemotongan merupakan pemindahan material dari sampel yang
besar menjadi spesimen dengan ukuran yang kecil.
2. Mounting/Pemegangan
Pemegangan seringkali diperlukan pada persiapan spesimen metalografi
3. Grinding/ Pengamplasan kasar
Proses yang memerlukan pergerakan permukaan
4. Polishing
Proses untuk mereduksi suatu permukaan dengan pergerakan permukaan
abrasif yang bergerak relatif lambat
5. Attack ( etching )
Untuk melihat struktur mikro dari sebuah spesimen dengan menggunakan
mikroskop optik.
6. Foto (pemotretan)
Memfoto hasil dari pengamatan yang dilihat melalui mikroskop optik.
2.4.3 Diagram Fasa Al-Mg
Pengaruh temperatur dan waktu peleburan terhadap komposisi Al dan Mg
dalam paduan. Metode pengecoran yang digunakan adalah pengecoran tuang
dimana suatu logam cair dituang ke dalam cetakan tanpa adanya
tekanan,selanjutnya dibiarkan membeku dalam cetakan dengan pendinginan
temperatur ruang. Tungku untuk peleburan menggunakan tungku jenis krusibel
dan cetakan dari logam Material untuk pengecoran digunakan paduan aluminium
magnesium (Al-17%Mg) sekrap. Paduan Al-Mg dilebur dalam tungku pada
variasi temperatur 650°C, 700°C dan 750°C dengan waktu peleburan 5, 10 dan 15
menit, kemudian dituang dalam cetakan logam (temperatur 200°C dan selanjutnya
dibiarkan membeku dan dingin dalam cetakan. Hasil pengujian menunjukkan
bahwa semakin tinggi temperatur peleburan komposisi Al dalam paduan
cenderung semakin meningkat, sedangkan komposisi Mg semakin menurun.
(Rudi Siswanto, 2014).
Gambar 2.4 Diagram Fasa Al-Mg impak (Jobsheet Praktikum Struktur dan
Sifat Material, 2023).

2.4.4 Aplikasi Pengujian Mikrografi


Pengujian mikrografi adalah proses pengambilan gambar mikroskopis dari
benda atau sampel dengan menggunakan mikroskop atau perangkat serupa.
Contoh aplikasi nya adalah : Pemantauan kualitas.Dalam industri manufaktur,
pengujian mikrografi dapat digunakan untuk memeriksa kualitas produk seperti
keausan, kerusakan, atau kecacatan mikroskopis yang tidak terlihat dengan mata
telanjang.
II.5 Uji Impak
Dasar pengujian impak ini adalah penyerapan energi potensial dari
pendulum beban yang berayun dari suatu ketinggian tertentu dan menumbuk
benda uji sehingga benda uji mengalami deformasi atau patahan. Apabila
pendulum dengan berat m dan pada kedudukan h1 dilepaskan, maka akan
mengayun sampai kedudukan posisi akhir yaitu pada ketinggian h2, dimana
pendulum akan mengayun secara bebas. Apabila batang uji dipasang pada
kedudukannya dan pendulum dilepaskan, maka pendulum akan memukul batang
uji dan selanjutnya pendulum akan mengayun sampai kedudukan pada ketinggian
h2. Berikut gambaran uji impak beserta rumusnya.
Gambar 2.5 Rangkaian batang uji impak (Jobsheet Praktikum Struktur dan
Sifat Material, 2023).

E0 = m x g x h0……………………………(7)
Keterangan :
E0 = energi yang dilakukan (joule)
m = berat pendulum (kg)
g = gravitasi (m.s-2)
h0 = ℓ- ℓ cos ɑ... (jarak awal antara pendulum dengan benda uji (m))
Sedangkan sisa energi setelah mematahkan benda uji dapat diketahui
melalui rumus sebagai berikut :
E1 = m x g x h1……………………………(8)
Keterangan :
E1 = energi yang dilakukan (joule)
m = berat pendulum (kg)
g = gravitasi (m.s-2)
h1 = ℓ- ℓ cos ꞵ (jarak antara pendulum dengan benda uji setelah
dilepas (m))
Besarnya usaha yang diperlukan untuk memukul patah benda uji dapat
diketahui melalui rumus sebagai berikut :
E = E1 – E0……………………………(9)
Keterangan :
E = Pertambahan energi (joule)
E1 = Energi akhir (joule)
E0 = Energi mula-mula (joule)
Prinsip pengujian impak ini adalah menghitung energi yang diberikan
beban dan menghitung energi yang diserap oleh spesimen. Saat beban dinaikkan
pada ketinggian tertentu, beban memiliki energi potensial, kemudian saat
menumbuk spesimen energi kinetik mencapai maksimum. Energi yang diserap
spesimen akan menyebabkan spesimen mengalami kegagalan. Dengan membuat
variasi perubahan temperatur, maka dilihat bentuk patahan dan energi yang
diserap oleh spesimen, lalu dibuat suatu kurva yang menghubungkan antara
temperatur dan energi yang diserapnya. Selain mendapat kurva energi yang
diserap-temperatur, dari praktikum ini juga bisa mendapat Harga Impak. Harga
Impak (HI) didapat dengan rumus :
E
H= ……………………………(10)
A
Keterangan:
H = harga impak (joule/mm2 )
E = energi impak (joule)
A = luas penampang (mm2 )
Untuk menentukan sifat perpatahan suatu logam, keuletan maupun
kegetasannya, dapat dilakukan suatu pengujian yang dinamakan dengan uji
impak. Pengujian impak menggunakan batang spesimen bertakik yang sudah
distandarisasi.
Sifat material yang berhubungan dengan kerja yang dibutuhkan untuk
menyebabkan patahan dinamakan ketangguhan dan tergantung pada tipe
pembebanan. Walaupun demikian, tingkat dimana energi diserap dengan nyata
dapat mempengaruhi sifat material dan ukuran ketangguhan yang berbeda
mungkin didapat dari beban impak. (Jobsheet Praktikum Sifat dan Struktur
Material, 2022)
Untuk menentukan sifat perpatahan suatu logam, keuletan maupun
kegetasannya, dapat dilakukan suatu pengujian yang dinamakan dengan uji
impak. Pengujian impak menggunakan batang spesimen bertakik yang sudah
distandarisasi. Berbagai jenis pengujian impak batang bertakik telah digunakan
untuk menentukan kecenderungan benda untuk bersifat getas. (Jobsheet
Praktikum SSM, 2023)
II.5.1 Jenis-Jenis Pengujian Impak
Secara umum benda uji impak dikelompokkan ke dalam dua golongan
sampel standar yaitu: batang uji Charpy banyak digunakan di Amerika Serikat
dan batang uji Izzod yang lazim digunakan di Inggris dan Eropa.(Jobsheet
Praktikum Sifat dan Struktur Material, 2022)
1. Metode Charpy
Benda uji Charpy memiliki luas penampang lintang bujur sangkar (10 x
10 mm) dengan panjang 55 mm2 dan memiliki takik (notch) berbentuk V
dengan sudut 45°, dengan jari-jari dasar 0,25 mm dan kedalaman 2 mm. Pada
pengujian kegetasan bahan dengan cara impact charpy, pendulum diarahkan
pada bagian belakang takik dari batang uji. (Jobsheet Praktikum Sifat dan
Struktur Material, 2023)

Gambar 2.6 Peletakan Spesimen Metode Charpy (Jobsheet Praktikum Sifat


dan Struktur Material, 2023).

2. Metode Izzod
Benda uji izzod lazim digunakan di Inggris, namun sekarang mulai jarang
digunakan. Benda uji izzod mempunyai penampang lintang bujur sangkar atau
lingkaran dan bertakik v didekat ujung yang dijepit. Pada pengujian impak cara
izzod, pukulan pendulum diarahkan pada jarak 22 mm dari penjepit dan
takikannya menghadap pada pendulum.(Jobsheet Praktikum Sifat dan Struktur
Material, 2022)
Gambar 2.7 Peletakan Spesimen Metode Izzod (Jobsheet Praktikum Sifat
dan Struktur Material, 2023).

II.6 Heat Treatment


Heat Treatment adalah proses pemanasan dan pendinginan yang
terkontrol terhadap logam, sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Tujuan dari
Heat Treatment, yaitu:
1. Untuk mempersiapkan material untuk proses berikutnya.
2. Mempermudah proses machining.
3. Untuk mengurangi kebutuhan daya pembentukan dan kebutuhan energi.
4. Mengubah sifat mekanik material seperti kekerasa, keuletan, dll.
Dalam percobaan ini hanya menentukan kekerasan dari suatu material
yang sesuai dengan kebutuhan. Kekerasan (hardness) adalah sifat mekanis yang
berkaitan dengan kekuatan dan merupakan fungsi dari kandungan karbon dalam
logam. Proses Heat Treatment terdiri dari:

Gambar 2.8 Diagram Perlakuan Panas (Jobsheet Praktikum Struktur dan


Sifat Material, 2023).
Gambar 2.9 Struktur Mikro di temperatur yang berbeda pada besi SAE 1095
(Jobsheet Praktikum Struktur dan Sifat Material, 2023).

Dari gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:


1. Annealing : terjadi transformasi δ → α + karbida normal ( Proses
pendinginan tungku )
Proses pendinginannya berlangsung lambat, sehingga terjadi tegangan
sisa dan retakan akibat panas dapat dihindari. Disamping itu juga agar
terbentuk perlit kasar dan produk yang cukup lunak.
2. Celup langsung dari austenite ke martensit (quenching)
Austenit lebih padat daripada mertensit (dan juga lebih padat dari ferit
+ karbida), Sehingga bagian tengahnya pendinginan berlangsung dengan
lambat dan muai setelah permukaan yang lebih cepat pendinginannya
berubah menjadi martensit rapuh. Jika pada waktu transformasi ke
martensit cukup, baja paduan dapat didinginkan lebih lambat sehingga
permukaan dan bagian tengahnya bertransformasi serempak. Jika dapat
dihindari perbedaan perubahan volume dan terjadinya tegangan-tegangan
yang dapat menimbulkan retakan.
3. Celup putus
Pada proses ini, baja dicelup dengan cepat tanpa memotong hidung
kurva transformasi dan tercegahnya pembentukan (α + C), akan tetapi
pendinginan terputus diatas Ms. Pendinginan dilanjutkan namun lebih
lambat (dalam daerah martensit sampai suhu ruang), sehingga retak celup
dapat terhindar. Dari segi produksi, proses ini jauh lebih sulit, karena laju
pendinginan harus dirubah dari cepat ke tetap baru dilanjutkan ke
pendinginan lambat. Hasil akhir berupa martensit, harus distemper agar
memiliki ketangguhan.
4. Tempering
Martensite biasanya keras sekali dan sangat rapuh karena
mengandung karbon. Hal ini kekerasan dan keuletan saling bertolak
belakang. Kekerasan dan tegangan tarik meningkat dengan naiknya kadar
karbon, tetapi ketangguhan dan keuletan menurun. Untuk mengatasi hal
tersebut perlu adanya perlakuan temper.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Diagram Alir
III.2 Alat dan Bahan
III.2.1 Alat
1. Mesin Uji Impak
Mesin uji impak digunakan dalam pengujian impak pada material denga
tujuan agar diketahui nila ketahanan material terhadap beban kejut. Berikut
merupakan gambar mesin uji impak yang dapat kita lihat pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Mesin Uji Impak (Laboratorium Material Teknik, 2023).


2. Vernier Caliper
Vernier Caliper berfungsi untuk mengukur dimensi panjang suatu benda.
Biasanya vernier caliper digunakan untuk mengukur diameter, kedalaman, atau
ketebalan suatu benda. Vernier Caliper ditunjukkan melalui gambar 3.2.

Gambar 3.2 Vernier Caliper (Laboratorium Material Teknik, 2023).

3. Furnace Chamber
Furnace Chamber atau tungku pembakaran, adalah alat yang digunakan
pada proses heat treatment pada material yang berfungsi untuk memanaskan
benda uji. Berikut merupakan gambar Furnace Chamber yang dapat kita lihat
pada gambar 3.3.

Gambar 3.3 Furnace Chamber (Laboratorium Material Teknik, 2023).

4. Rockwell Hardness Tester Model HR-150A


Rockwell hardness tester adalah alat untuk mengukur kekerasan suatu
benda. Alat ini banyak digunakan karena lebih mudah dalam penggunaannya.
Hasil pengukuran cukup dilihat pada jarum indikator. Rockwell hardness tester
yang digunakan dalam praktikum ini adalah model HR-150A. Berikut merupakan
gambar rockwell hardness tester yang dapat kita lihat pada gambar 3.4.

Gambar 3.4 Rockwell Hardness Tester (Laboratorium Material Teknik


UNDIP, 2023).
5. Universal Testing Machine (GD 1100-100)
Universal Testing Machine (UTM) adalah merupakan mesin atau alat
pengujian yang berfungsi untuk menguji tegangan tarik dan kekuatan tekan suatu
bahan atau material. Mesin yang digunakan pada pengujian tarik ini adalah jenis
GD1100-100. Berikut ini merupakan gambar dari universal testing machine yang
dapat kita lihat pada gambar 3.5.

Gambar 3.5 Universal Testing Machine (Laboratorium Teknik Perkapalan,


2023).
Keterangan:
a. Upper Jig
Digunakan untuk tempat meletakkan spesimen yang akan diuji.
b. Lower Jig
Digunakan untuk tempat meletakkan spesimen yang akan diuji.
c. Control Machine
Digunakan untuk mengencangkan specimen dan mengatur jangkauan
tarik.
d. Load Cell
Digunakan untuk mengatur gaya pada saat pengujian tarik.
e. Komputer
Digunakan untuk pengisian data luas area dan menampilkan grafik
hasil pengujian tarik.
f. Switch Button
Digunakan untuk menyalakan dan mematikan mesin.
g. Keyboard
Digunakan untuk mengetik data.

III.2.2 Bahan
1. Penjepit
Penjepit besi digunakan untuk mengambil benda yang sebelumnya telah
mengalami proses heat treatment, yang mana sebelumnya spesimen dipanaskan
dalam furnace chamber. Berikut ini merupakan gambar dari penjepit:

Pencapit

Gambar 3.6 Penjepit (Laboratorium Material Teknik, 2023).


2. Sarung Tangan
Sarung tangan digunakan untuk melindungi tangan dari suhu yang tinggi
ketika melakukan pengujian, khususnya dalam pengujian heat treatment. Selain
itu, sarung tangan ini berfungsi mencegah tangan agar tidak bersentuhan
langsung dengan spesimen yang sedang digerinda. Berikut merupakan gambar
dari sarung tangan:

Gambar 3.7 Sarung Tangan (Laboratorium Material Teknik, 2023).

3. Spesimen Uji Impak


Terdapat beberapa spesimen uji yang digunakan dalam praktikum, berikut
gambar yang merupakan spesimen yang dipakai untuk uji Impak:

Gambar 3.8 Spesimen Uji Impak (Laboratorium Material Teknik, 2023).


4. Spesimen Uji Kekerasan (Hardness Test)
Terdapat beberapa spesimen uji yang digunakan dalam praktikum, berikut
gambar yang merupakan spesimen yang dipakai untuk uji kekerasan:

Gambar 3.9 Spesimen Uji Kekerasan (Laboratorium Material Teknik, 2023).

5. Spesimen Uji Tarik


Terdapat beberapa spesimen uji yang digunakan dalam praktikum.
Terdapat spesimen uji kekerasan dan mikrografi. Kemudian spesimen uji
pengujian tarik serta spesimen pengujian impak. Berikut ini merupakan
gambar spesimen dari pengujian-pengujian yang dilakukan:

Gambar 3.10 Spesimen Uji Tarik (Laboratorium Meteral Teknik, 2023).

III.3 Pengujian Spesimen


3.3.1 Pengujian Densitas
Berikut ini merupakan langkah-langkah yang dilakukan dalam
pengujian densitas, antara lain sebagai berikut:
1. Mengisi air pada test-tank sesuai dengan ketentuan tinggi air.
2. Menyalakan density meter dengan menyambungkan ke kontak listrik
dan menekan tombol on/off.
3. Mengkalibrasikan density meter dengan menekan tombol zero
sehingga display menunjukkan angka 0.
4. Meletakkan spesimen diatas folding pan untuk mengukur massa
spesimen.
5. Menekan tombol measure sesaat setelah display menunjukkan angka.
6. Memindahkan spesimen kedalam test-tank untuk mengukur volume
spesimen.
7. Menekan tombol measure sesaat setelah display menunjukkan angka
untuk mendapatkan nilai massa jenis.
III.3.1 Pengujian Impak
Pada pengujian Impak terdapat langkah-langkah yang di lakukan selama
proses praktikum, diantaranya :
1. Menyiapkan spesimen uji impak sesuai dengan standar.
2. Melakukan heat treatment terhadap spesimen yang pertama dengan
menggunakan furnace sampai temperatur tinggi (300 ℃).
3. Nyalakan mesin uji impak, pastikan posisi pembeban pada posisi lurus
kebawah (posisi 0°).
4. Pilih angka untuk pembebanan pada menu yang ada pada layar display
5. Tempatkan spesimen sesuai yang akan di uji impact pada jig mesin uji
impak.
6. Pasang pengunci pada pembeban kemudian putar tuas handle searah
jarum jam untuk setting sudut awal pengujian sehingga mencapai sudut
yang diinginkan.
7. Tekan tombol huruf D dan Lepas pengunci untuk memulai pengujian.
8. Biarkan lengan mengayun kemudian tarik brake handle ke arah kiri untuk
melakukan pengereman.
9. Setelah spesimen patah maka pada display akan memunculkan nilai
energi dari hasil pengujian.
10. Kemudian mencatat besar beban impak yang terbaca di layar display.
3.3.2 Pengujian Mikrografi
Berikut ini merupakan langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian
mikrografi, antara lain sebagai berikut:
1. Siapkan material yang akan dilihat struktur mikronya, dan peralatan yang
akan digunakan dan memotong material.
2. Pasang amplas nomor 240 pada mesin grinder, dimulai dari ngamplas
yang paling kasar. Pengamplasan dilakukan dalam keadaan basah untuk
menghilangkan panas dan pengotor dari benda uji.
3. Setelah cukup rata, maka ganti amplas dengan amplas yang lebih halus
yaitu amplas nomor 400, kemudian amplas nomor 600, 800, 1000, 1200,
1500 dan yang terakhir menggunakan amplas yang paling halus yaitu
nomor 2000.Kemudian polis dengan menggunakan autosol.
4. Sebelum melakukan pengetzaan, permukaan benda uji harus sudah halus
dan datar. Pengetzaan dilakukan dengan mencelupkan material ke dalam
reaktan beberapa saat.
5. Cuci benda uji yang telah dietsa dengan aquades kemudian keringkan
sebelum diamati pada mikroskop.
6. Potret gambar apabila gambar yang diperoleh tampak jelas sesuai dengan
pembesaran pada mikroskop
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengujian Densitas
IV.2 Hasil Pengujian Kekerasan
IV.3 Hasil Pengujian Tarik
IV.4 Hasil Pengujian Mikrografi
IV.5 Hasil Pengujian Impak
Pada Praktikum Struktur dan Sifat Material 2023, pada pengujian impak
telah dilaksanakan dua kali pengujian dengan spesimen yang sama namun ada
perbedaan perlakuan. Material A tidak diberi perlakuan apapun dengan suhu
normal yaitu 25 0C. Sedangkan untuk material B diberikan perlakuan dimana
material B diberi perlakuan panas yang suhu awalnya ialah 300 0C. Material A
memiliki tinggi sebesar 8,1 mm, lebar 10,1 mm, luas penampang 81,81 mm 2,
sudut awal pengujian 148,50, dan sudut akhir pengujian 62,30. Sedangkan material
B memiliki tinggi 7,94 mm, lebar 10,1mm, luas penampang 80,194 mm 2, sudut
awal pengujian -144,70, dan sudut akhir pengujian 74,70. Nilai energi yang ditahan
oleh material A sebesar -252,8744 Joule dan untuk material B sebesar -207,3071
Joule. Massa pendulum sebesar 26,095 kg dan panjang lengan ayun sebesar 0,75
meter. Data hasil uji impak dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut.
Tabel 4.1 Data Hasil Uji Impak
𝐿𝑢𝑎𝑠 Harga
𝐿𝑒𝑏𝑎 𝐸0 𝐸1 Energi
Materi 𝑆𝑢ℎ𝑢 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝 Impak
𝑟 𝛼 𝛽 (𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒 (𝐽𝑜𝑢𝑙 Impak
al (°𝐶) (𝑚𝑚) 𝑎𝑛𝑔 (Joule/
(𝑚𝑚) ) 𝑒) (Joule)
(𝑚𝑚 )2
𝑚𝑚2)

319,22 3,576
A 25 8,1 10,1 81,81 62,30 26,495 -252,874
148,5 0 1 J/ 𝑚𝑚2

110,07 1,331
B 3000 7,94 10,1 80,194 74,70 3,327 -207,307
-144,7 0
6 J/ 𝑚𝑚2
Perhitungan untuk Material A Suhu Ruang:
Eo =m . g . ho
h o=l−l cosα=0,75−¿
Eo =mg ho= ( 26,095 )( 9,81 )( 1,247 ) =319,221 Joule
E1=m. g .h 1
h1=l−l cosβ=0,75−¿
E1=mgh1 =( 26,095 ) ( 9,81 )( 0,1035 )=26,495 Joule
E=E1−E o=|26,495−319,221|=292,579 Joule
E 292,579
HI = = =3,576 Joule/ mm2
A 81,81

Gambar 3.6 Spesimen Hasil Suhu Ruang (Laboratorium Material Teknik, 2023).
Perhitungan untuk Material B suhu 3000 :
Eo =m . g . ho
h o=l−l cosα=0,75−¿
Eo =mg ho= ( 26,095 )( 9,81 )( 0,0130 ) =3,327 Joule
E1=m. g .h 1
h1=l−l cosβ=0,75−¿
E1=mgh1 =( 26,095 ) ( 9,81 )( 0,43 )=110,749 Joule
E=E1−E o=|110,749−3,327|=106,749 Joule
E 107,749
HI = = =1,3311 Joule/mm 2
A 80,194
Gambar 3.7 Spesimen Hasil Suhu 3000 (Laboratorium Material Teknik, 2023).

IV.6 Karakterisasi Material


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1Kesimpulan
V.2Saran
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai